• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yang Merindu. Yang Mencinta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Yang Merindu. Yang Mencinta"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

Yang Merindu

Yang Mencinta

Kumpulan Puisi:

Nanang Suryadi

(2)

Yang Merindu

aku merindukanmu, tapi jarak dan waktu mengurungku o mata, siapa simpan kesedihan di situ, dalam bening sedu sedan tertahan, dalam dada

aku merindukanmu, kau harus percaya itu seperti kau tahu, yang merindu

(3)

Tak Ada Yang Sia Sia

Tak ada yang sia sia mencinta Sebagai matahari mencahaya

Mencium embun hingga kekal rindunya Tak ada yang sia sia menanti

Sebagai diri kembali

Ke mula akhirnya sendiri Tak ada yang sia sia merindu Sebagai lagu

(4)

Tapi Aku Mencintamu

Tapi aku mencintaimu, dengan kecemasan

Serongga dada yang kosong, sehampa rasa kehilangan Tapi sanggupkah kau tahu, seperti

Aku yang merindui, dengan hunusan belati, tikam sepi Cuma, pada galau menyiksa

(5)

Merindurindu

demikianlah hidup. harus terjalani juga. dengan tanyamu tak terjawab. tak berjawab. dalam benak segala tanya. dalam mimpi segala angan. demikian ragu menggodamu. selalu. selalu.

ada yang lelah melangkah. ke ujung cakrawala. ke ujung sepinya sendiri.

(6)

Empathy

bahagialah, ada yang merindukanmu

pada waktu, tercatat nama terpahat wajah bahagialah, ada yang mengenangmu

dalam bayang penuh sayang bahagialah...

bahagialah...

(7)

Jambangan Retak

menderulah badai memporakkan harapan yang disusun dalam hatinya seseorang yang mencinta meletakkan bunga layu pada jambangan retak kepada siapa kan disampaikan kegundahan

orang sunyi yang merindu menyimpan bayangan menari-nari sebagai cerita tiada terlupakan catatan pada buku menguning

(8)

Sketsa Rindu Untukmu

1.

dalam mimpimu, kubisikkan dongeng negeri bunga, warna dan cahaya. seperti kupungut sepercik, dari tatapmu, keriangan kanak. keindahan puisi dan denting pengiring lagu, memecah sunyi

2.

kusapa engkau, kabarkan pelangi yang menjuntai, selendang peri bidadari, guratan warna, lukisan bagi cinta, cintaku

3.

sebagai tanya, pada angin lalu: " yang dirindu akankah tahu, yang dirindu akankah juga merindu, yang dirindu akankah juga menunggu?"

4.

sebagai sketsa, detik menitik, terjemah waktu, tafsir waktu, mengalir aku, mengalir rindu, menujumu...

5.

... ...

(9)

Ingatan Dari Masa Lalu

Aku pernah mencintaimu. Kau tahu. Aku pernah sungguh merindu dirimu. Kau tahu. Di baris sajak. Mengekal dongeng airmata. Derita dan bahagia. Sebagai peta yang kuberi tanda. Dimana aku berada? Dalam kerling matamu. Di baris alismu. Di lengkung senyummu. Sepenuh cinta. Setulus doa. Di gelincir mimpi-mimpi. Mengembun di hijau subuh. Terbubuh namamu. Terbubuh di tugu waktu. Dari masa lalu. Ingatanku.

(10)

Tapi Aku

tapi aku mencintainya, dan selalu berdoa agar ia tetap bahagia, bahkan jika di puncak rasa tak berdaya dan putus asa

(11)

Ketika Aku

ketika aku mencintaimu tak ingin kuterlalu ketika aku membencimu tak ingin kuterlalu

(tapi, hati tak tuntas segala puas jika cinta tak sampai batas

tapi, hati tak tuntas segala puas jika benci tak sampai pada tumpas) o nyala! bakar diri tak henti

(12)

Bahasa Hati

aku sampaikan padamu, bahasa hati, di mana kusimpan airmata,

sungguh, aku mencintaimu

mengapa kau tolakan lagi, segala harap di pintumu diketuk tak henti

sungguh, aku mencintaimu jika tak kau mengerti bahasaku biarlah kau rasa dengan hatimu

(13)

Aku Mencintaimu aku mencintaimu,

seperti kucintai hari-hariku, dengan kegemasan,

karena cinta maka kau harus tetap ada karena cinta dunia punya warna

baik atau buruk siapa punya kita juga

begitulah:

cinta begitu tulus menerima beda

(14)

Mengingat Perbincangan Dalam Gerimis

kehangatan yang menjelma dari gurau, seperti mengingatkan aku pada sebuah cerita di televisi dan buku komik. agaknya ada keinginan untuk mengatakan padamu tentang cinta dan cemburu, seperti juga musik dangdut yang menggoyang kaki dan kepala.

dalam gerimis menjelma pikiran-pikiran meruncing menikami ubun kepala. berbagai tanya, seperti cinta dan benci serta setia dan pengkhianatan. apa yang ditawarkan dari senyum itu? godaan untuk saling memiliki. atau sesuatu hal lain. yang tak dimengerti artinya.

perbincangan mengalir melawati parit-parit. merembes ke tanah. menguap ke udara. omong kosong, basa-basi, omong besar tentang dunia, omong apa saja....

"sepertinya kulihat galau itu beriak dalam matamu. entah apa yang membuatmu duka?"

(15)

Romantisme Musim

Aku serasa mencium musim-musim Bertumbuhan dalam udara

Kemarau yang hijau Gerimis yang manja Salju yang tulus

Daun jatuh di musim gugur Kau ciptakan lagi dongeng Dalam hatiku yang jauh Mungkin telah padam Di hembus angin Ingatan pada engkau Cinta, segurat luka Tapi kucium musim Melambai dari sunyi Wajahmu

(16)

Dua Dan Satu Kerinduan mari,

kugenggam jemari,

engkau yang cahaya purnama, mari menari,

dalam hari

engkau yang tertawa bahagia, mari, ke mari

di sisiku bidadari engkau yang ku cinta

(17)

Cerita Sepasang Mata

kutenggelamkan dirimu dalam jiwaku dari matamu kutangkap senja

dan layar-layar yang berkembang dalam mimpimu melajukan sebuah kehidupan

sebuah cerita

anak-anak yang menangis kebingungan menatapi perubahan kau beri senyuman yang menjadi air menyirami rambut mereka yang terbakar

tak ada lagi yang perlu dikemukakan selain cinta yang kau persembahkan dengan bersahaja tanpa meminta apapun tanpa meminta seorangpun untuk mengerti dirimu yang melintas cuaca bergetar penuh duka

punguti satu persatu luka itu yang berserak di sepanjang jalan

di puing-puing rumah terbakar dan anak-anak yang menangis darah serta gelombang udara yang menghipnotis memasuki rumahmu dengan tusukan yang meruncing ke dalam dada-dada kosong. anak-anakmu

sesudah itu wangi mawar yang bertebaran

dari kedalaman bening matamu tawarkan sesuatu yang lain bukan sekedar keluh kesah dan teriakan sebuah keputusasan

(18)

Seseorang Yang Menatap Cakrawala

impian ke berapa yang kububuhkan ada hari. cakarawala diam kutatapi saja. adakah jawaban segala rahasia tertera di sana. seperti juga cinta dan kerinduan yang malu-malu dibicarakan. tak kadang orang-orang melarikan dirinya pada ketidakpastian.

dan aku: menatapi cakrawala sebagai harapan. ke mana tatapan diarahkan. mungkin, suatu ketika kau pun ingin menatap segaris pelangi, semburat cahaya matahari, pada sebuah cakarawala yang sama.

kau lihatkah: senyumku tergambar di situ. atau tangis yang ku simpan diam-diam.

(19)

Malam Hitam Di Mata Kelam

malam hitam sayang, di matamu kelam ada lukisan diriku, pada selaput

tusuklah saja, dengan penuh cemburu atau cinta dengan segera

katakan, bahwa bayang kan segera lewat menyeberangi cakrawala, atau pikiran kita

(20)

Mencatat Namamu

Dalam hati masih ada kegundahan itu Secara perlahan membakar angan Dalam sunyi mengingat wajahmu, berderai potret pecah

terbanting tangan-tangan waktu Begitu kukuh memisahkan kekinianku dengan cerita dulu

Engkaukah itu,

yang bercakap dalam gemerisik angin meniup daunan. Kabarkan sesuatu entah kebencian atau kecintaan? Berayun angan menari

dalam jagat semesta pertanyaan Begitu samar

Begitu samar

Namamu yang terbubuh

(21)

Pada Gemersik Daunan Ditabuh Angin

kucari engkau pada keramahan dan kecintaan yang menjelma dari senyuman dan tatapan manja. pada keheningan semesta. pada gemersik daunan ditabuh angin. pada embun kesejukan.

inilah jeda itu istirah dari hiruk pikuk yang menikam. kujemput engkau pada keheningan. dengan senyum bagai embun. membasuh marah yang membakar dalam dada.

kudirikan cerita di situ. pada padang rumput. pada kerimbunan pohonan yang menaungi. pada telaga yang kutemukan dalam matamu

engkau yang dilulur angin laut. menari bersama gelombang. burung camar. perahu-perahu bercadik. menarikan waktu. menuangkan garam pada kehidupan.

(22)

Lagu Romantik

dalam dada getar percakapan merambat dari tatapan rahasia dan senyum penuh kehangatan. dirimu yang menjelma keindahan bersinar sebagai warna-warna beraneka. tersenyumlah untukku. berceritalah untukku. kan tercipta puisi dalam dada.

"adakah itu cinta?"

mungkin begitu. karena cinta adalah keajaiban. dan manusia ingin menjenguknya. ingin memasuki ke dalam rahasianya yang terdalam. ke dalam dada kehidupan. "beri aku cinta"

wahai, tiadakah kau rasa itu dalam dadamu. telah kulihat ia terbayang dalam matamu yang telaga.

(23)

Catatan Menjelang Senja

seperti senja yang kemarin, tak ada yang mengubahnya menjadi ragu burung-burung rindu pulang, kepaknya dihentak tak henti

lihatlah, warna yang menyala, di lengkung langit tertatah seperti sebuah kerinduan yang juga nyala, yang juga mencatat seperti senja yang kemarin, tak ada yang mengubahnya menjadi lain pejalan rindu pulang, langkahnya dijejak tak henti

lihatlah, warna menyala, di lengkung langit tertatah seperti cinta yang juga menyala, menatah nama : engkau!

(24)

Terjemah Mata

sebagai pijar di kegelapan

pada percik cahaya tatapmu kutelurusi riwayat manusia

di mana bahagia mengucap: "selamat datang musafir pengelana" sebagai oase di gurun-gurun tandus

pada teduh tatapmu kutelusuri riwayat manusia di mana cinta mengucap: "mengapa kau tetap ragu?" sebagai palung curam rahasiamu

pada kedalaman tatapmu kutelusuri riwayat manusia

(25)

Seorang Yang Memandang Keluasan Langit

sebagaimana malam yang lain, kutengok langit, mungkin mimpiku berkelip, pada keluasan hati, langit tak bertepi, tapi tak usai kuterjemah diriku sendiri, inginku sendiri

seorang pendongeng bercerita padaku: sebuah bintang tercipta dari sebuah mata, binar penuh cinta...

tapi tak kutemukan bintang berkelip malam ini, mungkin tak ada binar mata, mungkin esok, kutengok lagi langit yang sama, keluasan yang sama, menerjemah diri sendiri, inginku sendiri

seorang yang memandang keluasan langit demikian takjub dan berteriak : ah lihat, binar mataku sendiri, penuh cinta...

(26)

aku adalah kegelisahan aku adalah kegelisahan takluk di tatap mata

sedanau cintamu

gelisah yang api takluk di bening mata

(27)

Negeri Cinta

akulah negeri yang kau cari detik demi detik dalam kata kata meneulusup ke dalam relung dada menelusup lewat tatap matamu yang rindu bicara agar cinta tak habis agar gairah tak habis agar mimpi mimpi tak habis agar tak darah matahari menangis agar tak pedih dipanggang api abadi agar laksana mimpimu!

(28)

Gelombang Pasang

rinduku menderu sebagai gelombang bergulung gulung ke pantaimu dengan gairah yang tak habis habis membandang bandang membanjir banjir

membuncahruah tak henti henti mencium melumat karang dengan cinta cintaku detik harus berhenti saat ini juga aku rindu pantai aku rindu memeluk aku rindu pasir pasir aku rindu tubuhmu aku rindu!

(29)

Narasi Mawar

serindu-rindu mawar menanti harumnya menebar tebar menunggu tunggu kabar tersampai.

“sioux, kutunggu beritamu.”

serindu-rindu mawar ingin dikalung cinta pada leher menutup dada bidang dagu biru.

“sioux, acung kapak dengan berani”

serindu-rindu mawar ingin terbang menemu yang dirindu. menemu tatapmu “sioux, di altar persembahan darah perawan akan menetes”

(30)

Memburu Cakrawala

sebagai deru memburu cakrawala. cintamu. melesatkan huruf-huruf ke udara. hingga sampai berita pada nama. ditatah kata demi kata hingga kukuh. tak luruh menjadi airmata.

sebagai deru. memburu cakrawala. mimpimu. menerbangkan huruf-huruf ke angkasa. hingga sampai saat pada alamat. ditatah kalimat demi kalimat hingga kekal riwayat.

(31)

Diciptanya Cinta

DiciptaNya cinta sebagai sebusur panah ditancapkan ke dalam dada

Demikianlah diciptaNya juga duka bahagia, tawa dan airmata

(32)

Gaung Dalam Relung

Nada, denting, suaramu, kemudian gema, mengombak memanggil Inikah geletar kepedihan dan cinta, o jiwa yang murni

Nantikan aku, katamu, seperti gaung mengaung dalam relung Gelombang hantam-hantam dada, o badai sampai juga di sini Remuk redam kepayang rindu, mabuk tarikan gerak

Usaikan segera! Usaikan segera!

(33)

Dan Aku Jatuh Cinta

dan aku jatuh cinta,

pada lengkung alis dan keteduhan mata, sebuah ingatan yang bikin tawa

sungguh, aku jatuh cinta padamu, kurasakan debar itu,

(34)

Cerlang Bintang Cintaku

Di sudut langit mana bintangku Cahayanya biru

Kunanti hingga dinihari Kau tahu

Di mana cerlang bintangku Cintaku

(35)

Kusapa Engkau Dengan Wangi Bunga

kusapa engkau, sayangku, dalam wangi bunga dieja diri di petang hari,

ini percik kan jadi api, mengobar abadi? atau bakar diri jadi puing menjadi : mengabu cintaku

(36)

Segelas Jus Melon

digalau rasamu menjadi segelas jus melon, nikmati saja, teraduk-aduk memusing dalam blender rinducintamu dukacitamu

(37)

Sebagai Aku Yang Gigil Sendiri

Sebagai aku yang gigil sendiri, tak memahami, cinta dan benci setipis kulit ari

O beri aku puisi malam ini, agar ku tak gelisah sendiri

Kulihat api menyala, membakar penuh benci, membakar diri tak henti O beri aku puisi malam ini, agar ku tak gelisah sendiri

Tak usai mengapi! Tak usai mengapi!

(38)

Maka Kukirim Cinta

(39)

Begitu Senyap

begitulah, aku kehilangan kata-kata,

begitu senyap, begitu lenyap dalam tatapmu, kau keheningan, sesungguhnya

mengukur gelisahku,

atau kau cemburu. dengan hidupku tak menentu katakan saja, karena cinta, juga mengenal derita kau takut derita? apakah kau mengenalnya

seperti bahagia, seperti bahagia, kau tahu siapa dia ah, kau, kekasihku, mengapa ragu juga di dadamu? kau tahu? di mana tepi kita kan sampai

(40)

Kau Tunggu

sebuah berita kau tunggu, dari rimba

mungkin pekik hewan, dengus angin, terkirim ke dalam kamarmu yang hangat,

kau tetap menunggu, secarik kertas kumal bertuliskan: jaga dirimu, sayang

begitulah, pada jarak, kau mengetahui arti cinta dan kasih sayang,

dengan harap dan kecemasan, kau tunggu berita itu

(41)

Demi Cinta Yang Dirindu!

darah mancur dari dadaku! berulang belati dihunjamkan "demi cinta!"

seperti kudengar aba-aba juga derap kaki kuda "taklukan!"

sejuta takut dan gemetar pada mata

"teruskan!"

begitu gigil, dalam bugil tatapmu

(42)

Penerimaan

yang ingin berlari pada rengkuhmu, adalah lelaki menemu ujung angan, rambut poni

lurus menutup dahi

apa yang dibicarakan pada saat ini duka atau tawa

fana atau baka

cuma hati yang terbuka, menerima kesah atau cinta

(43)

Serindu Mawar Menggambar Rerumputan

sebara asmara merekah rekah semerah mawar ditabur-tabur dialir sampai ke muara. o, sebara rindumu dilecutlecut matahari. tuangkan ke dalam gelas secoklatcoklat agar mengentalngental cerita.

pada ketukan berikutnya: tak ada anggrek di hutan. ajaib. siapa memetik impian. seribu bulan. seputihputih anggrek menghilanghilang. o, engkau. sepi menggambari rerumputan.

(44)

sampaikah segala rindu?

beri aku puisi, agar ku tak gelisah malam ini "satu kuterbangkan lewat bayu,

dan satu lagi kulayarkan dengan rindu" o, sampaikah segala rindu?

"tanyakan pada debu dan rasa ragu" mengapa bukan dirimu...

(45)

Kau Yang Menunggu

seperti buku-buku tua membuka,

kau kirim berita: "aku bersama sunyi. menunggu diriku sendiri." sepertinya tak ada yang datang, pergi atau menunggu.

namun kau serupa halaman yang mengelupas dari gitanjali, matsnawi,

zarathustra, atau pekik alhalaj musafir musafir di mana kau puaskan rindu? "maka kutunggu diriku sendiri. sendiri"

(46)

Melukis Kekosongan

aku bisa melukis, katamu, sebuah kekosongan, di mana tak ada cakap dusta, ada yang memercik, mungkin api, dari matamu, seperti kerinduan

tapi tak ada genggam itu, katamu, sebuah kekosongan, di mana tiada menjadi nyata,

(47)

Tiga Sketsa Ketika Rindu (1)

beri aku waktu...

seperti ketukan yang ragu pada keyboard, huruf-huruf menghambur tak tentu arah tapi ia naluri purba menyusuri waktu menjelajah tanya

beri aku waktu...

mengurai tanda memaknai hidup sendiri ada yang kosong di sini

: beri aku waktu! (2)

kau tahu:

"apa yang bisa membuat kita bahagia?"

(3) ... ... ...

(48)

Menarilah Bayang-Bayang

aku ingin merenggutmu dari masa lalu, dengan senyum gemintang, goda sepiku

coba katakan pada lengkung langit wajah siapa tertatah mungkin kerinduan atau kepak burung yang terbang ke utara mulailah menari

dengan gaun warna-warni paras binar

mata menikam ke dalam dadaku!

(49)

Kau Sebut Kerinduan Angin

kau menyebutnya sebagai kerinduan, sedangkan ia adalah angin yang bertiup ke sana ke mari. menjadi semilir atau badai. menidurkan atau menghempaskan. kau sebut ia angin. adakah ia punya kehendak sendiri. bertiup ke sana kemari. membelai atau menghempaskan. adakah itu inginnya sendiri?

(50)

Cahaya Mata angin kemarau mendera tubuhku panas dan berdebu

kala begini kurindu menatap wajahmu sebagai kesejukan menyiram kegundahanku wahai

betapa bening telaga pada sepasang mata mencahaya

(51)

Sajak Mengapung Dalam Seember Air

Seember air merendam sajakku untukmu

Embun yang kutadahi malam itu penuh rindu Matamu berkaca

Jangan memaki sayang

Mari kita apungkan perahu kertas Dari sesobek halaman sajak

Agar sajak mengapung Bersama senyummu Kanak bermata bening

(52)

Batu Airmata

Di puncak diam. Di perih rindu. Mendebar-debar jejantung. Batu menangis. Di sela-sela sunyi sendiri. Tangis sebagai gerimis.

Engkau menyapaku.

Sampaikan salam pada penghujung hari. Airmata mencurah dalam rindu. Tapi beku dalam waktu.

Dunia demikian dikhawatirkanmu.

Sebagai haru tersampai. Ingin gapai. Mimpi tak usai. Menderai ingatan diterpa angin lalu. Lelambai tangis batu. Ditempa waktu. Sebagai gerimis.

(53)

Di Sebuah Stasiun

Ada yang tersisa dari sebuah keberangkatan bersama deru Di sini ditunggu segala mungkin menjadi rindu

Jangan ucapkan selamat tinggal

mungkin kau akan kembali dan aku akan pergi

Tapi tak ingin kuucapkan selamat jalan bagi diriku sendiri

(54)

Tapak

Jejak senyum dan binar bulat mata Gerai rambut lurus hitam perempuan

Demikian derai itu tawa, menderaikan segala Ingatan seperti tangis yang dirindukan

(55)

Karena Hujan

Impian mengembun pada kaca, sebentuk wajahmu kugambar di situ Karena hujan aku kesepian, menanti dan menanti

Nada tercipta dari gemericik

Ingatan menyergap, engkau dengan senyum yang mawar Karena hujan aku rindukan, menunggu dan menunggu Nantikan waktu berdetik sampai pada titik

(56)

Setulus Cium Pada Jemari

setulus cium pada jemari, pada pipi

seteduh tatapmu, seteduh rindu menyelinap di kalbu mari berkemas, kau tahu

waktu tak pernah lama menunggu malang-depok, 2001

(57)

Degup Dini Hari

degup terasa pada dada sepi, dinihari mimpi

o sunyi rindui hati, mengaca sendiri

(58)

Nanang Suryadi

,

lahir di Pulomerak, Serang pada 8 Juli 1973. Aktif mengelola fordisastra.com. Buku-buku puisi yang menyimpan puisinya, antara lain: Sketsa (HP3N, 1993), Sajak Di Usia Dua Satu (1994), dan Orang Sendiri Membaca Diri (SIF, 1997),

Silhuet Panorama dan Negeri Yang Menangis (MSI,1999) Telah Dialamatkan Padamu

(Dewata Publishing, 2002), Cinta, Rindu & Orang-orang yang Menyimpan Api dalam Kepalanya (UB Press, 2011) sebagai kumpulan puisi pribadi. Sedangkan antologi puisi bersama rekan-rekan penyair, antara lain: Cermin Retak (Ego, 1993), Tanda (Ego- Indikator, 1995), Kebangkitan Nusantara I (HP3N, 1994), Kebangkitan Nusantara II (HP3N, 1995),

Bangkit (HP3N, 1996), Getar (HP3N, 1995 ), Batu Beramal II (HP3N, 1995), Sempalan

(FPSM, 1994), Pelataran (FPSM, 1995), Interupsi (1994), Antologi Puisi Indonesia

(Angkasa-KSI, 1997), Resonansi Indonesia (KSI, 2000), Graffiti Gratitude (Angkasa-YMS, 2001), Ini Sirkus Senyum (Komunitas Bumi Manusia, 2002), Hijau Kelon & Puisi 2002

(Penerbit Buku Kompas, 2002 ), Puisi Tak Pernah Pergi (Penerbit Kompas, 2003), Dian Sastro for President #2 Reloaded (AKY, 2004), Dian Sastro for President End of Trilogy

(Insist, 2005), Nubuat Labirin Luka Antologi Puisi untuk Munir (Sayap Baru – AWG, 2005), Jogja 5.9 Skala Richter (Bentang Pustaka - KSI, 2006), Tanah Pilih, Bunga Rampai

Puisi Temu Sastrawan Indonesia I (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi,

2008), Pesta Penyair Antologi Puisi Jawa Timur (Dewan Kesenian Jawa Timur, 2009)

Email: nanangsuryadi@yahoo.com

Situs: www.nanangsuryadi.web.id Twitter: www.twitter.com/penyaircyber Facebook: www.facebook.com/nanangsuryadi

(59)

Referensi

Dokumen terkait

Hendaknya siswa dapat memberikan respon yang baik terhadap guru yang menyampaikan materi pengelasan dengan menggunakan video pembelajaran agar dapat meningkatkan minat

Berdasarkan pada analisa pasar dapat disimpulkan bahwa proyek ini layak untuk dijalankan, mengingat belum adanya pesaing langsung dalam bisnis ini walaupun pesaing

Senyawa hidrokarbon tak jenuh adalah senyawa hidrokarbon yang salah satu atau lebih atom C pada senyawa tersebut berikatan rangkap 2 ata rangkap 3, seperti pada senyawa alkena

Atau jika anggota jemaat hanya mau berpartisipasi di komisi, namun tidak mau jika menjadi majelis, pertanyaan pun muncul, “Ada apa dengan majelis Gereja?” Asumsinya,

melakukan kegiatan eksperimen siswa diberikan penjelasan penerapan hukum Archimedes dalam kehidupan (fruitfulness), contohnya kapal laut. Remediasi menggunakan metode

b. Tunjangan transportasi sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 2) diberikan sebesar 20% (dua puluh persen) dari Honorarium masing-masing anggota Dewan Komisaris/Dewan

[r]

5.3 Diagnosa keperawatan : gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya cedera Tujuan keperawatan : rasa nyaman terpenuhi setelah diberikan perawatan dan pengobatan