• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIMPUH | Sistem Informasi Perundang-Undangan dan Hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SIMPUH | Sistem Informasi Perundang-Undangan dan Hukum"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1998

TENTANG

PEMBERANTASAN KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

Bahwa sebagai pelaksanaan dari Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dan dalam upaya memperhatikan dengan sungguh-sungguh dan seksama aspirasi yang berkembang dalam masyarakat mengenai pemeriksaan terhadap mantan Presiden Soeharto yang diduga telah melakukan praktek korupsi, kolusi dan nepotisme, dipandang perlu untuk secepatnya mengambil langkah-langkah pelaksanaannya dengan mengeluarkan Instruksi Presiden.

Mengingat :

1. Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

3. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaga Negara Tahun 1971 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2958)

MENGINSTRUKSIKAN :

Kepada : Jaksa Agung

Untuk :

PERTAMA :

Segera mengambil tindakan proaktif, efektif dan efisien dalam memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme guna memperlancar dan meningkatkan pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka terwujudnya tujuan nasional Bangsa Indonesia.

KEDUA :

Segera mengambil tindakan hukum memeriksa mantan Presiden Soeharto yang diduga telah melakukan praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dengan tetap berpegang teguh pada prinsip praduga tak bersalah dan menghormati hak asasi manusia.

KETIGA :

Melaksanakan Instruksi Presiden ini dengan penuh tanggung jawab

Instruksi Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 2 Desember 1998

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

Referensi

Dokumen terkait

Berbagai kebijakan tersebut tertuang dalam berbagai peraturan perundang-undangan, antara lain dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau yang disingkat TAP MPR merupakan salah satu sumber hukumyang berlaku di Indonesia.Kedudukan Ketetapan Majelis

Sesuai dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah, penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor I/MPR/2003 Tentang Peninjauan Terhadap Materi Dan Status Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan

tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di1. Lingkungan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah

adalah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal

Menurut TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, tujuan dari sistem pengukuran kinerja adalah

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber