• Tidak ada hasil yang ditemukan

Renstra Badan Geologi 2010 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Renstra Badan Geologi 2010 2014"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

RENCAN

A

STRATEG

IS

2010

2014

BADAN

GEOLOGI

(2)

©2010

BADA

N

GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL JLN. DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG

(3)

KATA PENGANTAR

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

(SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM); dan Rencana Pembangunan Tahunan atau Rencana Kerja

Pemerintah (RKP). Amanat undang-undang tersebut dijabarkan ke dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional yang mengatur tata cara penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, Rencana

Strategis Kementerian/Lembaga, Rencana Kerja Pemerintah, Rencana Kerja

Kementerian/Lembaga, dan pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan. Secara teknis,

selanjutnya penyusunan Renstra-KL mengacu pada Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas

Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Renstra-KL 2010-2014.

RPJMN merupakan prioritas dari Presiden terpilih yang akan dilaksanakan oleh Kementerian dan Lembaga melalui program dan kegiatan yang dituangkan dalam Rencana Strategis dari

Kementer ian/Lembaga (Renstra-KL). Rancangan RPJMN disusun oleh Menteri Negara Perencanaan

Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, sedangkan rancangan Renstra-KL disusun oleh

pimpinan masing-masing Kementerian/Lembaga. Rancangan Renstra-KL ditelaah oleh Menteri

Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas agar konsisten dengan sasaran program prioritas Presiden.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. manyatakan “RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden yang

penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif dan dapat berubah sesuai perkembangan

(4)

Renstr a-KL memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan

sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang disusun dengan berpedoman pada

RPJM Nasional dan bersifat indikatif.. Badan Geologi menyiapkan rancangan Renstra-KL sesuai

dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman kepada RPJM Nasional dan Renstra KESDM serta peraturan perundangan yang terkait.

Renstra Badan Geologi 2010-2014 ini diharapkan dapat dijadikan pedoman maupun acuan bagi

perencanaan di lingkungan Badan Geologi serta menjadi masukan bagi para pemangku kepentingan terkait. Badan Geologi juga selalu terbuka untuk diberikan masukan maupun kritik dan saran yang

membangun.

Kepala Badan Geologi,

(5)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN 1

II. KONDISI UM UM 5

1. Lat ar Belakang 5

2. Pencapaian Pembangunan 2004-2009 8

3. Tant angan dan Isu St rat egis Pembangunan Bidang Geologi 27

III. VISI, M ISI, DAN TUJUAN BADAN GEOLOGI 32

1. Visi 32

2. M isi 32

3. Tujuan 32

4. Sasaran 33

IV. ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, PROGRAM DAN KEGIATAN 34

1. Arah Kebijakan dan St rat egi Nasional 34

2. Arah Kebijakan Bidang-Bidang Pem bangunan 43

3. Arah Kebijakan dan St rat egi Sekt or Energi dan Sumber Daya M ineral 44

4. Arah Kebijakan dan St rat egi Badan Geologi 67

V. PENUTUP 88

Lampiran

(6)

BA

B

I

PENDAHULUAN

Rencana Str ategis (Renstr a) 2010-2014 Badan Geologi merupakan tahap kedua

dari pelaksanaan tahapan Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025 merujuk pada

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 serta Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun

2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010

-2014. Renstr a 2010-2014 ini selanjutnya diharapkan dapat menjadi pedoman bagi

unit kerja di lingkungan Badan Geologi dalam menyusun Rencana Strategis Satuan Kerja maupun menyusun perencanaan kegiatan tahunan serta dapat menjadi

bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah maupun stakeholder terkait dalam menyusun/menyesuaikan rencana pembangunan/ ker ja masing-masing dalam

rangka pencapaian sasaran pembangunan nasional. Untuk pelaksanaan lebih lanjut, Renstr a akan dijabarkan kedalam Rencana Kerja Tahunan yang akan

menjadi pedoman bagi penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga di lingkungan Badan Geologi.

RPJMN yang merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden terpilih memuat sasaran dan strategi pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun masa pemerintahan. Untuk menjabarkan serta mewujudkan amanat pembangunan jangka menengah, diperlukan dokumen perencanaan pembangunan nasional yang dapat menjadi acuan bagi Kementerian/Lembaga untuk mendukung pencapaian

pr ogr am prioritas Presiden tersebut. Dokumen rencana tersebut adalah Rencana

Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) yang memuat visi, misi, tujuan,

str ategi, kebijakan, serta program dan kegiatan Kementerian/Lembaga untuk

melaksanakan tugas dan fungsinya serta berpedoman pada RPJMN 2010-2014.

Gambar Bagan Alur Keterkaitan Dokumen Perencanaan di bawah ini menunjukkan alur penyusunan Renstra-KL yang ber pedoman pada RPJMN, dan kemudian

menjadi pedoman penyusunan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-KL).

Dokumen Renstra-KL adalah penjabaran RPJMN, terkait dengan program dan

(7)

penetapan kebijakan baru terkait dengan dinamika pembangunan yang belum

diakomodasi dalam RPJM dapat dimutakhirkan dalam dokumen Rencana Kerja Pemerintah (RKP).

Gambar 1.1 Bagan AlurKeterkaitan Dokumen Perencanaan

Renstr a-KL memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan

pembangunan, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian/Lembaga. Informasi baik tentang keluaran (output), maupun sumberdaya yang tercantum di dalam dokumen rencana ini bersifat indikatif. Visi yang terdapat di dalam Renstra

-KL merupakan rumusan umum mengenai keadaan yang ingin dicapai oleh K/L pada akhir periode perencanaan melalui misi. Masing-masing misi memiliki tujuan

yang dilengkapi dengan sasaran strategis sebagai ukuran kiner janya.

Dalam mencapai visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis, K/L menyusun strategi, kebijakan, dan pendanaan berupa program dan kegiatan serta rencana sumber pendanaannya. Selain bertanggung jawab di lingkup kewenangannya sendiri, K/L memiliki sasaransasaran nasional yang harus dicapai sesuai dengan tugas pokok

dan fungsinya, dalam rangka melaksanakan prioritas, fokus prioritas, dan kegiatan

prioritas nasional sesuai dengan platform Presiden (sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN). Strategi kebijakan dan pendanaan K/L disusun sampai dengan tingkat program dan/atau Lintas Program dalam K/L yang dilengkapi dilengkapi dengan indikator-indikator kinerja outcome dari masing-masing program serta

(8)

Sumber pendanaan program dan/atau Lintas Program dalam K/L antara lain berasal dari Pemerintah (Pusat dan Daerah) dan/atau swasta (investasi dari pihak swasta dalam atau luar negeri melalui mekanisme PPP - Public Private

Partnership). Program disusun sesuai jenis dan jumlahnya yang terdapat di

masing-masing K/L sesuai dengan kelompok karakteristik K/L. Detail kinerja dan

(9)

BA

B

II

KONDISI

UMUM

2.1 Latar Belakang

Geologi (geo = bumi dan logos = ilmu) didefinisikan sebagai ilmu yang berhubungan dengan bumi, baik komposisi pembentuk bumi, struktur, dan proses kejadiannya. Geologi berarti juga obyek (informasi) yang berhubungan dengan bumi atau istilah yang menyatakan bumi (geo), susunan batuan, struktur geologi, sumber daya geologi (geo-resources), geologi lingkungan (geo-environment), dan potensi bencana (geo-hazards).

Indonesia memiliki 17.480 pulau, kurang lebih 6.000 diantaranya berpenghuni, dengan wilayah daratan seluas 1.922.570 km2 dan wilayah lautan seluas 3.257.483 km2, serta total panjang garis pantai mencapai 95.181 km. Secara geologi, kawasan ini terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia aktif, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik. Sebagai

konsekwensinya, wilayah ini memiliki geologi yang kompleks dan dinamis.

Berbagai potensi, baik yang bersifat menguntungkan berupa sumber daya energi dan mineral ataupun yang bersifat merugikan seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunungapi dan tanah longsor terjadi di kawasan ini. Kondisi tersebut menjadikan pengelolaan geologi wilayah Indonesia strategis dalam pembangunan nasional.

(10)

-Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan lingkungan hidup telah mendorong perubahan paradigma kegeologian. Peran geologi yang pada revolusi industri lebih pada kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya energi dan mineral, kini dituntut untuk berperan lebih mendekati kepentingan masayarakat luas secara langsung. Paradigma kegeologian untuk masa mendatang harus berpedoman pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan peningkatan

perlindungan masyarakat. Masalah-masalah perlindungan jiwa, harta benda dan

lingkungan hidup kini dituntut untuk mendapat perhatian lebih besar. Maka fokus kegiatan kegeologian dalam paradigma baru ini bergeser kepada penyediaan data dan informasi untuk upaya-upaya seperti konservasi, kelestarian lingkungan,

peningkatan kesehatan masyarakat, pengembangan wisata alam dan pengurangan resiko bencana geologi.

Perubahan iklim telah berdampak langsung terhadap kehidupan manusia seperti kenaikan suhu permukaan bumi, perubahan pola curah hujan, peningkatan intensitas dan frekuensi kejadian iklim ekstrim dan kenaikan muka air laut. Curah hujan tinggi menyebabkan frekuensi dan intensitas kejadian banjir dan tanah longsor meningkat; serta musim kemarau pada periode kering menjadi lebih panjang yang mengakibatkan menurunnya ketersediaan air. Pemanasan global terutama disebabkan oleh peningkatan CO2 di atmosfir akibat pemakaian energi fosil, sehingga kontribusi bidang geologi dalam hal ini antara lain upaya pengurangan emisi CO2 melalui penyediaan data dan informasi sumber energi panas bumi dan formasi batuan yang dapat menyimpan gas tersebut (Carbon

Capture and Storage). Kontribusi geologi untuk pengurangan dampak dan risiko

perubahan iklim berupa tanah longsor dan kekeringan merupakan antara lain berupa identifikasi geologi kawasan rawan bencana longsor dan penyediaan data dan informasi untuk pengembangan air tanah sebagai sumber air, terutama di wilayah kering atau daerah sulit air

(11)

bumi di Aceh tahun 2004 merupakan tsunami terbesar di dunia mengakibatkan lebih dari 250 ribu jiwa tewas dan berdampak hingga Asia Selatan dan Afrika Timur. Disamping itu, frekuensi kejadian bencana geologi di Indonesia merupakan tertinggi di dunia. Fenomena ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu wilayah yang paling rawan bencana geologi.

Sebagai konsekuensi meningkatnya kesadaran akan lingkungan hidup telah mendorong semakin pentingnya peranan suatu lingkungan dan tataan geologi dalam mendukung kelangsungan hidup umat manusia. Lokasi-lokasi seperti

tempat penimbunan karbon (CCS), tapak pembangkit listrik tenaga nuklir, tempat pembuangan limbah, kawasan konservasi atau cagar alam, geowisata membutuhkan lingkungan dan tataan geologi yang spesifik hanya terdapat di

tempat-tempat tertentu. Tempat tersebut secara kegeologian terdapat di wilayah

Indonesia, sehingga merupakan aset ekonomi yang sangat berharga dan strategis. Secara geografis Indonesia terletak di kawasan rawan bencana. Bertambahnya penduduk dan pembangunan yang pesat pada kawasan tersebut telah meningkatkan pemanfaatan lahan rawan bencana untuk pengembangan pemukiman dan infrastruktur. Hal tersebut meningkatkan risiko bencana alam geologi seiring dengan meningkatnya potensi kerugian jiwa dan material. Upaya

-upaya untuk mengurangi risiko bencana alam geologi perlu terus menerus

ditingkatkan antara lain melalui pengenalan dan sosialisasi ancaman bahaya dan

bencana alam geologi serta upaya mitigasinya.

(12)

2.2 Pencapaian Pembangunan 2005-2009

2.2.1 Faktor Kekuatan dan Kebijakan

Penjabaran visi dan misi kedalam tujuan strategis, sasaran strategi, program dan kegiatan sudah semestinya memperhitungkan faktor kekuatan yang dimiliki organisasi yang selanjutnya dijabarkan kedalam kebijakan-kebijakan. Terdapat

sejumlah faktor yang dapat diperhitungkan sebagai faktor kekuatan Badan Geologi untuk mencapai visi dan misi tersebut di atas. Faktor kekuatan tersebut meliputi: i) kondisi geologi Indonesia yang sangat menantang, ii) otoritas atau mandat

undang-undang tentang kegeologian, iii) sumber daya manusia yang relatif paling

besar di lingkungan KESDM, iv) sarana dan prasarana yang cukup lengkap, serta v)

hasil-hasil penting dan strategis yang telah dicapai cukup menggembir akan.

Satu faktor lagi dapat dianggap sebagai kekuatan, yaitu pengalaman organisasi

yang sudah cukup matang. Badan Geologi secara organisasi merupakan kelanjutan dari organisasi kegeologian yang sudah ada dan berkiprah di Indonesia sejak awal abad ke-19 M. Bahkan dalam perjalanannya, berdasarkan sejarah berdirinya KESDM terlahir dari kandungan organisasi kegeologian di Indonesia ini.

Berdasarkan visi, misi, dan faktor kekuatan organisasi, disusun sejumlah kebijakan yang menjadi pegangan dalam penetapan tujuan strategis, sasaran strategis, pemilihan program dan penetapan kegiatan yang dilaksanakan dalam periode

2005-2009. Kebijakan dimaksud kurang lebihnya untuk setiap tahun berada di

seputar butir-butir kebijakan berikut:

1) Mengintensifkan pengungkapan sumber daya geologi melalui berbagai metode

dan langkah guna peningkatan ekonomi nasional dan kesejahteraan

masyar akat;

2) Memperluas dan memperdalam pengungkapan sumber daya air tanah dan

lingkungan geologi melalui berbagai metode dan langkah-langkah untuk kepentingan pengelolaan lingkungan, tata ruang dan pengembangan wilayah,

konservasi dan perlindungan lingkungan;

3) Meningkatkan kuantitas dan kualitas mitigasi bencana geologi melalui

(13)

lainnya untuk kepentingan perlindungan manusia dan potensi ekonomi dari

bencana geologi;

4) Mengembangkan dan mengaplikasikan rancang bangun atau rekayasa

teknologi untuk pemantauan dan komunikasi data dalam rangka mitigasi bencana geologi, khususnya mitigasi bencana letusan gunung api;

5) Meningkatkan pengembangan sains geologi dan geo-informasi untuk

percepatan pengungkapan potensi geologi bagi aplikasinya dalam pengembangan sumber daya geologi, lingkungan geologi dan air tanah, vulkanologi serta mitigasi bencana geologi, dan berbagai pemanfaatan lainnya yang memerlukan kiprah bidang geologi;

6) Meningkatan pelayanan museum kegeologian sebagai bentuk dokumentasi

pengetahuan kegeologian, pelayanan informasi dan edukasi di bidang

kegeologian;

7) Membangun institusi geologi nasional yang handal dan sejajar dengan institusi

geologi di negara maju bagi penelitian dan pelayanan geologi untuk kepentingan pembangunan nasional melalui peningkatan tatalaksana

kepemerintahan menuju tatalaksana pemerintahan yang baik. 2.2.2 Hasil-hasil Strategis yang telah dicapai

Sejumlah hasil kegiatan sejak berdirinya Badan Geologi di akhir tahun 2005 sampai 2008 telah dicapai. Pencapaian hasil-hasil kegiatan tersebut merupakan

modal dasar untuk pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pencapaian rencana kinerja tahun 2009. Hal tersebut menjadi modal dasar baik sebagai data dan informasi, serta metodologi awal yang diperlukan, maupun modal kepercayaan

diri organisasi dan SDMnya karena telah berhasil mencapai sasaran kegiatan yang direncanakan. Hasil-hasil kegiatan berdasarkan pengelompokan sub bidang atau

aspek per Badan geologi antara lain di bawah ini. (a) Sumber Daya Geologi

Dalam sub bidang sumber daya geologi telah dicapai hasil-hasil penting berikut:

(14)

Status potensi cadangan minyak bumi tahun 2009 sebesar 7,99 milliar barrel dan sumber daya mencapai sebesar 84,5 milliar barrel. Kondisi ini menurun apabila dibandingkan cadangan tahun 2008 sebesar 8,2 milliar barrel. Status cadangan terbukti (Proven) sebesar 4,3 milliar barrel, sedangkan cadangan

potensial sebesar 3,69 milliar barrel (Ditjen Migas 2009). Dengan rata-rata

produksi minyak bumi sebesar 970 barrel perhari tiap tahun diharapkan dapat memasok energi hingga 15 - 20 tahun kedepan.

Status cadangan gas bumi tahun 2009 sebesar 159 TSCF, sedangkan sumber daya mencapai sebesar 385 TCF (Ditjen Migas, 2009). Potensi coal bed

methane Indonesia yang tersebar pada 11 Cekungan Batubara diperkirakan

sebesar 453 TCF. Gas bumi dengan cadangan sebesar 159 TSCF dan tingkat produksi sebesar 3 TSCF, maka diharapkan gas bumi dapat memasok energi hingga 52 tahun ke depan.

Tabel 2.1 Cadangan, Produksi Minyak Bumi dan Gas Bumi Tahun 2005 -2009

JenisEnergi Satuan 2005 2006 2007 2008 2009

Cadangan Minyak

Ribu barrel/hari 1.062 1.006 954 977 949

Produksi Gas Bumi TSCF/ har i 8.180 8.093 7.686 7.883 7.790

Sumber:DitjenMigas,2009

(ii) Sumber daya batubara, gambut, bitumen padat dan CBM:

Berdasarkan hasil penyelidikan status potensi batubara tahun 2009

menunjukkan, sumber daya sebesar 104,94 Milyar Ton dan cadangan sebesar

21,13 Milyar Ton. Peningkatan sumber daya batubara tahun 2005 – 2009

sebesar 43,593 Milyar Ton (70% ) dan cadangan sebesar 14,12 Milyar Ton

(15)

Gambar 2.1

Peningkatan Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia 2005 –2009

Gambut termasuk salah satu sumberdaya energi alternatif yang terdapat di

Indonesia dan sampai saat ini masih belum digunakan sebagai bahan energi. Sumber daya gambut pada tahun 2009 tercatat sebesar 9,20 Milyar Ton, dibandingkan dengan tahun 2005 jumlah sumber daya gambut sebesar 1,8546

Milyar Ton dimana terdapat kenaikan yang cukup signifikan (Gambar 2.2).

Lonjakan yang cukup tajam terjadi pada tahun 2007, hal ini terjadi karena dimulainya pembuatan database gambut seluruh Indonesia dimana semua data hasil kegiatan yang dilakukan ditinjau kembali.

Gambar 2.2

(16)

Badan Geologi mulai melakukan penyelidikan bitumen padat pada tahun 2000. Berdasarkan data hasil penyelidikan diketahui bahwa pada tahun 2005 sumberdaya bitumen padat sebesar 6,799 milyar ton batuan, sedangkan pada

tahun 2009, sumber daya bitumen padat meningkat menjadi sebesar 11,417 milyar ton (Gambar 2.3). Hal ini menunjukkan kenaikan sumber daya bitumen

padat sebesar 67, 92% (4,618 milyar ton batuan). Kandungan minyak yang

ter dapat pada endapan bitumen padat cukup bervariasi dengan kandungan

paling tinggi mencapai 248 liter/ton.

Gambar 2.3 Peningkatan Sumber Daya Bitumen Padat 2005 –2009

Pusat Sumber Daya Geologi – Badan Geologi mulai melakukan kegiatan

pengeboran dan pengukuran gas methane batubara (Coal Bed Methane) pada

tahun 2006, dengan melakukan pengeboran CBM didaerah Loa Lepu di Kalimantan Timur, sedangkan tahun 2007 pengeboran CBM dilakukan di daerah Buana Jaya Kalimantan Timur. Pada tahun 2008 dilakukan

penyelidikan CBM di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan dan Tamiang,

Sumatera Selatan. Selanjutnya Tahun 2009, penyelidikan dilakukan di Tanjung Enim, Sumatera Selatan dan daerah Sawah Lunto, Sumatera Barat.

Hasil kegiatan penyelidikan CBM hingga tahun 2009 yang telah dilakukan pada beberapa lokasi tersebut diatas dengan jumlah kandungan gas metan batubara

- 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000

2005 2006 2007 2008 2009

(17)

berkisar antara 0,2867 Cuft/ton hingga 188,31 Cuft/ton. Total Sumber daya Hipotetik Coal Bed Methane sebesar 2,877 Billyun Cuft atau 0,002877 TSCF (Trillyun Standar Cubic Feet) dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Hasil Kegiatan Penyelidikan CBM Tahun 2006 –2009

No Daerah/ Lokasi Tahun (km2)Luas

SumberdayaHipotetik Rata-rata Methane Content (Cuft/ton) Batubara

(ton) Methan(Cuft)e

1 Loa Lepu (Kaltim) 2006 2 x 1 191.726.612 150.711.520 0,7861

2 Buana Jaya (Kaltim) 2007 2 x 1 534.261.545 606.588.270 1.1354

3 Tanah Bumbu (Kalsel) 2008 2 x 1 112.733.226 402.255.325 3.5682

4 Tamiang (Sumsel) 2008 1 x 1 31.792.000 9.114.082 0.2867

5 Tanjung Enim (Sumsel)

2009 2 x 1 7.333.777 730.479.997 99.6153

6 Ombilin (Sumbar) 2009 1 x 0.4 5.200.000 978.212.000 188.31

TotalSumberDaya HipotetikCBMsebesar 2,877 BCFatau0,002877 TSCF

(iii) Sumber daya panas bumi:

Berdasarkan hasil penyelidikan dalam periode tahun 2009 (status sampai dengan Desember 2009) telah ditemukan penambahan 8 lokasi daerah panas bumi di Maluku, Papua Barat dan Sulawesi Barat dan 4 peningkatan status sumber daya dengan total penambahan potensi 818 MWe. Selain itu juga telah terjadi penambahan kapasitas panas bumi sebesar 137 MWe dari PLTP Lahendong III (20 Mwe) dan PLTP Wayang Windu II (117 MW), sehingga status potensi panas bumi Tahun 2009, yaitu: 28.528 MWe, daerah/lapangan panas bumi sebanyak 265 lokasi, kapasitas terpasang 1189 MWe (Tabel 2.3). Kapasitas terpasang tersebut masih sekitar 4 % dari total potensi panas bumi

Indonesia yang sebesar 28.528 MWe dan merupakan potensi panas bumi

terbesar di dunia. Penetapan Wilayah Kerja Pertambangan panas bumi sampai dengan tahun 2009 sebanyak 24 WKP dengan total potensi sebesar

(18)

Tabel 2.3 Status Sumber Daya dan Cadangan Panas Bumi Tahun 2009

(iv) Sumber daya mineral:

Beberapa hasil penelitian yang meliputi logam-logam penting seperti emas,

timah, tembaga, besi, mangan sebagai berikut:

Indonesia memiliki potensi mineral logam strategis: emas, perak tembaga,

Nikel, timah, bijih besi, bauksit, mangan dan pasir besi. Potensi sumber daya

mineral logam strategis tahun 2009 yaitu: logam emas primer sumber daya sebesar 6.575 Ton; cadangan 3.419 Ton; logam timah sebesar 2.028 ribu Ton;

Cadangan 436 ribu Ton ;logamtembaga sumber daya sebesar 82.511.945 Ton;

cadangan 32.251.100; bijih besi primer sumber daya sebesar 381.195.696 Ton; cadangan 2.216.005 Ton; bijih pasir besi sumber daya sebesar 1.647.785.123 Ton dan cadangan 4.732.000 Ton; bijih bauksit sumber daya sebesar

502.748.897 Ton; cadangan 145.903.546 Ton; bijih mangan sumber daya

mangan sebesar 10.909.107 Ton; Cadangan 938.240 Ton; bijih nikel sebesar 2.057.833.658 Ton; Cadangan sebesar 363.850.000 Ton.

Perkembangan potensi sumber daya mineral logam mulai tahun 2005 – 2009

(19)

status tahun 2005 -2009 untuk komoditi batugamping, pasir kuarsa, dolomite,

flespar , andesit, dan marmer dapat dijelaskan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.4

Perkembangan Sumberdaya dan Cadangan Mineral Logam 2005-2009

-253.696 253.586 254.157

(20)

Gambar 2.5

Perkembangan Sumberdaya Mineral Non Logam 2005-2009

(b) Lingkungan Geologi dan Air Tanah

Dalam aspek lingkungan geologi dan air tanah telah dicapai beberapa hasil antara lain:

(i) pemetaan hidrogeologi skala 1:250.000 telah selesai 54% (dari 100%

target di seluruh wilayah Indonesia); -253.696 253.586 254.157

(21)

(ii) penyusunan peta cekungan air tanah (CAT) skala 1:250.000 telah selesai

seluruhnya (100%);

(iii) penilaian awal jumlah CAT dan potensi air tanah dalam CAT telah selesai

untuk seluruh Indonesia (metode umumnya: desk study). Dari hasil penilaian tersebut diperoleh informasi jumlah CAT seluruh Indonesia tidak kurang dari 465 CAT tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Jumlah aliran air tanah tertekan (Q2) dari seluruh CAT tersebut adalah 18.841,37

x 106 m3/tahun dan jumlah air tanah tak tertekan yang sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan kondisi tutupan lahan (Q1) adalah 666.369,17 106m3/tahun;

(iv) penyelidikan potensi CAT agak rinci (skala peta 1:100.000), selesai 20%; (v) konservasi air tanah baru selesai dilakukan di beberapa kota besar;

(vi) penyelidikan dan pembangunan sarana air bersih di daerah sulit air telah

mencapai 429 lokasi. Sedangkan pengelolaan data dan informasi air tanah nasional baru selesai sekitar 20%;

(vii) penyelidikan kawasan kars dan konservasi kawasan lindung geologi baru

selesai sekitar 30% (dari 100% target di seluruh Indonesia);

(viii)penyelidikan geologi lingkungan untuk penataan ruang selesai sekitar

(22)

(ix) penyelidikan geologi lingkungan kawasan pertambangan telah selesai

sekitar 10%; dan penyelidikan lokasi TPA sampah sekitar 20%,

(x) pemetaan geologi teknik bersistem Jawa-Bali selesai sekitar 52% dan luar

Jawa baru selesai sekitar 15%. (Gambar 2.6)

(c) Mitigasi Bencana Geologi

Dalam sub bidang mitigasi bencana geologi yang meliputi pula teknologi kegunungapian, telah dicapai beberapa hasil, sebagai berikut:

(i) dari 77 gunung api aktif tipe A di seluruh Indonesia yang dipantau secara

instrumentasi dan visual, berjumlah 68 gunung api. Pemantauan gunung api tersebut dilakukan dari 73 pos pengamatan gunung api (PGA)

(ii) telah dilakukan pemanfaatan teknologi VSAT pada 33 gunung api untuk

komunikasi penyampaian data dan informasi pemantuan aktivitas gunung

api secara real time ke kantor pusat;

(peta sebaran gunung api aktifdi Indonesia)

(iii)pelaksanaan regional center untuk monitoring gunung api dilaksanakan

(23)

(gambar Sistim komunikasi data gunung api)

Gambar 2.7

(24)

(iv)telah dilakukan penyusunan peta-peta dalam rangka mitigasi bencana

geologi, yaitu: Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung api, Peta KRB

Gempa Bumi dan Tsunami, Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah, Peta

Zona Risiko Bencana Gunungapi, Gempa bumi, Tsunami dan Gerakan

tanah;

(v) telah dilakukan peringatan dini sebelum terjadinya bencana untuk kasus

bencana letusan gunung api dan prakiraan potensi kejadian gerakan tanah (tanah longsor) dan banjir bandang di beberapa Provinsi di Indonesia; (vi) telah dilakukan pengembangan dan aplikasi teknologi pemantauan gunung

api.

(d) Geo-Sains dan Geo-Informasi

Hingga awal 2009 kondisi umum pencapaian meliputi:

(i) peta geologi bersistem dan peta geofisika skala 1:100.000 untuk Jawa dan

Madura, dan skala 1:250.000 untuk Indonesia telah selesai seluruhnya;

(ii) peta geokimia skala 1:250.000 untuk kepentingan eksplorasi telah selesai

wilayah Sumatera, Sulawesi dan Nusa Tenggara dan sebagai kecil Kalimantan;

(iii) peta hidrogeologi skala 1:250.000 selesai sekitar 54% wilayah Indonesia;

(iv) peta seismotektonik, peta geologi kuarter, dan peta geomorfologi masing

-masing sebanyak 24 lembar, 22 lembar, dan 6 lembar;

(v) peta batas cekungan air tanah selesai 100%;

(vi) peta geologi teknik 79 lembar, dan peta geologi lingkungan 30 lembar; (vii) peta zona kerentanan gerakan tanah, peta geologi gunung api, peta KRB

gunung api, peta KRB gempa bumi, dan peta KRB tsunami masing-masing

25 lembar, 65 lembar, 57 lembar, 5 lembar dan 4 lembar;

(viii)telah pula tersusun Atlas Sumber Daya Energi Indonesia Bagian Timur,

(25)

(ix) telah pula tersusun Peta Cekungan Sedimen Indonesia memuat 128

cekungan sedimen dan peta karakterisasi beberapa cekungan di wilayah Jawa, Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi;

(x) telah tersedia layanan informasi basis data dan sistem informasi berbasis

web (webmap) untuk substansi sumber daya mineral yang telah diakui di tingkat Nasional dan regional (ASEAN);

(xi) masing-masing unit di lingkungan Badan Geologi telah memiliki website

dan sistem informasi. Untuk tingkat Badan Geologi sendiri telah memiliki website dan telah rancangan database dan sistem informasi dan konsep pengembangan sistem informasi yang teritegrasi;

(xii) telah tersedia sarana pelayanan informasi dan media penyajian

dokumentasi dan informasi hasil-hasil penelitian dalam bentuk museum,

yaitu: museum geologi yang telah dikembangkan di Bandung, museum gunung api di 3 lokasi (Ketep, Sleman, Yogyakarta; dan Kintamani, Bali); serta museum Kars di Wonogiri, Jawa Tengah. Semua museum tersebut telah mendapat apresiasi masyarakat dengan sangat baik. Sebagai contoh Museum Geologi sepanjang tahun 2009 mendapat kunjungan sebanyak 326.195 pengunjung, jumlah ini mengalami peningkatan dibanding tahun 2005 yang hanya 152.740 pengunjung.

(e) Tatalaksana Kepemerintahan

Tatalaksana kepemerintahan sebagaimana di tingkat Nasional, diarahkan untuk mencapai reformasi birokrasi. Pencapaian di bidang ini meliputi peningkatan kompetensi sumber daya manusia, sarana dan prasarana, sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya.

Pencapaian lainnya adalah di bidang tata kerja atau prosedur kerja menuju

(26)

dan pengembangan organisasi yang efektif. Badan Geologi aktif didalam perumusan konsep dan penataan aspek-aspek prasyarat reformasi birokrasi.

2.2.3 Kondisi Saat ini dan Potensi Permasalahan

Keadaan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dan permasalahan yang

dihadapi Badan Geologi antara 2006 sampai 2008 dijabarkan dalam bagian ini. Tahun 2006 adalah tahun berdirinya Badan Geologi. Kondisi saat ini perlu disampaikan guna identifikasi tantangan dan modal dasar pelaksanaan tupoksi di Tahun 2009.

(a) Sumber Daya Geologi

Sumber daya geologi yang merupakan aspek hulu sumber daya energi dan sumber daya mineral meliputi sumber daya energi fosil, energi panas bumi dan sumber daya mineral. Energi fosil itu sendiri meliputi minyak dan gas bumi (migas), batubara, gambut, coal-bed methane (CBM), dan bitumen padat. Adapun sumber

daya mineral meliputi mineral logam dan mineral non logam; mineral strategis;

dan mineral langka.

Kegiatan sumber daya geologi meliputi survei, pemetaan, inventarisasi, penyelidikan, penelitian, eksplorasi, konservasi, analisis laboratorium, pengembangan rancang bangun dan pemodelan, bimbingan teknis, pelayanan data dan informasi dan rekomendasi pengelolaan kedua kelompok besar komoditi penting tersebut. Survei, pemetaan, inventarisasi, penyelidikan dan penelitian meliputi pula kegiatan survei dasar berupa penelitian cekungan sedimen dan penelitian sains geologi seperti magmatisme, geofisika, dan geokimia. Pengembangan rancang bangun dan pemodelan ditujukan untuk memperoleh

konsep-konsep mineralisasi untuk diaplikasikan di dalam survei dan eksplorasi.

Adapun eksplorasi dalam hal ini adalah eksplorasi umum. Sub bidang ini juga

menyumbang terhadap kinerja yang berkaitan dengan aspek geo-informasi (IKU:

(27)

Permasalahan yang masih dihadapi hingga akhir tahun 2008 antara lain:

1) penurunan sumber daya dan cadangan migas, dan masih sedikitnya penemuan

cekungan baru migas Indonesia;

2) eksplorasi detil lebih intensif untuk mineral logam masih terpusat di daerah

prospek yang sudah ada dibandingkan penemuan daerah prospek baru;

3) status cadangan batubara masih rendah dibanding status sumber daya

(11,4%);

4) masih rendahnya ketersediaan data dan informasi bitumen padat dan CBM; 5) penyelidikan panas bumi umumnya masih pada tingkat survei pendahuluan;

dan kapasitas terpasang energi panas bumi juga masih rendah (4%);

6) belum optimalnya pengungkapan potensi sumber daya energi terutama di

wilayah Indonesia Timur, daerah perbatasan, dan pulau-pulau kecil dan terluar;

7) penyiapan WKP panas bumi masih perlu ditingkatkan, khususnya percepatan

penyiapan WKP panas bumi untuk memenuhi target tersedianya energi panas bumi dalam program pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW tahap kedua dimana peran panas bumi diharapkan sebesar 49%;

8) perlunya peningkatan pengungkapan potensi CBM sebagai energi alternatif

yang ramah lingkungan;

9) survei dasar seperti penelitian gaya berat, geofisika, dan aspek-aspek geosains

lainnya, serta penelitian rekayasa rancang bangun dan pemodelan eksplorasi yang berguna untuk pengembangan konsep eksplorasi masih perlu

ditingkatkan.

(b) Lingkungan Geologi dan Air Tanah

Bidang lingkungan geologi dan air tanah melaksanakan tugas penelitian dan pelayanan aspek geologi lingkungan, geologi teknik, dan air tanah. Hasil-hasil

penelitian bidang lingkungan geologi dan air tanah digunakan, antara lain untuk

penataan ruang, pengembangan wilayah, penentuan lokasi atau penempatan bangunan fisik yang penting, strategis, atau vital; dan pengelolaan sumber daya air

(28)

Kegiatan lingkungan geologi dan air tanah meliputi survei, pemetaan, inventarisasi, penyelidikan, penelitian, analisis laboratorium, pengembangan rancang bangun dan pemodelan, pelayanan data dan informasi dan rekomendasi pengelolaan geologi lingkungan dan air tanah. Aspek sains geologi yang mendukung lingkungan geologi adalah geologi kuarter, dinamika cekungan, dan geomorfologi. Sub bidang ini juga menyumbang terhadap kinerja berkaitan dengan aspek geo-informasi (IKU: jumlah peta geologi yang dihasilkan dan jumlah

pengunjung layanan bidang informasi geologi); di samping kinerja yang berkaitan langsung (IKU: penerapan tata ruang berbasis geologi dan jumlah penyediaan sumber air tanah di daerah sulit air).

Permasalahan yang dihadapi sub bidang geologi lingkungan dan air tanah, di antar anya:

1) masih sedikitnya kajian, penyelidikan atau penelitian tentang kuantitas,

kualitas, konservasi air tanah, geologi lingkungan, dan geologi teknik; baik cakupan wilayah, maupun kedalaman substansi; dibandingkan perkembangan kasus atau pesatnya pembangunan fisik dan pengembangan wilayah;

2) masih sedikitnya pemetaan hidrogeologi atau air tanah skala yang lebih besar

dari 1:250.000, baik untuk kuantitas, maupun kualitas air tanah;

3) masih belum cukup dilibatkannya hasil-hasil penelitian geologi lingkungan,

geologi teknik, dan air tanah dalam pengelolaan lingkungan dan penataan

r uang;

4) pengembangan air tanah di desa tertinggal masih sedikit, yaitu 1% dari 28.614

desa tertinggal. Demikian pula, data air tanah dari daerah sulit belum dianalisis sebagai informasi penting pengetahuan dan teknologi tentang air

tanah;

5) pencapaian sasaran jumlah lokasi penataan ruang dan lingkungan sektor

ESDM masih kurang (50% dari total untuk seluruh Indonesia). Peran geologi dalam penataan ruang belum cukup memasyarakat;

6) penelitian atau kajian adaptasi perubahan iklim pada bidang geologi, yaitu

(29)

belum banyak dilakukan. Dalam hal ini, saat ini dan ke depan perlu

dilaksanakan.

(c) Mitigasi Bencana Geologi

Bencana geologi meliputi letusan gunung api, gerakan tanah, gempa bumi, dan

tsunami, dan bencana geologi lainnya. Potensi bencana atau ancaman bahaya

geologi penting diketahui secara rinci.

Dalam mitigasi bencana geologi dilakukan penyelidikan, penelitian, pemantauan, penetapan status, peringatan dini, tanggap darurat bencana dan, pengurangan risiko bencana, serta pemberian rekomendasi penanggulangan bencana geologi; sebelum, pada saat, dan sesudah terjadinya bencana. Mitigasi bencana geologi juga meliputi penyusunan peta geologi gunung api, peta KRB Gunung api, Peta KRB Gempa Bumi dan Tsunami, Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah, Peta Zona Risiko

Bencana Gunungapi, Gempa bumi, Tsunami dan Gerakan tanah, dan pengembangan teknologi kegunungapian.

Aspek sains geologi yang mendukung mitigasi bencana geologi, antara lain:

penelitian sesar aktif dan mikrozonasi. Sub bidang ini juga berkontribusi terhadap kinerja aspek geo-informasi (IKU: jumlah peta geologi yang dihasilkan dan jumlah

pengunjung layanan bidang informasi geologi); di samping kinerja yang berkaitan langsung (IKU: Jumlah informasi mitigasi bencana geologi gunung api dan bencana geologi lainnya).

Permasalahan yang dihadapi sub bidang mitigasi bencana geologi antara lain:

1) pembangunan yang berkembang pesat dan peningkatan jumlah penduduk

menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan di kawasan rawan bencana geologis dan mengakibatkan peningkatan risiko bencana;

2) kajian risiko bencana di daerah rawan bencana belum banyak dilakukan; 3) Pemerintah Daerah juga belum secara optimal memprioritaskan mitigasi

(30)

5) masih kurangnya penelitian, pengembangan dan aplikasi teknologi mitigasi bencana.

(d) Geo-Sains dan Geo-Informasi

Kegeologian dalam implementasi dan pengembangannya bertumpu pada tiga aspek bagiannya, yaitu sumber daya geologi, lingkungan geologi dan kebencanaan, serta geo-informasi. Geo-sains yang mencakup penelitian paleontologi, petrologi, str atigr afi, sedimentologi, geofisika, fisika-batuan, geokimia, geokronologi, dan

kemagnetan purba adalah dasar dari ketiga aspek tersebut. Adapun geo-informasi

merupakan muara berbagai kegiatan penelitian, mitigasi dan pelayanan bidang geologi. Cakupan geo-infor masi meliputi pengelolaan data dan informasi, termasuk

penghimpunan, pengolahan, penyusunan, penyajian, pengemasan, penyimpanan,

retrieval, dan penyebarluasan, serta pemutakhiran data dan informasi. Produk geo

-informasi antara lain data dan -informasi dalam bentuk peta, atlas, digital, buku, dan sistem informasi.

Hingga akhir tahun 2008 telah dilakukan penyelidikan dan studi mineralisasi dasar pada beberapa jalur metalogen meliputi penyelidikan magmatisme 10 lokasi, penyelidikan metalogenik, 1 lokasi, dan penyelidikan geokimia regional (skala 1:250.000), 1 lokasi.

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan geo-informasi

adalah:

1) data dan informasi dan sistem pengelolaannya masih tersebar atau belum ter integr asi

2) data dan informasi substansi kegeologian belum semuanya tersedia secara

rinci;

3) belum semua data dan informasi tersedia dalam format digital, serta belum

tersaji dalam media dan format yang mudah diakses oleh masyarakat;

4) penyebarluasan informasi geologi dan pemanfaatannya juga masih kurang; 5) penelitian sains geologi juga masih dirasakan kurang, baik cakupannya

(31)

6) data fisik untuk penentuan batas landas kontinen guna pengusulan batas

teritorial wilayah negara sudah cukup tersedia.

(e) Tatalaksana Kepemerintahan Bidang Geologi

Tatalaksana kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan prasyarat kinerja pembangunan yang baik di berbagai sektor. Lingkup tatalaksana kepemerintahan meliputi: kelembagaan, budaya organisasi, tatalaksana, sarana, prasarana dan teknologi; regulasi-deregulasi, dan sumber daya manusia aparatur.

Beberapa hal yang masih menjadi permasalahan yang dihadapi dalam hal ini

adalah:

1) pengaturan hubungan pusat dan daerah di bidang data dan informasi geologi

yang belum optimal;

2) bidang kegeologian diatur dalam berbagai undang-undang dan belum memiliki

payung hukum dalam bentuk undang-undang;

3) sistem informasi yang mudah, cepat dan akurat masih perlu dikembangkan; 4) pelayanan publik dan sistem informasi geologi masih tersebar; dan

5) kompetensi sumber daya manusia, sarana dan prasarana masih perlu ditingkatkan

2.2.4 Modal Dasar menghadapi Pelaksanaan Tupoksi

Modal dasar adalah kekuatan dan peluang yang dimiliki atau yang tersedia bagi Badan Geologi guna melaksanakan tupoksinya dan meraih kinerja yang direncanakannya di tahun 2009. Modal tersebut meliputi: i) kondisi geologi Indonesia, ii) otoritas atau mandat undang-undang tentang kegeologian, iii)

sumber daya manusia, iv) sarana dan prasarana, serta v) hasil-hasil penting dan

strategis yang telah dicapai hingga 2008. Beberapa modal dasar yang dimiliki Badan Geologi untuk menghadapi tahun 2009 tersebut disampaikan secara singkat berikut ini.

(32)

Indonesia memiliki 17.480 pulau, kurang lebih 6.000 di antaranya berpenghuni, dengan wilayah daratan 1.922.570 km2 dan wilayah lautan 3.257.483 km2, serta total panjang garis pantai mencapai 95.181 km. Secara geologi, kawasan ini terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia aktif, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Austr alia, dan Lempeng Pasifik, sehingga memiliki geologi yang

kompleks dan dinamis. Berbagai potensi, baik yang menguntungkan berupa sumber daya energi dan mineral ataupun merugikan seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, dan gerakan tanah terjadi di kawasan ini.

(b) Peraturan Perundangan terkait Bidang Geologi

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, sejumlah UU dan peraturan

per undang-undangan di bawahnya memberikan mandat kepada Badan Geologi

guna melaksanakan penelitian dan pelayanan bidang geologi. Berdasarkan mandat UU yang ada, modal dasar dalam hal ini adalah: (1) geologi dituntut untuk

menemukan sumber-sumber baru potensi energi dan mineral (sektor utama

ESDM) guna pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan penerimaan negara; (2)

kegeologian juga diperlukan untuk sektor lainnya seperti pekerjaan umum,

lingkungan hidup, dan pertanian; serta (3) fungsi Badan Geologi yang utama adalah fungsi teknis yang khusus, yaitu penelitian dan pelayanan di bidang geologi. Beberapa fungsi ada yang bersifat regulator, seperti fungsi yang berkaitan dengan kebencanaan geologi pada PVMBG; serta sebagian fungsi pengelolaan air tanah di unit PLG.

(c)Sumber Daya Manusia

Modal dasar sumber daya manusia (SDM) Badan Geologi dapat diuraikan berikut

ini:

(33)

dengan penyebaran: PSGsebanyak 28%; PVMBG sebanyak 27%; PLG dan PSG

masing-masingsebanyak 21%, dan SBG sebanyak 3% (Gambar 2.8).

• Dari sejumlah 1.495 orang SDM, 49% merupakan tenaga teknik, sisanya (51%) adalah tenaga administratif (Gambar 2.9); lebih dari 35% berusia di atas 50 orang (26,77%) penyelidik bumi; 68 orang (13,8%) perekayasa; dan 124 orang (25,2%) teknisi peneliti dan perekayasa (Gambar 2.12).

Gambar 2.8 Distribusi pegawai Badan Geologi per unit, 2008.

Gambar 2.9 Statistik data Pegawai Badan Geologi berdasarkan komposisi teknik dan administrasi.

Gambar 2.10 Statistik data pegawai Badan Geologi berdasarkan usia.

Gambar 2.11 Statistik data pegawai Badan Geologi berdasarkan jenjang pendidikan.

(34)

(d) Sarana dan Prasarana

Sejumlah sarana dan prasana menjadi modal Badan Geologi dalam pelaksanaan

tupoksinya dan pencapaian kinerjanya di tahun 2009, antara lain: aset lancar, aset tetap, dan aset lainnya sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.13.

Beberapa di antara sarana prasarana tersebut, selain gedung perkantoran antara lain:

1) Sejumlah laboratorium yang tersebar di Pusat-Pusat dan UPT, yaitu: a) Laboratorium penginderaan jauh

b) Laboratorium petrologi

Gambar 2.13

Diagram aset Badan Geologi

Keterangan:

Aset Lancar : Barang Konsumsi, Bahan Baku, Suku Cadang, dan Persediaan lainnya Aset Tetap : Tanah, Bangunan Konstruksi, Pealatan

(35)

c) Laboratorium geokimia, kimia mineral dan air d) Laboratorium geokronologi

e) Laboratorium fisika batuan dan mineral f) Laboratorium geologi kuarter

g) Laboratorium biostratigrafi

h) Laboratorium mekanika tanah dan batuan i) Laboratorium instrumentasi dan mitigasi

2) Pos pengamat gunung api (PGA) sebanyak 74 lokasi PGA tersebar di 63 lokasi

gunung api di seluruh Indonesia;

3) Peralatan penanggulangan bencana (seismometer, data logger, tiltmeter,

extensometer, dan inklinometer);

4) Peralatan pengeboran untuk air tanah, mineral, batubara, dan panas bumi; 5) Alat-alat berat lainnya;

6) Peralatan survei geofisika (gaya berat, geomagnet, seismik, geolistrik, magnetotelluric, induce polarization, peralatan logging);

7) Gedung perpustakaan untuk setiap unit atau satuan kerja (satker); 8) Gedung bengkel alat berat dan pengeboran.

2.3 Tantangan dan Isu Strategis Pembangunan Bidang Geologi

2.3.1 Alur Pikir dan Pola Pikir

AlurPikir: Bidang geologi memiliki peran penting dalam mencapai tujuan nasional baik melalui sektor ESDM maupun sektor lainnya. Pengembangan potensi geologi

(36)

PolaPikir: mandat berbagai undang-undang, pembenahan publicgovernance baik

pusat maupun daerah, pembenahan metoda (pedoman,dll.), pembenahan program

dan standar memberikan kontribusi terhadap pengelolaan kegeologian untuk mencapai tujuan nasional dan tujuan sektor .

2.3.2 Mandat Undang-Undang

Kelahiran berbagai peraturan dan perundangan nasional sangat mempengaruhi terhadap pengembangan kelembagaan yang terkait dengan fungsi pemerintah di bidang geologi.

Beberapa amanat Undang-Undang yang memberikan mandat pada bidang geologi

meliputi:

a. Undang-Undang No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya memberikan mandat untuk:

• Melakukan perlindungan dan pengamanan benda alam yang dianggap mempunyai

nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. (Keunikan batuan dan fosil, bentang alam)

(37)

b. Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi memberikan

mandat untuk:

• Melakukan survei umum untuk memperkirakan letak dan potensi sumber daya

minyak dan gas bumi

• Melakukan pengelolaan data dan informasi hasil kegiatan survei dan pemetaan

geologi, geofisika dan geokimia

• Melakukan evaluasi jointstudy dalam penyiapan wilayah kerja

c. Undang-Undang No. 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi memberikan mandat untuk:

• Melakukan inventarisasi, penyelidikan pendahuluan dan eksplorasi panas bumi

• Menyusun rancangan wilayah kerja pengusahaan panas bumi

d. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air memberikan mandat untuk:

• Menyusun Peta Batas Cekungan Air Tanah (CAT)

• Menyusun pedoman terkait pengelolaan, penyelidikan, penelitian, eksplorasi dan

evaluasi data

• Melakukan inventarisasi dan pengelolaan air bawah tanah pada CAT lintas

propinsi dan lintas negara

• Melakukan pemantauan pelaksanaan pengelolaan air tanah lintas propinsi dan

lintas negara

• Menetapkan daerah konservasi dan daerah pemanfaatan air tanah

e. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana memberikan

mandat untuk:

• Melakukan pemantauan, kajian, penetapan status aktivitas dan penyebaran

infor masi

• Melakukan pembuatan Peta Kawasan Rawan Bencana

• Melakukan mitigasi bencana

f. Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang memberikan mandat:

• Menyusun rancangan Permen tentang penetapan kawasan lindung geologi

• Menyusun rancangan Permen tentang penetapan kawasan rawan bencana geologi

(38)

• Menyusun rancangan Permen tentang kriteria teknis kawasan peruntukan

per tambangan

g. Undang-Undang No. 30 Tahun 2007 tentang Energi memberikan mandat untuk:

• Melakukan inventarisasi sumber daya energi

• Konservasi sumber daya energi

h. Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

memberikan mandat untuk:

• Melakukan inventarisasi, penyelidikan, penelitian, dan eksplorasi sumber daya

mineral dan batubara

• Menyiapkan rancangan Wilayah Pertambangan (WP) yang meliputi Wilayah Usaha

Pertambangan (WUP), Wilayah Pencadangan Nasional (WPN), dan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) untuk Tata Ruang Nasional.

i. Undang-Undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan memberikan mandat untuk:

• Inventarisasi objek wisata alam dan pengembangan destinasi wisata

(Pengembangan Museum Geologi dan deliniasi potensi kawasan wisata alam

geologi)

j. Undang-Undang No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup memberikan mandat untuk:

• Penetapan rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (pemanfaatan

informasi geologi)

• Penetapan wilayah ekoregion (pemanfaatan informasi geologi)

2.3.3 Isu Strategis Nasional Terkait Bidang Geologi

Kegiatan kegeologian harus mampu menjawab isu strategis nasional dan tantangan global untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia mencapai kehidupan yang sejahtera, aman dan nyaman. Terdapat sembilan isu strategis yang membutuhkan dukungan bidang geologi untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, baik melalui

sektor ESDM maupun sektor lainnya. Isu-isustr ategis tersebut antara lain:

1. Ketahanan Energi

• Kemandirian energi (pemanfaatan energi setempat)

• Penurunan produksi migas

(39)

• Konservasi sumber daya energi

• Alokasi sumber daya ener gi

2. Lingkungan dan Perubahan Iklim

• Degradasi lingkungan

• Perubahan iklim

3. Bencana Alam

• Bencana gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan gunung api

• Peningkatan resiko bencana alam geologi

4. Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah

• Konflik tata guna lahan (per tambangan)

• Tata ruang bawah permukaan dan bawah laut

• Penyediaan data geologi rinci

• Penataan ruang berbasis geologi

5. Industri Mineral

• Ketersediaan data sumber daya miner al

• Konservasi sumber daya mineral

• Pencarian mineral langka dan mineral strategis

• Alokasi sumber daya mineral

6. Pengembangan Informasi Geologi

• Pengelolaan data dan informasi geologi nasional

• Kebutuhan data dasar geologi rinci

• Pemasyarakatan manfaat informasi geologi

7. Air dan Lingkungan

• Pemenuhan kebutuhan air baku

• Peningkatan kebutuhan air

• Penurunan kuantitas dan kualitas sumber air

• Penilaian kerentanan air tanah

8. Pangan

• Penyediaan bahan baku pupuk

• Penyediaan lahan pertanian

(40)

BA

B

III

VISI,

MISI,

DAN

TUJUA

N

BADA

N

GEOLOGI

3.1 Visi Badan Geologi

Visi yangingindicapai BadanGeologi adalah:

”Terwujudnya Geologi untuk kesejahteraan dan perlindungan masyarakat”.

3.2 Misi Badan Geologi

Untuk menggapai visi tersebut diatas, Badan Geologi akan menjalankan misi atau

upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi antara lain:

1. Mengungkap potensi sumber daya geologi untuk ketahanan energi,

pemenuhan bahan baku industri, dan penyediaan air bersih

2. Melakukan mitigasi bencana geologi untuk perlindungan manusia dan harta benda

3. Menyediakan data dan informasi geologi untuk pengelolaan lingkungan dan

pembangunan sektor terkait

4. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan bidang geologi

dalam rangka penyediaan informasi sumber daya, lingkungan, dan kebencanaan geologi.

3.3 Tujuan Strategis

Dalam rangka mencapai visi melalui misisebagaimana tersebut di atas, ditetapkan

5 (lima) tujuan strategis Badan Geologi untuk masa 2010-2014 yang merupakan

gambaran kondisi yang ingin dicapaai pada akhir periode 2014, yaitu:

1. Ter capainya pemahaman dan pelayanan sains geologi dan geo-informasi untuk

pengungkapan sumber daya geologi, pengembangan lingkungan geologi, dan

mitigasi bencana

2. Tercapainya peningkatan status sumber daya geologi dan penyiapan wilayah

(41)

3. Tersedianya data dan informasi, dan pelayanan dalam rangka mitigasi bencana gunungapi, gerakan tanah, dan bencana geologi lainnya

4. Ter sedianya data dan informasi dan pelayanan lingkungan geologi dan air tanah

untuk penataan ruang, peningkatan kualitas lingkungan; dan penyediaan air ber sih

5. Tercapainya kinerja dan akuntabilitas tatalaksana kepemerintahan penelitian

dan pelayanan bidang geologi.

3.4 Sasaran Strategis

Guna mencapai kelima Tujuan Strategis sebagaimana tersebut di atas, maka

ditetapkan Sasaran Strategis. Dalam periode RPJM tahap kedua, 2010-2014 ini,

terdapat 7(tujuh) SasaranStrategis Badan Geologi, sebagai berikut:

1. Meningkatnya manajemen, dukungan teknis, dan pelayanan administrasi

kepada semua unsur di lingkungan Badan Geologi

2. Meningkatnya pemanfaatan hasil survei penelitian, penyelidikan dan

pelayanan geologi

3. Meningkatnya pemanfaatan informasi geologi (geo-information) bagi

masyar akat

4. Meningkatnya pemanfaatan wilayah keprospekaan sumber daya geologi

5. Meningkatnya usulan rekomendasi wilayah kerja pertambangan dan wilayah

pertambangan

6. Meningkatnya pemanfaatan hasil penelitian, penyelidikan, dan pemetaan

bidang lingkungan geologi dan air tanah

7. Meningkatnya pemanfaatan hasil penelitian dan penyelidikan di bidang

vulkanologi dan mitigasi bencana geologi

8. Meningkatnya pemanfaatan hasil pengembangan metoda dan teknologi dalam

(42)

BA

B

IV

ARAH

KEBIJAKAN,

STRATEGI

PROGRA

M

DA

N

KEGIATAN

4.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional

Mengacu pada permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa dan negara Indonesia baik dewasa ini maupun dalam lima tahun mendatang, maka arah

kebijakan umum RPJMN2010-2014 adalah sebagai berikut:

1. Arah kebijakan umum untuk melanjutkan pembangunan mencapai Indonesia

yang sejahtera. Indonesia yang sejahtera tercermin dari peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dalam bentuk percepatan pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengurangan kemiskinan, pengurangan tingkat pengangguran yang diwujudkan dengan bertumpu pada program perbaikan kualitas sumber daya manusia, perbaikan infrastruktur dasar, serta terjaganya dan terpeliharanya lingkungan hidup secara berkelanjutan.

2. Arah kebijakan umum untuk memperkuat pilar-pilar demokrasi dengan

penguatan yang bersifat kelembagaan dan mengarah pada tegaknya ketertiban umum, penghapusan segala macam diskriminasi, pengakuan dan penerapan hak asasi manusia serta kebebasan yang bertanggung jawab.

I-3. Arah kebijakan umum untuk memperkuat dimensi keadilan dalam semua

bidang termasuk pengurangan kesenjangan pendapatan, pengurangan

kesenjangan pembangunan antar daerah (termasuk desa-kota), dan

kesenjangan jender. Keadilan juga `hanya dapat diwujudkan bila sistem hukum berfungsi secara kredibel, bersih, adil dan tidak pandang bulu. Demikian pula

kebijakan pemberantasan korupsi secara konsisten diperlukan agar tercapai

r asakeadilan dan pemerintahan yang bersih.

Berdasarkan keberhasilan pencapaian program pembangunan dalam lima tahun sebelumnya (2004-2009), pemerintah akan melanjutkan pendekatan

pembangunan kelembagaan dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan.

(43)

efisien. Pemerintahan tidak seharusnya hanya berorientasi pada hasil jangka

pendek, dengan tidak mengindahkan azas-azas kepatutan, keadilan, dan

keberlanjutan. Pendekatan ini dipandang akan memberikan hasil yang berkelanjutan karena dibangun di atas fondasi yang lebih kokoh, melewati proses

yang telah disetujui bersama secara demokratis, serta dengan rasa memiliki yang

tinggi dan akuntabel.

Sebelas Prioritas Nasional di bawah ini bertujuan untuk sejumlah tantangan yang dihadapi oleh bangsa dan negara di masa mendatang. Sebagian besar sumber daya dan kebijakan akan diprioritaskan untuk menjamin implementasi dari 11 prioritas nasional yaitu: (1) reformasi birokrasi dan tata kelola; (2) pendidikan; (3)

kesehatan; (4) penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6)

infrastruktur; (7) iklim investasi dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup

dan bencana; (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paskakonflik;

serta (11)kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi.

Dari sebelas prioritas nasional tersebut, maka setidaknya ada sembilan prioritas

yang dapat terkait langsung dengan prioritas pembangunan bidang geologi, yaitu:

I-51

Prioritas 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola

Pemantapan tata kelola pemerintahan yang lebih baik melalui terobosan kinerja secara terpadu, penuh integritas, akuntabel, taat kepada hukum yang berwibawa,

dan transparan. Peningkatan kualitas pelayanan publik yang ditopang oleh

efisiensi struktur pemerintah di pusat dan di daerah, kapasitas pegawai pemerintah yang memadai, dan data kependudukan yang baik.

Oleh karena itu, substansi inti dari reformasi birokrasi dan tata kelola adalah sebagai berikut :

• Struktur: Konsolidasi struktural dan peningkatan kapasitas kementerian/lembaga yang menangani aparatur negara yaitu Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN), Badan Kepegawaian Negara (BKN),

(44)

pemanfaatan sumber daya kelautan, restrukturisasi BUMN, hingga pemanfaatan tanah dan penataan ruang bagi kepentingan rakyat banyak selambat-lambatnya 2014;

• Regulasi: Percepatan harmonisasi dan sinkronisasi peraturan

per undangundangan di tingkat pusat dan daerah hingga tercapai keselarasan

arah dalam implementasi pembangunan, di antaranya penyelesaian kajian 12.000 peraturan daerah selambat-lambatnya 2011;

• Sinergi antara pusat dan daerah: Penetapan dan penerapan sistem Indikator Kinerja Utama Pelayanan Publik yang selaras antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah;

• Penegakan Hukum: Peningkatan integrasi dan integritas penerapan dan penegakan hukum oleh seluruh lembaga dan aparat hukum.

I-52

Prioritas 3: Kesehatan

Penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventif, tidak hanya kuratif, melalui peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan di antaranya dengan perluasan penyediaan air bersih, pengurangan wilayah kumuh sehingga secara keseluruhan dapat meningkatkan angka harapan hidup dari 70,7

tahun pada 2009 menjadi 72,0 tahun pada 2014, dan pencapaian keseluruhan

sasar anMilleniumDevelopmentGoals (MDGs) tahun 2015.

Program kesehatan masyarakat antara lain penyediaan akses sumber air bersih yang menjangkau 67% penduduk dan akses terhadap sanitasi dasar berkualitas yang menjangkau 75% penduduk sebelum 2014.

I-54

Prioritas 5: Ketahanan Pangan

Peningkatan ketahanan pangan dan lanjutan revitalisasi pertanian untuk mewujudkan kemandirian pangan, peningkatan daya saing produk pertanian, peningkatan pendapatan petani, serta kelestarian lingkungan dan sumber daya

alam. Oleh karena itu, substansi inti program aksi ketahanan pangan adalah

sebagaiber ikut:I-55

(45)

pertanian baru seluas 2 juta hektar, penertiban serta optimalisasi penggunaan lahan terlantar;

• Infrastruktur: Pembangunan dan pemeliharaan sarana transportasi dan angkutan, pengairan, jaringan listrik, serta teknologi komunikasi dan sistem informasi nasional yang melayani daerah-daerah sentra produksi pertanian demi peningkatan kuantitas dan kualitas produksi serta kemampuan pemasar annya;

• Investasi, Pembiayaan, dan Subsidi: Dorongan untuk investasi pangan,

per tanian, dan industri perdesaan berbasis produk lokal oleh pelaku usaha dan

pemer intah, penyediaan pembiayaan yang terjangkau, serta sistem subsidi yang

menjamin ketersediaan benih varietas unggul yang teruji, pupuk, teknologi dan

sar ana pasca panen yang sesuai secara tepat waktu, tepat jumlah, dan

ter jangkau;

• Adaptasi Perubahan Iklim: Pengambilan langkah-langkah kongkrit terkait

adaptasi dan antisipasi sistem pangan dan pertanian terhadap perubahan iklim.

Prioritas 6: Infrastruktur

Pembangunan infrastruktur nasional yang memiliki daya dukung dan daya gerak

terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan dan mengutamakan

kepentingan masyarakat umum di seluruh bagian negara kepulauan Republik

Indonesia dengan mendorong partisipasi masyarakat. Oleh karena itu, substansi

inti program aksi bidang infrastruktur adalah sebagai

ber ikut:

• Tanah dan tata ruang: Konsolidasi kebijakan penanganan dan pemanfaatan

tanah untuk kepentingan umum secara menyeluruh di bawah satu atap dan

pengelolaan tata ruang secara terpadu;

• Jalan: Penyelesaian pembangunan Lintas Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Papua sepanjang

total 19.370 km pada 2014;

• Pengendalian banjir: Penyelesaian pembangunan prasarana pengendalian

banjir , diantaranya Banjir Kanal Timur Jakarta sebelum 2012 dan penanganan

(46)

• Transportasi perkotaan: Perbaikan sistem dan jaringan transportasi di 4 kota besar (Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan) sesuai dengan Cetak Biru Transportasi Perkotaan, termasuk penyelesaian pembangunan angkutan kereta listrik di Jakarta (MRT dan Monorail) selambat-lambatnya 2014.

Prioritas 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha

Peningkatan investasi melalui perbaikan kepastian hukum, penyederhanaan prosedur, perbaikan sistem informasi, dan pengembangan Kawasan Ekonomi

Khusus (KEK). Oleh karena itu, substansi inti program aksi bidang iklim investasi

dan iklim usaha adalah sebagai berikut:

• Kepastian hukum: Reformasi regulasi secara bertahap di tingkat nasional dan daerah sehingga terjadi harmonisasi peraturan perundang-undangan yang tidak

menimbulkan ketidakjelasan dan inkonsistensi dalam implementasinya;

• Penyederhanaan prosedur: Penerapan sistem pelayanan informasi dan perizinan investasi secara elektronik (SPSIE) pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di beberapa kota yang dimulai di Batam, pembatalan perda bermasalah dan pengurangan biaya untuk memulai usaha seperti Tanda Daftar • Perusahaan (TDP) dan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP);I-menjamin

kelancaran arus barang dan mengurangi biaya transaksi/ekonomi biaya tinggi; • Sistem informasi: Beroperasinya secara penuh National SingleWindow (NSW)

untuk impor (sebelum Januari 2010) dan ekspor. Percepatan realisasi proses penyelesaian bea cukai di luar pelabuhan dengan implementasi tahap pertama

Custom Advanced Trade System(CATS) di dryportCikar ang;

• KEK: Pengembangan KEK di 5 (lima) lokasi melalui skema Public-Pr ivate

Partnership sebelum 2012;

• Kebijakan ketenagakerjaan: Sinkronisasi kebijakan ketenagakerjaan dan iklim usaha dalam rangka memperluas penciptaan lapangan kerja.

Prioritas 8: Energi

Pencapaian ketahanan energi nasional yang menjamin kelangsungan pertumbuhan nasional melalui restrukturisasi kelembagaan dan optimalisasi pemanfaatan energi alternatif seluas-luasnya. Oleh karena itu, substansi inti program aksi

(47)

• Kebijakan: Pengambilan kewenangan atas kebijakan energi ke dalam Kantor Presiden untuk memastikan penanganan energi nasional yang terintegrasi

sesuai dengan Rencana Induk Energi Nasional;

• Restrukturisasi BUMN: Transformasi dan konsolidasi BUMN bidang energi dimulai dari PLN dan Pertamina yang selesai selambat-lambatnya 2010 dan

diikuti oleh BUMN lainnya;

• Kapasitas energi: Peningkatan kapasitas pembangkit listrik sebesar rata-r ata

MW per tahun mulai 2010 dengan rasio elektrifikasi yang mencakup 62% pada 2010 dan 80% pada 2014; dan produksi minyak bumi sebesar lebih dari 1,01 juta barrel per hari mulai 2014;

• Energi alternatif: Peningkatan pemanfaatan energi terbarukan termasuk energi alternatif geothermal sehingga mencapai 2.000 MW pada 2012 dan 5.000 MW pada 2014 dan dimulainya produksi coal bed methane untuk membangkitkan listrik pada 2011 disertai pemanfaatan potensi tenaga surya, microhydro, serta nuklir secara bertahap;Iikutan/ turunan minyak bumi dan gas sebagai bahan

baku industri tekstil, pupuk dan industri hilir lainnya;

• Konversi menuju penggunaan gas: Perluasan program konversi minyak tanah

ke gas sehingga mencakup 42 juta Kepala Keluarga pada 2010; penggunaan gas

alam sebagai bahan bakar angkutan umum perkotaan di Palembang, Surabaya, dan Denpasar.

Prioritas 9: Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana

Konservasi dan pemanfaatan lingkungan hidup mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan yang keberlanjutan, disertai penguasaan dan

pengelolaan risiko bencana untuk mengantisipasi perubahan iklim. Oleh karena

itu, substansi inti program aksi bidang lingkungan hidup dan pengelolaan bencana adalah sebagai berikut:

1. Perubahan iklim: Peningkatan keberdayaan pengelolaan lahan gambut,

peningkatan hasil rehabilitasi seluas 500,000 ha per tahun, dan penekanan

laju deforestasi secara sungguh-sungguh di antaranya melalui kerja sama

lintas kementerian terkait serta optimalisasi dan efisiensi sumber pendanaan

(48)

2. Pengendalian Kerusakan Lingkungan: Penurunan beban pencemaran

lingkungan melalui pengawasan ketaatan pengendalian pencemaran air

limbah dan emisi di 680 kegiatan industri dan jasa pada 2010 dan terus berlanjut; Penurunan jumlah hotspotkebakaran hutan sebesar 20% per tahun dan penurunan tingkat polusi keseluruhan sebesar 50% pada 2014; Penghentian kerusakan lingkungan di 11 Daerah Aliran Sungai yang rawan bencana mulai 2010 dan seter usnya;

3. Sistem Peringatan Dini: Penjaminan berjalannya fungsi Sistem Peringatan Dini

Tsunami (TEWS) dan Sistem Peringatan Dini Cuaca (MEWS) mulai 2010 dan seterusnya, serta Sistem Peringatan Dini Iklim (CEWS) pada 2013;

4. Penanggulangan bencana: Peningkatan kemampuan penanggulangan bencana

melalui: 1) penguatan kapasitas aparatur pemerintah dan masyarakat dalam usaha mitigasi risiko serta penanganan bencana dan bahaya kebakaran hutan

di 33 propinsi, dan 2) pembentukan tim gerak cepat (unit khusus penanganan

bencana) dengan dukungan peralatan dan alat transportasi yang memadai dengan basis di dua lokasi strategis (Jakarta dan Malang) yang dapat

menjangkau seluruh wilayah Indonesia.

I-59

Prioritas 10: Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca-Konflik

Program aksi untuk daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik ditujukan untuk pengutamaan dan penjaminan pertumbuhan di daerah tertinggal, terdepan, terluar serta keberlangsungan kehidupan damai di wilayah pascakonflik dengan substansi inti sebagai berikut:

1. Kebijakan: Pelaksanaan kebijakan khusus dalam bidang infrastruktur dan

pendukung kesejahteraan lainnya yang dapat mendorong pertumbuhan di daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik selambat-lambatnya

dimulai pada 2011;

2. Kerjasama internasional: Pembentukan kerja sama dengan negara-negar a

tetangga dalam rangka pengamanan wilayah dan sumber daya kelautan;

3. Keutuhan wilayah: Penyelesaian pemetaan wilayah perbatasan RI dengan

Malaysia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Filipina pada 2010;

4. Daerah tertinggal: Pengentasan daerah tertinggal di sedikitnya 50 kabupaten

Gambar

Tabel 2.1 Cadangan, Produksi Minyak Bumi  dan Gas Bumi Tahun 2005 - 2009
Gambar 2.1   Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia 2005
Gambar 2.3 Peningkatan Sumber Daya Bitumen Padat 2005 – 2009
Tabel 2.2 Hasil Kegiatan Penyelidikan CBM Tahun 2006 – 2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

Strategi memperlambat menopause adalah menghentikan konsumsi rokok, menambah pendapatan dengan berusaha di rumah, melakukan olah raga teratur minimal 30 menit

Form penjualan digunakan untuk input semua data penjualan, pilih menu penjualan tunai atau kredit, penjualan secara kredit klik tombol baru, input id anggota pilih lama angsuran,

Pentingnya mengetahui nilai dari kearifan lokal suatu daerah dalam hal ini bagaimana aktivitas perladangan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat Suku Anak Dalam

Router juga kadang digunakan untuk mengoneksikan dua buah jaringan yang menggunakan media yang berbeda (seperti halnya router wireless yang pada umumnya selain ia dapat

Anda bisa memberikan coretan pada slide presentasi anda, yang kelak tidak akan merusak slide anda sama sekali, kecuali anda memutuskan untuk menyimpan coretan

17 c.RepeatabilityRepeatabilityyaitukemampuansensoruntuk

 Peserta didik dalam kelompok mengerjakan tugas membedakan jenis benda tunggal dan jenis benda jamak benda-benda di dalam kelas, di ruang tamu, di kamar tidur dan di

Metode yang digunakan untuk memprediksi yaitu metode Adaptive Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS).. Pada penelitian ini metode ANFIS diimplementasikan dengan struktur