WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK, Menimban
g : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan administrasikependudukan yang profesional, memenuhi standar teknologi informasi, dinamis, tertib, dan tidak diskriminatif, maka penyelenggaraan administrasi kependudukan harus dilakukan sesuai dengan standar pelayanan minimal menuju pelayanan prima yang menyeluruh;
b. bahwa dengan berlakunya UndangUndang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan dan UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, maka Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 1 Tahun 2008 tentang Administrasi Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2012 perlu disesuaikan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. UndangUndang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan UndangUndang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 8 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Tanah Laut, Daerah Tingkat II Tapin dan Daerah Tingkat II Tabalong dengan Mengubah UndangUndang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan UndangUndang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2756);
3. UndangUndang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4675) sebagaimana telah diubah dengan Undang–Undang Nomor 24 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 232, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5475); 4. 5. 6. 7. 8. 9.
UndangUndang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5216);
UndangUndang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4634);
UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);
UndangUndang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 197 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019);
UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UndangUndang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan UndangUndang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 80, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4736) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan UndangUndang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 265, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5373);
12. Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tatacara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;
13. Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2013 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional (Lembaran Negara Tahun 2013 Nomor 257); 14
. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2011tentang Pedoman Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 118) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 256); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PONTIANAK dan WALIKOTA PONTIANAK MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Pontianak.
2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
3. Walikota adalah Walikota Pontianak.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
5. Instansi Pelaksana/Perangkat Daerah adalah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Pontianak.
6. Kepala Instansi Pelaksana adalah Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Pontianak.
7. Pejabat yang ditunjuk adalah pegawai Aparatur Sipil Negara yang diberi tugas tertentu sesuai dengan peraturan perundangundangan.
entri data, cetak dokumen, cetak informasi data statistik dan laporan sesuai dengan Persetujuan supervisor. 9. Camat adalah Kepala kecamatan di wilayah Kota Pontianak. 10. Lurah adalah Kepala kelurahan diwilayah Kota Pontianak. 11. Kecamatan atau yang disebut dengan nama lain adalah bagian wilayah dari daerah Kota Pontianak yang dipimpin oleh Camat.
12. Kelurahan adalah Wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah Kota Pontianak dalam Wilayah kerja Kecamatan.
13. Rukun Warga, yang selanjutnya disingkat RW adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah pengurus RT di wilayah kerjanya yang ditetapkan oleh Lurah.
14. Rukun Tetangga, yang selanjutnya disingkat RT adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan pemerintahan dan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Lurah.
15. Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.
16. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang masuk secara sah serta bertempat tinggal di Indonesia.
17. Penduduk Kota Pontianak adalah Warga Negara Indonesia dan Orang asing yang masuk secara sah serta bertempat tinggal di Kota Pontianak.
18. Warga Negara Indonesia, yang selanjutnya disingkat WNI adalah orangorang bangsa Indonesia asli dan orangorang bangsa lain yang disahkan dengan UndangUndang sebagai Warga Negara Indonesia.
19. Orang Asing adalah orang bukan Warga Negara Indonesia.
20. Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan adalah penduduk yang mengalami hambatan dalam memperoleh dokumen penduduk yang disebabkan oleh bencana alam, kerusuhan sosial, atau Orang Terlantar.
21. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. 22. Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/atau data agregat yang
terstruktur sebagai hasil dari kegiatan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
23. Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata Penduduk, pencatatan atas pelaporan Peristiwa Kependudukan dan pendataan Penduduk rentan Administrasi Kependudukan serta penerbitan Dokumen Kependudukan berupa kartu identitas atau surat keterangan kependudukan.
24. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami Penduduk yang harus dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan/atau surat keterangan kependudukan lainnya meliputi pindah datang, perubahan alamat, serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.
25. Biodata Penduduk adalah keterangan yang berisi elemen data tentang jati diri, informasi dasar serta riwayat perkembangan dan perubahan keadaan yang dialami oleh Penduduk sejak saat kelahiran.
26. Nomor Induk Kependudukan, yang selanjutnya disingkat NIK adalah nomor identitas penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai Penduduk Indonesia.
27. Keluarga adalah seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai hubungan darah dan/atau orang lain yang tinggal dalam satu rumah/bangunan dan terdaftar dalam kartu keluarga.
28. Kartu Keluarga, yang selanjutnya disingkat KK adalah kartu identitas keluarga yang memuat data tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga,
serta identitas anggota keluarga.
29. Anggota Keluarga adalah orangorang yang nama dan identitas biodata keluarga yang memuat data tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta identitas anggota keluarga.
30. Kartu Tanda Penduduk Elektronik, yang selanjutnya disingkat KTPel adalah Kartu Tanda penduduk yang dilengkapi cip yang merupakan identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana.
31. Pencatatan Sipil adalah pencatatan Peristiwa Penting yang dialami oleh seseorang dalam register Pencatatan Sipil pada Instansi Pelaksana.
32. Pejabat Pencatatan Sipil adalah pejabat yang melakukan pencatatan Peristiwa Penting yang dialami seseorang pada Instansi Pelaksana yang pengangkatannya sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangundangan. 33. Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi
kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan. 34. Kelahiran adalah kehadiran anggota keluarga baru akibat perkawinan yang harus segera dilaporkan. 35. Kematian adalah tidak adanya secara permanen seluruh kehidupan pada saat mana pun setelah kelahiran hidup terjadi.
36. Lahir mati adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu, pada saat dilahirkan tidak menunjukan tandatanda kehidupan.
37. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
38. Perceraian adalah terputusnya keluarga karena salah satu atau kedua pasangan memutuskan untuk saling meninggalkan sehingga mereka berhenti melakukan kewajibannya sebagai suami istri.
39. Pengesahan anak adalah pengesahan status hukum seorang anak yang lahir , di luar ikatan perkawinan yang sah , kemudian diikuti dengan perkawinan yang sah oleh kedua orang tua anak tersebut.
40. Pengakuan anak adalah pengakuan secara hukum dari seorang Ayah biologis terhadap anaknya yang lahir diluar ikatan perkawinan yang sah atas Persetujuan Ibu kandung anak tersebut. Pengakuan Anak akan menimbulkan hubungan Perdata yang diakui. 41. Pengangkatan anak adalah perbuatan hukum untuk mengalihkan hak anak dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut, kedalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan penetapan pengadilan.
42. Perubahan nama adalah perubahan nama seseorang setelah mendapat persetujuan oleh pengadilan dibuktikan dengan adanya Penetapan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
43. Perubahan status kewarganegaraan adalah pencatatan Perubahan Kewarganegaraan dilakukan berdasarkan laporan instansi terkait maupun dari penduduk yang telah berubah status kewarganegaraan dari WNA ke WNI maupun dari WNI ke WNA dan telah mempunyai keputusan / penetapan perubahan status kewarganegaraan dari instansi yang berwenang.
44. Pindah Datang Penduduk adalah perubahan lokasi tempat tinggal untuk menetap karena perpindahan dari tempat asal ke tempat tujuan.
45. Pengangkatan Anak adalah perbuatan hukum untuk mengalihkan hak anak dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.
46. Pengakuan Anak adalah pengakuan seorang ayah terhadap anaknya yang lahir di luar ikatan perkawinan sah atas persetujuan ibu kandung anak tersebut. 47. Pengesahan Anak adalah pengesahan status seorang anak yang lahir di luar
ikatan perkawinan sah pada saat pencatatan perkawinan kedua orang tua anak tersebut.
48. Izin Tinggal Terbatas adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal diwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka waktu yang terbatas sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang undangan.
49. Izin Tinggal Tetap adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal menetap di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangundangan.
50. Kartu Identitas keterangan tertulis dari hasil pendaftaran penduduk yang terdiri dari kartu keluarga, kartu tanda pendudukelektronik, Kartu identitas penduduk musiman dan surat keterangan tempat tinggal.
51. Kartu Identitas Penduduk Musiman, yang selanjutnya disingkat KIPEM adalah Kartu tanda pengenal sementara bagi penduduk musiman di kota Pontianak. 52. Kantor Urusan Agama Kecamatan, yang selanjutnya disebut KUA Kecamatan
adalah satuan kerja yang melaksanakan pencatatan nikah, talak, cerai dan rujuk pada tingkat kecamatan bagi Penduduk yang beragama Islam.
53. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan yang selanjutnya disingkat SIAK adalah sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi kependudukan di tingkat penyelenggara dan instansi pelaksana sebagai satu kesatuan.
54. Petugas Registrasi disebut Aparatur Sipil Negara yang diberi tugas dan tanggung jawab memberikan pelayanan pelaporan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting serta pengelolaan dan penyajian data kependudukan. 55. Data base adalah kumpulan berbagai jenis data kependudukan yang tersimpan
secara sistematik, terstruktur dan saling berhubungan dengan menggunakan perangkat lunak, perangkat keras dan jaringan komunikasi data.
56. Data Center adalah tempat/ruang penyimpanan perangkat data base pada penyelenggara pusat yang menghimpun data kependudukan dari penyelenggara kota dan instansi pelaksana.
57. Data Pribadi adalah data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat dan dijaga kebenarannya serta dilindungi kerahasiaannya.
58. Data Agregat adalah kumpulan data tentang peristiwa kependudukan, peristiwa penting, jenis kelamin, kelompok usia, agama, pendidikan, dan pekerjaan.
59. Kartu Surat Keterangan Tempat Tinggal adalah Kartu Surat Keterangan Kependudukan yang diberikan kepada orang asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas sebagai bukti diri bahwa yang bersangkutan telah terdaftar di Pemerintah Daerah Kota Pontianak sebagai penduduk tinggal terbatas. BAB II MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP Pasal 2 Maksud Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan, yaitu: a. memenuhi hak asasi setiap orang di bidang administrasi kependudukan tanpa diskriminasi dengan pelayanan publik yang profesional;
b. meningkatkan kesadaran penduduk akan kewajiban untuk berperan serta dalam pelaksanaan administrasi kependudukan;
c. memenuhi data statistik secara nasional mengenai peristiwa kependudukan dan peristiwa penting;
d. mendukung perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan secara nasional, regional serta lokal; dan
e. mendukung pembangunan sistem administrasi kependudukan.
Pasal 3
Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan bertujuan:
a. melakukan pembinaan dan sosialisasi administrasi kependudukan kepada masyarakat, RT dan RW;
b. melaksanakan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang administrasi kependudukan;
c. menyelenggarakan sebagian urusan administrasi kependudukan berdasarkan asas tugas pembantuan;
d. menyajikan data kependudukan yang berasal dari data kependudukan yang telah dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh kementrian dalam negeri; dan e. melakukan koordinasi dan pengawasan penyelenggaraan adminsistrasi
kependudukan. Pasal 4 Ruang Lingkup Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan : a. kriteria, hak dan kewajiban penduduk; b. kewenangan penyelenggaraan dan instansi pelaksana; c. pendaftaran penduduk; d. pencatatan sipil; e. data dan dokumen kependudukan;
f. pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil saat daerah atau negara atau sebagian negara dalam keadaan darurat dan luar biasa; g. sistem informasi administrasi kependudukan; h. perlindungan data dan dokumen kependudukan; i. perlindungan data pribadi penduduk; j. sanksi administrasi; k. ketentuan penyidikan; l. ketentuan pidana; m. ketentuan peralihan; dan n. ketentuan penutup. BAB III KRITERIA, HAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK Pasal 5 (1) Kriteria penduduk Kota Pontianak: a. memiliki identitas penduduk Kota Pontianak;
b. warga negara Indonesia yang turun temurun tinggal di Kota Pontianak tanpa memiliki dokumen kependudukan sebelum terbitnya Undang Undang Nomor 23 Tahun 2006; c. pindah datang ke Kota Pontianak dengan surat pindah; d. penduduk WNI yang bertempat tinggal di Kota Pontianak selama 6 (enam) bulan berturutturut atau lebih sebelum terbitnya UndangUndang Nomor 23 Tahun 2006, tetapi memiliki identitas KK dan KTPel dengan alamat daerah lain dan tidak membawa/memiliki surat keterangan pindah; dan e. WNI yang pernah menetap lebih dari 1 (satu) tahun di luar negeri termasuk Tenaga Kerja Indonesia, sebelum UndangUndang Nomor 23 Tahun 2006, dan telah kembali ke Kota Pontianak untuk menetap tetapi belum melapor.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan menjadi penduduk Kota Pontianak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b sampai dengan huruf d diatur dengan Peraturan Walikota. Pasal 6 (1) Setiap Penduduk mempunyai hak untuk memperoleh: a. dokumen kependudukan; b. pelayanan yang sama dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil; c. perlindungan atas data pribadi; d. kepastian hukum atas kepemilikan dokumen kependudukan; e. informasi mengenai data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil atas dirinya dan/atau keluarganya; dan
f. ganti rugi dan pemulihan nama baik sebagai akibat kesalahan dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil serta penyalah gunaan data pribadi oleh Instansi Pelaksana. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan memperoleh hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota. Pasal 7 Setiap Penduduk wajib melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialaminya kepada Instansi Pelaksana dengan memenuhi persyaratan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. BAB IV KEWENANGAN PENYELENGGARA DAN INSTANSI PELAKSANA Pasal 8
(1) Pemerintah Daerah berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan urusan Administrasi Kependudukan yang dilakukan oleh instansi pelaksana. (2) Dalam melaksanakan administrasi kependudukan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Instansi pelaksana berkewajiban: a. mendaftar peristiwa kependudukan dan mencatat peristiwa penting; b. memberikan pelayanan yang sama dan profesional kepada setiap penduduk atas pelaporan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting; c. menerbitkan dokumen kependudukan; d. mendokumentasikan hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil; e. menjamin kerahasiaan dan keamanan data atas peristiwa kependudukan
dan peristiwa penting; dan f. melakukan verifikasi dan validasi data dan informasi yang disampaikan oleh penduduk dalam pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. (3) Instansi pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dibantu oleh Kecamatan, Kelurahan, RW dan RT. Pasal 9
(1) Pendaftaran penduduk bagi WNI dilakukan di kelurahan oleh petugas registrasi.
(2) Sebelum melakukan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil WNI terlebih dahulu meminta surat keterangan/pengantar dari RT setempat.
(3) Petugas registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh Walikota dari aparatur sipil negara yang memenuhi persyaratan sesuai
dengan peraturan perundangundangan.
(4) Petugas registrasi dapat menerima pendaftaran penduduk dan kemudian mencatatnya dalam buku register.
(5) Petugas registrasi dapat meminta kepada pemohon pendaftaran penduduk untuk melengkapi data atau meminta keterangan tentang kebenaran data. (6) Pejabat struktural pada instansi pelaksana yang menangani administrasi
kependudukan diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Dalam Negeri atas usulan Walikota melalui Gubernur.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran penduduk diatur dengan Peraturan Walikota.
Pasal 10
(1) Pencatatan sipil bagi WNI dilakukan oleh Pejabat Pencatatan Sipil.
(2) Pejabat pencatatan sipil dijabat oleh Pejabat Struktural yang merupakan aparatur sipil negara dari instansi pelaksana.
(3) Pejabat pencatatan sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Dalam Negeri atas usulan Walikota melalui Gubernur.
(4) Pejabat pencatatan sipil menerima, memverifikasi dan memvalidasi kebenaran data, mencatat data, menandatangani register dan kutipan akta serta membuat catatan pinggir pada akta catatan sipil.
(5) Dalam hal pejabat pencatatan sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhalangan, Walikota dapat menunjuk pejabat lain.
Pasal 11
(1) Ketua RT mencatat dalam buku register semua keterangan/pengantar yang diberikannya kepada pemohon pendaftaran penduduk dan pencatatan Sipil. (2) Setiap 3 (tiga) bulan Ketua RT menyampaikan laporan perkembangan
penduduk/warganya kepada Lurah melalui petugas register yang ditembuskan kepada ketua RW setempat.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pencatatan dan penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) beserta hak dan kewajiban ketua RT dan ketua RW diatur dengan Peraturan Walikota.
Pasal 12
(1) Pencatatan nikah, talak, cerai, dan rujuk bagi penduduk yang beragama Islam pada tingkat kecamatan dilakukan oleh pegawai pencatat pada KUA kecamatan.
(2) Persyaratan dan tata cara pencatatan peristiwa penting bagi penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama atau bagi penghayat kepercayaan berpedoman pada peraturan perundangundangan.
Pasal 13
(1) Instansi pelaksana yang melaksanakan urusan administrasi kependudukan dengan kewenangan meliputi:
a. memperoleh keterangan dan data yang benar tentang peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dilaporkan oleh penduduk; b. memperoleh data mengenai peristiwa penting yang dialami penduduk atas
dasar putusan atau penetapan pengadilan;
c. memberikan keterangan atas laporan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting untuk kepentingan penyelidikan, penyidikan, dan pembuktian kepada lembaga peradilan; dan
d. mengelola data dan mendayagunakan informasi hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil untuk kepentingan pembangunan.
(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b berlaku juga bagi KUA Kecamatan, khususnya untuk pencatatan nikah, talak, cerai, dan rujuk bagi penduduk yang beragama Islam.
(3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), instansi pelaksana mempunyai kewenangan untuk mendapatkan data hasil pencatatan peristiwa perkawinan, perceraian dan rujuk bagi penduduk yang beragama Islam dari KUA kecamatan. BAB V PENDAFTARAN PENDUDUK Bagian Kesatu Nomor Induk Kependudukan Pasal 14 (1) Setiap penduduk wajib memiliki NIK.
(2) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku seumur hidup dan selamanya, yang diberikan oleh pemerintah dan diterbitkan oleh instansi pelaksana kepada setiap penduduk setelah dilakukan pencatatan biodata. (3) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan dalam setiap dokumen
kependudukan dan dijadikan dasar penerbitan paspor, surat izin mengemudi, nomor pokok wajib pajak, polis asuransi, sertifikat hak atas tanah, dan penerbitan dokumen identitas lainnya. Bagian Kedua Pendaftaran Peristiwa kependudukan Paragraf 1 Keluarga Pasal 15 (1) Setiap keluarga yang bertempat tinggal tetap didaerah wajib memiliki KK yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana. (2) Dalam KK dicatat data kepala keluarga dan data semua anggota keluarga dan biodata keluarga.
(3) Penerbitan KK dilakukan berdasarkan permohonan penduduk WNI atau penduduk orang asing tinggal tetap.
(4) Penduduk WNI atau orang asing tinggal tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (3), hanya dapat didaftar dalam1 (satu) KK.
(5) KK memuat keterangan mengenai kolom nomor kartu keluarga, nama lengkap kepala keluarga dan anggota keluarga, NIK, jenis kelamin, alamat, tempat lahir, tanggal Iahir, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, status hubungan dalam keluarga, kewarganegaraan, dokumen imigrasi dan nama orang tua.
(6) Keterangan mengenai kolom agama sebagaimana dimaksud pada ayat (5) bagi penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam data base kependudukan.
(7) Nomor KK sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berlaku untuk selamanya, kecuali terjadi perubahan kepala keluarga.
(8) KK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijadikan salah satu dasar penerbitan KTPel.
Pasal 16
(1) Perubahan susunan keluarga dalam KK wajib dilaporkan kepada instansi pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya perubahan. (2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) instansi pelaksana
mendaftar dan menerbitkan KK.
(3) KK dinyatakan tidak berlaku dan wajib diserahkan ke Camat apabila pindah alamat satu keluarga antar kelurahan, kecamatan, pindah keluar daerah atau keluar negeri.
Pasal 17
(1) Penerbitan KK baru bagi penduduk WNI atau penduduk orang asing tinggal tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) dilakukan setelah memenuhi persyaratan: a. izin tinggal tetap bagi orang asing; b. fotocopy atau menunjukkan Kutipan Akta Nikah/Kutipan Akta kawin; c. surat pengantar dari ketua RT dan ketua RW, yang antara lain menerangkan mengenai alamat domisili penduduk WNI atau penduduk orang asing tinggal tetap; d. formulir permohonan KK yang diketahui oleh Lurah dan Camat;
e. surat keterangan pindah/surat keterangan pindah datang bagi penduduk yang pindah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan
f. surat keterangan datang dari luar negeri yang diterbitkan oleh instansi pelaksana bagi yang berstatus WNI yang datang dari luar negeri karena pindah.
(2) Perubahan KK karena penambahan anggota keluarga dalam KK bagi penduduk WNI atau penduduk orang asing tinggal tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) yang mengalami kelahiran dilakukan setelah memenuhi persyaratan:
a. KK lama; dan
b. kutipan akta kelahiran.
(3) Perubahan KK karena penambahan anggota keluarga untuk menumpang ke dalam KK bagi penduduk WNI dilakukan setelah memenuhi persyaratan:
a.KK lama atau kartu keluarga yang akan ditumpangi;
b.surat pernyataan mengenai jaminan tempat tinggal dari kepala keluarga yang akan ditumpangi, dan diketahui oleh ketua RT dan ketua RW;
c. surat pernyataan/keterangan jaminan pekerjaan;
d. surat keterangan pindah datang bagi penduduk yang pindah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari daerah asal; dan
e.surat keterangan datang dari luar negeri bagi WNI yang datang dari luar negeri karena pindah.
(4) Perubahan KK karena penambahan anggota keluarga bagi Orang Asing yang memiliki izin tinggal tetap untuk menumpang ke dalam KK WNI atau Orang Asing dilakukan setelah memenuhi persyaratan:
a.KK lama atau KK yang ditumpangi; b.paspor;
c. izin tinggal tetap; dan
d.surat keterangan catatan kepolisian bagi orang asing tinggal tetap.
(5) Perubahan KK karena pengurangan anggota keluarga dalam kartu keluarga penduduk WNI atau penduduk orang asing tinggal tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) dilakukan setelah memenuhi persyaratan:
a. KK lama;
b. surat keterangan kematian; atau
c. keterangan pindah/surat keterangan pindah datang bagi penduduk yang pindah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(6) Penerbitan KK karena hilang atau rusak bagi penduduk WNI atau penduduk orang asing tinggal tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) dilakukan setelah memenuhi persyaratan:
a.surat keterangan kehilangan dari kepolisian; b.KK yang rusak;
c. fotocopy atau menunjukkan dokumen kependudukan dari salah satu anggota keluarga; atau
d.dokumen keimigrasian bagi orang asing. Bagian Ketiga
Pelaporan Biodata Penduduk Pasal 18
(1) Setiap penduduk wajib melaporkan biodata perorangan sebagai data awal pendaftaran penduduk. (2) Setiap terjadi perubahan biodata penduduk wajib dilaporkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal perubahan biodata tersebut. (3) Atas perubahan biodata sebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib dilakukan penggantian terhadap seluruh dokumen penduduk yang bersangkutan. (4) Pelaporan biodata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) direkam dengan SIAK di tempat perekaman data kependudukan. Paragraf 1 Kartu Identitas Penduduk Musiman Pasal 19 (1) Setiap penduduk WNI yang tinggal sementara didaerah selama 14 (empat belas hari) hari berturutturut wajib memiliki KIPEM. (2) KIPEM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku paling lama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara untuk memiliki KIPEM diatur dengan Peraturan Walikota.
Paragraf 2
Pindah Datang Penduduk Pasal 20
(1) Penduduk Kota Pontianak yang pindah wajib melapor kepada petugas registrasi melalui RT setempat untuk mendapatkan surat keterangan pindah paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum kepindahannya.
(2) Pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu berdomisili di alamat yang baru untuk waktu paling singkat 1 (satu) tahun atau berdasarkan kebutuhan yang bersangkutan untuk waktu yang kurang dari 1 (satu) tahun.
(3) Penduduk yang datang ke wilayah Kota Pontianak wajib melapor ke petugas registrasi melalui ketua RT setempat dengan membawa surat keterangan pindah dari instansi pelaksana. (4) Pendaftaran pindah datang penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dilakukan dengan penerbitan surat keterangan pindah datang. (5) Sahnya pindah datang penduduk setelah ditandatanganinya surat keterangan pindah datang oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan klasifikasi wilayah penduduk yang pindah datang. (6) Klasifikasi pindah datang penduduk WNI dalam wilayah Kota Pontianak terdiri atas: a. klasifikasi 1 : dalam satu kelurahan;
b. klasifikasi 2 : antar kelurahan dalam satu kecamatan; c. klasifikasi 3 : antar kecamatan dalam satu kabupaten /kota; d. klasifikasi 4 : antar kabupaten/kota dalam satu provinsi ; dan e. klasifikasi 5 : antar provinsi dalam wilayah Republik Indonesia. (7) Pelaksanaan pendaftaran penduduk pindah datang ke wilayah Kota Pontianak dilakukan berdasarkan laporan penduduk yang bersangkutan paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak diterbitkan surat keterangan pindah datang dari instansi pelaksana daerah asal.
(8) Surat keterangan pindah datang sebagaimana dimaksud pada ayat (5) digunakan sebagai dasar perubahan atau penerbitan KK, KTPel dan Akta Catatan Sipil bagi penduduk yang bersangkutan.
Pasal 21
(1) Orang asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas dan orang asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap yang pindah dari Wilayah Kota Pontianak wajib melaporkan kepindahannya kepada Petugas registrasi melalui Ketua RT setempat untuk mendapatkan surat keterangan pindah paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum kepindahannya.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pejabat instansi Pelaksana mendaftar dan menerbitkan surat keterangan pindah datang.
(3) Orang asing yang datang ke Wilayah Kota Pontianak wajib melaporkan kedatangannya kepada registrasi melalui RT dengan membawa surat keterangan pindah datang dari instansi pelaksana ditempat asal paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterbitkan surat keterangan pindah datang dari instansi pelaksana daerah asal.
(4) Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai dasar perubahaan atau Penerbitaan KK, KTPel, atau surat keterangan tempat tinggal bagi orang asing yang bersangkutan.
Paragraf 3
Pindah Datang Penduduk Antar Negara Pasal 22
(1) Penduduk Kota Pontianak yang pindah ke luar negeri wajib melaporkan rencana kepindahannya kepada registrasi melalui ketua RT setempat paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum kepindahannya.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pejabat instansi Pelaksana mendaftar dan menerbitkan surat keterangan pindah ke Luar negeri. (3) WNI yang datang dari luar negeri ke Wilayah Kota Pontianak wajib melaporkan kedatangannya kepada registrer melalui RT setempat paling lambat 14 (empat belas) hari sejak kedatangannya. (4) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pejabat instansi pelaksana mendaftarkan dan menerbitkan surat keterangan datang dari luar negeri sebagai dasar penerbitan KK dan KTPel. Pasal 23 (1) Orang asing yang memiliki izin tinggal terbatas yang datang dari luar negeri dan orang asing yang memiliki izin tinggal yang telah berubah status sebagai pemegang izin tinggal terbatas yang berencana tinggal di wilayah Kota Pontianak wajib melaporkan kepada Instansi Pelaksana melalui ketua RT setempat paling lambat 14 (empat belas) hari sejak diterbitkannya izin tinggal terbatas.
Pelaksana mendaftar dan menerbitkan surat keterangan tempat tinggal. (3) Masa berlaku Surat Keterangan tempat tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan masa berlaku izin tinggal terbatas. (4) Surat keterangan tempat tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dibawa pada saat berpergian. Pasal 24
(1) Orang asing yang memiliki izin tinggal terbatas yang telah berubah status menjadi orang asing yang memiliki izin tinggal tetap wajib melaporkan kepada Instansi pelaksana melalui RT setempat paling lambat 14 (empat belas) hari sejak diterbitkannya izin tinggal tetap. (2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mendaftar dan menerbitkan KK dan KTPel. Pasal 25 (1) Orang asing yang memiliki izin tinggal terbatas atau orang asing yang memiliki izin tinggal tetap yang pindah ke luar negeri wajib melaporkan kepada Instansi pelaksana melalui RT setempat paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum kepindahannya. (2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), instansi pelaksana mendaftar dan menerbitkan keterangan pindah ke luar negeri. Pasal 26 Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pendaftaran peristiwa kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 sampai dengan Pasal 25, diatur dengan Peraturan Walikota. Bagian Keempat Pendataan Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan Pasal 27 (1) Instansi Pelaksana wajib melakukan pendataan penduduk rentan administrasi kependudukan yang meliputi: a. penduduk korban bencana alam; b. penduduk korban bencana sosial; dan c. orang terlantar.
(2) Pendataan penduduk rentan administrasi kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b dapat dilakukan ditempat sementara.
(3) Hasil pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai dasar penerbitan surat keterangan kependudukan untuk penduduk rentan administrasi kependudukan.
Pasal 28
(1) Atas pendataan penduduk rentan administrasi kependudukan sebagaimana dimaksud pada Pasal 27 diterbitkan dokumen kependudukan oleh Instansi Pelaksana.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pendataan penduduk rentan administrasi kependudukan diatur dengan Peraturan Walikota.
Bagian Kelima
Pelaporan Penduduk Yang Tidak Mampu Mendaftarkan Sendiri
Pasal 29
(1) Penduduk yang tidak mampu melaksanakan sendiri pelaporan terhadap peristiwa kependudukan yang menyangkut dirinya sendiri dapat dibantu oleh petugas registrasi atau meminta bantuan kepada orang lain. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota. BAB VI PENCATATAN SIPIL Bagian Kesatu Pencatatan Kelahiran Pasal 30 (1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh orang tua dari anak yang lahir atau orang lain berdasarkan surat kuasa yang sah kepada pejabat pencatatan sipil melalui RT setempat paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran. (2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat pencatatan sipil mencatat pada register akta kelahiran dan menerbitkan kutipan akta kelahiran.
(3) Pencatatan kelahiran dalam register akta kelahiran dan penerbitan kutipan akta kelahiran terhadap peristiwa kelahiran seseorang yang tidak diketahui asal usulnya atau keberadaan orang tuanya, didasarkan pada laporan orang yang menemukan dilengkapi berita acara pemeriksaan dari Kepolisian.
(4) Kutipan akta kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterbitkan oleh Pejabat Pencatatan Sipil dan disimpan pada instansi pelaksana.
Pasal 31
(1) Kelahiran WNI yang berasal dari Kota Pontianak diluar Wilayah Negara Republik Indonesia dicatat pada Instansi Pelaksana yang berwenang di Negara setempat dan dilaporkan kepada Perwakilan Republik Indonesia.
(2) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan pencatatan kelahiran, pencatatan dilakukan pada Perwakilan Republik Indonesia.
(3) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencatat peristiwa kelahiran dalam register akta kelahiran dan menerbitkan kutipan akta kelahiran.
(4) Pencatatan kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan surat keterangan pelaporan kelahiran luar negeri.
Pasal 32
(1) Kelahiran penduduk kota pontianak diatas kapal laut atau pesawat terbang dapat dicatat di instansi pelaksana berdasarkan keterangan kelahiran dari nakhoda kapal laut atau kapten pesawat terbang.
(2) Dalam hal kapal laut atau pesawat terbang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada atau singgah di wilayah Republik Indonesia, kelahiran dilaporkan kepada Instansi Pelaksana setempat untuk dicatat dalam register akta
kelahiran dan diterbitkan kutipan akta kelahiran.
(3) Dalam hal tempat tujuan atau tempat singgah tujuan atau keberadaan kapal laut atau pesawat terbang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di luar wilayah Republik Indonesia, kelahiran dilaporkan kepada negara tujuan atau tempat singgah.
(4) Apabila negara tempat tujuan atau tempat singgah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak menyelenggarakan pencatatan kelahiran bagi orang asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan Republik Indonesia. (5) Pencatatan kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) wajib dilaporkan oleh orang tua atau orang lain berdasarkan surat kuasa yang sah kepada pejabat pencatatan sipil melalui ketua RT setempat paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak warga negara indonesia yang bersangkutan kembali ke Kota Pontianak. Pasal 33
(1) Pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) yang melampaui batas waktu 60 (enam puluh) hari sampai dengan 1 (satu) tahun sejak tanggal kelahiran, pencatatan dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan pejabat instansi pelaksana.
(2) Pencatatan kelahiran penduduk WNI, dilakukan dengan memenuhi persyaratan berupa: a. surat kelahiran dari dokter/bidan/penolong kelahiran; b. nama dan identitas saksi kelahiran; c. foto copy KK dan KTPel orang tua; dan d. fotocopy Kutipan Akta Nikah/Akta Kawin orang tua yang telah dilegalisir. Pasal 34 Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 sampai dengan Pasal 33 diatur dengan Peraturan Walikota.
Bagian Kedua Pencatatan Lahir mati
Pasal 35
(1) Setiap lahir mati wajib dilaporkan oleh ketua RT atau nama lainnya di domisili penduduk kepada instansi pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak kematian.
(2) Instansi pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerbitkan surat keterangan lahir mati.
(3) Pencatatan pelaporan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan berdasarkan keterangan kematian dari pihak yang berwenang dengan memenuhi persyaratan berupa:
a. surat pengantar ketua RT/ketua RW; dan
b. keterangan kelahiran mati dari rumah sakit dokter/bidan/penolong kelahiran.
(4) Pencatatan pelaporan lahir mati Orang Asing dilakukan oleh instansi pelaksana.
Bagian Ketiga Pencatatan Perkawinan
Pencatatan Perkawinan di Wilayah Kota Pontianak Pasal 36
(1) Perkawinan yang sah menurut peraturan perundangundangan wajib dilaporkan oleh penduduk kepada instansi Pelaksana paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak tanggal perkawinan.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pejabat pencatatan sipil mencatat pada Register Akta Perkawinan dan menerbitkan kutipan akta perkawinan. (3) Kutipan akta perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masingmasing diberikan kepada suami dan istri. (4) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh penduduk yang beragama Islam kepada KUA kecamatan. (5) Data hasil pencatatan atas peristiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) wajib disampaikan oleh KUA kecamatan kepada instansi pelaksana dalam waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah pencatatan perkawinan dilaksanakan.
(6) Hasil pencatatan data sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak memerlukan penerbitan kutipan Akta Pencatatan Sipil.
Pasal 37
Pelaporan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1), dilakukan dengan memenuhi syarat berupa:
a. surat keterangan telah terjadinya perkawinan dari pemuka agama/pendeta atau surat perkawinan penghayat kepercayaan yang ditanda tangani oleh pemuka penghayat kepercayaan;
b. foto copy KTPel suami dan isteri yang dilegalisir;
c. pas foto suami dan istri berdampingan ukuran 4x6 cm (empat kali enam sentimeter) sebanyak 6 (enam) lembar; d. fotocopy kutipan akta kelahiran suami dan isteri yang dilegalisir; e. fotocopy paspor bagi suami atau isteri orang asing yang dilegalisir; f. surat keterangan belum kawin dari Kelurahan; dan g. penetapan pengadilan bagi perkawinan beda agama diluar agama islam. Pasal 38 Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 berlaku pula bagi: a. perkawinan yang ditetapkan oleh pengadilan; dan
b. perkawinan warga negara asing yang dilakukan di Kota Pontianak atas permintaan warga negara asing yang bersangkutan.
Pasal 39
Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan akta perkawinan, pencatatan perkawinan dilakukan setelah adanya penetapan pengadilan.
Paragraf 2
Pencatatan Perkawinan di Luar Wilayah Republik Indonesia Pasal 40
(1) Perkawinan Penduduk Kota Pontianak di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib dicatatkan pada Instansi yang berwenang di negara setempat dan dilaporkan pada Perwakilan Republik Indonesia.
(2) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak menyelenggarakan pencatatan perkawinan bagi orang asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan Republik Indonesia .
(3) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencatat peristiwa perkawinan dalam register akta perkawinan dan menerbitkan kutipan akta perkawinan.
(4) Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan oleh yang bersangkutan kepada Pejabat Pencatatan Sipil melalui Ketua RT setempat paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak yang bersangkutan kembali ke kota Pontianak.
Bagian Keempat
Pencatatan Pembatalan Perkawinan Pasal 41
(1) Pembatalan perkawinan wajib dilaporkan oleh Penduduk yang mengalami pembatalan perkawinan kepada instansi pelaksana paling lambat 90 (sembilan puluh) hari setelah putusan pengadilan tentang pembatalan perkawinan yang telah memperoleh kekuatan hukum.
(2) Pencatatan pembatalan perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menyerahkan salinan putusan pengadilan mengenai pembatalan perkawinan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan kutipan akta perkawinan.
(3) Instansi pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencabut Kutipan akta perkawinan dari kepemilikan subjek akta dan mengeluarkan Surat keterangan pembatalan perkawinan. Bagian Kelima Pencatatan Perceraian Paragraf 1 Pencatatan Perceraian di Wilayah Kota Pontianak Pasal 42
(1) Perceraian wajib dilaporkan oleh yang bersangkutan kepada pejabat pencatatan sipil melalui ketua RT setempat paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak putusan pengadilan tentang perceraian yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2) Pencatatan perceraian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan menyerahkan salinan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan kutipan akta perkawinan.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan sipil mencatat pada register akta perceraian dan menerbitkan kutipan akta perceraian.
Paragraf 2
Pencatatan Perceraian di Luar Wilayah Kota Pontianak Pasal 43
(1) Perceraian penduduk Kota Pontianak diluar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib dicatatkan pada instansi yang berwenang di negara setempat dan dilaporkan pada perwakilan Republik Indonesia.
(2) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan pencatatan perceraian bagi orang asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan Republik Indonesia.
(3) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencatat peristiwa perceraian dalam register Akta Perceraian dan menerbitkan kutipan akta perceraian.
(4) Pencatatan perceraian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan oleh yang bersangkutan kepada instansi pelaksana melalui ketua RT setempat paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak yang bersangkutan kembali ke Kota Pontianak.
Bagian Keenam
Pencatatan Pembatalan Perceraian Pasal 44
(1) Pembatalan perceraian wajib dilaporkan oleh penduduk yang mengalami pembatalan perceraian kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah putusan pengadilan tentang pembatalan perceraian yang telah memperoleh kekuatan hukum.
(2) Pencatatan pembatalan perceraian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menyerahkan salinan putusan pengadilan mengenai pembatalan perceraian yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan kutipan akta perceraian.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), instansi pelaksana mencabut Kutipan Akta Perceraian dari kepemilikan subjek akta dan mengeluarkan surat keterangan pembatalan perceraian.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan pembatalan perceraian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota. Bagian Ketujuh Pencatatan Kematian Paragraf 1 Pencatatan Kematian di Wilayah Republik Indonesia Pasal 45
(1) Setiap kematian wajib dilaporkan oleh ketua RT kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal kematian.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pejabat pencatatan sipil mencatat pada register akta kematian dan menerbitkan kutipan akta kematian.
(3) Pencatatan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan keterangan kematian dari pihak yang berwenang dengan memenuhi syarat berupa:
a. surat pengantar dari ketua RT/ketua RW untuk mendapatkan surat keterangan dari lurah; dan/atau
b. keterangan kematian dari rumah sakit/dokter/paramedis.
(4) Dalam hal terjadi ketidak jelasan keberadaan seseorang karena hilang atau mati tetapi tidak ditemukan jenazahnya, pencatatan oleh pejabat pencatatan
Sipil baru dilakukan setelah adanya penetapan pengadilan.
(5) Dalam hal terjadi kematian seseorang yang tidak jelas identitasnya, instansi pelaksana melakukan pencatatan kematian berdasarkan keterangan dari kepolisian. Paragraf 2 Pencatatan Kematian di Luar Wilayah Republik Indonesia Pasal 46 (1) Kematian penduduk Kota Pontianak di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib dilaporkan oleh keluarganya atau yang mewakili keluarganya kepada Perwakilan Republik Indonesia dan wajib dicatatkan pada Instansi yang berwenang di negara setempat paling lambat 7 (tujuh) hari setelah kematian.
(2) Apabila Perwakilan Republik Indonesia mengetahui peristiwa kematian seorang penduduk Kota Pontianak di negara setempat yang tidak dilaporkan dan tidak dicatat, paling lambat 7 (tujuh) hari sejak diterimanya informasi tersebut, pencatatan kematiannya dilakukan oleh Perwakilan Republik Indonesia.
(3) Dalam hal seseorang penduduk Kota Pontianak dinyatakan hilang, pernyataan kematian karena hilang dan pencatatannya dilakukan oleh instansi catatan sipil yang berwenang di negara setempat.
(4) Dalam hal terjadi kematian seseorang penduduk Kota Pontianak Warga Negara Indonesia yang tidak jelas identitasnya, Keterangan kematian diterbitkan oleh instansi yang berwenang di negara setempat.
(5) Keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) menjadi dasar pejabat pencatatan sipil mencatat peristiwa tersebut dan menjadi bukti di pengadilan sebagai dasar penetapan Pengadilan mengenai kematian seseorang.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan kematian diatur dengan Peraturan Walikota. Bagian Kedelapan Pencatatan Pengangkatan Anak, Pengakuan Anak Dan Pengesahan Anak Paragraf 1 Pencatatan Pengangkatan Anak Pasal 47
(1) Pencatatan pengangkatan anak dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan.
(2) Pencatatan pengangkatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan oleh penduduk kepada Instansi pelaksana yang menerbitkan kutipan akta kelahiran paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya salinan penetapan pengadilan oleh penduduk. (3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pejabat pencatatan sipil membuat catatan pinggir pada Register Akta Kelahiran dan kutipan akta kelahiran. Pasal 48
(1) Pengangkatan anak Warga Negara Asing yang dilakukan oleh penduduk kota Pontianak di luar Wilayah Republik Indonesia wajib dicatatkan pada instansi yang berwenang di negara setempat.
(2) Hasil pencatatan pengangkatan anak sebagaimna dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Perwakilan Republik Indonesia.
menyelenggarakan pencatan pengangkatan anak bagi Warga Negara yang bersangkutan, maka pengangkatan anak dilaporkan pada perwakilan Republik Indonesia setempat untuk mendapatkan surat keterangan pengangkatan anak.
(4) Pengangkatan anak warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dilaporkan oleh Penduduk kepada instansi pelaksana melalui ketua RT setempat paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak yang bersangkutan kembali ke Kota Pontianak. (5) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), instansi pelaksana mengukuhkan surat keterangan pengangkatan anak. Paragraf 2 Pencatatan Pengakuan Anak Pasal 49
(1) Pengakuan anak wajib dilaporkan oleh orang tua pada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal surat pengakuan anak oleh ayah dan disetujui oleh ibu dari anak yang bersangkutan.
(2) Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi orang tua yang agamanya tidak membenarkan pengakuan anak yang lahir diluar hubungan perkawinan yang sah.
(3) Pencatatan pengakuan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memenuhi syarat berupa: a. surat pengantar dari ketua RT/ketua RW serta diketahui Lurah; b. surat pengakuan anak dari ayah biologis yang disetujui oleh ibu kandung; c. kutipan akta kelahiran; dan d. foto copy KK dan KTPel ayah biologis dan ibu kandung. (4) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan sipil mencatat pada register akta pengakuan anak dan menerbitkan kutipan akta pengakuan anak.
Paragraf 3
Pencatatan Pengesahan Anak Pasal 50
(1) Setiap pengesahan anak wajib dilaporkan oleh orang tua kepada Instansi Pelaksana paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak ayah dan ibu dari anak yang bersangkutan melakukan perkawinan dan mendapatkan akta perkawinan. (2) Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan
bagi orang tua yang agamanya tidak membenarkan pengesahan anak yang lahir diluar hubungan perkawinan yang sah. (3) Pencatatan pengesahan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memenuhi persyaratan berupa: a. surat pengantar dari ketua RT/ketua RW serta diketahui Lurah; b. kutipan akta kelahiran; c. foto copy kutipan akta kawin; d. foto copy KK; dan e. foto copy KTPel pemohon. (4) Berdasarkan laporan pengesahan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pejabat pencatatan sipil membuat catatan pinggir pada akta kelahiran.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan pengangkatan anak, pengakuan anak dan pengesahan anak diatur dengan Peraturan Walikota.
Pencatatan Perubahan Nama dan Perubahan Status Kewarganegaraan Paragraf 1 Pencatatan Perubahan Nama Pasal 51 (1) Pencatatan perubahan nama dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan negeri tempat pemohon.
(2) Pencatatan perubahan nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan oleh penduduk pada instansi pelaksana yang menerbitkan akta pencatatan sipil paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya salinan penetapan pengadilan negeri oleh penduduk.
(3) Pencatatan perubahan nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memenuhi persyaratan berupa: a. salinan penetapan pengadilan negeri tentang perubahan nama; b. kutipan akta catatan sipil; c. kutipan akta perkawinan bagi yang sudah kawin; d. fotocopy KK; dan e. fotocopy KTPel.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan perubahan nama diatur dengan Peraturan Walikota.
Paragraf 2
Pencatatan Perubahan Status Kewarganegaraan Pasal 52
(1) Setiap perubahan kewarganegaraan dari Warga Negara Asing menjadi WNI wajib dilaporkan oleh penduduk yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak berita acara pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia oleh pejabat yang berwenang.
(2) Pencatatan perubahan status kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilakukan dengan memenuhi persyaratan berupa:
a. salinan Keputusan Presiden mengenai Perubahan Status Kewarganegaraan menjadi WNI;
b. salinan Keputusan Menteri yang bidang tugasnya meliputi urusan kewarganegaraan; c. kutipan akta catatan sipil; d. kutipan akta perkawinan bagi yang sudah kawin; e. fotocopy KK; f. fotocopy KTP; dan g. fotocopy paspor. (3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pejabat pencatatan sipil membuat catatan pinggir pada register akta pencatatan sipil dan kutipan akta pencatatan sipil.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan perubahan status kewarganegaraan diatur dengan Peraturan Walikota.
Bagian Kesepuluh
Pencatatan Peristiwa Penting Lainnya Pasal 53
(1) Perubahan peristiwa penting lainnya dilakukan oleh pejabat pencatatan sipil atas permintaan penduduk yang bersangkutan setelah adanya penetapan pengadilan negeri yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2) Pencatatan peristiwa Penting lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya salinan penetapan pengadilan.
(3) Pencatatan peristiwa penting lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memenuhi persyaratan berupa:
a. salinan penetapan pengadilan mengenai peristiwa penting lainnya; b. KTPel dan KK yang bersangkutan; dan
c. Akta pencatatan sipil yang berkaitan peristiwa penting lainnya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyarataan dan tata cara pencatatan peristiwa Penting lainnya diatur dengan Peraturan Walikota.
Bagian Kesebelas
Pelaporan Penduduk yang Tidak Mampu Melaporkan Sendiri
Pasal 54
(1) Penduduk yang tidak mampu melaksanakan sendiri pelaporan terhadap peristiwa penting yang menyangkut dirinya sendiri dapat dibantu oleh instansi pelaksana atau meminta bantuan kepada orang lain.
(2) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu penduduk yang tidak mampu karena factor umur, sakit keras, cacat fisik atau cacat mental. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pelaporan
penduduk yang tidak mampu melaporkan sendiri diatur dengan Peraturan Walikota.
Bagian Kedua belas
Pembetulan danPembatalan Akta Pasal 55
(1) Pembetulan akta pencatatan sipil hanya dilakukan untuk akta yang mengalami kesalahan tulis redaksional.
(2) Pembetulan akta pencatatan sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan atau tanpa permohonan dari orang yang menjadi subjek akta.
(3) Pembetulan akta pencatatan sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pejabat pencatatan sipil sesuai dengan kewenangannya. (4) Kutipan akta yang rusak atau hilang dapat diterbitkan kutipan sesuai dengan buku register. Pasal 56 (1) Pembatalan akta pencatatan sipil dilakukan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
(2) Berdasarkan putusan pengadilan mengenai pembatalan akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pejabat pencatatan sipil membuat catatan pinggir pada register akta dan mencabut kutipan akta pencatatan sipil yang dibatalkan dari kepemilikan subjek akta.
Bagian Ketiga belas Penandatanganan Akta
Pasal 57
Penandatangan akta pencatatan sipil dilakukan oleh pejabat yang berwenang berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan.
BAB VII
DATA DAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN Bagian Kesatu
Data Kependudukan Pasal 58
(1) Data Kependudukan terdiri atas data perseorangan dan/atau data agregat Penduduk. (2) Data perseorangan meliputi: a. nomor KK; b. NIK; c. nama lengkap: d. jenis kelamin; e. tempat lahir; f. tanggal/bulan/tahun lahir; g. golongan darah: h. agama/kepercayaan; i. status perkawinan; j. status hubungan dalam keluarga; k. cacat fisik dan/atau mental; l. pendidikan terakhir: m. jenis pekerjaan; n. NIK ibu kandung; o. nama ibu kandung; p. NIK ayah; q. nama ayah; r. alamat sebelumnya; s. alamat sekarang; t. kepemilikan akta kelahiran/surat kenal lahir; u. nomor akta kelahiran/nomor surat kenal lahir; v. kepemilikan akta perkawinan/buku nikah; w. nomor akta perkawinan/buku nikah; x. tanggal perkawinan; y. kepemilikan akta perceraian: z. nomor akta perceraian/surat cerai; dan aa.tanggal perceraian.
(3) Data agregat meliputi himpunan data perseorangan yang berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Bagian Kedua Dokumen Kependudukan Pasal 59 (1) Dokumen Kependudukan meliputi: a. biodata penduduk: b. KK; c. KTPel; d. surat keterangan kependudukan; dan e. akta pencatatan sipil. (2) Surat keterangan kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi: a. surat keterangan pindah; b. surat keterangan pindah datang; c. surat keterangan pindah keluar negeri;
d. surat keterangan datang dari luar negeri; e. kartu surat keterangan tempat tinggal; f. kartu identitas penduduk musiman; g. surat keterangan kelahiran; h. surat keterangan lahir mati; i. surat keterangan pembatalan perkawinan; j. surat keterangan pembatalan perceraian; k. surat keterangan kematian; l. surat keterangan pengangkatan anak; m. surat keterangan pengganti tanda identitas; dan n. surat keterangan pencatatan sipil. (3) Biodata penduduk, KK, KTPel, surat keterangan pindah penduduk WNI antar kabupaten/kota dalam satu provinsi dan antar provinsi, surat keterangan pindah datang penduduk WNI antar kabupaten/kota dalam satu provinsi dan antar provinsi, surat keterangan pindah datang penduduk orang asing, surat keterangan pindah ke luar negeri, surat keterangan datang dari luar negeri, kartu surat keterangan tempat tinggal untuk orang asing tinggal terbatas, kartu identitas penduduk musiman, surat keterangan kelahiran untuk orang asing, surat keterangan lahir mati untuk orang asing, surat keterangan kematian untuk orang asing, surat keterangan pembatalan perkawinan, surat keterangan pembatalan perceraian, surat keterangan pengganti tanda identitas, diterbitkan dan ditandatangani oleh kepala instansi pelaksana.
(4) Surat Keterangan Pindah Penduduk WNI antar kecamatan, surat keterangan pindah datang penduduk WNI antar kecamatan dapat diterbitkan dan ditandatangani oleh Camat atas nama kepala instansi pelaksana.
(5) Surat keterangan pindah datang penduduk WNI dalam satu kelurahan, surat keterangan pindah datang penduduk WNI antar kelurahan dalam satu kecamatan, surat keterangan kelahiran untuk WNI, surat keterangan lahir mati untuk WNI dan surat keterangan kematian untuk WNI, dapat diterbitkan dan ditanda tangani oleh Lurah atas nama Kepala Instansi Pelaksana.
Pasal 60
Biodata penduduk paling sedikit memuat keterangan tentang nama, tempat dan tanggal lahir, alamat dan jati diri lainnya secara lengkap, serta perubahan data sehubungan dengan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialami.
Pasal 61
Surat keterangan kependudukan paling sedikit memuat keterangan tentang nama lengkap, NIK, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, agama, alamat, peristiwa kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh seseorang.
Bagian Ketiga Kartu Tanda Penduduk
Pasal 62
(1) Penduduk WNI dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap yang telah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin atau pernah kawin wajib memiliki KTPel.
(2) Orang Asing yang mengikuti status orang tuanya yang memiliki Izin Tinggal Tetap dan sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun wajib memiliki KTPel.
(3) KTPel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku secara nasional.