• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR KOMPOSISI VEGETASI DI KAWASAN CAGAR ALAM MANGGIS GADUNGAN. Anang Susanto 1) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRUKTUR KOMPOSISI VEGETASI DI KAWASAN CAGAR ALAM MANGGIS GADUNGAN. Anang Susanto 1) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

STRUKTUR KOMPOSISI VEGETASI DI KAWASAN CAGAR ALAM MANGGIS GADUNGAN

Anang Susanto 1) 1)

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun Abstract :

Biological resources as well as non-biological natural resources. Biological resources is divided into 2 (two) in the form of flora and fauna. Forests provide many benefits, whether economic, social or enviromental purpose of this study aims to Knowing the existence of various types of trees and understorey vegetation making up the forest and tree stratum Finding Sanctuary major constituent in Midrand Gadugan. Sampling is based on map of the area Nature Reserve in this case create / set point starting point vegetation parameters analyzed include species, height and diameter. The parameters were analyzed to determine the composition of the forest vegetation of the people using the importance Value Index (Important Value Index). To find out the type of constituent existing similarity calculated using the index of similarity (IS). Diversity values obtained using the formula of the Shannon Diversity Index-Wienner (H ‘). Schimawallichii (DC) Korth, Egualiptus delgupta, Podocarpus imbricatus and Quercus sondaica have a higher spread than the other, with the relative presence (relative frequency / Fr) of 8.32%, 6.83% and 5.54%. state stratum and canopy strata can be seen that there is good and sufficient Preserve support the dominance of Schima wallichii, it can be in the know with the result that there is found a tree that can reach heights of 25 m and a trunk diameter of about 1.5 m

Keywords : Natural Recources, Forest Vegetation, Various Types of trees PENDAHULUAN

Keaneka ragaman dan Kekayaan alam yang tidak ternilai harganya di hutan hujan tropis, baik berupa sumber daya alam hayati maupun sumber daya alam non hayati. Sumber daya hayati di bagi menjadi 2 (dua) yaitu berupa flora dan fauna . Hutan memberi banyak manfaat , baik ekonomi, sosial, maupun lingkungan hidup, pemanfaatan sumber daya alam yang kurang bijaksana sering kali menimbulkan hal hal yang dapat membahayakan lingkungan hidup dan kelestarian sumber daya itu sendiri, seperti penurunan potensi sumber daya baik kwantitas maupun kuwalitas dan pencemaran lingkungan yang dapat mengganggu / mengancam masa depan mahluk hidup. Oleh karena itu pemanfaatan sumber daya untuk kesejahteraan harus dilaksanakan secara rasional

dan tetap menjaga agar tidak merusak tata lingkungan mahluk hidup.

Seiring dengan berjalanya waktu dan bertambahnya jumlah penduduk serta terus berkurangnya lahan hutan dan kurang lahan pertanian, pemukiman maupun untuk kepentingan yang lain akan semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan hidup ini manusia cenderung untuk merusak komunitas dan ekosistem yang ada, sebagai dampak atau akibatnya potensi sumber daya alam akan mengalami penurunan dan menyebabkan kemungkinan terbukanya perubahan lingkungan. Dalam proses perubahan keadaan lingkungan yang disebabkan oleh perbuatan manusia tersebut, perlu di pelihara keselarasan dan keserasian hubungan antara manusia dengan lingkungannya.

Pengembangan dan

pengelolalan kawasan Cagar Alam ini secara keseluruhan perlu diperhatikan

(2)

baik berupa flora dan fauna khususnya yang mempunyai ciri khusus wilayah Cagar Alam Dengan demikian sangat diperlukan informasi ekologis mengenai habitat satwa di wilayah yang bersangkutan.

Diketahuinya komposisi vegetasi baik pada saat lampau maupun sekarang maka dapat di ketahui perubahan atau perkembangan jenis jenis penyusun hutannya. Dengan demikian hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu atau menambah informasi di dalam memperbaharuai dan mecahkan suatu masalah.

TINJAUAN PUSTAKA Cagar Alam

Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Adapun Kriteria untuk penunjukkan dan penetapan sebagai kawasan cagar alam :

1. Mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa dan tipe ekosistem;

2. Mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusunnya; 3

3. Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan tidak atau belum diganggu manusia;

4. Mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang efektif dan menjamin keberlangsungan proses ekologis secara alami;

5. Mempunyai ciri khas potensi dan dapat merupakan contoh ekosistem yang keberadaannya memerlukan upaya konservasi; dan atau

6. Mempunyai komunitas tumbuhan dan atau satwa beserta ekosistemnya yang langka atau yang keberadaannya terancam punah.

Upaya pengawetan kawasan cagar alam dilaksanakan dalam bentuk kegiatan :

1. Perlindungan dan pengamanan kawasan

2. Inventarisasi potensi kawasan 3. Penelitian dan pengembangan

yang menunjang pengawetan. Beberapa kegiatan dilarang karena dapat mengakibatkan perubahan fungsi kawasan cagar alam adalah : 1. melakukan perburuan terhadap

satwa yang berada di dalam kawasan

2. memasukan jenis-jenis tumbuhan dan satwa bukan asli ke dalam kawasan.

3. memotong, merusak, mengambil, menebang, dan memusnahkan tumbuhan dan satwa dalam dan dari kawasan.

4. menggali atau membuat lubang pada tanah yang mengganggu kehidupan tumbuhan dan satwa dalam kawasan, atau

5. mengubah bentang alam kawasan yang mengusik atau mengganggu kehidupan tumbuhan dan satwa.

Larangan juga berlaku terhadap kegiatan yang dianggap sebagai tindakan permulaan yang berkibat pada perubahan keutuhan kawasan, seperti : memotong, memindahkan, merusak atau menghilangkan tanda batas kawasan, atau membawa alat yang lazim digunakan untuk mengambil, mengangkut, menebang, membelah, merusak, berburu, memusnahkan satwa dan tumbuhan ke dan dari dalam kawasan. (Soemarno, 2011)

Pengertian Vegetasi

Pengertian vegetasi adalah asosiasi beberapa tumbuhan , biasanya terdiri dari beberapa jenis dan hidup bersama pada suatu tempat. Individu individu tersebut terdapat interaksi yang erat antara tumbuh tumbuhan itu sendiri maupun dengan binatang - binatang yang hidup dalam vegetasi itu dan faktor-faktor lingkungan (SAF, 1967 ).

(3)

Vegetasi bukan hanya asosiasi dari individu individu tumbuhan akan tetapi merupakan satu kesatuan dimana individu individu penyusunnya saling tergantung satu sama lain yang di kenal sebagai suatu komunitas tumbuhan. Apabila pengertian tumbu-tumbuhan di tekankan pada hubungan yang erat antara komponen organisme dengan faktor lingkungan , maka hal ini di sebut Ekosistem ( Anonim, 1978).

Suatu vegetasi yang mantap di perlukan waktu sehingga dengan berjalannya waktu vegetasi akan menuju ke keadaan yang stabil , proses ini merupakan proses biologi yang di kenal dengan istilah Suksesi (Odum, 1972).

Penyebaran tumbuh- tumbuhan di dunia faktor lingkungan memegang peranan yang sangat penting . Tumbuh-tumbuhan yang hidup pada suatu tempat akan menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik secara morfologis maupun secara fisiologis. Diantara faktor faktor yang berpengaruh iklim merupakan yang terbesar pengaruhnya dalam menentukan sifat / tipe hutan. Oleh karena itu dikenal hubungan antar bentuk morfologis tumbuhan dengan faktor lingkungan (Samingan, 1971) . Analisa Vegetasi

Pengenalan vegetasi tertentu biasanya di gunakan istilah istilah umum seperti : padang rumput, savana, hutan jati dan sebagainya. Pada saat sekarang cara ini oleh para ahli dipandang tidak sesuai lagi, sehingga perlu di tambah cara diskripsi yang lebih memadai . Kebutuhan untuk melukiskan suatu vegetasi tergantung pada vegetsi yang bersangkutan baik untuk maksud ilmiah maupun untuk keperluan praktis. Oleh karena vegetasi dapat bertindak sebagai indikator habitat, maka dapat di pakai sebagai bahan pertimbangan dalam “ Land Use Planing “ jika vegetasi ini di petakan maka kesatuan kesatuan

vegetasi di perlukan di dalam mengadakan Diskripsi (Sorianegara, 1977).

volume pohon , pada analisi vegetasi tekanannya pada komposisi jenis pohon. Perbedaan ini akan mempengaruhi cara sampling . Dari segi floristik ekologi “ Random Sampling “ hanya mungkin di gunakan apabila lapangan dan vegetasinya homogen, misalnya pada padang rumput dan hutan tanaman, sedangkan untuk penelitian ekologis hutan lebih tepat di pakai “Systimatic sampling “ . Untuk analisi vegetasi pengambilan sample dari unit yang dipelajari dapat di lakukan dengan berbagai cara antara lain dengan petak tunggal, petak ganda, cara jalur, cara garis berpetak, dan cara kuadran (Soerianegara, 1972 ). Adanya kesulitan dalam penggunaan petak ukur guna pengambilan sampel pada analisis vegetasi ini telah berkembangnya metode yaitu Tanpa petak ukur, di antaranya adalah metode kuadran. Menurut Greig-Smith (1964), metode kuadran merupakan metode yang baik . Parameter-parameter yang di perlukan dalam penggunaan metode kuadran adalah : jenis, kerapatan, diameter dan kehadiran . Dari parameter parameter tersebut dapat di hitung nilai Kehadiran relatif, kerapatan relatif, dan dominasi relatif. Selanjutnya apabila ke tiga relatif tersebut di jumlahkan akan di dapat Index Nilai Penting (INP) ( Mueller - Dumbois dan Ellenberg, 1974 ). Hal ini diperkuat oleh pendapat dari Soerianegara (1972) yang menguitip pendapat dari Curtis & Mc. Intosh (1951) yang mengatakan bahwa Index Nilai Penting (Importance Value Index ) (IVI) merupakan jumlah dari kerapatan relatif, bidang dasar relatif dan kehadiran relatif. Nilai Maksimum dari Index Nilai Penting ini adalah 300 %.

Asosiasi Jenis-jenis

Satuan vegetasi hutan yang terbesar (Major vegetasion unit )

(4)

adalah formasi hutan. Untuk daerah tropika perbedaan antara formasi-formasi hutan dapat bertolak dari perbedaan iklim, fisiognomi atau struktur hutan , perbedaan habitat terutama tanah dan letak tinggi, dan sejarah perkembangannya atau suksesi.

Biasanya suatu asosiasi hutan menempati wilayah yang luas. Bagian dari assosiasi hutan yang betul-betul diselidiki dan diketahui komposisi jenis-jenis pohonnya disebut asosiasi konkrit. Asosiasi-asosiasi hutan yang berlainan komposisinya tetapi memliki fisiognami yang bersamaan, digolongkan ke dalam satu formasi hutan. Dalam analisa vegetasi umunya yang diselidiki adalah suatu tegakan pohon pohon yang merupakan asosiasi konkrit (Arief, 1994).

Mengacu pada inventarisasi permudaan hutan alam, disebut pohon apabila berdiameter 20 cm ke atas, disebut tiang apabila berdiameter 10 - 19 cm, disebut pancang apabila mencapai tinggi 1,5 m dengan diameter 10 cm. Dan disebut semai apabila tingginya 20 cm - 1,5 meter. (Djuwadi, 1994).

METODA PENELITIAN Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Manggis Gadungan yang terletak Kabupaten DATI II Kediri Jawa Timur.

Metoda

Pengambilan data

Metoda pengambilan data yang akan di lakukan pada penelitian ini adalah dengan menggunakam Motode Kuadran secara sistematik. adapun cara pelaksanaannya dilakukan sebagai berikut :

1. Pengambilan sampel yang di dasarkan pada peta kawasan Cagar Alam Dalam hal ini membuat/ menetapkan titik starting point yang di ambil adalah petak batas cagar alam setiap kelipatan 5 di mulai dari petak 1 sampai petak

50, berarti terdapat 11 patok dimana jalur itu terdapat jalur utama.

2. Pada tiap tiap jalur cabang yang di buat kemudian di tentukan titik-titk pengukuran. Jarak antara titik pengukuran satu dengan titik pengukuran yang lain adalah 20 meter .

3. Sedangkan arah azimut masing-masing patok sbb:

a.Patok cagar alam 1 arah azimut 47, dengan jarak 100m terdapat 5 titik pengukuran.

b.Patok cagar alam 5 arah azimut 193, dengan jarak 200m terdapat 10 titik pengukuran.

c.Patok cagar alam 10 arah azimut 188, dengan jarak 120m terdapat 6 titik pengukuran.

d.Patok cagar alam 15 arah azimut 255, dengan jarak 140m terdapat 8 titik pengukuran.

e.Patok cagar alam 20 arah azimut 150, dengan jarak 200m terdapat 10 titik pengukuran.

f.Patok cagar alam 25 arah azimut 207, dengan jarak 140m terdapat 8 titik pengukuran.

g.Patok cagar alam 30 arah azimut 225, dengan jarak 140m terdapat 8 titik pengukuran.

h.Patok cagar alam 35 arah azimut 242, dengan jarak 120m terdapat 6 titik pengukuran.

i.Patok cagar alam 40 arah azimut 288, dengan jarak 210m terdapat 11 titik pengukuran.

j.Patok cagar alam 45 arah azimut 25, dengan jarak 130m terdapat 7 titik pengukuran.

k.Patok cagar alam 50 arah azimut 345, dengan jarak 100m terdapat 5 titik pengukuran.

4. Pada setiap garis pengukuran ditetapkan empat garis kuadran (dalam pelaksanaannya garis ini hanya di khayalkan ). Kemudian pada setiap kuadran ditentukan satu jenis pohon yang mempunyai jarak terdekat dengan titik pengukuran . Pohon yang terpilih kemudian di catat jenisnya , di ukur diameter setinggi dada. Dan

(5)

jarak pohon tersebut terhadap titik pengukuran. Pencatatan jenis pohon dilakukan dengan bantuan seorang pengenal pohon setempat. Akan tetapi bila pengenal pohon setempat tidak mengenal nama pohon tersebut maka perlu di buat herbarium tanaman tersebut yang nanti akan di identifikasi lebih detail.

Komposisi dan Struktur Vegetasi Parameter vegetasi yang dianalisis meliputi jenis tanaman, tinggi dandia meter. Parameter tersebut dianalisis un tuk mengetahui komposisi vegetasi hutan rakyat dengan menggunakan Indeks Nilai Penting (Important Value Index) yang dapat menggambarkan

kerapatan, persebaran jenis (frekuesi) , penguasaan jenis (dominansi). Perhitungan dilakukan dengan rumus yang dikemukakan oleh Kusmana (1997) sebagai berikut

Kerapatan Relatif = Kerapatan suatu jenis / Kerapatan seluruh jenis X 100 % Frekwensi = Jumlah Petak Terisi suatu Jenis / Jumlah Seluruh Petak Frekwensi Relatif (%) = Frekwensi suatu jenis/ frekwensi seluruh jenis X 100 %

Doninansi : Luas Bidang dasar dalam petak / luas petak

Donimasi Relatif : Dominasi suatu jenis / Dominasi seluruh jenis X 100 % Indeks Nilai Penting = Kerapatan Relati f +Frekuensi Relatif+Dominansi Relatif INP untuk tingkat semai di peroleh dari penjumlahan nilai kerapatan relatif + Frekwensi relatif dengan nilai maksimal 200. Sedangkan untuk tingkat sapihan, tiang dan pohon di tambahkan nilai Dominansi relatif sehingga nilai maksimalnya = 300. U ntuk mengatahui kemiripan jenis penyusun yang ada di hitung dengan menggunakanindeks similaritas (IS). Nilai keragaman jenis diperoleh de ngan menggunakan rumus Indeks Diversitas dari Shannonwienner (H’). Rumus Indeks Similaritas (IS) dan Indeks DiversitasShannon (H’)

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Stratum Pohon

Melihat keadaan yang ada di areal penelitian khususnya keadaan stratum dan strata tajuk yang ada dapat diketahui bahwa Cagar Alam bagus dan cukup menunjang , ini dapat di ketahui dengan hasil yang di temukan masih ada pohon yang ketinggian bisa mencapai 25 m dan diameter batangnya sekitar 1,5 m juga masih banyak rata-rata berbagai jenis species yang membantu pembentukan kareteristik hutan dataran rendah, sehingga stratum pohon yang masih stabil akan dapat mempengaruhi keadaan iklim di dalam kawasan dan di luar kawasah hutan Komposisi Vegetasi

Keberaaan vegetasi bawah dan vegatsi atas yang cukup lebat menjadikan kawasaan ini kawasaqn penunjang penyediaan bahan organik bagi kehidupan yang lainnya dan berdasarkan hasil penelitian di lokasi Cagar Alam , diketemukan 55 jenis /species pohon. Dengan jumlah pohon tiap hektarnya 149,.3 m3/ha.

Jumlah jenis yang cukup banyak diketemukan di lokasi penelitian menunjukkan bahwa komposisi jenis penyusun vegetasi hutan tersebut cukup beraneka ragam . Dengan keanekaragaman jenis tersebut maka stabilitas ekosistem akan tetap terpelihara, (Krebs, 1978) dalam Dasman 1980 yang menyatakan adanya keanekaragaman jenis akan meningkatkan stabilitas ekosistem yang ada, karena peledakan hama akan dicegah secara alami, sedangkan bila dilihat dari komposisinya

Kehadiran Relatif/ Frekwensi Relatif (FR)

Terdapatnya perbedaan kecepatan daya sebar dan tingkat ketahan pada setiap species yang berbeda-beda menyebabkan perluasan jenis species mengalami

(6)

suatu perberdaan pula. Ini menyebabkan nilai kehadiran relatif dari suatu jenis menunjukkan akan penyebaran jenis tersebut pada habitatnya dan jenis-jenis yang menyebar secara luas akan mempunyai nilai kehadiran relatif yang lebih tinggi, demikian pula sebaliknya

jenis-jenis yang penyebarannya sempit akan mempunyai nilai kehadiran relatif yang rendah. Besarnya nilai prosentase kehadiran relatif dari jenis-jenis vegetasi penyusun Cagar Alami lihat pada Tabel 1 sebagai berikut :

Tabel 1. Nilai Prosentase Kehadiran relatif lebih Dari 3 % dari Jenis-Jenis vegetasi penyusun Cagar Alam Manggis Gadungan .

No Nama Daerah Nama Botanis Kahadiran Relatif

%

1 Puspa Schima wallichii (DC) Korts 8.32

2 Ecualiptus Ecualyptus delgupta 7.34

3 Jamuju Podocarpus imbricatus 6.83

4 Pasang Quercus sondaica 5.54

5 Dali Radermachera gigantea 6.18

6 Rasamala Altingea exelsa Bl 4.11

7 Wesen Dodoneca vicosa Korth 4.72

8 Kodokan Macropanax dispernum Bl 3.40

9 Morosowo Engelhardis spicata 3.38

10 Jambu Eugenia sp BL 5.30

11 Salam Eugenia polyanta wight 3.02

Sumber : Data primer diolah Melihat hasil tabel yang tercantum di atas menunjukkan bahwa pohon utama penyusun kawasan tetap di dominasi pohon dengan daya sebar yang cukup tinggi. Pada Tabel 1 di atas terlihat bahwa Schima wallichii (DC) Korth, Egualiptus delgupta,

Podocarpus imbricatus dan Quercus sondaica mempunyai penyebaran yang tinggi dibandingkan dengan lainnya, dengan nilai kehadiran relatif (Frekwensi relatif / Fr) sebesar 8,32 %, 6,83 % dan 5,54 %.

Penyebaran yang besar dari jenis ini dikarenakan jenis ini mempunyai toleransi yang besar terhadap kelembaban tanah yang ada, sinar matahari dan faktor lingkungan yang lain. Pada tumbuhan yang mempunyai toleransi yang besar cenderung akan terdistribusi sangat luas sehingga nilai kehadiran

relatifnya akan lebih tinggi dari yang lain. Penyebaran jenis-jenis tumbuhan dalam komunitas merupakan reaksi (respon) yang berbeda-beda dari jenis tersebut terhadap habitatnya. Diantara faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap penyebaran tumbuhan faktor kelembaban tanah (Kandungan air ) merupakan faktor yang paling berpengaruh.

Kerapatan Relatif (KR)

Untuk menadapatkan hasil pada perhitungan Nilai kerapatan relatif dihitung sebagai prosentase kerapatan suatu jenis terhadap seluruh jenis. Jenis jenis pohon penyususun vegetasi di Cagar Alam, yang mempunyai kerapatan lebih dari 3 % disajikan pada Tabel 2 sebagai berikut :

(7)

Tabel 2. Jenis-jenis Pohon Penyusun vegetasi yang mempunyai nilai kerapatan relatif (KR) lebih dari 3 %.

No Nama Daerah Nama Botanis Kerapatan Relatif

%

1 Ecualiptus Ecualiptus delgupta 9.5

2 Puspa Schima wallichii (DC) Korts 7.36

3 Jamuju Podocarpus imbricatus 6.66

4 Pasang Quercus sondaica 5.45

5 Dali Radermachera gigantea 4.23

6 Rasamala Altingea exelsa Bl 4.16

7 Wesen Dodoneca vicosa Korth 3.68

8 Kodokan Macropanax dispernum Bl 3.40

9 Morosowo Engelhardis spicata 3.33

10 Salam Eugenia sp BL 3.26

Sumber : Data primer diolah Untuk penyusunan tingkat vegetasi di dapatkan bahwa pohon dengan daya saing cukup kuat dapat melakukan penyesuaian lebih tinggi seperti, Pada Tebel 2. di atas terlihat bahwa Ecualyptus delgupta, Schima

wallichii (DC) Korth., Podocarpus imbricatus dan Quercus sondaica

mempunyai nilai kerapatan relatif lebih besar dibanding yang lainnya, masing-masing dengan nilai kerapatan 9.5 %, 7,36 % dan 6,45 %. Nilai kerapatan relatif yang besar dari jenis-jenis ini dikarenakan jenis-jenis ini merupakan jenis-jenis pemenang dalam persaingan dan mempunyai toleransi yang besar, sehingga persatuan luasnya akan ditentukan / dijumpai individu yang lebih besar, dan merupakan jenis-jenis pohon yang mencirikan masyarakat hutan yang bersangkutan, yaitu masyarakat hutan hujan dataran rendah. Pada Tebel 2 di atas terlihat bahwa jenis-jenis pohon yang mempunyai

kehadiran relatif yang lebih besar akan cenderung mempunyai nilai kerapatan relatif yang lebih besar pula. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang erat antara penyebaran suatu jenis dengan kerapatannya, jenis-jenis yang mempunyai kerapatan populasi yang tinggi akan cenderung menempati areal yang luas.

Dominansi Relatif (DR)

Dominansi adalah karateristik dari komunitas yang menyatakan pengaruh penguasaan suatu jenis dalam dalam komunitas terhadap jenis lain sehingga populasi jenis lain relatif akan berkurang dalam jumlah atau daya hidupnya. Dominansi Relatif (DR) jenis jenis pohon penyusun vegetasi di Cagar Alam, yang mempunyai dominansi lebih dari 3 % disajikan pada Tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 3. Jenis-jenis Pohon Penyususn vegetasi yang mempunyai nilai Dominansi relatif (DR) lebih dari 3 %.

No Nama Daerah Nama Botanis Kerapatan Relatif

%

1 Kemiri Aerulitas moruccana 3,46

2 Jamuju Podocarpus imbricatus 12.97

(8)

3 Kodokan Macropanax dispernum Bl 6.92

4 Rasamala Altingea exelsa Bl 5.80

5 Pluncing Spondias pinnata Kurtz 3.98

6 Embacang Mangifera foetida 3.56

7 Wesen Dodoneca vicosa Korth 3.55

8 Morosowo Engelhardis spicata 3.55

9 Kenari Canarium vulgara Leenh 3.47

10. Semek Diospyros hisseltii Zoll 3.47

11. Morosowo Engelhardis spicata 3.14

12. Mundu Garcinia dulcia Kutz 3.04

13 Puspa Schima wallichii (DC) Korts 15.22 Sumber : Data primer diolah

Pada Tabel 3. di atas terlihat bahwa jenis-jenis Pinus merkusii ,

Podocarpus imbricatus, Schima wallichii (DC) Korth, Macropanax dispernum. Altinggia exelsa BL, mempunyai nilai dominansi yang tinggi masing-masing sebesar 15.22 %, 12.97 %, 12.87 % dan 6,92 %, hal ini karena jenis-jenis tersebut mampu untuk bersaing dengan jenis-jenis lain dalam mendapatkan sinar matahari dan unsur-unsur hara dalam tanah..

Penguasaan suatu jenis dengan jenis yang lain berhubungan dengan pertumbuhan dari jenis-jenis tersebut. Jenis-jenis yang mampu tumbuh dengan kuat dan cepat akan memperoleh cahaya yang lebih banyak , sehingga akan menjadi lebih tebal dan dapat mendistribusikan makanan dengan baik dan mampu menumbuhkan akar secara cepat. Kondisi ini menyebabkan suplai makanan yang lebih besar , penetrasi yang lebih dalam dan penyebaran yang lebih luas dari akar sehingga

jenis-jenis tersebut akan memperoleh sumber-sumber keperluan hidupnya yaitu air, cahaya dan unsur hara secara lebih baik dari pesaingnya. Index Nilai Penting (INP)

Index Nilai Penting (INP) suatu jenis tumbuhan dalam komunitas tumbuhan memperlihatkan tingkat kepentingan atau peranan jenis tersebut dalam komunitas. Jenis yang mempunyai peranan yang besar (dominan) dalam komunitas akan mempunyai Index Nilai Penting (INP) yang tinggi. INP diperoleh dengan menjumlahkan nilai kehadiran relatif , kerapatan relatif dan dominansi relatif. Karena INP ditentukan oleh ketiga unsur relatif tersebut maka nilai berkisar minimal 0 dan maksimal 300. Index Nilai Penting (INP) jenis jenis pohon penyususun vegettasi CA, yang mempunyai kerapatan lebih dari 8 % disajikan pada Tabel 4 sebagai berikut :

Tabel 4 Jenis-jenis Pohon Penyususn vegetasi yang mempunyai nilai Index Nilai Penting (INP) lebih dari 8 % di CA Manggis Gadungan.

No Nama Pohon FR (%) KR (%) DR INP ( % )

1. Schima wallichii (DC) Korts 9.47 9.36 13.87 33.699

2. Podocarpus imbricatus 5.73 7.66 15.21 28.604

3. Altingea exelsa Bl 5.21 5.16 6.80 15.171

4. Quercus sondaica 6.52 6.45 0.97 13.940

(9)

6. Radermachera gigantea 4.28 4.23 1.48 9.990

7. Engelhardis spicata 3.37 3.33 3.14 9.835

8. Macropanax dispernum Bl 1.19 1.18 6.42 8.791

9. Eugenia polyanta Wight 2.59 2.57 3.55 8.707

10. Mangifera foetida 2.31 2.29 3.56 8.158 11. Semecarpus heterophyllus 2.59 2.57 2.91 8.069 Sumber : Data primer diolah

Tabel 4 di atas terlihat jenis

Schima wallichii (DC) Korth mempunyai Index Nilai Penting (INP) yang paling besar bila dibandingkan dengan jenis lainnya. Terlihat juga bahwa dengan hanya menggunakan satu nilai relatif saja belum dapat digunakan untuk menentukan apakah peranan suatu jenis lebih besar dibandingkan dengan lainnya. Jadi Dominansi yang didasarkan atas Index Nilai Penting (INP) lebih banyak memberikan informasi bila dibandingkan dengan dominansi yang hanya menggunakan salah satu nilai relatifnya saja, atau dengan kata lain penggunaan satu parameter relatif hanya memberikan informasi yang terbatas.

Penentuan jenis-jenis utama dilakukan berdasarkan nilai INP yang besar atau sama dengan sepuluh, yaitu untuk jenis jenis Schima wallichii (DC) Korth , Podocarpus imbricatus,

Altingia exelsa, Quercus sondaica dan Dodonema vicosa korth.

Hasil dari perhitungan nilai index penting (INP) menggambarkan besarnya pengaruh yang diberikan suatu species tumbuhan terhadap komunitasnya . Species yang mempunyai Index Nilai Penting (INP) tertinggi menunjukkan species tersebut merupakan ciri masyarakat tumbuhan di Cagar Alam dan akan menentukan bentuk komunitas yang ada.

KESIMPULAN

Kawasan hutan Cagar Alam Manggis Gadungan terdapat tingkat dominansi yang berbeda diantara pohon pohon penyusunnya, jenis jenis yang termasuk paling dominan

adalah Shima wallichii sedangkan yang mendominasi antara lain

Podocarpus imbricatus, Altingia exelsa, Quercus sondaica dan

Dodoneca vicosa Korth.

Berdasarkan nilai index nilai penting (INP) Shima wallichii 8,32% (DC) Korth punya stratum yang sangat mendominasi di antara stratum lainnya ini merupakan jenis yang paling mendominasi dalam komunitas Cagar alam Manggis gadungan .Dan ini sangat mempengaruhi pernyusunan tajuk bawah co dominan yang berada di sekitar dan di bawah tegakkan Shima wallichii juga mempengaruhi ekosistem.

SARAN.

Perlu di adakan penelitian lebih lanjut tentang keadaan keamanan yang mempengaruhi terjadinya suksesi yang ada di kawasan Cagar Alam Manggis Gadungan. Saat ini di mungkinkan karena factor keamanan yang ada di dalam kawasan terganggu, ini dapat di lihat dengan adanya akses keluar masuk masyarakat terlalu bebas dan di tengah Cagar Alam ada jalan raya. DAFTAR PUSTAKA

Anonim . 1978. Informasi Kawasan Konservasi di Jawa Timur. Balai Konservasi Sumber Daya Alam IV. Surabaya

Anonim, 2000. Teknik Permudaan buatan hujan hutan tropis. Yayasan Canesius yoyakarta. Arief. A, 1994. Hutan Hakikat dan

Pengaruhnya Terhadap Lingkungan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta

(10)

Beekman, 1977. Hutan hujan tropis indonesia. Yayasan obor indonesia. Yogyakarta.

Djuwadi, 1994. Teknik Permudaan Alam. Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Jogyakarta

Fandenlli, 1991. Silvikultur Hutan Indonesia. Sounder. Company. Philadelpia London. Toronto Hardjasoemantri K. 1991. Hukum

Perlindungan Lingkungan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Marsono. D. (1977). Diskripsi Vegetasi dan Tipe-tipa Vegetasi Tropika Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta

Mueller-Dumbois , D dan H. Ellenberg. (1974). Aims and Methods of Vegetation Ecology. John Wiley and Sons .New York Odum. E.P (1972) Fundamentals Of

Ecology .W.B . Sounder Company Philadelphia. London . Toronto Samingan. T. (1971). Tipe-tipe

Vegetasi ( Pengantar Dendrologi ) Bagian Ekologi Tumbu-tumbuhan Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Soekotjo. (1975). Ekologi Umum.

Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Soerianegara, I. (1972) Ekologi

Hutan Indonesia. Departemen Management Hutan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gambar

Tabel    2.      Jenis-jenis  Pohon  Penyusun  vegetasi    yang  mempunyai  nilai kerapatan relatif (KR) lebih dari 3 %
Tabel    4      Jenis-jenis  Pohon  Penyususn  vegetasi    yang  mempunyai  nilai  Index  Nilai    Penting  (INP)  lebih  dari  8  %  di  CA  Manggis  Gadungan

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian tersebut di atas, terlihat dengan jelas bahwa kedudukan janda dalam hukum waris Islam, baik dari segi sebab adanya hak kewarisan maupun dari segi bagian yang

2.2 Tahap Perencanaan, tahap kedua ini meliputi kegiatan; (a) menyiapkan pustaka berkaitan dengan materi matriks untuk SMK, (b) menyusun kerangka modul sesuai pedoman

Penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang manajemen informatika yang difokuskan pada penyelesaian maslah menggunakan teknik Multi-Attribute Decision Making (MADM) dengan

Pasal ini mengatur, setiap orang yang memiliki hubungan dengan organisasi Terorisme dan dengan sengaja menyebarkan yang memiliki hubungan dengan organisasi Terorisme

Makanan yang masuk ke dalam tubuh dengan kandungan karbohidrat yang tinggi akan diolah oleh hati menjadi asam lemak yang akhirnya akan terbentuk

Sejalan dengan perkembangan jaman dan tehnologi, Rumah Sakit AR Bunda Prabumulih sudah dilengkapi fasilitas dan SDM yang mendukung, hingga saat ini Rumah Sakit AR

Jenis Stres keperawatan menurut para ahli 3.9 Menyajikan konsep sehat dan sakit dalam keperawatan 3.10 Menganalisa dan mendiskusikan faktor- faktor yang mempengaruhi status

Allah kepada Nabi Daud agar menghukum dengan kebenarandan jangan mengikuti hawa nafsu karena hawa nafsu itu akanmenyesatkan manusia dari jalan Allah, dan Allah akanmenyiksa orang