Ilmu Penyakit Dalam
Ilmu Penyakit Dalam
CATATAN TUTORIAL OPTIMA
CATATAN TUTORIAL OPTIMA
Infeksi
•
•
Demam Berdarah
Demam Berdarah
Dengue
Dengue
•
•
Malaria
Malaria
••
Demam Tifoid
Demam Tifoid
••
Filariasis
Filariasis
••
•
Demam Berdarah
Demam Berdarah
Dengue
Dengue
•
•
Malaria
Malaria
••
Demam Tifoid
Demam Tifoid
••
Filariasis
Filariasis
•Demam?
Demam?
•
•
Demam adalah peningkatan suhu
Demam adalah peningkatan suhu
tubuh yang melebihi variasi normal
tubuh yang melebihi variasi normal
sehari-hari dan terjadi dalam
sehari-hari dan terjadi dalam
hubungannya dengan peningkatan
hubungannya dengan peningkatan
set point hipotalamus.
set point hipotalamus.
•
•
Jenis-jenis Demam
Jenis-jenis Demam
••
Demam Kontinyu / Sustained Fever
Demam Kontinyu / Sustained Fever
––
Peningkatan suhu tubuh yg
Peningkatan suhu tubuh yg
menetap, dengan fluktuasi maks.
menetap, dengan fluktuasi maks.
0,4° C dalam 24 jam.
0,4° C dalam 24 jam.
•
•
Demam Bifasik
Demam Bifasik
––
menunjukkan satu penyakit
menunjukkan satu penyakit
dengan 2 episode demam yang
dengan 2 episode demam yang
berbeda (camelback fever
berbeda (camelback fever
pattern, atau saddleback fever).
pattern, atau saddleback fever).
–
–
Gambaran bifasik juga khas
Gambaran bifasik juga khas
untuk leptospirosis, demam
untuk leptospirosis, demam
dengue, demam kuning, dan
dengue, demam kuning, dan
African hemorrhagic fever
African hemorrhagic fever
(Marburg, Ebola, dan demam
(Marburg, Ebola, dan demam
Lassa)
Lassa)
•
•
Demam Remiten
Demam Remiten
–
–
Ditandai oleh penurunan suhu tiap hari
Ditandai oleh penurunan suhu tiap hari
tetapi tidak mencapai normal dengan
tetapi tidak mencapai normal dengan
fluktuasi melebihi 0,5oC per 24 jam.
fluktuasi melebihi 0,5oC per 24 jam.
•
•
Demam Intermitten
Demam Intermitten
–
–
Demam dengan suhu yang kembali normal
Demam dengan suhu yang kembali normal
setiap hari, umumnya pada pagi hari.
setiap hari, umumnya pada pagi hari.
–
–
Contohnya demam pada malaria, limfoma,
Contohnya demam pada malaria, limfoma,
endokarditis.
endokarditis.
•
•
Demam Septik / Hektik
Demam Septik / Hektik
–
–
terjadi saat demam remiten atau intermiten
terjadi saat demam remiten atau intermiten
menunjukkan perbedaan antara puncak dan
menunjukkan perbedaan antara puncak dan
titik terendah suhu yang sangat besar.
titik terendah suhu yang sangat besar.
•
•
Demam Periodik
Demam Periodik
–
–
ditandai oleh episode demam berulang
ditandai oleh episode demam berulang
dengan interval regular atau irregular. Tiap
dengan interval regular atau irregular. Tiap
episode diikuti satu sampai beberapa hari
episode diikuti satu sampai beberapa hari
atau beberapa minggu suhu normal.
atau beberapa minggu suhu normal.
–
–
Contohnya adalah malaria (istilah tertiana
Contohnya adalah malaria (istilah tertiana
digunakan bila demam terjadi setiap hari
digunakan bila demam terjadi setiap hari
ke-3, kuartana bila demam terjadi setiap
ke-3, kuartana bila demam terjadi setiap
hari ke-4)
Demam Berdarah Dengue
Demam Berdarah Dengue
•
•
Definisi
Definisi
–– Penyakit demam akut yang disebabkan oleh virusPenyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty
Aedes aegypty dandan Aedes albopictus Aedes albopictus serta serta memenuhi kriteria WHO untuk DBD memenuhi kriteria WHO untuk DBD •
•
Klinis
Klinis
•• KriterKriteria diagnia diagnosisosisWHO 1997 untuk DBDWHO 1997 untuk DBD harus harus
memenuhi: memenuhi:
–
– Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7
hari, biasanya bifasik hari, biasanya bifasik
–
– TTerdapat minimal satu erdapat minimal satu dari manifestasidari manifestasi
perdarahan berikut ini: perdarahan berikut ini:
•
• Uji torniquet positif (>20 petekie dalamUji torniquet positif (>20 petekie dalam
2,54 cm2) 2,54 cm2)
•
• Petekie, ekimosis, atau purpuraPetekie, ekimosis, atau purpura •
• PerdarPerdarahan mukosa, saluran ahan mukosa, saluran cerna,cerna,
bekas suntikan, atau tempat lain bekas suntikan, atau tempat lain
•
• Hematemesis atau melenaHematemesis atau melena –
– Trombositopenia (<100.000/mm3)Trombositopenia (<100.000/mm3) –
– TTerdapat minimal satu erdapat minimal satu tanda-tanda plasmatanda-tanda plasma
leakage: leakage:
•
• Hematokrit meningkat >20% dibandingHematokrit meningkat >20% dibanding
hematokrit rata-ra
hematokrit rata-rata pada ta pada usia, jenisusia, jenis kelamin, dan populasi yang sama kelamin, dan populasi yang sama
•
• Hematokrit turun hingga >20% dariHematokrit turun hingga >20% dari
hematokrit awal, setelah pemberian hematokrit awal, setelah pemberian cairan
cairan
•
• Terdapat efusi pleura, efusi perikard,Terdapat efusi pleura, efusi perikard,
asites, dan hipoproteinemia asites, dan hipoproteinemia
•
• DerajatDerajat –
– I : Demam disertai gejala konstitusional yangI : Demam disertai gejala konstitusional yang
tidak khas, manifestasi perdarahan hanya tidak khas, manifestasi perdarahan hanya berupa uji torniquet positif dan/atau mudah berupa uji torniquet positif dan/atau mudah memar
memar
–
– II II : : Derajat Derajat I disertI disertai perdarai perdarahan spontahan spontanan –
– III : TerIII : Terdapat kegagalan sirkulasi: nadi cdapat kegagalan sirkulasi: nadi cepat danepat dan
lemah atau hipotensi, disertai kulit dingin dan lemah atau hipotensi, disertai kulit dingin dan lembab serta gelisah
lembab serta gelisah
–
– IV : IV : Renjatan: tRenjatan: tekanan darah ekanan darah dan nadi tidakdan nadi tidak
teratur teratur
–
– DBD derajat III dan IV digolongkan dalamDBD derajat III dan IV digolongkan dalam
sindrom renjatan dengue sindrom renjatan dengue
T
Tanda Bahaya/ Warning Sign anda Bahaya/ Warning Sign ::
•
• Nyeri abdomenNyeri abdomen •
• Muntah persistenMuntah persisten •
• TTanda klinis aanda klinis adanya akumulasi cairandanya akumulasi cairan •
• PerdarPerdarahan ahan mukosamukosa •
• LetargiLetargi •
• HepatomegalyHepatomegaly •
• Lab : Peningkatan hematokrit dan atauLab : Peningkatan hematokrit dan atau
trombositopenia. trombositopenia.
Klasifikasi Demam Dengue
•
Klasifikasi WHO 1997 :
–
Demam dengue (Dengue Fever)
–
Demam berdarah dengue (Dengue Hemorrhagic
Fever)
•
Klasifikasi WHO 2011 :
–
Dengue tanpa tanda bahaya
–Dengue dengan tanda bahaya
–Dengue berat
Klasifikasi WHO 2011
Dengue tanpa tanda bahaya
Probable dengue tinggal atau bepergian ke area endemic dengan gejala demam ditambah 2 dari gejala berikut : • Demam • Nyeri kepala • Myalgia • Malaise • Mual • Muntah • Diare • Peteki
Confirmed dengue isolate kultur virus atau PCR Dengue dengan tanda bahaya
Probable dengue tinggal atau bepergian ke area endemic dengan gejala demam 2-7 hari ditambah 1 dari gejala berikut :
Nyeri abdomen Muntah persisten
Tanda klinis adanya akumulasi cairan Perdarahan mukosa
Letargi
•
Dengue Berat
•
tinggal atau bepergian ke area
endemic dengan gejala demam
2-7 hari ditambah 1 dari gejala
dengue tanpa dan dengan tanda
bahaya di atas, ditambah 1 dari
tanda berikut :
•
Kebocoran plasma yang
menyebabkan shok atau
akumulasi cairan dengan atau
tanpa distress pernafasan
•
Perdarahan berat
•Gangguan organ
•
Hepar : AST atau ALT > 1000
•CNS : kejang, penurunan
kesadaran
•
Jantung : myocarditis
•Ginjal : gagal ginjal
Management
• Management cairan pasien rawat jalan (DF /
Dengue tanpa tanda bahaya)
• Yang termasuk disini adalah pasien yang masih
dapat diberikan rehidrasi oral dan tanpa adanya tanda bahaya. Berikan rehidrasi oral
berdasarkan berat badan / metode Ludan (Tabel 1)
Tabel 1. Rehidrasi oral berdasar berat badan
(Ludan Method)
Berat Badan (kg)
ORS ml/kg/hari
> 3
–
10
> 10
–
20
> 20
–
30
> 30
–
60
100
75
50
–
60
40
–
50
•
Management cairan
pasien rawat inap (DHF
grade 1-2 / Dengue tanpa
tanda bahaya)
1. Cek darah rutin
2. Berikan cairan isotonic (RL,
NaCl 0,9%, D5 ½ NS).
Untuk anak < 6 bln lebih
baik menggunakan D5 ¼
NS.
3. Berikan cairan rumatan
intravena sesuai dengan
perhitungan Holiday-Segar
(Tabel 2) atau Ludan (Tabel
1)
•
Tabel 2. Kalkulasi
Rumatan Cairan Infus
Intravena (Metode
Holliday-Segar)
Berat
badan
(kg)
Kebutuhan cairan total
(ml/hari)
0
–
10
> 10
–
20
> 20
100 ml/kg
1000 ml + 50 ml/kg tiap
>10 kg
1500 ml +50 ml/kg tiap >
20 kg
4.
Apabila pasien menunjukkan
gejala dehidrasi ringan, maka
cairan untuk memperbaiki
dehidrasi ditambahkan ke
cairan rumatan.
Perhitungan cairan dehidrasi
ringan :
Anak (<12 bulan)
: 50 ml/kg
Dewasa (> 12 bulan) : 30 ml/kg
5. Monitor secara periodic tanda
vital, urin output, dan
hematokrit.
•
Management cairan pasien
rawat inap (
Dengue dengan
tanda bahaya, namun
tanpa shock)
1. Cek darah rutin (CBC &
Hmt) sebelum
pemberian cairan
2. Berikan cairan isotonic
3. Berikan cairan intravena
:
•
Mulai dengan 5-7 ml/kg/jam
dalam 1-2 jam, kemudian 3-5
ml/kg/jam dalam 2-4 jam,
kemudian 2-3 ml/kg/jam.
4. Nilai kembali keadaan
klinis dan cek darah rutin
lagi.
Total Fluid Requirement (24jam) :
•
5. Apabila hematokrit tetap sama atau
sedikit meningkat, lanjutkan pemberian
cairan dengan kecepatan yang sama (2-3
ml/kg/jam) selama 2-4 jam.
•
6. Apabila ada perburukan tanda vital dan
peningkatan hematokrit dengan cepat,
naikkan kecepatan pemberian cairan
menjadi 5-10 ml/kg/jam selama 1-2 jam.
•
7. Kurangi pemberian cairan intravena
secara bertahap bila kebocoran plasma
telah berkurang yang ditandai dengan urin
output yang adekuat (0.5 ml/kg/jam) atau
hematokrit yang turun menuju nilai
normal.
•
8. Pelacakan laboratorium lainnya (Analisis
gas darah, elektrolit, gula darah sewaktu)
harus dilakukan apabila tidak ada
perbaikan kondisi.
•
Panel Diagnostik
•
NS1
•
Antigen nonstruktural untuk replikasi virus
yang dapat dideteksi sejak hari pertama
demam.
•
Puncak deteksi Ns1 :hari ke 2-3 (sensitivitas
75%) & mulai tidak terdeteksi hari ke 5 - 6
•
IgM & IgG Antidengue
•
Untuk membedakan infeksi dengue primer
atau sekunder digunakan pemeriksaan ini.
•
Infeksi primer IgM (+) setelah hari ke 3
–
6 dan
hilang dalam 2 bulan, IgG muncul belakangan
•
IgG bertahan berbulan
–
bulan & dapat (+)
seumur hidup sehingga diagnosis infeksi
sekunder dilihat dari peningkatan titernya.
•
IgG antidengue dengan titer 1:2560
infeksi
Management cairan pasien rawat inap dengan shock
terkompensasi (DHF grade 3 / Dengue Berat)
Management cairan pasien rawat inap dengan shock
tidak terkompensasi (DHF grade 4 / Dengue Berat)
MALARIA
Definisi
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit Plasmodium dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles
Plasmodium
vivax
Malaria tertiana benignan/malaria vivaxPlasmodium
falciparum
Plasmodium
malariae
Malaria kuartana/malaria malariae Malaria tertiana malignan/malaria tropikaPlasmodium
ovale
Malaria ovale/Malaria tertiana benignan ovaleSiklus Hidup Plasmodium
• Gambar. Siklus perkembangan
Plasmodium. Nyamuk akan
mengalami 2 tahapan, yaitu di dalam nyamuk (siklus sporogoni) dan di tubuh manusia. Di dalam nyamuk mikrogametosit akan bergabung dengan makrogametosit
membentuk zigot, yang nantinya akan berkembang menjadi ookist. Ookist pecah menjadi sporozoit dan menginfeksi manusia. fase ekso-eritrositik terjadi di dalam sel hati. Disni sporozoit mengalami
multiplikasi dan berkembang menjadi skizon. Skizon keluar dan pecah di peredaran darah, menjadi merozoit, menginfeksi sel darah merah (siklus eritrositik).
Multiplikasi terjadi kembali (tropozoit), kemudian pecah (merozoit) dam menimbulkan menifestasi klinis (Referensi :
Malaria, Center for Diseases Control and Prevention, available from
dingin (cold
stage)
demam
(Hot stage)
berkeringat
(sweating
stage).
GEJALA KLASIK MALARIA
Nadi cepat tetapi
lemah, bibir dan
jari-jari pucat atau
sianosis,
kulit
kering dan pucat.
Stadium
ini
berlangsung antara
15 menit sampai 1
jam.
Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas
seperti terbakar, nyeri kepala, nadi menjadi kuat lagi. Biasanya pasien
menjadi sangat haus dan suhu badan dapat meningkat sampai 41 C
atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2-12 jam
pasien berkeringat
banyak sekali,
tempat tidurnya
basah, kemudian
suhu badan
menurun dengan
cepat,
kadang-kadang sampai
dibawah normal.
MANIFESTASI KLINIS
Plasmoduim Malariae
(Malaria Kwartana)
•
Berlangsung ringan,
anemia jarang terjadi,
splenomegali ringan.
Serangan paroksismal
terjadi tiap 3-4 hari,
biasanya pada sore hari
dan parasitemia sangat
rendah <1%.
Plasmodium Ovale
(Malaria Ovale)
•
Gejala klinis hampir sama
dengan Malaria Vivax,
lebih
ringan,
puncak
panas, lebih rendah lebih
pendek, dapat sembuh
spontan. menggigil jarang
terjadi dan splenomegali
jarang
sampai
dapat
Plasmodium Vivax(Malaria Tertiana)
•
Pada hari pertama panas ireguler, kadang-kadang remitten
atau intermitten, pada saat tersebut perasaan dingin atau
menggigil jarang terjadi.
•
Pada akhir minggu tipe panas menjadi intermitten dan
periodik setiap 48 jam dengan gejala klasik trias malaria.
•
Serangan paroksismal biasanya terjadi waktu sore hari.
•Pada minggu kedua limpa mulai teraba.
•
Parasitemia mulai menurun setelah 14 hari, limpa masih
membesar dan panas masih berlangsung.
•
Pada akhir minggu ke-5 panas mulai turun secara klinis.
Plasmodium falcifarum
(Malaria Tropika)
Gejala prodromal:
•
Sakit kepala, nyeri belakang/tungkai, lesu, perasaan dingin, mual, muntah, dan
diare. Panas ireguler dan tidak periodik, sering terjadi hiperpirekisia dgn T 40º.
Gejala Lain:
•
Konvulsi, pneumonia aspirasi, banyak keringat.
Infeksi berat:
•
Nadi cepat, nausea, muntah, diare berat dll. Splenomegali, kelainan urin, dan
anemia.
Malaria pada Kehamilan
Plasmodium beredar dalam mikrosirkulasi plasenta.
Infeksi malaria pada kehamilan mengakibatkan fetal distress, kelahiran premature,
bayi lahir meninggal (stillbirth), bayi lahir dengan berat badan rendah, dan congenital
malaria (<5%).
Klinis
•
Klinis
•
riwayat demam intermiten atau terus menerus,
riwayat dari atau pergi ke daerah endemik
malaria, trias malaria
•
konjungtiva pucat, sklera ikterik, splenomegali
•Lab: sediaan darah tebal dan tipis ditemukan
plasmodium, serologi malaria (+) [sebagai
penunjang]
•
Malaria berat: ditemukannya P. falciparum dalam
stadium aseksual disertai satu atau lebih gejala
berikut:
•
Malaria serebral: koma dalam yang tak
dapat/sulit dibangunkan dan bukan disebabkan
oleh penyakit lain
– Anemia berat (normositik) pada keadaan hitung parasit >10.000/ul; (Hb <5 g/dl atau hematokrit <15%)
– Gagal ginjal akut (urin <400 ml/24 jam pada orang dewasa, atau <12 ml/kgBB pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi disertai kreatinin >3 mg/dl) – Edema paru/acute respiratory distress syndrome
(ARDS)
– Hipoglikemia (gula darah <40 mg/dl)
– Gagal sirkulasi atau syok (tekanan sistolik <70 mmHg, disertai keringat dingin atau perbedaan temperatur kulit-mukosa >10C)
•
Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran
cerna, dan/atau disertai gangguan koagulasi
intravaskular
•
Kejang berulang lebih dari 2 kali dalam 24 jam
setelah pendinginan pada hipertermia
•
Asidemia (pH 7,25) atau asidosis (bikarbonat
plasma <15 mEq/l)
•
Hemoglobinuria makroskopik oleh karena infeksi
malaria akut (bukan karena efek samping obat
antimalaria pada pasien dengan defisiensi G6PD)
•
Diagnosis pasca-kematian dengan ditemukannya
P. Falciparum yang padat pada pembuluh darah
kapiler jaringan otak
•
Beberapa keadaan yang juga digolongkan sebagai
malaria berat sesuai dengan gambaran klinis
daerah setempat:
•
Gangguan kesadaran
•
Kelemahan otot tanpa kelainan neurologis (tak
bisa duduk/jalan)
•
hiperparasitemia >5% pada daerah hipoendemik
atau daerah tak stabil malaria
•
Ikterus (bilirubin >3 mg/dl)
KOMPLIKASI
Malaria Serebral
•
Paling berbahaya
•
Gejala
ditandai
dengan
koma.
Sebagian
penderita terjadi gangguan kesadaran yang lebih
ringan seperti apatis, somnolen, delirium
•
Diduga terjadi sumbatan kapiler pembuluh
darah otak sehingga terjadi anoksia otak.
Sumbatan karena eritrosit berparasit sulit
melalui kapiler karena proses sitoadherensi dan
sekuestrasi parasit.
•
Kadar laktat pada cairan serebrospinal (CSS)
meningkat yaitu >2.2 mmol/L (1.96 mg/dL) dan
dapat dijadikan indikator prognostik: bila kadar
laktat >6 mmol/L memiliki prognosa yang fatal.
•
Biasanya
disertai
ikterik,
gagal
ginjal,
hipoglikemia, dan edema paru. Bila terdapat >3
komplikasi organ, maka prognosa kematian >75
%.
Gagal Ginjal Akut (GGA)
•
Kelainan fungsi ginjal dapat terjadi pre-renal
karena dehidrasi (>50%), dan hanya 5-10 %
disebabkan oleh nekrosis tubulus akut.
•
Gangguan fungsi ginjal ini oleh adanya anoksia
karena penurunan aliran darah ke ginjal akibat
dari sumbatan kapiler.
•
Apabila berat jenis (BJ) urin <1.01 menunjukkan
dugaan nekrosis tubulus akut;
•
urin yang pekat dengan BJ >1.05, rasio
urin:darah > 4:1, natrium urin < 20 mmol/L
menunjukkan dehidrasi.
•
klinis terjadi oligouria atau poliuria. Beberapa
faktor
risiko
terjadinya
GGA
ialah
hiperparasitemia,
hipotensi,
ikterus,
hemoglobinuria.
KOMPLIKASI
Kelainan Hati (Malaria Biliosa)
•
ikterus sering dijumpai pada infeksi malaria falcifarum.
Hipoglikemia
•
Hal ini karena kebutuhan metabolic dari parasit telah menghabiskan
cadangan glikogen dalam hati
Malaria Haemoglobinuria (Black Water Fever)
•
Adalah suatu sindrom dengan dejala karakteristik serangan akut,
menggigil, demam, hemolisis intravascular, hemoglobinemia,
hemeglobinuria dan gagal ginjal.
Malaria Algid
•
Terjadi gagal sirkulasi atau syok, tekanan sistolik <70 mmHg, disertai
gambaran klinik berupa perasaan dingin dan basah pada kulit,
temperatur rectal tinggi, kulit tidak elastic, pucat, pernafasan
dangkal,nadi cepat, tekanan darah turun dan sering tekanan sistolik
tak terukur dan nadi yang normal.
KOMPLIKASI
Kecenderungan Perdarahan
Edema Paru
•
Edema paru dapat terjadi karena kelebihan cairan atau adult
respiratory
distress
syndrome.
Beberapa
factor
yang
mempermudah timbulnya edema paru ialah kelebihan cairan,
kehamilan, malaria serebral, hiperparasitemi, hipotensi, asidosis
dan uremi..
Hiponatremia
•
Terjadinya hiponatremia disebabkan karena kehilangan cairan dan
garam melalui muntah dan mencret
Gangguan Metabolik Lainnya
.
•
Asidosis metabolic ditandai dengan hipervelensi(pernafasan
kussmaul), peningkatan asam laktat, pH turun dan penigkatan
bikarbonat. Asidosi biasanya disertai edema paru, hiperparasitemia,
syok, gagal ginjal dan hipoglekimia.
PLASMODIUM FALCIPARUM
•
Yang harus diperhatikan dlm
pemeriksaan parasit ini yaitu :
1. Eritrosit tidak membesar
2. Terdapat titik maurer disekitar
parasit
3. Bentuk titik Maurer kasar
4. Stadium yang ditemukan umumnya
trofozoit dan gametosit
5. Bila ditemukan stadium skizon di
sediaan darah tepi menandakan
adanya infeksi berat
•
Stadium skizon (jarang ditetmukan di dlm darah
tepi)
Ciri-ciri:
- Eritrosit tidak membesar
- Parasit: jumlah inti 2 - 24
- pigmen sudah menggumpal berwarna hitam
• Stadium gametosit
- eritrosit tidak membesar - Parasit:
* bentuk pisang agak lonjong atau seperti sosis (mikrogametosit)
* plasma biru atau merah muda (mikrogametosit) * inti padat (kalau mikrogametosit tdk padat)
PLASMODIUM VIVAX
Yang harus diperhatikan dlm
pemeriksaan parasit ini yaitu :
1. Eritrosit membesar
2. Terdapat titik schuffner disekitar
parasit
3. Titik Schuffner bentuknya halus dan
tersebar merata di sekitar parasit
4. Stadium yang ditemukan :
trofozoit, skizon dan gametosit (semua
stadium)
Stadium trofozoit
Ciri-ciri :
- eritrosit membesar
- bentuk cincin ( besarnya 1/3 eritrosit)
- mulai tampak titik schuffner.
•
Stadium skizon
Ciri-ciri : - eritrosit : membesar
- jumlah inti 12 - 24
- pigmen : kuning tengguli berkumpul
- titik schuffner masih tampak dibagian
pinggir eritrosit
•
Stadium makrogametosit
Ciri-ciri : - eritrosit membesar
- inti kecil, padat, pigmen tersebar
- protoplasma biru
PLASMODIUM MALARIA
•
Plasmodium malariae terutama
menyerang eritrosit yang telah
matang.
•
Biasanya parasit menyerang
kurang dari 1% dari jumlah
eritrosit.
•
Parasit pada sediaan darah tepi
tipis berbentuk khas seperti pita
(band form), skizon berbentuk
bunga ros(rosette form),
•
tropozoit kecil bulat dan kompak
beisi pigmenyang menumpuk,
kadang-kadang menutupi
PLASMODIUM OVALE
•
Red cells enlarged.
•
Comet forms
common (top right).
•
Rings large and
coarse.
•
Schuffner’s
dots,
when present, may
be prominent.
•
Mature schizonts
similar to those of P.
malariae but larger
and more coarse.
Tata Laksana
Terapi Simtomatik dan Suportif
•Monitoring keadaan umum dan tanda
vital
•
Demam : parasetamol, dosis
10mg/kg/kali dengan pemberian 4-6
jam, dan kompres hangat
•
Kejang :
- Dewasa :
diazepam
5-10mg IV secara
perlahan, dapat diulang setiap 15
menit, maksimum 100mg/24jam. Lini
kedua :
fenobarbital
100mg/kali
- Anak :
diazepam
0.3-0.5mg/kg/kali
secara intravena atau per rektal
sebanyak 5 mg (berat badan <10kg) dan
10mg (berat badan >10kg) → kejang
belum teratasi setelah 2x pemberian →
fenitoin
, loading dose 20mg/BB dalam
NaCl 0.9%, berikan secara bolus
intravena perlahan. Pemberian ini
diikuti oleh dosis rumatan
4-8mg/kg/hari (dbagi dalam 2 dosis)
Malaria tanpa Komplikasi
•Rekomendasi WHO : kombinasi
obat dengan dasar artemisin ( ACT
–
Artemisin based Combination
Therapy) dalam bentuk kombinasi
obat tetap selama 3 hari
•
Alternatif (lebih inferior dari ACT)
: kombinasi obat anti malaria
skozontosidal, seperti
sulfadoxine-pyrimethamine plus
chloroquine (SP+CQ) atau
amodiaquine (AP+AQ).
•
Artemisin menghilangkan
parasitemia dan perbaikan gejala
klinis secara cepat dengan cara
mengurangi jumlah parasit
100-1000kali per siklus aseksual
(jumlah parasit mencapai 10.000
per siklus aseksual 48 jam)
Tabel . Kombinasi Obat Tetap untuk Terapi Malaria
Lini Pertama (p. falciparum dan p. vivax, p. ovale)
Dihydroartemisin + piperaquine (DHA+PPQ) plus primakuin
Isi FDC 40mg dihydroartemisin dan 320mg piperaquin Dosis DHA PPQ Primakuin 2-4mg/kg (3 hari) 16-32mg/kg (3 hari) 0.75mg/kg (p. falci-parum) 14 hari 0.25mg/kg (p. vivax)
Artesunate + amodaquine (AS+AQ) plus primakuin
Isi FDC 25/67.5mg; 50/135mg; 100/270mg Dosis AS AQ Primakuin 4mg/kg/hari 10mg/kg/hari 0.75mg/kg (p. falcipa-rum) 0.25mg/kg (p. vivax) Lini Kedua pada p. falciparum
Kina + doksisiklin Dosis
Kina Doksisiklin
3x10mg/kg/hari (7hari)
2x3.5mg/kg/hari pada anak ≥15tahun (7hari) 2x2.2mg/kg/hari pada anak usia 8-14 tahun (7hari)
Tetrasiklin + primakuin Dosis Tetrasiklin Primakuin 4x4-5mg/kg 0.75mg/kg (14hari)
Lini Kedua untuk p. vivax dan p. ovale
Kina + primakuin Dosis
Malaria pada kehamilan
•
Terapi yang diberikan berdasar
pada umur kehamilan dan
tidak diberikan primakuin
•
Infeksi P. falciparum
- Trisemester 1 :
kina
3x2tablet
plus
klindamisin
2x300mg
selama 7 hari
- Trisemester 2 dan 3 berikan
ACT
tablet selama 3 hari
•
Infeksi P. vivax
- Trisemester 1 :
kina
tablet
selama 7 hari
- Trisemester 2 dan 3 :
ACT
tablet selama 3 hari
Malaria Berat
• 3 prinsip pengobatan malaria berat (malaria
dengan komplikasi):
- Pengobatan obat anti malaria yang efektif - Penanganan komplikasi
- Pengobatan simtomatik
• Lini pertama : artesunat/artemeter intravena
- Dosis artesunat : 2-4mg/kg secara intravena pada jam ke 0, 12, dan 24 jam → lalu tiap 24 jam sampai pasien dapat minum obat per oral.
Pengobatan dilanjutkan dengan ACT lini pertama.
- Dosis artemeter : 1.6mg/kg intramuscular pada jam ke 0 dan 12. → lalu tiap 24 jam sampai
pasien dapat minum obat peroral.
• Alternatif :kina HCL • Untuk ibu hamil :
- Trisemester 1 : kina HCL secara drip dengan dextrose 5-10%
Tabel . Dosis dan Cara Pemberian Kina
Jam Dosis
0 20mg/kg dalam dextrose 5% atau NaCl 0.9%
4 dextrose 5% atau NaCl 0.9%
8 10mg/kg (dosis rumatan) dalam dextrose 5% atau NaCl 0.9%
12 dextrose 5% atau NaCl 0.9% 16 dan
selanjutnya
Berikan kina dosis rumatan berselingan dengan Dextrose 5% atau NaCl sampai dengan pasien dapat minum kina per oral
•
Kina diberikan selama 7 hari
•
Dosis kina untuk anak : 10mg/kg, bayi <2bulan 6-8mg/kg dengan
cara pemberian yang sama dengan dewasa.
•
Pada penderita gagal ginjal dosis rumatan kina diturunkan 1/3 – 1/2
Pencegahan & Vaksinasi Malaria
•
Pencegahan :
- Tidur dengan kelambu yang telah dicelup pestisida
- Menggunakan obat pembunuh nyamuk (mosquito repellants)
- Proteksi diri saat keluar dari rumah (baju lengan panjang, kaus/stocking)
- Proteksi kamar atau ruangan menggunakan kawat anti nyamuk
- Kemoprofilaksis saat akan bepergian ke daerah endemis malaria.
* Daerah klorokuin sensitive, pada ibu hamil dan orang dengan
imunitas rendah : 2 tablet
klorokuin (250mg) tiap minggu 1
sebelum berangkat dan 4 minggu setelah kembali.
* Daerah klorokuin resisten :
doksisiklin 100mg/hari atau
meflokuin 250mg/minggu atau klorokuin 2 tablet/ minggu +
proguanil 200mg/hari
* Alternatif :
primakuin 0.5mg/kg/hari
DEMAM TIFOID
Definisi
Penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella
typhi atau Salmonella partatyphi
Demam Tifoid
Sumber: Todar, Kenneth.
Salmonellaand Salmonellosis In: Todar’s online textbook of bacteriology.
ETIOLOGI:
-
Salmonellae
-genus dalam keluarga
Enterobacteriaceae/
-anaerob fakultatif
-tidak membentuk spora.
-Sebagian besar motil
-Pertumbuhan S. typhi dan
S. Paratyphi t erbatas pada
pejamu manusia, dan
menyebabkan enteric
(typhoid) fever .
DEFINISI:
Demam tifoid:
penyakit sistemik yang
ditandai dengan
demam dan nyeri
perut yang disebabkan
karena penyebaran S.
typhi atau S.
paratyphi..
SKDI: KATEGORI 4A
EPIDEMIOLOGI:
Masih endemis di
Indonesia.
FAKTOR RISIKO:
-Kondisi ekonomi
-Higienis buruk
-Populas padat
-Sanitasi dan sarana air
bersih sulit didapat
-Pekerjaan (lab/ RS)
-Faktor imunitas
-Resistensi antibiotik
Patogenesis
Sumber: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Demam Tifoid. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI; 2006: 1774-77. Sumber: Kuehnel, W. Color atlas of cytology, hystology and microscopic anatomy. 4th ed. New York: Thieme Stuttgart;
TANDA-TANDA KEHAMILAN
Anamnesis
:
-Gejala klinis bervariasi
(ringan sampai berat)
-Demam naik bertahap
mencapai suhu tertinggi
pada akhir minggu
pertama, minggu kedua
demam terus tinggi
-Anak sering mengigau
(delirium), malaise, letargi,
-anoreksia, nyeri kepala,
nyeri perut, diare atau
konstipasi, muntah, perut
kembung
Pemeriksaan Fisik:
1. Kesadaran menurun,
delirium
2. Bradikardia relatif
3. Lidah tifoid (coated
tongue, hiperemis,
tremor)
4. Meteorismus
5. Hepato/splenomegali
6. Rose spots pada dinding
abdomen
Pemeriksaan Penunjang:
-
Darah perifer: anemia
leukopenia, limfositosis
reaktif,, trombositopenia
-
Kimia darah: peningkatan
fungsi hati
-
Pemeriksaan serologi:
Serologi widal (kenaikan
titer S. typhi titer O 1:200
atau kenaikan 4x fase akut
ke fase konvalesens; kadar
IgM dan IgG (Typhi-dot)
-
Pemeriksaan biakan
Salmonella: gold
standard
-
Pemeriksaan radiologi
(sesuai indikasi)
DIAGNOSIS
Klinis
•
Demam naik secara bertangga pada minggu pertama lalu demam menetap (kontinyu) atau
remiten pada minggu kedua. Demam terutama sore/malam hari, sakit kepala, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare.
•
febris, kesadaran berkabut, bradikardia relatif (peningkatan suhu 1 C tidak diikuti peningkatan
denyut nadi 8x/menit), lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung merah, serta
tremor), hepatomegali, splenomegali, nyeri abdomen, roseolae (jarang pada orang
Indonesia).
•
Lab: dapat ditemukan lekopeni, lekositosis, atau lekosit normal, aneosinofilia, limfopenia,
peningkatan LED, anemia ringan, trombositopenia, gangguan fungsi hati.
•
Kultur darah (biakan empedu) positif atau peningkatan titer uji Widal >4 kali lipat setelah satu
minggu memastikan diagnosis.
•
Kultur darah negatif tidak menyingkirkan diagnosis. Uji Widal tunggal dengan titer antibodi O
1/320 atau H 1/640 disertai gambaran klinis khas menyokong diagnosis.
•
Hepatitis tifosa bila memenuhi 3 atau lebih kriteria K hosla (1990): hepatomegali, ikterik,
kelainan laboratorium (antara lain: bilirubin >30,6 umol/l, peningkatan SGOT/SGPT,
penurunan indeks PT), kelainan histopatologi.
•
Tifoid karier: ditemukannya kuman Salmonella typhi dalam biakan feses atau urin pada
Tata Laksana
•
Nonfarmakologis: tirah baring, makanan
lunak rendah serat
•
Farmakologis:
–
Simtomatis
–
Antimikroba:
• Pilihan utama: Kloramfenikol 4 x 500 mg
sampai dengan 7 hari bebas demam.
• Alternatif lain:
• Tiamfenikol 4 x 500 mg (komplikasi
hematologi lebih rendah dibandingkan kloramfenikol)
• Kotrimoksazol 2 x 2 tablet selama 2
minggu
• Ampisilin dan amoksisilin 50-150
mg/kgBB selama 2 minggu
• Sefalosporin generasi III; yang terbukti
efektif adalah seftriakson 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari
• Fluorokuinolon (demam umumnya lisis
pada hari III atau menjelang hari IV):
• Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 6
hari
• Ofloksasin 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
•
Kasus toksik tifoid (demam tifoid disertai
gangguan kesadaran dengan atau tanpa
kelainan neurologis lainnya dan hasil
pemeriksaan cairan otak masih dalam
batas normal) kombinasi kloramfenikol
4 x 500 mg + ampisilin 4 x 1 gram +
deksametason 3 x 5 mg.
•
Steroid hanya pada toksik tifoid atau
demam tifoid dengan syok septik dengan
dosis 3 x 5 mg
•
Perhatian: Pada kehamilan
fluorokuinolon dan kotrimoksazol tidak
boleh digunakan. Kloramfenikol tidak
dianjurkan pada trimester III.
Tiamfenikol tidak dianjurkan pada
trimester I. Obat yang dianjurkan
golongan beta laktam: ampisilin,
amoksisilin, dan sefalosporin generasi III
(seftriakson)
FILARIASIS
Penyakit yang disebabkan cacing Filariidae, dibagi menjadi 3 berdasarkan
habitat cacing dewasa di hospes:
Kutaneus: Loa loa, Onchocerca volvulus, Mansonella streptocerca
Limfatik: Wuchereria bancroftii, Brugia malayi, Brugia timori
•
Filariasis limfatik
–
Mikrofilaremia asimtomatik
–Gejala akut:
•
Demam berulang ulang selama 3-5
hari
•
Adenolimfangitis akut: limfadenopati
yang nyeri, limfangitis retrograde
•
tropical pulmonary eosinophilia
( batuk, mengi, anoreksia, malaise,
sesak)
–
Limfedema, hidrokel ireversibel
kronik dan kiluria
•
Gejala menahun terjadi 10-15 tahun
setelah serangan akut pertama.
•
Limfedema : Infeksi Wuchereria yang
bisa menimbulkan limfedema testis
(hidrokel)
•
Kiluria : Kencing seperti susu,
kebocoran sel limfe di ginjal, jarang
ditemukan
–
Grading limfedema (WHO, 1992):
•
Grade 1 - Pitting edema reversible
with limb elevation
•
Grade 2 - Nonpitting edema
irreversible with limb elevation
•
Grade 3 - Severe swelling with
sclerosis
and skin changes• Pemeriksaan penunjang:
– Deteksi mikrofilaria di darah
– Deteksi mikrofilaria di kiluria dan cairan hidrokel – Antibodi filaria, eosinofilia
– Biopsi KGB • Pengobatan:
– Tirah baring, elevasi tungkai, kompres
– Antihelmintik (ivermectin, DEC, albendazole) – Suportif
– o Pengobatan massal dengan albendazole+ivermectin
(untuk endemik Onchocerca volvulus) atau
albendazole+DEC (untuk nonendemik Onchocerca volvulus) guna mencegah transmisi
– o Bedah (untuk kasus hidrokel/elefantiasis skrotal) – o Diet rendah lemak dalam kasus kiluria