• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. barat kepulauan Antilles. Posisi Kuba yang strategis, kekayaan lahan pelabuhan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. barat kepulauan Antilles. Posisi Kuba yang strategis, kekayaan lahan pelabuhan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Amerika Serikat merupakan negara yang berada dalam satu benua dengan Kuba. Kuba terletak di wilayah Karibia dan merupakan daratan terluas di sebelah barat kepulauan Antilles. Posisi Kuba yang strategis, kekayaan lahan pelabuhan yang melimpah, serta cadangan mineral yang dimiliki Kuba menjadi daya tarik bagi kekuasaan-kekuasaan asing untuk menguasai Kuba, termasuk Amerika Serikat (mukmin, 1981). Amerika Serikat menerapkan Amandement Platt yang dijadikan pedoman konstitusi baru bagi Kuba, dimana dalam amandemen tersebut mengijinkan Amerika Serikat untuk menerapkan tekanan yang besar terhadap Kuba atas dasar hak istimewa yang dimiliki Amerika Serikat. Keadaan ini sangat menguntungkan Amerika Serikat (Zaviera, 2007). Hubungan Amerika Serikat dan Kuba yang sangat harmonis ini terjadi pada masa pemerintahan Fulgencio Batista di tahun 1952. Batista mendapatkan dukungan ekonomi dan militer karena kebijakannya yang menguntungkan Amerika Serikat (Manan, 2013).

Pada tanggal 1 Januari 1959 hubungan bilateral antara Amerika Serikat dan Kuba bertolak belakang. Hubungan kedua negara ini mulai memburuk dimana Fidel Castro berhasil menggulingkan Batista. Undang-Undang Reformasi Agraria yang disahkan pada tanggal 17 Mei 1959 dan nasionalisasi ekonomilah yang menyulut kemarahan Amerika Serikat terhadap Kuba. Berdasarkan

(2)

Undang-2

Undang Reformasi Agraria, maka pemerintah Kuba memiliki hak legitimasi hukum untuk menyita tanah yang dimiliki oleh perusahaan asing. Sekitar 75% lahan pertanian yang sudah dikuasai oleh asing disita oleh gerakan revolusioner Fidel Castro. Selain itu pemerintah juga menerapkan nasionalisasi terhadap perusahaan-perusahaan asing miliki Amerika Serikat seperti The First National City Bank of Boston, First National City Bank of New York, dan Chase Manhattan, hal ini tentunya sangat merugikan kepentingan modal asing Amerika Serikat yang telah lama menguasai aset-aset produktif Kuba (Usman, 2006). Ketegangan juga semakin memuncak setelah pelaksanaan kebijakan politik serta ekonomi sosialis di Kuba.

Peristiwa penting yang menambah keretakkan hubungan kedua negara tersebut adalah Invasi Teluk Babi. Peristiwa ini merupakan upaya Amerika Serikat melalui CIA dengan melatih ribuan pelarian Kuba dan sudah dipersenjatai lengkap untuk menggulingkan Fidel Castro serta menghentikan revolusi Kuba. Namun sayangnya upaya penggulingan pemerintahan Fidel Castro gagal dikarenakan penyerangan ini dapat dilumpuhkan oleh Fidel Castro selama 72 jam (Setia, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa siasat mengalahkan Fidel Castro dengan upaya militer tidak menunjukkan tanda-tanda keberhasilan. Akhirnya sejak tahun 1962 Kennedy mengganti siasat militer dengan siasat ekonomi untuk menghadapi Kuba. Amerika Serikat memutuskan untuk memperluas embargo, melarang ekspor hampir semua komoditi ke Kuba. Sejak embargo ditetapkan maka terputuslah hubungan diplomatik kedua negara dan Kuba hanya menerima bantuan dari Uni Soviet untuk memenuhi kebutuhan nya.

(3)

3

Siasat ekonomi yang dilakukan Amerika serikat merupakan siasat yang cukup efektif. Setelah Uni Soviet runtuh diawal tahun 1990-an, Kuba terjerembab kedalam krisis ekonomi. Dalam beberapa bulan kuba kehilangan 4/5 jalur perdagangan dengan negara luar, pabrik-pabrik tutup, toko-toko tidak beraktivitas dan transportasi kapal dari perusahaan minyak Soviet sampai perusahaan makanan milik Hongaria yang mengangkut makanan, bahan makanan, bahan bakar, bahan baku dan bahan-bahan pabrik berangsur-angsur berhenti (Cameron, 2005).

Sejak terpilihnya presiden Barrack Obama menjadi awal dari perubahan-perubahan arah kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Arah kebijakan luar negeri yang sebelumnya sangat kental dengan unsur-unsur militeristik dibawah kepemimpinan presiden Bush, berubah drastis menuju ke arah isu-isu kerjasama di segala bidang dalam menjalin hubungan luar negeri dengan negara lainnya di bawah kepemimpinan Obama (Ralph, 2014). Termasuk menjalin kembali hubungan dengan negara-negara yang dianggap menjadi musuh terdahulu bagi Amerika Serikat.

Pada tanggal 17 Desember 2014, Obama mengumunkan arah baru hubungan Amerika Serikat dengan Kuba dan berbicara soal normalisasi hubungan bilateral kedua negara yang dimulai pada tanggal 22 Januari 2015 di Havana, Kuba. Bendera kebangsaan Kuba akan berkibar untuk pertama kalinya di luar gedung di Ibu kota Washington DC yang kembali dioperasikan menjadi kantor kedutaan besar Kuba di Amerika Serikat. Menteri Luar Negeri Kuba Bruno Redriguez juga mengunjungi Amerika Serikat untuk pertama kali sejak revolusi

(4)

4

tahun 1959. Disaat yang bersamaan, kedutaan besar Amerika Serikat yang ada di Havana juga akan kembali dioperasikan.

Barack Obama dalam Konferensi Tingkat Tinggi Negara- Negara Amerika Latin yang baru pertama kali diikuti Kuba setelah absen 20 tahun mengatakan bahwa AS tidak akan dipenjarakan oleh masa lalu. AS mencari masa depan. Dengan nada sedikit bercanda, Presiden Obama mengatakan bahwa dirinya tidak tertarik untuk terlibat dalam pertarungan yang dimulai bahkan sebelum ia lahir (Wisnu, 2015).

Namun terjadinya normalisasi hubungan kedua negara ini bukan berarti menyelesaikan tuntas permasalahan kedua negara ini. Meskipun kedua negara tersebut sudah membuka hubungan diplomatik, namun sayangnya Amerika Serikat belum juga mencabut embargo ekonomi terhadap Kuba. Hal tersebut ditunjukkan dengan Amerika Serikat memilih absatain dalam voting tahunan PBB terkait resolusi untuk mengakhiri embargo. Amerika Serikat belum juga bergeming walaupun 191 negara mendukung Kuba dalam penghentian embargo (Cameron, 2005).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dalam penulisan ini, yaitu:

 Mengapa Amerika Serikat belum bersedia mencabut embargo ekonomi terhadap Kuba ?

(5)

5 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini secara umum akan meneliti lebih mendalam mengenai penolakan Amerika Serikat atas pencabutan embargo ekonomi terhadap Kuba, adapun secara khusus:

 Ingin mengetahui alasan dan kepentingan Amerika Serikat terhadap Kuba sehingga belum mau mencabut embargo ekonomi di Kuba.

 Untuk menjawab rumusan masalah yang ada dengan menggunakan teori dan konsep yang relevan dan membuktikan hipotesa dengan fakta dan data,

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan:

 Secara akademik untuk memahami lebih mendalam tentang konsep Politik Luar Negeri.

 Secara praktis untuk memahami konstalasi politik global, khususnya di benua Amerika.

1.5 Landasan Teori

Untuk menjawab rumusan masalah di atas maka penulis menggunakan konsep Politik Luar Negeri yang nantinya untuk menganalisa alasan dan kepentingan Amerika Serikat terhadap Kuba sehingga belum bersedia mencabut embargo ekonomi.

(6)

6 1.5.1 Konsep Politik Luar Negeri

Politik luar negeri merupakan serangkaian kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam rangka hubungannya dengan dunia internasional, dalam usaha untuk mencapai tujuan nasional. Dimana kebijakan tersebut merupakan akumulasi dari kepentingan rakyat yang disebut sebagai kepentingan nasional. Melalui politik luar negeri, pemerintah memproyeksikan kepentingan nasionalnya ke dalam masyarakat antar bangsa. Dengan kata lain, politik luar negeri adalah segala macam upaya kepentingan nasional yang melibatkan bangsa lain ataupun organisasi-organisasi di luar lingkup konsep sistem negara-bangsa (Warsito, Teori Teori Poltik Luar Negeri Relevansi dan Keterbatasannya, 1998)

Plano dan Olton menegaskan pula bahwa politik luar negeri adalah strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh para pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional spesifik yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional. Dari pengertian ini dapat dilihat bahwa politik luar negeri sengaja dibuat oleh suatu negara sebagai pedoman tindakan dalam forum internasional, yang pelaksanaannya bertujuan demi mencapai kepentingan nasional negara tersebut. Kepentingan nasional itu sendiri timbul untuk menutupi kekurangan sumber daya nasional, atau apa yang dibahasakan sebagai kekuatan nasional, yang ternyata hanya bisa diperoleh diluar batas-batas territorial negaranya (Jusuf, 1989).

Kajian Konsep Politik Luar Negeri diartikan sebagai sebuah rangsangan dari lingkungan eksternal dan domestik yang dijadikan sebagai input untuk

(7)

7

mempengaruhi politik luar negeri negara tersebut yang dikonversi terlebih dahulu oleh para pembuat kebijakan menjadi sebuah output. Proses konversi yang dilakukan oleh para pembuat keputusan untuk merumuskan politik luar negeri negara tersebut mengacu pada kondisi baik yang berlangsung dalam negeri maupun luar negeri, serta menetapkan tujuan yang akan dicapai yang disesuaikan dengan kapabilitas negara tersebut dalam mencapai tujuan (Rosenau, 1980).

Secara umum politik luar negeri merupakan suatu perangkat formula nilai, sikap, arah, serta sasaran untuk mempertahankan, mengamankan dan memajukan kepentingan nasional di percaturan internasional. Pelaksanaan politik luar negeri mencerminkan kepentingan nasional di bidang luar negeri. Politik luar negeri adalah suatu komitmen yang merupakan strategi dasar untuk mencapai tujuan, baik dalam konteks dalam negeri atau luar negeri sekaligus menentukan keterlibatan suatu negara di dalam isu-isu internasional atau lingkungan sekitar.

Jika dilihat dari unsur-unsur fundamentalnya, politik luar negeri suatu negara terdiri dari dua elemen utama yaitu tujuan nasional yang akan dicapai dan instrumen yang dimiliki suatu negara untuk mencapainya. Tujuan yang ingin dicapai dapat terlihat dari kepentingan nasional yang dirumuskan elit suatu negara. Sedangkan instrumen untuk mencapai tujuan tersebut tergambar dari strategi diplomasi yang merupakan implementasi dari kebijakan politik luar negeri yang telah dirumuskan. Dengan demikian, politik luar negeri yang dijalankan suatu negara dapat dianggap berhasil jika memiliki suatu strategi diplomasi tertentu yang efektif dapat melindungi pencapaian kepentingan nasional negara tersebut.

(8)

8

Tujuan dari politik luar negeri adalah manifestasi dari kepentingan nasional suatu negara. Tujuan tersebut dipengaruhi oleh masa lalu dan keinginan yang akan dicapai di masa yang akan datang. Dalam hal ini tujuan terbagi menjadi tiga yaitu tujuan jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Pada dasarnya hampir seluruh tujuan jangka panjang politik luar negeri suatu negara adalah untuk mencapai perdamaian, keamanan, dan kekuasaan. Tujuan politik luar negeri dapat dikatakan sebagai citra mengenai keadaan dan kondisi masa depan suatu negara, dimana pemerintah melalui perumus kebijakan dapat mecapai tujuan tersebut semaksimal mungkin (rosenau, 2007).

Sebelum mengadakan serangkaian tindakan dalam hubungan luar negerinya, suatu negara terlebih dahulu harus menentukan pola politik luar negerinya berdasarkan atas kebutuhan nasional sehingga kepentingan nasional berperan sebagai kontrol dalam setiap pelaksanaan politik luar negerinya. Di sini, tujuan nasional Amerika adalah berusaha melindungi seluruh warga dan kepentingan di dalam dan di luar negeri sedangkan instrument yang digunakan adalah cenderung kepada politik. Menciptakan rasa aman bagi warganya dinilai sebagai kebutuhan yang mendesak, mengingat warga dan kepentingannya tersebar ke seluruh belahan dunia. Yang perlu diperhatikan dalam keterkaitan kepentingan nasional dan politik luar negeri adalah bahwa pelaksanaan politik luar negeri tersebut semaksimal mungkin dapat menguntungkan bagi kepentingan nasional, baik di ukur dari kepentingan keselamatan dan keamanan nasional, maupun diukur dari peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan nasional.

(9)

9

Alasan penulis menggunakan konsep Politik Luar Negeri dikarenakan konsep ini adalah konsep yang cukup relevan dalam menjawab permasalahan yang ada. Konsep politik luar negeri dapat menggambarkan bagaimana sikap Amerika Serikat terhadap negara lain dalam kancah politik internasional, kemudian tujuan serta kepentingan Amerika Serikat yang ingin dicapai.

1.5.2 Teori Kebijakan Luar Negeri

Pada dasarnya terdapat tiga konsep dasar mengenai kebijakan luar negeri, dimana ketiga konsep tersebut saling terintegrasi satu sama lain sehingga mampu memberikan landasan dasar bagi terciptanya suatu kebijakan. Rosenau menjelaskan adapun ketiga konsep tersebut ialah sebagai berikut, yakni :

1. Pengambilan kebijakan luar negeri harus mengacu pada sikap, persepsi, dan nilai-nilai yang dianut oleh sebuah negara, dimana semua hal ini berasal dari pengalaman sejarah negara dan posisi strategis negara tersebut dalam percaturan politik internasional. Pengalaman sejarah menjadi penting dalam proses pengambilan kebijakan, karena hal ini bertujuan untuk memberikan pedoman bagi negara ketika mereka dihadapkan dengan kondisi eksternal yang mengharuskan mereka untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan.

2. Kebijakan luar negeri merupakan suatu komitmen dan rencana yang melandasi sebuah tindakan, dimana di dalam komitmen dan rencana tersebut harus mengandung tujuan-tujuan spesifik yang ingin dicapai oleh negara.

3. Proses pembuatan kebijakan luar negeri harus mengacu pada fase empiris yang melibatkan langkah-langkah kongkret agar kebijakan yang dihasilkan pun

(10)

10

tidak salah sasaran. Fase empiris merupakan fase penting dalam proses pembuatan kebijakan, karena pada fase ini, para decision makers akan melakukan observasi terlebih dahulu terhadap objek-objek yang menjadi pembahasan dalam kebijakan tersebut.

Kepentingan nasional suatu negara bersumber dari budaya bangsanya, yaitu hidup bangsa, pola pikir dan sikap yang terbentuk melalui proses pengalaman sejarah yang diwariskan dari bangsa itu sendiri. Karena politik luar negeri suatu negara merupakan kelanjutan atau perjuangan dari kepentingan nasionalnya, maka Amerika Serikat sebagai negara besar dan satu-satunya negara adi kuasa sejak berakhirnya Perang Dingin memfokuskan politik luar negerinya terhadap penciptaan tata politik internasional yang sesuai dengan kepentingan nasionalnya (Minderop, 2006).

Politik luar negeri Amerika Serikat terbagi menjadi dua, yaitu isolasionisme dan intervensionisme. Politik luar negeri Amerika Serikat bersifat isolasionisme semenjak akhir abad ke-17 hingga perang dunia kedua. Dalam masa ini terjadi konflik internasional di Eropa, dengan menerapkan sistem isolasionisme Amerika tidak melibatkan diri dalam konflik tesebut dikarenakan tidak sesuai dengan tujuan utama kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat yaitu demokrasi tanpa menggunakan kekerasan. Pada masa ini Amerika Serikat lebih menyibukkan diri ke dalam urusan-urusan dalam negeri.

Pada akhir tahun 1941 politik luar negeri Amerika Serikat berubah drastis dari isolasianisme menjadi intervensionisme. Perubahan ini didorong oleh terjadinya pengeboman Pearl Harbour oleh armada Jepang. Dengan politik

(11)

11

intervensionisme Amerika Serikat berharap menjadi penggerak perdamaian dan kedamaian global memasyarakatkan demokrasi ke luar negeri, harus menghasilkan kesejahteraan bagi umat manusia, tapi tentunya mengacu kepada kepentingan Amerika Serikat. Demokratisasi dan perdamaian merupakan idealisme bangsa Amerika. Mereka meyakini bahwa kebahagiaan dan perdamaian akan tercapai jika demokrasi diterapkan di seluruh penjuru dunia yang kerap kali tanpa memperhatikan kondisi masing-masing negara (Minderop, 2006).

Amerika Serikat adalah sebuah negara yang menganut paham demokrasi Liberal. Asas demokrasi Liberal tersebut diterapkan dalam berbagai aspek, yaitu dalam aspek ekonomi, politik, dan individualisme yang terkait dengan hak asasi manusia. Hak asasi manusia di Amerika Serikat secara hukum dilindungi oleh Konstitusi Amerika Serikat dan amendemen-amendemennya, disepakati melalui traktat, dan ditetapkan secara legislatif melalui Kongres, badan perundang-undangan negara bagian, dan plebisit (referendum negara bagian). Pengadilan federal di Amerika Serikat memiliki yurisdiksi atas hukum hak asasi internasional sebagai pertanyaan federal, yang terjadi berdasarkan hukum internasional yang merupakan bagian dari hukum Amerika Serikat.

Komitmen yang mendalam dari Amerika Serikat untuk memperjuangkan hak asasi manusia diabadikan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia didorong oleh nilai-nilai berdirinya bangsa kita dan keyakinan bahwa perdamaian internasional, keamanan, dan kemakmuran diperkuat ketika hak asasi manusia dan kebebasan dasar dihormati dan dilindungi. Seperti Amerika Serikat berusaha

(12)

12

untuk memajukan hak asasi manusia dan kebebasan dasar di seluruh dunia untuk memenuhi kewajiban hak asasi manusia internasional.

Dalam dokumen yang dikeluarkan US Department of State (2016) disebutkan bahwa Amerika Serikat membuat ikrar untuk mencalonkan diri dalam keanggotaan di Dewan HAM PBB, sebagi berikut:

 Komitmen untuk Memajukan Hak Asasi Manusia dalam Sistem PBB

 Komitmen untuk Terus Mendukung Kegiatan HAM di PBB

 Komitmen untuk Memajukan Hak Asasi Manusia, Kebebasan Fundamental dan Martabat Manusia dan Kesejahteraan internasional;

 Komitmen untuk Memajukan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar di Amerika Serikat.

Atas dasar alasan-alasan tersebutlah Amerika Serikat membuat kebijakan luar negeri untuk menentukan keterlibatan dan peran nya atas negara lain, Amerika Serikat mencoba membantu menyelesaikan permasalahan di Negara Kuba dengan cara belum mau mencabut embargo ekonomi jika pemerintah Kuba belum menyelesaikan permasalahan demokrasi dan HAM yang ada di Kuba.

1.6 Hipotesa

Berdasarkan rumusan masalah di atas yang kemudian dikaitkan dengan teori yang penulis gunakan untuk menganalisa, maka dapat disimpulkan suatu hipotesa bahwa:

 Sikap Amerika Serikat yang belum bersedia mencabut embargo ekonomi di Kuba berdasarkan atas politik luar negeri Amerika Serikat yang selalu

(13)

13

mengaitkan kebijakan luar negeri dengan isu-isu politik domestik di negara lain yaitu pelanggaran HAM di Kuba.

1.7 Jangkauan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis membuat suatu jangkauan penelitian yaitu pada tahun 2014-2016 (Masa Pemerintahan Obama putaran ke-dua). Penulis menggunakan jangkauan tersebut dikarenakan normalisasi antara Amerika Serikat dan Kuba terjadi pada tahun 2014 dan permasalahan embargo ekonomi masih berjalan hingga saat ini. Tetapi tidak menutup kemungkinan jika penulis menyertakan data-data pada tahun-tahun sebelumnya yang masih relevan dengan penelitian saat ini.

1.8 Metode Penelitian

Metodologi penelitian adalah proses atau cara ilmiah untuk mendapatkan data yang akan digunakan untuk keperluan penelitian. Metodologi juga merupakan analisis teoretis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. Hakikat penelitian dapat dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang mendorong penelitian untuk melakukan penelitian. Setiap orang mempunyai motivasi yang berbeda, di antaranya dipengaruhi oleh tujuan dan profesi masing-masing. Motivasi dan tujuan penelitian secara umum pada dasarnya adalah sama, yaitu bahwa penelitian

(14)

14

merupakan refleksi dari keinginan manusia yang selalu berusaha untuk mengetahui sesuatu. Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan merupakan kebutuhan dasar manusia yang umumnya menjadi motivasi untuk melakukan penelitian (Indriantoro, 2012).

Metode penelitian terbagi menjadi dua jenis yaitu penelitian kualitatif dan kuantitatif, Perbedaan antara Paradigma Kuantitatif dengan Paradigma Kualitatif terletak pada asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian. Perbedaan selanjutnya akan memengaruhi strategi dan desain penelitian. Perbedaan asumsi tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Hubungan peneliti dengan fakta yang diteliti menurut paradigma kuantitatif diasumsikan bersifat independen sehingga peneliti dapat menguji realitas fakta secara objektif, terbatas pada dimensi tunggal, bebas nilai. Sebaliknya menurut asumsi paradigma kualitatif, penelitian berinteraksi dengan fakta yang diteliti sehingga lebih bersifat subjektif, tidak bebas nilai.

2 Proses penelitian paradigma kuantitatif menggunakan pendekatan deduktif, sedangkan pada penelitian paradigma kualitatif menggunakan pendekatan induktif.

3. Paradigma kuantitatif menekankan pengujian teori dengan analisis kuantitatif dibandingkan pendekatan kualitatif yang memberikan tekanan pada penyusunan teori melalui pengungkapan fakta dengan analisis kualitatif. (Indriantoro, 2012)

(15)

15

Didalam penelitian ini penulis akan menguraikan apa saja jenis penelitian yang akan digunakan sehingga menunjang penelitian dalam penyusunan skripsi ini.

1.8.1 Jenis Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka jenis penelitian yang digunakan adalah library research, yaitu Penelitian Literatur juga sering disebut dengan istilah penelitian Kepustakaan (Library Research). Menurut Noeng Muhadjir, penelitian kepustakaan itu lebih memerlukan olahan filosofis dan teoritis dari pada uji empiris di lapangan (Muhajir, 2002). Karena sifatnya teoritis dan filosofis ,penelitian kepustakaan ini sering menggunakan pendekatan filosofis (philosophical approach) dari pada pendekatan yang lain. Metode penelitiannya mencakup sumber data, pengumpulan data, dan analisis data.

1.8.2 Obyek Penelitian

Untuk melakukan studi kepustakaan, perpustakaan merupakan suatu tempat yang tepat guna memperoleh bahan-bahan dan informasi yang relevan untuk dikumpulkan, dibaca dan dikaji, dicatat dan dimanfaatkan (Zeid Mestika, 2004) . Dalam konteks penelitian ini berbagai literartur yang terkait dengan Amerika Serikat dan Kuba, dalam bentuk buku-buku teks dan referensi; laporan hasil-hasil penelitian; skripsi; majalah, jurnal dan surat kabar, termasuk internet yang memuat artikel-artikel yang relevan dengan masalah yang diteliti.

(16)

16 1.8.3 Teknik Pengumpulan Data

Metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa artikel-artikel dalam surat kabar ataupun majalah yang populer, buku, artikel-artikel dari jurnal ilmiah, buletin statistik, laporan-laporan, arsip organisasi, publikasi pemerintah, informasi dari organisasi, analisis yang dibuat oleh para ahli, hasil survei terdahulu, catatan-catatan publik mengenai peristiwa-peristiwa resmi serta catatan-catatan perpustakaan (Silalahi, 2006).

Dalam konteks penelitian ini peneliti mengumpulkan data utama dan pendukung serta memegang check-list untuk mencari variabel yang sudah ditentukan yang berasal dari literatur, penelitian pihak lain, jurnal-jurnal dan laporan-laporan yang dipublikasikan, terutama terkait dengan kebijakan politik Luar Negeri Amerika terkait dengan Hak Asasi Manusia (HAM), hubungan Amerika Serikat dengan Kuba dan implementasi HAM di Kuba, sehingga diharapkan bias menjawab tujuan dari penelitian ini.

1.8.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis isi (Content Analysis ). Analisis isi merupakan suatu teknis untuk mengambil keputusan dengan mengidentifikasi karakteristik-karakteristik khusus suatu pesan secara objektif dan sistematis. Analisis isi merupakan cara mempelajari perubahan sosial tulisan tentang masyarakat yang mencerminkan perubahan-perubahan dalam nilai-nilai, kepercayaan, dan perilaku (Anon,1995). Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai unit analisis adalah

(17)

17

Amerika Serikat dan Kuba sebagai institusi Negara. Menurut Mohtar Mas’oed (1994) sebagai negara-bangsa, penelaahan difokuskan pada proses pembuatan keputusan tentang hubungan interasional, yaitu politik luar negeri, oleh suatu negara-bangsa sebagai satu kesatuan yang utuh.

Jadi dalam penelitian ini yang dianalisa adalah berbagai kebijakan baik pemerintah Amerika dan Kuba, terutama yang terkait dengan dengan isu-isu HAM, baik dalam tataran konsep, kebijakan dan implementasinya yang terpublikasikan dalam artikel-artikel dalam surat kabar ataupun majalah, termasuk web/ internet yang populer, buku-buku, artikel-artikel dari jurnal ilmiah, laporan-laporan, , publikasi pemerintah, informasi dari organisasi, analisis yang dibuat oleh para ahli, hasil survei terdahulu, catatan-catatan publik mengenai peristiwa-peristiwa resmi serta catatan-catatan perpustakaan.

1.9 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan, maka disusunlah sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I yang disebut sebagai bab PENDAHULUAN, yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, landasan teori, hipotesa, metodologi penelitian dan sistemika penulisan.

Bab II yang disebut GAMBARAN UMUM PENELITIAN, yang meliputi gambaran umum mengenai obyek yang akan diteliti yaitu kecenderungan politik luar negeri Amerika Serikat pada masa pemerintahan Barack Obama (2014-2016).

(18)

18

Bab III yaitu TEMUAN DATA mengenai gambaran dinamika hubungan Amerika Serikat dan Kuba dari masa ke masa.

Bab IV yang disebut bab PEMBAHASAN, yaitu analisis penolakan Amerika Serikat atas pencabutan embargo ekonomi di Kuba.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut klausul ini, pada tahap-tahap yang tepat dari desain dan pengembangan, verifikasi harus dilakukan untuk menjamin bahwa output desain dan pengembangan itu

Hasil penelitian ini menggambarkan kebenaran teori yang dikemukakan oleh Tim Penulis PLPG Pendidikan Agama Kristen (2008: 49) bahwa guru Pendidikan Agama Kristen harus

Menunjukkan bahwa terdapat 13 responden yang mengalami beban berat dan memiliki kemampuan tidak baik dalam merawat pasien perilaku kekerasan.. Hasil uji

Penelitian ini menghasilkan modul pembelajaran elektronik audio visual dengan judul “Kimia Koloid Berbasis Literasi Sains Untuk SMA Kelas XI”.Modul elektronik ini

a) Ketika pendapatan dari produk atau jasa yang saat ini dimiliki organisasi akan meningkat secara signifikan dengan penambahan produk baru yang tidak terkait. b) Ketika

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan desain catalytic converter berbahan katalis kawat stainless steel berbentuk sarang laba-laba, mendapatkan performa emisi gas buang

dan hapus data dimana fungsi ini akan digunakan juga pada master karyawan level, bagian, jabatan, periode penilaian, faktor, indikator, skala indikator, serta

Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini ialah informan yang secara langsung menjatuhkan talak terhadap istrinya karena adanya intervensi dari