1
Implementasi Pengendalian Kualitas Dengan Menggunakan Metode Statistik
Pada Pabrik Cat CV X Surabaya
Hendra Gunawan
Jurusan Manajemen Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Surabaya
asenlee@hotmail.com
Abstrak
– Studi ini bertujuan untuk mengendalikan kualitas produksi cat yang
terdapat di CV X Surabaya. Masalah yang dihadapi adalah masih terdapat
kecacatan produksi yang melebihi batas toleransi yang telah ditentukan oleh
perusahaan. Metode yang digunakan adalah metode statistik dan alat pengendalian
kualitas yaitu
seven tools.
Alat statistik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
Check Sheet,
Histogram
,
Diagram Pareto
,
Diagram Sebab-Akibat,
Peta Kendali, Tabel FMEA (
Failure Mode Effect Analysis
).
Kata kunci:
Pengendalian Kualitas, Metode Statistik
Abstract
-
The purpose of this study is control production quality paint contained
in CV X Surabaya. The problem is that there is still a manufacturing defect that
exceeds the tolerance limits set by the company. The method used is the statistical
methods and tools are seven tools of quality control. Statistical tools used in this
study are: Check Sheet, Histogram, Pareto Diagram, Cause and Effect Diagram,
Full Map, Table FMEA (Failure Mode Effect Analysis).
Keyword: Quality Qontrol, Statistic Method
PENDAHULUAN
Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan di bidang ekonomi yang merupakan
sasaran utama para pengusaha di Indonesia, maka tidaklah mengherankan apabila
telah terdapat industri – industri yang tumbuh dan berkembang pesat di Indonesia
baik itu industri kecil maupun indsutri besar. Oleh karena itu, hal ini menjadi
tantangan bagi suatu perusahaan untuk memenangkan persaingan dan
meningkatkan volume penjualan.
Banyaknya industri yang tumbuh salah satunya adalah industri cat. Hal ini
menyebabkan adanya persaingan yang sangat ketat antar industri untuk
memasarkan produk mereka masing – masing. Salah satu cara untuk
memenangkan persaingan yang terjadi adalah kualitas produk yang dihasilkan
haruslah baik.
2
Semakin banyaknya pembangunan maka akan menjadi lahan usaha yang
sangat menjanjikan bagi industri cat dalam mendapatkan keuntungan. Maka
tidaklah mengherankan apabila banyak terdapat industri cat yang baru di bangun
dan melakukan persaingan untuk mendapatkan keuntungan. Tetapi dalam
persaingan itu produk yang dihasilkan haruslah mempunyai kualitas yang baik.
Apabila kualitasnya buruk, maka konsumen tidak akan membeli produk tersebut
dan akan berpaling pada produk cat lain yang lebih memenuhi standar kualitas.
Kualitas memegang peranan penting dalam suatu usaha, baik itu usaha
manufaktur maupun jasa. Kedua jenis usaha tersebut memerlukan tingkat kualitas
yang baik. Dalam usaha manufaktur diperlukan kualitas yang baik dalam
memproduksi barang agar tercipta barang yang berkualitas dan sesuai dengan apa
yang diharapkan konsumen. Begitu pula dengan usaha jasa, dimana kualitas akan
layanan yang diberikan oleh pelaku usaha akan sangat mempengaruhi bagaimana
tanggapan dari konsumen. Apabila konsumen puas dengan apa yang perusahaan
berikan maka konsumen akan menjadi semakin loyal. Kualitas merupakan faktor
yang sangat penting karena mempengaruhi kontak dari konsumen terhadap
perusahaan, karena konsumen akan menilai kualitas suatu perusahaan dari kualitas
akan barang dan jasa yang perusahaan berikan pada konsumen. Jadi dapat
dikatakan bahwa produk atau jasa yang diberikan pada konsumen merupakan
cermin dari perusahaan itu sendiri.
Kualitas suatu produk bukan suatu yang serba kebetulan (
occur by accident
)
(Prawirosentono,2007). Kualitas dapat diartikan sebagai tingkat atau ukuran
kesesuaian suatu produk dengan pemakainya. dalam arti sempit kualitas diartikan
sebagai tingkat kesesuaian produk dengan standar yang telah ditetapkan
(Alisjahbana, 2005). Jadi kualitas yang baik akan dihasilkan dari proses yang baik
dan sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan.
Menurut Gasperz (1998), kualitas didefinisikan sebagai konsistensi
peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi karakteristik dari suatu produk
(barang atau jasa) yang dihasilkan agar memenuhi kebutuhan yang telah
dispesifikasikan guna meningkatkan kepuasan pelanggan.
Menurut Crosby dalam buku pertamanya “
Quality is Free
” yang
mendapatkan perhatian sangat besar pada waktu itu (1979:58) menyatakan, bahwa
3
kualitas adalah “
conformance to requirement
”, yaitu sesuai dengan yang
disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai
dengan standar kualitas yang telah ditentukan.
Deming (1982:176) menyatakan, bahwa kualitas adalah kesesuaian dengan
kebutuhan pasar.
Menurut Prawirosentono (2007:5), pengertian kualitas suatu produk adalah
“Keadaan fisik, fungsi, dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi
selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai nilai uang yang telah
dikeluarkan”.
Kualitas yang baik menurut produsen adalah apabila produk yang dihasilkan
oleh perusahaan telah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan oleh
perusahaan. Sedangkan kualitas yang jelek adalah apabila produk yang dihasilkan
tidak sesuai dengan spesifikasi standar yang telah ditentukan serta menghasilkan
produk rusak. Namun demikian perusahaan dalam menentukan spesifikasi produk
juga harus memperhatikan keinginan dari konsumen, sebab tanpa memperhatikan
itu produk yang dihasilkan oleh perusahaan tidak akan dapat bersaing dengan
perusahaan lain yang lebih memperhatikan kebutuhan konsumen. Kualitas yang
baik menurut sudut pandang konsumen adalah jika produk yang dibeli tersebut
sesuai dengan dengan keinginan, memiliki manfaat yang sesuai dengan kebutuhan
dan setara dengan pengorbanan yang dikeluarkan oleh konsumen. Apabila
kualitas produk tersebut tidak dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan
konsumen, maka mereka akan menganggapnya sebagai produk yang berkualitas
jelek.
Surabaya adalah salah satu wilayah yang memiliki tingkat kebutuhan cat
yang cukup tinggi karena pembangunan yang dilakukan dari tahun ke tahun
semakin meningkat. Hal itu menjadi peluang bagi banyak perusahaan atau badan
usaha untuk memproduksi dan menjual cat untuk mendapatkan keuntungan. Salah
satunya adalah CV X yang terletak di Jalan Kedinding Tengah Jaya II no 100.
Perusahaan yang sudah berdiri sejak tahun 1994 Memiliki 2 Jenis cat yaitu
4
Tabel 1
Total produksi Tahunan (dalam Kg) Tahun Solventbased Jumlah
Kecacatan Persentase (%) Waterbased Jumlah Kecacatan Persentase (%) Total Produksi 2009 28.570 2.621 9,17 257.072 4.129 1,61 285.642 2010 52.051 2.923 5,62 245.388 4.316 1,76 297.439 2011 140.057 4.996 3,57 171.294 3.957 2,31 311.351
Sumber : data internal perusahaan
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini yang menjadi objek dalam pengambilan data adalah CV
X. Data yang diambil adalah data periode Januati – Desember 2011. Metode yang
akan dipakai untuk mengatasi masalah yang ada di CV X adalah menggunakan
metode statistik. Berikut adalah langkah-langkah implementasi dengan metode
tersebut, yaitu:
1.
Membuat
Check Sheet
yaitu dengan mengumpulkan data dan
menganalisa data yang telah dikumpulkan sehingga dapat mengetahui
permasalahan berdasarkan frekuensi dari jenis atau penyebab dan
mengambil keputusan untuk melakukan perbaikan atau tidak.
2.
Membuat Histrogram untuk memudahkan dalam melihat lebih jelas jenis
cacat produksi.
3.
Membuat
Control Chart
yaitu untuk memonitor dan mengevaluasi
apakah proses berada dalam pengendalian kualitas secara statistika atau
tidak sehingga dapat memecahkan masalah dan menghasilkan perbaikan
kualitas.
4.
Membuat Diagram Pareto yaitu untuk mengindetifikasi, mengurutkan
dan bekerja untuk menyisihkan kerusakan produk secara permanen.
5.
Membuat Diagram Sebab-akibat yaitu untuk mencari penyebab
terjadinya masalah yang ada atau kecacatan produksi
5
6.
Membuat
Failure Mode Effect Analysis
(FMEA) yaitu untuk
mengindentifikasi sebab dan akibat terjadinya permasalahan pokok dan
mengukurnya dalam beberapa kriteria standar yang telah ditetapkan.
HASIL STUDI
1.
Check Sheet
Dari data Tabel 2 dapat diketahui bahwa CV X mempunyai rata-rata jumlah
produksi sebesar 2.880 unit dan rata-rata jumlah kecacatan sebesar 107 unit untuk
bagian pengepakan. Dari hasil perhitungan yang dilakukan diketahui
bahwapersentase kecacatan produksi untuk bagian pengepakan mencapai 3,7%.
Padahal batas toleransi dari perusahaan hanyalah 3% untuk kecacatan yang ada.
Tabel 2
Laporan produksi dan jumlah kecacatan pengepakan Bulan Produksi Jumlah
produksi
Cacat pengepakan (Unit) Jumlah Kecacatan Persentase (%) Kaleng bocor Tutup Tidak Rapat Kaleng Pesok Januari I 1.200 11 26 10 47 3,9 II 1.000 6 18 8 32 3,2 Febuari I 1.450 13 20 15 48 3,3 II 1.887 18 41 24 83 4,3 Maret I 1.435 9 22 10 41 2,8 II 1.800 11 21 18 50 2,8 April I 950 4 12 15 31 3,3 II 900 5 17 6 28 3,1 Mei I 1.300 2 18 15 35 2,7 II 860 5 6 9 20 2,3 Juni I 2.000 21 38 23 82 4,1 II 1.557 10 33 21 64 4,1 Juli I 1.560 14 31 26 71 4,6 II 1.300 8 27 22 57 4,3 Agustus I 1.280 14 23 17 54 4,2 II 1.553 18 42 19 79 5,0 September I 1.900 22 22 31 75 3,9 II 1.500 13 19 18 50 3,3 Oktober I 1.700 7 21 11 39 2,3 II 956 9 8 4 21 2,2 November I 2.270 21 64 42 127 5,5 II 1.850 33 41 19 93 5,0 Desember I 1.100 6 8 9 23 2,1 II 1.255 5 12 13 30 2,4 Rata-rata 2.880 24 49 34 107 3,7
6
Tabel 3
Laporan produksi dan jumlah kecacatan pencampuran
Bulan Produksi Jumlah produksi
Cacat pengepakan (Unit) Jumlah Kecacatan Persentase (%) Salah warna Box mixing kotor Cat mengumpal Formula tidak tepat Januari I 4.500 0 70 25 50 145 3,2 II 3.400 0 23 37 70 130 3,8 Febuari I 7.000 50 60 30 100 240 3,4 II 5.337 0 47 43 30 120 2,2 Maret I 5.000 0 45 65 50 160 3,2 II 6.535 65 99 66 0 230 3,5 April I 5.400 0 69 44 50 163 3,0 II 3.000 0 43 47 0 90 3,0 Mei I 4.000 0 54 36 40 130 3,3 II 5.000 100 32 26 0 158 3,2 Juni I 9.000 150 57 53 50 310 3,4 II 6.057 130 53 32 0 215 3,5 Juli I 6.200 0 56 47 65 168 2,7 II 5.810 50 78 25 0 153 2,6 Agustus I 5.333 0 46 67 50 163 3,1 II 6.200 60 57 33 60 210 3,4 September I 10.000 150 85 24 130 389 3,9 II 5.600 100 76 46 28 250 4,5 Oktober I 5.500 50 43 37 30 160 2,9 II 4.730 0 56 34 40 130 2,8 November I 10.000 400 88 62 100 650 6,5 II 7.100 170 58 22 100 350 4,9 Desember I 4.500 0 54 32 50 136 3,0 II 4.855 0 40 21 85 146 3,0 Rata-rata 11.671 123 116 76 98 416 3,6
Sumber : data internal, diolah
Sedangkan untuk Tabel 3 dapat diketahui persentase kecacatan untuk bagian
pencampuran mencapai 3,6% dan melewati batas toleransi kecacatan yang
ditentukan oleh perusahaan.
2.
Histogram
Dari histogram dibawah ini dapat dilihat cacat produksi yang sering terjadi
di bagian pengepakan CV X lebih sering terjadi pada jenis cacat Tutup tidak
rapat yaitu sebesar 590 unit cacat produksi. Sedangkan Kaleng pesok sebesar
405 unit dan Kaleng bocor sebesar 285 unit.
7
Gambar 1
Gambar Histrogram Cacat Pengepakan CV X Tahun 2011
Sumber: Tabel 2
Gambar 2
Gambar Histrogram Cacat Pencampuran CV X Tahun 2011
8
Dari histogram diatas ini dapat dilihat cacat produksi yang sering terjadi di
bagian pencampuran CV X lebih sering terjadi pada jenis cacat Salah warna
yaitu sebesar 1.475Kg, sedangkan Box mixing kotor merupakan jenis cacat
terbesar kedua yaitu sebesar 1.389Kg, Formula tidak tepat sebesar 1.178Kg dan
Cat mengumpal sebesar 954Kg.
3.
Control Chart
Tabel 4
Perhitungan Batas Kendali Bagian pengepakan Periode tahun 2011
Tanggal Produksi Jumlah Produksi (unit) Jumlah Cacat Produksi Bagian pengepakan Proporsi Cacat Produksi (p) UCL LCL Januari I 1.200 47 3,9 0.05339 0.02068 II 1.000 32 3,2 0.05495 0.01912 Febuari I 1.450 48 3,3 0.05191 0.02216 II 1.887 83 4,3 0.05008 0.02399 Maret I 1.435 41 2,8 0.05199 0.02208 II 1.800 50 2,8 0.05039 0.02368 April I 950 31 3,3 0.05541 0.01865 II 900 28 3,1 0.05592 0.01815 Mei I 1.300 35 2,7 0.05275 0.02132 II 860 20 2,3 0.05635 0.01722 Juni I 2.000 82 4,1 0.04970 0.02437 II 1.557 64 4,1 0.05139 0.02268 Juli I 1.560 71 4,6 0.05138 0.02269 II 1.300 57 4,3 0.05275 0.02132 Agustus I 1.280 54 4,2 0.05287 0.02120 II 1.553 79 5,0 0.05141 0.02266 September I 1.900 75 3,9 0.05003 0.02404 II 1.500 50 3,3 0.05166 0.02241 Oktober I 1.700 39 2,3 0.05077 0.02329 II 956 21 2,2 0.05536 0.01871 November I 2.270 127 5,5 0.04892 0.02514 II 1.850 93 5,0 0.05021 0.02386 Desember I 1.100 23 2,1 0.05412 0.01995 II 1.255 30 2,4 0.02303 0.02104 Rata-rata 2.880 107 =3,7
Sumber: Tabel 2 dan hasil perhitungan rumus peta kendali p
Berdasarkan gambar 3 sampel yang digunakan adalah sebanyak 24. Dari
gambar 12 tersebut dapat diketahui bahwa ada satu titik yang berada di luar
batas kendali bawah yaitu sampel 19 dan dua titik berada di luar batas kendali
atas yaitu sampel 21 dan 23. Dari peta kendali tersebut juga tampak bahwa garis
9
pusat sebesar 0,03703, UCL atau BPA sebesar 0,05303 dan LCL atau BPB
sebesar 0,02104
23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 Sample Pr op or tio n _ P=0.03703 UCL=0.05303 LCL=0.02104 1 1 1Tests performed with unequal sample sizes
P Chart bagian pengepakan
Gambar 3
Peta Kendali Proporsi Cacat Produksi Bagian Pengepakan Tahun 2011
Sumber : Tabel 4, diolah.
Berdasarkan gambar 3 sampel yang digunakan adalah sebanyak 24. Dari
gambar 12 tersebut dapat diketahui bahwa ada satu titik yang berada di luar
batas kendali bawah yaitu sampel 19 dan dua titik berada di luar batas kendali
atas yaitu sampel 21 dan 23. Dari peta kendali tersebut juga tampak bahwa garis
pusat sebesar 0,03703, UCL atau BPA sebesar 0,05303 dan LCL atau BPB
sebesar 0,02104
Dari hasil peta kendali yang diperoleh pula dapat dilihat proses produksi di
bagian pengepakan masih ada yang berada diluar batas kendali. Oleh karena
adanya 3 titik yang berada diluar batas kendali, maka perlu dibuat peta kendali
revisi. Berikut ini adalah p
chart
revisi Proporsi Cacat Produksi Bagian
Pengepakan:
Berdasarkan gambar 4 sampel yang digunakan hanya 20 karena
merupakan revisi dari p chart sebelumnya. Dari hasil revisi dapat dilihat bahwa
semua sampel berada dalam batas kendali setelah sampel yang berada diluar
batas kendali dihilangkan. Dari peta kendali tersebut juga tampak bahwa garis
pusat sebesar 0,03456, UCL atau BPA sebesar 0,05013 dan LCL atau BPB
sebesar 0,01916.
10
21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 Sample Pr op or tio n _ P=0.03552 UCL=0.05120 LCL=0.01985 1Tests performed with unequal sample sizes
P Chart Revisi bagian pengepakan
Gambar 4
Peta Kendali Revisi 1 Proporsi Cacat Produksi Bagian Pengepakan
Tahun 2011
Sumber : Tabel 4, diolah.
Tabel 5
Perhitungan Batas Kendali Bagian pencampuran Periode tahun 2011
Tanggal Produksi Jumlah Produksi (unit) Jumlah Cacat Produksi Bagian pencampuran Proporsi Cacat Produksi (p) UCL LCL Januari I 4.500 145 3,2 0.04397 0.02738 II 3.400 130 3,8 0.04521 0.02613 Febuari I 7.000 240 3,4 0.04232 0.02902 II 5.337 120 2,2 0.04329 0.02805 Maret I 5.000 160 3,2 0.04354 0.02780 II 6.535 230 3,5 0.04255 0.02879 April I 5.400 163 3,0 0.04324 0.02810 II 3.000 90 3,0 0.04583 0.02551 Mei I 4.000 130 3,3 0.04447 0.02687 II 5.000 158 3,2 0.04354 0.02780 Juni I 9.000 310 3,4 0.04154 0.02981 II 6.057 215 3,5 0.04282 0.02852 Juli I 6.200 168 2,7 0.04274 0.02860 II 5.810 153 2,6 0.04297 0.02837 Agustus I 5.333 163 3,1 0.04329 0.02805 II 6.200 210 3,4 0.04274 0.02860 September I 10.000 389 3,9 0.04124 0.03011 II 5.600 250 4,5 0.04311 0.02824 Oktober I 5.500 160 2,9 0.04317 0.02817 II 4.730 130 2,8 0.04376 0.02758 November I 10.000 650 6,5 0.04124 0.03011 II 7.100 350 4,9 0.04227 0.02907 Desember I 4.500 136 3,0 0.04397 0.02738 II 4.855 146 3,0 0.04366 0.02769 Rata-rata 11.671 416 =3.6
11
Berdasarkan gambar 5 Sampel yang digunakan sebesar 24. Dari gambar
tersebut dapat diketahui bahwa ada empat titik yang berada di luar batas kendali
bawah yaitu sampel 4 , 13, 14 dan tiga titik berada di luar batas kendali atas yaitu
sampel 18, 20 ,21, 22. Dari peta kendali tersebut juga tampak bahwa garis pusat
sebesar 0,03567, UCL atau BPA sebesar 0,04366 dan LCL atau BPB sebesar
0,02769. Dari hasil peta kendali yang diperoleh pula dapat dilihat proses produksi
di bagian pencampuran masih banyak yang berada diluar batas kendali.
Oleh karena adanya empat titik yang berada diluar batas kendali bawah dan tiga
titik yang berada diluar batas kendali atas,maka perlu dibuat peta kendali revisi.
Berikut ini adalah p
chart
revisi Proporsi Cacat Produksi Bagian Pencampuran :
23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 0.07 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 Sample Pr op or tio n _ P=0.03567 UCL=0.04366 LCL=0.02769 1 1 1 1 1 1 1
Tests performed with unequal sample sizes
P Chart bagian pencampuran
Gambar 5
Peta Kendali Proporsi Cacat Produksi Bagian Pencampuran Tahun 2011
Sumber : Tabel 5, diolah.
Berdasarkan gambar 6 Sampel yang digunakan 17 . Dari gambar tersebut
dapat diketahui bahwa ada satu titik berada di luar batas kendali atas yaitu sampel
14. Dari peta kendali tersebut juga tampak bahwa garis pusat sebesar 0,03332,
UCL atau BPA sebesar 0,04105 dan LCL atau BPB sebesar 0,02560. Dari hasil
peta kendali yang diperoleh pula dapat dilihat proses produksi di bagian
pencampuran masih banyak yang berada diluar batas kendali.
12
17 15 13 11 9 7 5 3 1 0.045 0.040 0.035 0.030 0.025 Sample Pr op or tio n _ P=0.03332 UCL=0.04105 LCL=0.02560 1Tests performed with unequal sample sizes
P Chart Revisi bagian pencampuran
Gambar 6
Peta Kendali Revisi 1 Proporsi Cacat Produksi Bagian Pencampuran Tahun 2011
Sumber : Tabel 5, diolah.
4.
Diagram Pareto
Tabel 6
Jumlah dan Jenis Produk Cacat Bagian Pengepakan (berdasarkan urutan jumlah cacat)
Tahun 2011
No Jenis Cacat Produksi Jumlah Persentase Persentase kumulatif
1 Tutup tidak rapat 590 46.09% 46.09%
2 Kaleng pesok 405 31.64% 77.73%
3 Kaleng bocor 285 22.27% 100%
Total 1280 100%
Sumber: Tabel 9
Berdasarkan data diatas maka dapat disusun sebuah diagram pareto seperti
terlihat pada gambar berikut:
13
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 0 200 400 600 800 1000 1200 1400Tutup tidak rapat Kaleng pesok Kaleng bocor
Gambar 7
Diagram Pareto Kecacatan Pengepakan Sumber : Tabel 6
Dari hasil pengamatan gambar 7 dapat diketahui bahwa hampir 80% cacat
produksi yang terjadi pada bagian pengepakan CV X pada tahun 2011 didominasi
oleh 2 jenis cacat produksi. Yaitu Tutup tidak rapat sebesar 590 unit dan Kaleng
pesok sebesar 405 unit. Jadi perbaikan dapat dilakukan dengan memfokuskan
pada 2 jenis cacat produksi yang paling dominan atau terbesar yaitu karena Tutup
tidak rapat dan Kaleng pesok.
Tabel 7
Jumlah dan Jenis Produk Cacat Bagian Pencampuran
(berdasarkan urutan jumlah cacat)
Tahun 2011
No Jenis Cacat Produksi Jumlah Persentase Persentase kumulatif
1 Salah warna 1.475 29.52% 29.52%
2 Box mixing kotor 1.389 27.80% 57.32%
3 Formula tidak tepat 1.178 23.58% 80.90%
4 Cat mengumpal 954 19.10% 100%
14
Gambar 8
Diagram Pareto Kecacatan Pencampuran Sumber : Tabel 7
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa 80% cacat produksi yang
terjadi pada bagian pencampuran CV X pada tahun 2011 didominasi oleh 3 jenis
cacat produksi. Yaitu Salah warna sebesar 1.475Kg, Box mixing kotor sebesar
1.389 Kg, dan Formula tidak tepat sebesar 1.178 Kg.
Jadi perbaikan dapat dilakukan dengan memfokuskan pada 3 jenis cacat
produksi yang paling dominan atau terbesar yaitu karena Salah warna, Box
mixing kotor dan Formula tidak tepat.
5.
Diagram Sebab-akibat
Setelah diagram sebab akibat yang utuh dibuat maka dapat dilihat bahwa
penyebab kecacatan yang paling dominan di bagian pencampuran dan pengepakan
adalah manusia. Manusia dalam produksi cat mempunyai peranan penting karena
semua aktifitas dilakukan oleh manusia secara manual. Setelah menganalisis
segala penyebab-penyabab yang mengakibatkan cacat produksi di bagian
pencampuran dan pegepakan, maka studi dilanjutkan dengan analisis FMEA
untuk melakukan pengukuran terhadap sebab dan akibat yang terdapat pada
diagram sebab akibat.
15
Gambar 9
Diagram Sebab Akibat Bagian Pencampuran dan Pengepakan Sumber: Wawancara dan observasi
6.
FMEA
a.
Penjelasan untuk penilaian
severity
Diidentifikasikan bahwa sumber daya manusia dan material memiliki
penilaian yang paling besar yaitu 8
( High severity),
sehingga bisa dijelaskan
bahwa sumber daya manusia dan material bisa menyebabkan kegagalan yang
sangat signifikan. Contohnya karena bahan yang berkualitas buruk sangat
mempengaruhi kualitas cat yang diproduksi sehingga harus diganti dan akibat
kelalaian karyawan maka kualitas pengepakan cat tidak sesuai standar
perusahaan. Sedangkan untuk lingkungan mendapat nilai severity terkecil
yaitu 3
(Mild severity)
karena pengaruh buruk ringan dan masih sangat
mungkin bisa diperbaiki.
b.
Penjelasan untuk penilaian
occurance
Nilai occurance dari metode, mesin atau peralatan dan lingkungan,
memiliki penilaian 5 ( karena kegagalan agak mungkin terjadi), dan peluang
terjadinya kegagalan bisa diperbaiki melalui beberapa langkah, misalnya
melalui perawatan mesin yang rutin, menambah ventilasi udara maupun
memberikan pelatihan kepada karyawan. Sedangkan sumberdaya manusia
memiliki nilai
occurance
terbesar yaitu dengan nilai 8, atau kegagalan sangat
mungkin terjadi. Hal ini disebabkan karena masing-masing karyawan
16
memiliki tingkat kosentrasi yang berbeda-beda dalam bekerja sehingga
mempengaruhi kinerja karyawan. Untuk itu, kemungkinan kegagalan yang
disebabkan oleh faktor sumber daya manusia lebih tinggi dibandingkan
dengan faktor penyebab kegagalan produksi lainnya.
c.
Penjelasan untuk penilaian detection
Pemberian nilai 3 untuk lingkungan, mesin atau peralatan dan metode
karena lingkungan, mesin atau peralatan dan metode lebih mudah untuk
diidentifikasi. Lingkungan yang panas bisa diketahui akan menganggu
karyawan dalam bekerja, Mesin dan metode bisa diketahui tidak berfungsi
dengan baik saat proses kerja karyawan berlangsung. Sedangkan pemberian
nilai 6 untuk sumber daya manusia dan 4 untuk material karena mengingat
kemampuan mendeteksi karyawan yang konsentrasi bekerja atau tidak, sangat
sulit untuk diidentifikasi secara fisik. Dan sulitnya mengidentifikasi untuk
material yang sesuai standar secara fisik satu per satu.
RINGKASAN DAN REKOMENDASI
Jenis cacat produksi dibagian pencampuran dan pengepakan pada CV X
yaitu disebabkan karena Box mixing kotor sebesar 1.389Kg, Salah warna sebesar
1.475Kg, Formula tidak tepat sebesar 1.178Kg, Cat mengumpal sebesar 954Kg,
Kaleng pesok sebesar 590 unit, Kaleng bocor sebesar 405 unit, dan Tutup tidak
rapat sebesar 285 unit.
1.
Check Sheet
Dari hasil
check sheet
diketahui bahwa proses produksi cat yang dilakukan di
CV X mengalami kecacatan melebihi batas toleransi dari perusahaan. Jenis
kecacatan yang ditemukan untuk bagian pengepakan dapat dibedakan menjadi
3 jenis yaitu kaleng bocor, tutup tidak rapat, kaleng pesok. Sedangkan untuk
bagian pencampuran ditemukan 4 jenis cacat yaitu salah warna, box mixing
kotor, cat mengumpal dan formula tidak tepat.
2.
Histogram
Kegunaan dari histogram adalah untuk mengetahui distribusi atau penyebaran
data sehingga dengan demikian didapatkan informasi yang lebih banyak dari
data tersebut dan akan memudahkan untuk mendapatkan kesimpulan dari data
17
tersebut. Di CV X, penyebaran data semakin melebar kekiri atau kanan
sehingga dapat dikatakan bahwa mutu hasil produksi tersebut kurang bermutu.
3.
Control Chart
Penggunaan alat bantu statistik dengan peta kendali p mengidentifikasi bahwa
ternyata banyak kualitas produk yang berada di luar batas kendali yang
seharusnya. Hal tersebut seperti ditunjukkan pada grafik kontrol yang
memperlihatkan bahwa titik berfluktuasi sangat tinggi dan tidak beraturan. Hal
ini menyimpulkan bahwa proses produksi di bagian pengepakan dan
pencampuran berada dalam keadaan tidak terkendali atau masih banyak
mengalami penyimpangan.
4.
Diagram Pareto
Dari analisi diagram pareto ditemukan bahwa jenis kecacatan yang paling
sering terjadi pada bagian pengepakan adalah tutup tidak rapat. Sedangkan
untuk bagian pencampuran jenis cacat yang paling sering terjadi adalah salah
warna.
5.
Diagram Sebab-Akibat
Hasil dari tahap ini adalah berasal dari wawancara dengan manajer produksi
dan observasi yang terkait dengan proses produksi. Dari diagram sebab-akibat
ditemukan penyebab kecacatan dalam proses produksinya ada 5 yaitu manusia,
metode, lingkungan, bahan, dan peralatan. Penyebab kecacatan yang paling
banyak adalah berasal dari manusia.
6.
FMEA
Setelah semua proses di atas selesai dilakukan, CV X dapat membuat suatu
rancangan prioritas perbaikan yang hasilnya dapat dipilih untuk dijadikan
sebagai prioritas utama perbaikan kualitas cat di kemudian hari. Hal ini
dilakukan dengan menggunakan alat statistic tabel FMEA. Dimana analisis
FMEA ini menampilkan perbaikan-perbaikan berdasarkan tingkat prioritasnya
sehingga perusahaan dapat lebih mudah untuk mengambil keputusan perbaikan
berdasarkan prioritas perbaikan yang paling utama.
18
Tabel 8
Analisis FMEA Pada Bagian Pencampuran dan Pegepakan Penyebab Masalah
Akibat Kecacatan Severity Sebab
Kecacatan Occurance
Rencana
Perbaikan Detection RPN
Sumberdaya Manusia Kecacatan cat 8 Karyawan kurang disiplin dalam bekerja karena sering mengobrol dan bercanda dengan karyawan lainnya saat bekerja.
8
Lebih memperketat pengawasan saat proses produksi berlangsung dan membuat standar kerja dalam lingkungan kerja sehingga pekerja mengerti dan menjalankan prosedur kerja yang dibuat perusahaan.
6 384
Metode
Kecacatan cat 5 Kesalahan metode pencampuran dan
pengepakan. 5
Diberikan pelatihan dalam pengepakan dan
pencampuran yang baik dan benar. 3 75
Mesin atau Peralatan
Kecacatan cat 7 Kurang terawatnya peralatan – peralatan yang
digunakan untuk proses produksi. 5
Melakukan perawatan peralatan setiap minggu agar ada tindakan pencegahan kerusakan atau melakukan maintenance.
3 105
Material
Kecacatan cat 8
Terdapat Kualitas bahan baku yang tidak sesuai standar perusahaan karena terlalu lama tidak dipakai.
6
Memberikan tugas pada bagian Quality Control
untuk memeriksa bahan yang ada apakah masih layak digunakan atau tidak untuk proses produksi sehingga kualitas tetap terjaga.
4 192
Lingkungan
Kecacatan cat 3 Ruangan yang panas karena kurang ventilasi
serta kebisingan akibat dari mesin. 5
Menambah ventilasi di ruang proses produksi agar
19
Berdasarkan analisis atau penelitian yang telah dilakukan, Maka terdapat
beberapa rekomendasi yang dapat diberikan kepada CV X dengan tujuan
mengendalikan proses produksinya agar menjadi lebih baik. Berikut adalah
beberapa rekomendasinya:
1.
Lebih memperketat pengawasan saat proses produksi berlangsung dan
membuat standar kerja dalam lingkungan kerja sehingga pekerja mengerti dan
menjalankan prosedur kerja yang dibuat perusahaan.
2.
Memberikan tugas pada bagian
Quality Control
untuk memeriksa bahan yang
ada apakah masih layak digunakan atau tidak untuk proses produksi sehingga
kualitas tetap terjaga..
3.
Melakukan perawatan peralatan setiap minggu agar ada tindakan pencegahan
kerusakan atau melakukan
maintenance.
4.
Diberikan pelatihan dalam pengepakan dan pencampuran yang baik dan benar.
5.
Menambah ventilasi di ruang proses produksi agar karyawan bisa lebih
berkonsentrasi saat bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana, Juita. 2005. “Evaluasi Pengendalian Kualitas Total Produk Pakaian
Wanita Pada Perusahaan Konveksi.”
Jurnal Ventura
, Vol. 8,
No. 1,
April 2005.
Ariani, Dorothea Wahyu. 2004.
Pengendalian Kualitas Statistik
. Yogyakarta.
Penerbit: Andi
Assauri, Sofjan. 1998.
Manajemen Operasi Dan Produksi
. Jakarta : LP FE UI
Besterfield, Dale H.,
Quality Control, 4
thedition, Prentice Hall International
.,
New Jersey 1994.
Crosby, Phillip B. 2003.
Quality is Free.
Penerbit: Penguin
Deming, W. Edwards. 2005.
Total Quality Management
. Jakarta. Penerbit:
Rineka Cipta
Dwiwinarno, Titop. 2009. “
Evaluasi Pengendalian Kualitas Pada Bagian
Produksi
.” www.google.com. Diunduh tanggal 21 Maret 2012.
Gasperz, Vincent. 2005.
Total Quality Management
. Jakarta. Penerbit: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Hatani, La. 2008. “Manajemen Pengendalian Mutu Produksi Roti Melalui
Pendekatan Statistical Quality Control (SQC).
”
Diunduh 12 Maret 2012,
20
dari
www.google.com/
Jurusan Manajemen FE Unhalu.
Heizer, Jay and Barry Render. 2006.
Operations Management (Manajemen
Operasi
). Jakarta : Salemba Empat.
Juran, Joseph. 2005.
Total Quality Management
Jakarta. Penerbit: Rineka Cipta
Kholil, Muhammad dan A. Cahyono. 2006. ”Usulan Perbaikan Kualitas Dengan
Metode SPC Untuk Mengurangi Cacat Bending Part Scale PF
Pada
Proses Injection Pada Produk Plastic Departement PT. Indonesia Epson
Industry.”
Buletin Penelitian
No. 10 Tahun 2006.
Prawirosentono, Suyadi. 2007.
Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu
Terpadu Abad 21 “Kiat Membangun Bisnis Kompetitif”
. Jakarta:
Bumi Aksara.
Mitra, Amitava. 1993.
Fundamentals of Quality and Improvement
. Penerbit
Mac Millan
Mongomery, Douglas C. 2001
. Introduction to Statistical Quality Control. 4
thEdition
. New York : John Wiley & Sons, Inc.
Nasution, M. N. 2005.
Manajemen Mutu Terpadu
. Bogor : Gahlia Indonesia.
Rath & Strong. 2005.
Six sigma advance Tools Pocket Guide
. Yogyakarta.
Penerbit: Andi
Sarin, Rakesh K. dan Buffa, Elwood S. 1999.
Manajemen Operasi&Produksi
Modern
. Penerbit: Binarupa Aksara
Ramsey, Patricia P. and Levine, David M. 1994
Business for Quality and
Productivity Pretices Hall International.
Penerbit
International
Encyclopedia
Richard B. Chase, Nicholas J. Aquilano and F. Robert Jacobs. 2001.
Operations
Management For Competitive Advantage
. 9th Edition. New York :
Mc
Graw-Hill Companies.
http://www.tribunnews.com/2010/12/22/rei-pertumbuhan-rumah-2011-naik-15-persen
)
http://forum.detik.com/hebat-pertumbuhan-properti-di-jawa-timur-tinggi-berkat-dukungan-pemda-t506719.html