• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN PERFORMANSI KERJA KARYAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN PERFORMANSI KERJA KARYAWAN"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Margaretha Normanita Sinthya Dewi 069114058

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

DAN PERFORMANSI KERJA KARYAWAN

Disusun Oleh :

Margaretha Normanita Sinthya Dewi

NIM : 069114058

Telah Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing,

(3)

iii

DAN PERFORMANSI KERJA KARYAWAN

Dipersiapkan dan ditulis oleh :

Margaretha Normanita Sinthya Dewi

NIM : 069114058

Telah dipertanggungjawabkan di depan Panitia Penguji

pada tanggal 9 Agustus 2010

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Panitia Penguji Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Minta Istono, S. Psi, M. Si

Sekretaris : P. Eddy Suhartanto, S. Psi, M. Si

Anggota : V. Didik Suryo Hartoko, S. Psi, M. Si

Yogyakarta, 9 Agustus 2010

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

Dekan

(4)

iv

(Filipi 4 : 6)

“anyone can get angry – that is easy.

But to get angry with the right person,

in the right way,

at the right time,

for the right reason,

in the correct form – is not easy”

-Aristoteles-The Secret :

Pikiran yang sedang Anda pikirkan saat ini sedang menciptakan kehidupan masa depan Anda.

Apa yang paling Anda pikirkan atau fokuskan akan muncul sebagai hidup Anda.

Kemarin adalah kenangan hari ini adalah tantangan, dan esok adalah masa depan.

Ingatlah,

masa depan ada di tanganmu…! Oleh karena itu, Berusahalah…… maka Dia akan menentukan jalanmu…

(5)

v

tHanx God for blessing me.. i know You know what I want to talk, because You know everything 

 Saint Margaretha, Thanks for keep, save & loving me, even though it impossible to think and believe….

 dad & mum, you’re both my spirit… I can’t reach this without your love, pray,and hardwork Thanks, from the bottom of my heart.. Love u both..

 my two little brothers, makasih untuk dukungan & pertanyaan “kamu lulus kapan, mbak?” sekarang kujawab, “aku udah lulus, kalian kapan?”

 ‘beetong’ kekasihku, sahabatku… wonderful person, kind boy, it’s the most excellent and beautiful *unconditional positive love.. thanks for that *(special), care, pray, support, and for all (b’coz I need much paper to explain) ^ ^

 all my big family and friends thanx a lot for your support and pray… amazing have nice famz and friends like you,

 nudd, it’s your hard work and beginning of the future, congratz gurl..!

(6)
(7)

vii

ABSTRAK

Penelitian korelasi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dan performansi kerja karyawan. Kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang untuk menjaga keselarasan emosi diri dan pengungkapannya. Performansi didefinisikan sebagai aktivitas dan hasil kerja karyawan yang berkontribusi pada goal organisasi. Hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dan performansi karyawan. Subyek penelitian ialah 65 karyawan bagian produksi PT. USMAN JAYA MEKAR TEXTILE INDUSTRY yang memenuhi beberapa kriteria yang telah ditentukan (purposive sampling). Data penelitian diungkap dengan skala kecerdasan emosi dan skala performansi kerja. Skala kecerdasan emosi disusun dengan teknik Likert, sedangkan skala performansi kerja disusun dengan teknik rating. Koefisien reliabilitas diperoleh dengan teknik Alpha Cronbach dengan nilai 0.899 pada skala kecerdasan emosi dan 0.777 pada skala performansi karyawan. Data dianalisis dengan menggunakan teknik korelasiPearson Product Momen. Hasil analisis data menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0.406 dengan nilai p = 0.00 (p<0.01) yang berarti bahwa Ho ditolak, Ha diterima. Kesimpulan penelitian yaitu bahwa ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dan performansi kerja karyawan.

(8)

viii

ABSTRACT

This correlational research was aimed to know relation between emotional intelligence and employee work performance. Emotional intelligence is personal capability to keep the appropriateness of self emotion and its expression. Performance is defined as employee activity and outcomes that contribute to organizational goal. The hypothesis proposed in this research was that there was a positive relation between emotional intelligence and employee work performance. The subjects of the research were 65 production employees of PT. USMAN JAYA MEKAR TEXTILE INDUSTRY that fulfilled some criterions (purposive sampling). The data was revealed by emotional intelligence scale and work performance scale. Emotional intelligence scale was arranged by Likert technique, while employee work performance scale was arranged by rating technique. Reliability coefficient was found by Alpha Cronbach technique with value of 0.899 on emotional intelligence scale and 0.777 on employee work performance scale. Data was analyzed by correlation technique Pearson Product Momen. Results of the data analysis showed the correlation coefficient (r) 0.406 with value of p = 0.00 (p<0.01) that means Ho rejected, Ha accepted. Conclusion of this research was that there was correlation between emotional intelligence and employee work performance.

(9)

ix

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Margaretha Normanita Sinthya Dewi

Nomor Mahasiswa : 069114058

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dan Performansi Kerja Karyawan

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya atau memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal : 26 Juli 2010

Yang menyatakan,

(10)

x

Sebuah pencapaian dalam hidup selalu disertai dengan mimpi, kerja keras,

dan doa. Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Allah Bapa di surga, yang

kasih dan berkat-Nya melimpah dalam hidupku sehingga proses penulisan skripsi

dapat berakhir dengan indah sesuai dengan rencana-Nya. Skripsi dengan judul

“Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dan Performansi Kerja Karyawan” ini

mengakhiri proses pendidikan sarjana penulis dan pencapaian ini mengantarkan

penulis untuk melanjutkan kehidupan serta menjadi awal dari langkah berikutnya.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang

secara langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi baik berbentuk

support, doa, dan bantuan dalam proses penulisan skripsi hingga saat ini :

1. Ibu Dr. Ch. Siwi H, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta,

2. Bapak “Papi” Minto Istono, S. Psi, M. Si. selaku dosen pembimbing, dengan

‘caranya membimbing’ senantiasa mendampingi, mendengarkan, memberi

masukan, kritik, bertukar pikiran, melayani tuntutan, keluh kesah serta

kekhawatiran penulis yang dengan diselingi canda memberikan kontribusi yang

signifikan selama proses penulisan. Terima kasih banyak Pak, di sela-sela

kesibukan Bapak meluangkan waktu untuk membimbing saya dan

teman-teman,

3. Bapak Eddy Suhartanto, S. Psi, M. Si, dan Bapak V. Didik Suryo Hartoko, S.

(11)

xi

4. Romo Priyono yang telah memberikan masukan mengenai judul penelitian.

Terima kasih Romo.

5. Semua dosen-dosen di Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah

memberikan value, membagi ilmu, dan mengajarkanku banyak hal. Terima

kasih banyak Bapak dan Ibu dosen.

6. Mas Gandung, Pak Gi, Mba Nanik, Mas Muji dan Mas Doni selaku karyawan

di Fak. Psikologi yang telah membantu dalam banyak hal sejak awal masuk

kuliah sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Heri selaku Kabag Personalia PT. Usman Jaya Mekar Textile Industry.

Terima kasih banyak atas ijin yang diberikan untuk melakukan penelitian di

PT. Usmantex, terlebih di sela-sela kesibukan Bapak memberikan waktu untuk

menemui dan menjawab telepon saya.

8. Kedua orang tuaku, Bapak Agustinus Suyono dan Ibu Maria Fransiska Syah

Dani yang telah merawat dan membesarkanku, memberikan cinta berlimpah,

melakukan banyak pengorbanan sejak aku lahir sampai detik ini. Terima kasih

atas segala hal yang luar biasa dan indah dalam hidupku. Ini adalah sebuah

persembahan sederhana sebagai baktiku untuk Bapak Ibu, yang tak akan cukup

untuk membayar semua kebaikanmu…. Luv u Mum and Dad…

9. Kedua adikku Gregorius Dedy Mahendra dan Robertus Deny Adi Kristanto

yang cinta, canda, dan keusilannya menemani hari-hari akhir pekan dan libur

(12)

xii

menemaniku dengan “cara” kalian sendiri. Perjalanan kalian masih panjang,

jangan menyerah untuk mencapai cita-cita setinggi langit Ok? Semangaad

bro…!

10. Teman-teman seperjuanganku di Psikologi 06, yang menemani, mengisi,

membantu, dan mengajarkanku banyak hal (Wayan, Windi, Ninit, Lily, Liza,

Mia, Ike, Shinta, Sekar, Viany, Chika, Nobi, Erisa, Anna, Inez, Lim, Satria,

Berto, Ari, “Coro” Ardian, Chacha & “Kesed” Rafa, Guntur, Komenk, Aji)

Makasii banyak ya teman-teman… senang bisa mengenalmu lebih dekat.

Sukses untuk kita semua, God Bless.

11. Teman-teman kecilku, sahabat, dan saudaraku yang mendukungku sejak

dahulu kala, terlebih akhir-akhir ini (Mbak Sari, Mba Ely, Mba Tha2, Dunk,

mas Cent, Mas Christ, Randy, Beni, Heri, Fita) terima kasih banyak. Kalian

sangat berkontribusi dalam memberiku semangat untuk terus menulis.

12. Sahabat lamaku (Mb Iko, Kak Dedek, Lala, Nana, Meda) terima kasih ya

menguatkanku dalam pembuatan skripsi ini.

13. Teman-teman UKM MASDHA (Lim, Nicky, Deyo, Aretta, Emil, Mas I Ray,

Budi, Gaga, Antok, Woyo, Bule, Mb Olga, Alfa, Felix, Titan, Piwi, Rey, Lexa,

Kinan, Mb Puri, Mb Septi, Sekar, Mas Lucky double, Aldo, Ike) terima kasih

atas pengalaman selama dua tahun di Masdha. Terima kasih juga memberiku

(13)

xiii

2008 (yang merasa pernah jadi panitia AKSI 07-08) terima kasih atas kerja

sama dan kesempatan serta pengalaman berorganisasi di Psi. Sukses ya…!

15. Teman-teman staff dan Co.Fas PPKM 2009, terima kasih telah memberikan

kesempatan dan mengajarkanku tentang pelatihan, games, de brief serta

pengalaman tak terlupakan.

16. Keluarga besarku dimanapun kalian berada (Nenek, Bude-Bude, Pakde-pakde,

Om-om, Bulek-bulek) dan sepupu-sepupuku (all of my lovely cousins, kalian

tahu kan kalo ak ngetik ga tau selesenya kapan) senang memiliki keluarga

yang selalu mendukungku dalam doa. Terima kasih dan lanjutkan kebiasaan

baik kita untuk selalu berkumpul bersama.

17. Keluarga Bapak Renung (Bapak Renung, Ibu Tuti, Mas Hanung, Mba Ditya,

Kosala dan keponakan kecilku Radit) terima kasih banyak atas dukungan,

perhatian, dan doa yang selalu diberikan untuk Nita. Semoga berkat Tuhan

melimpah dalam kehidupan kita.

18. Aditya Advian Natali (my son, my most best friend, and of coursemy tong)

senang akhirnya perjuangan kita terjawab. Terima kasih atas segala dukungan

dan doamu, your *neverending* love, care, support, and a lot of beautiful

things between us.Too much too say, but I wanna say the most important that

you should know, you’re my truly best boyfriend I ever had. Makasih banyak

telah mengisi hari-hariku dan membuat aku nyaman untuk mencurahkan

(14)

xiv semua perhatian dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh

karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran untuk

kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua

pihak yang membacanya.

Yogyakarta, 25 Juli 2010 Penulis,

(15)

xv

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING …..……… ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ………...………...

HALAMAN MOTTO ………

HALAMAN PERSEMBAHAN ………

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …...………

ABSTRAK ……….

ABSTRACT ………...

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ………

KATA PENGANTAR ………...

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ……… 4

C. Tujuan Penelitian…...………

D. Manfaat Penelitian ………

5

5

BAB II LANDASAN TEORI………... 6

A. Performansi Kerja ………..

1. Definisi Performansi ……… 6

(16)

xvi

B. Kecerdasan Emosi ………..

1. Kecerdasan Manusia ………

2. Emosi ………

3. Definisi Kecerdasan Emosi ………..

4. Efek Kecerdasan Emosi dalam Bekerja ………...

5. Aspek-aspek Kecerdasan Emosi ………..

21

C. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dan Performansi Kerja

Karyawan ………...

D. Skema Penelitian ………

E. Hipotesis Penelitian ………

36

41

42

BAB III METODE PENELITIAN……….………

A. Jenis Penelitian ………...

B. Identifikasi Variabel Penelitian ………..

C. Definisi Operasional ………..

1. Performansi Karyawan ………

2. Kecerdasan Emosi ………

D. Subyek Penelitian ………...

E. Metode Pengumpulan Data ………

1. Skala Performansi ………

2. Skala Kecerdasan Emosi ………..

F. Validitas dan Reliabilitas ………...

(17)

xvii

3. Reliabilitas ………...

G. Teknik Analisis Data ………..

BAB IV PERSIAPAN PENELITIAN, PELAKSANAAN PENELITIAN,

HASIL DAN PEMBAHASAN ………...

A. Persiapan Penelitian ………...

B. Pelaksanaan Penelitian ………...

C. Hasil Penelitian ………..

1. Deskripsi Subyek Penelitian ………

2. Deskripsi Data Penelitian ……….

3. Hasil Analisis Data Penelitian ………..

D. Pembahasan ………

DAFTAR PUSTAKA ………... 77

(18)

xviii

Tabel 1 Tabel Blueprint Skala Performansi Kerja Sebelum Tryout …….... 46

Tabel 2 Tabel Pemberian Skor Skala Kecerdasan Emosi ………... 47

Tabel 3 Tabel Blueprint Skala Kecerdasan Emosi Sebelum Tryout ……... 48

Tabel 4 Tabel Aitem yang Gugur pada Skala Performansi Kerja Setelah Tryout ……….. 50

Tabel 5 Tabel Distribusi Aitem Skala Performansi Kerja untuk Penelitian... 51

Tabel 6 Tabel Aitem yang Gugur pada Skala Kecerdasan Emosi Setelah Tryout ………... 52

Tabel 7 Tabel Distribusi Aitem Skala Kecerdasan Emosi untuk Penelitian.. 53

Tabel 8 Tabel Deskripsi Jenis Kelamin Subyek………... 59

Tabel 9 Tabel Deskripsi Lama Subyek Bekerja………... 59

Tabel 10 Tabel Perbandingan Skor Empirik dan Skor Teoritik antara Variabel Kecerdasan Emosi dan Variabel Performansi.…………... 60

Tabel 11 One-Sample Test Perbandingan Mean Teoritik dan Empirik Performansi Kerja ……… 62

Tabel 12 One-Sample Test Perbandingan Mean Teoritik dan Empirik Kecerdasan Emosi ……… 69

Tabel 13 Uji Normalitas ………... 64

Tabel 14 Hasil Uji Linieritas Hubungan ……….… 65

(19)

xix

Lampiran 1 Skala Kecerdasan Emosi ……… 81

Lampiran 2 Skala Performansi Kerja ………. 87

Lampiran 3 Uji Reliabilitas Skala Kecerdasan Emosi ……….….. 90

Lampiran 4 Uji Reliabilitas Skala Performansi Kerja….………... 96

Lampiran 5 Deskriptif Data Penelitian ……….. 99

Lampiran 6 Uji Normalitas ……… 100

Lampiran 7 Uji Linieritas ………. 101

Lampiran 8 Uji Hipotesis ………. 102

Lampiran 9 Uji t Rata-rata Empiris dan Teoritis Data Kecerdasan Emosi 103

(20)

xx

Gambar 1. Proses Penilaian Performansi Karyawan ... 15

Gambar 2. Skema Penelitian Hubungan antara Kecerdasan Emosi dan

(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas tenaga kerja menjadi tolak ukur secara keseluruhan dalam

usaha mencapaigoal perusahaan. Kualitas karyawan akan tampak pada hasil

kerja atau yang dikenal dengan istilah performansi. Namun, pada

kenyataannya performansi tenaga kerja di Indonesia tergolong relatif lebih

rendah jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga. Insititute for

Management of Development, Swiss, World Competitiveness Book

(Mangkuprawira, 2008) memberitakan bahwa peringkat performansi kerja di

Indonesia tahun 2005 berada pada posisi 59 dari 60 negara yang disurvei.

Peringkat performansi ini semakin turun dibandingkan pada tahun 2001 yang

mencapai urutan 46. Diduga kuat bahwa semua itu karena mutu sumber daya

manusia yang belum mampu bersaing.

Definisi performansi kerja sendiri menurut Noe, Hollenbeck, Gerhart,

dan Wright (2004) adalah aktivitas dan hasil kerja karyawan yang

berkontribusi pada goal organisasi. Organisasi perlu melakukan penilaian

hasil kerja atau performance appraisal karyawan untuk mengetahui

performansi karyawan secara individu. Penilaian performansi kerja yang

dilakukan antara lain bertujuan untuk membantu manajer dalam mengambil

keputusan penting dalam hal promosi, transfer, pemberhentian, dan gaji.

Selain itu, penilaian performansi kerja juga dilakukan untuk memberikan

(22)

feedback dan menentukan pelatihan serta pengembangan yang dibutuhkan

karyawan (Riggio, 2008).

Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh pada performansi kerja

seseorang (Landy dan Conte, 2010) yaitu ability terutama kecerdasan

(intelegensi), personality (kepribadian), skills (keterampilan), knowledge

(pengetahuan), competencies (kompetensi), dan emotional intelligence

(kecerdasan emosi). Disamping kemampuan kognitif yang dipredikasi dapat

mempengaruhi keberhasilan performansi seseorang, kemampuan non kognitif

merupakan satu hal yang patut diperhitungkan. Hal ini karena kesuksesan

seseorang tidak hanya bergantung pada kecerdasan kognitifnya. Seseorang

yang memiliki kecerdasan kognitif yang tinggi, tetapi kurang cerdas pada

kemampuan non kognitifnya akan mengalami kendala untuk mencapai

kesuksesan.

Salah satu kemampuan non kognitif yang penting yaitu kecerdasan

emosi. Goleman (2002) menemukan fakta bahwa orang yang memiliki

kecerdasan kognitif lebih tinggi justru bekerja untuk orang yang kecerdasan

kognitifnya lebih rendah. Setelah dilakukan penelitian ternyata orang yang

kecerdasan kognitifnya lebih rendah memiliki kecerdasan emosi yang lebih

tinggi. Oleh karena itu, faktor penentu kesuksesan seseorang tidak hanya

berdasarkan kecerdasan kognitifnya saja, tetapi juga ditentukan oleh

kecerdasan emosinya. Hal ini karena manusia tidak terlepas dari emosi di

dalam kehidupannya termasuk ketika sedang bekerja baik emosi diri sendiri

(23)

mengelola emosinya diyakini dapat menghadapi masalah yang ada dan

menyelesaikannya dengan baik pula. Orang seperti ini diyakini memiliki

kecerdasan emosi yang tinggi. Goleman (dalam Carmeli, 2003) mengatakan

bahwa terdapat fakta atau bukti yang mendukung efek positif kecerdasan

emosi pada kesuksesan pekerjaan seseorang.

Sebaliknya, performansi kerja yang menurun menjadi alasan mengapa

karyawan dalam sebuah perusahaan di PHK (Oin, 2008). Oleh karena itu,

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang digunakan oleh perusahaan untuk

mengatasi masalah finansial sampai saat ini menjadi hal yang menakutkan

bagi karyawan. Bukan hanya karena karyawan yang di-PHK akan menjadi

pengangguran, tetapi mereka juga tidak memiliki penghasilan untuk

kehidupan sehari-hari dan keluarganya.

Peneliti tertarik melakukan penelitian ini berdasarkan masalah

menurunnya peringkat performansi kerja di Indonesia dibandingkan

negara-negara lain. Subyek penelitian merupakan karyawan produksi perusahaan

tekstil. Alasan peneliti memilih karyawan tekstil karena ketatnya persaingan

perusahaan tekstil, terlebih krisis keuangan global yang memaksa industri

tekstil melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawannya (Pra,

2009). Meskipun PHK yang dilakukan perusahaan disebabkan oleh faktor

eksternal, kualitas karyawan diduga menjadi bahan pertimbangan perusahaan

untuk memampatkan jumlah karyawan. Karyawan perusahaan yang memiliki

performansi tinggi akan tetap dipertahankan, sedangkan karyawan yang

(24)

Selanjutnya, jenis pekerjaan seseorang akan menentukan faktor yang

mempengaruhi kesuksesan performansi kerjanya. Misalnya kesuksesan

performansi seorang ahli bedah tergantung pada kecerdasan kognitifnya,

sedangkan pengacara tergantung pada kecerdasan dan keterampilan

komunikasinya. Subyek penelitian ini merupakan karyawan produksi tekstil

yang kesuksesan performansinya lebih ditentukan oleh keterampilan (skill)

dan pengalamannya bekerja. Peneliti ingin mengetahui apakah faktor

kecerdasan emosi yang menurut teori berkontribusi misalnya pada kerja sama

tim, problem solving, dan hubungan interpersonal, berhubungan dengan

kesuksesan performansi kerja karyawan.

Subyek penelitian dari perusahaan tekstil dirasa relevan dengan

penelitian ini karena banyaknya PHK di perusahaan tekstil merupakan

sesuatu yang penting untuk diteliti berkaitan dengan performansi kerja

karyawan. Selain itu, perusahaan tekstil yang diteliti juga belum melakukan

penilaian performansi secara detail dan rutin sehingga penelitian ini perlu

dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Peneliti mengidentifikasikan permasalahan yang ada yaitu dengan

rumusan masalah sebagai berikut :

“Apakah terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan

(25)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara

kecerdasan emosi dan performansi kerja karyawan.

D. Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis :

1. Memberikan sumbangan teoritis khususnya bidang Psikologi Industri

tentang hubungan antara kecerdasan emosi seseorang dengan performansi

kerjanya.

2. Penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan dasar untuk

melakukan penelitian lain dalam melihat hubungan kecerdasan emosi

dengan performansi kerjanya.

Manfaat Praktis :

Bagi Perusahaan :

Membantu kebijakan perusahaan untuk meningkatkan sumber daya

manusia yang ada dengan memperhatikan kecerdasan emosi karyawan

sehingga diharapkan tingkat performansi kerja karyawan juga akan semakin

(26)

BAB II DASAR TEORI

A. PERFORMANSI KERJA 1. Definisi Performansi

Performansi kerja merupakan istilah yang sudah tidak asing dalam

bidang industri dan organisasi karena organisasi biasa dinilai dari

performansinya (Hayward, 2005). Performansi organisasi sendiri

ditentukan oleh performansi karyawan yang bekerja dalam organisasi

tersebut. Oleh karena itu, karyawan menurut Bartlett dan Ghosal (dalam

Hayward, 2005) merupakan aset terbesar dalam sebuah organisasi.

Performansi kerja bisa dilihat dari dua sisi, yaitu secara obyektif

dan subyektif. Performansi kerja jika dilihat secara obyektif yaitu

penilaian hasil kerja yang lebih berfokus pada kuantitas, misalnya jumlah

produksi. Performansi kerja jika dilihat secara subyektif yaitu penilaian

hasil kerja secara judgment oleh orang-orang yang mengetahui proses

kerja seseorang, misalnya atasan, rekan sekerja, bawahan, dan pelanggan

(Riggio, 2008).

Pengertian performansi kerja karyawan berdasarkan hasil yang

dicapai adalah catatan dari hasil yang diperoleh melalui fungsi pekerjaan

tertentu atau kegiatan selama jangka waktu tertentu (Bernardin dan Russel,

1993). Performansi kerja juga didefinisikan oleh Hellriegel, Jackson, dan

Slocum (dalam Hayward, 2005) sebagai tingkat pencapaian dari hasil kerja

(27)

seseorang setelah melakukan usaha. Noe, Hollenbeck, Gerhart, dan Wright

(2004) mengatakan bahwa performansi adalah aktivitas dan hasil kerja

karyawan yang berkontribusi padagoalorganisasi.

Secara umum, pengertian performansi yaitu aktivitas dan hasil

kerja yang diperoleh seseorang setelah melakukan usaha melalui fungsi

pekerjaan tertentu atau kegiatan selama jangka waktu tertentu yang

berkontribusi padagoalorganisasi.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Performansi Kerja

Pengaruh yang utama dalam performansi yaitu kualitas tenaga

kerja pada seluruh tingkat organisasi. Zeitz (dalam Phalestie, 2010)

mengatakan bahwa performansi kerja dipengaruhi oleh dua hal utama,

yaitu faktor organisasional (perusahaan) dan faktor personal. Faktor

organisasional meliputi sistem imbal jasa, kualitas pengawasan, beban

kerja, nilai dan minat, serta kondisi fisik dari lingkungan kerja. Sementara

faktor personal meliputi sifat kepribadian (personality trait), senioritas,

masa kerja, kemampuan ataupun keterampilan yang berkaitan dengan

bidang pekerjaan dan kepuasan hidup.

Faktor-faktor yang mempengaruhi performansi kerja menurut

Aamodt (2010) antara lain ability (kecakapan),supervision (pengawasan),

company policy (kebijaksanaan perusahaan), economic factors (faktor

ekonomi), motivation (motivasi), training (pelatihan), physical

(28)

Pendapat lain mengenai faktor yang berpengaruh pada performansi

kerja seseorang (Landy dan Conte, 2010) adalah ability terutama

kecerdasan (intelegensi), personality (kepribadian), skills (keterampilan),

knowledge (pengetahuan), competencies (kompetensi), dan emotional

intelligence(kecerdasan emosi).

Spector (2007) dalam bukunya Industrial and Organizational

Psychology menuliskan beberapa faktor yang berkaitan dengan

performansi kerja karyawan. Faktor-faktor yang berkaitan tersebut yaitu

kecakapan (ability), motivasi (motivation), karakteristik personal, kondisi

lingkungan, dan karakter pekerjaan.

Berdasarkan analisis dari beberapa ahli dapat ditarik kesimpulan

bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi performansi kerja antara lain

ability(kecakapan), motivasi, karakteristik kepribadian, kecerdasan emosi,

dan lingkungan fisik. Berikut ini adalah penjelasan mengenai beberapa

faktor yang mempengaruhi performansi kerja :

a. Ability(Kecakapan)

Menurut Spector (2007) kecakapan adalah kemampuan untuk

belajar sesuatu, misalnya kemampuan untuk belajar memainkan alat

musik atau untuk belajar bahasa asing. Kita menilai seseorang sebagai

orang yang cakap ketika mengasumsikan bahwa orang tersebut

memiliki kemampuan yang baik dalam melakukan sejumlah aktivitas

yang membutuhkan pembelajaran dan adaptasi (Landy dan Conte,

(29)

beberapa bagian yaitucognitive, physical, sensory, danpsychomotoric

abilities.

Dalam psikologi industri dan organisasi, seleksi yang dilakukan

kebanyakan digunakan untuk mengetahui kecakapan dan keterampilan

seseorang. Hal ini seperti analisis KSAOs (knowledge, skill, ability,

and other personal characteristic) yang dilakukan kepada karyawan

apabila akan menduduki jabatan tertentu. Berdasarkan hasil penelitian

terdahulu, telah ditemukan bahwa pengukuran kecakapan seseorang

berkaitan dengan performansi kerjanya. Seperti penelitian oleh

Gutenberg, Arvey, Osburn, dan Jeanneret (dalam Spector, 2007) yang

menunjukkan bahwa kecakapan kognitif memprediksikan performansi

untuk bermacam-macam pekerjaan. Penelitian lain oleh Pearlman,

Schmidt, dan Hunter (dalam Spector, 2007) menemukan bahwa

kecakapan kognitif digunakan untuk memprediksi performansi kerja.

Caldwell dan O’Reilly (dalam Spector, 2007) memperlihatkan bahwa

kemampuan seseorang yang sesuai dengan KSAOs pada anajab dapat

menjadi strategi yang berguna untuk meningkatkan performansi kerja.

b. Motivasi

Organisasi berupaya untuk meningkatkan motivasi pekerja agar

performansi kerja mereka juga meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian sebelumnya yaitu bahwa motivasi berpengaruh terhadap

perilaku karyawan dalam melakukan sesuatu (Schultz, 2006). Hal ini

(30)

dikembangkan oleh Edwin Locke dimana motivasi utama pada

pekerjaan ditentukan oleh seberapa kuat keinginan seseorang untuk

mencapaigoal.

c. Karakteristik Kepribadian

Barrick dan Mount (dalam Spector, 2007) mengemukakan bahwa

banyak psikolog yang mempercayai bahwa kepribadian manusia dapat

dijelaskan menjadi lima dimensi yang dikenal dengan Big Five, yaitu

extraversion, emotional stability, agreeableness, conscientiousness,

danopenness to experience.

Penelitian oleh Hurtz, Donovan, dan Salgado (dalam Spector,

2007) menyimpulkan bahwa kepribadian berkaitan bahkan dapat

menjadi prediktor terbaik dalam performansi kerja. Selanjutnya, Hurtz

dan Donovan (dalam Spector, 2007) menemukan bahwa dimensi

kepribadian tertentu memiliki korelasi yang kuat dengan performansi

pada pekerjaan tertentu. Meskipun korelasinya kecil, penelitian ini

memberikan bukti bahwa personality merupakan faktor penting dalam

performansi pada bermacam-macam pekerjaan.

d. Kecerdasan Emosi

Schutte (dalam Carmeli, 2003) mengatakan bahwa kecerdasan

emosi yang biasa dikenal dengan Emotional Intelligence ini dapat

dimasukkan baik dalam ability (Ciarrochi dan Mayer dalam Riggio,

2008) atau karakteristik kepribadian seseorang (Schutte dan Malouff

(31)

2003) kecerdasan emosi ini berdiri sendiri sebagai kemampuan non

kognitif yang didefinisikan sebagai susunan kemampuan sosial,

emosi, dan kepribadian yang berpengaruh pada keberhasilan

seseorang untuk dapat mengatasi tekanan dan tuntutan lingkungan

secara efektif.

Pada awal tahun 1990, sebagian besar penelitian hanya

memfokuskan pada kecerdasan kognitif misalnya kemampuan untuk

menyelesaikan masalah. Namun akhir-akhir ini, peneliti dan praktisi

menyadari pentingnya kecerdasan kognitif dan emosi untuk

memperoleh kesuksesan. Fakta dan bukti yang ada juga menunjukkan

adanya efek positif dari kecerdasan emosi pada kesuksesan seseorang

dalam bekerja (Goleman, 2002). Hal ini seperti yang terlihat pada

peneliti dimana mereka menghubungkan kecerdasan emosi pada

penjelasan mengapa terjadi perbedaan yang signifikan dalam

performansi setiap orang (Carmeli, 2003).

e. Kondisi Lingkungan

Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor organisasional yang

dapat mempengaruhi performansi kerja pada berbagai cara.

Lingkungan juga memiliki pengaruh positif atau negatif pada motivasi

karyawan yang akan membawa pada peningkatan atau penurunan

usaha karyawan. Selain itu, lingkungan juga dapat dibuat untuk

memfasilitasi performansi dengan membuatnya “lebih mudah” bagi

(32)

menunjukkan bahwa sesuatu yang sederhana seperti membiarkan

seseorang mendengarkan musik melalui headset meningkatkan

performansi kerja, rupanya karena hal tersebut dapat meredakan

ketegangan (Oldham, Cummings, Mischel, Schmidtke, dan Zhou,

dalam Spector, 2007).

3. Penilaian Performansi Kerja

a. Definisi Penilaian Performansi Kerja

Riggio dalam bukunya Introduction to Industrial/ Organizational

Psychology (2008) mengatakan bahwa penilaian performansi kerja

merupakan pengumpulan prestasi karyawan sebagai pembanding untuk

menetapkan standar tertentu dalam organisasi. Penilaian performansi

kerja juga diartikan sebagai cara untuk mengukur kontribusi individu

kepada organisasi tempat mereka bekerja (Bernardin dan Russel, 1993).

Bittel (1994) menyebutkan bahwa penilaian performansi kerja adalah

evaluasi formal dan sistematis tentang seberapa baik seseorang

melakukan tugasnya dan memenuhi perannya yang sesuai dalam

organisasi.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, penilaian performansi

merupakan evaluasi formal dan sistematis untuk mengukur seberapa

baik karyawan melakukan tugas dan perannya dalam memberikan

kontribusi bagi organisasi sekaligus sebagai cara pembanding untuk

(33)

Cascio (dalam Spector, 2007) mendefinisikan performance

appraisal sebagai gambaran atau deskripsi sistematis tentang kekuatan

dan kelemahan seseorang atau kelompok dalam melakukan

pekerjaannya. Definisi lain menyebutkan bahwa penilaian performansi

kerja merupakan evaluasi formal yang dilakukan secara berkala atas

prestasi yang dicapai yang akan digunakan sebagai pembuatan

keputusan karir karyawan (Schultz, 2006). Muchinsky (dalam Riggio,

2008) mendefinisikan penilaian performansi kerja sebagai suatu

ringkasan sistematis terhadap prestasi kerja karyawan dalam pekerjaan

yang digunakan untuk mengevaluasi efektivitas kerja.

Secara keseluruhan, definisi penilaian performansi yaitu evaluasi

formal dan sistematis untuk mengevaluasi efektifitas kerja mengetahui

peran karyawan dalam memberikan kontribusi, mengetahui kekuatan

sekaligus kelemahan sebagai cara pembanding untuk menetapkan

standar dan serta menetapkan keputusan karir karyawan dalam

organisasi.

b. Metode Penilaian Performansi Kerja Karyawan

Penilaian performansi dapat dilakukan melalui beberapa tahap.

Menurut Gomez-Mejia, Balkin, dan Cardy (1998) meliputi tiga langkah

yaitu identifikasi (tahap awal untuk menentukan aspek atau dimensi

(34)

penilaian), dan pengelolaan (memberikan feedback kepada karyawan

yang merupakan bagian terpenting dari proses penilaian).

Riggio (2008) mengemukakan bahwa proses penilaian performansi

kerja yang baik sebaiknya meliputi dua hal, yaitu performance

assessmentdan performance feedback.Performance assessmentberarti

bahwa penilaian performansi kerja dilakukan untuk membuat keputusan

personal, misalnya promosi, gaji atau bahkan pemecatan. Performance

feedback menurut Boswell dan Boudreau (dalam Riggio, 2008)

merupakan proses memberikan informasi sebagai bentuk penghargaan

atas hasil kerja dan kesempatan untuk memberi masukan atau saran

untuk meningkatkan performansi. Feedback untuk karyawan biasanya

dilakukan dalam konteks wawancara performansi. Atasan menceritakan

kepada karyawan hasil performansi secara detail, memberi

penghargaan, kritik yang membangun, saran serta bimbingan untuk

peningkatan performansi. Farr (dalam Riggio, 2008) mengatakan bahwa

meskipun feedback yang membangun bersifat kritis untuk penilaian

performansi yang baik,feedback “informal” yang diberikan dari atasan

kepada anak buah sebaiknya dilakukan secara teratur, yaitu setiap hari.

Berikut ini adalah skema sistem penilaian prestasi kerja

(35)

Gambar 1.

Proses Penilaian Performansi Karyawan

Ada banyak cara untuk mengukur performansi kerja. Schultz

(2006) mengatakan bahwa penilaian performansi dapat dilakukan

secara obyektif dan judgmental. Menurut Riggio (2008), penilaian

performansi dapat dilakukan dengan subjective performance criteria

dan objective performance criteria. Gomez-Mejia, Balkin, dan Cardy

(1998) membagi penilaian performansi menjadi dua cara yaitu tipe

judgment(relativedanabsolute) dan penilaian yang berfokus pada sifat,

perilaku, dan prestasi kerja. Performansi

Karyawan

Feedback karyawan Penilaian

performansi

Keputusan personal

Proses Identifikasi

Pengelolaan hasil penilaian

(36)

Berdasarkan teori-teori ahli mengenai cara untuk menilai

performansi kerja karyawan, maka diperoleh kesimpulan bahwa metode

untuk menilai performansi dapat dilakukan dengan cara :

1) Penilaian Obyektif, misalnya :

a) jumlah hari absen kerja

b) keterlambatan kerja

c) total penjualan bulanan sales

d) kasus yang dimenangkan oleh pengacara

e) jumlah operasi yang dilakukan oleh ahli bedah (Spector, 2007)

2) Penilaian Subyektif

a) Penilaian individu

1) Ranking Technique

2) Paired-Comparison Technique

3) Forced Distribution Technique

b) Penilaian berkelompok

1) Penulisan Naratif

2) Merit rating

(a) Rating Scales

(b) Behaviorally Anchored Rating Scales

(c) Behavioral Observation Scales

(d) Management by Objectives

(37)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penilaian

judgmental yaitu dengan rating scale. Alasan peneliti menggunakan

metode rating scale yaitu alat dapat disusun sendiri oleh peneliti

berdasarkan jenis pekerjaan subyek dengan disesuaikan teori penilaian

performansi. Hal ini karena metode rating melibatkan sejumlah perilaku

yang terkait dengan pekerjaan yang telah dirumuskan. Selain itu, metode

ini mengukur performansi kerja berdasarkan deskripsi perilaku yang

spesifik seperti kuantitas, kualitas kerja, pengetahuan, kerjasama,

inisiatif, reliabilitas, kompetensi interpersonal, ketergantungan, kualitas

personal, dan lain-lain (Tipe Kriteria Performansi Pekerjaan, 2009).

Alasan kedua yaitu rating scales dapat mengurangi bias personal karena

penilaian dilakukan oleh atasan berdasarkan observasi sehari-hari

(Schultz, 2006).

Selain menentukan metode penilaian, menetapkan sumber penilai

atau siapa yang melakukan penilaian performansi juga tidak kalah

penting. Penilaian performansi dapat dilakukan oleh atasan, bawahan,

rekan sekerja, diri sendiri bahkan evaluasi pelanggan terhadap pekerja

yang bertugas melayani. Conway, Lombardo, dan Sanders (dalam

Riggio, 2008) mengatakan bahwa berbagai penilaian yang dilakukan oleh

banyak pihak seperti atasan, rekan sekerja, bawahan, dan pelanggan

dapat memberi keuntungan karena banyaknya perbedaan aspek

(38)

Dalam penelitian ini, penilaian performansi kerja karyawan

dilakukan oleh satu orang atasan. Berdasarkan penelitian sebelumnya,

penilaian performansi karyawan yang dilakukan oleh atasan

menunjukkan reliabilitas yang lebih tinggi dibandingkan penilaian oleh

teman sekerja atau bawahan (Spector, 2007). Penilaian performansi

karyawan yang dilakukan oleh atasan merupakan hal yang wajar karena

atasan memiliki pengetahuan yang cukup tentang job requirementuntuk

memberikan penghargaan atas prestasi dan saran yang diperlukan

karyawan demi peningkatan performansi selanjutnya (Spector, 2007).

Kriteria yang digunakan dalam penilaian performansi juga perlu

ditentukan sebelum penilaian dilakukan. Kriteria penilaian pada instansi

swasta biasanya didasarkan pada kebijakan departemen personalia.

Beberapa ahli yang telah melakukan penelitian menetapkan beberapa

dimensi penilaian sifat dan karakteristik pekerja yang termasuk dalam

bentuk penilaian subyektif yaitu perilaku yang dapat diukur dalamrating

scale, antara lain:

a. Gomez-Mejia, Balkin, dan Cardy dalam bukunya Managing Human

Resource (2001) menyebutkan empat karakteristik yaitu decisiveness

(ketegasan), reliability (dapat dipercaya), energy (daya kerja), dan

loyality(kesetiaan).

b. Noe, dkk. (2004) dalam bukunga Fundamentals of Human Resource

Management menyebutkan sepuluh faktor penilaian yang terkait

(39)

communication (komunikasi), judgment (keputusan), managerial skill

(keterampilan manajerial), quality performance (kualitas

performansi), teamwork(kerjasama), interpersonal skill(keterampilan

hubungan antar karyawan), initiative(inisiatif), creativity (kreatifitas),

danproblem solving(pemecahan masalah).

c. Schultz (2006) menyebutkan enam kriteria penilaian dalam rating

scale yaitu kerjasama, kemampuan pengawasan, manajemen waktu,

komunikasi, pengambilan keputusan dan inisiatif, serta kehadiran.

Selanjutnya, kriteria penilaian performansi kerja yang dipakai dalam

penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria pekerjaan subyek penelitian

dan kebijakan personalia organisasi. Kriteria penilaian performansi kerja

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengetahuan, kualitas dan

kuantitas,teamwork,interpersonal skill, kreativitas, danproblem solving.

Keenam kriteria tersebut disesuaikan dengan fungsi pekerjaan subyek

yaitu karyawan bagian produksi dan berdasarkan teori Noe, dkk (2004) di

atas tentang beberapa kriteria penilaian performansi.

Secara umum, penilaian performansi dilakukan secara subyektif yaitu

berdasarkan kriteria penilaian yang sebagian besar merupakan judgment

pihak penilai yaitu atasan yang dilakukan dengan metode rating scale.

Penilaian performansi yang dilakukan berdasarkan observasi sehari-hari

yang dilakukan oleh atasan. Hal ini berarti bahwa atasan juga mengikuti

proses performansi karyawan, yaitu bahwa dalam mencapai hasil

(40)

pengetahuan tentang cara kerja yang efektif dan efisien, kerjasama

dengan karyawan lain, mengatasi masalah yang dihadapi, dan lain-lain.

Penilaian secara obyektif juga dilakukan, tetapi hanya terbatas pada

kriteria kuantitas dan kualitas hasil pekerjaan. Penilaian obyektif

dilakukan berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan

yaitu layak atau tidaknya kain yang diproduksi untuk dijual dan jumlah

kain yang dihasilkan sesuai dengan target atau tidak.

Berikut adalah penjelasan masing-masing kriteria yang digunakan

dalam skala penelitian untuk menilai performansi kerja karyawan :

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah sejauh mana pemahaman karyawan mengenai

fakta-fakta atau faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan

pekerjaan yang dilakukan (Mondy dan Noe, 1996).

2. Kuantitas dan Kualitas Hasil Pekerjaan

Kuantitas adalah jumlah / unit yang dapat diproduksi oleh

karyawan, apakah telah sesuai dengan target yang ditentukan.

Kualitas hasil pekerjaan meliputi ketelitian, kecermatan, kerapian,

dan kelengkapan dalam melakukan kewajiban yang telah ditetapkan

(Ivancevich, 1995).

3. Teamwork

Kemampuan dan kemauan karyawan untuk bekerja baik dengan

sesama rekan kerja, atasan, dan bawahan untuk mencapai goal

(41)

4. Interpersonal Skill

Kemampuan seseorang untuk menjalin hubungan baik dengan

orang lain melalui keterampilan berkomunikasi.

5. Kreativitas

Meliputi kepercayaan diri seseorang, ide-ide baru, dan kemampuan

untuk menerima tanggungjawab atas ide yang diciptakan (Mondy dan

Noe, 1996).

6. Problem Solving

Kemampuan seseorang untuk mengatasi masalah yang timbul

dengan menggunakan kompetensi-kompetensi diri untuk mencapai

penyelesaian terbaik.

B. KECERDASAN EMOSI 1. Kecerdasan Manusia

Pada dasarnya manusia memiliki beberapa macam kecerdasan.

Meskipun awalnya kecerdasan yang dipahami oleh masyarakat umum

hanyalah kecerdasan kognitif (intelegensi), perkembangan pengetahuan

membawa manusia pada pengetahuan baru tentang beberapa macam

kecerdasan yang dimiliki oleh manusia.

Tipe kecerdasan yang lain ditemukan melalui penelitian empiris

dan longitudinal oleh akademisi dan praktisi psikologi meliputi kecerdasan

emosi dan kecerdasan spiritual. Menurut Adhipurna (dalam Armansyah,

(42)

menjelaskan kesadaran manusia dengan segenap aspek-aspeknya sebagai

proses-proses yang secara esensial berlangsung pada jaringan syaraf.

Agustina (dalam Armansyah, 2005) menggambarkan intelegensi

dan kecerdasan emosi berfungsi secara horizontal, yakni berperan hanya

pada hubungan antara manusia dengan manusia, sedangkan kecerdasan

spiritual adalah kecerdasan vertikal yang merupakan hubungan antara

manusia dengan Tuhan. Selain itu, baik kecerdasan kognitif, emosi, dan

spiritual ini mempunyai akar neurologis di otak manusia. Fakta

menyatakan bahwa otak menyediakan komponen anatomisnya untuk aspek

rasional (intelegensi), emosional, dan spiritual. Ini artinya secara kodrati,

manusia telah disiapkan dengan tiga aspek tersebut (Armansyah, 2005).

Kecerdasan emosi bukanlah lawan intelegensi, tetapi keduanya

berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di

dunia nyata. Selain itu, kecerdasan emosi tidak begitu dipengaruhi oleh

faktor keturunan (Shapiro dalam Carmeli, 2003).

Ketiga bentuk kecerdasan manusia yaitu intelegensi, emosi, dan

spiritual tidak berdiri sendiri untuk dapat meraih kesuksesan baik ketika

bekerja maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kesuksesan adalah jika

seseorang mampu menggunakan dengan baik ketiga macam kecerdasan

ini, menyeimbangkan serta mengaplikasikannya dalam kehidupan. Bagi

pekerja dalam lingkungan organisasi manapun, ketiga bentuk kecerdasan

(43)

Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind (Goleman,

2000) mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang

monolitik yang penting untuk meraih kesuksesan, melainkan ada spektrum

kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu linguistik,

matematika/ logika, spasial, kinestetik, musik, interpersonal dan

intrapersonal. Kecerdasan interpersonal dan intrapersonal ini dinamakan

oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh Daniel Goleman

disebut sebagai kecerdasan emosi.

Wechsler (dalam Goleman, 2009) mendefinisikan kecerdasan

sebagai sekumpulan atau kapasitas dari seseorang untuk betindak sesuai

dengan tujuan, berpikir rasional, dan bersepakat secara efektif dengan

lingkungannya.

Sternberg dan Detterman (dalam Slavin, 2008) mendefinisikan

kecerdasan sebagai kemampuan untuk menghadapi abstraksi, memecahkan

masalah dan belajar. Definisi lain menyatakan bahwa kecerdasan adalah

sebuah kemampuan mental yang sangat umum meliputi kemampuan untuk

memberikan alasan, merencanakan, mengatasi masalah, berpikir secara

abstrak, memberikan ide-ide yang kompleks dan komprehensif,

kemampuan belajar dengan cepat, dan belajar dari pengalaman (Arvey

dalam Huffman, 2000).

Berdasarkan definisi kecerdasan di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa kecerdasan ialah kapasitas kemampuan mental seseorang untuk

(44)

belajar dari pengalaman, bertindak sesuai dengan tujuan, dan bersepakat

secara efektif dengan lingkungannya.

2. Emosi

Kata emosi berasal dari bahasa latin yaitu movere, yang berarti

bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan

bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Goleman (2002)

emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan

biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.

Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak serta merupakan

reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Contohnya

emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang sehingga

secara fisiologi terlihat tertawa, sedangkan emosi sedih akan mendorong

seseorang berperilaku menangis.

Definisi emosi menurut Huffman dalam Psychology in Action (2000)

yaitu perasaan atau respon afeksi yang merupakan hasil proses fisiologis,

pikiran dan kepercayaan, evaluasi subyektif, dan ekspresi jasmaniah

(kerutan dahi, senyuman, bahasa tubuh, dan lain-lain).

Berdasarkan uraian tentang emosi di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa emosi adalah suatu perasaan (afeksi) dan pikiran yang mendorong

individu untuk merespon stimulus baik yang berasal dari dalam maupun dari

(45)

Emosi memainkan peranan penting dalam hidup kita. Emosi juga

mewarnai mimpi, kenangan serta persepsi kita, dan ketika emosi diganggu

maka akan memberikan kontribusi yang signifikan pada gangguan

psikologis. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

(Huffman, 2000), psikolog mendefinisikan emosi ke dalam tiga komponen

dasar, yaitu :

a. Kognitif

Berupa pikiran, perasaan, dan harapan-harapan yang membedakan

jenis dan intensitas dari respon emosi. Apa yang menurut pengalaman

seseorang cukup menyenangkan, mungkin cukup membosankan atau

bahkan tidak disukai oleh orang lain.

b. Fisiologis

Emosi yang muncul akan membuat keadaan fisik internal berubah

menjadi hasil jasmaniah. Ketika kita secara emosional dikelilingi oleh

ketakutan atau kemarahan, jantung kita berdetak lebih cepat, pupil

membesar, dan pernapasan meningkat.

c. Perilaku

Tanda-tanda emosi akan diekspresikan melalui perilaku. Ekspresi

wajah, postur tubuh, bahasa tubuh, dan nada suara bervariasi dengan

kemarahan, gembira, sedih, dan emosi lainnya.

Berdasarkan uraian mengenai teori emosi di atas, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa emosi adalah persepsi yang mendorong individu untuk

(46)

baik secara kognitif, fisiologis (contoh: keringat dingin, detak jantung

meningkat), dan perilaku (contoh: perubahan ekspresi wajah).

3. Definisi Kecerdasan Emosi

Setelah melakukan analisis pada definisi kecerdasan dan emosi di atas,

peneliti menarik kesimpulan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan

seseorang untuk mempersepsi stimulus secara kognitif dan belajar dari

pengalaman serta dapat mengontrol respon fisiologis dan mengendalikan

perubahan perilaku agar dapat bertindak sesuai tujuan dan bersepakat secara

efektif dengan lingkungan.

Menurut Goleman (2002), definisi kecerdasan emosi adalah

kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi;

menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya melalui keterampilan

kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati, dan keterampilan

sosial. Definisi yang lain dari Salovey, Mayer, dan Caruso (dalam Hayward,

2005) mengatakan bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk

menerima, menghargai, dan mengekspresikan emosi secara akurat dan

adaptif; dan kemampuan untuk mengatur emosi diri sendiri dan orang lain.

Bar-On (dalam Carmeli, 2003) mendefinisikan kecerdasan emosi

sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi, dan sosial yang

mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi

(47)

Berdasarkan beberapa definisi kecerdasan emosi menurut beberapa

ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan emosi adalah serangkaian

kemampuan untuk mengatur kehidupan emosi baik diri sendiri dan orang

lain dengan menerima, mengenali, menghargai, mengelola, dan menjaga

pengungkapan emosi secara akurat dan adaptif untuk mengatasi tuntutan

dan tekanan lingkungan secara efektif.

Secara keseluruhan, definisi kecerdasan emosi berdasarkan analisis

peneliti dan pendapat beberapa ahli yaitu kemampuan untuk mengenali dan

menerima emosi diri dan orang lain dengan mempersepsi stimulus secara

kognitif dan belajar dari pengalaman, mengelola emosi untuk dapat

mengontrol respon fisiologis serta mengendalikan perubahan perilaku

dengan menjaga pengungkapan emosi untuk bertindak sesuai tujuan dan

mengatasi tuntutan serta tekanan lingkungan secara efektif.

4. Efek Kecerdasan Emosi dalam Bekerja

Bagi sebagian besar orang, pekerjaan adalah hal yang penting dalam

hidup. Pekerjaan tidak hanya menyediakan sumber-sumber (misalnya upah

dan keuntungan) untuk mencukupi kebutuhan hidup, tetapi juga tujuan

hidup dan relasi sosial. Tidak dapat dihindarkan seseorang akan bereaksi

secara emosional pada kejadian dan situasi di tempat kerja (Spector, 2007).

Emosi yang dimiliki oleh seseorang berisi seluruh kejadian atau

pengalaman yang segera dari sebagian emosi, seperti marah atau takut, yang

(48)

atasan (Spector, 2007). Emosi yang berlebihan dapat menghambat penalaran

dan analisis yang bersifat rasional. Namun, kejadian pada sebagian kasus

menjelaskan bahwa emosi yang terlalu rendah justru dapat menghancurkan

karir sekaligus perusahaan (Mustafa, 2007). Ekspresi dari emosi menjadi

satu bagian penting yang dihubungkan dengan perilaku dan hasil kerja

karyawan yang terlibat dalam organisasi.

Brief dan Weiss (dalam Schultz, 2006) mendiskusikan bagaimana

stres dan penolakan atau pertentangan (termasuk hukuman) dapat

menghasilkan emosi negatif. Ashkanasy, Hartel, dan Daus (dalam Spector,

2007) membandingkan hasil dari emosi positif dan negatif. Hasilnya yaitu

bahwa emosi positif berhubungan dengan kreativitas yang lebih besar,

kepuasan kerja yang lebih tinggi, kurangnyaturnover, dan performansi kerja

yang lebih baik. Oleh karena itu, dengan memahami arus emosi dalam

perusahaan dapat mendatangkan manfaat nyata (Mustafa, 2007).

Matthews, Zeidner, dan Roberts (dalam Donclark, 2009)

mengemukakan bahwa kecerdasan emosi dipandang sebagai sebuah konsep

yang menarik banyak perhatian sekarang ini. Banyak penelitian yang telah

dilakukan sehubungan dengan manfaat kecerdasan emosi dalam kehidupan

sehari-hari. Goleman (2002) mengatakan bahwa orang yang mampu melatih

emosinya memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk merasa puas dan

efisien dalam hidupnya, mendominasi perilaku mental yang memelihara

(49)

kehidupan emosi akan membahayakan kompetensinya untuk berkonsentrasi

pada pekerjaan dan berpikir jernih.

Terdapat sebuah fakta yang meyakinkan yaitu bahwa sisi psikologis

mempengaruhi kesehatan. Depresi, duka cita, dan pesimis semuanya

membuat kesehatan menjadi lebih buruk baik jangka pendek dan panjang

(Seligman dalam Benefits of EQ, 2003). Di samping itu, Seligman juga

menemukan bahwa sikap optimis merupakan keterampilan yang dapat

dipelajari, lebih memotivasi, menunjukkan tingkat prestasi yang lebih tinggi

serta membuat kesehatan fisik dan mental menjadi lebih baik secara

signifikan. Dengan kesehatan yang optimal baik secara fisik dan mental,

seseorang diharapkan dapat meningkatkan semangat dalam bekerja.

Penelitian tentang manfaat kecerdasan emosi di bidang kesehatan juga

didukung oleh hasil penelitian Cryer (dalam Benefits of EQ, 2003) yaitu

bahwa dengan menggunakan teknik manajemen stres dan kecerdasan emosi,

Delnor Community Hospital, Chicago dapat mengurangiturnoverkaryawan

dari 28% menjadi 21% dan dapat menyimpan $800.000 dalam waktu kurang

dari setahun.

Selanjutnya, hasil penelitian yang dilakukan oleh Feist dan Baron

(dalam Cherniss, 2000) menunjukkan bahwa kemampuan sosial dan emosi

empat kali lebih penting daripada IQ dalam menentukan kesuksesan

profesional dan martabat. Penelitian lainnya oleh Salovey, Bedell,

Detweiler, dan Mayer (dalam Cherniss, 2000) yaitu bahwa orang yang

(50)

mengendalikan perubahan dan membangun relasi sosial yang lebih baik.

Manfaat lain dari kecerdasan emosi di bidang bisnis yaitu setelah pabrik

Motorola menggunakanHeartMath’s stressand program kecerdasan emosi,

93% karyawan meningkat produktivitasnya (HeartMath dalam Benefits of

EQ, 2003). Selain itu, prestasi puncak pegawai toko 12 kali lebih produktif

dari sebelumnya dan 85% lebih produktif dari rata-rata karyawan. Sekitar

sepertiga dari perbedaan ini karena keterampilan teknik dan kemampuan

kognitif sementara dua pertiga bagiannya karena kecerdasan emosi

(Goleman dalamBenefits of EQ, 2003).

Penelitian lainnya yaitu setelah supervisor di salah satu pabrik

tanaman menerima pelatihan untuk kompetensi emosi, pemborosan waktu

berkurang sekitar 50%, keluhan berkurang dari rata-rata sekitar 15 per tahun

menjadi 3 per tahun dan produksi tanaman melampaui goal produksi

sebesar $ 250.000 (Pesuric dan Byham dalamBenefits of EQ, 2003). Dalam

sebuah perusahaan Multinational Consulting, rekan kerja yang

menunjukkan kompetensi kecerdasan emosi yang tinggi digaji 139% lebih

dari rekan kerja yang memiliki kecerdasan emosi yang lebih rendah

(Boyatzis dalamBenefits of EQ, 2003). Bar-On dan Orme (dalamBenefits of

EQ, 2003) menemukan di UK’s Whitbread Group, bahwa restoran dengan

manajer yang memiliki kecerdasan emosi tinggi memiliki kepuasan

pelanggan yang lebih tinggi, turnover yang lebih rendah, dan pertumbuhan

(51)

5. Aspek-aspek Kecerdasan Emosi

Menurut beberapa ahli, kecerdasan emosi dibagi menjadi beberapa

bagian. Kecerdasan emosi menurut Bar-On (2010), dibedakan menjadi tujuh

sub bagian yaitu :

a. Intrapersonal(Diri pribadi)

1. Self-Regard(penghargaan terhadap diri sendiri)

2. Emotional Self-Awareness(kesadaran emosi)

3. Assertiveness(sikap asertif)

4. Independence(kebebasan/ kemerdekaan)

5. Self-Actualization(aktualisasi diri)

b. Interpersonal(Antar Pribadi)

1. Empathy(empati)

2. Social Responsibility(tanggung jawab sosial)

3. Interpersonal Relationship(hubungan antar pribadi)

c. Stress Management(Manajemen Stres)

1. Stress Tolerance(toleransi stres)

2. Impulse Control(kontrol impuls)

d. Adaptability(Adaptabilitas)

1. Reality testing(Tes terhadap realitas)

2. Flexibility(sikap fleksibel)

3. Problem Solving(pemecahan masalah)

e. General Mood(Suasana hati)

(52)

2. Happiness(kebahagiaan)

f. Positive Impression(Kesan Positif)

g. Inconsistensi Index(Ketidak-konsekuensian kata-kata)

Goleman (2002) menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam

definisi dasar tentang kecerdasan emosi yang dicetuskannya dan

memperluas kemampuan tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu :

a. Knowing one’s emotions(Self-awareness: menyadari emosi)

b. Managing emotions(mengatur emosi)

c. Self Motivation(motivasi diri)

d. Empathy(empati)

e. Managing relationships(membina hubungan)

Tokoh lain yaitu Mayer, Salovey, dan Caruso memberi tekanan bahwa

“intelegensi” adalah bagian dari kecerdasan emosi (Donclark, 2009).

Mereka menggunakan kerangka dimana kecerdasan emosi mewakili sebuah

sistem kecerdasan untuk menginput dan memproses informasi emosi.

Bagian kecerdasan emosi yaitufacilitating thoughtmerupakan bukti bahwa

ketiga tokoh ini menempatkan kecerdasan kognitif dalam bagian kecerdasan

emosi. Mayer, Salovey, dan Caruso (2010) membagi kecerdasan emosi

menjadi empat bagian:

a. Perceiving Emotions(Penerimaan Emosi)

1. Faces(wajah)

(53)

b. Facilitating Thought(Fasilitasi Pemikiran)

1. Facilitation(fasilitas)

2. Sensation(sensasi)

c. Understanding emotion(Pemahaman Emosi)

1. Changes(perubahan)

2. Blends(paduan)

d. Managing Emotions(Pengelolaan Emosi)

1. Emotion Management(Pengelolaan Emosi)

2. Emotional Relations(Relasi emosi)

Penelitian yang dilakukan menggunakan teori yang dicetuskan oleh

Goleman yaitu terdapat lima aspek dalam kecerdasan emosi seperti yang

telah disebutkan di atas. Berikut adalah penjelasan secara rinci mengenai

kelima aspek tersebut :

a. Self Awareness(Mengenali Emosi Diri)

Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk

mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini

merupakan dasar dari kecerdasan emosi, para ahli psikologi menyebutkan

kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan

emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2002) kesadaran diri adalah

waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila

kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi

(54)

penguasaan emosi, tetapi merupakan salah satu prasyarat penting untuk

mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi.

b. Managing Emotion(Mengelola Emosi)

Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam

menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras,

sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi

yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan

emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau

lama akan mengoyak kestabilan kita (Goleman, 2002). Kemampuan ini

mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan

kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang

ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan

yang menekan.

c. Self Motivation(Motivasi Diri)

Self motivation merupakan kemampuan menciptakan sinergi

diantara perasaan dan mengendalikan sampai tujuan, kemarahan

merupakan bentuk kurangnya rasa percaya diri, apatis (kelesuan), dan

spontanitas. Prestasi dapat dicapai dengan dimilikinya motivasi dalam

diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri

terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai

perasaan motivasi yang positif, yaitu antusiasme, gairah, optimis dan

(55)

d. Empathy(Mengenali Emosi Orang Lain)

Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga

empati. Menurut Goleman (2002) kemampuan seseorang untuk

mengenali emosi orang lain atau peduli menunjukkan kemampuan

empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih

mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang

mengisyaratkan apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu

menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain

dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.

Rosenthal dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orang-orang

yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu

menyesuaikan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah beraul,

dan lebih peka (Goleman, 2002). Nowicki, ahli psikologi menjelaskan

bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan

emosi dengan baik akan terus menerus merasa frustasi (Goleman, 2002).

Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki

kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya

sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang

tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.

e. Management of Relationship(Membina Hubungan)

Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu

keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan

(56)

berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan

membina hubungan.

Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan

ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan

karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain.

Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan menjadi teman yang

menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi (Goleman, 2002).

C. HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN PERFORMANSI KERJA KARYAWAN

Banyak sumber mengatakan bahwa manusia merupakan aset organisasi

yang paling penting karena memiliki peranan terbesar dalam mencapai goal

perusahaan. Kualitas SDM menjadi hal yang vital bagi organisasi termasuk

kecerdasan manusia yang melatarbelakangi hasil kerja karyawan. Hal ini

karena output atau hasil kerja karyawan dapat menunjukkan kualitas sebuah

organisasi. Kecerdasan sangat berhubungan dengan aspek kesuksesan bekerja

maupun kesuksesan dalam hidup. Tidak hanya intelegensi yang berhubungan

dengan kesuksesan, tetapi dinamika dari ketiga bentuk kecerdasan yang

dimiliki oleh manusia yaitu intelegensi, emosi maupun spiritual dapat semakin

mendukung seseorang untuk dapat meraih kesuksesan (Armansyah, 2001).

Kecerdasan emosi menurut Goleman akan semakin mendukung intelegensi

yang dimiliki jika seseorang mampu mengelolanya dengan baik dan efektif

(57)

menghambat atau menghentikan penalaran dan analisis yang bersifat rasional,

tetapi kejadian pada sebagian kasus menjelaskan bahwa emosi yang terlalu

rendah justru dapat menghancurkan karir sekaligus perusahaan (Mustafa,

2007). Ekspresi dari emosi menjadi satu bagian penting dalam pekerjaan yang

dihubungkan dengan perilaku dan hasil kerja karyawan. Ashkanasy, Hartel,

dan Daus (dalam Spector, 2007) membandingkan hasil dari emosi positif dan

negatif. Mereka menemukan bahwa emosi positif berhubungan dengan

kreativitas yang lebih besar, kepuasan kerja yang lebih tinggi, kurangnya

turnover, dan performansi kerja yang lebih baik.

Kecerdasan emosi merupakan kemampuan karyawan untuk mengenali

emosi diri (kesadaran diri), mengelola emosi diri (pengaturan diri), memotivasi

diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan keterampilan membina

hubungan yang dimiliki oleh karyawan. Kecerdasan emosi merupakan salah

satu faktor yang menjadi komponen dari kualitas sumber daya manusia pada

karyawan.

Karyawan yang memiliki kemampuan mengenali emosi berarti memiliki

kesadaran diri sehingga mampu mengetahui penyebab dari perasaannya. Hal

ini membuat seseorang lebih waspada akan pikiran dan perasaannya sehingga

tidak mudah larut dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri membantu

pengelolaan emosi agar seseorang mampu melakukan sesuatu yang berguna

untuk menyalurkan emosinya dengan tepat. Pengelolaan emosi ini meliputi

mampu menghibur diri, melepaskan kecemasan, dan bangkit dari perasaan

(58)

merasa terganggu oleh emosinya sehingga tercipta sikap profesional di tempat

kerja. Goleman (2002) berpendapat bahwa orang yang mampu melatih

emosinya mampu memelihara produktivitas mereka. Sedangkan orang yang

tidak memiliki kontrol dalam kehidupan emosi akan membahayakan

kompetensinya untuk berpikir jernih dan berkonsentrasi pada pekerjaan. Oleh

karena itu, dengan mampu mengenali dan mengelola emosinya seorang

karyawan dapat menunjukkan hasil performansi kerja yang lebih baik.

Motivasi diri diperlukan ketika seseorang menghadapi situasi yang

emosional untuk dapat melewati “masa sulit” dengan baik. Karyawan yang

mampu memotivasi dirinya dalam menghadapi situasi yang emosional

memiliki motivasi yang positif, optimis, keyakinan diri, dan tetap antusias

untuk bekerja. Seligman (dalam Benefits of EQ, 2003) menemukan bahwa

sikap optimis merupakan sebuah keterampilan yang dapat dipelajari, lebih

memotivasi, meningkatkan prestasi serta membuat kesehatan fisik dan mental

menjadi lebih baik secara signifikan. Dengan kesehatan yang optimal baik

secara fisik dan mental, diharapkan karyawan dapat meningkatkan semangat

dalam bekerja. Oleh karena itu, motivasi diri mendorong orang untuk tetap

tekun dalam bekerja sehingga dapat meningkatkan performansi kerjanya.

Karyawan yang mampu menyadari dan mengelola emosi dirinya dengan

baik, akan semakin peka dalam menghadapi dan mengenali emosi orang lain.

Dengan mampu mengenali dan membaca emosi orang lain melalui komunikasi

non verbal, seseorang dapat memahami dan berempati terhadap emosi yang

(59)

apa yang dibutuhkan orang lain sehingga mampu menerima sudut pandang

orang lain, lebih peka, dan mampu mendengarkan orang lain. Hal ini akan

mengantarkan karyawan untuk menjalin hubungan yang baik dan

menyenangkan dengan orang lain. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Salovey, Bedell, Detweiler, dan Mayer (dalam Cherniss, 2000) yaitu bahwa

orang yang secara akurat menerima emosi orang lain akan lebih baik dalam

mengendalikan perubahan dan membangun relasi sosial yang lebih baik. Oleh

karena itu, hubungan yang baik diantara sesama karyawan akan membangun

relasi yang baik dan suasana kondusif untuk bekerja yang akan membawa

karyawan pada performansi kerja yang memuaskan.

Terdapat beberapa fakta tentang manfaat kecerdasan emosi dalam berbagai

aspek kehidupan termasuk dalam bidang bisnis. Jika seseorang mampu melatih

emosinya, maka orang tersebut memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk

merasa puas dan efisien dalam hidupnya, lebih sehat secara fisik dan mental,

dan meraih kesuksesan di tempat kerja (Goleman, 2002). Hasil penelitian lain

menemukan bahwa kecerdasan emosi seorang karyawan akan dapat

mengantarkan mereka kepada performansi kerja yang tinggi. Hal ini didukung

oleh hasil penelitian oleh Chipain yang dikutip oleh Mustafa (2007) dengan

judul penelitian Emotional Intelligence and Its Relationship With Scales

Success, yang hasilnya menyatakan bahwa kecerdasan emosi seorang

karyawan akan berpengaruh pada kinerja. Performansi kerja yang tinggi akan

mengantarkan seseorang pada sikap profesional yaitu seseorang yang

Gambar

Gambar 1.
Gambar 2.Skema Penelitian Hubungan antara Kecerdasan Emosi dan
Tabel 1.
Tabel 2.Pemberian Skor Skala Kecerdasan Emosi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah semua syarat materiil dipenuhi maka PPAT akan membuatkan akta jual belinya, sesuai dengan ketentuan Pasal 37 PP 24/1997 harus dibuat oleh PPAT. Akta peralihan

Kegiatan ekonomi masyarakat pada poros Nupabomba-Toboli terdiri dari 2 jenis yaitu: 1) perdagangan yang terdiri dari kios sembako yang berjumlah 13 (32%), warung tradisional

Dari penelahaan tersebut dapat disimpulkan: (1) kebijakan rekapitalisasi telah membantu bank sehingga dapat beroperasi secara normal; (2) fungsi intermediasi perbankan

Bagian Persidangan dan Perundang-Undangan mempunyai tugas membantu Sekretaris DPRD dalam menyiapkan bahan dan data untuk menyusun perencanaan, program kegiatan di bidang

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali telah disebutkan dalam kutipan daftar

Istri saya khususnya sangat senang melakukan seperti ini bahwa Allah Ta’ala pada tahun ini telah memberikan taufik kepada kami untuk memberikan pengorbanan yang baik dan

tersebut, dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah suatu keadaan tertib dimana keadaan seseorang atau sekelompok orang yang tergabung dalam organisasi tersebut

Hal ini dapat dilihat dari hasil angket yang terdiri dari 2 sub variabel yakni intrinsik dan ekstrinsik dalam belajar dengan persentase untuk motivasi belajar sebesar 82,20%