• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Seminar Inovasi Teknologi Pertanian 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prosiding Seminar Inovasi Teknologi Pertanian 2012"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN KEMASAN DALAM DISTRIBUSI JERUK SIAM (Citrus nobilis)

Edi Tando1, Mansur2 dan Taufik Hidayat3

Di Sulawesi Tenggara, jeruk siam (Citrus Nobilis) merupakan salah satu jenis jeruk yang dibudidayakan selain jeruk keprok. Namun demikian penanganan pasca panen buah jeruk siam pada saat panen raya belum ditangani dengan baik, menyebabkan harga yang diperoleh petani sangat rendah. Pengemasan merupakan salah satu bentuk penanganan pasca panen pada buah-buahan, dilakukan untuk mewadahi dan melindungi produk dari kerusakan-kerusakan, sehingga lebih mudah disimpan, diangkut dan dipasarkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi kemasan dalam distribusi buah jeruk siam (Citrus Nobilis). Penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember 2010 di Kabupaten Konawe Selatan. Buah jeruk siam di panen pada tingkat kematangan 50 - 75 %, kemudian di kemas pada kemasan kardus tanpa sekat, kemasan kardus dengan sekat serta kemasan papan/kayu tanpa sekat, selanjutnya di angkut menggunakan kendaraan roda empat ke Kota Kendari. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan diinterpretasikan secara deskriftif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kemasan kardus dengan sekat dapat menekan kerusakan jeruk siam dalam distribusi yaitu 4,37%, kemasan papan/kayu tanpa sekat yaitu 5,68 % dan kemasan kardus tanpa sekat yaitu 14,84%. Pemilihan kemasan yang digunakan perlu mempertimbangkan efisiensi biaya.

Kata kunci : Pengemasan, distribusi, jeruk siam

PENDAHULUAN

Di Sulawesi Tenggara, jeruk siam (Citrus Nobilis) merupakan salah satu jenis jeruk yang dibudidayakan selain jeruk keprok, namun demikian penanganan pasca panen buah jeruk siem pada saat panen raya belum ditangani dengan baik, menyebabkan harga yang diperoleh petani sangat rendah (Taufiq, 2011). Melimpahnya hasil panen jeruk siam setiap tahun di tingkat petani, selain disebabkan penerapan teknologi pra panen dan pasca panen masih sederhana, juga masih terkendala terbatasnya sarana dan prasarana pendukung, seperti jalan yang rusak saat musim hujan serta alat transportasi kurang memadai.

Penanganan pasca panen bertujuan agar hasil panen dalam kondisi baik dan sesuai atau tepat untuk dapat segera dikonsumsi maupun untuk bahan baku pengolahan, penanganan pasca panen yang baik akan menekan kehilangan (losses) baik dalam kualitas maupun kuantitas (Mutiarawati, 2007). Pengemasan merupakan salah satu bentuk penanganan pasca panen pada buah-buahan, dilakukan untuk mewadahi dan melindungi produk dari kerusakan-kerusakan, sehingga lebih mudah disimpan, diangkut dan dipasarkan. Buah yang diangkut dapat di kemas menggunakan bahan kemasan yang bervariasi seperti kardus, papan/peti kayu, kertas, plastik, gelas, logam, fiber, bambu, karung goni, tray dari stirofoam dan plastik film dan lain - lain (Julianti, 2006). Pengemasan buah dengan menggunakan karton atau besek dalam bentuk salak pipil atau tandan dapat memperpanjang masa simpan buah selama 12 hari (Trisnawaty, 2010)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi penggunaan kemasan dalam distribusi buah jeruk siam (Citrus Nobilis).

BAHAN DAN METODA

(2)

terisi buah jeruk siam sesuai kapasitas masing - masing kemasan. Kemudian di angkut menggunakan kendaraan roda empat ke Kota Kendari sebagai tujuan.

Parameter yang diamati yaitu 1) Jumlah jeruk siam yang baik dan rusak dalam distribusi dan 2) Persentase kerusakan jeruk siam dalam distribusi. Data yang diperoleh dalam pengamatan disajikan dalam bentuk tabel dan diinterpretasikan secara deskriftif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi buah jeruk siam saat distribusi menggunakan kemasan kardus

Kondisi buah jeruk siam saat distribusi menggunakan kemasan kardus, disajikan pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa saat distribusi buah jeruk siam menggunakan kemasan kardus, jumlah buah jeruk siam yang mengalami kerusakan terbesar terdapat pada kemasan kardus tanpa sekat yaitu 54 atau 14,84% dari jumlah keseluruhan buah pada 3 (tiga) kemasan kardus tanpa sekat, sementara jumlah buah jeruk siam yang mengalami kerusakan terkecil terdapat pada kemasan kardus yang bersekat yaitu 10 atau 4,37% dari jumlah keseluruhan buah pada 3 (tiga) kemasan kardus dengan sekat.

Banyaknya buah jeruk siam yang mengalami kerusakan pada kemasan kardus tanpa sekat yaitu 54 atau 14,84%, disebabkan oleh adanya benturan atau gesekan antar buah jeruk siam dalam kemasan, sebagai akibat dari kondisi jalan yang rusak saat distribusi ke tujuan. Selama proses distribusi/transportasi buah sangat rentan terhadap kerusakan fisik akibat guncangan, gesekan, benturan ataupun tekanan akibat beban yang berlebihan (Broto, 2003). Kerusakan fisik seperti memar dan luka pada buah dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih serius, yaitu penurunan kualitas buah secara kimiawi maupun mikrobiologis, buah yang mengalami luka fisik, selain tampilannya menjadi kurang baik, juga akan memicu terjadinya pembusukan (Qanitah, 2011).

Tabel 1. Kondisi Bauh Jeruk Siam Saat Distribusi Menggunakan Kemasan Kardus.

Kemasan ke Kemasan kardus tanpa sekat Kemasan kardus dengan sekat

Buah Baik Buah Rusak Buah Baik BuahRusak

1 107 17 75 1 dalam kemasan, meskipun kondisi jalan yang rusak saat distribusi ke tujuan. Kemasan memiliki peran penting, antara lain untuk meningkatkan tampilan produk, membantu mencegah atau mengurangi kerusakan serta melindungi buah dari cemaran dan gangguan fisik lainnya. Kemasan juga berfungsi memudahkan penyimpanan, pengangkutan dan meningkatkan efisiensi distribusi, namun kemasan yang baik bukan hanya dapat meminimalkan kerusakan dan mempertahankan mutu buah, tetapi juga dapat menekan biaya transportasi dan distribusi sehingga mengurangi biaya yang ditanggung produsen (Qanitah, 2011).

Menurut Mutiarawati (2007) bahwa keuntungan dari pengemasan yang baik adalah 1) Dapat melindungi komoditas dari kerusakan mekanis, pengaruh lingkungan, kotoran dan kehilangan, 2) Memudahkan penanganan, 3) Meningkatkan pelayanan dalam pemasaran dan 4) Mengurangi atau menekan biaya transportasi/ tata niaga.

Kondisi buah jeruk siam saat distribusi menggunakan kemasan papan tanpa sekat

(3)

Tabel 2. Kondisi Buah Jeruk Siam Saat Distribusi Menggunakan Kemasan Papan/Kayu Tanpa Sekat.

Kemasan ke Kemasan Papan/Kayu Tanpa Sekat

Buah Baik Buah Rusak

1 75 1

2 72 5

3 68 7

Jumlah 216 13

Persentaser (%) 94,32 5,68

Berdasarkan Tabel 2, Penyebab kerusakan buah jeruk siam pada kemasan papan/kayu tanpa sekat, disebabkan adanya getaran, gesekan dan benturan-benturan mekanis selama proses distribusi dari lokasi petani ke Kota Kendari sebagai tujuan. Menurut Winarno (1990) faktor mekanis yang dapat merusak bahan-bahan hasil pertanian segar dan bahan pangan olahan yaitu vibrasi (getaran) yang dapat mengakibatkan kerusakan pada bahan atau kemasan selama dalam perjalanan atau distribusi dan stress atau tekanan fisik menyebabkan kerusakan yang diakibatkan adanya gesekan.

Salah satu penyebab kerusakan bahan pangan termasuk buah - buahan yaitu adanya kerusakan mekanis yang disebabkan adanya benturan-benturan mekanis, kerusakan ini dapat terjadi pada benturan antar bahan, waktu dipanen dengan alat, selama pengangkutan (tertindih atau tertekan) maupun terjatuh, sehingga mengalami bentuk atau cacat berupa memar (Susiwi, 2009). Selanjutnya kerusakan hasil pertanian dapat disebabkan oleh adanya (1) kerusakan fisiologis, yaitu perubahan yang terjadi karena proses fisiologis (hidup) yang terlihat sebagai perubahan fisiknya (warna, bentuk, ukuran, kelunakan, rasa, aroma, dan peningkatan zat – zat tertentu, (2) adanya perubahan mekanis (disebabkan benturan, gesekan, tekanan, tusukan, baik antar hasil pertanian maupun dengan benda lain dan (3) adanya proses biologis (kerusakan yang terjadi karena proses biologis yang terjadi dalam produk hasil pertanian itu sendiri atau karena adanya pengaruh dari luar (Winarno, 1981).

Jika dibandingkan dengan persentase kerusakan buah jeruk siam pada kemasan kardus tanpa sekat yaitu 14,84%, maka jumlah kerusakan buah jeruk siam pada kemasan papan/kayu tanpa sekat lebih kecil yaitu 5,68%. Hal ini kemungkinan disebabkan penggunaan kemasan papan/kayu tanpa sekat dapat memberikan perlindungan mekanis yang baik terhadap buah jeruk siam, sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya kerusakan buah saat didistribusikan ke tujuan meskipun kondisi jalan yang dilalui rusak. Lebih lanjut Syarief (1989) menyatakan bahwa papan/kayu digunakan untuk mengemas berbagai macam produk pangan padat dan cair seperti buah-buahan dan sayuran, kelebihan kemasan kayu adalah memberikan perlindungan mekanis yang baik terhadap bahan yang di kemas, karakteristik tumpukan yang baik dan mempunyai rasio kompresi daya tarik terhadap berat yang tinggi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Penggunaan kemasan kardus dengan sekat dapat menekan kerusakan buah jeruk siam saat distribusi yaitu 3,47 %.

2. Pemilihan kemasan yang digunakan perlu mempertimbangkan efisiensi biaya.

S a r a n

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Julianti, E. 2006. Teknologi Pengemasan. Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Mutiarawati, T. 2007. Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian. Disampaikan pada Workshop Pemandu Lapangan 1 (PL-1) Sekolah Lapangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (SL-PPHP). Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Qanytah dan Indrie Ambarsari, 2011. Efisiensi Penggunaan Kemasan Kardus Distribusi Mangga Arumanis. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Volume 30 Nomor 1. Balai Besar P2TP Bogor. Bogor.

Taufik, R. 2011. Demonstrasi Teknologi Pasca Panen Jeruk Siam di Lokasi FEATI. Laporan Akhir Kegiatan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara. Kendari.

Trisnawati, W. dan Rubyo. 2010. Pengaruh Penggunaan Kemasan dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Buah Salak Bali. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Denpasar.

Susiwi, S. 2009. Kerusakan Pangan. Skripsi. Jurusan Pendidikan Kimia. Universitas Pendidikan Indonesia. Jakarta.

Syarief, R., S. Santausa dam St. Ismayana, B. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium Rekayasa Proses Pangan, PAU Pangan dan Gizi, IPB. Bogor.

Winarno, F.G. 1981. Fisiology Lepas Panen. Penerbit PT. Sastra Hudaya. Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Kondisi Bauh Jeruk Siam Saat Distribusi Menggunakan Kemasan Kardus.
Tabel 2. Kondisi Buah Jeruk Siam Saat Distribusi Menggunakan Kemasan Papan/Kayu Tanpa Sekat

Referensi

Dokumen terkait

Deskripsi data yang akan disajikan berupa data hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SDN Sidomulyo II Krian Sidoarjo sebelum ( pre-test ) dan sesudah (

Permasalahan dari perusahaan ini adalah tinggi rendahnya kinerja karyawan, untuk suatu upaya yang dapat meningkatkan kinerja karyawan, dengan permasalahan tersebut

Sedangkan menurut Gunawan (2012:153) prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang telah dicapai siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu yang

setelah interface kita buat DAO nya dengan nama class DaoMySql.java package bahrie.model; import bahrie.entity.Mahasiswa; import java.sql.Connection; import java.sql.DriverManager;

Pandangan yang disampaikan oleh informan bahwa kepala madrasah dalam penerapan sistem manajemen mutu terhadap sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai adalah denga

Laporan Keuangan tersebut telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Budiman, Wawan, Pamudji & Rekan dan mendapat opini wajar, dalam semua hal yang material, posisi

Oleh sebab itu penulis tertarik untuk mencoba mengoptimalkan file MIDI dengan menggunakan program Borland Delphi 5.0 untuk membuat Aplikasi MIDI Karaoke yang dapat menampilkan teks