• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LIMAU UNIT VII-HULU SAROLANGUN UPT - DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LIMAU UNIT VII-HULU SAROLANGUN UPT - DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI

LIMAU UNIT VII-HULU SAROLANGUN

UPT - DINAS KEHUTANAN

PROVINSI JAMBI

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN

JANGKA PENDEK

TAHUN 2017

(2)

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2017

LEMBAR PENGESAHAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK

KPHP LIMAU UNIT VII-HULU SAROLANGUN

PROVINSI JAMBI

TAHUN 2017

RPHJPd KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun Disahkan dengan Nomor : 522/78a/KPHP-VII/Disbunhut/2015

Disusun Oleh:

Pjs. KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun

MISRIADI, SP.M.Sc

NIP.19790426 200312 1 003

(3)
(4)

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2017

RINGKASAN EKSEKUTIF

Hutan di dalam kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit VII-Hulu Sarolangun yang berada di Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi telah mengalami banyak persoalan yang terkait dengan pengelolaannya. Kebakaran Hutan, perambahan hutan, dan pembalakan liar masih terus menjadi tantangan hingga saat ini. Deforestasi dan degradasi hutan yang terjadi memerlukan model dan strategi pengelolaan yang tepat dan efektif.

Dibentuknya Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit VII-Hulu Sarolangun merupakan aksi nyata di dalam upaya mempercepat penyelesaian masalah hutan dan konflik yang ada di dalamnya. Hadirnya lembaga ini dalam kerangka memastikan hadirnya negara dalam pengelolaan hutan di tingkat tapak/lapangan. Pembagian peran antara institusi pengurusan hutan (Dinas Perkebunan dan Kehutanan) dan institusi pengelolaan hutan (KPH) diharapkan dapat memperkuat efektifitas dan efisiensi kegiatan di bidang kehutanan. Dengan cara ini, arah menuju pengelolaan hutan yang lestari (sustainable forest management) lebih jelas dan mudah di ukur.

Salah satu bagian awal dari penyiapan pengelolaan kawasan hutan adalah penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan baik jangka panjang (10 tahun) maupun jangka pendek (tahunan). Penyusunan rencana pengelolaan jangka pendek diperlukan untuk menjadi acuan rencana kerja di tingkat tapak dalam bentuk unit-unit pengelolaan hutan (KPH) yang akan mengelola hutan secara terintegrasi melalui kaidah-kaidah pengelolaan hutan yang dapat menjamin keberlangsungan fungsinya sebagaimana yang dimandatkan dalam peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan SK Menhut No. SK. 714/Menhut-II/2011, KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun seluas ±121.102 ha. Areal yang berhutan masih mencapai 60%. Tanaman budidaya yang mencakup pertanian campuran, kebun karet masyarakat sudah mencapai lebih dari 10 % dari luas total. Kedepan tekanan dan gangguan terhadap kawasan hutan KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun Sarolangun akan semakin tinggi sejalan dengan semakin luas dan banyaknya potensi aktivitas illegal di dalam kawasan areal KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun.

KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun memiliki ragam bentuk pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. Dalam pemanfaatan hutan, saat ini ada dua perusahaan pemegang ijin usaha pemanfaatan kawasan hutan (IUPHHK-HT) dan satu ijin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH), kedepan juga memungkinkan ada beberapa perusahaan atau lembaga yang mengajukan proses perijinan.

Wilayah KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun secara ekologis ke depan diproyeksikan akan mengalami tekanan ke arah deforestasi dan degradasi karena aktivitas illegal seperti perambahan hutan dan pembalakan liar. Eksistensi kawasan ini juga akan mengalami tekanan kerusakan yang dapat diakibatkan oleh konversi lahan menjadi lokasi pemukiman dan pertambangan. Untuk itu penanganan masalah ini secara terpadu dan komprhensif sangatlah diperlukan.

Secara ekonomi, adanya akses yang mudah dan banyaknya kegiatan usaha yang berkembang di sekiar KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun akan memberikan multiplier effect yang cukup positif.

(5)

Ada 52 desa yang terletak di sekitar kawasan hutan KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun. Secara sosial budaya, masyarakat di desa-desa ini umumnya masih memegang teguh nilai-nilai adat. Ketergantungan dan tingkat kepentingan terhadap kawasan hutan masih tinggi. Ke depan, tekanan terhadap penguasaan terhadap lahan yang berada di dalam kawasan oleh masyarakat akan terus terjadi sejalan dengan perluasan ijin konsesi oleh perusahaan. Dengan demikian akan ada peningkatan potensi terjadinya konflik sosial. Terhadap pengusahaan lahan di dalam kawasan KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun perlu diarahkan pada Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) dengan berbagai skema seperti Hutan Adat, Hutan Tanaman, Hutan Desa. Perluasan kesempatan dan akses masyarakat lokal dalam pemanfaatan kawasan hutan yang ada disekitarnya akan mampu meminimalkan konflik sosial yang mungkin terjadi. Kondisi ini pada masa depan akan menjadi pemungkin dan turut menjamin pengelolaan hutan secara berkelanjutan.

Berdasarkan arah, tujuan dan sasaran pembangunan provinsi dan kabupaten serta memperhatikan kondisi, potensi dan permasalahan di dalamnya maka Rencana pengelolaan KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun yang utama adalah optimalisasi akses semua pihak termasuk masyarakat sekitar kawasan KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun sebagai salah satu jalan bagi resolusi konflik sumberdaya hutan demi tercapainya pengelolaan berkelanjutan. Visinya adalah “Hutan Lestari KPHP Mandiri”. Sedangkan misi yang akan dijalankan adalah Mendukung peningkatan kontribusi pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan terhadap kesejahteraan masyarakat dan perekonomian daerah, Menjamin kelestarian fungsi ekologis hutan sekaligus sebagai zona lindung dan penyangga wilayah bawah Kabupaten Sarolangun, Membangun kelembagaan pengelolaan kawasan hutan berbasis bisnis yang kokoh dan kuat, Meningkatkan peluang partisipasi para pihak terutama masyarakat setempat dalam mengakses sumber daya hutan dalam berbagai skema pengelolaan, Mempertahankan nilai-nilai adat sebagai warisan dalam upaya mempertahankan dan melestarikan hutan, Menjadikan kawasan KPHP sebagai salah satu sentra research

(6)

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek (RPHJPd) KPHP Model Limau Unit VII-Hulu Sarolangun Tahun 2017 ini dapat diselesaikan dengan baik. RPHJPd ini merupakan bagian rencana kerja tahunan yang diperoleh dari Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) tahun 2016-2025. Tujuan dibuatnya RPHJPd adalah untuk mengimplementasikan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2017 agar berjalan dengan baik dan lancar.

Sesuai dengan tujuan dan sasaran pengelolaan KPHP tahun 2017, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui instansi UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan Model Limau Unit VII-Hulu Sarolangun yang bekerja sama dengan Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, Balai Pengelolaan Hutan Produksi Wilayah IV Jambi dan Lembaga Swadaya Masyarakat serta melibatkan peran serta masyarakat telah menghasilkan rencana pengelolaan hutan jangka pendek (RPHJPd) tahun 2017 yang berkualitas serta telah menyelesaikan berbagai penugasan lainnya dalam rangka koordinasi kerjasama pembangunan yang baik secara regional maupun nasional. Rancangan dokumen RPHJPd tersebut dihasilkan melalui suatu proses koordinasi perencanaan, pemantauan, evaluasi serta analisis/pengkajian kebijakan baik di tingkat pusat maupun daerah. Selanjutnya dokumen RPHJPd 2017 menjadi arah kebijakan dan panduan dalam realisasi pengelolaan KPHP Model Limau Unit VII-Hulu Sarolangun.

Semoga dokumen ini dapat memberikan manfaat dan informasi bagi keberlanjutan pengelolaan KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun.

Sarolangun, Januari 2017

Tim Penyusun

(7)

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PETA SITUASI ... iii

RINGKASAN EKSEKUTIF ...iv

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan ... 2

1.3 Sasaran ... 3

1.4 Ruang Lingkup ... 3

1.5 Batasan Pengertian ... 4

BAB II ANALISIS DAN PROYEKSI ... 9

2.1 Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek ... 9

2.2 Pengamanan Hutan ... 10

2.3 Pengendalian Kebakaran Hutan ... 11

2.4 Bimbingan Teknis Pengolahan Hutan ... 13

2.5 Penyusunan Rencana Strategis (Bisnis Plan) ... 14

2.6 Bisnis Plan Rumah Madu dan Kepayang ... 16

BAB III RENCANA KEGIATAN ... 17

3.1 Deskripsi Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat di Wilayah KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun ... 17

3.2 Rencana Kegiatan Tahun 2016 ... 17

BAB IV MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ... 19

BAB V PENUTUP... 21

(8)

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2017

DAFTAR TABEL

Hal. Tabel 1. Rencana Kegiatan Pengelolaan Hutan Limau Unit VII-Hulu Sarolangun

Tahun 2016 berdasarkan alokasi dana yang bersumber dari APBN dan NGO ... 17

(9)

DAFTAR GAMBAR

Hal. Gambar 1. Peta Areal Kerja KPHP Unit VII Hulu Kabupaten Sarolangun, Jambi ... iii

(10)

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2017

DAFTAR LAMPIRAN

Hal. Lampiran 1. Survey HCVF untuk Identifikasi Hasil Hutan Kayu dan Hasil Hutan

Bukan Kayu dan Sosialisasi HCVF di Wilayah KPHP Limau bersama

Flora Fauna International ... 23

Lampiran 2. Pengamanan Hutan dan Pengendalian Kebakaran Hutan ... 23

Lampiran 3. Perekrutan Tenaga Kontrak Pengamanan Hutan KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun dari BP2HP Wilayah IV Jambi ... 23

Lampiran 4. Sosialisasi KPHP di Tingkat Desa pada Kecamatan Batang Asai, Limun dan Cermin Nan Gedang... 24

Lampiran 5. Bisnis Minyak Kepayang ... 24

Lampiran 6. Bisnis Madu Sialang ... 24

Lampiran 7. Penyuluhan Pengamanan Hutan ... 25

Lampiran 8. Bimbingan Teknis ... 25

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor SK. 77/Menhut-II/2010 tanggal 10 Februari 2010 tetang penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Provinsi Jambi meliputi area dengan luas ± 1.458.934 ha terdiri dari HL dengan luas ± 175.483 HP dengan luas ± 981.530 ha, HPT dengan luas ±301.922 ha

Dari Keputusan Menhut tersebut, di Kabupaten Sarolangun terdapat dua KPH yaitu KPHP Unit VII dan KPHP Unit VIII. Selanjutnya KPHP (Unit VII) telah ditetapkan sebagai KPHP Model sesuai SK Menhut Nomor SK. 714/Menhut-II/2011 tanggal 19 Desember 2011 dengan luas ± 121.102 ha, terdiri dari Hutan Lindung 54.793 ha, Hutan Produksi Tetap 22.502 ha dan Hutan Produksi 43.807 ha. Secara administratif, KPHP Unit VII-Hulu terletak di Kabupaten Sarolangun. Kawasannya terdiri dari beberapa kelompok hutan produksi yaitu HP Batang Asai, HP Sungai Kutur dan HL Hulu Landai Bukit Pale.

Kondisi kawasan hutan KPHP Unit VII-Hulu menghadapi banyak persoalan. Di tingkat lapangan terjadi perambahan baik untuk pemukiman maupun usaha perkebunan masyarakat. Adanya tumpang tindih antara ijin usaha perkebunan dan kawasan KPHP Unit VII-Hulu belum terselesaikan. Berakhirnya ijin atau dicabutnya beberapa konsesi pemanfaatan hasil hutan kayu satu dekade yang lalu telah mengakibatkan kian tingginya tekanan terhadap kerusakan hutan di areal KPHP Unit VII-Hulu. Ketiadaan pengelola kawasan hutan di tingkat tapak telah membuat kawasan hutan semakin “open access”.

Menilik tantangan yang dihadapi maka pada tingkat lapangan diperlukan perencanaan pengelolaan hutan yang baik. Perencanaan pengelolaan KPHP memerlukan kuantifikasi dan formulasi strategi dan program kerja, struktur organisasi dan aspek finansial untuk menyiapkan kondisi pemungkin pelaksanaan agar dapat dimonitor, dilaporkan dan diverifikasi dalam suatu basis unit-unit kelestarian yang permanen.

(12)

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2017

Dengan adanya rencana pengelolaan jangka panjang yang mantap maka akan memudahkan penyusunan rencana pengelolaan jangka pendek yang lebih terukur. Memperhatikan kondisi kawasan hutan KPHP Unit VII-Hulu, perlu segera disusun dokumen perencanaan yang mampu mencerminkan kondisi saat ini dan gambaran kawasan hutannya dalam dasa warsa kedepan. Rencana pengelolaan jangka panjang 10 (sepuluh) tahun bersifat komprehensif dan indikatif yang menjadi acuan bagi penyusunan rencana pengelolaan jangka pendek dan rencana-rencana teknis yang lebih operasional di tingkat lapangan.

Dalam kerangka inilah dokumen Rencana Pengelolaan KPH Model Unit VII – Hulu disusun sebagai acuan rencana kerja di tingkat tapak dalam bentuk unit-unit pengelolaan hutan yang akan mengelola hutan secara terintegrasi melalui kaidah-kaidah pengelolaan hutan yang dapat menjamin keberlangsungan fungsinya (Sustainable forest management) sebagimana yang dimandatkan dalam peraturan perundangan.

1.2. Maksud dan Tujuan

Rencana pengelolaan hutan jangka pendek ini merupakan penjabaran dari rencana pengelolaan hutan jangka panjang KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun (2014-2023) dengan memuat beberapa kegiatan konstruktif yang perlu dilaksanakan oleh KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun sepanjang tahun 2017 dengan senantiasa memperhatikan aspek ekonomi, ekologi dan aspek sosial budaya.

Penyusunan rencana pengelolaan hutan jangka pendek untuk menciptakan pengelolaan hutan secara efisien dan lestari yang terencana pada setiap blok-blok pengelolaan hutan KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun sehingga proses pembangunan KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun dapat berjalan secara sistematis dan terarah menuju pencapaian target pembangunan KPH.

Adapaun tujuan penyusunan dokumen RPHJ-Pd KPHP Unit VII-Hulu adalah sebagai berikut :

1. Untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan hutan yang memberikan manfaat sosial, ekonomi, dan ekologi yang berkelanjutan melalui pengelolaan kawasan dan seluruh potensinya secara komprehensif.

2. Mewujudkan suatu rencana pengelolaan hutan yang mempertimbangkan dan memperhatikan potensi dan kekhasan KPHP Unit VII-Hulu

3. Mewujudkan Pengelolaan hutan yang efektif dan efisien

(13)

4. Menjamin terselenggaranya kegiatan pengelolaan hutan yang optimal

5. untuk menjadi acuan bagi rencana pengelolaan jangka pendek dan rencana-rencana teknis pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan KPHP Unit VII-Hulu di tingkat tapak.

6. Menjadi acuan unutk melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

7. Memudahkan dalam pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan. 1.3. Sasaran

Tersusunnya rencana pengelolaan KPHP Model Unit VII-Hulu, yang mencakup kawasan hutan produksi seluas 121.102 ha yang terdiri dari kelompok HP Batang Asai, HP Sungai Kutur dan HL Hulu Landai Bukit Pale.

1.4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penyusunan rencana pengelolaan hutan jangka pendek meliputi aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya, yang datanya diperoleh dari data informasi hasil inventarisasi hutan dan penataan hutan serta sumber data lainnya, baik data primer ataupun data sekunder.

Unsur-unsur materi yang disusun mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor P.5/VII-WP3H/2012 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP), Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHP Unit VII-Hulu meliputi:

1. Pendahuluan;

2. Deskripsi kawasan yanbg didalamnya terdapat informasi risalah wilayah KPH, potensi wilayah KPH, data informasi sosial budaya, serta data informasi perijinan yang telah ada;

3. Visi dan Misi dalam Pengelolaan hutan;

4. Analisis dan proyeksi, yang memuat analisa data dan informasi yang saat ini tersedia baik primer maupun sekunder serta proyeksi kondisi wilayah KPH dimasa yang akan datang;

5. Rencana kegiatan, yang memuat rencana kegiatan strategis selama jangka waktu pengelolaan antara lain: inventarisasi berkala wilayah kelola serta penataan hutannya, pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu,

(14)

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2017

pemberdayaan masyarakat, pembinaan dan pemantauan (controlling) pada areal KPH yang telah ada ijin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan hutan dan penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar ijin;

6. Pembinaan dan pemantauan (controlling) pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi pada areal yang sudah ada ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutannya, penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam, penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin, koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait, penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM, penyediaan pendanaan, pengembangan data base, rasionalisasi wilayah kelola, review rencana pengelolaan dan pengembangan investasi;

7. Selain itu dalam dokumen ini juga memuat yang terkait dengan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian serta pemantauan evaluasi dan pelaporan. 1.5. Batasan Pengertian

1. Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber

daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam dan lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

2. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan

oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap (UU 41 tahun 1999).

3. Tata Hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan, yang

dalam pelaksanaannya memperhatikan hak-hak masyarakat setempat, yang lahir karena kesejarahannya dan keadaan hutan. Tata hutan mencakup kegiatan pengelompokan hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi yang terkandung di dalamnya, dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lestari. Tata hutan meliputi pembagian kawasan hutan dalam blok-blok berdasarkan ekosistem, tipe, fungsi dan rencana pemanfaatan hutan. Blok-blok dibagi pada petak-petak berdasarkan intensitas dan efisiensi pengelolaan. Berdasarkan blok dan petak disusun rencana pengelolaan hutan untuk jangka waktu tertentu.

4. Areal tertentu adalah suatu areal tertentu, dalam kawasan hutan produksi,

kawasan hutan lindung, dan/atau kawasan hutan konservasi dapat ditetapkan sebagai hutan desa, hutan kemasyarakatan, hutan adat, atau kawasan untuk

(15)

tujuan khusus, sehingga keeradaannya tidak lepas dari prinsip pengelolaan hutan lestari.

5. Wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum

menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan usaha pemanfaatannya sehingga pemerintah perlu menugaskan Kepala KPH untuk memanfaatkannya.

6. Inventarisasi hutan adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data untuk

mengetahui keadaan dan potensi sumber daya hutan serta lingkungannya secara lengkap.

7. Blok adalah bagian wilayah KPHP Unit VII-Hulu yang dibuat relatif permanen untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan.

8. Petak adalah bagian dari blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit usaha

pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakukan pengelolaan atau silvikultur yang sama.

9. Anak Petak adalah bagian dari petak yang bersifat temporer, yang oleh

sebab tertentu memperoleh perlakuan silvikultur atau kegiatan pengelolaan yang khusus.

10. Pengurusan Hutan meliputi kegiatan penyelenggaraan yaitu perencanaan

kehutanan, pengelolaan hutan, penelitian dan pengembangan pendidikan dan latihan serta penyuluhan kehutanan dan pengawasan (UU 41 tahun 1999)

11. Perencanaan kehutanan meliputi kegiatan inventarisasi hutan, pengukuhan

kawasan hutan, penatagunaan, kawasan hutan, pembentukan wilayah pengelolaan hutan dan penyusunan rencana kehutanan.

12. Pengelolaan hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan

penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, perlindungan dan konservasi alam.

13. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,

memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.

(16)

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2017

14. Penggunaan kawasan hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan

pembangunan di luar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok kawasan hutan.

15. Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya memulihkan, mempertahankan,

dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.

16. Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali

lahan dan vegetasi yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya.

17. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi

kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.

18. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan

satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang dibatasi oleh pemisah topografi berupa punggung bukit atau gunung yang berfungsi menampung air yang berasal dari hujan dan sumber-sumber air lainnya, menyimpan serta mengalirkannya ke danau atau laut secara alami.

19. Unit pengelolaan hutan adalah kesatuan pengelolaan hutan terkecil sesuai

fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari, seperti KPHP Unit VII-Hulu . Unit pengelolaan hutan merupakan kesatuan pengeloalan hutan terkecil pada hamparan lahan hutan sebagai wadah kegiatan pengelolaan hutan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

20. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah wilayah pengelolaan hutan

sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.

21. KPH Model adalah wujud awal dari KPH yang secara bertahap

dikembangkan menuju situasi dan kondisi aktual organisasi KPH di tingkat tapak.

(17)

22. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) adalah kesatuan pengelolaan hutan yang luas wilayahnya seluruhnya atau didominasi oleh kawasan hutan produksi. KPHP merupakan kesatuan pengelolaan yang fungsi pokoknya merupakan hutan produksi.

23. KPHP Unit VII-Hulu merupakan suatu hamparan lahan hutan yang secara

geografis terpusat (tidak terpencar-pencar) yang terdiri dari satu atau lebih tipe tegakan, mengandung atau akan ditanami tumbuhan pohon (vegetasi) berada dalam satu kesatuan Daerah Aliran Sungai (DAS), dan berbentuk kesatuan kepemilikan dan/atau kesatuan perencanaan pengelolaan hutan untuk keperluan menerapkan suatu preskripsi manajeman hutan dengan tujuan pengusahaan hutan lestari.

24. Para pihak adalah pengelola KPHP Unit VII-Hulu, perwakilan pemerintah

yang berwenang, serta perwakilan masyarakat penerima manfaat dan dampak pengelolaan KPHP Unit VII-Hulu. Partisipasi parapihak dapat berupa penyampaian informasi sebagai bentuk penyampaian informasi paling rendah, sampai dengan keterlibatan parapihak pada setiap tahapan proses penyusunan rencana pengelolaan.

25. Tata batas dalam wilayah KPHP Unit VII-Hulu adalah melakukan penataan

batas dalam wilayah kelola KPHP Unit VII-Hulu berdasarkan pembagian blok dan petak.

26. Pemberdayaan masyarakat setempat merupakan kewajiban Pemerintah,

Provinsi Jambi, kabupaten/kota yang pelaksanaannya menjadi tanggung jawab Kepala KPHP Unit VII-Hulu. Kewajiban pelaksanaan pemberdayaan meliputi pendampingan penyusunan rencana pengelolaan areal pemberdayaan masyarakat, serta penguatan kapasitas atau kelembagaan.

27. Rencana pengelolaan hutan adalah konfigurasi peta situasi, visi misi, tujuan

dan sasaran yang dijabarkan ke dalam resep atau arah manajemen strategi yang terpadu yang menyangkut kelola kawasan, kelola pemanfaatan hutan, kelola pasar, kelola konservasi dan kelola rehabilitasi-restorasi dalam kerangka pencapaian fungsi ekonomi lingkungan dan sosial yang optimal.

28. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang adalah Rencana

Pengelolaan hutan pada tingkat strategi berjangka waktu 10 tahun atau seluruh jangka benah pembangunan KPH

(18)

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2017

29. Rencana pengelolaan Jangka pendek adalah rencana pengelolaan hutan

berjangka waktu satu tahun pada tingkat keiatan operasional berbasis petak dan/atau zona dan/atau blok.

30. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok

memproduksi hasil hutan.

31. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok

sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.

32. Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang

mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekositemnya.

33. Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat

hukum adat.

34. Hasil Hutan adalah benda-benda hayati, non hayati dan turunannya, serta

jasa yang berasal dari hutan.

(19)

BAB II

ANALISIS DAN PROYEKSI

2.1 Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek

Berdasarkan Permenhut Nomor P.06/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP), maka salah satu tugas dan fungsi KPH adalah menyusun rencana pengelolaan hutan agar pembentukan dapat memenuhi target yang ditetapkan sekaligus menjadi pedoman pelaksanaan pengelolaan hutan bagi KPH.

Saat ini, KPHP Limau telah memiliki Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) selama sepuluh tahun ke depan (2014-2023) yang telah disahkan pada tanggal 29 Januari 2014. Sebagai penjabaran dari RPHJP, maka KPHP Limau harus menyusun rencana pengelolaan hutan jangka pendek dengan memuat beberapa kegiatan konstruktif yang perlu dilaksanakan oleh KPHP Limau setiap tahunnya dengan senantiasa memperhatikan aspek Ekonomi, ekologi dan aspek sosial budaya.

Dalam rangka menuju pengelolaan hutan maka perlu dibuat perencanaan untuk menjalankan roda pembangunan KPH. Perencanaan pengelolaan KPHP memerlukan kuantifikasi dan formulasi strategi dan program kerja, struktur organisasi dan aspek finansial untuk menyiapkan kondisi pelaksanaan agar dapat dimonitor, dilaporkan dan diverifikasi dalam suatu basis unit-unit kelestarian yang permanen.

Selain itu penyusunan RPHJ-Pd dapat mempermudah pengelolaa KPHP dalam melaksanakan tugas dan fungsi pokok organisasi KPH tersebut. Selain itu dapat mempercepat pembangunan KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun. Adapun kegiatan dalam penyusunan RPHJ-Pd tersebut adalah Rapat Koordinasi Tim Ahli dan KPHP, Rapat Pembahasan Draft RPHJ-Pd Fasilitasi Operasional KPHP.

(20)

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2017 2.2 Pengamanan Hutan

Dasar Hukum Tugas Fungsi/Kebijakan Pengamanan Hutan terdiri dari : a. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

b. Permenhut P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan Wilayah KPH; c. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya

d. UU No.18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan

e. PP No. 45 Tahun 2004 jo PP No. 60 Tahun 2009 tentang Perlindungan Hutan

f. PP No. 6 Tahun 2007 jo PP No. 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan g. Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung h. Permenhut No : P.39/Menhut-II/2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat

Setempat Melalui Kemitraan Kehutanan

Merujuk pada Penetapan Wilayah KPH Provinsi Jambi oleh Menteri Kehutanan melalui SK. Menhut Nomor SK. 77/Menhut-II/2010 tanggal 10 Februari 2010 terdapat 17 KPH di wilayah Provinsi Jambi meliputi area dengan luas ± 1.458.934 ha terdiri dari HL dengan luas ± 175.483 HP dengan luas ± 981.530 ha, HPT dengan luas ±301.922. Salah satu KPH tersebut adalah KPHP Model Unit VII-Hulu yang secara geografis terletak 102°46'12" sampai dengan 103°15’36" Bujur Timur dan 02°45’00" sampai dengan 03°16'48" Lintang Selatan dengan luas ±121.102 Ha.

Pengamanan hutan adalah upaya untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit. Sesuai peraturan perundang-undangan yang ada salah satu tugas pokok dan fungsi Organisasi KPH adalah menyelenggarakan pengelolaan hutan yang meliputi salah satunya adalah perlindungan hutan dan konservasi alam. Untuk mendukung tugas dan fungsi KPH tersebut di atas, maka perlu disusun rencana kegiatan dalam konteks Pengamanan Hutan. Kegiatan tersebut dapat di bagi menjadi 3 (tiga) kegiatan yaitu patroli rutin pengamanan KPHP, Kegiatan Smart

10

(21)

Patrol di tujuh hutan desa yang berada di Marga Batin Pengambang Kecamatan Batang Asai wilayah KPHP dan Kegiatan Pemasangan dan pembongkaran Kamera Trap di wialayah KPHP. Dengan demikian melalui rencana kegiatan yang telah disusun tersebut diharapkan dapat memicu mencegah dan membatasi kerusakan kawasan hutan dan dapat menyejahterakan masyarakat di sekitar hutan.

Mengenai jumlah tenaga pengamanan hutan KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun telah ada sebanyak 10 (sepuluh) orang yang berasal dari masyarakat sekitar wilayah KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun. Tenaga Pengamanan Hutan ini merupakan tenaga kontrak yang diseleksi dari pihak KPHP dan BPHP Wilayah IV Jambi. Dalam pengamanan hutan terdapat aspek yang perlu dilengkapi seperti aspek pengadaan sarana dan prasarana perlu ditingkatkan seperti POS pengamanan dan kendaraan patroli. Hal ini penting karena dapat mencegah pengrusakan hutan (pencurian, perambahan dan pengrusakan hutan lainnya).

Di samping itu, dari tahun ke tahun permasalahan tenurial/sertifikat diatas kawasan hutan merupakan salah satu masalah yang sering di hadapi dalam kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan. Kondisi tenurial yang ada di suatu lokasi merupakan suatu fakta sosial yang melibatkan banyak aktor dengan kepentingan, perspektif filosofis, keinginan, kebutuhan, dan kekuasaan masing-masing. Tenurial sebagai fakta sosial terjalin dengan sistem budaya dan sistem sosial yang berkembang dalam masyarakat. Sehingga perlu adanya patroli rutin pengamanan KPHP, penyuluhan pengamanan wilayah KPHP dan pembinaan masyarakat pencinta hutan.

2.3 Pengendalian Kebakaran Hutan Dasar Hukum Tugas Fungsi/Kebijakan

a. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

b. Undang-Undang Nomor 24 pasal 26 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;

c. Permenhut P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan Wilayah KPH; d. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati

(22)

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2017

e. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 69 setiap orang dilarang membuka lahan dengan cara membakar;

f. UU No.18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan;

g. PP No. 45 Tahun 2004 jo PP No. 60 Tahun 2009 tentang Perlindungan Hutan;

h. PP No. 6 Tahun 2007 jo PP No. 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan; i. PP No. 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan atau

Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Lahan dan Hutan;

j. Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; k. Instruksi Presiden Nomor 16 Tahun 2011 tentang Peningkatan

Pengendalian Kebakaran Lahan dan Hutan;

l. Permenhut No. : P.39/Menhut-II/2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Setempat Melalui Kemitraan Kehutanan;

m. Permenhut No. 12 Tahun 2009 tentang Pengendalian Kebakaran Lahan dan Hutan.

Pengendalian Kebakaran Hutan adalah salah satu kegiatan dari pengamanan hutan. Pengendalian Kebakaran Hutan ini terdiri dari pencegahan kebakaran hutan, pemadaman kebakaran hutan dan paska kebakaran hutan. Kegiatan Pengendalian Kebakaran Hutan ini bertujuan untuk menurunkan hotspot, menurunkan luas kebakaran dan diharapkan tidak terjadinya kebakaran hutan di tahun 2016.

Pada Rencana Pengelolaan Jangka Pendek KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun tahun 2017, kegiatan pengendalian kebakaran hutan terdiri dari 4 (empat) kegiatan, yaitu: pencegahan kebakaran hutan, fasilitasi pembentukan brigdalkarhut, Pelatihan Pemadaman Karhutla dan sosialisassi Karhutla . Dengan demikian melalui rencana kegiatan yang telah disusun tersebut diharapkan dapat memicu mencegah dan membatasi kerusakan kawasan hutan dan dapat menyejahterakan masyarakat di sekitar hutan.

Mengenai jumlah tenaga brigade pengendalian kebakaran hutan KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun telah ada sebanyak 15 (lima belas) orang yang

(23)

berasal dari masyarakat sekitar wilayah KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun. Tenaga brigade pengendalian kebakaran hutan ini merupakan tenaga kontrak yang diseleksi dari pihak KPHP dan BPHP Wilayah IV Jambi. Dalam pengendalian kebakaran hutan ini terdapat aspek yang perlu dilengkapi seperti aspek pengadaan sarana dan prasarana perlu ditingkatkan seperti POS pengendalian kebarakaran hutan dan kendaraan patroli. Hal ini penting karena dapat mencegah kebakaran hutan.

2.4 Bimbingan Teknis Pengelolaan Hutan

Bimbingan teknis (Bimtek) merupakan suatu kegiatan yang dimaksud untukmemberikan bantuan yang biasanya berupa tuntunan dan nasihat untuk menyelesaikan persoalan/masalah yang bersifat teknis. Dasar Hukum Tugas Fungsi/Kebijakannya:

a. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan;

d. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor SK.557/Menhut-II/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi; e. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2009 tentang Pembiayaan,

Pembinaan dan Pengawasan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan;

f. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan;

g. Permenhut P.46/Menhut-II/2011 tentang Kompetensi Teknis Bidang Kehutanan pada KPHL dan KPHP.

Pada RPHJ-Pd ini bimbingan teknis pengelolaan hutan terdiri dari kegiatan monitoring kinerja usaha hutan produksi dan peningkatan Sumber Daya Manusia.

(24)

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2017 2.5 Penyusunan Rencana Strategis (Bisnis Plan)

Metoda inventarisasi dan pengolahan data hasil inventarisasi mengikuti Petunjuk Teknis Inventarisasi Hutan pada wilayah KPHL dan KPHP (2010) dan Petunjuk Teknis Sosial Budaya di Dalam/Sekitar Hutan/Kesaatuan Pengelolaan Hutan (2011) yang diterbitkan oleh Direktorat Inventarisasi Pemantauan Sumberdaya Hutan, Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan. Kegiatan untuk RPHJP jangka pendek 2017 KPHP Limau Unit VII-Hulu antara lain inventarisasi hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu berkala, rapat koordinasi tim ahli dan KPHP, serta workshop pembahasan draft penyempurnaan laporan inventarisasi HHK dan HHBK.

Merujuk pada Penetapan Wilayah KPH Provinsi Jambi oleh Menteri Kehutanan melalui SK. Menhut Nomor SK. 77/Menhut-II/2010 tanggal 10 Februari 2010 terdapat 17 KPH di wilayah Provinsi Jambi meliputi area dengan luas ± 1.458.934 ha terdiri dari HL dengan luas ± 175.483 HP dengan luas ± 981.530 ha, HPT dengan luas ±301.922. Salah satu KPH tersebut adalah KPHP Model Unit VII-Hulu yang secara geografis terletak 102°46'12" sampai dengan 103°15’36" Bujur Timur dan 02°45’00" sampai dengan 03°16'48" Lintang Selatan. KPHP Unit VII-Hulu Unit VII di Kabupaten Sarolangun telah ditetapkan sebagai KPHP Model sesuai SK Menhut Nomor SK. 714/Menhut-II/2011 tanggal 19 Desember 2011 dengan luas ± 121.102 ha, terdiri dari Hutan Lindung seluas 54.793 ha, Hutan Produksi Tetap seluas 22.502 ha, dan Hutan Produksi seluas 43.807 ha.

Dalam rangka menuju pengelolaan hutan yang mandiri perlu dibuat perencanaan untuk menjalankan roda pembangunan KPH antara lain dengan menetapkan kawasan-kawasan tertentu yang dapat dijadikan sebagai kawasan yang dapat diusahakan (unit bisnis).

Untuk mempercepat proses pengelolaan hutan tersebut, maka perlu disusun rencana kegiatan dalam konteks penyusunan Bisnis plan KPHP Unit VII Hulu Sarolangun. Kegiatan tersebut adalah inventarisasi potensi KPHP dalam rangka penyusunan rencana bisnis, rapat koordinasi tim ahli dan KPHP, rapat pembahasan draft rencana bisnis, konsultasi publik hasil penyusunan rencana bisnis.

(25)

Dengan demikian melalui rencana kegiatan yang telah disusun tersebut diharapkan dapat memicu percepatan penyelesaian program perencanaan Busness plan.

Adapun metode yang dapat dilakukan untuk mewujudkan rencana bisis ini antara lain :

1. Metode dan Tahapan Pelaksanaan

Input data sebagaimana dimaksud di atas diperoleh dengan cara melaksanakan pembahasan, analisis data, sosialisasi, dan pengumpulan informasi di lapangan. Adapun metode pelaksanaan untuk pencapaian Output Kegiatan ini dilakukan melalui pelaksanaan masing-masing Sub Output Kegiatan yang dijabarkan secara rinci pada pelaksanaan masing-masing Komponen dan Sub Komponennya sebagai berikut :

a. Inventarisasi Potensi sumberdaya hutan diwilayah KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun dalam Rangka Penyusunan Rencana Bisnis

Kegiatan ini terdiri dari belanja bahan, belanja sewa, belanja jasa profesi, belanja jasa lainnya, belanja perjalanan biasa.

b. Rapat Koordinasi Tim Ahli dan KPHP

Kegiatan ini terdiri dari belanja bahan dan belanja perjalanan biasa. c. Rapat Pembahasan Draft Rencana Bisnis

Kegiatan ini terdiri dari belanja bahan, honor output kegiatan dan belanja perjalanan biasa.

d. Konsultasi Publik Hasil Penyusunan Rencana Bisnis

Kegiatan ini terdiri dari belanja bahan, belanja jasa profesi, belanja perjalanan dinas paket meeting dan kota.

2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan

Tahapan kegiatan adalah sebagai berikut:

 Inventarisasi Potensi KPHP dalam Rangka Penyusunan Rencana Bisnis

 Rapat Koordinasi Tim Ahli dan KPHP

(26)

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2017

 Konsultasi Publik Hasil Penyusunan Rencana Bisnis 2.6 Bisnis Plan Rumah Madu dan Kepayang

Madu dan kepayang merupakan produk utama KPHP Limau yang harus segera dikembangkan karena berpotensi dan sangat multifungsi. Madu bermanfaat sebagai suplemen yang bergizi tinggi, mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan tubuh manusia seperti karbohidrat, kalori, fosfor, air, kalsium, dan zat besi, serta sebagai bahan obat dan kosmetik. Kepayang mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol. Senyawa antioksidan dan golongan favonoid. Senyawa antioksidan berfungsi sebgai anti kanker dalam biji antara lain berupa vitamin C, ion besi dan betakarotin.

Pada RPHJP jangka pendek KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun kegiatan bisnis plan KPHP Limau antara lain belanja untuk madu, belanja alat untuk madu, belanja bahan untuk kepayang, dan belanja alat untuk kepayang.

(27)

BAB III

RENCANA KEGIATAN

3.1 Deskripsi Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat di Wilayah KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun

Kondisi masyarakat yang berada disekitar wilayah KPHP Unit VII-Hulu sangat tergantung pada kondisi hutan yang ada terutama yang berkaitan dengan fungsinnya sebagai daerah tangkapan air sumber air untuk kebutuhan rumah tangga maupun untuk kegiatan produksi pertanian pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan. Hutan wilayah hulu juga menyediakan sumber energi (kayu bakar) bagi sebagian penduduk. Potensi pengembangan pariwisata diwilayah KPHP Unit VII-Hulu diharapkan dapat memperluas kesempatan kerja dan usaha masyarakat sekitar hutan.

Masyarakat di wilayah KPHP Model Unit VII – Hulu masih menjaga dan melestarikan nilai-nilai marga budaya lokal/ adat istiadat warisan nenek moyang. Hal tersebut tercermin dengan adanya kearifan lokal 5 (lima) marga yaitu Marga Bukit Bulan, Marga Cermin Nan Gedang, Marga Batang Asai, Marga Bathin Pengambang dan Marga Sungai Pinang.

3.2 Rencana Kegiatan Tahun 2017

Perencanaan kegiatan pengelolaan hutan KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun Tahun 2017 mengacu pada anggaran yang telah tersedia dari APBN. Rencana Kegiatan ini memuat jumlah ketersediaan alokasi dana dan perkiraan waktu pelaksanaan kegiatan. Secara rinci, rencana kegiatan pengelolaan hutan KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun Tahun 2017 berdasarkan sumber anggaran dan waktu peaksanaan diuraikan pada tabel berikut:

Tabel 1. Rencana Kegiatan Pengelolaan Hutan Limau Unit VII-Hulu Sarolangun Tahun 2017 berdasarkan alokasi dana yang bersumber dari APBN dan NGO

No. Program/Kegiatan Alokasi Dana

(Rp) Sumber Dana

Waktu Pelaksanaan (Bulan)

1 2 3 4 5

1. Penyusunan Rencana Pengelolaan

Hutan Jangka Pendek 2018;

580.820.000

- Rapat Koordinasi Tim Ahli dan KPHP 112.190.000 APBN/BPHP Januari

- Rapat Pembahasan Draf RKT 2018 226.020.000 APBN/BPHP Januari

- Fasilitasi Operasional KPHP 242.610.000 APBN/BPHP Februari

2. Pengamanan Hutan; 590.298.400

(28)

Januari-RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2017

Desember

- Kegiatan Smart Patrol di 7 Hutan

Desa Marga Batin Pengambang Batang Asai 118.650.000 FFI Merangin Project Agustus 2017-Mei 2018

- Kegiatan Kamera Trap (Pemasangan

dan Pembongkaran Karema Trap)

82.448.400 FFI Merangin Project

Agustus 2017-Mei 2018

- Honor Tenaga Pengamanan Hutan 139.200.000 APBN/BPHP

Januari-Desember

3. Pengendalian Kebakaran Hutan; 450.835.000

- Pencegahan Kebakaran Hutan 57.710.000 APBN/BPHP

Februari-Desember

- Fasilitasi Pembentukan Brigdalkarhut 53.125.000 APBN/BPHP Januari

- Honor Dalkarhutla (rekruitmen baru) 240.000.000 APBN/BPHP

Maret-Desember

- Pelatihan Pemadaman karhutla dan

Pembentukan kelompok masyarakat pemadam kerhutla

100.000.000 APBN/BPHP Juni

4. Bimbingan Teknis Pengelolaan Hutan 319.700.000

- Monitoring Kinerja Usaha Hutan 78.660.000 APBN/BPPHP

Februari-Desember Produksi

- Fasilitasi Peningkatan SDM 241.040.000 APBN/BPPHP

Februari-Desember

5 Penyusunan Rencana Strategis Bisnis Plan

395.038.000 APBN/BPPHP

- Inventarisasi potensi KPHP dalam

rangka penyusunan rencana bisnis

240.440.000 APBN/BPPHP

Agustus-Desember

- Rapat Koordinasi tim ahli dan KPHP 15.668.000 APBN/BPPHP

Agustus-Desember

- Rapat Pembahasan draf Rencana

Bisnis

22.058.000 APBN/BPPHP

Agustus-Desember

- Konsultasi public hasil penyusunan

rencana bisnis

116.872.000 APBN/BPPHP

Agustus-Desember

6. Bisnis plan rumah madu dan kepayang 408.500.000

- Kegiatan Unit Usaha Mandiri

Berbasis NTFP 318.500.000 FFI Merangin Project Agustus 2017-Mei 2018

- Penguatan Kapasitas Kelompok

Pengolah Kepayang 90.000.000 FFI Merangin Project Juli TOTAL 2.350.153.400 18

(29)

BAB IV

MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

Pemantauan (Monitoring), Evaluasi dan Pelaporan merupakan alat pengelolaan untuk menyesuaikan kembali kegiatan-kegiatan KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun akibat perubahan-perubahan temporal yang terjadi.

4.1 Pemantauan (Monitoring)

Pemantauan pengelolaan KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun dimulai dari tingkat pusat hingga daerah. Di tingkat pusat, pemantauan dapat dilakukan oleh Kementerian Kehutanan melalui UPT-UPT kemenhut yang ada di wilayah Provinsi Jambi. Di tingkat daerah, pemantauan dapat dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jambi melalui Gubernur dan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi dan Pemerintah Kabupaten Sarolangun melalui Bupati dan Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten. Sedangkan di tingkat tapak dapat dilakukan oleh Pengelola KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun sendiri.

Pemantauan dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun. Namun dalam keadaan tertentu dapat dilakukan pemantauan secara khusus. Hasil pemantauan dapat dijadikan alat untuk perbaikan dan penyesuaian kembali terhadap kegiatan-kegiatan pengelolaan KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun agar tetap sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi.

4.2 Evaluasi

Evaluasi dapat diberikan dilakukan oleh Kementerian Kehutanan melalui Menteri Kehutanan untuk tingkat pusat. Pada tingkatan daerah, Pemerintah Provinsi Jambi melalui Gubernur dan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi dan Pemerintah Kabupaten Sarolangun melalui Bupati dan Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten dapat memberikan penilaian atau evaluasi terhadap kegiatan KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun. Adapun evaluasi secara internal dilakukan dilakukan oleh Pengelola KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun sendiri untuk tingkat tapak.

(30)

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2017

Evaluasi dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun. Namun dalam keadaan tertentu dapat dilakukan evaluasi secara khusus. Hasil evaluasi dapat dijadikan bahan rujukan untuk perbaikan dan penyesuaian kembali terhadap kegiatan-kegiatan pengelolaan KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun agar tetap berjalan sesuai dengan target dan tingkat pencapaian yang telah ditentukan.

4.3 Pelaporan

Pelaporan dilakukan kepada instansi vertikal yang memiliki keterkaitan secara kewenangan teknis dan politis (kebijakan). Di tingkat Pusat, pelaporan disampaikan kepada Kementerian Kehutanan melalui Menteri Kehutanan. Di tingkat Provinsi, pelaporan disampaikan kepada Pemerintah Provinsi Jambi melalui Gubernur dan Kepala Dinas. Sedangkan di tingkat Kabupaten, pelaporan disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Sarolangun melalui Bupati dan Kepala Dinas.

Pelaporan dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun. Namun untuk kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan tertentu, pelaporan dapat diberikan sesuai waktu yang dibutuhkan.

(31)

BAB V

PENUTUP

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun Provinsi Jambi Tahun 2017 memuat rencana kegiatan tahunan sepanjang tahun 2017 yang mengacu pada anggaran yang telah tersedia dari APBN/BPPHP.

Diharapkan setelah adanya Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek ini mampu menjadi pedoman teknis didalam melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan di tingkat tapak dengan baik serta dilakukan monitoring dan evaluasi atas capaian kerja dari aplikasi Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek Tahun 2017.

(32)

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2017

LAMPIRAN

Lampiran 1. Survey HCVF untuk Identifikasi Hasil Hutan Kayu dan Hasil Hutan Bukan Kayu dan Sosialisasi HCVF di Wilayah KPHP Limau bersama Flora Fauna International

Gambar 2. Pengamanan Hutan dan Pengendalian Kebakaran Hutan

Lampiran 3. Perekrutan Tenaga Kontrak Pengamanan Hutan KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun dari BP2HP Wilayah IV Jambi

(33)

Lampiran 4. Sosialisasi KPHP di Tingkat Desa pada Kecamatan Batang Asai, Limun dan Cermin Nan Gedang

Lampiran 5. Bisnis Minyak Kepayang

(34)

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2017 Lampiran 7. Penyuluhan Pengamanan Hutan

Lampiran 8. Bimbingan Teknis

Gambar

Gambar 1. Peta Areal Kerja KPHP Unit VII Hulu Kabupaten Sarolangun, Jambi
Gambar 2.  Pengamanan Hutan dan Pengendalian Kebakaran Hutan

Referensi

Dokumen terkait

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Pasal 39 Peraturan Menteri

VALIDITAS PEMERIKSAAN BASIL TAHAN ASAM SPUTUM PASIEN TERSANGKA TUBERKULOSIS PARU DENGAN PEWARNAAN ZIEHL NEELSEN TERHADAP KULTUR M.tuberculosis PADA MEDIA OGAWA.. Emil E,

Permen Kesehatan No.21 tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS.. Kementrian Kesehatan Republik

Efek stokastik ini akan timbul ketika tubuh seorang individu terekspos radiasi pada dosis tertentu. Kemungkinan terjadinya efek stokastik ini tidak diketahui secara pasti. Semakin

Buku esai fotografi dipilih karena selain foto adalah media yang paling tepat untuk menunjukkan dengan jelas seperti apa wujud buah lerak dan pohonnya, dengan

(2) Disposisi yaitu konsistensi pelaksanaan peraturan tentang sistem promosi PNS dalam jabatan struktural (PP.13 Tahun 2002) dan UU.No.5 Tahun 2014)sudah baik namun

Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif, oleh karena itu penulis menggunakan data sekunder sebagai bahan penelitiannya yang terkait tindak pidana