• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUPERVISI KLINIS SEBAGAI UPAYA MENGEMBANGKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN RPP UNTUK PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. Umiyati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SUPERVISI KLINIS SEBAGAI UPAYA MENGEMBANGKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN RPP UNTUK PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. Umiyati"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

SUPERVISI KLINIS SEBAGAI UPAYA MENGEMBANGKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN RPP UNTUK PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Umiyati 1 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas

Vol. 18, No. 2, April 2017

ISSN 2087-3557

SUPERVISI KLINIS SEBAGAI UPAYA MENGEMBANGKAN

KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN RPP UNTUK

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Umiyati

SD Negeri Penarukan 03 Adiwerna Tegal

Abstrak

Kemampuan guru SD Negeri Penarukan 03 UPT Dikpora Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal dalam menyusun RPP masih rendah. Dengan ketidakmampuan guru dalam menyusun RPP berpengaruh terhadap penerapan pembelajaran inovatif, khususnya pembelajaran kontekstual. Hal ini menyebabkan pembelajaran di kelas tidak efektif dan tidak sesuai dengan kondisi sekolah. Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP untuk pembelajaran kontekstual melalui supervisi klinis. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2016/2017 melalui dua siklus, meliputi tahapan: planning, acting, observasi, dan reflecting. Teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu: wawancara, observasi, angket, dokumentasi. Teknik analisis data dengan menggunakan metode analisis deskriptif komparatif dan kualitatif. Hasil penelitian pada kondisi awal, dari 9 guru hanya ada 4 guru (44,44%) yang mampu menyusun RPP secara mandiri, pada siklus I guru yang mampu menyusun RPP ada 5 guru (55,56%), pada siklus II meningkat menjadi 9 atau 100% guru mampu menyusun RPP. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP untuk pembelajaran kontekstual.

© 2017 Didaktikum

Kata Kunci: Pembelajaran Kontekstual; RPP; Supervisi Klinis.

PENDAHULUAN

Guru profesional harus menguasai tugas pokok seorang guru, yaitu: menyusun perencanaan pembelajaran, melaksanakan KBM, melaksanakan evaluasi, menganalisis hasil evaluasi, dan melaksanakan tindak lanjut. Dalam hal perencanaan pembelajaran, penguasaan guru terhadap penyusunan RPP menjadi hal yang mutlak. Hal tersebut disebutkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 dan PP Nomor 19 Tahun 2005 bahwa RPP merupakan bagian dari tugas pokok guru.

Sunarto (2016) berpendapat bahwa setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP yang lengkap dan sistematis agar pembelajaran menjadi efektif dan bermutu. RPP yang disusun lengkap dan sistematis yang mengacu pada standar proses akan menentukan keberhasilan guru dalam pengelolaan pembelajaran. RPP sebagai penjabaran dari silabus disusun untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi dasar. Oleh karena itu, dalam menyusun RPP harus memperhatikan prinsip-prinsip penyusunan RPP sebagaimana disebutkan dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.

Peran guru dalam mentransformasikan input-input pendidikan sangat penting. Menurut Khaerani (2016) hal tersebut tidak terlepas dari adanya sistem persekolahan yang mencakup input-proses-output, di mana guru sebagai salah satu faktor input yang berperan penting dalam proses untuk dapat menghasilkan output sesuai dengan apa yang diharapkan. Kondisi yang diharapkan ternyata

(2)

belum terjadi pada guru SD Negeri Penarukan 03. Walaupun hampir semua guru sudah membuat RPP namun RPP yang dimiliki guru belum memenuhi syarat karena belum sesuai dengan standar proses. Artinya, isi dari RPP belum menggunakan strategi pembelajaran atau model-model pembelajaran yang inovatif. Langkah-langkah pembelajaran yang dibuat hanya menekankan pada ranah kognitif saja. Dari 9 guru di SD Negeri Penarukan 03 ternyata baru 4 orang guru atau 44,4 % guru yang mampu dan mau menyusun sendiri RPP, sedangkan guru yang lain menggunakan RPP hasil dari mengadopsi sekolah lain atau hanya sekedar mengkopi RPP yang ada di pasaran sehingga proses pembelajaran yang dilakukan guru masih bersifat konvensional. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, penelitian ini menerapkan kegiatan supervisi klinis sebagai upaya mengembangkan kompetensi guru dalam menyusun RPP untuk pembelajaran kontekstual.

Pelaksanaan kegiatan supervisi klinis diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP untuk pembelajaran kontekstual. Kemandirian guru dalam menyusun RPP yang inovatif harus dibangun sehingga kebiasaan guru dalam hal mengkopi RPP yang sudah ada dapat dihilangkan.

Kegiatan Supervisi klinis adalah pembinaan performansi guru dalam mengelola proses pembelajaran (Sullivan & Glanz 2005). Menurut Sergiovanni (dalam Johan, 2005: 19) ada dua tujuan supervisi klinis, yaitu: pengembangan profesional dan motivasi kerja guru. mengatakan bahwa supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan profesional guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Bimbingan diarahkan pada upaya pemberdayaan guru dalam menguasai aspek teknis pembelajaran. Dengan bimbingan tersebut diharapkan terjadi peningkatan kualitas pembelajaran. Pelaksanaan supervisi klinis menuntut perubahan paradigma guru dan supervisor.

Pembelajaran kontekstual atau CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi di dunia siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari sehingga ingatan siswa dapat bertahan lama terhadap materi yang telah disampaikan guru (Supraptono, E., dkk, 2016).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri atas empat kegiatan, yaitu planing, acting, observing, dan reflecting. Pelaksanaan pada siklus I adalah penerapan supervisi klinis dilanjutkan pembinaan secara kelompok, sedangkan pada siklus II adalah penerapan supervisi klinis dilanjutkan pembinaan secara individual.

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Penarukan 03, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal. PTS ini dilaksanakan pada pembelajaran semester I tahun pelajaran 2016/2017, dimulai sejak bulan Agustus sampai dengan Desember tahun 2016. Subjek penelitian ini adalah semua guru yang bertugas di SD Negeri Penarukan 03 UPTD Dikpora Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal yang terdiri atas 6 guru kelas dan 3 guru mata pelajaran.

Penelitian ini hanya menggunakan satu teknik pengumpulan data, yaitu teknik non tes yang pengumpulan datanya dilakukan oleh kepala sekolah sebagai peneliti selama proses pelaksanaan tindakan. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data pada kemampuan menyusun RPP yaitu, observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan yaitu lembar pengamatan pembelajaran kontekstual, lembar angket tentang pembelajaran kontekstual, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yang dilaksanakan melalui dua tahap. Hal ini dilakukan agar sesuai dengan permasalahan yang sedang dikaji dan sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun tahap yang dilakukan, yaitu: 1) Hasil supervisi klinis yang berupa RPP

(3)

SUPERVISI KLINIS SEBAGAI UPAYA MENGEMBANGKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN RPP UNTUK PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Umiyati 3 dianalisis menggunakan deskriptif komperatif yaitu membandingkan hasil kondisi awal, siklus I dan siklus II, atau antar siklus maupun dengan indikator kinerja; 2) Observasi maupun wawancara dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Adapun indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 75 dengan ketuntasan klasikal mencapai 75%.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian

Untuk menginterpretasikan hasil tindakan, berikut ini disajikan data-data hasil penelitian yang disajikan secara keseluruhan untuk memperoleh perbandingan perkembangan dalam penelitian yang dilakukan dari prasiklus sampai dengan siklus 2. Dari hasil pengamatan terhadap pembelajaran konstektual diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1. Penilaian RPP setiap Siklus

Kode Guru Kondisi Awal Siklus I Siklus II

A 79,0 84.7 86,7 B 76,3 81,0 85,0 C 75,3 80.3 85,0 D 68,0 74,7 81,7 E 69,7 77,3 85,0 F 75,3 82,0 86,7 G 68,0 74,0 81,7 H 69,7 74,7 83,3 I 68,0 74,0 83,3 Skor Rata-Rata 72,1 78,1 84,2 Kondisi Awal

Pada awal kegiatan penelitian, peneliti meminta guru mengumpulkan RPP yang dimiliki guru. Kemudian RPP tersebut dinilai oleh peneliti. Selain penilaian terhadap RPP, peneliti juga menilai kegiatan belajar mengajar yang berlangsung, diperoleh hasil seperti pada tabel berikut.

Tabel 2. Penilaian RPP Kondisi Awal

Uraian Nilai RPP

Nilai Tertinggi 79,0

Nilai Terendah 68,0

Rata-rata 72,1

Prosentase Ketuntasan 44,4%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa perolehan nilai tertinggi dalam menyusun RPP pada kondisi awal yaitu 75, sedangkan nilai terendah yaitu 70. Nilai rata-rata yaitu 72,1. Dari 9 guru yang menjadi subjek penelitian, hanya 4 guru atau 44, 44% yang mencapai ketuntasan klasikal. Nilai tersebut belum mencapai indikator keberhasilan sehingga perlu dilakukan tindakan untuk mengatasi hal tersebut.

Siklus I

Pelaksanaan penelitian ini merupakan tindakan peneliti yang secara langsung melaksanakan proses penelitian, mulai dari perencanaan pembelajaran, kegiatan utama, dan kegiatan pemantapan yang berhubungan dengan kinerja guru dalam pengembangan RPP. Guru dibimbing secara berkelompok untuk membuat, mengembangkan rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana, membuat dan melaksanakan evaluasi pembelajaran, membuat dan melaksanakan program perbaikan serta melaksanakan program pengayaan. Berikut hasil penilaian RPP pada siklus I.

(4)

Tabel 3. Penilaian RPP Siklus I Uraian Nilai RPP Nilai Tertinggi 84,7 Nilai Terendah 74,0 Rata-rata 78,1 Prosentase Ketuntasan 55,56%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa perolehan nilai tertinggi dalam menyusun RPP pada siklus I yaitu 84,7, sedangkan nilai terendah yaitu 78. Nilai rata-rata yaitu 78,1, dengan prosentase ketuntasan hanya mencapai 55,56% atau hanya 5 guru yang mampu menyusun RPP yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Nilai rata-rata siklus I sudah mencapai kriteria yang ditetapkan namun prosentase ketuntasan belum mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan selanjutnya.

Siklus II

Tindakan pada siklus 2 yaitu melanjutkan pelaksanaan tindakan dengan teknik pembinaan profesional secara mandiri untuk menuntaskan permasalahan rendahnya kemampuan guru SD Negeri Panarukan 03 dalam mengembangkan RPP. Perencanaan tindakan pada siklus 2 ini dirancang berdasarkan refleksi siklus 1. Pada refleksi siklus 1, observer menyarankan agar partisipasi guru meningkat, peneliti jangan mendominasi kegiatan guru agar diberi kesempatan seluas-luasnya untuk ikut aktif dalam kegiatan pembinaan profesional. Berikut hasil penilaian RPP pada siklus II.

Tabel 4. Penilaian RPP Siklus II

Uraian Nilai RPP

Nilai Tertinggi 86,7

Nilai Terendah 81,7

Rata-rata 84,2

Prosentase Ketuntasan 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa perolehan nilai tertinggi dalam menyusun RPP pada siklus I yaitu 86,7, sedangkan nilai terendah yaitu 81,7. Nilai rata-rata yaitu 84,2, dengan ketuntasan klasikal mencapai 100%. Nilai tersebut sudah mencapai indikator keberhasilan sehingga penelitian berhenti sampai siklus II. Dapat dikatakan bahwa semua guru sudah mampu menyusun RPP secara mandiri.

Untuk memperjelas hasil penilaian terhadap RPP yang dibuat oleh guru, berikut grafik perbandingan nilai rata-rata RPP yang diperoleh guru dari kondisi awal sampai siklus I.

65

70

75

80

85

Rata-rata

72.1

78.1

84.2

Grafik 1. Rata-rata Setiap Siklus

Prasiklus Siklus I Siklus II

(5)

SUPERVISI KLINIS SEBAGAI UPAYA MENGEMBANGKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN RPP UNTUK PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Umiyati 5

2. Pembahasan

Nilai rata-rata kemampuan menyusun RPP pada kondisi awal masih rendah, yaitu 72,1. Hal ini disebabkan pemahaman kemampuan guru dalam menyusun RPP tidak sesuai dengan standar yang diatur dalam permendiknas No 41 Tahun 2007. Mereka mengadopsi RPP dari percetakan yang dijual ke sekolah-sekolah dan tidak dikembangkan sesuai dengan standar proses, hanya menjiplak, dan hanya untuk memenuhi syarat administrasi KBM.

Guru yang menyusun RPP sendiri masih ada beberapa hal yang perlu disesuaikan dengan standar proses dan pendekatan telematik integratif. RPP yang dibuat belum sepenuhnya sesuai dengan standar proses sebagaimana tertuang dalam instrumen penilaian RPP. Langkah pembelajaran yang tersusun juga kurang inovatif dan tidak sesuai dengan kondisi siswa.

Setelah dilaksanakan supervisi klinis pada siklus I, hasil penugasan menyusun RPP dikumpulkan pada akhir kegiatan dan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian RPP yang telah dibuat oleh peneliti. Hasil dari penilaian RPP tersebut menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menyusun RPP. Nilai rata-rata meningkat menjadi 78,1. Model maupun media pembelajaran yang digunakan guru pun sudah lebih inovatif dan kontekstual. Penelitian ini perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya karena ada beberapa kendala saat pelaksanaan supervisi klinis pada siklus I, yaitu pembinaan masih bersifat kelompok sehingga guru belum memiliki rasa percaya diri membuat RPP secara mandiri.

Pada siklus II pembinaan dilakukan secara mandiri. Hasil yang didapat sangat memuaskan. Nilai rata-rata guru dalam menyusun RPP meningkat menjadi 84,2. Tingkat ketercapaian pembelajaran telah sesuai dengan indikator yang diharapkan, yaitu pada akhir siklus mencapai nilai rata-rata sebesar 84,2 dengan prosentase ketuntasan klasikal mencapai 100%. Walaupun peningkatan relatif kecil, namun peneliti maupun guru sama-sama merasa lega dan puas karena dari kondisi awal, siklus I dan siklus II kemampuan guru dalam menyusun RPP untuk pembelajaran kontekstual secara mandiri semakin meningkat.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan pembinaan profesional dapat meningkatkan kemampuan guru di SD Negeri Panarukan 03 pada tahun pelajaran 2016/2017 dalam mengembangkan RPP untuk pembelajaran kontekstual. Kinerja guru dapat meningkat setelah diadakannya pembinaan profesional pada siklus 1 berupa pembinaan profesional secara kelompok, dan dapat meningkat lebih baik setelah dilakukan tindakan siklus II berupa pembinaan secara mandiri sesuai dengan kinerja guru.

DAFTAR PUSTAKA

Djam’an Satori. (2008). Profesi Keguruan. Jakarta .UT.

Johan. (2005). Contextual Teaching Learning. Harvard University. Karmidi. (2008). Supervisi Klinis. Semarang : Mimbar Pendidikan.

Khaerani, Noriko Candra. (2016). Peningkatan Kompetensi Guru dalam Menyusun RPP melalui Kegiatan Iht. Didaktikum: Jurnal Penelitian Pendidikan Kelas. 17 (1).

Mahmudi. (2009). Supervisi Dan Aministrasi Pendidikan. Bandung : Rosdakarya. PP 19/ 2005. (2009). Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. PERMENDIKNAS 41/2007. (2009). Standar Proses. Jakarta : Depdiknas.

Solo. (2003). Pengantar Supervisi Pendidikan. Jakarta : Gramedia.

Sunarto. (2016). Metode Dan Strategi Supervisi Akademik dalam Mengembangkan Kompetensi Guru Menyusun “RPP”. Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar&Menengah. 6 (1).

Supraptono, E., dkk. (2016). Penerapan Model CTL Berbantuan Media Visual Novel dalam Mengidentifikasi Kegunaan Program Aplikasi. Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia. 1 (2).

Gambar

Tabel 1. Penilaian RPP setiap Siklus
Grafik 1.  Rata-rata Setiap Siklus

Referensi

Dokumen terkait

 Guru memoderatori diskusi kelas: ada kelompok menyampaikan pendapat; sementara kelompok lain menanggapi, memberi pendapat, kritik dengan bahasa yang santun dan

Menurut Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah peluang ( opportunity ), sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan

Dengan adanya fatwa Nomor 68/DSN-MUI/III/2008 maka jaminan fidusia mendapat keabsahannya dalam perspektif hukum Islam di Indonesia karena hukum asal dari muamalah adalah

Pemenuhan hak yang dilakukan sebagai pemenuhan kewajiban sesuai kesepakatan para pihak dalam kontrak merupakan perbuatan hukum yang dapat dipertanggungjawabkan karena

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengevaluasi kesesuaian tingkat kenyamanan termal, visual, dan akustik lingkungan pabrik dengan standard yang berlaku, dan

Penelitian ini bisa menjadi salah satu data acuan yang menggambarkan kelemahan skor SOFA dalam memprediksi lama rawat pasien di ICU.Bagi peneliti yang ingin melakukan

6. Bogor via e-mail untuk menutup kegiatan usaha “CV. Harapan Utama Indah”. Sampai sekarang belum ada tindak lanjutnya. Demikian surat ini dibuat dan kami harap segera

Usman, Moh.Uzer, Menjadi Guru Profosional, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet Ke 25,