• Tidak ada hasil yang ditemukan

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK, Menimban

g : a. bahwa  dalam rangka meningkatkan pelayanan administrasikependudukan yang profesional, memenuhi standar teknologi informasi,   dinamis,   tertib,   dan   tidak   diskriminatif,   maka penyelenggaraan   administrasi   kependudukan   harus dilakukan sesuai dengan standar pelayanan minimal menuju pelayanan prima yang menyeluruh;

b. bahwa dengan berlakunya Undang­Undang Nomor 24 Tahun 2013   tentang   Perubahan   atas   Undang­Undang   Nomor   23 Tahun   2006   tentang   Administrasi     Kependudukan   dan Undang­Undang   Nomor   23   Tahun   2014   tentang Pemerintahan   Daerah,  maka  Peraturan   Daerah   Kota Pontianak  Nomor   1   Tahun  2008  tentang  Administrasi Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2012 perlu disesuaikan;

c. bahwa   berdasarkan   pertimbangan   sebagaimana   dimaksud dalam   huruf   a   dan   huruf   b,   perlu   menetapkan   Peraturan Daerah   tentang   Penyelenggaraan   Administrasi Kependudukan;

Mengingat : 1. Pasal   18   ayat   (6)   Undang­Undang   Dasar   Negara   Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang­Undang  Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang­Undang   Darurat   Nomor   3   Tahun   1953   tentang Pembentukan   Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara   Republik   Indonesia   Tahun   1953   Nomor   9) sebagaimana telah diubah dengan Undang­Undang Nomor 8  Tahun   1965   tentang   Pembentukan   Daerah   Tingkat   II Tanah Laut, Daerah Tingkat II Tapin dan Daerah Tingkat II Tabalong   dengan   Mengubah   Undang­Undang   Nomor   27 Tahun   1959   tentang   Penetapan   Undang­Undang   Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II   di   Kalimantan   (Lembaran   Negara   Republik   Indonesia Tahun   1965   Nomor   51,   Tambahan   Lembaran   Negara Republik Indonesia  Nomor 2756);

(2)

3. Undang­Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006   Nomor   124,   Tambahan   Lembaran   Negara   Republik Indonesia   Nomor   4675)   sebagaimana   telah   diubah   dengan Undang–Undang   Nomor   24   Tahun   2013   (Lembaran   Negara Republik   Indonesia   Tahun   2013   Nomor   232,   Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5475); 4.  5.  6.  7.  8.  9.

Undang­Undang  Nomor  6  Tahun  2011  tentang  Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan   Lembaran   Negara   Republik   Indonesia   Nomor 5216);

Undang­Undang  Nomor   12   Tahun   2006   tentang Kewarganegaraan  Republik   Indonesia   (Lembaran   Negara Republik   Indonesia   Tahun   2006   Nomor   63,   Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4634);

Undang­Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana   (Lembaran   Negara   Republik   Indonesia   Tahun   1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);

Undang­Undang  Nomor   25   Tahun   2009   tentang  Pelayanan Publik  (Lembaran   Negara   Republik   Indonesia   Tahun   2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

Undang­Undang  Nomor   1   Tahun   1974   tentang  Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 197 Nomor 1, Tambahan   Lembaran   Negara   Republik   Indonesia   Nomor 3019);

Undang­Undang   Nomor   23   Tahun   2014   tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun   2014   Nomor   244,   Tambahan   Lembaran   Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa   kali   terakhir   dengan   Undang­Undang   Nomor   9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang­Undang Nomor   23   Tahun   2014   tentang   Pemerintahan   Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan   Lembaran   Negara   Republik   Indonesia   Nomor 5679);

10. Peraturan   Pemerintah   Nomor   79   Tahun   2005   tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah   (Lembaran   Negara   Republik   Indonesia   Tahun   2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

11. Peraturan   Pemerintah   Nomor   37   Tahun   2007   tentang Pelaksanaan Undang­Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi   Kependudukan   (Lembaran   Negara   Republik Indonesia   Tahun   2007   Nomor   80,   Tambahan   Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4736) sebagaimana telah diubah   dengan   Peraturan   Pemerintah   Nomor   102   Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang­Undang Nomor 23   Tahun   2006   tentang   Administrasi   Kependudukan (Lembaran   Negara   Republik   Indonesia   Tahun   2012   Nomor 265, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5373);

(3)

12. Peraturan   Presiden   Nomor   25   Tahun   2008   tentang Persyaratan   dan   Tatacara   Pendaftaran   Penduduk   dan Pencatatan Sipil;

13. Peraturan     Presiden     Nomor     26     Tahun     2009     tentang Penerapan   Kartu   Tanda   Penduduk   Berbasis   Nomor   Induk Kependudukan   Secara   Nasional,   sebagaimana   telah   diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun   2013   tentang   Perubahan   Keempat   Atas   Peraturan Presiden  Nomor  26  Tahun  2009  tentang  Penerapan Kartu Tanda   Penduduk   Berbasis   Nomor   Induk   Kependudukan Secara Nasional (Lembaran Negara Tahun 2013  Nomor 257); 14

. Peraturan   Menteri   Dalam   Negeri   Nomor   9   Tahun   2011tentang Pedoman Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional (Berita Negara Republik   Indonesia   Tahun   2011   Nomor   118)   sebagaimana telah   diubah   beberapa   kali   terakhir   dengan   Peraturan Menteri   Dalam   Negeri   Nomor   8   Tahun   2016   tentang Perubahan   Kedua   Atas   Peraturan   Menteri   Dalam   Negeri Nomor   9   Tahun   2011   tentang   Pedoman   Penerbitan   Kartu Tanda   Penduduk   Berbasis   Nomor   Induk   Kependudukan Secara   Nasional   (Berita   Negara   Republik   Indonesia   Tahun 2016 Nomor 256); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PONTIANAK dan WALIKOTA PONTIANAK MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN   DAERAH   TENTANG   PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Pontianak.

2. Pemerintah   Daerah   adalah   Kepala   Daerah  sebagai   unsur   penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

3. Walikota adalah Walikota Pontianak.

4. Dewan   Perwakilan   Rakyat   Daerah   yang   selanjutnya   disebut   DPRD   adalah lembaga   perwakilan   rakyat   daerah   yang   berkedudukan   sebagai   unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

5. Instansi   Pelaksana/Perangkat   Daerah  adalah   Dinas   Kependudukan  dan Pencatatan Sipil Kota Pontianak.

6. Kepala   Instansi   Pelaksana   adalah  Kepala   Dinas  Kependudukan  dan Pencatatan Sipil Kota Pontianak.

7. Pejabat yang ditunjuk adalah pegawai Aparatur Sipil Negara yang diberi tugas tertentu sesuai dengan peraturan perundang­undangan.

(4)

entri data, cetak dokumen, cetak informasi data statistik dan laporan sesuai dengan Persetujuan supervisor. 9. Camat adalah Kepala kecamatan di wilayah Kota Pontianak. 10. Lurah adalah Kepala kelurahan diwilayah Kota Pontianak. 11. Kecamatan atau yang disebut dengan nama lain adalah bagian wilayah dari daerah Kota Pontianak yang dipimpin oleh Camat.

12. Kelurahan   adalah   Wilayah   kerja   Lurah   sebagai   Perangkat  Daerah Kota Pontianak dalam Wilayah kerja Kecamatan.

13. Rukun Warga, yang selanjutnya  disingkat RW adalah  lembaga  yang dibentuk melalui musyawarah pengurus RT  di  wilayah  kerjanya yang  ditetapkan oleh Lurah.

14. Rukun   Tetangga,   yang   selanjutnya   disingkat   RT   adalah  lembaga yang dibentuk melalui musyawarah   masyarakat setempat dalam rangka pelayanan pemerintahan dan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Lurah.

15. Penyelenggaraan  Administrasi   Kependudukan   adalah   rangkaian  kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui   pendaftaran   penduduk,   pencatatan  sipil,  pengelolaan   informasi Administrasi Kependudukan  serta  pendayagunaan hasilnya  untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

16. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang masuk secara sah serta bertempat tinggal di Indonesia.

17. Penduduk   Kota   Pontianak   adalah   Warga  Negara  Indonesia  dan  Orang   asing yang masuk secara sah serta bertempat tinggal di Kota Pontianak. 

18. Warga Negara Indonesia, yang selanjutnya  disingkat  WNI  adalah orang­orang bangsa   Indonesia   asli  dan  orang­orang  bangsa  lain   yang  disahkan   dengan Undang­Undang sebagai Warga Negara Indonesia.

19. Orang Asing adalah orang bukan Warga Negara Indonesia.

20. Penduduk   Rentan   Administrasi   Kependudukan  adalah  penduduk   yang mengalami hambatan dalam memperoleh dokumen penduduk yang disebabkan oleh bencana alam, kerusuhan sosial, atau Orang Terlantar.

21. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang mempunyai  kekuatan  hukum   sebagai   alat     bukti   autentik yang dihasilkan dari pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. 22. Data   Kependudukan   adalah  data  perseorangan   dan/atau  data  agregat   yang

terstruktur sebagai hasil dari kegiatan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.

23. Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata Penduduk, pencatatan atas pelaporan  Peristiwa  Kependudukan  dan  pendataan  Penduduk  rentan Administrasi Kependudukan serta penerbitan Dokumen Kependudukan berupa kartu identitas atau surat keterangan kependudukan.

24. Peristiwa Kependudukan adalah   kejadian yang  dialami  Penduduk yang  harus dilaporkan   karena   membawa  akibat  terhadap   penerbitan   atau     perubahan Kartu   Keluarga,  Kartu  Tanda  Penduduk   dan/atau  surat   keterangan kependudukan  lainnya   meliputi   pindah   datang,   perubahan   alamat,   serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.

25. Biodata Penduduk adalah keterangan yang berisi elemen data tentang jati diri, informasi   dasar   serta   riwayat   perkembangan  dan  perubahan   keadaan   yang dialami oleh Penduduk sejak saat kelahiran.

26. Nomor  Induk  Kependudukan,   yang  selanjutnya  disingkat  NIK  adalah  nomor identitas penduduk yang  bersifat unik atau  khas,  tunggal dan  melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai Penduduk Indonesia.

27. Keluarga adalah seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai hubungan darah   dan/atau   orang   lain   yang   tinggal   dalam   satu   rumah/bangunan   dan terdaftar dalam kartu keluarga.

28. Kartu Keluarga, yang selanjutnya disingkat KK adalah kartu identitas keluarga yang memuat  data tentang   nama,   susunan dan hubungan dalam keluarga,

(5)

serta identitas anggota keluarga.

29. Anggota   Keluarga   adalah   orang­orang   yang   nama   dan   identitas   biodata keluarga   yang   memuat   data   tentang   nama,   susunan   dan   hubungan   dalam keluarga, serta identitas anggota keluarga.

30. Kartu Tanda  Penduduk Elektronik, yang  selanjutnya disingkat KTP­el  adalah Kartu Tanda penduduk yang dilengkapi cip yang merupakan  identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana.

31. Pencatatan   Sipil   adalah   pencatatan   Peristiwa   Penting  yang  dialami   oleh seseorang dalam register Pencatatan Sipil pada Instansi Pelaksana.

32. Pejabat  Pencatatan Sipil adalah pejabat yang melakukan pencatatan Peristiwa Penting   yang   dialami   seseorang  pada  Instansi  Pelaksana   yang pengangkatannya sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang­undangan. 33. Peristiwa  Penting  adalah   kejadian   yang  dialami   oleh  seseorang  meliputi

kelahiran,   kematian,   lahir   mati,  perkawinan,  perceraian,  pengakuan   anak, pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan. 34. Kelahiran adalah  kehadiran anggota keluarga baru akibat perkawinan yang harus segera dilaporkan. 35. Kematian adalah tidak adanya secara permanen seluruh kehidupan pada saat mana pun setelah kelahiran hidup terjadi.

36. Lahir   mati  adalah   kelahiran   seorang   bayi   dari   kandungan   yang   berumur paling sedikit 28 minggu, pada saat dilahirkan tidak menunjukan tanda­tanda kehidupan.

37. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 

38. Perceraian   adalah  terputusnya   keluarga   karena   salah   satu   atau   kedua pasangan memutuskan untuk saling meninggalkan sehingga mereka berhenti melakukan kewajibannya sebagai suami istri.

39. Pengesahan anak adalah pengesahan status hukum seorang anak yang lahir , di luar ikatan perkawinan yang sah , kemudian diikuti dengan perkawinan yang sah oleh kedua orang tua anak tersebut.    

40. Pengakuan   anak   adalah  pengakuan   secara     hukum   dari   seorang   Ayah biologis terhadap anaknya yang lahir diluar ikatan perkawinan yang sah  atas Persetujuan Ibu kandung anak tersebut. Pengakuan Anak akan menimbulkan hubungan Perdata yang diakui.   41. Pengangkatan anak adalah  perbuatan hukum untuk mengalihkan hak anak dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut,   kedalam   lingkungan   keluarga   orang  tua   angkatnya   berdasarkan penetapan pengadilan. 

42. Perubahan   nama   adalah  perubahan   nama   seseorang   setelah   mendapat persetujuan oleh pengadilan dibuktikan dengan adanya Penetapan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.  

43. Perubahan   status   kewarganegaraan   adalah  pencatatan   Perubahan Kewarganegaraan   dilakukan   berdasarkan   laporan   instansi   terkait   maupun dari penduduk yang telah berubah status kewarganegaraan dari WNA ke WNI maupun   dari   WNI   ke   WNA   dan   telah   mempunyai   keputusan   /   penetapan perubahan status kewarganegaraan dari instansi yang berwenang.  

44. Pindah   Datang   Penduduk   adalah   perubahan   lokasi   tempat   tinggal   untuk menetap karena perpindahan dari tempat asal ke tempat tujuan.

45. Pengangkatan Anak adalah perbuatan  hukum  untuk  mengalihkan  hak  anak dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang  bertanggung  jawab atas perawatan, pendidikan dan  membesarkan  anak tersebut   ke   dalam  lingkungan   keluarga  orang   tua  angkatnya  berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.

(6)

46. Pengakuan Anak adalah pengakuan seorang ayah terhadap anaknya yang lahir di luar ikatan perkawinan sah atas persetujuan ibu kandung anak tersebut. 47. Pengesahan  Anak  adalah  pengesahan status seorang  anak  yang lahir  di luar

ikatan   perkawinan   sah   pada   saat  pencatatan  perkawinan   kedua   orang  tua anak tersebut.

48. Izin Tinggal Terbatas adalah  izin tinggal yang  diberikan  kepada  Orang  Asing untuk   tinggal   diwilayah   Negara   Kesatuan  Republik  Indonesia  dalam   jangka waktu   yang   terbatas  sesuai  dengan  ketentuan  Peraturan  Perundang­ undangan.

49. Izin Tinggal Tetap adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal menetap di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang­undangan.

50. Kartu   Identitas   keterangan   tertulis   dari   hasil   pendaftaran   penduduk   yang terdiri dari kartu keluarga, kartu tanda penduduk­elektronik, Kartu identitas penduduk musiman dan surat keterangan tempat tinggal.

51. Kartu Identitas Penduduk Musiman, yang selanjutnya disingkat KIPEM adalah Kartu tanda pengenal sementara bagi penduduk musiman di kota Pontianak. 52. Kantor Urusan  Agama  Kecamatan, yang selanjutnya  disebut  KUA Kecamatan

adalah  satuan  kerja yang  melaksanakan  pencatatan nikah, talak, cerai  dan rujuk pada tingkat kecamatan bagi Penduduk yang beragama Islam.

53. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan yang selanjutnya disingkat SIAK adalah   sistem   informasi   yang  memanfaatkan  teknologi   informasi   dan komunikasi   untuk  memfasilitasi  pengelolaan   informasi   administrasi kependudukan  di  tingkat  penyelenggara dan instansi pelaksana sebagai satu kesatuan.

54. Petugas   Registrasi   disebut  Aparatur   Sipil  Negara  yang   diberi   tugas   dan tanggung   jawab   memberikan   pelayanan   pelaporan   peristiwa   kependudukan dan peristiwa penting serta pengelolaan dan penyajian data kependudukan. 55. Data base adalah kumpulan berbagai jenis data kependudukan yang tersimpan

secara  sistematik, terstruktur  dan  saling  berhubungan dengan menggunakan perangkat lunak, perangkat keras dan jaringan komunikasi data.

56. Data  Center  adalah  tempat/ruang    penyimpanan  perangkat  data  base   pada penyelenggara  pusat   yang   menghimpun  data  kependudukan  dari penyelenggara kota dan instansi pelaksana.

57. Data  Pribadi  adalah data perseorangan tertentu yang  disimpan,  dirawat dan dijaga kebenarannya serta dilindungi kerahasiaannya.

58. Data   Agregat  adalah  kumpulan  data  tentang  peristiwa  kependudukan, peristiwa  penting,   jenis   kelamin,   kelompok  usia,  agama,  pendidikan,  dan pekerjaan.

59. Kartu   Surat   Keterangan   Tempat   Tinggal   adalah   Kartu  Surat  Keterangan Kependudukan yang diberikan kepada orang asing yang memiliki Izin  Tinggal Terbatas   sebagai   bukti  diri  bahwa  yang   bersangkutan   telah   terdaftar  di Pemerintah Daerah Kota Pontianak sebagai penduduk tinggal terbatas. BAB II MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP Pasal 2 Maksud  Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan, yaitu: a. memenuhi hak asasi setiap orang di bidang administrasi kependudukan tanpa diskriminasi dengan pelayanan publik yang profesional;

b. meningkatkan   kesadaran   penduduk   akan   kewajiban   untuk   berperan   serta dalam pelaksanaan administrasi kependudukan;

c. memenuhi data statistik secara nasional mengenai peristiwa kependudukan dan peristiwa penting;

(7)

d. mendukung   perumusan   kebijakan   dan   perencanaan   pembangunan   secara nasional, regional serta lokal; dan

e. mendukung pembangunan  sistem administrasi kependudukan.

Pasal 3

Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan bertujuan:

a. melakukan   pembinaan   dan   sosialisasi   administrasi   kependudukan   kepada masyarakat, RT dan RW; 

b. melaksanakan   kegiatan   pelayanan   masyarakat   di   bidang   administrasi kependudukan;

c. menyelenggarakan   sebagian   urusan   administrasi   kependudukan   berdasarkan asas tugas pembantuan;

d. menyajikan   data   kependudukan  yang  berasal   dari   data   kependudukan   yang telah dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh kementrian dalam negeri;  dan   e. melakukan   koordinasi   dan   pengawasan   penyelenggaraan   adminsistrasi

kependudukan. Pasal  4 Ruang Lingkup Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan :  a. kriteria, hak dan kewajiban penduduk; b. kewenangan penyelenggaraan dan instansi pelaksana; c. pendaftaran penduduk; d. pencatatan sipil; e. data dan dokumen kependudukan;

f. pendaftaran   penduduk   dan   pencatatan   sipil   saat   daerah   atau   negara   atau sebagian negara dalam keadaan darurat dan luar biasa; g. sistem informasi administrasi kependudukan; h. perlindungan data dan dokumen kependudukan; i. perlindungan data pribadi penduduk; j. sanksi administrasi;  k. ketentuan penyidikan; l. ketentuan pidana; m. ketentuan peralihan; dan n. ketentuan penutup. BAB III KRITERIA, HAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK Pasal 5 (1) Kriteria penduduk Kota Pontianak: a. memiliki identitas penduduk Kota Pontianak;

b. warga   negara   Indonesia   yang   turun   temurun   tinggal   di  Kota   Pontianak tanpa   memiliki   dokumen  kependudukan   sebelum   terbitnya   Undang­ Undang Nomor 23 Tahun 2006; c. pindah datang ke Kota Pontianak dengan surat pindah; d. penduduk WNI yang bertempat tinggal di Kota Pontianak selama 6 (enam) bulan berturut­turut atau lebih sebelum terbitnya Undang­Undang Nomor 23 Tahun 2006, tetapi memiliki identitas KK dan KTP­el dengan alamat daerah lain dan tidak membawa/memiliki surat keterangan pindah; dan e. WNI yang pernah menetap lebih dari 1 (satu) tahun di luar negeri termasuk Tenaga Kerja Indonesia, sebelum Undang­Undang Nomor 23 Tahun 2006, dan telah kembali ke Kota Pontianak untuk menetap tetapi belum melapor.

(8)

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan menjadi penduduk Kota Pontianak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b sampai dengan huruf d diatur dengan Peraturan Walikota. Pasal 6 (1) Setiap Penduduk mempunyai hak untuk memperoleh:  a. dokumen kependudukan; b. pelayanan yang sama dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil; c. perlindungan atas data pribadi; d. kepastian hukum atas kepemilikan dokumen kependudukan; e. informasi mengenai  data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil atas dirinya dan/atau keluarganya; dan

f. ganti   rugi  dan   pemulihan   nama   baik   sebagai   akibat  kesalahan  dalam pendaftaran   penduduk   dan   pencatatan   sipil  serta  penyalah  gunaan   data pribadi oleh Instansi Pelaksana. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan memperoleh hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota. Pasal 7 Setiap Penduduk wajib melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialaminya kepada Instansi Pelaksana dengan memenuhi persyaratan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. BAB IV KEWENANGAN PENYELENGGARA DAN INSTANSI PELAKSANA Pasal 8

(1) Pemerintah  Daerah  berkewajiban  dan   bertanggung  jawab  menyelenggarakan urusan Administrasi Kependudukan yang dilakukan oleh instansi pelaksana. (2) Dalam   melaksanakan   administrasi   kependudukan   sebagaimana   dimaksud

pada ayat (1), Instansi pelaksana berkewajiban: a. mendaftar peristiwa kependudukan dan mencatat peristiwa penting; b. memberikan pelayanan  yang sama dan profesional kepada setiap penduduk atas pelaporan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting; c. menerbitkan dokumen kependudukan; d. mendokumentasikan hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil; e. menjamin kerahasiaan dan keamanan  data  atas  peristiwa  kependudukan

dan peristiwa penting; dan f. melakukan verifikasi dan validasi data dan informasi yang disampaikan oleh penduduk dalam pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. (3) Instansi pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dibantu oleh Kecamatan, Kelurahan, RW dan RT. Pasal 9

(1) Pendaftaran   penduduk   bagi   WNI   dilakukan   di   kelurahan   oleh  petugas registrasi.

(2) Sebelum melakukan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil WNI terlebih dahulu meminta surat keterangan/pengantar dari RT setempat.

(3) Petugas   registrasi  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   diangkat   oleh Walikota   dari  aparatur  sipil  negara  yang   memenuhi   persyaratan   sesuai

(9)

dengan peraturan perundang­undangan.

(4) Petugas   registrasi  dapat   menerima   pendaftaran   penduduk   dan   kemudian mencatatnya dalam buku register. 

(5) Petugas   registrasi  dapat   meminta   kepada   pemohon   pendaftaran   penduduk untuk melengkapi data atau meminta keterangan tentang kebenaran data. (6) Pejabat  struktural   pada   instansi   pelaksana   yang   menangani   administrasi

kependudukan    diangkat  dan   diberhentikan   oleh  Menteri   Dalam  Negeri  atas usulan Walikota melalui Gubernur.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran penduduk diatur dengan Peraturan Walikota.

Pasal  10

(1) Pencatatan sipil bagi WNI dilakukan oleh Pejabat Pencatatan Sipil.

(2) Pejabat   pencatatan   sipil   dijabat   oleh   Pejabat   Struktural   yang   merupakan aparatur sipil negara dari  instansi pelaksana.

(3) Pejabat   pencatatan   sipil   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2)   diangkat   dan diberhentikan   oleh   Menteri   Dalam   Negeri   atas   usulan   Walikota   melalui Gubernur.

(4) Pejabat pencatatan sipil menerima, memverifikasi dan memvalidasi kebenaran data, mencatat data, menandatangani register dan kutipan akta serta membuat catatan  pinggir pada akta catatan sipil.

(5) Dalam   hal   pejabat   pencatatan   sipil   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) berhalangan, Walikota dapat menunjuk pejabat lain.

Pasal  11

(1) Ketua   RT   mencatat   dalam   buku   register   semua   keterangan/pengantar   yang diberikannya kepada pemohon pendaftaran penduduk dan pencatatan Sipil. (2) Setiap   3   (tiga)   bulan   Ketua   RT   menyampaikan   laporan   perkembangan

penduduk/warganya kepada Lurah melalui petugas register yang ditembuskan kepada ketua RW setempat.

(3) Ketentuan   lebih   lanjut   mengenai   tata   cara   pencatatan   dan   penyampaian laporan  sebagaimana  dimaksud   pada   ayat   (1)   dan  ayat  (2)   beserta  hak   dan kewajiban ketua RT dan ketua RW diatur dengan Peraturan Walikota.

Pasal  12

(1) Pencatatan nikah, talak, cerai, dan rujuk bagi penduduk yang beragama Islam pada   tingkat   kecamatan   dilakukan   oleh   pegawai   pencatat   pada   KUA kecamatan.

(2) Persyaratan dan tata cara pencatatan peristiwa penting bagi penduduk yang agamanya  belum  diakui   sebagai  agama  atau   bagi   penghayat   kepercayaan berpedoman pada peraturan perundang­undangan.

Pasal 13

(1) Instansi  pelaksana  yang  melaksanakan   urusan  administrasi kependudukan dengan kewenangan meliputi:

a. memperoleh   keterangan   dan  data   yang   benar  tentang  peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dilaporkan oleh penduduk; b. memperoleh data  mengenai peristiwa penting yang dialami penduduk atas

(10)

dasar putusan atau penetapan pengadilan;

c. memberikan   keterangan  atas   laporan  peristiwa  kependudukan   dan peristiwa   penting  untuk  kepentingan  penyelidikan,  penyidikan,  dan pembuktian kepada lembaga peradilan; dan

d. mengelola data  dan   mendayagunakan   informasi  hasil  pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil untuk kepentingan pembangunan.

(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b berlaku juga bagi KUA  Kecamatan, khususnya  untuk  pencatatan nikah, talak, cerai, dan rujuk bagi penduduk  yang beragama Islam.

(3) Selain kewenangan   sebagaimana   dimaksud pada ayat (1), instansi pelaksana mempunyai kewenangan  untuk  mendapatkan  data hasil pencatatan peristiwa perkawinan,  perceraian  dan  rujuk  bagi  penduduk  yang  beragama  Islam  dari KUA kecamatan. BAB V PENDAFTARAN PENDUDUK Bagian Kesatu Nomor Induk Kependudukan Pasal 14 (1) Setiap penduduk wajib memiliki NIK.

(2) NIK  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   berlaku   seumur  hidup  dan selamanya,   yang  diberikan   oleh   pemerintah   dan  diterbitkan  oleh   instansi pelaksana kepada setiap penduduk setelah dilakukan pencatatan biodata. (3) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan dalam setiap dokumen

kependudukan dan dijadikan dasar penerbitan paspor, surat izin mengemudi, nomor  pokok   wajib   pajak,  polis  asuransi,   sertifikat  hak   atas   tanah,  dan penerbitan dokumen identitas lainnya. Bagian Kedua Pendaftaran Peristiwa kependudukan Paragraf 1 Keluarga Pasal 15 (1) Setiap  keluarga yang bertempat tinggal tetap didaerah wajib memiliki KK yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana. (2) Dalam KK dicatat data kepala keluarga dan data semua anggota keluarga dan biodata keluarga.

(3) Penerbitan   KK   dilakukan  berdasarkan   permohonan  penduduk  WNI   atau penduduk orang asing tinggal tetap.

(4) Penduduk WNI atau  orang  asing tinggal tetap  sebagaimana  dimaksud  pada ayat (3), hanya dapat didaftar dalam1 (satu) KK.

(5) KK memuat keterangan mengenai kolom nomor  kartu keluarga, nama lengkap kepala  keluarga  dan  anggota  keluarga,  NIK,    jenis  kelamin,   alamat,   tempat lahir, tanggal Iahir, agama,  pendidikan,  pekerjaan, status perkawinan, status hubungan   dalam  keluarga,  kewarganegaraan,   dokumen   imigrasi  dan  nama orang tua.

(6) Keterangan mengenai kolom agama sebagaimana dimaksud pada ayat (5) bagi penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan ketentuan peraturan perundang­undangan  atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam data base kependudukan.

(11)

(7) Nomor   KK   sebagaimana   dimaksud  pada   ayat  (5)  berlaku  untuk  selamanya, kecuali terjadi perubahan kepala keluarga.

(8) KK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijadikan salah satu dasar penerbitan KTP­el.

Pasal 16

(1) Perubahan  susunan   keluarga   dalam  KK wajib   dilaporkan kepada instansi pelaksana paling  lambat 30 (tiga  puluh) hari sejak terjadinya perubahan. (2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) instansi pelaksana

mendaftar dan menerbitkan KK.

(3) KK  dinyatakan tidak berlaku dan wajib  diserahkan ke  Camat  apabila pindah alamat satu keluarga antar kelurahan, kecamatan, pindah keluar daerah atau keluar negeri.

Pasal 17

(1) Penerbitan KK baru bagi  penduduk WNI atau penduduk  orang  asing tinggal tetap   sebagaimana   dimaksud   dalam  Pasal   15  ayat  (3)  dilakukan   setelah memenuhi persyaratan: a. izin tinggal tetap bagi orang asing; b. fotocopy atau menunjukkan Kutipan Akta Nikah/Kutipan Akta kawin; c. surat pengantar dari ketua RT dan ketua RW, yang antara lain menerangkan mengenai alamat domisili penduduk WNI atau penduduk orang asing tinggal tetap; d. formulir permohonan KK yang diketahui oleh Lurah dan Camat;

e. surat keterangan   pindah/surat keterangan   pindah  datang  bagi penduduk yang pindah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan

f. surat   keterangan   datang   dari   luar   negeri   yang  diterbitkan  oleh   instansi pelaksana   bagi   yang  berstatus   WNI  yang  datang  dari  luar   negeri   karena pindah.

(2) Perubahan KK karena penambahan anggota keluarga dalam KK bagi penduduk WNI atau penduduk orang asing tinggal  tetap  sebagaimana   dimaksud dalam Pasal   15   ayat   (3)  yang  mengalami  kelahiran   dilakukan  setelah   memenuhi persyaratan:

a. KK lama; dan

b. kutipan akta kelahiran.

(3) Perubahan KK  karena penambahan anggota keluarga  untuk  menumpang ke dalam KK bagi penduduk WNI dilakukan setelah memenuhi persyaratan:

a.KK lama atau kartu keluarga yang akan ditumpangi;

b.surat   pernyataan   mengenai   jaminan   tempat   tinggal  dari  kepala   keluarga yang akan ditumpangi, dan diketahui oleh ketua RT dan ketua RW;

c. surat pernyataan/keterangan jaminan pekerjaan;

d. surat    keterangan     pindah   datang    bagi   penduduk    yang  pindah   dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari daerah asal; dan

e.surat keterangan   datang  dari  luar negeri bagi WNI  yang  datang  dari  luar negeri karena pindah.

(4) Perubahan  KK  karena penambahan  anggota keluarga  bagi  Orang Asing yang memiliki izin tinggal tetap  untuk  menumpang ke  dalam  KK  WNI  atau Orang Asing dilakukan setelah memenuhi persyaratan:

a.KK lama atau KK yang ditumpangi; b.paspor;

c. izin tinggal tetap; dan

d.surat keterangan  catatan kepolisian bagi orang asing tinggal tetap.

(5) Perubahan  KK  karena  pengurangan  anggota   keluarga  dalam   kartu  keluarga penduduk   WNI  atau   penduduk  orang   asing   tinggal  tetap  sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3)  dilakukan setelah memenuhi persyaratan:

(12)

a. KK lama;

b. surat keterangan kematian; atau

c. keterangan   pindah/surat keterangan   pindah  datang  bagi penduduk yang pindah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(6) Penerbitan KK karena hilang atau  rusak bagi  penduduk WNI atau penduduk orang   asing   tinggal   tetap  sebagaimana  dimaksud  dalam   Pasal   15  ayat   (3) dilakukan setelah memenuhi persyaratan:

a.surat keterangan kehilangan dari kepolisian; b.KK yang rusak;

c. fotocopy  atau   menunjukkan   dokumen   kependudukan  dari  salah   satu anggota keluarga; atau

d.dokumen keimigrasian bagi orang asing. Bagian Ketiga

Pelaporan Biodata Penduduk Pasal 18

(1) Setiap   penduduk   wajib   melaporkan   biodata   perorangan  sebagai  data   awal pendaftaran penduduk. (2) Setiap terjadi perubahan biodata penduduk wajib dilaporkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal perubahan biodata tersebut. (3) Atas perubahan biodata sebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib dilakukan penggantian terhadap seluruh dokumen penduduk yang bersangkutan. (4) Pelaporan biodata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) direkam dengan SIAK di tempat perekaman data kependudukan. Paragraf 1 Kartu Identitas Penduduk Musiman Pasal 19 (1) Setiap penduduk WNI yang tinggal sementara didaerah selama 14 (empat belas hari)  hari  berturut­turut wajib  memiliki KIPEM. (2) KIPEM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku paling lama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang.

(3) Ketentuan   lebih   lanjut   mengenai   tata   cara   untuk   memiliki  KIPEM  diatur dengan Peraturan Walikota.

Paragraf 2

Pindah Datang Penduduk Pasal 20

(1) Penduduk Kota Pontianak yang pindah wajib melapor kepada petugas registrasi melalui   RT   setempat   untuk   mendapatkan   surat   keterangan   pindah   paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum kepindahannya.

(2) Pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)  yaitu  berdomisili di alamat yang baru untuk waktu paling singkat 1 (satu) tahun atau berdasarkan kebutuhan yang bersangkutan untuk waktu yang kurang dari 1 (satu) tahun.

(3) Penduduk yang datang ke wilayah Kota Pontianak wajib melapor ke petugas registrasi  melalui   ketua   RT   setempat   dengan   membawa   surat   keterangan pindah dari  instansi pelaksana. (4) Pendaftaran pindah datang penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dilakukan dengan penerbitan surat keterangan pindah datang. (5) Sahnya pindah datang penduduk setelah ditandatanganinya surat keterangan pindah datang oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan klasifikasi wilayah penduduk yang pindah datang. (6) Klasifikasi pindah datang penduduk WNI dalam wilayah Kota Pontianak terdiri atas:  a. klasifikasi 1 : dalam satu kelurahan; 

(13)

b. klasifikasi 2 : antar kelurahan dalam satu kecamatan; c. klasifikasi 3 : antar kecamatan dalam satu kabupaten /kota; d. klasifikasi 4 : antar kabupaten/kota dalam satu provinsi ; dan e. klasifikasi 5 : antar provinsi dalam wilayah Republik Indonesia. (7) Pelaksanaan pendaftaran penduduk pindah datang ke wilayah Kota Pontianak dilakukan berdasarkan laporan penduduk yang bersangkutan paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak diterbitkan surat keterangan pindah  datang dari instansi pelaksana daerah asal.

(8) Surat   keterangan   pindah   datang   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (5) digunakan   sebagai   dasar   perubahan  atau   penerbitan  KK,   KTP­el   dan   Akta Catatan Sipil bagi penduduk yang bersangkutan.

Pasal 21

(1) Orang asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas dan orang asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap yang pindah dari Wilayah Kota Pontianak wajib melaporkan kepindahannya kepada Petugas registrasi  melalui Ketua RT setempat   untuk mendapatkan   surat   keterangan   pindah   paling  lambat   14   (empat   belas)   hari sebelum kepindahannya.

(2) Berdasarkan   laporan   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   pejabat   instansi Pelaksana mendaftar dan menerbitkan surat keterangan  pindah datang.

(3) Orang   asing   yang   datang   ke   Wilayah   Kota   Pontianak   wajib   melaporkan kedatangannya   kepada   registrasi  melalui   RT   dengan  membawa   surat keterangan pindah datang dari instansi pelaksana ditempat asal paling lambat 30 (tiga puluh) hari  kerja  sejak diterbitkan surat keterangan pindah datang dari instansi pelaksana daerah asal.

(4) Surat   keterangan   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2)   digunakan   sebagai dasar perubahaan atau Penerbitaan KK, KTP­el, atau surat keterangan tempat tinggal bagi orang asing yang bersangkutan.

Paragraf 3

Pindah Datang Penduduk Antar Negara Pasal 22

(1) Penduduk   Kota   Pontianak   yang   pindah   ke   luar   negeri   wajib   melaporkan rencana kepindahannya kepada registrasi  melalui   ketua RT setempat paling lambat 14 (empat belas) hari  sebelum kepindahannya.

(2) Berdasarkan   laporan   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   pejabat   instansi Pelaksana   mendaftar   dan   menerbitkan   surat   keterangan   pindah   ke   Luar negeri. (3) WNI yang datang dari luar negeri ke Wilayah Kota Pontianak wajib melaporkan kedatangannya kepada registrer melalui RT setempat paling lambat 14 (empat belas) hari sejak kedatangannya. (4) Berdasarkan laporan   sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pejabat instansi pelaksana mendaftarkan dan menerbitkan surat keterangan datang dari luar negeri sebagai dasar  penerbitan KK dan KTP­el. Pasal 23 (1) Orang asing yang memiliki izin tinggal terbatas   yang datang dari luar negeri dan orang asing yang memiliki izin tinggal  yang telah berubah status sebagai pemegang     izin   tinggal   terbatas   yang   berencana   tinggal   di     wilayah   Kota Pontianak   wajib   melaporkan   kepada   Instansi   Pelaksana   melalui   ketua   RT setempat paling lambat 14 (empat belas) hari sejak diterbitkannya izin tinggal terbatas.

(14)

Pelaksana mendaftar dan menerbitkan surat keterangan tempat tinggal. (3) Masa berlaku Surat Keterangan   tempat tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan masa berlaku izin tinggal terbatas. (4) Surat keterangan tempat tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dibawa pada saat berpergian. Pasal 24

(1) Orang   asing   yang   memiliki   izin   tinggal   terbatas   yang   telah   berubah   status menjadi orang asing yang memiliki izin tinggal tetap wajib melaporkan kepada Instansi pelaksana   melalui RT setempat paling  lambat 14 (empat belas) hari sejak diterbitkannya izin tinggal tetap. (2) Berdasarkan laporan sebagaimana  dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mendaftar dan menerbitkan KK dan KTP­el.  Pasal 25 (1) Orang asing yang memiliki izin tinggal terbatas atau orang asing yang memiliki izin tinggal tetap yang pindah ke luar negeri wajib melaporkan kepada  Instansi pelaksana   melalui RT setempat paling  lambat 14 (empat belas) hari sebelum kepindahannya. (2) Berdasarkan laporan sebagaimana  dimaksud pada ayat (1), instansi pelaksana mendaftar dan menerbitkan keterangan pindah ke luar negeri. Pasal 26 Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pendaftaran peristiwa kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal  20  sampai dengan Pasal 25, diatur dengan Peraturan Walikota. Bagian Keempat Pendataan Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan Pasal 27 (1) Instansi Pelaksana wajib melakukan pendataan penduduk rentan administrasi kependudukan yang meliputi: a. penduduk korban bencana alam; b. penduduk korban bencana sosial; dan c. orang terlantar.

(2) Pendataan   penduduk   rentan  administrasi  kependudukan  sebagaimana dimaksud   pada   ayat   (1)   huruf   a   dan   huruf   b  dapat  dilakukan  ditempat sementara.

(3) Hasil pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai dasar penerbitan  surat  keterangan  kependudukan   untuk  penduduk   rentan administrasi kependudukan.

Pasal 28

(1) Atas   pendataan   penduduk   rentan  administrasi  kependudukan  sebagaimana dimaksud  pada  Pasal  27  diterbitkan  dokumen  kependudukan  oleh   Instansi Pelaksana.

(2) Ketentuan   lebih   lanjut   mengenai   persyaratan   dan   tata   cara  pendataan penduduk   rentan  administrasi  kependudukan  diatur  dengan  Peraturan Walikota.

(15)

Bagian Kelima

Pelaporan Penduduk Yang Tidak Mampu Mendaftarkan Sendiri

Pasal 29

(1) Penduduk   yang   tidak   mampu   melaksanakan   sendiri   pelaporan   terhadap peristiwa kependudukan yang menyangkut dirinya sendiri dapat dibantu oleh petugas registrasi atau meminta bantuan kepada orang lain. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota.  BAB VI PENCATATAN SIPIL Bagian Kesatu Pencatatan Kelahiran Pasal 30 (1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh orang tua dari anak yang lahir atau orang lain berdasarkan surat kuasa yang sah kepada pejabat pencatatan sipil melalui RT setempat paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran. (2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat pencatatan sipil   mencatat   pada   register   akta   kelahiran   dan   menerbitkan   kutipan   akta kelahiran.

(3) Pencatatan   kelahiran   dalam   register   akta   kelahiran   dan   penerbitan   kutipan akta   kelahiran   terhadap   peristiwa   kelahiran   seseorang   yang   tidak   diketahui asal usulnya atau keberadaan orang tuanya, didasarkan pada laporan orang yang menemukan dilengkapi berita acara pemeriksaan dari Kepolisian.

(4) Kutipan akta kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterbitkan oleh Pejabat Pencatatan Sipil dan disimpan pada instansi pelaksana.

Pasal 31

(1) Kelahiran   WNI  yang   berasal   dari   Kota   Pontianak   diluar  Wilayah  Negara Republik Indonesia dicatat pada Instansi Pelaksana yang berwenang di Negara setempat dan dilaporkan kepada Perwakilan Republik Indonesia. 

(2) Apabila   negara   setempat   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   tidak menyelenggarakan  pencatatan  kelahiran,   pencatatan   dilakukan   pada Perwakilan Republik Indonesia.

(3) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencatat peristiwa  kelahiran dalam register akta kelahiran dan menerbitkan kutipan akta kelahiran.

(4) Pencatatan  kelahiran  sebagaimana   dimaksud  pada   ayat  (1),  diberikan   surat keterangan pelaporan kelahiran luar negeri.

Pasal 32

(1) Kelahiran penduduk kota pontianak  diatas kapal  laut  atau pesawat terbang dapat  dicatat   di   instansi  pelaksana   berdasarkan   keterangan  kelahiran  dari nakhoda kapal laut atau kapten pesawat terbang.

(2) Dalam hal kapal laut atau pesawat terbang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada atau singgah di wilayah Republik Indonesia,   kelahiran dilaporkan kepada   Instansi   Pelaksana   setempat   untuk   dicatat   dalam   register   akta

(16)

kelahiran dan diterbitkan kutipan akta kelahiran.

(3) Dalam hal tempat tujuan atau tempat singgah tujuan atau keberadaan kapal laut atau pesawat terbang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di luar wilayah Republik Indonesia,  kelahiran dilaporkan kepada negara tujuan atau tempat singgah. 

(4) Apabila negara tempat tujuan atau  tempat singgah   sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak menyelenggarakan pencatatan kelahiran bagi orang asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan  Republik Indonesia. (5) Pencatatan kelahiran sebagaimana dimaksud  pada ayat (3) dan ayat (4) wajib dilaporkan oleh orang tua atau orang lain berdasarkan surat kuasa yang sah kepada pejabat pencatatan sipil melalui ketua RT setempat paling  lambat 30 (tiga puluh) hari sejak warga negara indonesia yang bersangkutan kembali ke Kota Pontianak. Pasal 33

(1) Pelaporan     kelahiran  sebagaimana   dimaksud  dalam   Pasal   30   ayat   (1)   yang melampaui batas waktu 60 (enam  puluh) hari sampai dengan 1 (satu) tahun sejak   tanggal   kelahiran,   pencatatan   dilaksanakan   setelah   mendapatkan persetujuan pejabat instansi pelaksana.

(2) Pencatatan kelahiran  penduduk   WNI,   dilakukan  dengan  memenuhi persyaratan berupa: a. surat kelahiran dari dokter/bidan/penolong kelahiran; b. nama dan identitas saksi kelahiran; c. foto copy KK dan KTP­el orang tua; dan d. fotocopy Kutipan Akta Nikah/Akta Kawin orang tua yang telah dilegalisir. Pasal 34 Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal  30  sampai dengan Pasal 33  diatur dengan Peraturan Walikota. 

Bagian Kedua Pencatatan Lahir mati

Pasal 35

(1) Setiap   lahir mati     wajib     dilaporkan   oleh ketua RT  atau  nama lainnya di domisili penduduk kepada  instansi pelaksana  paling  lambat 30 (tiga puluh) hari sejak kematian.

(2) Instansi   pelaksana    sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   menerbitkan surat keterangan lahir mati. 

(3) Pencatatan   pelaporan   kematian  sebagaimana    dimaksud   pada  ayat  (2), dilakukan  berdasarkan   keterangan     kematian   dari   pihak   yang   berwenang dengan memenuhi persyaratan berupa:

a. surat pengantar ketua RT/ketua RW; dan

b. keterangan   kelahiran  mati   dari   rumah   sakit   dokter/bidan/penolong kelahiran.

(4) Pencatatan   pelaporan  lahir   mati   Orang  Asing   dilakukan  oleh  instansi pelaksana.

Bagian Ketiga Pencatatan Perkawinan

(17)

Pencatatan Perkawinan di Wilayah Kota Pontianak Pasal 36

(1) Perkawinan   yang   sah   menurut   peraturan   perundang­undangan   wajib dilaporkan   oleh   penduduk   kepada   instansi   Pelaksana paling  lambat 60 (enam puluh) hari sejak tanggal perkawinan.

(2) Berdasarkan     laporan     sebagaimana     dimaksud     pada     ayat     (1),   pejabat pencatatan  sipil  mencatat  pada  Register  Akta Perkawinan dan menerbitkan kutipan akta perkawinan. (3) Kutipan akta perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masing­masing diberikan kepada suami dan istri. (4) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh penduduk yang beragama Islam kepada KUA kecamatan. (5) Data  hasil  pencatatan  atas  peristiwa  sebagaimana  dimaksud pada ayat (4) wajib   disampaikan   oleh   KUA   kecamatan   kepada   instansi   pelaksana   dalam waktu   paling  lambat   10   (sepuluh)   hari   setelah   pencatatan   perkawinan dilaksanakan.

(6) Hasil     pencatatan     data     sebagaimana     dimaksud     pada     ayat     (5)   tidak memerlukan penerbitan kutipan Akta Pencatatan Sipil.

Pasal 37

Pelaporan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat  (1), dilakukan dengan memenuhi syarat berupa:

a. surat   keterangan   telah   terjadinya     perkawinan   dari  pemuka  agama/pendeta atau   surat   perkawinan  penghayat  kepercayaan   yang  ditanda   tangani  oleh pemuka penghayat kepercayaan;

b. foto copy KTP­el suami dan isteri yang dilegalisir;

c. pas   foto  suami  dan   istri   berdampingan  ukuran  4x6  cm  (empat   kali  enam sentimeter) sebanyak 6 (enam) lembar; d. fotocopy kutipan akta kelahiran suami dan isteri yang dilegalisir; e. fotocopy paspor bagi suami atau isteri orang asing yang dilegalisir; f. surat keterangan belum kawin dari Kelurahan; dan g. penetapan pengadilan bagi perkawinan beda agama diluar agama islam. Pasal 38 Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 berlaku pula bagi: a. perkawinan yang ditetapkan oleh pengadilan; dan

b. perkawinan   warga   negara   asing   yang   dilakukan   di   Kota   Pontianak   atas permintaan warga negara asing yang bersangkutan.

Pasal 39

Dalam   hal   perkawinan   tidak   dapat   dibuktikan   dengan   akta   perkawinan, pencatatan perkawinan dilakukan setelah adanya penetapan pengadilan.

Paragraf 2

Pencatatan Perkawinan di Luar Wilayah Republik Indonesia Pasal  40

(18)

(1) Perkawinan   Penduduk   Kota   Pontianak   di   luar   wilayah   Negara   Kesatuan Republik Indonesia wajib dicatatkan pada Instansi yang berwenang di negara setempat dan dilaporkan pada Perwakilan Republik Indonesia.

(2) Apabila   negara   setempat  sebagaimana  dimaksud   pada  ayat  (1),  tidak menyelenggarakan   pencatatan   perkawinan   bagi   orang   asing,   pencatatan dilakukan pada Perwakilan Republik Indonesia .

(3) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencatat peristiwa perkawinan dalam register akta perkawinan dan menerbitkan kutipan akta perkawinan.

(4) Pencatatan  perkawinan   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat    (1)   dan   ayat   (2) dilaporkan oleh yang bersangkutan kepada Pejabat Pencatatan Sipil   melalui Ketua   RT   setempat   paling  lambat  30   (tiga   puluh)   hari   sejak   yang bersangkutan kembali ke kota Pontianak.

Bagian Keempat

Pencatatan Pembatalan Perkawinan Pasal 41

(1) Pembatalan  perkawinan   wajib   dilaporkan  oleh   Penduduk  yang  mengalami pembatalan perkawinan kepada instansi pelaksana paling lambat 90 (sembilan puluh) hari setelah putusan pengadilan tentang pembatalan perkawinan yang telah memperoleh kekuatan hukum.

(2) Pencatatan pembatalan   perkawinan   sebagaimana   dimaksud pada ayat (1) dilakukan   dengan   menyerahkan   salinan   putusan   pengadilan   mengenai pembatalan   perkawinan   yang   telah   mempunyai   kekuatan   hukum   tetap   dan kutipan akta perkawinan.

(3) Instansi  pelaksana  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1) mencabut Kutipan akta     perkawinan   dari   kepemilikan  subjek  akta  dan  mengeluarkan   Surat keterangan pembatalan perkawinan. Bagian Kelima Pencatatan Perceraian Paragraf 1 Pencatatan Perceraian di Wilayah Kota Pontianak Pasal 42

(1) Perceraian  wajib  dilaporkan   oleh   yang   bersangkutan  kepada   pejabat pencatatan sipil melalui ketua RT setempat  paling   lambat 60 (enam  puluh) hari  sejak  putusan   pengadilan   tentang   perceraian   yang   telah  memperoleh kekuatan hukum tetap.

(2) Pencatatan  perceraian   sebagaimana   dimaksud     pada  ayat  (1),  dilakukan dengan   menyerahkan  salinan    putusan  pengadilan  yang   telah  memperoleh kekuatan hukum tetap dan kutipan akta perkawinan.

(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan sipil   mencatat  pada   register  akta  perceraian   dan   menerbitkan   kutipan   akta perceraian.

Paragraf  2

Pencatatan Perceraian di Luar Wilayah Kota Pontianak Pasal 43

(19)

(1) Perceraian penduduk Kota Pontianak diluar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib dicatatkan pada instansi yang berwenang di negara setempat dan dilaporkan pada perwakilan Republik Indonesia.

(2) Apabila   negara   setempat   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   tidak menyelenggarakan   pencatatan   perceraian   bagi   orang   asing,   pencatatan dilakukan pada Perwakilan Republik Indonesia.

(3) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencatat peristiwa perceraian dalam register Akta Perceraian dan menerbitkan kutipan akta perceraian. 

(4) Pencatatan   perceraian   sebagaimana   dimaksud  pada  ayat  (1)  dan   ayat   (2) dilaporkan oleh yang bersangkutan kepada instansi pelaksana melalui ketua RT   setempat   paling  lambat  30  (tiga   puluh)   hari  sejak   yang   bersangkutan kembali ke Kota Pontianak. 

Bagian Keenam

Pencatatan Pembatalan Perceraian Pasal 44

(1) Pembatalan   perceraian   wajib   dilaporkan  oleh   penduduk  yang  mengalami pembatalan   perceraian   kepada   Instansi  Pelaksana  paling  lambat  30   (tiga puluh) hari setelah  putusan  pengadilan tentang pembatalan perceraian yang telah memperoleh kekuatan hukum. 

(2) Pencatatan   pembatalan   perceraian   sebagaimana   dimaksud  pada ayat  (1) dilakukan   dengan   menyerahkan  salinan  putusan  pengadilan   mengenai pembatalan  perceraian   yang  telah  memperoleh   kekuatan   hukum   tetap   dan kutipan akta perceraian.

(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), instansi pelaksana mencabut   Kutipan  Akta  Perceraian  dari  kepemilikan   subjek  akta   dan mengeluarkan surat keterangan pembatalan perceraian.

(4) Ketentuan   lebih   lanjut   mengenai   persyaratan   dan   tata   cara   pencatatan pembatalan perceraian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota.   Bagian Ketujuh Pencatatan Kematian Paragraf 1 Pencatatan Kematian di Wilayah Republik Indonesia Pasal 45

(1) Setiap kematian   wajib  dilaporkan oleh  ketua RT  kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30  (tiga puluh) hari sejak tanggal kematian.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pejabat pencatatan sipil   mencatat   pada   register  akta  kematian  dan   menerbitkan   kutipan   akta kematian.

(3) Pencatatan   kematian   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat  (2)  dilakukan berdasarkan   keterangan   kematian   dari   pihak   yang   berwenang   dengan memenuhi syarat berupa:

a. surat   pengantar     dari   ketua   RT/ketua  RW  untuk  mendapatkan  surat keterangan dari lurah; dan/atau

b. keterangan kematian dari rumah sakit/dokter/paramedis.

(4) Dalam  hal  terjadi  ketidak  jelasan  keberadaan  seseorang  karena  hilang  atau mati tetapi tidak ditemukan  jenazahnya,  pencatatan  oleh pejabat pencatatan

(20)

Sipil baru dilakukan setelah adanya penetapan pengadilan.

(5) Dalam     hal     terjadi     kematian     seseorang     yang     tidak    jelas  identitasnya, instansi   pelaksana melakukan pencatatan  kematian  berdasarkan keterangan dari kepolisian. Paragraf  2 Pencatatan Kematian di Luar Wilayah Republik Indonesia Pasal 46 (1) Kematian  penduduk Kota Pontianak di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib  dilaporkan oleh keluarganya atau yang mewakili keluarganya kepada   Perwakilan   Republik   Indonesia   dan   wajib   dicatatkan   pada   Instansi yang   berwenang   di   negara   setempat   paling  lambat   7   (tujuh)   hari   setelah kematian.

(2) Apabila Perwakilan Republik Indonesia mengetahui peristiwa kematian seorang penduduk Kota Pontianak di negara setempat yang tidak dilaporkan dan tidak dicatat,   paling  lambat   7   (tujuh)   hari   sejak   diterimanya   informasi   tersebut, pencatatan  kematiannya dilakukan oleh Perwakilan Republik Indonesia. 

(3) Dalam hal  seseorang penduduk Kota Pontianak dinyatakan hilang, pernyataan kematian   karena   hilang   dan   pencatatannya   dilakukan   oleh   instansi   catatan sipil yang berwenang di negara setempat.  

(4) Dalam hal terjadi kematian seseorang  penduduk Kota Pontianak Warga Negara Indonesia yang  tidak jelas identitasnya, Keterangan kematian diterbitkan oleh instansi yang berwenang di negara setempat.

(5) Keterangan   sebagaimana  dimaksud   pada   ayat  (4)  menjadi   dasar  pejabat pencatatan  sipil mencatat peristiwa tersebut dan menjadi bukti di pengadilan sebagai dasar penetapan Pengadilan mengenai kematian seseorang.

(6) Ketentuan   lebih   lanjut   mengenai   persyaratan   dan   tata   cara   pencatatan kematian diatur dengan Peraturan Walikota. Bagian Kedelapan Pencatatan Pengangkatan Anak, Pengakuan Anak Dan Pengesahan Anak Paragraf 1 Pencatatan Pengangkatan Anak Pasal  47

(1) Pencatatan   pengangkatan   anak  dilaksanakan  berdasarkan  penetapan pengadilan.

(2) Pencatatan pengangkatan anak   sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1) wajib dilaporkan   oleh  penduduk  kepada  Instansi  pelaksana   yang   menerbitkan kutipan akta kelahiran paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya salinan penetapan pengadilan oleh penduduk. (3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pejabat pencatatan sipil membuat catatan pinggir pada Register Akta Kelahiran dan kutipan akta kelahiran. Pasal 48

(1) Pengangkatan  anak Warga Negara Asing yang dilakukan  oleh penduduk kota Pontianak di luar  Wilayah Republik Indonesia wajib dicatatkan pada instansi yang berwenang di negara setempat. 

(2) Hasil   pencatatan   pengangkatan   anak   sebagaimna   dimaksud   pada   ayat   (1) dilaporkan kepada Perwakilan Republik Indonesia.

(21)

menyelenggarakan   pencatan   pengangkatan   anak   bagi   Warga   Negara   yang bersangkutan,   maka   pengangkatan   anak   dilaporkan  pada  perwakilan Republik   Indonesia   setempat   untuk   mendapatkan   surat   keterangan pengangkatan anak.

(4) Pengangkatan anak warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dilaporkan oleh Penduduk kepada instansi pelaksana melalui ketua RT   setempat  paling  lambat   30   (tiga   puluh)  hari  sejak  yang   bersangkutan kembali ke Kota Pontianak. (5) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), instansi pelaksana mengukuhkan surat  keterangan pengangkatan anak. Paragraf  2 Pencatatan Pengakuan Anak Pasal  49

(1) Pengakuan  anak  wajib  dilaporkan  oleh  orang  tua  pada  Instansi  Pelaksana paling  lambat  30 (tiga  puluh)  hari  sejak  tanggal  surat  pengakuan  anak  oleh ayah dan  disetujui oleh ibu  dari  anak yang bersangkutan.

(2) Kewajiban  melaporkan   sebagaimana   dimaksud   pada    ayat    (1)  dikecualikan bagi orang tua yang agamanya tidak membenarkan pengakuan anak yang lahir diluar hubungan perkawinan yang sah.

(3) Pencatatan pengakuan anak sebagaimana dimaksud pada  ayat  (1)  dilakukan dengan memenuhi syarat berupa: a. surat pengantar dari ketua RT/ketua RW serta diketahui Lurah; b. surat pengakuan anak dari ayah biologis yang disetujui oleh ibu kandung; c. kutipan akta kelahiran; dan d. foto copy KK dan KTP­el ayah biologis dan ibu kandung. (4) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan sipil mencatat  pada register  akta  pengakuan anak dan   menerbitkan  kutipan akta pengakuan anak.

Paragraf  3

Pencatatan Pengesahan Anak Pasal 50

(1) Setiap  pengesahan  anak   wajib  dilaporkan   oleh   orang  tua  kepada   Instansi Pelaksana paling lama 30 (tiga  puluh) hari sejak ayah dan ibu dari anak yang bersangkutan melakukan perkawinan dan mendapatkan akta perkawinan. (2) Kewajiban  melaporkan  sebagaimana  dimaksud  pada   ayat   (1)  dikecualikan

bagi   orang   tua  yang  agamanya  tidak  membenarkan   pengesahan   anak   yang lahir diluar hubungan perkawinan yang sah. (3) Pencatatan pengesahan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memenuhi persyaratan berupa: a. surat pengantar dari ketua RT/ketua RW serta diketahui Lurah; b. kutipan akta kelahiran; c. foto copy kutipan akta kawin; d. foto copy KK; dan e. foto copy KTP­el pemohon. (4) Berdasarkan laporan pengesahan anak sebagaimana dimaksud  pada ayat (1), pejabat pencatatan sipil membuat  catatan pinggir pada akta kelahiran.

(5) Ketentuan   lebih   lanjut   mengenai   persyaratan   dan   tata   cara   pencatatan pengangkatan   anak,  pengakuan  anak  dan  pengesahan  anak  diatur   dengan Peraturan Walikota.

(22)

Pencatatan Perubahan Nama dan Perubahan Status Kewarganegaraan Paragraf 1 Pencatatan Perubahan Nama Pasal  51 (1) Pencatatan perubahan nama dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan negeri tempat pemohon.

(2) Pencatatan  perubahan   nama   sebagaimana   dimaksud  pada  ayat  (1)   wajib dilaporkan  oleh  penduduk   pada   instansi  pelaksana  yang   menerbitkan  akta pencatatan sipil paling  lambat 30  (tiga  puluh) hari sejak diterimanya salinan penetapan pengadilan negeri oleh penduduk.

(3) Pencatatan  perubahan nama sebagaimana dimaksud  pada  ayat  (1) dilakukan dengan memenuhi persyaratan berupa: a. salinan penetapan pengadilan negeri tentang perubahan nama; b. kutipan akta catatan sipil; c. kutipan akta perkawinan bagi yang sudah kawin; d. fotocopy KK; dan  e. fotocopy KTP­el.

(4) Ketentuan   lebih   lanjut   mengenai   persyaratan   dan   tata   cara   pencatatan perubahan nama diatur dengan Peraturan Walikota.

Paragraf 2

Pencatatan Perubahan Status Kewarganegaraan  Pasal 52

(1) Setiap  perubahan   kewarganegaraan   dari   Warga   Negara   Asing  menjadi  WNI wajib dilaporkan oleh penduduk yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana paling  lambat  60 (enam  puluh)  hari  sejak   berita acara  pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia oleh pejabat yang berwenang.

(2) Pencatatan  perubahan status kewarganegaraan  sebagaimana  dimaksud pada ayat(1) dilakukan dengan memenuhi persyaratan berupa:

a. salinan Keputusan Presiden mengenai Perubahan Status Kewarganegaraan menjadi WNI;

b. salinan   Keputusan   Menteri   yang   bidang   tugasnya  meliputi  urusan kewarganegaraan; c. kutipan akta catatan sipil; d. kutipan akta perkawinan bagi yang sudah kawin; e. fotocopy KK; f. fotocopy KTP; dan g. fotocopy paspor. (3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pejabat pencatatan sipil membuat catatan pinggir pada register akta pencatatan sipil dan kutipan akta pencatatan sipil.

(4) Ketentuan   lebih   lanjut   mengenai   persyaratan   dan   tata   cara   pencatatan perubahan status kewarganegaraan diatur dengan Peraturan Walikota.

Bagian Kesepuluh

Pencatatan Peristiwa Penting Lainnya Pasal 53

(1) Perubahan  peristiwa  penting lainnya dilakukan oleh  pejabat  pencatatan sipil atas   permintaan  penduduk   yang  bersangkutan  setelah  adanya  penetapan pengadilan negeri yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

(23)

(2) Pencatatan  peristiwa   Penting   lainnya   sebagaimana  dimaksud  pada   ayat   (1) paling   lambat 30     (tiga   puluh)   hari   sejak  diterimanya salinan  penetapan pengadilan.

(3) Pencatatan   peristiwa   penting  lainnya   sebagaimana  dimaksud  pada   ayat  (1) dilakukan dengan memenuhi persyaratan berupa:

a. salinan penetapan pengadilan mengenai peristiwa penting lainnya; b. KTP­el dan KK yang bersangkutan; dan

c. Akta   pencatatan  sipil  yang   berkaitan  peristiwa  penting lainnya.

(4) Ketentuan   lebih   lanjut   mengenai   persyarataan   dan   tata   cara   pencatatan peristiwa Penting  lainnya diatur dengan Peraturan Walikota.

Bagian Kesebelas

Pelaporan Penduduk yang Tidak Mampu Melaporkan Sendiri

Pasal 54

(1) Penduduk   yang   tidak   mampu   melaksanakan   sendiri  pelaporan  terhadap peristiwa penting yang  menyangkut dirinya sendiri dapat dibantu oleh instansi pelaksana atau meminta bantuan kepada orang lain.

(2) Penduduk   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)     yaitu  penduduk yang tidak mampu karena factor umur, sakit keras, cacat fisik atau cacat mental. (3) Ketentuan   lebih   lanjut   mengenai   persyaratan   dan   tata   cara   pelaporan

penduduk   yang   tidak   mampu   melaporkan   sendiri   diatur   dengan   Peraturan Walikota.

Bagian Kedua belas

Pembetulan danPembatalan Akta Pasal 55

(1) Pembetulan  akta   pencatatan   sipil   hanya  dilakukan   untuk  akta  yang mengalami kesalahan tulis redaksional.

(2) Pembetulan  akta  pencatatan   sipil   sebagaimana  dimaksud  pada  ayat   (1) dilaksanakan dengan atau tanpa permohonan dari orang yang menjadi subjek akta.

(3) Pembetulan  akta  pencatatan   sipil   sebagaimana  dimaksud  pada  ayat   (1) dilakukan oleh pejabat pencatatan sipil sesuai dengan kewenangannya. (4) Kutipan akta yang rusak atau hilang dapat diterbitkan  kutipan sesuai dengan buku register. Pasal  56 (1) Pembatalan akta pencatatan sipil dilakukan berdasarkan putusan pengadilan yang  telah  mempunyai kekuatan hukum tetap.

(2) Berdasarkan   putusan   pengadilan   mengenai   pembatalan  akta  sebagaimana dimaksud   pada  ayat   (1),   pejabat   pencatatan  sipil  membuat   catatan   pinggir pada   register   akta   dan  mencabut  kutipan  akta  pencatatan   sipil   yang dibatalkan dari kepemilikan subjek akta.

Bagian Ketiga belas Penandatanganan Akta

Pasal 57

Penandatangan   akta  pencatatan   sipil   dilakukan   oleh   pejabat  yang  berwenang berdasarkan ketentuan peraturan perundang­undangan.

(24)

BAB  VII

DATA DAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN Bagian Kesatu

Data Kependudukan Pasal 58

(1) Data   Kependudukan   terdiri   atas   data  perseorangan  dan/atau  data   agregat Penduduk. (2) Data perseorangan meliputi: a. nomor KK; b. NIK; c. nama lengkap: d. jenis kelamin; e. tempat lahir; f. tanggal/bulan/tahun lahir; g. golongan darah: h. agama/kepercayaan; i. status perkawinan; j. status hubungan dalam keluarga; k. cacat fisik dan/atau mental; l. pendidikan terakhir: m. jenis pekerjaan; n. NIK ibu kandung; o. nama ibu kandung; p. NIK ayah; q. nama ayah; r. alamat sebelumnya; s. alamat sekarang; t. kepemilikan akta kelahiran/surat kenal lahir; u. nomor akta kelahiran/nomor surat kenal lahir; v. kepemilikan akta perkawinan/buku nikah; w. nomor akta perkawinan/buku nikah; x. tanggal perkawinan; y. kepemilikan akta perceraian: z. nomor akta perceraian/surat cerai; dan aa.tanggal perceraian.

(3) Data   agregat  meliputi    himpunan     data  perseorangan    yang  berupa   data kuantitatif dan data kualitatif. Bagian Kedua Dokumen Kependudukan Pasal 59 (1) Dokumen Kependudukan meliputi: a. biodata penduduk: b. KK; c. KTP­el; d. surat keterangan kependudukan; dan  e. akta pencatatan sipil. (2) Surat keterangan kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi: a. surat keterangan pindah; b. surat keterangan pindah datang; c. surat keterangan pindah keluar negeri;

(25)

d. surat keterangan datang dari luar negeri; e. kartu surat keterangan tempat tinggal; f. kartu identitas penduduk musiman; g. surat keterangan kelahiran; h. surat keterangan lahir mati; i. surat keterangan pembatalan perkawinan; j. surat keterangan pembatalan perceraian; k. surat keterangan kematian; l. surat keterangan pengangkatan anak; m. surat keterangan pengganti tanda identitas; dan n. surat keterangan pencatatan sipil. (3) Biodata penduduk, KK, KTP­el, surat keterangan pindah penduduk WNI antar kabupaten/kota   dalam   satu  provinsi    dan  antar   provinsi,  surat   keterangan pindah datang penduduk WNI antar kabupaten/kota dalam satu  provinsi dan antar  provinsi,  surat keterangan pindah datang penduduk orang  asing,  surat keterangan  pindah ke luar negeri, surat keterangan   datang dari luar negeri, kartu   surat   keterangan   tempat   tinggal  untuk  orang  asing   tinggal   terbatas, kartu identitas  penduduk  musiman,  surat  keterangan  kelahiran untuk orang asing,  surat  keterangan   lahir  mati  untuk   orang  asing,  surat  keterangan kematian untuk orang asing, surat keterangan pembatalan perkawinan, surat keterangan  pembatalan   perceraian,  surat  keterangan   pengganti   tanda identitas, diterbitkan dan ditandatangani oleh kepala instansi pelaksana.

(4) Surat  Keterangan Pindah Penduduk WNI antar  kecamatan,  surat keterangan pindah   datang  penduduk   WNI  antar  kecamatan   dapat   diterbitkan  dan ditandatangani oleh Camat atas nama kepala instansi pelaksana.

(5) Surat keterangan pindah datang penduduk WNI  dalam satu kelurahan, surat keterangan   pindah   datang   penduduk  WNI  antar   kelurahan   dalam   satu kecamatan,  surat  keterangan  kelahiran   untuk   WNI,   surat   keterangan   lahir mati untuk WNI dan surat keterangan kematian untuk WNI, dapat diterbitkan dan ditanda tangani oleh Lurah atas nama Kepala Instansi Pelaksana.

Pasal 60

Biodata  penduduk paling  sedikit memuat keterangan tentang  nama,  tempat dan tanggal  lahir,  alamat dan  jati diri lainnya secara  lengkap,  serta  perubahan data sehubungan dengan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialami.

Pasal  61

Surat keterangan kependudukan paling sedikit memuat keterangan tentang nama lengkap,   NIK,  jenis   kelamin,   tempat   tanggal  lahir,  agama,   alamat,  peristiwa kependudukan dan  Peristiwa Penting yang dialami oleh seseorang.

Bagian Ketiga Kartu Tanda Penduduk

Pasal 62

(1) Penduduk WNI dan Orang Asing yang memiliki Izin  Tinggal  Tetap yang telah berumur 17   (tujuh belas) tahun  atau  telah  kawin  atau  pernah  kawin  wajib memiliki KTP­el.

(2) Orang Asing yang mengikuti status orang tuanya yang  memiliki  Izin Tinggal Tetap dan sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun wajib memiliki KTP­el.

(3) KTP­el   sebagaimana   dimaksud   pada  ayat   (1)  dan   ayat  (2)  berlaku  secara nasional.

Referensi

Dokumen terkait

Khusus pemberlakuan bagi dosen dan tenaga kependidikan administrasi bukan dari pejabat struktural dan masuk dalam kategori rentan Covid-19 (pegawai berusia diatas

Terjadinya pemisahan komponen-komponen pada KLT dengan Rf tertentu dapat dijadikan sebagai panduan untuk memisahkan komponen kimia tersebut dengan menggunakan

[r]

Pada pukul 03.23 WITA KM. Tilongkabila, yang dalam pelayarannya dari pelabuhan Bau-bau menuju Makassar, mendapat informasi dari KM. Indimatam V bahwa telah terjadi tubrukan kapal

Persepsi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pandangan masyarakat Desa Cebolek Kidul terhadap kelompok penganut agama Baha’i dilihat dari aspek pemahaman

638/BPBD/2016 tanggal 26 Agustus 2016 tentang Perpanjangan Penetapan Status Siaga Darurat Penanggulangan Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi

Sebaliknya jumlah individu yang rendah terdapat pada titik sampling 1,2 dan 3 yaitu berkisar antara 95 – 199 individu yang terletak pada Stasiun II yang mana

Dalam perjalanan perkembangan pemikiran geografi dari waktu ke waktu, muncullah gagasan-gagasan agar ilmu geografi semakin bersifat ilmiah. Ahli-ahli rasionalis pada