• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Profil Sekolah

Nama Sekolah : Tk Matuari Jaya

NSS : -

Provinsi : Gorontalo

Otonom : Daerah

Kecamatan : Limboto Barat

Desa : Yosonegoro

Kode Pos : 96216

Status Sekolah : Negeri

Tahun Berdiri : 26, September 2006

Kegiatan Belajar Mengajar : Pagi

Bangunan Sekolah : Milik Pribadi (Hibah)

Luas Bangunan : 72 M2

Luas Tanah : 800 M2

(2)

4.1.2 Visi Dan Misi Sekolah Visi

“ Terwujudnya Anak Didik Usia Yang Sehat Cerdas, Ceria, Serta Takwa Guna Menyongsong Masa Depan Yang Gemilang”.

Misi

“ Mengutamakan Pemerataan Pelayanan Peningkatan Kesadaran Mutu Dan Efisiensi Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini Guna Terciptanya Tunas Harapan Bangsa Yang Handal Permata Penuh Imajinasi”.

4.1.3 Keadaan Guru

DAFTAR NAMA PELAKSANA/PENYELENGGARA PROGRAM TK MATUARI JAYA DESA YOSONEGORO KECAMATAN LIMBOTO BARAT

KABUPATEN GORONTALO NO NAMA L/P PENDIDIKAN JABATAN KET DALAM DINAS DALAM LEMBAGA

1 Nurhayati Diko P S1 Kacabdis

Pendidikan

(3)

2 Wirda J. Wadipalapa

P S1 Guru Pengelola/

Pendidik

3 Rita Latenggo P SMA Guru Pendidik

4 Ningsih Damalu P SMA Guru Pendidik

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1 Deskripsi Hasil Penelitian Variabel X1

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel X1 adalah skor kemampuan mengenal angka pada anak di sekolah sebelum dilakukan Treatment. Dari data yang diperoleh menunjukkan skor tertinggi adalah 9 dan skor terendah adalah 3. Setelah dilakukan analisis diperoleh skor rata-rata 5.9 dan standar deviasi 1.8. distribusi data pada variabel X1 dapat dilihat pada tabel berikut ini ;

Tabel 1. Daftar Distribusi Frekuensi Variabel X1

No Skor Frekuensi 1 3 2 2 4 4 3 5 12 4 6 1 5 7 4 6 8 2 7 9 5

(4)

Jumlah 30

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa frekuensi tertinggi berada pada kelas ke tiga dengan frekuensi 12. Selanjutnya kelas ke 7 dengan frekuensi 5, kelas ke dua dan lima masing-masing dengan frekuensi 4, kelas pertama dan ke enam memperoleh frekuensi 2 dan kelas ke empat dengan frekuensi 1. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini :

Diagram 1. Distribusi frekuensi data variabel X1 4.2.2 Deskripsi Hasil Penelitian Variabel X2

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel X2 adalah skor kemampuan mengenal angka pada anak di sekolah setelah dilakukan Treatment. Dari data yang diperoleh menunjukkan skor tertinggi adalah 9 dan skor terendah adalah 6. Setelah dilakukan analisis diperoleh skor rata-rata 7.9 dan standar deviasi 0.8. distribusi data pada variabel X2 dapat dilihat pada tabel berikut ini ;

(5)

Tabel 1. Daftar Distribusi Frekuensi Variabel X2 No Skor Frekuensi 1 6 2 2 7 4 3 8 17 4 9 7 Jumlah 30

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa frekuensi tertinggi berada pada kelas ke tiga dengan frekuensi 17. Selanjutnya kelas keempat dengan frekuensi 7, kelas ke dua dengan frekuensi 4, kelas pertama memperoleh frekuensi 2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini :

(6)

4.2.3 Pengujian Persyaratan Analisis

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur perbedaan skor kemampuan mengenal angka 1-10 pada anak sebelum dan sesudah diterapkan metode bermain balok.

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh harga L0 < Ltabel atau -0.005 < 0,187 maka data kemampuan mengenal angka 1 -10 pada anak melalui hasil pretest berdistribusi normal. Selanjutnya uji normalitas data pada data posttest dalam mengukur kemampuan mengenal angka 1- 10 pada anak diperoleh data bahwa harga L0 < Ltabel atau -0.058 < 0,187 maka data kemampuan mengenal angka 1 -10 pada anak melalui hasil posttes berdistribusi normal

4.2.4 Perhitungan Hipotesis

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh harga thitung sebesar 4.58 sedang dari daftar distribusi t pada taraf nyata 1% diperoleh t(0.95) (58) = 2,66. Ternyata harga thitung lebih besar dari tdaftar, atau harga thitung telah berada didalam daerah penerimaan H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan menolak H1 yang menyatakan bahwa : terdapat perbedaan skor kemampuan mengenal angka 1-10 pada anak sebelum dan sesudah diterapkan metode bermain balok. Untuk jelasnya dapat dilihat dalam grafik sebagai berikut:

(7)

Gambar 3

Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis (X1 dan X2

4.3 Pembahasan

Dengan memperhatikan hasil pengujian hipotesis, baik komparasi antara X1 dengan X2, menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara skor kemampuan mengenal angka 1-10 pada anak sebelum pelaksanaan eksperimen dan setelah pelaksanaan eksperimen. Dengan demikian, hipotesis penulis yang berbunyi “Pengaruh bermain balok terhadap kemampuan mengenal angka 1-10 pada anak usia 4-5 tahun kelompok A di TK Matuari Jaya Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo, dapat diterima.

Matematika merupakan salah satu matapelajaran di sekolah yang mendapatkan porsi perhatian terbesar baik dari kalangan pendidik, orangtua maupun anak. Tidak sedikit orangtua yang mempunyai persepsi bahwa matematika adalah pengetahuan terpenting yang harus dikuasai anak. Sayangnya, tidak semua anak

-4.58 4,58 4.58 Penerimaan

(8)

dibekali kemampuan untuk berprestasi cemerlang di bidang matematika. Banyak hal sebenarnya yang menyebabkan terjadinya kesulitan atau yang justru memudahkan seorang anak untuk memahami angka dan matematika.

Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat dalam teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya adalah ilmu tentang keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.

Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris. Kemudian pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk konsep-konsep matematika supaya konsep-konsep matematika yang terbentuk itu mudah dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka digunakan bahasa matematika atua notasi matematika yang bernilai global (universal). Konsep matematika didapat karena proses berpikir, karena itu logika adalah dasar terbentuknya matematika.

Anak usia pra-sekolah sudah mengerti tentang kuantitas, misalnya banyak dan sedikitnya benda, dapat mengenali perubahan dalam banyaknya benda yang disebabkan oleh adanya benda yang ditambah atau dikurangi dari sekelompok benda dan mengurut besar kecilnya sejumlah benda sesuai dengan banyaknya benda

(9)

tersebut, selain juga pengetahuan dasar dibalik aktivitas menghitung, walaupun mereka belum dapat menyebutkan nama bilangan secara tepat.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak sudah memiliki kemampuan mengenal angka sejak dini bahkan sebelum usia sekolah (Butterworth, 1999). Anak usia pra-sekolah sudah mengerti tentang kuantitas, misalnya banyak dan sedikitnya benda, dapat mengenali perubahan dalam banyaknya benda yang disebabkan oleh adanya benda yang ditambah atau dikurangi dari sekelompok benda dan mengurut besar kecilnya sejumlah benda sesuai dengan banyaknya benda tersebut, selain juga pengetahuan dasar dibalik aktivitas menghitung, walaupun mereka belum dapat menyebutkan nama bilangan secara tepat. Dengan ini kemudian Butterworth (1999) mengasumsikan bahwa setiap anak mempunyai modul angka (Number Module) yang terberi sejak lahir secara biologis yang terletak di otak. Jadi secara umum, tampaknya semua anak mempunyai kapasitas yang terberi sejak lahir (innate) yang kurang lebih sama dalam mengenal angka yang sifatnya biologis, walaupun tentu saja pasti ada variasi individual disana-sini. Dehaene (1999) turut memperkuat pendapat di atas dengan mengemukakan bahwa bagian-bagian tertentu di otak berkaitan dengan berbagai kegiatan matematika pada manusia. Dari berbagai eksperimen dengan pasien-pasien yang mengalami berbagai kesulitan matematika akibat adanya lesi pada bagian tertentu di otak, kemudian para ahli menyimpulkan bahwa ada bagian-bagian tertentu di otak yang berkaitan dengan fungsi berbagai kemampuan matematika seperti kemampuan representasi kuantitatif, daya ingat aritmatika dan sebagainya. Walaupun sebenarnya sulit untuk menyatakan secara pasti bahwa hanya

(10)

di bagian-bagian tertentu itu saja yang secara khusus yang berkaitan dengan kemampuan matematika, mengingat otak dengan neuron-neuronnya bekerja secara simultan dan saling bekerja sama antara satu bagian dengan bagian lainnya ketika mengerjakan soal-soal matematika.

Pengaruh pembelajaran dan metode guru di kelas terhadap kemampuan mengenal angka pada pembelajaran matematika dapat dipilah berdasarkan kuantitas dan kualitas pengajaran yang ada. Dari segi kuantitas pembelajaran dan metode hal yang perlu disoroti adalah jumlah waktu yang digunakan anak untuk belajar matematika di kelas. Sementara itu ditilik dari segi kualitas pengajaran perlu diperhatikan interaksi guru-anak yang mungkin mempengaruhi kemampuan matematika anak dan materi pengajaran yang digunakan oleh anak di sekolah. Sehingganya melalui penggunaan bermain balok, anak mampu bermain sambil mengenal angka 1-10 berdasarkan kuantitas dan kualitas yang ada. Pembelajaran mengenal angka menggunakan metode bermain balok, dapat dipahami oleh anak melalui proses bertanmbahnya jumlah barang (balok) yang dimiliki oleh anak saat bermain sehingga memori anak akan merespon bertambahnya jumlah barang melalui proses pengenalan angka.

4.4 Deskripsi Analisis Pretest dan Posttest

Dalam pelaksanaan pre-test yang menjadi sampel dalam pembelajaran ini berjumlah 30 orang anak. Adapun pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada

(11)

dasarnya untuk melihat apakah anak mampu mengenal angka 1-10 tanpa harus melalui bermain balok. Proses pembelajaran yang dilakukan yaitu : pertama guru menjelaskan angka pada anak dan menuliskan atau menunjukan angka 1-10 pada anak, selanjutnya setelah guru menjelaskan angka 1-10 guru langsung memberikan tugas pada anak untuk menulis 1-10. Selama anak mengerjakan tugas disini guru bisa melihat apakah tanpa penggunaan bermain balok anak mampu mengenal angka 1-10. Untuk menilai apakah anak mampu mengenal angka 1-10 guru memberikan tanda bintang dihasil lembar kerja anak dimana apabila anak mendapat bintang 5 berarti anak sudah mampu, selanjutnya apabila anak mendapat bintang 4 berarti anak kurang mampu, dan bintang 3 anak tidak mampu mengenal angka. Dengan demikian pada pelaksanaan Pre-test ini sebagian besar anak belum mampu mengenal angka 1-10.

Sedangkan pada pelaksanaan Post-test pembelajarananya sudah menerapkan bermain balok dimana tahap pembelajarannya hampir sama dengan pelaksanaan pada Pre-test. Adapun pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada dasarnya untuk melihat apakah anak mampu mengenal angka 1-10 melalui bermain balok. Proses pembelajaran yang dilakukan yaitu : pertama guru menjelaskan angka pada anak dan menuliskan atau menunjukan angka 1-10 pada anak, selanjutnya setelah guru menjelaskan angka 1-10 guru langsung memberikan tugas pada anak untuk mengenal angka 1-10 melalui bermain balok. Dalam memberikan tugas kepada anak guru menyiapkan berbagai macam bentuk balok yang memiliki angka 1-10, guru memberikan kebebasan kepada anak untuk bermain balok dengan tujuan dengan adanya permainan balok anak dapat mengenal angka 1-10. Dalam pembelajaran

(12)

Post-test, anak yang bejumlah 30 orang anak dibagi menjadi 2 kelompok sehinga masing-masing kelompok menjadi 15 0rang. Dengan adanya pembagian kelompok guru dapat lebih mudah melihat kemampuan mengenal angka melalui permainan balok. Selama anak mengerjakan tugas disini guru bisa melihat apakah menggunakan bermain balok anak mampu mengenal angka 1-10. Untuk menilai apakah anak mampu mengenal angka 1-10 guru langsung melihat kemampuan yang muncul pada anak kemudian di isi dalam lembar Pedoman Pengamatan yang sudah dibuat di sni guru langsung menjeklis siapa anak yag mampu, Kurang mampu dan anak yang tidak mampu dalam mengenal angka 1-10. Dengan demikian pada pelaksanaan Post-test ini sebagian besar anak sudah mampu mengenal angka 1-10 melalui bermain balok.

Gambar

Tabel 1. Daftar Distribusi Frekuensi Variabel X 1
Diagram 1. Distribusi frekuensi data variabel X 1
Diagram 1. Distribusi frekuensi data variabel X 2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat spesies ular yang dapat hidup dan berkembang baik di daerah rawa dan persawahan seperti di desa Keliling Benteng Ilir adalah spesies dari

Perbedaan dari ketiga video profile tersebut dengan Perancangan Video Profil sebagai Media Informasi Pada Lorin Solo Hotel adalah dilihat dari konsep video dengan

Bukti Pembayaran Pendaftaran Rp.. Dengan ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa apabila kami meraih juara dalam pelaksanaan Pekan Seni Mahasiswa Tingkat Regional Jawa Timur tahun

Kebijakan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Bapak Eko Putro Sandjojo yaitu ada 4 Program Prioritas salah satunya adalah Badan Usaha Milik

Jadi, dapat disimpulkan bahwa anak-anak usia 4-5 tahun dalam perkembangan bahasanya yaitu pada saat guru menjelaskan atau menyampaikan pembelajaran anak menyimak

Jika pesan adalah mengecek tanggal, maka setelah menerima pesan tersebut agen_pm akan mengecek tanggal, jika tanggal merupakan merupakan salah satu tanggal dalam

Hasil observasi aktivitas guru secara keseluruhan dalam kegiatan belajar mengajar yang diperoleh pada siklus pertama tergolong cukup dengan skor perolehan 77 dan

Perbandingan grafik arus pada kedua regulator saat menggerakkan satu jari, perbedaan pada keduanya tidak memiliki selisih yang jauh.. Tetapi startup regulator UBEC arus terukur