• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KUALITAS PAKAN TERNAK KAMBING DENGAN PAKAN ALTERNATIVE : STUDI PENDAMPINGAN DUSUN BECIRO DESA JEMPUTREJO KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KUALITAS PAKAN TERNAK KAMBING DENGAN PAKAN ALTERNATIVE : STUDI PENDAMPINGAN DUSUN BECIRO DESA JEMPUTREJO KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KUALITAS PAKAN TERNAK KAMBING DENGAN PAKAN ALTERNATIVE

(Studi Pendampingan Dusun Beciro Desa Jemputrejo Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program sarjana strata satu prodi pengembangan masyarakat islam

Oleh :

Anggi Nur Armawan B02210008

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Anggi Nur Armawan / B02210008. PENINGKATAN KUALITAS PAKAN TERNAK KAMBING DENGAN PAKAN ALTERNATIF( studi pendampingan Dusun Beciro Desa Jumputrejo Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo)

Berternak menjadi yang paling banyak digeluti warga Desa Jumputrejo yang juga berprofesi sebagai petani. Berternak, selain menjadi alternative pendapatan juga merupakan strategi warga dalam menyimpan uang. Hampir seluruh warga menjadikan ternak sebagai investasi jangka panjang. Adapun hewan ternak yang biasa di budidayakan yakni kambing. Kambing menjadi pilihan selain perawatannya yang tidak rumit. Dahulu Kambing memiliki prospek yang cukup menjanjikan disetiap tahunnya sehingga banyak warga yang menggeluti usaha ini. Namun beberapa tahun belakangan, usaha peternakan kambing lambat laun mulai berkurang peminatnya. Kambing-kambing Desa Jumputrejo yang dahulu terkenal akan kualitasnya, kini mengalami penurunan kualitas yakni kambing yang tidak berkembang dengan baik.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN PENGUJI ... iv

MOTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAKSI ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Kondisi dampingan ... 2

C. Fokus Penelitian ... 3

D. Tujuan penelitian ... 4

E. Sistematika pembahasan ... 4

BAB II KAJIAN TEORITIK ... 7

A. Konsep Pemberdayaan Masyarakat ... 7

BAB III METODOLOGI PENELTIAN ... 13

A. Pendekatan Penelitian. ... 13

B. Prosedur Penelitian ... 15

C. Subyek Penelitian ... 18

D. Teknis Pelaksanaan Penelitian ... 20

(7)

BAB V PROBLEMATIKA DESA JUMPUTREJO ... 37

A. Ekonomi menengah kebawah ... 37

B. Mendongkrak masalah menggali solusi ... 40

C. Solusi potensi alam sebagai tumpuhan kekuatan ekonomi ... 41

D. Sosial masyarakat yang harmonis ... 44

E. Kehidupan beragama dan paradigma masyarakat ... 44

F. Dinamika permasalahan masyarakat ... 48

BAB VI LANGKAH SETRATEGIS MERANGKAI PERUBAHAN ... 51

A. Asal-usul timbulnya masalah ... 51

B. Perencanaan solusi yang solutif ... 65

C. Bentuk penyelesaian masalah ... 74

BAB VII SEBUAH CATATAN REFLEKSI ... 82

BAB VIII PENUTUPDAN REKOMENDASI ... 91

A. Kesimpulan ... 91 DAFTAR PUSTAKA

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sidoarjo, merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur. Letaknya bersebelahan dengan Kota Surabaya yang merupakan ibukota provinsi Jawa Timur sehingga tidak heran jika Sidoarjo menjadi kota yang lalu lintasnya cukup padat. Dalam perkembangannya, Sidoarjo menjadi kota yang cukup padat oleh industri. Hampir sebagian besar wilayah Sidoarjo didirikan industri-industri baik skala rumah tangga maupun skala besar. Industri skala besar umumnya berada di Sidoarjo bagian timur.

(9)

2

Selain kacang, padi juga memiliki harga jual, untuk sekali panen bisa mencapai harga bekisar Rp. 1.000.000, perkwintal sedangkan perkilo bisa mencapai Rp. 12000. Dari hasil pertanian mampu mencukupi 60% kebutuhan sehari-hari keluarga petani Desa Jumputrejo. Hasil pertanian yang hanya panen sekali dalam setahun, umumnya keluarga petani mencukupi kebutuhannya dengan mencari alternative pendapatan lain seperti yang dilakukan ibu-ibu misalnya, dengan membuat usaha rumahan seperti membuka warung kopi, warung kelontong maupun TOSERBA, selain warung ada juga yang membuat produksi kripik. selain itu ada beberapa keluarga petani yang bekerja sebagai buruh pabrik dan berternak.

(10)

3

B. Kondisi dampingan

Menurunnya kwalitas ternak kambing karena kambing di Desa Jumputrejo terserang penyakit dan warga Jumputrejo member makan kambing sembarangan, seperti rumput atau tanaman yang menggunakan pestisida dan kambing di Jumputrejo juga kekurangan gizi sehingga kambing di Jumputrejo kurus-kurus .

Setiap individu yang berada dalam sebuah komunitas masyarakat pasti memiliki pikiran, visi, misi yang berbeda.Semua perbedaan yang ada bisa di akibatkan oleh kepentingan-kepentingan yang berbeda pula dari setiap individu. Adanya pandangan dan sudut pandang yang berbeda itu, dapat melahirkan suatu dinamika masyarakat yang tidak dapat di pungkiri lagi.

(11)

4

C. Fokus Penelitian

1. Bagaimana membuat pakan ternak kambing dengan sistem fermentasi ?

2. Bagaimana mengorganisir komunitas peternak kambing ?

Dari latar belakang kontek penelitian di atas, maka peneliti merumuskan fokus riset aksi : (1) Peningkatan kualitas pakan ternak kambing dengan pakan alternatif. (Study pendampingan Dusun Beciro Desa Jumputrejo Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo)

.

D. Tujuan Penelitian

1. Melakukan proses fasilitasi masyarakat dalam pemecahan masalah untuk melakukan transformasi sosial.

2. Mengorganisir komunitas peternak di Dusun Beciro dalam membangun kesadaran untuk tabungan tak terduga.

3. Menciptakan pakan fermentasi sebagai salah satu cara untuk pemberdayaan masyarakat.

E. Sistematika Pembahasan

(12)

5

1. Bab satu, pada bab ini adalah bab pendahuluan, yang mana peneliti menjelaskan latar belakang, fokus penelitian dan tujuan adanya penelitian serta sistematika pembahasan penulisan skripsi yang ditulis oleh peneliti.

2. Bab dua, pada bab ini adalah bab kajian teoritik. Yang berisi tentang konsep pemberdayaan masyarakat, teori etika lingkungan, dan manusia dan lingkungan menurut prespektif islam.

3. Bab tiga, pada bab ini adalah bab metodologi penelitian aksi partisipatif yang berisi pengertian participatoryaction research(PAR), langkah-langkah riset aksi dalam PAR, prinsip-prinsip PAR dan teknik pendampingan dan penelitian.

4. Bab empat, bab ini adalah bab potret kehidupan sosial masyarakat yang berisi meneropong bentang alam Dusun Beciro, yang menjelaskan tentang geografi Dusun Beciro, asal usul Dusun Beciro yang berisikan sejarah nama Dusun Beciro, sejarah adanya Dusun Beciro sebagai komunitas peternak, selayang pandang aktifitas komunitas peternak, sumber perekonomian dan adat istiadat masyarakat Dusun Beciro.

5. Bab lima, pada bab ini adalah mengurai masalah demi membangun asa, yang berisi problematika Desa Jumputrejo.

(13)

6

7. Bab tujuh, pada bab ini adalahbab refleksi yang mana peneliti menjelaskan kerangka teoritik dan menganalisis dengan mengkaji teoritik dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

(14)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Menurut keputusan menteri kesehatan No. 193/ MenKes/ SK/ X/2004 tentang kebijakan nasional promosi kesehatan dan keputusan Menteri Kesehatan No. 114/MenKes/SK/VII 2005 tentang pedoman pelaksanaan promosi kesehatan adalah: 1. Pemberdayaan, 2. Bina Suasa, 3. Advokasi 4. Kemitraan. Tetapi pada bab ini peneliti membehas point yang pertama, yaitu pemberdayaan.1 Banyak macam definisi yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perorangan, kelompok, dan masyarakat umum di bidang kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Pemberdayaan masyarakat definisi yang lainnya adalah sebagai upaya untuk memberi daya atau kekuatan keberdayaan masyarakat adalah unsur-unsur yang memungkinkan masyarakat mampu bertahan dan dalam pengertian yang dinamis. Mampu mengembangkan diri untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu memberdayakan masyarakat merupakan upaya untuk terus menerus meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat bawah yang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.

(15)

8

Dengan kata lain, memberdayakan masyarakat adalah meningkatkan kemampuan dan menikngkatkan kemandirian masyarakat.2

Untuk mengetahuai fokus dan tujuan pemberdayaan secara operasional, maka perlu diketahui berbagai indikator keberdayaan yang dapat menunjukkan seseorang itu berdaya atau tidak. Sehingga ketika sebuah program itu di berikan, segenap upaya dapat dikonsentrasikan pada aspek-aspek apa saja dari sasaran perubahan yang perlu dioptimalkan, dibawah adalah tabel indikator keberdayaan.

(16)
(17)
(18)

Prinsip-prinsip pekerja sosial, seperti menolong orang agar mampu menolong dirinya sendiri (to help people to help themselves), penentuan nasib sendiri (self determination), bekerja dengan masyarakat (working for people),

menunjukkan betapa pekerjaan sosial memiliki komitmen yang kuat terhadap pemberdayaan.4

Demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat. Pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses.

Membangun dan memberdayakan masyarakat melibatkan proses dan tindakan sosial di mana penduduk sebuah komunitas mengorganisasikan diri dalam membuat perencanaan dan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial atau memenuhi kebutuhan sosial dengan kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya. Proses tersebut tidak muncul secara otomatis,

(19)

12

melainkan tumbuh dan berkembang berdasarkan interaksi masyarakat setempat dengan pihak luar atau para pekerja sosial baik yang bekerja berdasarkan dorongan karitatif maupun perpektif profesional, dalam program penanganan problem. Pendamping sosial kemudian hadir sebagai agen perubah yang turut terlibat membantu memecahkan persoalan yang dihadapi masyarakat. Demikian pendamping sosial dapat diartikan sebagai interaksi dinamis antara kelompok dinamis antara kelompok yang belum berdaya dengan pekerja sosial untuk secara bersama-sama menghadapi beragam tantangan.

Pendamping sosial merupakan satu strategi yang sangat menentukan keberhasilan program pemberdayaan. Sesuai dengan prinsip pekerjaan sosial

yakni, “membantu orang agar mampu membantu dirinya sendiri”,

pemberdayaan masyarakat sangat memperhatikan pentingnya partisipasi publik yang kuat. Peranan seorang pekerja sosial sering kali diwujudkan dalam kapasitas sebagai pendamping, bukan sebagai penyembuh atau pemecah masalah (Problem Solver) secara langsung.5

5

(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian Participatory Action Research merupakan salah satu model penelitian yang mencari sesuatu untuk menghubungkan proses penelitian ke dalam proses perubahan sosial. Perubahan sosial yang dimaksud adalah bagaimana dalam proses pemberdayaan dapat mewujudkan tiga tolak ukur, yakni adanya komitmen bersama dengan masyarakat, adanya local leader dalam masyarakat dan adanya institusi baru dalam masyarakat yang dibangun berdasarkan kebutuhan. Penelitian ini membawa proses penelitian dalam lingkaran kepentingan orang dan menemukan solusi praktis bagi masalah bersama dan isu-isu yang memerlukan aksi dan refleksi bersama, dan memberikan kontribusi bagi teori praktis.6

PAR (Participatory Action Research) melibatkan pelaksanaan penelitian untuk mendefinisikan sebuah masalah maupun menerapkan informasi ke dalam aksi sebagai solusi atas masalah yang telah terdefinisi.

PAR (Participatory Action Research) adalah “penelitian oleh, dengan, dan

untuk orang” bukan “penelitian terhadap orang”. PAR (Participatory Action

Research) adalah partisipatif dalam arti bahwa ia sebuah kondisi yang diperlukan dimana orang memainkan peran kunci di dalamnya dan memiliki informasi yang relevan tentang sistem sosial (komunitas) yang tengah berada

6

(21)

14

di bawah pengkajian, dan bahwa mereka berpartisipasi dalam rancangan dan implementasi rencana aksi itu didasarkan pada hasil penelitian.

Paradigma pertama, PAR (Participatory Action Research) merubah cara berfikir kita tentang penelitian dengan menjadikan penelitian sebuah proses partisipasi. PAR (Participatory Action Research) itu sendiri adalah sebuah kondisi yang diperlukan dimana orang memainkan peranan kunci di dalamnya dan memiliki informasi yang relevan tentang sistem sosial atau komunitas, yang tengah berada di bawah studi. ‘Subyek’ penelitian lebih baik

untuk dirujuk atau menjadi rujukan sebagai anggota-anggota komunitas, dan mereka berpartisipasi dalam rancangan, implementasi, dan eksekusi penelitian.7

PAR (Participatory Action Research) juga adalah sebuah pergeseran dalam pengertian bahwa ke dalamnya termasuk elemen aksi. PAR (Participatory Action Research) melibatkan pelaksanaan penelitian untuk mendefinisikan sebuah masalah maupun penerapan informasi dengan mengambil aksi untuk menuju solusi atas masalah-masalah yang terdefinisikan. Anggota-anggota komunitas berpartisipasi dalam rancangan dan implementasi dalam rencana tindak strategis didasarkan pada hasil penelitian.

Paradigma kedua, PAR (Participatory Action Research) adalah proses dimana komunitas-komunitas berusaha mempelajari masalah secara ilmiah dalam rangka memandu, memperbaiki, dan mengevaluasi keputusan dan aksi

7

(22)

15

mereka. Cara-cara penelitian yang selama ini biasa dilakukan kalangan akademisi dan peneliti dalam komunitas kita, justru dapat menjadi tantangan dan ancaman bagi sebuah komunitas. Hubungan antara penelitian ilmiah (intellectual research) dapat menjadi intrusive dan exclusive. Kedua tipe penelitian ini juga dapat melenyapkan bagian-bagian penting dan vital dari sebuah poyek penelitian yakni pengalaman hidup nyata, mimpi, pikiran, kebutuhan, kemauan dari anggota komunitas.

PAR (Participatory Action Research) menawarkan metode-metode untuk merubah hakekat hubungan antara orang, dengan organisasi yang biasanya dikejar poyek penelitian dan pengembangan. Hubungan ini termasuk bagaimana kita memahami peran kita sebagai fasilitator, bukan sebagai

experts, bagaimana kita mengelola hubungan dengan lembaga pendidikan dan lembaga bisnis, dan bagaimana kita bekerja satu sama lain sebagai siswa, guru, tetangga, dan anggota komunitas.

B. Prosedur Penelitian

Seperti yang sudah diuraikan di muka. Maka prinsip pendidikan dan pelatihan partisipatif (kritis) dapat dirumuskan sebagai berikut: 8

Pertama, Belajar dari realitas atau pengalaman. Prinsip pertama ini menekankan bahwa yang dipelajari dalam pendidikan ini bukan hanya teori yang tidak ada kaitan dengan kenyataan dan kebutuhan. Jadi bahan pelajaran dalam pendidikan ini berangkat (bersumber) dari kenyataan dan kebutuhan.

(23)

16

Konsep-konsep atau teori-teori yang ada, digunakan untuk membantu dalam menganalisa kenyataan dan kebutuhan. Dengan begitu, tidak ada pengetahuan seseorang lebih tinggi dari yang lainnya. Karena dalam kenyataannya, setiap orang memiliki pengalaman berbeda. Pengalaman tersebut harus diakui sebagai sebuah modal dalam mengembangkan pengetahuan baru.

Kedua, Tidak menggurui. Berdasarkan kepada prinsip yang pertama,

maka di dalam pendidikan partisipatif tak ada “guru” dan tak ada “murid yang digurui”. Semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan ini adalah

“guru sekaligus murid” pada saat yang bersamaan. Keduanya sama-sama mencurahkan perhatian pada obyek yang sedang dikaji. Kedudukan orang luar, harus didudukkan sebagai seorang fasilitator.

Ketiga, Proses belajar dijalankan dengan Dialogis. Karena tidak ada lagi guru atau murid, maka proses yang berlangsung bukan lagi proses

mengajar-belajar” yang bersifat satu-arah, tetapi proses belajar yang dialogis. Proses belajar yang dialogis adalah proses belajar yang menjamin

terjadinya “komunikasi aktif dan kritis dalam berbagai bentuk kegiatan, seperti diskusi kelompok, diskusi pleno, bermain peran, dan sebagainya. Proses belajar dialogis ini juga didukung media belajar yang memadai, seperti alat peraga, grafika, audio-visual, dan sebagainya. Proses belajar ini dimaksudkan untuk mendorong semua orang terlibat dalam proses belajar.

Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam proses belajar ini adalah sebagai berikut :9

9

(24)

17

1. Mengalami/Melakukan

Proses “mengalami” adalah memberikan kesempatan kepada

peserta belajar untuk memiliki atau merasakan suatu pengalaman. Memberikan pengalaman langsung dalam bentuknya adalah peserta belajar dilibatkan dan bertindak untuk merasakan dan mengalami langsung. INGAT!!! Pengalaman adalah guru yang paling baik.

2. Mengungkapkan

Dari pengalaman tersebut, peserta belajar mengungkapkan ‘apa’

yang sudah dialami, atau kesan dari perasaannya, termasuk pengalaman dari Warga belajar lain. Pengalaman ini selanjutnya menjadi bahan (data) untuk diolah selanjutnya.

3. Mengolah dan menganalisis

Setelah melakukan langkah pengungkapan, peserta belajar secara bersama-sama mengkaji semua bahan (data) yang telah diungkapkan (berdasarkan pada pengalaman) tersebut. Hasil analisis ini, kemudian dihubungkan dengan pengalaman baru untuk dibahas dan dianalisis.

4. Menyimpulkan dan Menerapkan

(25)

18

menyimpulkan ini adalah menuju pada aksi pelaksanaan, penerapan, atau implementasi dari apa yang warga belajar telah diskusikan.

C. Subyek Penelitian

Dalam teori PAR terdapat siklus yang dijadikan tolak ukur keberhasilan proses penelitian berbasis pemberdayaan masyarakat. Adapun siklus tersebut dikenal dengan istilah KUPAR (to Know, to Understand, to Plan, to Action dan to Reflection). To Know (untuk mengetahui) merupakan proses awal dalam pemberdayaan dengan mempertimbangkan pandangan subyektif peneliti terhadap kehidupan masyarakat yang diteliti, seperti mengidentifikasi SDA dan SDM, serta membangun kesepakatan sehingga peneliti diterima oleh masyarakat tersebut.10

To Understand (untuk memahami) dimaknai sebagai suatu proses dimana peneliti dan masyarakat yang diberdayakan mampu mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada dalam kehidupan mereka, kemudian dikolerasikan dengan aset-aset yang dimiliki masyarakat, sehingga dapat mewujudkan komitmen masyarakat dalam menyelesaikan isu-isu strategis yang ada dalam kehidupan mereka.

To Plan (untuk merencanakan) dimaknai sebagai proses merencanakan aksi-aksi strategis dalam menyelesaikan persoalan yang muncul dalam masyarakat. Perencanaan ini mempertimbangkan

10

(26)

19

keseimbangan anatara human resources dan natural resources serta alur

stakeholder yang menghimpun masyarakat tersebut. Tahap perencanaan ini harus dimaksimalakan dengan kesertaan penuh masyarakat atas penyelesaian masalahnya sendiri. Sehingga pemberdayaan tidak hanya diartikan sebagai perubahan sosial saja, namun juga media pendidikan masyarakat.

To Action (melancarkan aksi) merupakan implementasi produk pemikiran masyarakat untuk membangun, mengelola, merubah, menajamkan aset-aset yang dimiliki masyarakat sehingga dapat difungsikan secara optimal dan proposional.

To Reflection (refleksi) merupakan tahapan dimana peneliti dan masyarakat mengevaluasi dan memonitoring aksi pemberdayaan yang telah dilakukan sehingga pemberdayaan menjadi terarah dan terukur.

Bagan 2.I. Siklus Participatory Action Research

To Know

To

Underst

and

To Plan

To Action To

(27)

20

D. Teknis Pelaksanaan Penelitian

a. Strategi Pemberdayaan

1. Pemetaan Awal

Pemetaan awal dilakukan peneliti dengan mempertimbangkan kondisi umum masyarakat Dusun Beciro Desa Jumput Kecamatan Sukodono. Dari riset bersama melalui pengamatan peneliti secara obyektif dan dikuatkan oleh seorang kader organisasi pemberdayaan masyarakat di wilayah tersebut diketahui bahwa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat disini memiliki latar belakang, lingkungan sosial dan karakteristik yang berbeda-beda.

(28)

21

rumahnya jauh dari kata sehat. Dindingnya yang hanya terbuat dari triplek, ventilasinya tidak memadai bahkan bisa dikatan pintunya menjadi ventilasi utama.

Selain itu, peneliti juga turut dalam diskusi-diskusi tertentu yang dilakukan oleh komunitas-komunitas masyarakat yang ada, seperti komunitas pedagang, komunitas ibu-ibu pengajian, komunitas ibu rumah tangga, komunitas kader pemberdayaan, hingga pada komunitas lansia. Langka-langkah tersebut dilakukan oleh peneliti agar peneliti dapat menyatu dan akrab dengan masyarakat khususnya ibu-ibu dan anak-anak dan masyarakat pada umumnya sehingga dapat terjalin simbiosis mutualisme antara peneliti dan masyarakat.

2. Penentuan Agenda Riset untuk Perubahan Sosial

Peneliti menyadari bahwa peneliti membutuhkan kelompok yang dapat membantu dalam riset aksi, karena kompleksitas masalah dan karakteristik masyarakat yang sangat berbeda dengan komunitas masyarakat yang lainnya. Maka kerjasama dibangun dengan melibatkan beberapa perempuan dan anak-anak yang telah ada, hal ini dimaksudkan dalam melaksanakan aksi-aksi strategis dalam menanggapi isu-isu yang ada dan melibatkan semua pihak.

(29)

22

keluarga miskin. Setelah terbentuk tim, peneliti menyusun program riset bersama tim untuk memahami persoalan yang melibatkan perempuan yang selanjutnya menjadi alat perubahan sosial.

3. Pemetaan Partisipatif (Participatory Mapping)

Bersama dengan tim yang telah dibentuk dengan melibatkan masyarakat yang lainnya, peneliti melakukan pemetaan wilayah di Dusun Beciro guna mengungkap isu-isu strategis yang ada dalam kehidupan masyarakat Beciro

4. Merumuskan Masalah

Peneliti bersama dengan tim merumuskan masalah yang mendasar dari salah satu warga di Desa Jumputrejo yang minim perekonomiannya . Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan latar belakang, faktor, proses dan akibat. Selain karena alasan budaya, peneliti juga menemukan indikasi pola perilaku yang menyimpang di kalangan masyarakat Beciro yang dimotori faktor ekonomi dan lingkungan sosial. Selain itu minimnya lapangan pekerjaan yang dibangun atas kemampuan masyarakat juga menjadi pemicu yang memperburuk eksistensi mereka.

5. Menyusun Strategi Gerakan

(30)

23

karena pemberdayaan ini mempertimbangkan masalah budaya yang sudah dianut oleh masyarakat Beciro.

6. Pengorganisasian Masyarakat

Peneliti mendampingi masyarakat yang diindikasikan mengalami kondisi yang paling rentan di wilayah Beciro sesuai dengan pohon masalah yang telah dibuat bersama-sama dengan masyarakat keluarga miskin, tim yang telah dibentuk dengan keikutsertaan perempuan dan anak-anak. Satu kunci keberhasilan proses pengorganisasian adalah memfasilitasi mereka sampai akhirnya mereka memiliki pandangan dan pemahaman bersama mengenai keadaan dan masalah yang dihadapi.

7. Melancarkan Aksi Perubahan

Aksi perubahan yang dilakukan oleh peneliti yaitu melakukan penanganan dengan cara mencegah dan membangun pengetahuan masyarakat untuk berpartisipasi dalam menanggapi permasalah di lingkungan sekitarnya dan membangun komunitas baru yang menghimpun masyarakat Beciro untuk memotong akar yang sering melatarbelakangi terjadinya perempuan dan anak-anak untuk bekerja keras disektor non formal.

(31)

24

korban serta memberikan pengetahuan masyarakat melalui sosialisasi pelatihan UKM di kalangan masyarakat keluarga miskin. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan capacity building

(kapasitas masyarakat). Kedua, peneliti memfokuskan dibentuknya komunitas yang memotong akar permasalahan dibidang ekonomi, yakni dengan menghimpun angkatan kerja yang ada dalam masyarakat Beciro untuk menciptakan lapangan kerja baru dengan mempertimbangkan pengetahuan masyarakat. Refleksi (Teoritisasi Perubahan Sosial).

8. Membangun Pusat-Pusat Belajar Masyarakat

Pusat-pusat pembelajaran masyarakat pada dasarnya dibangun atas dasar kebutuhan kelompok dalam melaksanakan transformasi sosial. Pusat belajar yang dimaksudkan merupakan media untuk komunikasi, riset, diskusi dalam pemecahan masalah. Dalam pendefinisian transformasi sosial dijelaskan dengan bagaimana masyarakat dapat memunculkan local leader yang berperan dalam menggerakkan daya dan kualitas masyarakat agar semakin kokoh, kemudian muncullah lembaga-lembaga baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, yang menghimpun komitmen-komitmen masyarakat.

(32)

25

dapat berkumpul rutin dan membicarkan problematika yang dihadapi. Dalam hal ini terwujud dengan pengoptimalan upaya

sharing di sela-sela agenda rutin PKK dan komunitas UKM, juga diharapkan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengembangkan kualitas dirinya.

9. Meluaskan Skala Gerakan dan Dukungan

Untuk melancarkan aksi program agar terlakana dengan baik, peneliti dalam proses pengorganisasiannya melibatkan local leader

yang berperan dalam proses pembangkitan kesadaran untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi secara mandiri.

b. Langkah-Langkah Proses Pemecahan Masalah

1. Inkulturasi

(33)

26

building (kepercayaan masyarakat) dan menjalin hubungan simbiosis mutualisme antara peneliti dengan masyarakat itu sendiri.11

Maka proses inkulturasi tentunya dibutuhkan adanya kedinamisan antara fasilitator sebagai pihak penjembatan dan masyarakat. Pengenalan diri dilakukan terhadap masyarakat keluarga miskin Dusun Beciro dengan mengenalkan diri pada togatomas

(tokoh agama dan tokoh masyarakat), sebenarnya peneliti hendak melakukan inkulturasi dengan pemerintah kelurahan setempat, namun hal tersebut dirasa sulit karena birokrasi yang masih cenderung rumit. Hal ini ditempuh agar menguatkan eksistensi peneliti dalam menggali data dan mencari sumber informasi.

Selain itu, peneliti juga menjalin hubungan dalam komunitas perempuan di Dusun Beciro, seperti komunitas ibu-ibu PKK, komunitas pengajar PAUD (pendidikan anak usia dini), serta komunitas ibu-ibu pengajian. Pada awalnya, peneliti dianggap sebagai seorang asing yang hanya akan mengotak-atik kehidupan mereka. Hal ini ditunjukkan dari sikap beberapa warga keluarga miskin yang acuh tak acuh dengan keberadaan peneliti, namun peneliti tetap mempererat komunikasi dengan masyarakat keluarga miskin lainnya dalam pencarian data.

Peneliti tidak mengalami kesulitan berlebih ketika terlibat diskusi-diskusi yang dilakukan oleh perempuan keluarga miskin

11

(34)

27

dalam komunitas tertentu. Hal ini bukan tanpa alasan, karena peneliti pada awalnya telah menjalin inkulturasi yang baik dengan salah satu organisasi pemberdayaan masyarakat di wilayah tersebut. Peneliti dilibatkan juga dalam pengambilan keputusan karena dianggap sebagai subyek yang mampu membantu penyelesaian problematika kehidupan mereka yang kompleks.

Keadaan berbeda ketika bertemu dengan Ibu Sis, seorang kader organisasi pemberdayaan masyarakat miskin yang menjadi informan kunci dalam kehidupan masyarakat keluarga miskin di Dusun Beciro. Ibu Sis sangat senang dengan kedatangan peneliti, yang diharapkan mampu membantu dan belajar bersama dalam proses memberdayakan kaum keluarga miskin Beciro. Sebenarnya ini bukan kali pertama baginya dalam menerima mahasiswa untuk turut serta dalam proses pemberdayaan adalah mereka yang terpanggil dari hatinya untuk kehidupan sesama manusia.

2. Pengorganisasian Masyarakat untuk Agenda Riset

Dalam pengorganisasian masyarakat, focus yang lebih diutamakan adalah gagasan-gagasan yang muncul dari masyarakat itu sendiri. Gagasan dalam agenda riset meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan problematika yang dihadapi. Gunanya adalah sebagai acuan dalam menyusun langkah-langkah pemecahan masalah.12

(35)

28

Dalam konteks permasalahan kemiskinan dalam kehidupan keluarga miskin, peneliti bersama masyarakat melakukan agenda

Focus Group Discussion (FGD) sebagai langkah utama dalam pengidentifikasian masalah. Dari proses yang dilakukan pada hari rabu, 10 Maret 2015 mengungkapkan persoalan tentang kehidupannya dan apa yang menjadi pendorong terjadinya kemiskinan yang membelenggu mereka.

FGD ini melibatkan 5 orang yang terdiri dari 3 perempuan dewasa, 1 orang laki-laki dewasa dan 1 perempuan remaja. Adalah Ibu Sri, Ibu summi, Ibu Fatma, Bapak Herin dan Saudari Siwi. Mula-mula peneliti meMula-mulai dengan perbincangan tentang kondisi geografis dan demografis Dusun Beciro yang termasuk dalam Kecamatan Sukodono.

Kemudian dalam FGD ini mengungkapkan kasus-kasus yang terjadi di masyarakat yang melibatkan perempuan sekaligus berbicara kehidupan keluaga miskin. Menurut penuturan Ibu Sis, perempuan keluarga miskin Dusun Beciro bekerja ketika suaminya yang seharusnya menjadi tulang punggung keluarga tidak bisa lagi menafkahi keluarga akhirnya perempuan dan anak-anak yang menjadi korban untuk bekerja keras memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

(36)

29

disadari bahwa hal ini akan menimbulkan dampak dan situasi yang dilematis bagi keluarga miskin. Ketika penghasilan yang dimiliki tidak mencukupi, dan tidak dimiliki penyangga ekonomi yang cukup, di atas kertas sebetulnya tidak banyak pilihan yang dapat diambil keluarga miskin. Tetapi, peneliti tidak hanya berhenti menggali informasi dan data tentang berbagai tekanan dan situasi yang dialami keluarga miskin, melainkan juga mencoba menggali informasi tentang kiat atau mekanisme survival yang dikembangkan keluarga miskin untuk bertahan hidup maupun dalam rangka mengembangkan usahanya, termasuk potensi dan modal sosial yang dimiliki keluarga miskin untuk keluar dai belenggu kemiskinan yang menjejas mereka.

(37)

30

Akibatnya kesenjangan sosial terjadi antara golongan kelamin, perempuan dan laki-laki. Laki-laki merasa berkuasa sehingga berhak menentukan kehidupan istri dan anak-anaknya tanpa harus memperhatikan hak-hak mereka.

3. Perencanaan Tindakan untuk Perubahan

Perencanaan tindakan dalam mencapai perubahan ini merupakan upaya menghimpun gagasan yang muncul dari masyarakat dalam pemecahan masalah. Perencanaan ini dilakukan melalui Forum Group Discussion (FGD) yang direalisasikan pada akhir Mei 2015. Peneliti juga menjlin hubungan dengan pihak lain yang berkompeten dalam penyelesaian problem penanganan ekonomi terhadap masyarakat keluarga miskin, dalam hal ini adalah organisasi non-government yang bergerak pada bidang pemberdayaan ekonomi dan pengentasan hak-hak asasi manusia.

(38)

31

4. Melancarkan Aksi Strategis

Aksi strategis direalisasikan berdasarkan penyusunan program yang diagendakan dalam perencanaan tindakan. Aksi strategi mensinergikan antara isu-isu strategis, daya masyarakat dan kerjasama yang dibangun baik dengan masyarakat itu sendiri maupun dengan pihak lain yang menyokong pelaksanaan aksi dalam melakukan perubahan.

Dalam konteks problematika yang dihadapi oleh keluarga miskin, implementasi program dalam aksi dilakukan denga mengoptimalkan peran serta masyarakat secara partisiptif dalam meningkatkan taraf hidup keluarga miskin Dusun Beciro. Atau dengan kata lain, ada dua garis besar yang dikerucutkan dalam pencapaian aksi, yakni munculnya lembaga baru sesuai dengan kebutuhan masyarakat sebagaimana ide transformasi sosial, juga melakukan upaya menghidupkan kembali organisasi kemasyarakatan sebagai wadah yang menampung dan mengedukasi keluarga miskin, sehingga dari proses ini bertambahlah wawasan keluaga miskin yang selama ini terbelenggu dalam kerangka kemiskinan dan sistem sosial.

(39)

32

media dalam melancarkan pembelajaran bagi keluarga miskin, gunanya agar mereka dapat mengembangkan wawasannya.

5. Evaluasi

Orientasi proses evaluasi dalam riset aksi partisipatif menekankan pada penjabaran proses dari aksi pemberdayaan tersebut. Maka dalam proses evaluasi yang dilakukan untuk menanggapi aksi-aksi yang telah dilaksanakan adalah mempertimbangkan kekurangan, kelebihan, kelemahan dan kekuatan dari aksi pemberdayaan yang telah dilakukan.

(40)

33

(41)

BAB IV

PROFIL DESA JUMPUTREJO KECAMATAN SUKODONO

KABUPATEN SIDOARJO

Berdasarkan wilayah administrasi bahwa luas Desa Jumputrejo adalah 310,268 Ha. Yang terletak pada 7derajat 24’55.18 “ S 112 derajat 42’03.45 “ T dan pada ketinggian 7 meter dari permukaan air laut. Desa Jumputrejo yang kondisi wilayahnya terbelah oleh jalan tol Surabaya-Gempol sepanjang 2 km. merupakan salah satu desa yang berada pada jalur utama kecamatan sukodono menuju kecamatan buduran dan terbagi atas 5 dusun yaitu dusun beciro, keeling, kedung, jumputwetan dan jumputkulon. Wilayah Desa Jumputrejo mempunyai 10 rukun warga dan 32 rukun tetangga, lebih jelas mengenai pembagian wilayah di Desa Jumputrejo dapat dilihat dalam table berikut.

Tabel 1.1 tabel Dusun desa Jumputrejo

NO Dusun Jumlah RW Jumlah RT

1 Beciro 4 20

2 Keling 4 13

3 Kedung 3 10

4 Jumputwetan 1 2

5 Jumputkulon 1 2

Sedangkan dilihat dari batas-batas wilayah administrasi dari Desa Jumputrejo adalah :

(42)

35

3. sebelah selatan Desa Sidokepung dan Desa Anggaswangi 4. sebelah barat Desa Suruh

Sejarah awal Desa Jumputrejo dahulunya pada waktu pemerintah hindia belanda sekitar tahun 1890 terdiri dari 5 pendukuhan dan setiap pendukuhan dipimpin oleh seorang lurah dimana masing-masing pendukuhan menjalankan pemerintahannya sendiri sesuai dengan wilayahnya .

Adapun nama-nama pendukuhan tersebut adalah : 1. Pendukuhan beciro dipimpin oleh lurah ilyas

2. Pendukuhan keeling dipimpin oleh lurah suronoto 3. Pendukuhan kedung dipimpin oleh lurah ki gambir

4. Pendukuhan jumputwetan dan poendukuhan jumputkulon dipimpin oleh seorang lurah yaitu lurah singowongso.

Sekitar tahun 1907 telah dilaksanakan musyawarah masing-masing pimpinan pendukuhan dalam rangka musyawarah kerukunan pendukuhan kemudian dihasilkan keputusan penggabungan lurah pendukuhan menjadi lurah desa dan seluruh wilayahnya menjadi satu wilayah dinamakan Desa Jumputrejo.

(43)

36

(44)

BAB V

PROBLEMATIKA DESA JUMPUTREJO

A. Ekonomi menengah kebawah

Belum ada terobosan baru untuk seorang petani yang ada di desa Jumputrejo karena para petani terjebak dengan adanya ‘seorang tengkulak’. Mau tidak mau para petani menjual hasil panen dengan harga yang sangat murah di bawah rata-rata. Contohnya seperti jagung perkilo hanya dibeli dengan harga Rp. 15.000,-. Namun demikian warga Desa Jumputrejo sudah merasa cukup dengan keadaan ekonominya dan tidak berusaha untuk menjualnya langsung ketempat selain tengkulak. Selain hasil dari bertani, warga Desa Jumputrejo memiliki ternak kambing yang dijadikan sebagai tabungan untuk sekolah anak mereka, yang tujuannya sewaktu jika dibutuhkan bisa dijual untuk menambah biaya sekolah.

Di zaman era globalisasi ini untuk mendapatkan pekerjaan yang di rasa layak masih jauh dari harapan,untuk itu perlu di butuhkan pemikiran kreatif dalam mengembangkan suatu usaha yang bisa mencukupi kebutuhan diri sendiri dan keluarga.

(45)

38

Hal tersebut mendorong masyarakat pinggiran untuk mempunyai kreatifitas yang tinggi,meskipun mereka tidak menempuh pendidikan yang layak. bukan berarti jika tidak berpendidikan itu tidak punya keterampilan, justru sebaliknya semakin pesatnya perkembangan, kebanyakan masyarakat yang berpendidikan itu hanya menggantungkan pendidikanya saja dan kurang ada keterampilan.

Keadaan yang seperti sekarang ini, diharapkan masyarakat pinggiran bisa mempunyai keterampilan dan menempuh pendidikan yang layak, salah satu faktor agar bisa menempuh pendidikan adalah kemauan untuk belajar, dan tidak ada alasan tidak punya biaya, karena di zaman sekarang banyak pendidikan gratis. di samping berpendidikan juga mempunyai keterampilan yaitu dengan berjualan Koran di pinggir jalan,lampu merah. selain jualan Koran di pinggir jalan juga nyambi dengan tambal ban. agar masyarakat pinggiran itu bisa maju dan mengembangkan usahanya dengan lebih baik. sehingga bisa meningkatkan taraf hidupnya.

1. Kerentanan Sosial

(46)

39

Memang setiap orang mempunyai watak yang berbeda-beda ada yang mudah terpengaruh ke pergaulan yang tidak baik, selain itu juga membuat masyarakat resah karena suka menggantungkan orang lain, contohnya seperti bermain judi, minum-minuman keras, itu kalau tidak dengan orang yang biasanya di ajak bergaul itu tidak mau, akhirnya orang yang mau sedikit demi sedikit untuk mengurangi perbuatan yang tidak baik itu tidak jadi dilakukan karena ada yang mempengaruhi untuk berbuat segala sesuatu yang tidak baik.

(47)

40

Khususnya di Desa Jumputrejo ini para pemuda memiliki perubahan sosial dimana sebenarnya sudah terjadi sejak zaman dahulu, namun sekarang perubahan tersebut berlangsung dengan cara yang lebih cepat dan pengaruhnya sangat luas menyebar dari satu masyarakat ke masyarakat yang lain. Hal ini karena adanya penemuan baru dibidang teknologi terutama media komunikasi modern yang mempermudahkan masyarakat semakin cepat untuk mendapatkan akses informasi di luar wilayah sekitar. Perubahan sosial di desa ini karena perubahan unsur dalam mempertahankan keseimbangan masyarakat antara lain perubahan unsur geografis ( kondisi fisik wilayah ), biologis ( keadaan penduduk ) dan ekonomis.

Pada dasarnya watak seorang remaja kurang bisa terkontrol, karena pada fase tersebut, semangat seorang remaja sangat tinggi. Dan keingintahuan yang cukup tinggi pula, begitu juga dengan setelah mengenal minuman yang memabukkan. Mereka cukup antusias ingin mencoba minuman tersebut. Yang mulanya hanya ingin mencoba hingga sampai ketagihan, dan menjadi kebiasaan sehari-hari.

B. Mendongkrak Masalah Menggali Solusi

(48)

41

Segala jenis perbedaan yang ada dalam masyarakat merupakan hal yang wajar terjadi.Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya hal itu tidak seharusnya di biarkan begitu saja. Karena apabila masalah-masalah tersebut tidak segera diselesaikan akan menimbulkan maslah-masalah baru yang berkelanjutan. Dalam menyikapi masalah-maslah tersebut, masyarakat Dusun Beciro cenderung pasrah dengan keadaan dan kondisi yang ada. Selain itu, mereka cenderung hidup mengikuti kebiasaan dan adat yang di wariskan oleh nenek moyang mereka. Sedangkan keinginan untuk berinovasi dan melangkah lebih jauh kedepan masih terbilang rendah. Sehingga hal itu bisa berpengaruh terhadap kualitas kehidupan masyarakat Dusun Beciro itu sendiri.

Berikut beberapa permasalahan yang selama ini di rasakan oleh masyarakat dusun Beciro.

C. Solusi Potensi Alam Sebagai Tumpuan Kekuatan Ekonomi

(49)

42

.

Gambar.3.1. Padi, merupakan salah satu sumber ekonomi masyarakat Dusun Beciro

Selain itu, kebutuhan ekonomi masyarakat dapat terbantu dengan adanya pekerjaan sampingan yang dapat di kerjakan di rumah, seperti halnya, untuk ibu-ibu ada yang membuat usaha rumahan seperti membuka warung kopi, warung kelontong maupun galangan, selain warung ada juga yang membuat produksi kripik, seperti halnya apa yang ada di Dusun Beciro.

(50)

43

Selain itu, ada juga yang menjual gorengan dan lain-lain.Selain dari kebun dan usaha rumahan, sebagian dari mereka juga punya usaha sampingan ternak kambing sebagai tabungan untuk memenuhi kebutuhan sebelum panen dan kebutuhan yang tidak diduga.

Gambar.3.3 peternakan kambing: sebagai tabungan untuk memenuhi kebutuhan tak terduga

Dan hal itu, sering menjadi andalan dari para warga. Untuk kedepan masyarakat Dusun Beciro mengharapkan terciptanya kelompok ternak yang dapat mengembangkan usaha ternak yang masih di jadikan sebagai usaha sampingan menjadi usaha pokok yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup dan kekuatan ekonomi keluarga yang lebih baik dapat terwujud.13

(51)

44

D. Sosial Masyarakat Yang Harmonis

Dalam kehidupan sosial, warga masyarakat Desa Jumput rejo terbilang harmonis. Terlihat dari adanya kekompakan semua warga dalam menjalankan kegiatan yang selalu dijalankan bersama-sama. Seperti saat kerja bakti bersama setiap hari minggu pagi, selain itu warga masyarakat Desa Jumputrejo selalu mengadakan pertemuan-pertemuan rutin, seperti agenda tahlilan ibu-ibu, dan remaja (KARTAR).Semua agenda tersebut berjalan sesuai jadwal yang ada.

Sedangkan dalam bidang sosial politik, warga masyarakat Desa Jumputrejo memiliki beberapa tokoh politik, seperti dari partai PDI, GOLKAR, Meskipun demikian, perbedaan tersebut tidak menjadi celah perpecahan antar para warga. Kehidupan warga selalu berjalan beriringan.

Ketika ada permasalahan yang bersangkutan dengan kepentingan warga setempat, bapak Yastro selaku Ketua RT 02 selalu memanfaatkan adanya kelompok yasinan yang ada sebagai media utama. Beliau mengajak para anggota kelompok yasinan untuk memusyawarahkan permasalahan yang tengah terjadi, kemudian hasil musyawarah menjadi satu tumpuan yang harus di terima oleh semua masyarakat. Sehingga semua dapat dikondisikan dengan baik.

E. Kehidupan Beragama Dan Paradigma Masyarakat

(52)

45

kira-kira 15 KK. Dan di Desa Jumputrejo ada banyak masjid, ada masjid NU ada MUHAMADIYAH dan 1 gereja. Meskipun di Desa Jumputrejo terdapat perbedaan agama, namun masyarakatnya bisa saling menghormati dan toleran. Mereka bisa saling membaur dan tolong menolong dalam urusan kemasyarakatan. Dalam kegiatan keagamaan islam, masyarakat telah mengadakan agenda rutin seperti,pengajian rutin.

Pengajian rutin, merupakan salah satu agenda yang dimaksudkan untuk tujuan, menyambung tali silaturahmi warga, sekaligus wadah untuk mengkaji ilmu agama. Pengajian ini antara lain, adalah pengajian ibu-ibu. Pengajian ibu-ibu ini beranggotakan kurang lebih 20 orang. Yang terdiri dari ibu-ibu dari RT, 2, dan 3. Jadwal pengajian rutin ini dilakukan setiap malam

jum’at, setelah sholat isya’. Pengajian ini, tidak hanya berisikan bacaan yasin,

akan tetapi juga di isi dengan arisan dan tausiah dari tokoh agama, seperti pada gambara di bawah ini.

(53)

46

Untuk para bapak, kegiatan yasinan sudah tidak ada. Dahulu sudah pernah terbentuk, akan tetapi karena kesibukan di siang hari menjadikan kemalasan dari para bapak untuk aktifitas yasinan ini. Sedangkan untuk para remaja atau KARTAR agenda yasinan dilakukan setiap malam minggu. Untuk struktur keanggotaan, kelompok yasinan ini di ketuai oleh Bapak Bajuri selaku Pembina KARTAR, anggota dari kelompok ini kurang lebih 25 orang.

(54)

47

untuk para ustadz dan ustadzah. Sehingga kadang kala, pengajaran TPQ diliburkan karena ada kepentingan lain yang harus di kerjakan oleh ustadz yang bersangkutan, dan juga karena tidak ada yang dapat menggantikan. Sebagai guru TPQ, sebenarnya bapak Budiono menginginkan untuk full mengajar di TPQ Baitul makmur, akan tetapi karena beliau juga diminta untuk mengajar di TPQ desa sebelah, maka jadwal mengajar di Dusun Beciro ini hanya 3 hari itupun hanya dengan materi yang sama yaitu sekedar membaca Iqro dan Al-Qur’an saja, untuk materi penunjang belum begitu dikembangkan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa, pengajaran TPQ di Desa Jumputrejo, khusunya Dusun Beciro masih kurang. Akan tetapi juga tidak menutup kemungkinan hal ini terjadi di dusun lainnya, seperti di dusun Gaswangi, yang daerahnya cukup jauh aksesnya. Meskipun terhitung ada 13 TPQ di Desa Jumputrejo ini akan tetapi yang terbilang masih eksis hanya ada 7 TPQ.

Sedangkan untuk tempat peribadahan, seperti masjid Di Desa Jumputrejo terdapat kurang lebih 8 masjid. Yaitu tersebar di Dusun Keling, Gaswangi, dan Beciro. Masjid-masjid ini hanya terlihat rame saat sholat

maghrib dan isya’, untuk selain waktu-waktu itu masjid terlihat lengang karena pada waktu siang warga sama sibuk di ladang ataupun dikebun dan pekerjaan lainnya. Adapun kegiatan yang biasa dilakukan di masjid hanya

sebatas, sholat jum’at, peringatan maulid nabi, slametan, dan shalat trawih

(55)

48

dengan teratur itu dilakukan bila beliau ikut sholat jama’ah dimasjid, karena

jarak antara rumah beliau dan masjid terbilang jauh dan selain itu beliau sering sholat di mushola yang dekat dengan rumah beliau.

Dari gambaran singkat ini, dapat kita ketahui bahwa permasalahan dalam keagamaan lebih disebabkan kurangnya antusias warga akan pentingnya pelaksanaan kewajiban beragama. Sehingga kedepannya, diharapkan adanya pengembangan fungsi kelompok-kelompok yasinan menjadi tumpuan menjalarnya aktifitas keagamaan yang belum berjalan di desa Jumputrejo.

F. Dinamika Permasalahan Masyarakat

Gambar:1

Diagram alur dinamika permasalahan masyarakat Dusun Beciro

Melihat diagram diatas, bisa di jelaskan bahwa karena adanya kendala di bidang ekonomi, menyebabkan pendidikan Desa Jumputrejo rendah. Karena terhambat di dalam pembiayaan meskipun sudah ada BOS, namun keperluan sekolah tidak serta merta gratis juga akan tetapi sebaliknya entah

EKONOMI

PAS-PASAN

PENDIDIKAN

AGAMA

(56)

49

untuk pembayaran buku, uang gedung dan lain sebagainya. Jadi, Berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat baik dalam sektor pendidikan, sosial, agama dan ekonomi diatas tadi pastilah, semua memiliki kaitan yang tidak terpisahkan. Didukung dengan adanya paradigma masyarakat yang masih terkungkung dengan pemikiran tradisional yaitu, fokus untuk menyelesaikan tugas pemenuhan kebutuhan sehari-hari saja, dan kebutuhan rohani mereka pun sering terabaikan. Sehingga tidak jarang tempat ibadah hanya ramai pada saat-saat tertentu. Hal ini menjadi salah satu alasan kuat bagi masyarakat untuk tetap fokus dengan pekerjaan mereka. Sehingga ketika melihat permasalahan dalam sektor perekonomian yang berawal dari kurangnya akses perhubungan yang terjangkau hal itu juga berimbas pada sektor pendidikan yang tidak lain mengacu pada tingkat keluasan pengetahuan masyarakat akan banyak alternatif yang dapat ditempuh untuk menunjang perekonomian keluarga.

(57)

50

(58)

BAB VI

LANGKAH STRATEGIS MERANGKAI PERUBAHAN

A. Asal-Usul Timbulnya Masalah

(59)

52

memahami bagaimana cara merawat kambing dengan cara yang modern sehingga banyak kambing para warga yang kurang terawat yang itu mengakibatkan kambing mati dalam usia dini.

Pola pikir yang kerap kali digunakan para peternak kambing adalah masih menggunakan ternak secara tradisional yang mana banyak para peternak hanya bisa menernak kambing dengan cara yang alami. Ternak alami yang dimaksud adalah para peternak kambing hanya melakukan perkawinan kambing dengan cara alami bukan dengan cara suntik yang sudah modern sama halnya dengan saat kambing melahirkan, para peternak kambing membuarkan kambing melahirkan secara alami tanpa memanggil dokter hewan.

(60)

53

Diagram: 1

Hirarchi Analisa Pohon Masalah Bidang Ekonomi

Setelah didiskusikan mengenai peternakan yang ada di Desa Jumputrejo bersama para warga dan juga tokoh masyarakat, perangkat desa dan beberapa para peternak untuk merumuskan suatu permasalahan yang ada di Desa Jumputrejo. Ternyata penyebab utama kenapa sering kali terjadi kambing meninggal pada usia dini adalah masyarakat yang menjadikan ternak kambing sebagai sampingan saja. Paradigma yang seperti inilah yang

Pola pikir masyarakat tentang kambing yang belum modern

Masyarakat sulit Hewan ternak sering mati Waktu yang lama untuk

(61)

54

menjadikan para peternak hanya sebatas menernak kambing tanpa tau bagaimana cara yang benar beternak. Disamping ternak yang hanya dijadikan sebagai sampingan saja para peternak juga sangat sulit mengembangkan ternak kambingnya, karena akses menuju ke kota yang cukup jauh menjadikan para peternak hanya bisa merawat kambingnya dengan keterbatasan yang ada. Contohnya saja, ketika kambing melahirkan para peternak kambing hanya membiarkan kambing itu melahirkan dengan sendirinya hingga akhirnya anak kambinghanya bisa bertahan selama beberapa hari. Bukan hanya masalah melahirkan saja, keika kambing sudah waktunya menikah para peternak hanya membiarkan kambing tersebut menikah secara alami tanpa memanggil dokter hewan. Masalah ini dikarenakan akses menuju ke kota yang cukup jauh untuk ditenpuh hingga akhirnya para peternak merawat dengan cara apa adanya.

(62)

55

Pencarian pakan kambing para peternak harus pergi ke Tegalan dalam sehari 2 kali, pagi dan siang. Pemberian pakan kambing dalam sekali pakan bisa menghabiskan satu bongkok/ satu pikulan, jika kambing semakin banyak jumlahnya maka akan semakin banyak pakan yang harus dicari. Mengingat ternak kambing hanya sebagai sampingan semata tapi benar-benar menghabiskan waktu untuk mencari pakannya, karena dalam sehari para peternak kambing pergi ke tegalan hanya untuk mencari pakan belum termasuk para peternak mengurus hasil tanamnya. Dan ini sangat membuang waktu para peternak kambing maka dari itu para peternak kambing kurang memiliki inovasi dalam hal pakan kambing secara modern yang tidak banyak mengahbiskan waktu mereka.

(63)

56

Tabel: 1

Tabel Trend and Change Bidang Ekonomi di Desa Jumputrejo

Tahun

Perubahan

1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2015

Jumlah Peternak

Kambing +32 +26 +28 +30 +30 +31 +34 +34 +35

Jumlah Ternak

Kambing +184 +147 +153 +155 +156 +159 +168 +181 +192

Jumlah Penjualan +54 +32 +34 +37 +35 +38 +41 +47 -

Jumlah Jenis Pakan +15 +17 +14 +13 +11 +13 +11 +11 -

Jumlah peternak yang ada di Desa Jumputrejo ternyata berkembang secara stabil. Terlihat pada tabel yang ada di atas. Pada tahun 1998 jumlah peternak di Desa Jumputrejo sebanyak 32 dan pada tahun 2002 menurun sebanyak 6 sehingga pada tahun tersebut jumlah peternak sejumlah 26 peternak kambing. Pada 2 tahun selanjutnya yakni tahun 2006 peternak kambing di Desa Jumputrejo sebanyak 30 peternak. Pada tahun 2006 ini mengalami kemajuan, namun tidak banyak seperti pada tahun 1998. Dan pada tahun 2010, peternak kambing mengalami kemajuan sebanyak 34 peternak dan pada tahun selanjutnya pun mengalami kemajuan lagi yakni sebanyak 35 yakni pada tahun 2015.

(64)

57

sebelum itu sempat menurun dari tahun 1998 menuju tahun 2000 karena adanya krisis moneter yang mengimbas di desa tersebut. Seperti yang terlihat pada tabel diatas, mulai tahun 2000 hingga sekarang jumlah ternak kambing mengalami peningkatan secara perlahan. Peningkatan tersebut beranjak dengan kisaran 3 hingga 5 ternak per dua tahun. Hingga saat ini data yang kami peroleh tentang jumlah ternak sejumlah + 192 ternak kambing.

Begitu juga dengan jumlah penjualan oleh peternak kambing. Penjualan yang dilakukan oleh mereka tidak hanya tepaku pada satu tempat. Di antara tempat yang dijadikan tujuan dari penjualan mereka adalah belantik, masjid, LSM, atau kepada warga sendiri untuk urusan adat. Data yang ditunjukkan mengalami stabilitas dalam penjualannya. Pergerakan data penjualan kambing kisaran 32 hingga 28. Namun hal itu hanya berjalan hingga tahun 2008 karena pada tahun 2010 dan 2012 data menunjukkan penjualan mengalami peningkatan cukup signifikan, yaitu sejumlah 41 pada tahun 2010 dan 47 pada tahun 2012. Dari sekian penjualan yang dilakukan para peternak, tentu tak lepas juga dari jumlah jenis pakan yang tersedia.

(65)

Dari hasil FGD dengan masyarakat, perangkat desa dan para peternak kambing, yang dilakukan 2 Februari 2015. Yang mana kalender musim ini berkaitan dengan musim-musim yang dialami oleh para peternak kambing selama 12 bulan.

(66)

59

mengikuti harga jual pasar akan tetapi ketika para peternak kambing ini membutuhkan uang maka dengan pasti akan menjual kambing tersebut meski denan harga yang baisa sekalipun.

Pada musim peranakan ini bisa terjadi setiap bulannya karena kambing pada masa hamil tidak bisa dipastikan waktunya hanya saja dalam kurun waktu setahun kambing bisa hamil dan melahirkan. Perhitungan yang ideal untuk kambing bisa hamil dan melahirkan adalah dalam waktu 1 tahun kambing melakukan perkawinan dan 6 sampai 7 bulan kambing mengalami masa hamil. Maka dari itu bagian yang sudah tertera dalam tabel dapat diambil kesimpulan bahwa dalam waktu 12 bulan diperkiran akan ada anak kambing yang lahir setiap bulannnya karena waktu hamil dan melahirkan setiap kambing berbeda.

(67)

60

kambing desa Jumputrejo. Sama halnya dengan penyakit masuk angin yang kerap kali menyerang kambing ketika musim hujan, itu dikarenakan panggung atau tempat tidur kambing selalu lembab. Panggung atau tempat tidur kambing yang ada di Desa Jumputrejo masih menggunakan cara tradisional, panggung kambing menggunakan rumput atau ilalang yang ditumpuk sampai mencapai ketinggian 15cm. tinggi panggung ini mengantisipasi ketika musim hujan agar kambing tidak selalu terkena air dan agar tempat tidurnya tidak lembab. Padahal untuk perawatan secara modern, panggung kambing cukup dibangunkan alas dari semen dan pasir karena dengan begitu kambing akan merasa hangat dan tidak lembab.

Pada musim selamatan kambing akan banyak terjual dibulan Agustus, karena pada bulan Agustus sering kali Molang membeli kambing untuk acara selamatan desa. Bukan hanya molang saja yang sering membeli kambing ke peternak akan tetapi secara personal banyak juga yang membeli langsung ke peternak kambing. Selain bulan agustus penjualan kambing bisa dikatakan biasa saja karena penjualan kambing hanya ada pada bulan-bulan tertentu saja, biasanya masih ada yang membeli kambing untuk acara Aqiqahan.

(68)

61

ketika musim paceklik atau kemarau meningkat secara drastis menjadi 20 ribu, hal ini yang sangat memberatkan para peternak kambing. Pakan kambing yang biasanya diberikan 2 kali sehari untuk musim paceklik pakan kambing tetap diberikan 2 kali akan tetapi porsinya akan dikurangi dan diganti dengan dedek, ini adalah salah satu cara yang digunakan para peternak kambing agar kambingnya tetap bisa hidup.

Gambar: 2

Diagram Alur

Garis Koordinasi Penyelesaian Masalah Masyarakat Desa Jumputrejo

Dalam penggambaran diatas dapat diambil suatu runtutan bahwa permasalahan yang ada di Dusun Beciro mengenai masalah ternak kambing yaitu, bahwa kambing-kambing itu sering dijual ke Molang atau belantik.

Peternak Kambing

Molang

Pasar Individu

Di ternak Disembelih

Masjid

(69)

62

Setelah mendapatkan kambing dari para peternak, Molang biasanya menjual kambing-kambing itu ke pasar. Dari hasil penjualan tersebut laba yang diperoleh peternak tidak terlalu besar, bahkan yang lebih memprihatinkan laba yang diperoleh molang jauh lebih besar daripada laba yang diperoleh peternak. Seharusnya laba yang didapat peternak jauh lebih besar daripada Molang. Semua itu karena akses jalan menuju ke pasar kurang bisa ditempuh oleh para peternak kambing yang membuat para peternak kambing lebih memillih untuk menjual kambingnya kepada Molang.

Dari pasar inilah biasanya masyarakat membeli kambing. Tujuannyapun beragam, ada yang untuk menambah volume peternakannya, ada juga yang membutuhkan dagingnya atau disembelih. Untuk peternakan, biasanya yang dicari adalah bibit unggul atau pejantan yang unggul, untuk perbaikan keturunan pada ternaknya. Sementara dalam hal pemenuhan daging kambing, bisa berupa dengan maksud dikonsumsi sendiri atau juga untuk keperluan usaha, seperti warung makan dan sebagainya. Terkadang juga masyarakat secara personal datang langsung kepada peternak kambing, dengan harapan harga lebih murah dan pilihannya lebih variatif, dibandingkan dengan di pasar yang pilihannya terkesan terbatas. Tapi jarang sekali orang-orang membeli kambing langsung kepada para peternaknya karena pencarian kambing lebih mudah dipasar, hal ini dikarenakan barang yang sudah tersedia secara pasti.

Selain didistribusikan ke pasar, pada momen tertentu biasanya pihak

(70)

63

perayaan hari besar Islam seperti Idul ‘Adha atau mungkin dalam acara

keagamaan lainnya. Namun tidak jarang juga dari pihak ta’mir masjid sendiri

yang mencari kambing ke peternak. Dengan cara ini, pihak ta’mir bisa menyeleksi kambing yang sesuai dengan kebutuhan dan memenuhi syarat.

Biasanya para Ta’mir Masjid juga bisa membeli kambing pada Molang

namun hal ini sangat jarang sekali dilakukan karena mengingat harga jual dari peternak dengan molang sudah sangat berbeda.

(71)

64

Gambar: 3

Diagram Venn

Aspek yang Berpengaruh terhadap Masyarakat Desa Jumputrejo

Pemerataan ekonomi bagi masyarakat yang memiliki ternak kambing saat ini masih belum merata karena banyak faktor yang menghambat jalannya untuk penjualan ternak. Faktor yang mempengaruhi adalah akses jalan menuju kekota yang jauh membuat para peternak menjual kambing yang dimiliki melalui Molang atau belantik bukan hanya para peternak saja akan tetapi para petani juga menjual hasil panennya melalui tengkulak. Karena mengingat akses jalan yang jauh dijangkau masyarakat akhirmya hanya bisa menunggu para tengkulak.

Harganya juga berbeda-beda karena tergantung siapa yang membeli ternak dan kebutuhan terhadap ternak tersebut. Harga jual tertinggi terletak pada kebutuhan masyarakat ketika musim Iedul Adha (masjid) dan ketika masyarakat perorangan membutuhkan ternak, warga membeli kambing ke peternakan kambing yang ada di Desa Jumputrejo dan juga yang ada di dekat tempat tinggal warga.

Peternak kambing

Molang Perorangan

sekolah

Masjid

(72)

65

Kebutuhan yang paling membutuhkan adanya peternakan kambing ini ialah Molang. Hampir setiap hari molang membutuhkan daging ternak kambing untuk mejalankan perekonomiannya. Namun hanya sedikit dari peternak yang menjual ternaknya ke molang karena harga jual yang diberikan terlalu murah kecuali dalam keadaan terdesak. Molang sendiri menjual ulang kambing yang dibelinya dari peternak ke pasar maupun ke tempat pemotongan daging. Namun hal ini berbeda dengan kebutuhan ternak oleh sekolah maupun perorangan.

Sekolah dan perorangan mempergunakan ternak yang dibelinya untuk keperluannya masing-masing dan tidak untuk dijual ulang. Keperluan mereka antara lain seperti besaran, kenduren, ataupun aqiqohan. Namun hal itu juga terjadi sesuai kebutuhannya.

B. Perencanaan Solusi yang Solutif

1. Planning (penggambaran rencana penyelesaian masalah )

(73)

66

Diagram: 2

Hirarchi Pohon Harapan Bidang Ekonomi

Banyak cara untuk menyelesaikan masalah, pemecahan masalah harus mencari solusi yang solutif agar tidak sia-sia selama melakukan pembenahan. Sama halnya dengan masalah yang dihadapi warga Desa Jumputrejo terkait masalah perawatan kambing, mengetahui ternak kambing secara modern dan pembuatan pakan fermentasi. Dalam hal perawatan kambing yang benar, para peternak menginginkan untuk bisa mendatangkan langsung dari pihak Dinas Peternakan dan Perikanan

Pola pikir peternak bisa berkembang dan berinovasi

(74)

67

untuk memberikan bimbingan terkait perawatan kambing, hal ini akan sangat bermanfaat bagi para peternak kambing karena dengan begitu para peternak bisa merawat kambingnya dengan benar dan lebih mengerti bagaimana cara mengawinkan kambing, saat kambing melahirkan ataupun terkait masalah panggung kambing yang benar. Karena mengingat sering kali terjadi pada para peternak kambing yang masih saja memelihara dengan cara yang alami hingga akhirnya membuat para peternak kambing kehilangan kambingnya secara perlahan. Keinginan inilah yang selalu diimpikan oleh para peternak kambing untuk bisa mendapatkan bimbingan langsung dari Dinas Peternakan dan Perikanan.

Wacana ternak kambing secara modern sudah mulai ada dalam gambaran para peternak kambing tapi pola pikir yang masih mengacu pada ternak tradisional tidak semerta-merta bisa dinafikan begitu saja. Ternak kambing secara modern yang sekarang sudah maraknya untuk para peternak kota tapi belum begitu bisa direalisasikan oleh para peternak Desa Jumputrejo namun para peternak tidak mau putus asa untuk tidak belajar terkait ternak modern hanya saja media untuk menuju kesana belum ada yang menunjang maka dari itu, setelah melakukan FGD dengan para peternak kambing muncullah solusi untuk membuat kelompok ternak terlebih dahulu karena dengan begitu akan lebih mudah untuk mengetahui bagaimana cara ternak modern.

(75)

68

Sementara ini kambing yang paling banyak adalah milik Bapak Muis, beliau memiliki kambing 12 ekor. Setiap hari beliau harus mencari pakan kambing pagi dan siang hari, pemberian pakan setiap kali makan menghabiskan satu bongkok/pikulan hanya untuk 5 sampai 6 kambing. Sedangkan kambing yang dimiliki pak Muis 12 ekor, dua kali lipat untuk memberikan pakan kambing satu kali makan. Maka dari itu untuk mengganti pakan rumput banyak para peternak menggunakan dedek,

dedek ini adalah alternatif pakan yang biasa digunakan para peternak kambing untuk mengurangi beban mencari pakan rumput. Hal seperti ini lah yang para peternak lakukan setiap hari hanya untuk mencari pakan kambing bisa menghabiskan waktu berjam-jam di Tegalan. Maka dari itu solusi pembuatan pakan fermentasi adalah solusi yang solutif untuk para peternak kambing, karena tidak akan memakan banyak waku untuk mencari pakan setiap harinya dan juga pada saat musim paceklik atau musim kemarau para peternak tidak akan kebingungan mencari pakan kambing.

(76)

69

hamil dan melahirkan, panggung kambing/ kandang kambing, perawatan saat kambing sakit.

Wacana tentang ternak kambing secara modern yang para peternak inginkan sudah terealisasi dengan adanya dialog interaktif dengan pihak Dinas Peternakan dan Perikanan secara global ternak modern yang disampaikan adalah bentuk kandang panggung dengan maksud, peternak dengan lebih mudah untuk menseleksi dan mengelompokkan kambingnya berdasarkan jenis kelamin, tanggal lahir (untuk mengukur progress kenaikan berat badan). Ternak modern bukan hanya meliputi perawatan kambing akan tetapi masalah pakan juga menjadi salah satu bentuk ternak modern.

Pakan Fermentasi yang dijadikan langkah utama untuk penyelesaian masalah para peternak kambing dapat diwujudkan dengan pengawalan dari Dinas Peternakan dan Dinas Perikanan secara maksimal.

Dengan adanya pemecahan masalah yang telah digambarkan diatas dapat membantu meluruskan pola pikir para peternak kambing yang masih tradisional menjadi ternak yang modern dan dapat terwujudnya kelompok ternak yang inovatif.

a. Pakan Fermentasi

(77)

70

mendapatkan pakan ternak ketika cuaca hujan atau panas, namun alternatif yang dilakukan para peternak ketika sakit ialah membeli pakan ternak dari warga lain sehingga mereka tetap mendapatkan pakan ternak.

Mengaca pada permasalahan tersebut kami merencanakan untuk membuat makanan fermentasi yang dapat digunakan sebagai makanan sampingan ternak bahkan hingga menjadi makanan utama ternak. Makanan fermentasi tersebut dapat digunakan sebagai opsi lain tanpa harus terjun ke ladang setiap hari untuk mendapatkan pakan ternak harian. Dengan begitu waktu yang dikeluarkan oleh para peternak dapat menjadi lebih efisien dan peternak dapat melakukan kegiatan lain yang lebih bermanfaat. Pakan ternak fermentasi terbuat dari bahan-bahan yang dapat terjangkau oleh peternak. Yaitu terdiri dari slamper jagung, kulit kacang, garam, air, tetes, kopra, kangkung, dedek atau katul, sentrad penggemukan dan star bio.

Gambar

Tabel 1.1 tabel Dusun desa Jumputrejo
Gambar.3.1. Padi, merupakan salah satu sumber
Gambar 3.4.kegiatan yasinan: aktifitas rutinan ibu-ibu
Tabel Trend and Change
+3

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mendapatkan hasil analisis mengenai seberapa besar pengaruh tentang Faktor Internal mahasiswa dan Citra unit kegiatan mahasiswa Bandung Santo Club terhadap Minat yang

Dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh selebriti endorser (X 1 ) dan desain produk ( X 2 ) berpengaruh secara simultan dan secar parsial

Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda, karena penelitian ini meneliti dua variabel bebas yaitu aliran informasi dan

Pemimpin yang kurang baik, yang memakai kekuasaannya dengan sewenang- wenang dan menggunakan ancaman terus-menerus, kadang dapat memperoleh apa yang tampak sebagai disiplin yang

Neraca Dalam Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas tanpa Akuntanbilitas Publik (SAK ETAP) laporan neraca menyajikan aset, kewajiban dan ekuitas pada tanggal

Nilai bantuan yang diserahkan khususnya kepada kelompok nelayan penangkap lobster untuk beralih ke perikanan budidaya di Propinsi NTB pada tahun 2015 ini adalah 80 paket

Hasil kajian memperlihatkan beberapa hal yaitu, (1) bahasa gaul di kalangan kaum muda pada dasarnya dipahami sebagai subragam informal bahasa Indonesia; (2) bahasa gaul di

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan mengenai Persepsi Masyarakat Tentang Perubahan Desa menjadi Kampung Adat (DesaAdat) di Desa Kuala Gasib Kecamatan