4.1 Gambaran Umum Perusahaan
Bogasari Flour Mills adalah produsen tepung terigu di Indonesia dengan kapasitas produksi sebesar 3,6 juta ton per tahun, terbesar di dunia dalam satu lokasi.
Sejarah Bogasari Flour Mills dimulai pada tanggal 29 November 1971 dengan peresmian pabrik yang pertama di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Yang dibangun di areal seluas 33 ha.
setahun kemudian, pada tgl 10 Juli 1972, pabrik yang kedua di Tanjung Perak Surabaya dioperasikan. Pabrik di Surabaya dibangun di areal seluas 13 ha. Bogasari Flour Mills Jakarta dan Surabaya memiliki kapasitas giling 10,000 mt/hari dan 5,900 mt/hari. Sedangkan kapasitas pelletizing adalah 110 mt/jam untuk Jakarta dan 38 mt/jam untuk Surabaya.
Selama hampir tiga dekade, Bogasari Flour Mills telah melayani kebutuhan pangan masyarakat Indonesia dengan tiga merek tepung terigunya yaitu Cakra Kembar, Kunci Biru dan Segitiga Biru. Ketiga jenis produk ini digunakan secara luas oleh industri mie, roti dan biskuit, baik yang berskala besar dan kecil serta rumah tangga. Di samping itu, Bogasari juga menghasilkan produk sampingan (by product) berupa bran, pollard untuk koperasi dan industri makanan ternak, dan tepung industri untuk industri kayu lapis.
Selain dua pabrik tepung terigu, Bogasari Flour Mills juga memiliki tiga divisi lain: divisi pasta, dan dua divisi penunjang, yaitu kemasan (dahulu disebut Divisi Tekstil) dan Maritim. Pabrik Pasta didirikan pada Desember 1991 dengan kapasitas produksi 60.000 mt per tahun. Produk yang dihasilkan adalah “Long Pasta” dan “Short Pasta”, dan hampir 80% ditujukan untuk pasaran ekspor.
Divisi Kemasan Bogasari Flour Mills didirikan pada tahun 1977 di Citeureup, Jawa Barat yang memproduksi kebutuhan kantong terigu untuk kedua pabrik tepung terigu tersebut.
Sedangkan untuk menjamin kelangsungan persediaan gandum, Divisi Maritim Bogasari Flour Mills mengoperasikan tiga kapal angkut gandum dan tiga buah kapal tongkang untuk pelayaran antar pulau. Kapal-kapal ini telah memperoleh penghargaan internasional AMVER (Automated Mutual Assistance Vessel Rescue).
Selain fasilitas penggilingan gandum (milling facilities) yang canggih, Bogasari Flour Mills juga memiliki berbagai fasilitas penunjang teknis baik untuk kepentingan sendiri maupun umum, antara lain laboratorium, dermaga, Milling Training Center, dan Baking Training Center.
Laboratorium yang ada dilengkapi dengan peralatan modern dengan tujuan untuk melakukan uji-analisis terhadap kualitas gandum dan tepung, serta meneliti kemungkinan pengembangan produk baru.
Pabrik Jakarta memiliki dua dermaga, salah satunya selesai dibangun awal tahun 1997 dan termasuk yang terbaik di dunia; mampu menangani jenis kapal ukuran Panamax. Sedangkan Pabrik Surabaya memiliki satu dermaga. Ketiga dermaga ini mampu menyediakan jasa bongkar muat tidak hanya untuk gandum, tapi juga untuk segala jenis komoditas biji-bijian (Grain).
Milling Training Center merupakan pusat pelatihan bagi calon “miller” baik untuk internal maupun eksternal.
Sementara fasilitas lain yang dapat dimanfaatkan masyarakat adalah “Pusat Pengolahan Tepung Terigu Bogasari” (Bogasari Baking Training Center).
Baking Training Center ini didedikasikan untuk seluruh lapisan masyarakat yang ingin mempelajari cara pengolahan tepung terigu, seperti cara pembuatan roti, kue, biskuit dan mie. Selain di Jakarta (sejak 1981), Baking Training Center juga didirikan di Surabaya (1996) dan Bandung (1999) dan daerah-daerah lainnya yang telah memiliki sekitar 20.000 alumni.
Pada bulan November 1996, Bogasari Flour Mills memperoleh sertifikat ISO 9002 dari SGS dan Sucofindo sebagai pengakuan atas mutu.
Sejak tgl 30 Juni 1995, Bogasari Flour Mills telah menjadi salah satu divisi dari PT Indofood Sukses Makmur. (http://www.bogasariflour.com/)
4.2 Gambaran Umum Sampel Penelitian
Analisa data pada bagian ini bersumber pada pengolahan kuesioner yang telah disebarkan oleh penulis. Kuesioner yang dibutuhkan untuk pengolahan data sebesar 50 buah, tetapi jumlah kuesioner yang disebarkan mencapai 60 buah. Hal ini terjadi karena ada 10 kuesioner yang diisi dengan tidak benar dan tidak lengkap sehingga tidak layak disertakan dalam pengolahan data.
Tabel 4.1
DAERAH PENYEBARAN KUISIONER
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent surabaya pusat 7 14,0 14,0 14,0 surabaya selatan 10 20,0 20,0 34,0 surabaya utara 13 26,0 26,0 60,0 surabaya barat 7 14,0 14,0 74,0 surabaya timur 13 26,0 26,0 100,0 Valid Total 50 100,0 100,0
Dari hasil pengolahan data menggunakan statistik deskriptif diatas dapat disimpulkan bahwa daerah penyebaran kuisioner berdasarkan badan usaha yang ada terbanyak yaitu 26% berada di daerah Surabaya Utara yang melingkupi daerah Tambaksari, Kalianyar, Kembang Jepun, Pasar Atom, Pasar Turi dan sekitarnya. Surabaya Timur yang melingkupi daerah Ngagel, Biliton, Kertajaya, Dharmahusada dan sekitarnya memiliki jumlah persentasi yang sama yaitu 26%. Surabaya Selatan berada di posisi kedua yaitu 20% dengan daerah penyebaran Dinoyo, Wonokromo, Siwalankerto, Waru dan sekitarnya. Disusul Surabaya Barat dan Surabaya Pusat dengan persentasi yang sama yaitu 14%. Surabaya Barat daerah penyebarannya HR Muhammad, Pakuwon, Citraland dan sekitarnya. Surabaya Pusat daerah penyebarannya di jalan Pemuda, Kedungdoro dan sekitarnya.
Tabel 4.2
JENIS PRODUK YANG DIHASILKAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent roti 15 30,0 30,0 30,0 cake/bolu 8 16,0 16,0 46,0 cakwe 2 4,0 4,0 50,0 gorengan 2 4,0 4,0 54,0 kue kering/biscuit 8 16,0 16,0 70,0 martabak/teran gbulan 4 8,0 8,0 78,0 pastry 11 22,0 22,0 100,0 Valid Total 50 100,0 100,0
Penggunaan tepung paling banyak adalah untuk badan usaha pembuatan roti (30%), kedua adalah penggunaan untuk jenis makanan pastry (22%), disusul
cake/bolu (16%) dan kue kering/biscuit (16%). Dari data ini dapat dilihat kecenderungan masyarakat dalam pembelian roti sebagai jenis camilan yang telah umum, disusul pastry jenis camilan yang sedang digemari yaitu jenis camilan yang berbau Eropa. Untuk jenis camilan seperti cake/bolu dan kue kering/biscuit
tetap berada pada posisi stabil menjadi camilan yang digemari secara umum tidak tergantung musiman.
Tabel 4.3
PENGHASILAN KONSUMEN PER HARI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent <500.000 6 12,0 12,0 12,0 500.000-2,5juta 16 32,0 32,0 44,0 2,5-5juta 11 22,0 22,0 66,0 diatas 5juta 17 34,0 34,0 100,0 Valid Total 50 100,0 100,0
Dari data penghasilan yang didapat dari konsumen pengguna tepung terigu untuk berbagai jenis badan usaha pembuatan camilan/makanan ringan maka didapatkan penghasilan dengan persentasi tertinggi (34%) adalah diatas 5 juta rupiah per harinya dan persentasi terendah (12%) adalah dibawah 500.000 rupiah
per harinya. Dari data ini dapat dilihat bahwa usaha pembuatan camilan/makanan ringan sangatlah menguntungkan.
Tabel 4.4
BANYAKNYA PEMAKAIAN TEPUNG PER HARI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid <10kanton g 43 86,0 86,0 86,0 10-25kantong 7 14,0 14,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
Untuk jumlah penggunaan tepung per harinya persentasi tertinggi (86%) adalah dibawah 10 kantong sehari. Hanya beberapa badan usaha tertentu (14%) dengan skala yang besar saja yang menggunakan hingga 10-25 kantong sehari, seperti Suzana dan Primadona. Sedangkan badan usaha seperti French Bakery, Holland Bakery (per outlet), Igor (per outlet) dan badan usaha sejenis penggunaannya dibawah 10 kantong sehari.
Tabel 4.5
SUMBER INFORMASI MENGENAI TEPUNG
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent iklan TV dan
radio 12 24,0 24,0 24,0
resep dan buku
masakan 23 46,0 46,0 70,0
teman/kerabat 3 6,0 6,0 76,0
pasar pada saat
membeli 12 24,0 24,0 100,0
Valid
Total 50 100,0 100,0
Informasi yang didapatkan konsumen tertinggi persentasinya (46%) didapat dari buku dan resep masakan yang ternyata memberi andil cukup besar. Posisi kedua (24%) yang memiliki andil dalam penyebaran informasi mengenai tepung adalah para distributor tepung dan penjual tepung baik dalam jumlah besar
selain itu dengan persentasi yang sama (24%) informasi didapatkan dari media elektronik yaitu iklan pada TV dan radio. Sedangkan untuk penyampaian informasi dari teman/kerabat hanya memberi andil yang kecil (6%).
Tabel 4.6
TEMPAT PEMBELIAN TEPUNG
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent distributor 22 44,0 44,0 44,0 toko penyalur utama 21 42,0 42,0 86,0 toko di pasar 5 10,0 10,0 96,0 swalayan grosir 2 4,0 4,0 100,0 Valid Total 50 100,0 100,0
Dari data ini dapat dilihat kecenderungan konsumen untuk membeli tepung langsung pada distributor (44%) dan toko penyalur utama (42%). Sedangkan untuk konsumen dengan skala usaha yang kecil seperti penjual gorengan, martabak/ terangbulan, cake/bolu yang skalanya kecil tidak terlalu memperhatikan hal tersebut sehingga mereka membelinya dapat melalui toko di pasar (10%) maupun swlayan grosir (4%).
Tabel 4.7
LOYALITAS PELANGGAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
beli merek lain 4 8,0 8,0 8,0
beli di tempat lain 34 68,0 68,0 76,0 menunggu sampai ada 12 24,0 24,0 100,0 Valid Total 50 100,0 100,0
Dari data diatas dapat diukur tingkat kesetiaan pembeli atau konsumen. Konsumen lebih memilih membeli di tempat lain (68%) daripada berganti merek yang lain (8%). Dan ada konsumen yang benar-benar setia hingga menunggu sampai stok tepung tersebut ada (24%).
Tabel 4.8
BANYAK KONSUMEN YANG MEMILIKI INVENTORI
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid ya 23 46,0 46,0 46,0
tidak 11 22,0 22,0 68,0
kadang-kadang 16 32,0 32,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Terlihat dari data ini bahwa 46% badan usaha melakukan stok tepung dalam jumlah tertentu. Tentu saja badan usaha yang cukup besar yang melakukan hal ini. Hanya beberapa badan usaha (32%) yang terkadang memiliki stok pada saat tertentu (hari Raya Idul Fitri ,Natal, dan hari besar yang lainnya).
Tabel 4.9
BANYAK KONSUMEN YANG MENCAMPUR PENGGUNAAN TEPUNG
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid ya 17 34,0 34,0 34,0 tidak 28 56,0 56,0 90,0 kadang-kadang 5 10,0 10,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
Dari data ini yang ingin dilihat hanyalah seberapa besar jumlah badan usaha yang menggunakan campuran tepung dengan merek lain, dan ingin mengetahui jenis merek apa saja yang digunakan sebagai campuran. Ternyata sebagian besar badan usaha (56%) tidak melakukan pencampuran.
Tabel 4.10 PERIODE
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid minggua n 33 66,0 66,0 66,0 bulanan 17 34,0 34,0 100,0 Total
Berdasarkan data diatas periode pembelian konsumen adalah mingguan yang tertinggi (66%). Data ini digunakan dalam pengukuran prediksi pangsa pasar selanjutnya dengan metode Markov Chain. Maka data pengukuran metode
Markov Chain akan menggunakan data mingguan karena persentasi terbesar adalah periode mingguan.
Pengolahan data menggunakan SPSS versi 11.5, maka dari itu diperlukan pengkodean terhadap setiap nomor pertanyaan yang ada pada kuesioner. Kode yang diberikan oleh penulis adalah
Tabel 4.11
Pengkodean Tiap Nomor Pertanyaan Brand Awarness Pertanyaan 1 butir 1 P1.1 Pertanyaan 1 butir 2 P1.2 Pertanyaan 1 butir 3 P1.3 Pertanyaan 1 butir 4 P1.4 Pertanyaan 1 butir 5 P1.5 Citra (images) Pertanyaan 3 butir 1 P3.1 Pertanyaan 3 butir 2 P3.2 Pertanyaan 3 butir 3 P3.3 Pertanyaan 3 butir 4 P3.4 Pertanyaan 3 butir 5 P3.5 Pertanyaan 3 butir 6 P3.6 Pertanyaan 3 butir 7 P3.7 Pertanyaan 3 butir 8 P3.8 Pertanyaan 3 butir 9 P3.9 Pertanyaan 3 butir 10 P3.10 Pertanyaan 3 butir 11 P3.11 Pertanyaan 3 butir 12 P3.12 Pertanyaan 3 butir 13 P3.13 Pertanyaan 3 butir 14 P3.14
Kesan Kualitas Pertanyaan 4 butir 1 P4.1 Pertanyaan 4 butir 2 P4.2 Pertanyaan 4 butir 3 P4.3 Pertanyaan 4 butir 4 P4.4 Pertanyaan 4 butir 5 P4.5 Pertanyaan 4 butir 6 P4.6 Pertanyaan 4 butir 7 P4.7 Pertanyaan 4 butir 8 P4.8 Pertanyaan 4 butir 9 P4.9 Pertanyaan 4 butir 10 P4.10 Pertanyaan 4 butir 11 P4.11 Pertanyaan 4 butir 12 P4.12 Pertanyaan 4 butir 13 P4.13 Pertanyaan 4 butir 14 P4.14 Loyalitas Pertanyaan 5 butir 1 P5.1 Pertanyaan 5 butir 2 P5.2 Pertanyaan 5 butir 3 P5.3 Pertanyaan 5 butir 4 P5.4 Pertanyaan 5 butir 5 P5.5
4.3 Analisis Hasil Penelitian
4.3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas menggunakan data dari 15 responden pada penelitian awal. Adapun 15 responden ini merupakan sampel yang dapat mewakili 50 responden.
Tabel 4.12 Brand Awarness Item Corrected Item-Total
Corelation Keterangan P1.1 0.7167 Valid P1.2 0.5267 Valid P1.3 0.6175 Valid P1.4 0.7295 Valid P1.5 0.7042 Valid Alpha 0.8393 Reliabel
Dari data analisa diatas didapatkan bahwa lima pertanyaan pada kuisioner baian I lembar ke-3 yang dibagikan kepada 15 responden adalah valid dan reliabel karena corrected item – total correlationnya > r product moment
(0,3507), dan alphanya > 0,6.
Tabel 4.13 Citra (Images)
Item Corrected Item-Total Corelation Keterangan P3.1 0.4795 Valid P3.2 0.7977 Valid P3.3 0.5688 Valid P3.4 0.4295 Valid P3.5 0.5010 Valid P3.6 0.6796 Valid P3.7 0.5069 Valid P3.8 0.4634 Valid P3.9 0.7216 Valid P3.10 0.7447 Valid P3.11 0.8474 Valid
Lanjutan Tabel 4.13
P3.12 0.8055 Valid
P3.13 0.7454 Valid
P3.14 0.7881 Valid
Alpha 0.9188 Reliabel
Dari data diatas untuk mengukur citra atau images masyarakat terhadap merek tepung “Kereta Kencana” didapatkan bahwa hasil pengukuran data valid dan reliabel karena karena corrected item – total correlationnya > r product moment (0,3507), dan alphanya > 0,6.
Tabel 4.14 Kesan kualitas Item Corrected Item-Total
Corelation Keterangan P4.1 0.4219 Valid P4.2 0.6408 Valid P4.3 0.4187 Valid P4.4 0.6015 Valid P4.5 0.6507 Valid P4.6 0.4649 Valid P4.7 0.4571 Valid P4.8 0.6555 Valid P4.9 0.4859 Valid P4.10 0.4142 Valid P4.11 0.6104 Valid P4.12 0.3566 Valid P4.13 0.4290 Valid P4.14 0.4754 Valid Alpha 0.8114 Reliabel
Dari data diatas juga dapat disimpulkan bahwa semua pernyataan valid dan reliabel karena corrected item – total correlationnya > r product moment
(0,3507), dan alphanya > 0,6.
Tabel 4.15 Loyalitas Item Corrected Item-Total
Corelation Keterangan P5.1 0.8846 Valid P5.2 0.8427 Valid P5.3 0.8662 Valid P5.4 0.8971 Valid P5.5 0.9257 Valid Alpha 0.9520 Reliabel
Dari data ini juga didapatkan bahwa data bersifat valid dan reliabel karena corrected item – total correlationnya > r product moment (0,3507), dan
alphanya > 0,6. Data didapatkan dari 15 kuisioner yang mewakili 50 data keseluruhan.
4.3.2 Analisa Kepentingan Atribut
Tabel 4.16 Kepentingan Atribut
TINGKAT KEPENTINGAN
Rank VARIABEL
TP KP CP P SP
1 Barang mudah diperoleh 36% 64%
2 Tersedianya layanan konsumen untuk menerima keluhan konsumen 36% 64% 3 Bebas kontaminasi bentuk fisik 36% 64% 4 Dapat menghasilkan adonan yang sesuai (kualitas) 38% 62% 5 Mendapatkan tepung dengan kualitas yang sama setiap waktu 42% 58% 6 Warna tepung yang putih 44% 56%
Lanjutan Tabel 4.16
8 Kondisi kemasan tepung yang rapat 52% 48% 9 Formulasi kandungan tepung yang sesuai 8% 46% 46% 10 Bau/aroma tepung yang tidak apak 54% 46%
11 Jenis bahan kemasan 58% 42%
12 Kemudahan membuka kemasan/jahitan 8% 52% 40% 13 Dapat menghasilkan jumlah adonan lebih banyak (kuantitas) 8% 56% 36% 14 Tampilan iklan menarik 16% 62% 22%
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa konsumen merasa bahwa ke-14 pernyataan diatas merupakan hal yang penting untuk pemilihan konsumen dalam penggunaan merek tertentu. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan jawaban pada sisi kanan yaitu penting dan sangat penting. Data diatas tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas dikarenakan konsumen merasa bahwa ke-14 hal tersebut penting seluruhnya sehingga tidak terdapat variasi dalam pemilihan jawaban. Dari data diatas dapat dilihat rata-rata tingkat kepentingan yang paling utama dari variabel, diurutkan sesuai ranking yang diberikan. Mulai dari rangking paling utama menurut konsumen kemudahan mendapatkan produk, tersedianya layanan konsumen dan kondisi produk yang bebas kontaminasi bentuk fisik adalah hal yang paling utama dengan persentasi jawaban sangat penting sebanyak 64%. Selanjutnya tingkat persentasi dapat dilihat pada tabel diatas.
4.3.3 Analisa Brand Awareness
Tabel 4.17 Top Of Mind
Merek tepung terigu Jumlah responden Persentase
Gunung bromo 20 40%
Kereta kencana 15 30%
Cakra kembar mas 10 20%
Dari data diatas dapat dilihat bahwa 20 badan usaha (40%) menyebutkan Gunung Bromo sebagai merek yang paling mereka ingat, 15 badan usaha (30%) menyebutkan Kereta Kencana sebagai merek yang paling diingat, 10 badan usaha (20%) menyebutkan Cakra Kembar Mas dan 5 badan usaha (10%) menyebutkan Roda biru sebagai merek utama yang paling diingat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Top Of Mind dari masyarakat adalah Gunung Bromo pada posisi pertama, disusul Kereta Kencana pada posisi kedua. Namun dari seluruh merek yang disebutkan diatas semuanya adalah merek dari Bogasari Flour Mills.
Tabel 4.18 Brand Recall
Merek tepung terigu Jumlah responden Persentase
Kereta kencana 25 50%
Cakra kembar mas 15 30%
Roda biru 5 10%
Gunung bromo 5 10%
50 100%
Dari data brand recall diatas dapat dilihat bahwa Kereta Kencana memiliki posisi tertinggi yaitu 25 badan usaha (50%), yang menyebutkan merek Kereta Kencana sebagai merek yang mereka ingat. Disusul Cakra Kembar Mas dengan jumlah badan usaha 15 (30%) yang mengingat merek tersebut dan merek Roda Biru serta Gunung Bromo pada posisi ketiga dengan jumlah badan usaha yang sama yang mengingatnya yaitu 5 badan usaha (10%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Kereta Kencana berada pada posisi Brand Recall yaitu sebagai merek yang diingat.
Tabel 4.19 Brand Recognition
Merek tepung terigu Jumlah responden Persentase
Dari data kuisioner keseluruhan didapatkan 10 badan usaha (20%) yang mengenal merek Kereta Kencana.
Tabel 4.20 Brand Unaware
Merek tepung terigu Jumlah responden Persentase
Kereta kencana 0 0
Dari data kuisioner sebanyak 50 buah tidak ada satupun badan usaha yang tidak sadar akan keberadaan merek Kereta Kencana.
Sedangkan dari data pengukuran Brand Awareness pada lembar ke-4 dari kuisioner didapatkan.
Tabel 4.21 Brand Awareness
Variabel 1 2 3 4 5
Kereta Kencana dikenal orang-orang Surabaya 2% 0 6% 54% 38% Jika melihat gambar kereta kencana berwarna
kuning akan dideskripsikan sebagai tepung Kereta Kencana
8% 12% 12% 48% 20%
Mengenal Kereta Kencana sebagai produk Bogasari
4% 10% 6% 52% 28% Mengenal Kereta Kencana sebagai tepung
berkualitas
0 2% 4% 54% 40%
Desain kemasan dan warna logo Kereta Kencana menarik
2% 8% 14% 50% 26%
Dari data ini dapat ditarik kesimpulan bahwa keberadaan merek Kereta Kencana disadari semua orang, hal ini dapat dilihat dari data yang ada, kecenderungan responden untuk menjawab di sisi kanan yaitu setuju dan sangat
cukup dikenal orang-orang di Surabaya dengan perolehan angka 54% setuju dan 38% sangat setuju. Untuk pengenalan merek melalui gambar atau logo Kereta Kencana 48% responden setuju dan 20% responden sangat setuju bahwa merek Kereta Kencana dapat dikenali melalui gambar atau logonya. Masyarakat cukup menyadari bahwa merek Kereta Kencana adalah produk dari Bogasari Flour Mills, meskipun ada beberapa responden yang tidak mengetahui hal tersebut namun hanya sebesar 4% saja yang sangat tidak setuju dan 10% yang tidak setuju. Sedangkan untuk kualitas dari tepung Kereta Kencana dikenal sangat bagus dengan 54% menjawab setuju dan 40% menjawab sangat setuju bahwa merek Kereta Kencana berkualitas. Untuk desain kemasan dan logo dari produk Kereta Kencana 50% responden yang setuju bahwa desainnya menarik dan 26 % menyatakan sangat setuju sedangkan 14% responden menyatakan biasa saja. 4.3.4 Analisis Citra (images)
Tabel 4.22 Citra (images)
TINGKAT KESETUJUAN NO. VARIABEL
STS TS C S SS 1 Harga tepung terigu merek Kereta Kencana Terjangkau 10% 10% 52% 28% 2 Formulasi kandungan tepung yang sesuai 4% 14% 54% 28% 3 Warna tepung merek Kereta Kecana putih 6% 10% 44% 40% 4 Bau/aroma tepung merek Kereta Kencana tidak apak 4% 6% 58% 32% 5 Tepung merek Kereta Kencana dapat menghasilkan adonan yang berkualitas 2% 14% 56% 28% 6 Tepung merek Kereta Kencana dapat menghasilkan jumlah adonan lebih
banyak (kuantitas) 4% 8% 64% 24%
7 Tepung merek Kereta Kencana memiliki kualitas tepung yang sama setiap waktu 4% 6% 46% 44% 8 Kemasan tepung merek Kereta Kencana aman dan rapat 6% 6% 50% 38% 9 Kemasan/jahitan tepung merek Kereta Kencana mudah dibuka 10% 4% 44% 42% 10 Jenis bahan kemasan tepung merek Kereta Kencana berkualitas 18% 12% 50% 20%
Lanjutan Tabel 4.22 11 Tepung merek Kereta Kencana bebas kontaminasi bentuk fisik (tidak
menggumpal) 12% 6% 40% 42%
12 Tampilan iklan tepung merek Kereta Kencana menarik 2% 14% 54% 30% 13 Produsen tepung merek Kereta Kencana menyediakan layanan konsumen untuk
menerima keluhan pelanggan 4% 8% 40% 48% 14 Tepung merek Kereta Kencana mudah diperoleh 2% 6% 44% 48%
Dari data diatas dapat dilihat citra atau images masyarakat pada tepung Kereta Kencana terbentuk dari berbagai asosiasi yang didapatkan dari perusahaan Bogasari, sehingga images yang terbentuk positif. Hal ini dapat dilihat dari persentasi yang ada pada tiap pernyataan, persentasi yang ada cenderung ke arah setuju dan sangat setuju.
4.3.5 Analisis Kesan Kualitas
Tabel 4.23 Kesan Kualitas TINGKAT KESETUJUAN NO. VARIABEL STS TS CS S SS 1 Harga Terjangkau 4% 14% 48% 34%
2 Formulasi kandungan tepung yang sesuai 14% 56% 30% 3 Warna tepung yang putih 4% 12% 52% 32% 4 Bau/aroma tepung yang tidak apak 10% 46% 44% 5 Dapat menghasilkan adonan yang sesuai (kualitas) 8% 38% 54% 6 Dapat menghasilkan jumlah adonan lebih banyak (kuantitas) 2% 10% 58% 30% 7 Mendapatkan tepung dengan kualitas yang sama setiap waktu 2% 14% 48% 36% 8 Kondisi kemasan tepung yang rapat 6% 10% 50% 34% 9 Kemudahan membuka kemasan/jahitan 4% 8% 52% 36%
Lanjutan Tabel 4.23
10 Jenis bahan kemasan 6% 14% 50% 30% 11 Bebas kontaminasi bentuk fisik 12% 12% 54% 22%
12 Tampilan iklan menarik 8% 14% 46% 32%
13 Tersedianya layanan konsumen untuk menerima keluhan pelanggan 2% 2% 6% 58% 32% 14 Barang mudah diperoleh 10% 56% 34%
Dari data kesan mengenai kualitas setelah menggunakan tepung Kereta Kencana diatas sangatlah bagus, hal tersebut dapat dilihat dari persentasi yang ada mengenai 14 pernyataan yang diajukan lebih dari 50% responden menjawab setuju dan sangat setuju.
4.3.6 Analisa Tingkat Loyalitas
Rentang skala dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut: nilai tertinggi – nilai terendah 5 –1
Internal = = = 0.8 Banyaknya kelas 5 Tabel 4.24 Rentang Skala 1.00-1.80 Tidak pernah 1.80-2.60 Jarang 2.60-3.40 Kadang-kadang/ragu-ragu 3.40-4.20 Sering/suka/puas 4.20-5.00 Selalu
(keterangan: tabel diatas digunakan dalam analisa tabel 4.25;4.26;4.27;4.28;4.29) Tabel 4.25
Switcher
frekuensi Persentasi
Tidak pernah 22 44%
Lanjutan Tabel 4.25 Kadang-kadang 4 8% Sering 0 0% Selalu 1 2% 50 100% Mean 1.70 Switcher = 1/50*100% = 2%
Jadi dari data diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata responden tidak pernah berpindah merek karena faktor harga, hal ini dapat dilihat dari rata-rata data yaitu 1.70 yang jatuh pada rentang skala tidak pernah. Sedangkan yang sensitif terhadap perubahan harga hanya 1 responden (2%) saja.
Tabel 4.26 Habitual Buyer frekuensi Persentasi Tidak pernah 17 34% Jarang 20 40% Kadang-kadang 0 0% Sering 10 20% Selalu 3 6% 50 100% Mean 2.24 Habitual buyer = 13/50*100% = 26%
Dari data habitual buyer dapat dilihat bahwa rata-rata responden yang membeli hanya karena kebiasaan saja jarang, hal ini dapat dilihat dari rata-rata data yaitu 2.24 yang jatuh dalam kategori jarang. Sedangkan yang membeli tepung Kereta Kencana karena kebiasaan hanya 13 responden (26%).
Tabel 4.27 Satisfied Buyer frekuensi Persentasi Tidak pernah 0 0% Jarang 3 6% Kadang-kadang 6 12% Sering 23 46% Selalu 18 36% 50 100% Mean 4.12 Satisfied buyer = 41/50 * 100% = 82%
Dari rata-rata data yang ada yaitu 4.12 maka rentang skala jatuh pada kategori sering/suka/puas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata responden merupakan pembeli yang merasa puas. Sedangkan yang menjawab puas sebanyak 41 responden (82%).
Tabel 4.28 Liking The Brand
frekuensi Persentasi Tidak pernah 0 0 Jarang 4 8% Kadang-kadang 4 8% Sering 25 50% Selalu 17 34% 50 100% Mean 4.10
Liking The Brand = 42/50 * 100% = 84%
Dari data liking the brand dapat disimpulkan bahwa rata-rata responden banyak yang menyukai merek Kereta Kencana, hal ini tercermin dari rata-rata data 4.10 yang jatuh pada kategori sering/suka/puas. Sedangkan untuk responden
yang benar-benar suka terhadap tepung Kereta Kencana adalah 42 orang atau 84%. Tabel 4.29 Committed Buyer frekuensi Persentasi Tidak pernah 7 14% Jarang 13 26% Kadang-kadang 8 16% Sering 13 26% Selalu 9 18% 50 100% Mean 3.08 Committed Buyer = 22/50 * 100% = 44%
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata responden merupakan responden yang kadang-kadang/ragu-ragu untuk mempromosikan merek Kereta Kencana. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata data yang jatuh pada kategori kadang-kadang/ragu-ragu yaitu 3.08. sedangkan yang termasuk committed buyer hanya 22 responden atau 44% saja.
4.3.7 Analisa Prediksi Pangsa Pasar
Tabel 4.30
Jumlah Konsumen Periode I
Kereta Kencana 20
Cakra Kembar Mas 11
Gunung Bromo 8 Roda Biru 4 Kunci Biru 1 Beruang Biru 2 Tali Mas 1 Import 3
Tabel 4.31
Jumlah Konsumen Periode II
Kereta Kencana 21
Cakra Kembar Mas 10
Gunung Bromo 8 Roda Biru 3 Kunci Biru 1 Beruang Biru 2 Tali Mas 2 Import 3 Pengelompokan merek dalam pembentukan matriks:
1. Kereta Kencana (KK)
2. Merek Bogasari Flour Mills yang lain yang termasuk didalamnya: Cakra Kembar Mas, Gunung Bromo, Roda Biru, Kunci Biru (BL)
3. Merek lain yang termasuk didalamnya: Sriboga yaitu Beruang Biru, Tali Mas ;import (ML)
Tabel 4.32
Brand Switching Pattern Matrix
Berpindah Pemakai Ke… Kereta kencana Merek bogasari yang lain Merek lain Total Kereta Kencana 18 2 1 21 Merek Bogasari lain 1 17 4 22 Merek lain 1 5 1 7 Total 20 24 6 50
Tabel 4.33 Probabilitas Transisi Berpindah Pemakai Ke… Kereta kencana Merek bogasari yang lain Merek lain Kereta Kencana P00 P01 P02 Merek Bogasari lain P10 P11 P12 Merek lain P20 P21 P22 Tabel 4.34 Probabilitas Transisi Berpindah Pemakai Ke… Kereta kencana Merek bogasari yang lain Merek lain Kereta Kencana 0.9 0.0833 0.1666 Merek Bogasari lain 0.05 0.70833 0.6666 Merek lain 0.05 0.20833 0.1666 Total 1 1 1
Probabilitas transisi * market share = kemungkinan market share
Periode saat ini periode yang akan datang
0.9 0.0833 0.1667 0.4 0.41999
0.05 0.7083 0.6667 * 0.48 = 0.4399
Tabel 4.35
Perhitungan merek Kereta Kencana Periode I
1. Kemampuan Kereta Kencana
untuk menguasai pelanggannya
0.9*0.4= 0.36
2. Kemampuan Kereta Kencana
untuk mendapatkan pelanggan merek Bogasari Flour Mills yang
lain
0.0833*0.48= 0.03998
3. Kemampuan Kereta Kencana
untuk mendapatkan pelanggan merek lain
0.1667*0.12= 0.02
Jumlah 0.41998
Dari tabel diatas dapat dilihat dengan lebih detail tentang kemampuan merek “Kereta Kencana” dalam menarik konsumen milik Bogasari Flour Mills lain dan merek lain. Kemampuan merek “Kereta Kencana” sangatlah rendah dalam merebut pasar merek Bogasari Flour Mills lain dan merek lain sehingga terkesan sangat pasif. Untuk merebut pelanggan merek Bogasari Flour Mills lain hanya 3.998% dan merek lain hanya 2% saja dari total pangsa pasar yang dimilikinya yaitu 41.99%.
Tabel 4.36
Perhitungan merek Bogasari Flour Mills yang lain Periode I
1. Kemampuan merek Bogasari
Flour Mills yang lain untuk mendapatkan pelanggan merek
Kereta Kencana
0.05*0.4= 0.02
2. Kemampuan merek Bogasari
Flour Mills yang lain untuk menguasai pelanggannya
0.70833*0.48= 0.3399
Lanjutan Tabel 4.36
3. Kemampuan merek Bogasari
Flour Mills yang lain untuk mendapatkan pelanggan merek
lain
0.6667*0.12= 0.08
Jumlah 0.4399
Dari tabel 4.36 dapat dilihat kemampuan merek Bogasari Flour Mills lain dalam merebut pangsa pasar merek Kereta Kencana dan merek lain. Kemampuan merek Bogasari Flour Mills lain dalam menguasai pelanggan yang dimilikinya agar tidak berpindah merek 33.99% dan kemampuan merek Bogasari Flour Mills lain dalam merebut pelanggan dari merek Kereta Kencana hanya 2%. Sedangkan kemampuan merek Bogasari Flour Mills lain dalam merebut pelanggan dari merek lain hanya 8% saja.
Tabel 4.37
Perhitungan merek lain Periode I
1. kemampuan merek lain untuk
mendapatkan pelanggan merek Kereta Kencana
0.05*0.4= 0.02
2. Kemampuan merek lain untuk
menguasai pelanggan merek Bogasari Flour Mills lain
0.20833*0.48= 0.09999
3. Kemampuan merek lain untuk
menguasai pelanggannya
0.1667*0.12= 0.02
Jumlah 0.1399
Dari tabel diatas dapat diketahui kemampuan merek-merek yang tergabung dalam kategori merek lain. Seperti kemampuan merek lain dalam merebut pangsa pasar dari merek “Kereta Kencana” sebesar 2% dan kemampuan merek lain dalam merebut pangsa pasar merek Bogasari Flour Mills lain sebesar
2% juga. Serta dapat dilihat kemampuan merek lain dalam mempertahankan pelanggan yang dimilikinya yaitu sebesar 9.99%.
Dari hasil perhitungan mulai dari tabel 4.35-4.37 diatas dapat dilihat kemampuan merek Bogasari Flour Mills lain dalam merebut pelanggan merek lain adalah 8% dari 43.99% pangsa pasar keseluruhan merek Bogasari Flour Mills lain yaitu 3.52%. Kemampuan merek lain dalam merebut pelanggan merek Bogasari Flour Mills lain adalah 9.99% dari 13.99% pangsa pasar merek lain yaitu 1.39%. Kemampuan merek Kereta Kencana dalam merebut pelanggan merek lain adalah 2% dari 41.99% pangsa pasar Kereta Kencana yaitu 0.84%. Kemampuan merek lain dalam merebut pelanggan merek Kereta Kencana adalah 2% dari 13.99% pangsa pasar merek lain yaitu 0.28%. Kemampuan merek Kereta Kencana dalam merebut pelanggan merek Bogasari Flour Mills lain adalah 3,99% dari 41.99% yaitu 1.8%. Kemampuan merek Bogasari Flour Mills lain dalam merebut pelanggan merek Kereta Kencana adalah 2% dari 43.99% pangsa pasar Bogasari Flour Mills lain yaitu 0.88%. Sedangkan informasi yang paling penting yang dapat diperoleh dari tabel-tabel tersebut adalah kemampuan masing-masing merek dalam menguasai pelanggannya. Kemampuan merek Kereta Kencana dalam menguasai pelanggannya hanya 36% saja hampir disusul oleh merek Bogasari Flour Mills lain yang mampu menguasai hingga 33,9%. Hal ini perlu diperhatikan dengan lebih serius karena jika merek Kereta Kencana tidak dapat mempertahankan pelangganya sendiri akan sangat berbahaya bagi pangsa pasarnya.
Sehingga dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil prediksi pangsa pasar untuk periode berikutnya untuk merek Kereta Kencana adalah 41.99% , merek Bogasari Flour Mills yang lain 43.99% , dan merek yang lain 13.99%.
Perhitungan untuk dua periode yang akan datang:
Tabel 4.38
Perhitungan Merek Kereta Kencana Periode II
1. Kemampuan Kereta Kencana
untuk menguasai pelanggannya
0.9*0.4199= 0.37791
2. Kemampuan Kereta Kencana
untuk mendapatkan pelanggan merek Bogasari Flour Mills yang
lain
0.0833*0.4399= 0.0366
3. Kemampuan Kereta Kencana
untuk mendapatkan pelanggan merek lain
0.1667*0.1399= 0.02
Jumlah 0.4378
Dari tabel 4.38 diatas dapat diketahui bahwa periode berikutnya pangsa pasar merek Kereta Kencana meningkat 1.8% menjadi 43.78%. Sedangkan kemampuan Kereta Kencana dalam merebut pangsa pasar merek Bogasari Flour Mills lain turun 0.2% menjadi 1.6%. Kemampuan Kereta Kencana dalam mempertahankan pelanggannya meningkat menjadi 37.79%. Sedangkan kemampuan merek Kereta Kencana dalam merebut pangsa pasar merek lain meningkat menjadi 0.89%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa merek Kereta Kencana sudah mulai aktif dalam merebut pangsa pasar, meskipun hasilnya masih belum terlalu besar.
Tabel 4.39
Perhitungan merek Bogasari Flour Mills yang lain Periode II
1. Kemampuan merek Bogasari
Flour Mills yang lain untuk mendapatkan pelanggan merek
Kereta Kencana
0.05*0.4199= 0.021
Lanjutan Tabel 4.39
2. Kemampuan merek Bogasari
Flour Mills yang lain untuk menguasai pelanggannya
0.70833*0.4399= 0.31159
3. Kemampuan merek Bogasari
Flour Mills yang lain untuk mendapatkan pelanggan merek
lain
0.6667*0.1399= 0.09327
Jumlah 0.4258
Dari tabel 4.39 diatas dapat dilihat bahwa kemampuan merek Bogasari Flour Mills lain dalam menguasai pelanggannya sendiri turun menjadi 31.16%, tapi kemampuan merek Bogasari Flour Mills lain dalam menguasai pelanggan merek lain meningkat menjadi 9.327% dari 42.58% yaitu 0.397%. Sedangkan kemampuan merek Bogasari Flour Mills lain dalam merebut pelanggan merek Kereta Kencana tetap sebesar 2% dari 42.58% yaitu 0.89%.
Tabel 4.40
Perhitungan merek lain Periode II
1. kemampuan merek lain untuk
mendapatkan pelanggan merek Kereta Kencana
0.05*0.4199= 0.021
2. Kemampuan merek lain untuk
menguasai pelanggannya merek Bogasari Flour Mills
0.20833*0.4399= 0.09164
3. Kemampuan merek lain untuk
menguasai pelanggannya
0.1667*0.1399= 0.0233
Jumlah 0.1359
Dari tabel 4.40 diatas dapat dilihat bahwa kemampuan merek lain dalam merebut pelanggan merek Kereta Kencana 2% dari 13.59% yaitu 0.27%. Sedangkan kemampuan merek lain dalam merebut pelanggan merek Bogasari
Flour Mills lain turun menjadi 9,2% dari 13.59% yaitu 1.25%. Dan kemampuan merek lain dalam mempertahankan pelanggan yang dimilikinya meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya sebesar 2.33% dari 13.59% yaitu 0.32%.
Data perhitungan dari tabel-tabel diatas adalah data untuk memprediksi pangsa pasar pada dua periode yang akan datang. Untuk dua periode mendatang diprediksi merek Kereta Kencana akan menjadi 43.78% , merek Bogasari Flour Mills yang lain akan menjadi 42.58% , dan merek lain menjadi 13.59%.
4.3.8 Analisa kondisi Steady State
Persamaan yang digunakan berdasarkan matriks probabilitas transisi, rumus yang digunakan sebagai berikut:
KK = 0.9 KK + 0.0833 BL + 0.1667 ML BL = 0.05 KK + 0.70833 BL + 0.6667 ML ML = 0.05 KK + 0.20833 BL + 0.1667 ML 1 = KK+ BL + ML 0.1 KK = 0.0833 BL + 0.1667 ML -0.05 KK = -0.29167 BL + 0.6667 ML (*(-0.2)) 0.1 KK = 0.0833 BL + 0.1667 ML 0.1 KK = 0.58334 BL - 1.334 ML - 0 = -0.5 BL + 1.5 ML 0.5 BL = 1.5 ML BL = 3 ML 0.1 KK = 0.0833 (3 ML) +0.1667 ML 0.1 KK = 0.2499 ML + 0.1667 ML 0.1 KK = 0.4166 ML KK = 4.166 ML
1 = KK + BL + ML 1 = 4.166 ML + 3 ML + ML 1 = 8.166 ML ML = 0.12245 BL = 3 ML KK = 4.166 ML BL = 3 (0.12245) KK = 4.166 (0.12245) BL = 0.3674 KK = 0.51012
Dari hasil perhitungan diatas didapatkan kondisi equilibrium atau kondisi
steady state dari tiap merek sebagai berikut: Kereta Kencana 51.01%, merek Bogasari lain 36.74%, dan merek lain 12.25%. Yang dimaksud kondisi steady state disini adalah kondisi dimana merek Kereta Kencana, merek Bogasari yang lain, dan merek-merek lain tersebut tidak dapat bertambah dan berkurang lagi pangsa pasarnya.
4.3.9 Mean First Passage Time (Prediksi Loyalty Konsumen) Rumus yang digunakan:
mKK = 1/KK ; mBL = 1/BL ; mML = 1/ML
mKK = 1/ 0.510204 = 1.96 ≈ 2
mBL = 1/ 0.3674 = 2.7218 ≈ 3
mML = 1/0.12245 = 8.1665 ≈ 8
Matriks Mean First Passage Time: m00 m01 m02
m10 m11 m12 m20 m21 m22
Tabel 4.41
Keterangan Matriks Mean First Passage Time
m00 = mKK Kecepatan perputaran dari merek Kereta Kencana kembali ke
Kereta Kencana
m11 = mBL Kecepatan perputaran dari merek Bogasari Flour Mills lain
kembali ke merek Bogasari Flour Mills lain
m22 = mML Kecepatan perputaran dari merek lain kembali ke merek lain
m01 = mKK BL Kecepatan perputaran dari merek Kereta Kencana ke merek
Bogasari Flour Mills lain
m02 = mKK ML Kecepatan perputaran dari merek Kereta Kencana ke merek lain
m10 = mBL KK Kecepatan perputaran dari merek Bogasari Flour Mills lain ke
merek Kereta Kencana
m12 = mBL ML Kecepatan perputaran dari merek Bogasari Flour Mills lain ke
merek lain
m20 = mML KK Kecepatan perputaran dari merek lain ke merek Kereta Kencana
m21 = mML BL Kecepatan perputaran dari merek lain ke merek Bogasari Flour
Mills lain Sehingga: m01 = 1+ (P00 m01 + P02 m21) m21 = 1+ (P20 m01 + P22 m21) m02 = 1+ (P00 m02 + P11 m12) m12 = 1+ (P10 m02 + P11 m12) m10 = 1+ (P11 m10 + P12 m20) m20 = 1+ (P21 m10 + P22 m20) Didapatkan: m01 = 13.32≈13 m21 = 1.9997≈2 m02 = 14.998≈15 m12 = 6 m20 = 4.798≈5
Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa perputaran konsumen dalam penggunaan merek dari Kereta Kencana akan kembali menggunakan merek Kereta Kencana kembali setelah 2 kali berpindah merek. Demikian juga dengan merek Bogasari Flour Mills yang lain konsumen akan berpindah sebanyak 3 kali ke merek lain setelah itu kembali ke merek Bogasari Flour Mills yang lain. Merek lain juga mengalami hal yang sama hanya saja perputarannya jauh lebih tinggi, konsumen akan berpindah ke 8 merek yang lain baru kembali ke merek lain lagi. Sehingga dapat disimpulkan semakin kecil nilainya semakin bagus, karena perputarannya semakin sedikit.
4.4 Pembahasan
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa merek adalah salah satu aset berharga yang dimiliki oleh perusahaan sebagai identitas untuk produk ataupun layanan yang mereka lakukan, terlebih lagi dalam menghadapi dunia usaha yang semakin kompetitif. Telah dijelaskan juga bahwa dewasa ini yang terjadi bukanlah persaingan antar produk tapi lebih ke arah persaingan persepsi konsumen.
Kereta Kencana meskipun merupakan sebuah merek yang tergolong baru, namun telah memiliki ekuitas merek yang cukup kuat. Hal tersebut dapat kita lihat pada tingkat kesadaran masyarakat (Brand Awarness) akan keberadaan merek Kereta Kencana ini. Tidak ada responden yang tidak menyadari akan keberadaan merek ini. Hal ini dapat dilihat baik dari pengenalan responden melalui gambar pada kemasan, perusahaan yang memproduksi (Bogasari), kualitas produk maupun melalui desain dan logo dari tepung Kereta Kencana yang dikatakan cukup menarik. Meskipun tidak berada pada tingkatan Top Of Mind
melainkan berada pada posisi kedua (30%) setelah Gunung Bromo, namun para responden cukup mengenal merek ini. Hal ini terbukti pada saat responden diajak untuk menyebutkan merek apa saja selain Top Of Mind maka mereka akan menyebutkan merek Kereta Kencana.
Hal selanjutnya dapat dilihat dari citra atau images yang terbentuk dari berbagai asosiasi yang dimiliki oleh merek ini. Citra yang terbentuk sangatlah
baik meskipun keberadaan merek ini baru sekitar 3 tahun. Hal ini mungkin juga didapatkan dari nama perusahaan pembuatnya yaitu Bogasari Flourmills yang cukup dikenal sebagai produsen tepung terigu yang pertama di Indonesia. Citra yang melekat pada merek Kereta Kencana ini sangat baik hal ini dapat dilihat pada lembar pengolahan data yang ada, responden yang ada cenderung menjawab ke arah sisi kanan yaitu setuju dan sangat setuju. Meskipun demikian perlu diwaspadai juga bahwa elemen-elemen yang kurang memuaskan konsumen. Seperti yang telah dibahas pada pengolahan data diatas banyak konsumen yang mengeluhkan akan kemasan produk, baik dari jenis bahan kemasan, kemudahan membuka kemasan, maupun kondisi produk yang bebas kontaminasi bentuk fisik. Berdasarkan data yang didapatkan masih terdapat kondisi produk yang terkena kontaminasi bentuk fisik (menggumpal). Hal ini dimungkinkan karena kondisi kemasan yang kurang baik ataupun tempat penyimpanan produk yang kurang baik pula.
Elemen pembentukan ekuitas merek selanjutnya adalah persepsi kualitas atau kesan yang didapatkan konsumen setelah mereka menggunakan merek Kereta Kencana, apakah sesuai dengan citra yang terbentuk atau tidak. Dari data yang ada dapat dilihat bahwa kesan yang terbentuk telah sesuai dengan citra yang ada. Hal tersebut terbukti dari persentasi jawaban responden yang lebih ke arah sisi kanan yaitu setuju dan sangat setuju. Kesan yang muncul baik dari atribut produk seperti pada harga, formulasi yang terkandung, warna tepung, aroma, maupun kualitas yang dihasilkan tepung seperti hasil adonan yang berkualitas, jumlah adonan yang dihasilkan, dan mendapatkan kualitas yang sama setiap waktu sangatlah bagus. Sedangkan untuk kesan akan atribut kemasan seperti kerapatan kemasan, jenis bahan kemasan, kemudahan membuka kemasan dan kondisi produk yang bebas kontaminasi bentuk fisik (tidak menggumpal) cukup baik meskipun ada keluhan dari beberapa responden mengenai hal ini yang terlihat dari data yang ada. Data yang ada mengenai atribut kemasan meskipun mayoritas ke sisi kanan namun ada beberapa yang menyatakan tidak setuju antara 4%-12%.
menyukai merek Kereta Kencana sebanyak 82%. Responden merupakan konsumen yang merasa puas akan kualitas merek Kereta Kencana, hal tersebut juga terlihat dari responden yang menjawab puas akan merek ini sebanyak 82%.
Dari pengolahan diatas dapat dihitung dan diprediksikan juga pangsa pasar merek Kereta Kencana dan merek-merek yang lainnya. Dari prediksi tersebut pangsa pasar Kereta Kencana akan terus meningkat hingga dua periode ke depan hingga mencapai 51% kondisi steady state. Sedangkan untuk tingkat loyalitas konsumen yang diukur berdasarkan kecepatan perputarannya, maka Kereta Kencana merupakan merek dengan loyalitas konsumen yang tinggi. Hal ini telah dijelaskan sebelumnya mengenai tingkat perputaran Kereta Kencana yang kecil nilainya jika dibandingkan dengan merek Bogasari lain dan merek lain yaitu hanya 2 kali perputaran.