IDENTIFIKASI PENYAKIT PENYERTA PADA IBU HAMIL
DENGAN STATUS BERAT BADAN LAHIR BAYI DI RUMAH
SAKIT PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh:
MUHAMMAD HANIF FARUQ
J 210
171
171
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
IDENTIFIKASI PENYAKIT PENYERTA PADA IBU HAMIL DENGAN STATUS BERAT BADAN LAHIR BAYI DI RUMAH SAKIT PKU
MUHAMMADYAH DELANGGU
Abstrak
Tercatat oleh Organisasi Kesehatan Dunia sebanyak 830 wanita meninggal setiap harinya akibat komplikasi yang berkaitan dengan persalinan maupun kehamilan. Komplikasi tersebut yaitu umur, preeklamsia dan penyakit penyerta pada ibu hamil yang dapat menyebabkan bayi yang dilahirkan mengalami resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). BBLR berkontribusi hingga 60% hingga 80% dari semua kematian neonatal. Penelitian ini yaitu Untuk mengidentifikasi penyakit penyerta pada ibu hamil dengan status berat badan lahir bayi rendah. Jenis penelitian ini yaitu deskriptif, yaitu untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu variable atau lebih tanpa membuat perbandingan, sedangkan tekhnik pengambilan data dengan cara total sampling. Penelitian yaitu ibu dengan umur 25-30 tahun sebesar 73,9%, ibu dengan preeklampsia sebesar 81,5%, berat badan lahir bayi 2500-4000 gram sebesar 88,5%, ibu dengan SC sebesar 51,6% dan ibu dengan multigravida sebesar 70,1%. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut pada tingkat pengetahuan ibu hamil tentang preeklampsia dan diharapkan untuk melakukan penelitian lebih mendalam terkait hubungan kontrasepsi dengan terjadinya preeclampsia.
Kata Kunci : Ibu dengan penyakit penyerta kehamilan, Berat badan bayi lahir
Abstract
Recorded by the World Health Organization as many as 830 women die every day due to complications related to labor and pregnancy. These complications are age, preeclampsia and comorbidities in pregnant women which can cause babies born to have a risk of low birth weight babies. LBW contributes up to 60% to 80% of all neonatal deaths. This study is to identify comorbidities in pregnant women with low birth weight status. This type of research is descriptive, which is to know the value of the independent variable, either one variable or more without making comparisons, while the data collection technique is by means of total sampling. The study was mothers aged 25-30 years 73.9%, mothers with preeclampsia 81.5%, birth weight babies 2500-4000 grams 88.5%, mothers with SC 51.6% and mothers with multigravida at 70.1%. Further research should be conducted on the level of knowledge of pregnant women about preeclampsia and is expected to conduct more in-depth research related to the relationship of contraception to the occurrence of preeclampsia.
1. PENDAHULUAN
Konsepsi menandai terjadinya proses kehamilan. Bersatunya sel telur (ovum) dan sperma disebut dengan konsepsi. Terhitung dari hari pertama menstruasi terakhir selama 280 hari(40 minggu) adalah proses kehamilan (gestasi) berlangsung. Selama 38 minggu adalah usia kehamilan, karena perhitungan dimulai dari tanggal konsepsi yang terjadi dua minggu setelahnya (Kamariyah dan Anggasari, 2014). Pada tahun 2017 di Indonesia terdapat 5.354.594 jiwa ibu hamil. Pulau jawa termasuk dari beberapa pulau di Indonesia yang padat penduduk, jika dilihat dari jumlah ibu hamil, maka di jawa tengah sendiri adalah 596.722 jiwa. Termasuk daerah terbanyak kedua yang mempunyai ibu hamil setelah daerah jawa barat yaitu sebanyak 975.780 jiwa ibu hamil (Kemenkes RI, 2017).
Kesuksesan usaha kesehatan ibu dapat dilihat dari beberapa faktor, salah satunya adalah adanya indicator AKI atau Angka Kematian Ibu. Banyaknya kematian ibu yang disebabkan oleh kehamilan, nifas serta persalinan tetapi tidak disebabkan hal lain seperti terjatuh dan kecelakaan setiap 100.000 kelahiran hidup disebut dengan angka kematian ibu (AKI) (Kemenkes RI, 2017). Telah dicatat oleh Organisasi Kesehatan Dunia sebanyak 830 perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi yang berkaitan dengan persalinan maupun kehamilan. Organisasi Kesehatan Dunia juga mencatat di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 126 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2018).
Komplikasi yang berkaitan dengan kehamilan yaitu umur, preeklamsia, kehamilan ganda, ketuban pecah dini, plasenta previa dan penyakit penyerta yang dialami ibu hamil dapat menyebabkan bayi yang dilahirkan mengalami resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (Triana, 2014). Berdasarkan penelitian berat badan ibu hamil yang bertambah tidak berhubungan dengan berat badan bayi saat lahir (Candrasari dkk, 2012). Wanita hamil berusia 45 tahun dan lebih tua mengalami komplikasi medis dan kebidanan yang jauh lebih besar dan lebih mungkin meninggal pada saat melahirkan dibandingkan
wanita di bawah usia 35 tahun, meskipun risiko absolutnya rendah dan kejadian ini jarang terjadi (Grotegut et all, 2014).
Angka kematian ibu sebanyak 8,5% yang disebabkan oleh komplikasi penyakit penyerta pada ibu hamil yaitu penyakit jantung dan didapatkan 24 bayi perinatal prematur dari ibu dengan penyakit penyerta jantung (Wibowo dan Wiyati, 2013). Selain ibu yang memiliki penyakit penyerta pada saat kehamilan, ibu yang mempunyai riwayat preeklampsi berat beresiko 86,7 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak mempunyai riwayat preeklampsi berat dalam melahirkan bayi dengan BBLR (Nurliawati, 2014).
Berat badan lahir rendah (BBLR) diartikan oleh organisasi kesehatan dunia berupa, berat badan saat lahir kurang dari 2500 gram. Berat badan lahir rendah merupakan masalah signifikan yang sering terjadi di masyarakat dan berhubungan dengan banyak konsekuensi baik jangka panjang maupun jangka pendek. Dari seluruh kelahiran di dunia diperkirakan 15% - 20% dari 20 juta kelahiran per tahun mengalami bayi dengan berat badan lahir rendah (WHO, 2014). Kelahiran prematur (lahir sebelum 37 minggu kehamilan) dan menjadi kecil untuk usia kehamilan, merupakan alasan untuk berat badan lahir rendah (BBLR), hal ini juga merupakan penyebab tidak langsung yang penting dari kematian neonatal. BBLR berkontribusi 60% hingga 80% dari seluruh kematian neonatal. Jumlah keseluruhan kasus BBLR di dunia adalah 15,5%, yang berarti sekitar 20 juta bayi BBLR lahir setiap tahun, 96,5% dari mereka di negara berkembang (WHO, 2017).
Persentase bayi berat badan lahir rendah di Jawa Tengah mengalami peningkatan pada tahun 2012 hingga 2015. Pada tahun 2015 persentase bayi berat badan lahir rendah sebanyak 5,1%. Pada tahun 2016 Persentase bayi berat lahir rendah (BBLR) di Jawa Tengah mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu hanya sebanyak 4,4 %. Menurut catatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengan di kabupaten sukoharjo terdapat 4.24 persen BBLR (Dinkes Jawa Tengah, 2016).
Dari latar belakang diatas, masih banyaknya angka kematian bayi di dunia maupun di Indonesia serta masih banyak pula bayi, terutama di Indonesia
yang mengalami BBLR maka peneliti tertarik untuk meneliti Identifikasi penyakit penyerta pada ibu hamil dengan status berat badan bayi lahir di Rumah Sakit PKU Delanggu.
2. METODE
Desain penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif. Penelitian yang dilakukan guna mengetahui nilai variable mandiri, bisa satu variable atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan, atau penghubungan dengan variable yang lain disebut dengan penelitian deskriptif (Siregar, 2013). Penelitain deskriptif bertujuan untuk menggambarkan tentang realitas pada obyek yang diteliti secara obyektif.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini merupakan data rekam medis ibu hamil dengan penyakit penyerta dari bulan Agustus 2017 sampai Juli 2018. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling yaitu dengan cara pengambilan jumlah sampel sama dengan jumlah populasi (Sugiyono, 2015).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Penelitian 3.1.1 Umur
Tabel 1.
Distribusi karakteristik sampel berdasarkan umur pada penelitian di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu
Umur Jumlah Persentase (%)
<20 5 3,2
20-35 106 67,5
>35 46 29,3
3.1.2 Penyakit Penyerta
Tabel 2.
Distribusi karakteristik berdasarkan penyakit penyerta pada penelitian di Rumah Sakit Muhammadiyah Delanggu Klaten
Penyakit Penyerta Jumlah Persentase (%)
Diabetes Mellitus 1 0,6
Anemia 21 13,4
Preeklampsia 128 81,5
Hepatitis 7 4,5
Total 157 100,0
3.1.3 Berat Badan Lahir Bayi
Tabel 3.
Distribusi karakteristik sampel berdasarkan berat badan lahir bayi pada penelitian di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu
Klaten
Berat Badan Jumlah Persentase (%)
<2500 17 10,8 2500-3900 139 88,5 >3900 1 0,6 Total 157 100,0 3.1.4 Jenis Persalinan Tabel 4.
Distribusi karakteristik sampel berdasarkan jenis persalinan pada penelitian di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten
Jenis Persalinan Jumlah Persentase (%)
Seksio sesarea 81 51,6
Spontan 76 48,4
3.1.5 Gravida
Tabel 5.
Distribusi katarestik sampel berdasarkan gravida pada penelitian di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten
Gravida Jumlah Persentase (%)
Primigravida 47 29,9
Multigravida 109 70,1
Grandemultigravida 1 0,6
Total 157 100,0
3.1.6 Tabel Central Tedency
Tabel 6.
Nilai mean,medium dan mode berdasarkan umur, penyakit penyerta, berat badan lahir bayi, jenis persalinan dan gravida di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu Periode Agustus 2017 sampai Juli
2018 Umur Penyakit Penyerta Berat Badan Lahir Bayi Jenis Persalinan Gravida N Valid 157 157 157 157 157 Missing 0 0 0 0 0 Mode 1 1 2 2 2
Hasil central tendency berdasarkan umur, penyakit penyerta, berat badan lahir rendah, jenis persalinan dan gravida didapatkan hasil mode. Diketahui bahwa umur memiliki hasil dengan angka 1 yang merupakan kelompok usia 25-30 tahun, penyakit penyerta dengan hasil 1 yang merupakan penyakit preeklampsia, berat badan lahir bayi dengan hasil 2 yaitu 2500-3900 gram, jenis persalinan dengan hasil 2 yaitu merupakan persalinan seksio sesarea dan gravida dengan hasil 2 yaitu merupakan multigravida.
3.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui umur sampel ibu hamil 20-35 tahun sebesar 73,9 %, ibu dengan usia >35 tahun sebesar 24,2 % dan ibu dengan usia <20 tahun sebesar 1,9%. Usia 20-35 tahun merupakan usia reproduktif dari seorang wanita. Usia 20-35 merupakan usia yang paling aman untuk melahirkan dan hamil karena pada usia reproduktif (20-35 tahun) resiko terjadinya komplikasi saat terjadinya kehamilan lebih rendah. Usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun merupakan usia yang mempunyai resiko tinggi terjadinya komplikasi selama terjadinya kehamilan (Novianti, 2016).
Salah satu factor yang berhubungan dengan terjadinya preeklampsi adalah usia. Karena sistem reproduksi matang dan siap untuk menerima terjadinya kehamilan berada pada usia 20 – 35 tahun. Kehamilan dibawah 20 tahun dapat terjadi preeklampsi karena keracunan kehamilan hal ini disebebakan karena system reproduksi belum siap digunakan. Sedangkan kehamilan dengan usia diatas 35 tahun terjadi perubahan jaringan – jaringan kandungan serta ketidaklenturan jalan lahir hal ini menyebabkan ibu rentan terhadap hipertensi dan preeklampsi. (Situmorang dkk, 2016).
Tidak semua ibu yang berusia 20-35 tahun tidak mengalami perrmasalahan pada saat kehamilan. Pada ibu dengan usia muda lebih sering terkena preeklampsi hal ini disebabkan karena adanyamekanisme imunologi disamping endokrin dan genetik. Pada kehamilan pertama terjadinya pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta yang belum sempurna, blocking antibodie dapat terjadi secara sempurna pada kehamilan berikutnya (Azza, 2017).
3.2.2 Penyakit Penyerta
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui ibu hamil dengan penyakit penyerta preeklampsia 81,5%, anemia 13,4%, hepatitis 4,5%, dan DM 0,6%. Preeklampsia merupakan kondisi berkurangnya perfusi organ karena vasospasme dan aktivasi endotel yang terjadi setelah minggu ke 20 terjadinya kehamilan dengan ditandai adanya peningkatan tekanan darah proteinuria dan edema. (Apriana dan Puri, 2016). Preeklampsia juga menjadi salah satu penyakit pada saat terjadi kehamilan yang dapat menyebabkan kecacatan, sakit berat dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada ibu, janin serta neonates (Novianti, 2016).
Pada preeklampsia terjadi vasokonstriksi pembuluh darah pada uterus sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan resistensi perifer, hal ini menyebabkan tekanan darah meningkat. Vasokonstriksi pembuluh darah dalam uterus dapat mengakibatkan penurunan aliran darah sehingga suplai oksigen dan nutrisi ke janin berkurang. Ketika hal ini terjadi, dapat menyebabkan intrauterine growth retardation (IUGR) dan melahirkan bayi BBLR (Mallisa dan Towidjojo, 2014).
Kelahiran prematur yang terjadi pada usia kehamilan yang kurang biasanya disebabkan oleh anemia, maka dari itu zat besi sangat penting bagi ibu hamil bahkan sebelum memulai kehamilan. Departemen Kesehatan RI membuat sebuah program dimana program tersebut adalah memberi Tablet Tambah Darah (TTD) bagi ibu hamil selama kehamilan sebanyak 90 tablet yang mengandung zat besi dan asam folat. Tujuan dilakukanya program tersebut adalah untuk mengurangi terjadinya anemia pada ibu hamil, resiko terjadinya BBLR serta mengurangi kematian ibu dan bayi. Kebutuhan asupan makanan yang diperlukan ibu hamil tidak hanya zat besi melainkan zat gizi mikro lainnya maka dari itu ibu hamil perlu menkonsumsi suplemen mikro nutrient secara rutin (Sholiha dan Sumarmi, 2015).
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui berat badan lahir bayi 2500 - 4000 gram yaitu 88,5%, <2500 gram yaitu 10,8%, dan >4000 yaitu 0,6%. Berat badan saat lahir kurang dari 2.500 gram adalah berat bayi lahir rendah (BBLR) (WHO, 2014).
Berat badan lahir bayi tidak mutlak dipengaruhi oleh tekanan darah ibu hamil tetapi dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu faktor ibu, faktor janin, dan faktor plasenta. Pertama faktor ibu diantaranya penyakit yang menyertai ibu saat hamil seperti diabetes militus, preeklamsi, prikologis, keadaan social ekonomi, ibu perokok, ibu mengkonsumsi alkohol dan pecandu obat dan narkotika. Kedua faktor bayi atau janin yaitu kehamilan ganda dan kelainan kromosom. Ketiga faktor plasenta seperti plasenta previa (Sari, 2015).
Penyebab terjadinya BBLR salah satunya adalah usia kehamilan kurang dari 37 minggu hal ini dapat ditandi dengan terjadinya solusio plasenta atau sebagian bahkan keseluruhan plasenta terlepas sebelum saatnya, selain itu terjadinya kehamilan ganda, kelainan uterus seperti bentuk dan fungsi Rahim yang tidak normal karena faktor bawaan, bisa juga terjadi karena ketuban pecah dini yang disebabkan oleh anemia. Maka dari itu melahirkan pada usia kehamilan yang kurang dari 37 minggu dapat terjadi BBLR pada bayi (Filla, Kaunang, dan Umboh, 2016).
3.2.4 Jenis Persalinan
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui jenis persalinan seksio sesarea sebesar 51,6% dan spontan sebesar 48,4%.
Persalinan SC dapat terjadi karena komplikasi persalinan yang berhubungan dengan faktor ibu sehinga untuk menyelamatkan ibu dan bayi harus dilakukan tindakan SC dan ada juga ibu yang tidak ada komplikasi namun mengalami SC hal ini atas dasar permintaan ibu untuk melakukan tindakan SC. Pada saat ini banyak wanita yang melakukan hubungan seks diluar nikah sehingga terjadi kehamilan pertama dibawah usia 20 tahun dan di usia ibu dibawah 20 tahun dapat mempengaruhi intensitas HIS yang menyebabkan terjadinya SC.
Banyak wanita yang mengejar karir sehingga kehamilan pertama pada usia diatas 30 tahun dan di usia 30 tahun keatas memiliki penyulit kehamilan yang tinggi seperti kematian maternal, sehingga beresiko tinggi untuk ibu dan bayi perlu dilakukan SC (Marlina, 2016). SC disebabkan karena beberapa faktor, salah satunya adalah preeklampsia, dalam kehamilan memiliki indikasi ibu hamil untuk melakukan persalinan SC. Apabila dalam keadaan darurat seorang ibu hamil dengan preeklampsia wajib dilakukan persalinan dengan SC (Apriana dan Puri, 2016).
Kelahiran premature, riwayat mengalami trauma fisik apa pun selama kehamilan, dan komplikasi kehamilan merupakan faktor berat badan bayi lahir rendah, sedangkan dilakukanya SC untuk mencegah terjadinya BBLR (Hailu and Kebede, 2018).
3.2.5 Gravida
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui gravida sampel multigravida 70,1%, primigravida 29,9% dan grandemultigravida 0,6%.
Ibu dengan kehamilan pertama atau tidak pernah melahirkan anak baik hidup ataupun mati lebih beresiko terkena preeklampsia ringan dibandingkan ibu pernah melahirkan anak baik hidup maupun mati. Faktor gravida memiliki pengaruh terhadap persalinan dikarenakan ibu hamil memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan selama masa kehamilanya terlebih pada ibu yang pertama kali mengalami masa kehamilan (Langelo et al, 2013). Berdasarkan teori imunologis, pada kehamilan pertama terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap antigen tidak sempurna. Hal ini dapat menghambat invasi arteri spiralis ibu oleh trofoblas sampai batas tertent sehingga mengganggu fungsi plasenta. Akibatnya sekresi vasodilator prostasiklin oleh sel-sel endotel plasenta berkurang dan sekresi trobosan bertambah sehingga terjadi vasokontrksi generalisata dan sekresi aldosterone menurun. Hal ini meningkatkan terjadinya preeklampsia (Suwanti et al 2014). Seorang ibu baik dengan primigravida maupun mutigravida diharapkan menggunakan serta mengikuti program KB pada pelayanan kesehatan dengan
petugas kesehatan professional. Dengan mengikuti program KB ibu dapat mencegah terjadinya preeklamsi, mengontrol jumlah kelahiran dan terhindar dari terjadinya preeklamsi karena ibu lebih tau serta lebih bisa memilih alat kontrasepesi dan menggunakan secara aman (Nursal, Tamela, dan Fitriyeni, 2015).
Akan tetapi risiko terjadinya hipertensi bertambah banyak apabila wanita tersebut juga menggunakan kontrasepsi terutama kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi hormonal berupa pil KB sebagian besar mengandung hormon estrogen dan pregesteron. Hormon dalam kontrsepsi ini telah diatur sedemikian rupa sehingga mendekati kadar hormone dalam tubuh akseptor namun bila digunakan dalam jangka waktu yang lama akan timbul efek samping lain. Kedua hormon tersebut memiliki kemampuan untuk mempermudah retensi ion natrium dan sekresi air disertai kenaikan aktivitas rennin plasma dan pembentukan angiontensin sehingga dapat memicu terjadinya peningkatan tekanan darah (Fajriansi, 2013).
Ibu hamil percaya bahwa jumlah bayi yang dilahirkan tidak ada hubunganya dengan terjadinya preeklampsia. Mereka percaya dengan menjaga kesehatan, tidak cemas terhadap janinya serta mempunyai kemampuan dalam melahirkan maka mereka akan terhindar dari preeklampsia (Situmorang dkk, 2016). Paritas adalah salah satu faktor resiko preeklampsia. Preeklampsi dapat terjadi pada kehamilan pertama karena adanya pembentukan Human Leucocyte Antigen Protein G (HLA) yang mempengaruhi modulasi system imun. Selain itu blocking antibodies terhadap antigen tidak dapat terjadi secara sempurna pada kehamilan pertama. Pada kehamilan berikutnya, pembentukan blocking antibodies akan lebih sempurna akibat respon imunitas pada kehamilan sebelumnya sehingga resiko terjadinya preeklampsia pada multigravida akan lebih rendah dari primigravida (Haryani, Maroef & Adilla, 2015).
Kebutuhan pola makan ibu berbeda- beda kebutuhanya pada trimester I, II dan III. Pada ibu hamil sering terjadi hipertensi hal ini dikarenakan ibu terlalu banyak konsumsi garam yang berlebih sehingga terjadi timbunan cairan
dalam darah yang menyebabkan jantung bekerja lebih kuat karena sirkulasi darah gterganggu. Selain itu ibu dengan aterosklerosis biasanya terjadi karena konsumsi lemak yang berlebih. (Sihotang dkk, 2016). Di kota Manado pola makan ibu hamil biasanya rendah karbohidrat (159,97 gr/hari), tinggi lemak (124,74 gr/hari) dan cukup protein ( 79,15 gr/hari) (Narasiang dkk, 2016).
4. PENUTUP
4.2 Simpulan
4.2.1 Ibu hamil dengan penyakit penyerta banyak terjadi pada rentang usia 25-30 tahun.
4.2.2 Preeklampsia merupakan penyakit penyerta terbanyak pada ibu hamil di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu.
4.2.3 Berat Badan bayi lahir dari ibu dengan penyakit penyerta terbanyak adalah pada rentan 2500-3900 gram.
4.2.4 Cara melahirkan ibu dengan penyakit penyerta di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu adalah SC dan spontan.
4.2.5 Status gravida ibu hamil dengan penyakit penyerta terbanyak adalah multigravida diikuti dengan primigravida.
4.3 Saran
4.3.1 Bagi Tenaga Kesehatan
Disarankan kepada tenaga kesehatan untuk memberikan perhatian lebih kepada ibu hamil dengan usia rentang (<20 & >30 tahun), ibu hamil juga harus rajin untuk melakukan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi kondisi ibu dan janin. Pada masa kehamilan, disarankan agar ibu hamil tidak melakukan pekerjaan fisik yang terlalu berat. Disarankan bagi ibu hamil untuk banyak melakukan senam ibu hamil guna memperlancar proses persalinan nantinya. Tenaga kesehatan diharapkan mampu memberikan pendidikan kesehatan terkait dengan bahaya preeklampsia.
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut pada tingkat pengetahuan ibu hamil tentang preeklampsia, diharapkan untuk melakukan penelitian lebih mendalam terkait hubungan kontrasepsi dengan terjadinya preeklampsia dan pola makan pada ibu hamil dengan penyakit penyerta preeklampsia.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat A.A., (2010). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif, Jakarta: Heath Books
Aprina dan Puri Anita. (2016). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Persalinan Sectio Caesarea di RSUD DR. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Kesehatan, Volume VII, Nomor 1, April 2016, Halaman 90-96. E-ISSN 2548-5695 https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/124
Azza Awatiful. (2017). Deteksi Kejadian Pre Eklampsia Berdasarkan Parietas dan Usia Kehamilan Ibu (Study Retrospeskstif). Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia, Vol 9, No 1, Desember 2017. ISSN 2087-5053 http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/TIJHS/article/download/1263/1 021
Bhaskar Ravi Kumar, Deo Krishana Kumar, Neupane Uttam, Bhaskar Subhadra Chaudhary, Yadav Birendra Kumar, Pokharel Hanoon and Pokharel Paras Kumar. (2015). A Case Control Study on Risk Factors Associated with Low Birth Weight Babies in Eastern Nepal. Volume 2015, 7 pages. 23 November 2015 https://www.hindawi.com/journals/ijpedi/2015/807373/ Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, Spong. (2013). Obstetri Williams.
Jakarta : EGC
Filla Friasha P, Kaunang Wulan P J, dan Umboh Jootje M L. (2016). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Kasih Ibu Kota Manado. Media Kesehatan, Volume 7, Nomor 5, Februari 2016. ISSN 2356-3346 http://medkesfkm.unsrat.ac.id/index.php/faktor-faktor-yang-berhubungan- dengan-kejadian-berat-badan-lahir-rendah-bblr-di-rumah-sakit-ibu-dan-anak-rsia-kasih-ibu-kota-manado/
Gustri Yudia, Sitorus Rico Januar, dan Utama Feranita. (2016). Determinan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil di RSUP DR. Mohammad Hosein Palembang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, November, 2016, 7(3):209-217.
P-ISSN 2086 6380
http://www.jikm.unsri.ac.id/index.php/jikm/article/download/426/pdf Green Carol J and Wilkinson Judith M. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan
Maternal dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC
Hailu Lema Desalegn and Kebede Deresse Legesse. (2018). Determinants of Low Birth Weight Among Deliveries at a Referral Hospital in Northern Ethiopia. BioMed Research International, Volume 2018, Article ID 8169615 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5937567/ Haryani Ayu Putri, Maroef Moch, dan Adilla Sri. (2015). Hubungan Usia Ibu
Hamil Beresiko Dengan Kejadian Preeklampsia/Eklampsia di RSU Haji Surabaya Periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 2013. Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga. Volume 11 No 1 Juni 2015. E-ISSN 2614-476X
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/view/4192 Hermanus, A., (2015). Riset Kesehatan. Yogyakarta : Penerbit Ombak
Hidayat, A. Aziz Alimul, 2008, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A.A.A. (2011). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Surabaya : Health Book Publishing
Hutagalung, L. (2017). Anemia And Nutritional Status As Dominant Factor Of The Event Low Birth Weight In Indonesia: A Systematic Review. LIFE: International Journal of Health and Life-Sciences ISSN 2454-5872. Special Issue Vol. 3 Issue 1, pp. 29 - 38 Date of Publication: 16th January, 2017
https://www.grdspublishing.org/index.php/life/article/download/206/193 Kamariyah Nurul, Anggasari Yasi dan Muflihah Siti. (2014). Buku Ajar
KehamilanUntuk Mahasiswa dan Praktisi Keperawatan Serta Kebidanan. Jakarta Selatan : Salemba Medika
Lowdermilk Deitra Leonard, Perry Shannon E and Cashion Kitty. (2013). Keperawatan Maternitas. Salemba Medika
Mallisa Bertin dan Towidjojo Vera Diana. (2014). Hubungan Antara Preeklampsia Dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Undata Palu Suatu Penelitian Case-Control. Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol 1, No 3, September 2014. ISSN 2355-1933. http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/MedikaTadulako/article/view/79 34
Marlina. (2016). Faktor Persalinan Secsio Caesarea di Rumah Sakit Imanuel Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan, Volume VII, Nomor 1, April 2016, halaman 57-65. E-ISSN 2548-5695 P-ISSN 2086-7751 https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/119
Narasiang Bezaliel R, Mayulu Nelly dan Kawengian Shirley. (2016). Gambaran Pola Konsumsi Makanan Pada Ibu Hamil di Kota Manado. Jurnal e-Biomedik, Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016. ISSN 2337-330X https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/14625 Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta
Novianti Hinda. (2016). Pengaruh Usia dan Paritas Terhadap Kejadian Pre Eklampsia di RSUD Sidoarjo. Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol 9, No 1, Februari 2016, hal 25-31.ISSN 24773948. http://journal.unusa.ac.id/index.php/jhs/article/view/80
Novita Regina. (2011). Keperawatan Maternitas. Bogor : Ghalia Indonesia
Nursal Dien Gusta, Tamela Pratiwi, dan Fitrayeni. (2015). Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil di RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 10, N0. 1, Hal 38-44. ISSN 1978-3833. http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/161 Putra Sitiatava Rizema. (2012). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita untuk
Keperawatan dan Kebidanan. Jogjakarta : D-Media
Haryanto Chintya Putri. (2017). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Kabupaten Kudus. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Volume 5, Nomor 1, Januari 2017. ISSN:
2356-3346 https://www.neliti.com/id/publications/138032/faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan-kejadian-berat-badan-lahir-rendah-bblr-di
Purwaningsih Wahyu dan Fatmawati Siti. (2010). Asuhan Keperwatan Maternitas. Yogyakarta : Muha Medika
Rahayu, A dan Rodiani. (2016). Efek Diabetes Melitus Gestasional terhadap Kelahiran Bayi Makrosomia. Majority I Volume 5 I Nomor 4 I Oktober 2016
Sari Dyah Permata. (2015). Hubungan Hipertensi Ibu Hamil Dengan Berat Badan Bayi Baru Lahir di RS DKT Sidoarjo Tahun 2013. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Volume 7, No 1 Februari 2015 . ISSN 2085-0204 http://ejurnalp2m.poltekkesmajapahit.ac.id/index.php/HM/article/view/23 Sholiha Hidayatush dan Sumarmi Sri. (2015). Analisis Risiko Kejadian Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) Pada Primigravida. Media Gizi Indonesia, Vol 10, No 1, Januari-Juni 2015, Halaman 57-63. ISSN 1693-7228. https://e-journal.unair.ac.id/MGI/article/view/3127
Sihotang Pesta Corry, Rahmayanti Elifah Ihda, Tebisi Juwita Meldasari dan Bantulu Fani Mirnawati. Hubungan Pola Makan dan Kecukupan Istirahat Tidur Dengan Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Biromaru. Jurnal Kesehatan Tadulako, Volume 2, Nomor 1,
Januari 2016. ISSN 2407-8441
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/HealthyTadulako/article/view/57 47
Situmorang Tigor H, Damantalm Yuhana, Januarista Afrina, dan Sukri. (2016). Faktor-faktor yang Berhunungan Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil di Poli KIA RSU Anutapura Palu. Jurnal Kesehatan Tadulako Vol.2 No.1, Januari 2016 : 1-75. P-ISSN 2407-8441 E-ISSN 2502-0749 http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/HealthyTadulako/article/view/57 44
Sulastri, Maliya, A. Zulaicha, E. (2014). Model Pencegahan Anemia Pada Ibu Hamil Untuk Menurunkan Perdarahan Post Partum. Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 2, No. 1, Mei 2014; 55-65
Stalker, T. (2008). Millennium Development Goals. Jakarta
Wahyuni Sari. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita Penuntun Belajar Praktik Klinik. Jakarta : EGC
WHO. (2017). Maternal, Newborn, child and adolescent health. Restrived from (http://www.who.int/maternal_child_adolescent/newborns/prematurity/en/ World Health Organization.Global Nutrition Targets 2025: Low Birth Weight. Geneva, Switzerland: WHO. 2014 https://www.who.int/nutrition/global-target-2025/en/