• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. fisiologis dan psikologis yang mengolah bermacam-macam input sebagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. fisiologis dan psikologis yang mengolah bermacam-macam input sebagai"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Persepsi

Pengertian persepsi adalah akal manusia yang sadar meliputi proses fisik, fisiologis dan psikologis yang mengolah bermacam-macam input sebagai penggambaran lingkungan. Persepsi merupakan perlakuan melibatkan penafsiran melalui proses pemikiran tentang apa yang dilihat, didengar, dialami atau dibaca sehinggga persepsi memengaruhi tingkah laku, percakapan, serta perasaan seseorang (Koentjaraningrat, 1981). Menurut Sarwono (1992), persepsi merupakan makna hasil pengamatan yang dilakukan oleh individu terhadap suatu objek yang mendefinisikan pengenalan objek melalui penginderaan yang disatukan dan dikoordinasikan dalam saraf yang lebih tinggi.

Toha (1999) mengemukakan bahwa proses pembentukan persepsi antar satu individu dengan individu lain berbeda-beda. Pembentukan persepsi tergantung berbagai faktor yang memengaruhinya, yaitu faktor internal (pengalaman, keinginan, proses belajar, motivasi, dan pendidikan) maupun faktor eksternal (lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, faktor sosial budaya lingkungan fisik dan hayati dimana seseorang itu bertempat tinggal).

Winardi (2001) mengemukakan persepsi merupakan proses internal yang bermanfaat sebagai filter dan metode untuk mengorganisasikan stimulus yang memungkinkan kita menghadapi lingkungan kita. Proses persepsi menyediakan

(2)

mekanisme melalui stimuli yang diseleksi dan dikelompokkan dalam wujud yang berarti, yang hampir bersifat otomatik dan bekerja dengan cara yang sama pada masing-masing individu sehingga secara tipikal menghasilkan persepsi-persepsi yang berbeda-beda.

Pengertian persepsi yang menjelaskan suatu objek dikemukakan oleh Yusuf (1991) yang menyatakan bahwa persepsi merupakan pemberian makna hasil pengamatan yang dilakukan oleh individu terhadap suatu objek. Pendapat ini didukung oleh Sarwono (1992) yang mendefinisikan persepsi sebagai suatu pengenalan objek melalui aktivitas sejumlah penginderaan yang disatukan dan dikoordinasikan dalam pusat syaraf yang lebih tinggi.

Robbins (2005) menyatakan bahwa pelaku persepsi dipengaruhi oleh faktor karakteristik pribadi, seperti sikap, motivasi, kepentingan, minat, pengalaman dan pengharapan. Variabel lain yang ikut menentukan persepsi adalah umur, tingkat pendidikan, latar belakang sosial ekonomi, budaya, lingkungan fisik, pekerjaan, kepribadian, dan pengalaman hidup individu.

Feigl dalam Kusumarini (2002) menekankan bahwa ada tiga mekanisme pembentukan persepsi, yaitu (1) Selectivity, (2) Closure, dan (3) Interpretation. Proses selectivity terjadi apabila seseorang menerima pesan maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Penerimaan dan penyeleksian pesan merupakan dua hal tersebut yang saling berhubungan yang diperoleh dengan cara menyimpulkan dan menafsirkan pesan. Proses closure akan menyeleksi hasil kesimpulan, kemudian disusun suatu

(3)

kesatuan kumpulan pesan atau stimulus. Sedangkan interpretation terjadi apabila pesan tersebut diinterpretasikan atau penafsiran stimulus secara menyeluruh ke dalam lingkungannya.

Rahmat (1992) menyatakan bahwa pengorganisasian stimuli dengan cara melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang diterima tidak lengkap dapat pula diisi dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang dipersepsikan. Persepsi dapat terjadi dengan dimulainya proses pengamatan, sedangkan pengamatan dapat dilakukan apabila muncul suatu stimuli. Pada tahapan stimuli, maka proses seleksi dan pengorganisasian akan berinteraksi dengan interpretasi dan closure. Proses interaksi akan menghasilkan respons yang berupa permanent memory atau disebut juga dengan mental representation. Pada saat seseorang/individu melakukan aktivitas interpretasi maka akan dipengaruhi oleh faktor internal maupun external.

Menurut Gibson (1996), persepsi secara psikologis merupakan proses kognitif yang dipergunakan oleh seseorang untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera. Persepsi adalah proses mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungannya. Proses tersebut berkaitan dengan kemampuan interpretasi individu, sehingga masing-masing memberikan interpretasi yang bersifat subyektif terhadap obyek yang sedang menjadi stimulus (Arwani, 2002). Persepsi tidak hanya sekedar mendengar, melihat dan merasakan sesuatu yang didapatinya tetapi lebih jauh disepakati bahwa persepsi melibatkan rangsangan internal dan

(4)

eksternal (Nurjannah, 2002). Pritchard dalam Djauzi (2004) menyatakan bahwa persepsi adalah gambaran subyektif internal seseorang terhadap dunia luarnya (eksternal).

Persepsi merupakan proses pengenalan suatu obyek melalui aktivitas sejumlah penginderaan yang disatukan dan dikoordinasikan dalam pusat saraf yang lebih tinggi (Engel, 1995). Jadi persepsi didefinisikan sebagai proses dimana individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan impresi sensorisnya supaya dapat memberikan arti kepada lingkungan sekitarnya. Secara skematis proses persepsi dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Proses Persepsi

Menurut Wexley (1992), seseorang memberikan reaksi atau tanggapan sesuai persepsi dirinya terhadap dunianya daripada kondisi-kondisi objektif dimana sebenarnya mereka berada. Sudjana (1995) menyatakan bahwa reaksi dari persepsi terhadap suatu stimulus/rangsangan dapat terjadi dalam bentuk:

1. Penerimaan (receiving/attending) yaitu semacam kepekaan menerima stimulus dalam bentuk masalah, situasi, dan gejala. Tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala/rangsangan. Stimulus Lingkungan Perhatian dan seleksi Pengorganis asian Penafsiran stimuli Persepsi

(5)

2. Jawaban (respons) yaitu reaksi yang diberikan seseorang terhadap seseorang stimulus yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, dan kepuasaan dalam menjawab stimulus dari luar dirinya.

3. Penilaian (valuing) yaitu berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus yang diterima, termasuk kesediaan menerima pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan nilai tersebut.

4. Organisasi yaitu perkembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi termasuk hubungan suatu nilai dengan nilai lain, pemanfaatan, dan prioritas nilai yang dimiliki termasuk konsep tentang nilai dan organisasi sistem nilai.

5. Karakteristik nilai/internalisasi nilai yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki seseorang yang memengaruhi nilai dan karakteristiknya. Terbentuknya persepsi pada setiap orang bersifat subjektif. Persepsi juga dapat terjadi pada diri penderita penyakit malaria, dimana penderita penyakit malaria menginterpretasikan suatu objek atau suatu aktivitas yang mereka rasakan selama mengalami penyakit malaria. Subjektifitas tersebut akan membentuk persepsi penderita menjadi baik atau buruk berdasarkan pengalaman kognitif yang diterimanya. Baik buruknya persepsi tersebut juga merupakan tanggapan yang diberikan penderita sebagai implikasi interaksi pengalaman yang terjadi. Konsepsi persepsi tampaknya masih dalam tataran kognitif sehingga memang apresiasinya masih memerlukan wujud yang nyata.

(6)

2.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi 2.2.1 Pengetahuan

Definisi pengetahuan menurut pendapat beberapa ahli maupun kutipan yang diacu sebagai sumber teori akan dijelaskan serta digunakan untuk merumuskan pengertian pengetahuan tentang penyakit malaria. Purwodarminto dalam Azwar (2005) menyatakan bahwa pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berkenaan dengan suatu hal/objek. Pengetahuan merupakan hasil ”tahu” dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sabagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pendapat Bloom yang dikutip Notoatmodjo (2005) menyebutkan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah individu tahu apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya. Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya dan dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas dan tingkat yang berbeda-beda, yang secara garis besar dapat dibagi dalam 6 (enam) enam tingkat pengetahuan, yaitu:

1. Tahu (know)

Merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

(7)

2. Memahami (comprehension)

Pada tingkatan ini orang sudah paham dan dapat menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar juga.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4. Analisis (analysis)

Pada tingkatan ini sudah ada kemampuan untuk menjabarkan materi yang telah dipelajari dalam komponen-komponen yang berkaitan satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada dengan cara meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek, dimana penilaian berdasarkan pada kriteria yang dibuat sendiri atau pada kriteria yang sudah ada.

Menurut WHO, pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Selanjutnya menurut Poedjawijatna (1991), orang yang tahu disebut mempunyai pengetahuan. Dengan demikian pengetahuan atau

(8)

kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Menurut Marshal dalam Notoatmodjo (2005), pemberdayaan masyarakat dimulai dengan meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam penanggulangan penyakit malaria dengan memperhatikan aspek sosial budaya yang meliputi kebiasaan, kepercayaan (belief), nilai, tradisi, pengetahuan dan persepsi masyarakat tentang penyakit dan rasa sakit.

Hammer dalam Koentjaraningrat (1981) menyatakan ada 2 (dua) faktor yang memengaruhi persepsi, yaitu :

1. Frame of reference, yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki dan diperoleh dari pendidikan, bacaan, penelitian dan lain-lain.

2. Field of experience, yaitu pengalaman yang telah dialami dan tidak terlepas dari keadaan lingkungan sekitarnya.

Robbins (2005) menyatakan terdapat tiga faktor yang memengaruhi persepsi, yakni pelaku persepsi, target yang dipersepsikan dan situasi. Ketika individu memandang kepada objek tertentu dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi individu pelaku persepsi itu. Karakteristik pribadi yang memengaruhi persepsi adalah sikap, kepribadian, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan harapan.

Faktor-faktor yang memengaruhi persepsi terdiri atas dua faktor, yaitu faktor eksternal atau dari luar yakni concreteness yaitu gagasan yang abstrak yang

(9)

sulit dibandingkan dengan yang objektif, novelty atau hal baru, biasanya lebih menarik untuk dipersepsikan daripada hal-hal lama, velocity atau percepatan, misalnya pemikiran atau gerakan yang lebih cepat dalam menstimulasi munculnya persepsi lebih efektif dibanding yang lambat, conditioned stimuli yakni stimulus yang dikondisikan. Sedangkan faktor internal adalah motivasi yaitu dorongan untuk merespon sesuatu, interest dimana hal-hal yang menarik lebih diperhatikan daripada yang tidak menarik, need adalah kebutuhan akan hal-hal tertentu dan terakhir asumptions yakni persepsi seseorang dipengaruhi dari pengalaman melihat, merasakan dan lain-lain. Jika digambarkan polanya, maka terlihat seperti pada Gambar 2.2 di bawah ini.

Gambar 2.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi Situasi a. Waktu b. Keadaan Tempat Kerja Pelaku Persepsi a. Sikap b. Motif

c. Kepentingan atau minat d. Pengalaman

e. Pengharapan

PERSEPSI

Target yang Dipersepsikan a. Hal Baru b. Gerakan c. Bunyi d. Ukuran e. Latar Belakang f. Kedekatan

(10)

2.2.2 Pengalaman

Pengalaman adalah segala sesuatu yang dirasakan atau dialami seseorang pada masa lalu terhadap suatu hal/objek (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Beberapa penelitian dalam perilaku selama ini menunjukkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh pengalaman (Assael, 2001). Persepsi terbentuk dari pengalaman secara langsung maupun secara tidak langsung. Menurut Assael (2001), orang yang menerima informasi akan menjadi suatu pengalaman, meskipun bukan diri sendiri yang mengalaminya, melainkan hanya melalui pengalaman orang lain yang disebarkan dari mulut ke mulut. Pengalaman itu akan membentuk persepsi. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa pengalaman memengaruhi persepsi.

Robbins (2005) menyatakan bahwa selain dipengaruhi oleh variabel umur, tingkat pendidikan, latar belakang sosial ekonomi, budaya, lingkungan fisik, pekerjaan, dan kepribadian, persepsi juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yaitu pengalaman. Menurut Keith dan Newstron (1993), pengalaman dan nilai-nilai pada diri seseorang dalam kerangka yang terorganisasi merupakan salah satu faktor dalam mempersepsikan lingkungannya. Sedangkan masalah, minat dan latar belakang seseorang akan mengendalikan persepsinya terhadap situasi.

2.2.3 Minat

Menurut Robbins (2005), selain variabel umur, tingkat pendidikan, latar belakang sosial ekonomi, budaya, lingkungan fisik, pekerjaan, dan kepribadian, persepsi juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yaitu minat.

(11)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, minat diartikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap. Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting dalam mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan sesuatu yang menuju ke sesuatu yang telah menarik minatnya (Gunarso,1995).

Hurlock (1995) menyatakan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Minat seseorang dapat digolongkan menjadi :

1. Rendah, jika seseorang tidak menginginkan objek minat;

2. Sedang, jika seseorang menginginkan objek minat akan tetapi tidak dalam waktu segera; dan

3. Tinggi, jika seseorang sangat menginginkan objek minat dalam waktu segera.

2.3. Penyakit Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles spp. betina (Depkes RI, 2005). Malaria diambil dari dua kata bahasa Italia, yaitu mal (buruk) dan area (udara) atau udara buruk, karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa

(12)

yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai beberapa nama lain, seperti demam roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme (Prabowo, 2004).

2.3.1 Gejala Malaria

Menurut Depkes RI (2003), gejala malaria secara umum adalah demam, pening, lemas, pucat (karena kurang darah), nyeri otot, chest pain, menggigil, suhu bisa mencapai 400

1. Tahap demam menggigil atau stadium dingin (cold stage)

C terutama pada infeksi Plasmodium falcifarum dan gejala-gejalanya terjadi secara bertahap yaitu :

Penderita akan merasakan dingin menggigil yang amat sangat, nadi cepat dan lemah, bibir dan jari jemari kebiru-biruan pucat (cyanotic), kulit kering, pucat, kadang muntah. Pada anak-anak demam bisa menyebabkan kejang. Demam ini berkisar antara 15 menit sampai 1 jam.

2. Tahap puncak demam (hot stage)

Berlangsung 2-6 jam, wajah memerah, kulit kering, nyeri kepala, denyut nadi, keras, haus yang amat sangat terus-menerus, mual hingga muntah. Pada tahap ini merupakan saat pecahnya eritrosit yang terinfeksi (schizon) matang menjadi merozoit-merozoit yang beramai-ramai memasuki aliran darah untuk menyerbu sel-sel darah merah.

3. Stadium berkeringat

Pada stadium ini penderitanya berkeringat banyak sekali. Hal ini bisa berlangsung 2 sampai 4 jam. Meskipun demikian, pada dasarnya gejala tersebut

(13)

tidak dapat dijadikan rujukan mutlak, karena dalam kenyataannya gejala sangat bervariasi antar manusia dan antar Plasmodium.

Gejala malaria dalam kaitannya dengan pemberantasan malaria adalah demam, menggigil, berkeringat, dapat disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah. Gejala malaria dengan komplikasi adalah seperti gejala malaria ringan, disertai dengan salah satu gejala seperti, kejang, panas tinggi diikuti gangguan kesadaran (lebih dari 30 menit), mata kuning dan tubuh kuning, perdarahan di hidung, gusi atau saluran pencernaan, jumlah kencing kurang (oliguri), warna air kencing (urine) seperti air teh, kelemahan umum dan nafas sesak (Anies, 2006).

2.3.2 Faktor-faktor yang Berperan dalam Penyebaran Penyakit Malaria a. Agent Penyebab Infeksi

Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan parasit malaria, yaitu suatu protozoa dari genus Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles spp. betina. Genus Plasmodium yang menginfeksi manusia adalah Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae dan Plasmodium falciparum (Zein, 2005).

Depkes RI (2003) dan Anies (2006) menyatakan bahwa ada 4 (empat) spesies Plasmodium penyebab malaria pada manusia, yaitu:

1. Plasmodium vivax

Menyebabkan malaria tertiana, memiliki distribusi geografis terluas, termasuk wilayah beriklim dingin, subtropik sampai daerah tropik. Demam terjadi

(14)

setiap 48 jam atau setiap hari ketiga pada waktu siang atau sore. Masa inkubasi Plasmodium vivax antara 12 hingga 17 hari dan salah satu gejala adalah pembengkakan limpa atau splenomegali.

2. Plasmodium falciparum

Menyebabkan malaria tropika atau disebut juga demam rimba (jungle fever), merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Masa inkubasi malaria tropika ini sekitar 12 hari, dengan gejala seperti nyeri kepala, pegal linu, demam tidak begitu nyata serta kadang dapat menimbulkan gagal ginjal. Plasmodium falcifarum memberikan gambaran klinis yang sangat bervariasi seperti demam, menggigil, berkeringat, batuk, diare, gangguan pernafasan, sakit kepala, dapat berlanjut dengan ikterik, gangguan koagulasi, syok, gagal hati, ensefalopati akut, oedema paru dan otak, koma dan berakhir dengan kematian.

3. Plasmodium ovale

Menyebabkan malaria ovale dan merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan. Masa inkubasinya adalah 12 hingga 17 hari, dengan gejala demam setiap 48 jam, relatif ringan dan sembuh sendiri. Dijumpai di Benua Afrika dan daerah Pasifik Barat, sedangkan di Indonesia dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian Jaya.

4. Plasmodium malariae

Merupakan penyebab malaria quartana dengan gejala setiap 72 jam. Malaria jenis ini umumnya terdapat pada daerah gunung, dataran rendah pada

(15)

daerah tropik. Biasanya berlangsung tanpa gejala dan malaria jenis ini sering mengalami kekambuhan.

Dalam kenyataannya, penyakit malaria yang sering terjadi merupakan infeksi campuran. Umumnya terjadi campuran antara Plasmodium falciparum dengan Plasmodium jenis lainnya. Pada masa inkubasi malaria, protozoa tumbuh di dalam sel hati. Beberapa hari sebelum gejala pertama terjadi, organisme tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah merah, parasit tersebut terus berkembang sehingga menyebabkan timbulnya demam.

Posisi nyamuk anopheles di dalam sistem klasifikasi adalah: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Diptera Superfamily : Culicoidea Family : Culicidae Subfamily : Anophelinae Genus : Anopheles

Siklus hidup nyamuk anopheles menurut Kirniwardoyo dalam Nurmaini (2003), nyamuk Anopheles spp sejak telur hingga menjadi nyamuk dewasa, sama dengan serangga yang mengalami tingkatan (stadia) yang berbeda-beda. Dalam

(16)

siklus hidup nyamuk terdapat 4 stadia dengan 3 stadium berkembang di dalam air dari satu stadium hidup di alam bebas :

a.Telur nyamuk

Nyamuk biasanya meletakkan telur di tempat yang berair, pada tempat yang keberadanya kering telur akan rusak dan mati. Kebiasaan meletakkan telur dari nyamuk berbeda -beda tergantung dari jenisnya. Nyamuk anopeles akan meletakkan telurnya dipermukaan air satu persatu atau bergerombolan tetapi saling lepas, telur anopeles mempunyai alat pengapung. Stadium telur ini berlangsung dalam waktu 1 -2 hari. Dalam perkembangan telur tergantung kepada beberapa faktor antara lain temperatur dan kelembaban serta species dari nyamuk. b. Jentik nyamuk

Pada perkembangan stadium jentik, adalah pertumbuhan dan melengkapi bulub-ulunya, stadium jentik mermerlukan waktu 1 minggu. Pertumbuhan jentik dipengaruhi faktor temperatur, nutrien, ada tidaknya binatang predator.

c. Kepompong

Merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air, pada staidum ini memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap hingga dapat terbang, stadium kepompong memakan waktu lebih kurang 1 -2 hari.

d. Nyamuk dewasa

Nyamuk jantan dan betina dewasa perbandingan 1 : 1, nyamuk jantan keluar terlebih dahulu dari kepompong, baru disusul nyamuk betina, dan nyamuk jantan tersebut akan tetap tinggal di dekat sarang, sampai nyamuk betina keluar

(17)

dari kepompong, setelah jenis betina keluar, maka nyamuk jantan akan langsung mengawini betina sebelum mencari darah. Selama hidupnya nyamuk betina hanya sekali kawin.

Nyamuk termasuk serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Siklus hidup nyamuk terdiri dari stadium dewasa, telur, larva (jentik), pupa dan kembali menjadi nyamuk dewasa. Pengembangbiakan nyamuk diawali dengan kegiatan koleksi nyamuk dan larva dari alam. Panjangnya proses metamorfosis ini yang menyebabkan perkembangbiakan nyamuk sulit untuk dikendalikan. Bahkan nyamuk mulai beradaptasi terhadap jenis obat pembasmi nyamuk. Awalnya nyamuk mudah dibasmi dengan obat pemberantas nyamuk namun sekarang beda.

Nyamuk anopheles mempunyai ciri-ciri spesifik yang membedakannya dengan jenis nyamuk lainnya.

a. Ciri-ciri jentik nyamuk anopheles (a). Tidak memiliki siphon

(b). Jentik nyamuk anopheles akan sejajar dipermukaan air kotor (c). Pada bagian thoraks terdapat stoot spine

b. Ciri-ciri nyamuk anopheles dewasa (a). Bentuk tubuh kecil dan pendek

(b). Antara palpi dan proboscis sama panjang (c). Menyebabkan penyakit malaria

(d). Pada saat hinggap membentu sudut 90º (e). Warna tubunya coklat kehitam

(18)

(f). Bentuk sayap simetris

(g). Berkembang biak di air kotor atau tumpukan sampah

Ciri nyamuk dewasa sebagaimana disebutkan di atas dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Gambar 2.3 Nyamuk Anopheles

Sumber: Ismanto, 2006

Penyakit malaria ditransmisikan oleh nyamuk hanya dari genus Anopheles spp. Saat ini telah berhasil diidentifikasi 422 nyamuk Anopheles spp. di seluruh dunia dan ada sekitar 70 spesies diantaranya dikonfirmasi memiliki kemampuan menularkan penyakit malaria (Myrna, 2003). Di Indonesia sendiri telah diidentifikasi ada 90 spesies dan 24 spesies diantaranya telah dikonfirmasi sebagai nyamuk penular malaria. Di setiap daerah dimana terjadi transmisi malaria biasanya hanya ada 1 (satu) atau paling banyak 3 (tiga) spesies Anopheles spp. yang menjadi vektor. Vektor-vektor tersebut memiliki habitat, mulai dari rawa-rawa, pegunungan, sawah, pantai dan lain-lain (Depkes RI, 2003).

Nyamuk hidup di daerah iklim tropis dan subtropis, namun bisa juga hidup di daerah yang beriklim sedang. Anopheles spp. jarang ditemukan pada daerah dengan ketinggian lebih dari 2000-2500 m. Menurut Myrna (2003), nyamuk

(19)

Anopheles spp. betina membutuhkan minimal 1 (satu) kali memangsa darah agar telurnya dapat berkembang baik. Anopheles spp. mulai menggigit sejak matahari terbenam yaitu jam 18:00 hingga subuh dan puncaknya pukul 19:00-21:00. Menurut Prabowo (2004), jarak terbang Anopheles spp. tidak lebih dari 0,5-3 km dari tempat perindukannya. Jika ada tiupan angin yang kencang, bisa terbawa sejauh 20-30 km. Waktu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sejak telur sampai menjadi nyamuk dewasa bervariasi antara 2-5 minggu, tergantung spesies, makanan yang tersedia, dan suhu udara.

Menurut Achmadi (2005), secara umum nyamuk yang telah diidentifikasi sebagai penular malaria mempunyai kebiasaan makan dan istirahat yang bervariasi yaitu:

1. Zoofilik, yaitu nyamuk yang menyukai darah binatang. 2. Anthropofilik, yaitu nyamuk yang menyukai darah manusia.

3. Zooanthropofilik, yaitu nyamuk yang menyukai darah binatang dan juga manusia.

4. Endofilik, yaitu nyamuk yang suka tinggal di dalam rumah/bangunan. 5. Eksofilik, yaitu nyamuk yang suka tinggal di luar rumah.

6. Endofagik, yaitu nyamuk yang suka menggigit di dalam rumah/bangunan. 7. Eksofagik, yaitu nyamuk yang suka menggigit di luar rumah.

Tempat tinggal manusia dan ternak, khususnya yang tebuat dari kayu merupakan tempat yang paling disenangi oleh Anopheles spp. Vektor utama di Pulau Jawa dan Sumatera adalah Anopheles sundaicus, Anopheles maculatus,

(20)

Anopheles aconitus dan Anopheles balabacensis. Sedangkan di luar pulau tersebut, khususnya Indonesia wilayah tengah dan timur adalah Anopheles barbirostis, Anopheles farauti, Anopheles koliensis, Anopheles punctulatus, Anopheles subpictus dan Anopheles balabacensis

Menurut Anies (2006), ciri utama genus Plasmodium memiliki 2 (dua) siklus hidup, yaitu:

1. Fase aseksual dimulai ketika nyamuk Anopheles spp. betina infektif menghisap darah manusia, sprozoit yang ada di kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah selama lebih kurang 30 menit. Siklus ini berlangsung selama lebih kurang 2 (dua) minggu.

Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai schizon (terdiri dari 8-30 merozoit tergantung spesiesnya). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi (schizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer.

2. Fase seksual. Saat nyamuk Anopheles spp betina menghisap darah yang mengandung gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung

(21)

nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia, seperti pada Gambar 2.4. di bawah ini.

Gambar 2.4 Siklus Hidup Genus Plasmodium Malaria Sumber : Warrel & Gilles. 2002

b. Faktor manusia

Pada dasarnya setiap orang dapat terkena malaria. Menurut Anies (2006), manusia menjadi sumber infeksi malaria bila mengandung gametosit dalam jumlah yang besar dalam darahnya, kemudian nyamuk mengisap darah manusia tersebut dan menularkan kepada orang lain. Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin sebenarnya berkaitan dengan perbedaan derajat kekebalan karena variasi keterpaparan kepada gigitan nyamuk. Bayi di daerah endemik

(22)

malaria mendapat perlindungan antibodi maternal yang secara transplasental. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai respons imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun kehamilan menambah resiko malaria. Malaria pada wanita hamil mempunyai dampak yang buruk terhadap kesehatan ibu dan anak, antara lain dapat mengakibatkan berat badan lahir rendah, abortus, partus prematus dan kematian janin intrauterin.

Faktor-faktor genetik pada manusia dapat memengaruhi terjadinya malaria, dengan pencegahan invasi parasit ke dalam sel, mengubah respons immunologik atau mengurangi keterpaparan terhadap vektor. Menurut Harijanto (2000), beberapa faktor genetik yang bersifat protektif terhadap malaria ialah:

1. Golongan darah Duffy negatif;

2. Haemoglobin S. yang menyebabkan sickle cell anemia; 3. Thalasemia (alfa dan beta);

4. Hemoglobinopati lainnya (HbF dan HbE);

5. Defisiensi G-6-PD (glucose-6-phosphate dehydrogenase); dan 6. Ovalositosis (di Papua New Guinea dan mungkin juga di Irian Jaya).

Keadaan gizi agaknya tidak menambah kerentanan terhadap malaria. Ada beberapa studi yang menunjukkan bahwa anak yang bergizi baik justru lebih sering mendapat kejang dan malaria serebral dibandingkan dengan anak yang bergizi buruk. Tetapi anak yang bergizi dapat mengatasi malaria berat dengan lebih cepat dibandingkan anak bergizi buruk (Harijanto, 2000).

(23)

Menurut Prabowo (2004), penduduk yang beresiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari jumlah penduduk dunia. Setiap tahun jumlah kasus malaria sekitar 300-500 juta dan mengakibatkan 1,5-2,7 juta kematian, terutama di negara-negara di Benua Afrika.

c. Faktor Lingkungan

Prabowo (2004) menyatakan bahwa malaria ditemukan di dunia tersebar pada wilayah 640 Lintang Utara (Rusia) sampai 320

1. Lingkungan fisik

Lintang Selatan (Argentina). Ketinggian yang memungkinkan parasit malaria hidup adalah 400 m di bawah permukaan laut (Laut Mati) dan 2500 m di atas permukaan laut (Bolivia). Malaria ditemukan hampir di seluruh bagian dunia yang meliputi lebih dari 100 negara, terutama yang beriklim tropis dan sub tropis. Lingkungan berperan dalam pertumbuhan vektor penular malaria. Menurut Harijanto (2000), ada beberapa faktor lingkungan yang sangat berperan yaitu:

Faktor geografi dan meteorologi di Indonesia sangat menguntungkan transmisi malaria di Indonesia. Pengaruh suhu ini berbeda pada setiap spesies. Pada suhu 26,70

a. Suhu. Suhu memengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu yang optimum berkisar antara 20-30

C masa inkubasi ekstrinsik adalah 10-12 hari untuk Plasmodium falciparum dan 8-11 hari untuk Plasmodium vivax, 14-15 hari untuk Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale.

0

(24)

tertentu) makin pendek masa inkubasi ekstrinsik (sporogoni) dan sebaliknya makin rendah suhu, makin panjang masa inkubasi ekstrinsik. b. Kelembaban. Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk,

meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk. Pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria.

c. Hujan. Pada umumnya hujan akan memudahkan perkembangan nyamuk dan terjadinya epidemi malaria. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis dan deras hujan, jenis vektor dan jenis perindukan. Hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembangbiaknya nyamuk Anopheles spp.

d. Ketinggian. Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin naik. Hal ini berhubungan dengan menurunnya suhu rata-rata. Mulai ketinggian di atas 2000 m jarang ada transmisi malaria. Hal ini dapat mengalami perubahan bila terjadi pemanasan bumi dan pengaruh El-Nino. Di pegunungan Irian Jaya yang dulu jarang ditemukan malaria kini lebih sering ditemukan malaria. Ketinggian maksimal yang masih memungkinkan transimisi malaria ialah 2500 m di atas permukaan laut . e. Angin. Kecepatan dan arah angin dapat memengaruhi jarak terbang

(25)

f. Sinar matahari. Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda Anopheles sundaicus lebih suka tempat yang teduh. Anopheles hyrcanus spp. dan Anopheles pinctulatus spp. lebih menyukai tempat terbuka. Anopheles barbirostris dapat hidup baik di tempat yang teduh maupun yang terang.

g. Arus Air. Anopheles barbirostis menyukai perindukan yang airnya statis/mengalir lambat, sedangkan Anopheles minimus menyukai aliran air yang deras dan Anopheles letifer menyukai air tergenang.

2. Lingkungan biologik

Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai tumbuhan lain dapat memengaruhi kehidupan larva karena ia dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi dari serangan makhluk hidup lainnya. Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah, gambusia, nila, mujair dan lain-lain akan memengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah.

3. Lingkungan kimiawi

Kadar garam dari tempat perindukan memengaruhi perkembangbiakan nyamuk, seperti Anopheles sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya 12-18% dan tidak berkembang pada kadar garam 40% ke atas.

4. Lingkungan sosial budaya

Kebiasaan masyarakat berada di luar rumah sampai larut malam, dimana vektor yang bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan gigitan nyamuk. Tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan

(26)

memengaruhi kesediaan masyarakat untuk memberantas malaria antara lain dengan menyehatkan lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada rumah dan menggunakan anti nyamuk. Aktivitas mandi berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lain, begitu juga dengan waktu pengambilan air bersih, ada pagi buta dan ada pada sore hari. Di beberapa daerah pengunungan, penduduk harus menuruni tebing untuk menuju sumber air, sedangkan penduduk pantai harus menyiapkan perahu pagi buta untuk mencari lobster. Di Sumatera menyadap karet sering dilakukan pada pagi hari, kebiasaan nonton televisi di rumah dan memelihara ternak di rumah. Hal tersebut memberi peluang penularan malaria (Achmadi, 2005).

Masyarakat di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang memiliki kebiasaan berkumpul di luar rumah pada malam hari tanpa menggunakan pelindung dari gigitan nyamuk dan mayoritas masyarakatnya adalah nelayan yang mempunyai kebiasaan berangkat melaut pada malam hari.

2.3.3 Pencegahan Malaria

Usaha pembasmian penyakit malaria di Indonesia belum mancapai hasil yang optimal karena beberapa hambatan, yaitu tempat perindukan nyamuk malaria yang tersebar luas, jumlah penderita yang sangat banyak, serta keterbatasan sumber daya manusia, infrastruktur, dan biaya. Oleh karena itu, usaha yang paling mungkin dilakukan menurut Prabowo (2004) adalah usaha-usaha pencegahan dan pemberantasan terhadap penularan malaria yaitu:

(27)

1. Mencegah gigitan nyamuk malaria

Bagi masyarakat yang tinggal di daerah endemis, dianjurkan untuk memakai baju dengan lengan dan celana panjang saat keluar rumah pada malam hari, memasang kawat kasa di jendela dan ventilasi rumah serta menggunakan kelambu saat tidur, dan menggunakan minyak anti nyamuk (mosquito repellent) saat tidur atau keluar rumah di malam hari. Resiko penularan malaria pada rumah yang tidak dipasang kawat kasa menurut hasil penelitian Dasril (2005) adalah 5,2 kali dibandingkan dengan rumah yang dipasang kawat kasa, tetapi penggunaan obat anti nyamuk tidak berpengaruh terhadap kejadian malaria. Sedangkan masyarakat dengan kebiasaan tidak menggunakan repellent malam hari kemungkinan resiko 3,2 kali dibandingkan masyarakat dengan kebiasaan menggunakan repellent malam hari.

2. Pengendalian jentik dan nyamuk malaria dewasa

Untuk mengendalikan jentik dan nyamuk malaria dewasa dapat dilakukan dengan beberapa upaya, yaitu:

a. Penyemprotan rumah; untuk daerah endemis malaria, penyemprotan rumah-rumah sebaiknya dilakukan dua kali dalam setahun dengan interval waktu 6 (enam) bulan.

b. Larvaciding; merupakan kegiatan pemberantasan larva nyamuk melalui penyemprotan rawa-rawa yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk malaria.

(28)

c. Biological control; merupakan kegiatan penebaran ikan kepala timah (Panchax-panchax) dan ikan guppy/wader cetul (Lebistus reticulatus) pada genangan-genangan air yang mengalir dan daerah persawahan. Ikan-ikan tersebut berfungsi sebagai pemangsa jentik-jentik nyamuk malaria.

3. Mengurangi tempat perindukan nyamuk malaria

Tempat perindukan nyamuk malaria tergantung spesies nyamuk, yaitu kawasan pantai, rawa-rawa, empang, sawah, tambak ikan atau hidup di air bersih pegunungan. Masyarakat di daerah endemis harus menjaga kebersihan lingkungan, seperti membersihkan tambak ikan yang kurang terpelihara, menutup parit-parit bekas galian yang berisi air payau di sepanjang pantai, mengupayakan aliran air irigasi persawahan berjalan lancar, dan lain-lain.

4. Pemberian obat anti malaria

Obat anti malaria adalah untuk mencegah (profilaksis) terjadinya infeksi dan timbulnya gejala-gejala penyakit malaria.

2.4. Landasan Teori

Kerangka teori pada penelitian ini adalah modifikasi dari beberapa teori yang memberi kontribusi atas persepsi seseorang. Menurut Robbins (2005), pelaku persepsi dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yaitu minat dan pengalaman individu. Marshal dalam Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa faktor yang memengaruhi persepsi adalah pengetahuan. Persepsi sebagai interpretasi, perhatian dan seleksi melalui indera penerima stimulus mengacu pada

(29)

teori Robbins (2005). Perpaduan dari Marshal dalam Notoatmodjo (2005) dan Robbins (2005) digunakan sebagai landasan teori seperti pada Gambar 2.3.

Gambar 2.5 Landasan Teori, Marshal dalam Notoatmodjo (2005) dan Robbins (2005)

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan teori yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini difokuskan untuk menganalisis pengaruh variabel pengetahuan, pengalaman serta minat terhadap persepsi tentang penyakit malaria seperti pada Gambar 2.5.

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.6 Kerangka Konsep Penelitian Persepsi Interpretasi

Perhatian dan Seleksi Indra Penerima Stimulus Pengetahuan Pengetahuan Pengalaman Persepsi tentang Penyakit Malaria a. Penyebab b. Gejala c. Pencegahan d. Pengobatan Minat Pelaku Persepsi a. Sikap b. Motif c. Kepentingan atau Minat d. Pengalaman

(30)

2.5.1 Definisi Konsep

Berdasarkan kerangka konsep di atas dapat dijelaskan bahwa definisi konsepnya adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berkenaan dengan suatu hal/objek (Azwar, 2005).

2. Pengalaman adalah segala sesuatu yang dirasakan atau dialami seseorang pada masa lalu terhadap suatu hal/objek (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005).

3. Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi untuk meningkatkan derajat kesehatannya sendiri melalui tindakan diagnosa dini, pengobatan segera, peningkatan daya tahan tubuh dan tindakan untuk mencegah penularan (KBBI, 2005).

4. Persepsi merupakan makna hasil pengamatan yang dilakukan oleh individu terhadap suatu objek yang mendefinisikan pengenalan akan suatu hal/objek melalui penginderaan yang disatukan dan dikoordinasikan dalam saraf yang lebih tinggi (Sarwono, 1992).

Gambar

Gambar 2.2   Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi Situasi a.  Waktu b.  Keadaan Tempat Kerja Pelaku Persepsi a
Gambar 2.3 Nyamuk Anopheles  Sumber: Ismanto, 2006
Gambar 2.4 Siklus Hidup Genus Plasmodium Malaria  Sumber : Warrel & Gilles. 2002
Gambar 2.5  Landasan Teori, Marshal dalam  Notoatmodjo  (2005)  dan  Robbins (2005)

Referensi

Dokumen terkait

Konversi ransum itik Alabio petelur tidak nyata dipengaruhi oleh interaksi antara faktor serat ransum (S) dengan faktor substitusi minyak (M), akan tetapi masing- masing

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi Rokhmah yang menunjukkan mayoritas ODHA memiliki sikap yang positif terhadap HIV/AIDS dan

Peraturan Bupati Cianjur Nomor 73 Tahun 2020 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2021 (Berita Daerah Kabupaten Cianjur Tahun 2020

Pola motif awal pada birama 24-26 adalah melodi unison yang dimainkan oleh vibraphone dan kolintang sopran, sedangkan gitar bas memainkan harmoni dengan progresi

Hasil penelitian yang didapatkan selama penelitian, jumlah kasus baru kandidiasis kutis yaitu sebanyak 160 kasus dari 10003 kunjungan yang ada di poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau hukum- hukum, rumus,

Poster halaman sangat berguna untuk menginformasikan berbagai hal mengenai komik terkait pada pembaca, seperti volume komik yang akan hadir, volume komik yang

Dalam media cair yang berisi bulu ayam utuh, aktivitas keratinolitik ekstraseluler Bacillus licheniformis RG1 secara sinergis meningkat hampir tiga kalinya dengan