BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1Tinjauan Pustaka
2.1.1 Tahu
Kata tahu berasal dari bahasa cina yaitu tao-hu atau teu-hu. Tao atau teu berarti kedelai, sementara hu berarti lumat atau menjadi bubur. Di jepang tahu dikenal dengan nama tohu, sedangkan dalam bahasa inggris disebut soybean curd atau juga tofu (Supriatna,2005).
Tahu merupakan salah satu bahan makanan pokok yang termasuk dalam empat sehat lima sempurna. Tahu juga merupakan makanan yang mengandung banyak gizi dan mudah diproduksi. Untuk memproduksi tahu bahan-bahan yang dibutuhkan hanya berupa kacang kedelai, sehingga saat ini dapat ditemukan banyak pabrik pembuat tahu baik dalam bentuk usaha kecil maupun usaha menengah yang masih menggunakan cara konvensional (Lihannoor, 2010).
Beberapa jenis tahu, yaitu:
1. Tahu putih
Tahu jenis ini biasanya ada yang berbentuk padat. Bentuknya bervariasi mulai dari yang besar hingga yang kecil. Untuk tahu ini biasanya digunakan untuk digoreng, dibuat tahu bacem ataupun dibuat untuk campuran makanan berkuah.
2. Tahu kuning
biasanya tahu jenis ini padat atau disebut juga dengan tahu takwa. Karena kepadatannya yang lebih dari pada tahu putih ketika dipotong tahu jenis ini tidak mudah hancur.
3. Tahu sutera
Disebut tahu sutera karena sangat halus. Tahu jenis ini berwarna putih.Karena lembutnya tahu ini, biasanya ketika dijual direndam dalam wadah yang berisi air dan tahu yang di dalamnya terendam.
4. Tahu kering/kulit tahu
Biasanya jika kita akan menggunakannya kita perlu merendam terlebih dahulu agar lunak. Bisanya disajikan dalam makanan berkuah ataupun dibuat cemilan. (Sarwono dan Saragih 2003).
Tabel 1. Berikut komposisi nilai gizi pada 100 g tahu segar :
Komposisi Jumlah Energi (kal) Air (g) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Serat (g) Abu (g) Kalsium (mg) Besi (mg) Vitamin B1(mg) Vitamin B2 (mg) Niacin (mg) 6 86,7 7,9 4,1 0,4 0,1 0,9 150 0,2 0,04 0,02 0,4 Sumber : Sarwono da an Saragih,2003
Tahu merupakan produk kedelai non-fermentasi yang disukai dan digemari di Indonesia seperti halnya tempe, kecap, dan tauco. Tahu adalah salah satu produk olahan kedelai yang berasal dari daratan Cina. Pembuatan tahu dan susu kedelai ditemukan oleh Liu An pada zaman pemerintahan Dinasti Han, kira-kira 164 tahun sebelum Masehi. Komposisi zat gizi dalam tahu cukup baik. Tahu mempunyai kadar protein sebesar 8-12%, sedangkan mutu proteinnya yang dinyatakan sebagai NPU sebesar 65%. Tahu juga mempunyai daya cerna yang sangat tinggi karena serat dan karbohidrat yang bersifat larut dalam air sebagian besar terbuang pada proses pembuatannya. Dengan daya cerna sekitar 95%, tahu dapat dikonsumsi dengan aman oleh semua golongan umur dari bayi hingga orang dewasa, termasuk orang yang mengalami gangguan pencernaan
(Shurtleff dan Aoyagi 2001).
Tahu bersifat mudah rusak. Pada kondisi normal (suhu kamar) daya tahannya rata-rata sekitar 1–2 hari saja. Setelah lebih dari batas tersebut rasanya menjadi asam dan terjadi penyimpangan warna, aroma, dan tekstur sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Hal ini disebabkan oleh kadar air dan protein tahu relatif tinggi, masing-masing 86% dan 8–12%. Tahu mengandung lemak 4,8% dan karbohidrat 1,6%. Dengan komposisi nutrisi tersebut, tahu merupakan media yang cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme pembusuk terutama bakteri (Koswara, 2011).
Tahu merupakan bahan makanan yang cukup digemari karena murah dan bergizi. Tahu merupakan produk koagulasi protein kedelai. Oleh karena itu, kualitas dan kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh varietas yang digunakan, proses pemeraman (heating process), tipe bahan koagulasi, serta tekanan dan suhu koagulasi. Tahu
mengandung protein antara 6–9% dengan kadar air 84–88%. Tahu dapat dibuat bermacam - macam produk turunan, antara lain tahu goreng, tahu isi, stick tahu, tahu burger, dan sebagainya. Kualitas kedelai sebagai bahan baku tidak terlalu ditekankan, yang terpenting tersedia secara kontinu. Namun demikian, kedelai impor lebih disukai karena bentuknya seragam dan tidak tercampur dengan kotoran, sedangkan biji kedelai lokal mempunyai bentuk, warna dan ukuran yang tidak seragam (Adisarwanto, 2002).
Tahu termasuk bahan makanan yang berkadar air tinggi. Besarnya kadar air dipengaruhi oleh bahan penggumpal yang dipakai pada saat pembuatan tahu. Bahan penggumpal asam menghasilkan tahu dengan kadar air lebih tinggi dibanding garam kalsium. Bila dibandingkan dengan kandungan airnya, jumlah protein tahu tidak terlalu tinggi, hal ini disebabkan oleh kadar airnya yang sangat tinggi. Makanan-makanan yang berkadar air tinggi umumnya kandungan protein agak rendah. Selain air, protein juga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme pembusuk yang menyebabkan bahan mempunyai daya awet rendah (Hamid, 2012).
Komposisi zat - zat gizi dalam tahu cukup baik, tahu mempunyai kadar protein antara 8–12 % (berat basah) dengan mutu protein, yang dinyatakan dalam NPU (Net Protein Utilization) yaitu indeks mutu yang tidak hanya memperhatikan jumlah protein yang ditahan akan tetapi juga jumlah protein-protein yang dicerna sebesar 65%.
Tabel 2. Nilai NPU (Net Protein Utilization) Beberapa Macam Bahan Pangan Sumber Protein
Bahan Pangan Nilai NPU (%)
Telur 94 Susu 82 Tahu 65 Daging Ayam 65 Kacang Tanah 43 Sumber : Muchtadi, 2009
Dari Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa tahu memiliki nilai NPU setara dengan nilai NPU daging ayam yaitu sebesar 65%.
Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Tahu
Adapun beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan mikro biologis pada tahu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Adanya bakteri yang tahan panas seperti golongan pembentuk spora dan bersifat termodurik.
2. Adanya bakteri kontaminan yang mencemari tahu pada saat proses pembuatan tahu sampai selesai.
3. Suhu penyimpanan.
4. Adanya enzim tahan panas yang dihasilkan oleh jenis mikroba tertentu yang dapat menghidrolisis lemak tahu (Mustafa, 2006).
Menurut Suprapti (2005), beberapa hal yang menyebabkan kondisi (kualitas) tahu berbeda-beda adalah sebagai berikut :
1. Tingkat kepadatan
Pembuatan tahu padat seperti halnya tahu Kediri, memerlukan bahan (bakal tahu) yang jauh lebih banyak daripada bahan yang diperlukan
dalam pembuatan tahu gembur. 2. Adanya bau asam
Tahu yang dicetak tidak terlalu padat, umumnya relatif lebih mudah rusak (karena kadar airnya lebih tinggi). Oleh karena itu, umumnya tahu gembur dipasarkan atau dijual dalam keadaan direndam air. Selain mengawetkan, perlakuan ini juga dapat mencegah mengecilnya ukuran tahu karena kandungan airnya keluar (apabila tidak direndam). Namun, air perendaman tersebut harus diganti setiap hari. Apabila tidak, tahu akan menjadi berlendir, berbau dan berasa asam.
3. Penampilan
Penampilan produk tahu menyangkut warna serta keseragaman bentuk dan ukurannya. Warna yang biasa digunakan untuk tahu adalah kuning, disamping warna aslinya (putih). Sementara, untuk mendapatkan bentuk dan ukuran yang sama dapat digunakan cetakan.
4. Cita rasa tahu
Cita rasa tahu akan menjadi lebih lezat apabila ke dalam bakal tahu (sebelum dicetak) ditambahkan bahan-bahan yang dapat berfungsi sebagai penyedap rasa, seperti garam dan flavour buatan.
2.1.2 Agroindustri
Agroindustri dapat diartikan dua hal, yaitu pertama, agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian. Studi agroindustri pada konteks ini adalah menekankan pada food processing management dalam suatu perusahaan produk olahan yang berbahan baku utamanya adalah produk pertanian. Suatu industri yang menggunakan bahan baku dari
pertanian dengan jumlah minimal 20% dari jumlah bahan baku yang digunakan adalah disebut agroindustri. Arti yang kedua adalah agroindustri diartikan sebagai suatu tahapan pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian, tetapi sebelum tahapan pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan industri.
Pembangunan agroindustri dihadapkan pada berbagai tantangan, baik tantangan atau permasalahan yang ada di dalam negeri atau di luar negeri. Beberapa permasalahan agroindustri khususnya permasalahan di dalam negeri antara lain :
1. Beragamnya permasalahan berbagai agroindustri menurut macam usahanya, khususnya kurang tersedianya bahan baku yang cukup dan kontinu.
2. Kurang nyatanya peran agroindustri di pedesaan karena masih berkonsentrasi pada agroindustri di perkotaan.
3. Kurang konsistennya kebijakan terhadap agroindustri.
4. Kurangnya fasilitas permodalan (perkreditan) dan kalau pun ada prosedurnya ketat.
Peranan sektor industri dalam kegiatan pembangunan semakin penting. Pemerintah terus berusaha menyeimbangkan peranan sektor industri terhadap sektor pertanian, untuk menciptakan struktur ekonomi yang seimbang dimana terdapat kemampuan industri maju yang didukung oleh pertanian yang tangguh. Berdasarkan kenyataan di atas, maka industri yang mengolah hasil-hasil pertanian di Indonesia memegang yang strategis (Soekartawi, 2000).
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pemasaran
Beberapa pengertian pemasaran: 1. Menurut (Philip Kotler, 2005) yaitu:
Pemasaran adalah proses sosial yang dengan mana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain.
2. Menurut Freddy Rangkuti (2005)
Pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi dan manajerial. Akibat dari pengaruh beberapa faktor tersebut masing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditi.
3. Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (2010)
Pemasaran secara sederhana adalah yang mengatur relasi menguntungkan dengan konsumen. Tujuan dari pemasaran adalah menciptakan nilai untuk konsumen dan untuk menangkap nilai dari konsumen atau mendapat timbal balik dari konsumen.
Pemasaran sebagai suatu sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, meliputi kegiatan merencanakan dan menentukan produk, harga, saluran distribusi, dan promosi berupa barang dan jasa kepada kelompok pembeli.
yang dibatasi oleh sumber-sumber dari perusahaan itu sendiri, peraturan-peraturan, maupun konsekuensi yang ditimbulkan, sebagai akibat adanya dinamika pasar.
2.2.2 Teori Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran adalah sebuah keseluruhan program perusahaan untuk menentukan target pasar dan memuaskan konsumen dengan membangun kombinasi elemen dari bauran pemasaran, produk, distribusi, promosi, dan harga (Kurtz, 2008).
Strategi pemasaran didasarkan atas lima konsep strategi berikut: a. Segmentasi pasar
Tiap pasar terdiri dari bermacam-macam pembeli yang mempunyai kebutuhan, kebiasaan membeli dan reaksi yang berbeda-beda. Perusahaan tak mungkin dapat memenuhi kebutuhan semua pembeli. Karena itu perusahaan harus mengelompokan pasar yang bersifat heterogen ke dalam satuan–satuan pasar yang bersifat homogen.
b. Market positioning
Perusahaan tak mungkin dapat menguasai pasar keseluruhan. Maka prinsip strategi pemasaran kedua adalah memilih pola spesifik pemusatan pasar yang akan memberikan kesempatan maksimum kepada perusahaan untuk mendapatkan kedudukan yang kuat. Dengan kata lain perusahaan harus memilih segmen pasar yang dapat menghasilkan penjualan dan laba yang paling besar.
c. Targeting
d. Marketing mix strategy
Adalah kumpulan variabel-variabel yang dapat digunakan perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen. Variabel-variabel yang dapat mempengaruhi pembeli adalah variabel-variabel yang berhubungan dengan product, place, promotion dan price (4P).
e. Timing strategy
Adalah penentuan saat yang tepat dalam memasarkan produk merupakan hal yang perlu diperhatikan. Meskipun perusahaan melihat adanya kesempatan baik. Terlebih dulu harus dilakukan persiapan baik produksi (Radiosunu, 2001).
2.2.3 Analisis SWOT
Strategi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan dimana alat analisis yang cocok untuk merumuskan strategi tersebut adalah analisis SWOT. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sitematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Proses pengembalian keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (Strategic Planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini (Rangkuti, 2009).
Menurut Ferrel dan Harline (2005) fungsi dari Analisis SWOT adalah untuk mendapatkan informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok
persoalan internal (kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan eksternal (peluang dan ancaman). Analisis SWOT tersebut akan menjelaskan apakah informasi tersebut berindikasi sesuatu yang akan membantu perusahaan mencapai tujuannya atau memberikan indikasi bahwa terdapat rintangan yang harus dihadapi atau diminimalkan untuk memenuhi pemasukan yang diinginkan. Berikut merupakan potensial pokok persoalan yang harus diperhatikan dalam melakukan analisis SWOT :
1. Potensial Kekuatan Internal
• Kepemilikan sumberdaya keuangan • Kepemilikan nama yang sudah dikenal • Peringkat 1 dalam jenis industrinya • Skala ekonomi
• Properti Teknologi • Proses yang paten
• Harga yang lebih murah (bahan mentah atau proses)
• Kepercayaan dan respek pada perusahaan, produk atau brand image
• Superior talenta manajemen
• Kemampuan pemasaran yang lebih baik • Kualitas produk yang superior
• Aliansi dengan perusahaan lain • Kemampuan distribusi yang baik • Karyawan yang berkomitmen 2. Potensial Kelemahan Internal
• Kurangnya pengaturan strategi • Terbatasnya sumberdaya finansial
• Pengeluaran yang kurang dalam pemasaran dan promosi • Sempitnya garis produk
• Terbatasnya distribusi
• Mahalnya Biaya (Bahan Mentah atau Proses) • Teknologi yang ketinggalan jaman
• Problem proses operasi internal • Imej pasar yang lemah
• Kemampuan pemasaran yang kurang baik • Lemahnya bekerjasama dengan perusahaan lain • Karyawan yang tidak terlatih
3. Potensial Peluang Eksternal
• Pertumbuhan pasar yang terus meningkat
• Perusahaan pesaing yang sudah merasa puas diri • Kebutuhan dan keinginan konsumen yang berubah • Terbukanya pemasaran luar negeri
• Kecelakaan yang terjadi di perusahaan pesaing • Ditemukannya produk baru
• Perubahan Peraturan pemerintah • Teknologi baru
• Ekonomi yang meningkat • Pergantian demografi
• Penolakan akan subtitusi produk • Perubahan metode distribusi 4. Potensial Ancaman Eksternal
• Masuknya kompetitor asing • Pengenalan produk subtitusi baru • Daur hidup produk pada saat penolakan
• Perubahan kebutuhan dan keiinginan konsumen • Kepercayaan Konsumen yang berkurang
• Perusahaan pesaing mengadopsi strategi baru • Peningkatan peraturan pemerintah
• Ekonomi yang mengalami penurunan • Teknologi baru
• Perubahan demografi
• Hambatan perdagangan asing
• Lemahnya kinerja perusahaan aliansi
Tabel 3. Klasifikasi SWOT
Internal Environment External Environment 1. Strength (kekuatan) 1. Opportunity (peluang) 2. Weakness (kelemahan) 2. Threat (ancaman) Sumber : Soekartawi, 2000
Membuat keputusan untuk memilih alternatif strategi dilakukan setelah perusahaan mengetahui dahulu posisi perusahaan untuk kondisi sekarang berada pada kuadran sebelah mana sehingga strategi yang dipilih merupakan
strategi yang paling tepat karena sesuai dengan kondisi internal dan eksternal Posisi perusahaan dapat dikelompokkan dalam empat kuadran, yaitu kuadran I, II, III dan IV. Pada kuadran I strategi yang sesuai adalah strategi agresif, kuadran II strategi diversifikasi, kuadran III strategi turn around dan kuadran IV strategi defensive.
KuadranIII Kuadran I (mendukung strategi (mendukung strategi turn around) agresif)
Kuadran IV Kuadran II (mendukung strategi (mendukung strategi defensif) diversifikasi)
Gambar 1. Posisi perusahaan pada berbagai kondisi
Gambar di atas menunjukan berbagai kemungkinan posisi suatu perusahaan dan tipe strategi yang sesuai. Dengan mengetahui posisi perusahaan pada kuadran yang tepat maka perusahaan dapat mengambil keputusan dengan lebih tepat, yaitu :
1. Jika posisi perusahaan berada pada kuadran I maka menandakan bahwa situasi ini sangat menguntungkan, perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi
Berbagai Peluang Berbagai Ancaman Faktor Eksternal Faktor Internal
yang harus diterapkan untuk perusahaan yang berada pada posisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.
2. Perusahaan yang berada pada kuadran II berarti perusahaan menghadapi berbagai ancaman, perusahaan masih memiliki kekuatan internal. Strategi yang harus dilakukan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi.
3. Perusahaan yang berada pada kuadran III menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai peluang yang sangat besar, tetapi di lain pihak perusahaan memiliki kelemahan internal. Fokus yang harus di ambil oleh perusahaan adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.
4. Posisi perusahaan pada kuadran IV menunjukkan bahwa perusahaan menghadapi situasi yang sangat tidak menguntungkan, dimana selain perusahaan menghadapi berbagai ancaman juga menghadapi kelemahan internal.
2.3Penelitian Sebelumnya
Aulia (2012) tentang “Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pemasaran Usaha Industri Tahu di kota Medan” dengan metode penentuan daerah penelitian secara purposive.Metode analisis yang digunakan adalah metode hayami dan metode deskriptif. Hasil analisis deskriptif SWOT antara lain Strategi pemasaran yang sudah dilakukan usaha industri di daerah penelitian adalah Strategi agresif dengan lebih fokus kepada strategi SO (Strength-Opportunities), yaitu dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategi SO
(Strength-Opportunities), Memperluas jangkauan distribusi tahu seperti mulai menjalin kerjasama dengan restaurant dan rumah makan dengan memanfaatkan harga tahu yang murah dan rasa yang enak. (S1,3 dan O1,2), Meningkatkan produksi dan menjaga kualitas tahu yang dihasilkan dengan menggunakan bahan baku yang bagus. (S1,5 dan O1,3), Memperluas jangkauan pemasaran, mulai memasuki pasar yang berada di luar kota. (S1,2,4 dan O1,4)
Ernisolia (2014) tentang “Strategi Pemasaran Agroindustri Pancake Durian Di Kota Medan”. Penentuan daerah dilakukan secara purposive yaitu berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu dengan mempertimbangkan bahwa agroindustri pancake durian di daerah tersebut dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Metode pengambilan sampel adalah metode snowball sampling. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode SWOT. Hasil penelitian diperoleh adalah kekuatan agroindustri dalam pemasaran pancakedurian di daerah penelitian adalah penggunaan modal usaha pada agroindustri pancake durian, jumlah produksi pancake durian per hari, harga jual produk pancakedurian per buah dan transportasi dalam pemasaran produk pancake durian, kelemahan agroindustri pancake durian di daerah penelitian adalah variasi produk yang dihasilkan agroindustri pancake durian, jumlah tenaga kerja pada agroindustri pancake durian dan promosi/sistem penjualan produk pancake durianPeluang agroindustri pancake durian di daerah penelitian adalah ketersediaan bahan baku dalam agroindustri pancake durian, pangsa pasar produk pancake durian dan
tingkat selera masyarakat terhadap produk pancakedurian, ancaman agroindustri pancakedurian di daerah penelitian adalah perusahaan pesaing agroindustri pancake durian, pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap agroindustri pancake durian dan daya beli masyarakat terhadap produk pancakedurian, strategi yang diperoleh untuk meningkatkan pemasaran agroindustri pancakedurian di daerah penelitian adalah strategi agresif atau strategi SO Strengths–Oppurtunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan kegiatan, yaitu meningkatkan modal usaha dengan ketersediaan bahan baku, memanfaatkan peluang pasar dengan harga jual produk dan memanfaatkan peluang pada tingkat selera masyarakat dengan meningkatkan jumlah produksi.
2.4 Kerangka Pemikiran
Suatu usaha yang sukses adalah usaha yang dapat mengenali dan berinteraksi secara menguntungkan terhadap kebutuhan-kebutuhan dan kecenderungan-kecenderungan yang belum terpenuhi dalam lingkungannya.
Perencanaan strategis adalah agar perusahaan dapat melihat secara objektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Adapun faktor-faktor internal pada agoindustri tahu isi goreng adalah modal, produksi, produk, tenaga kerja, harga, transportasi serta promosi pemasaran produk yang dihasilkan agoindustri tersebut. Sedangkan faktor eksternal agoindustri tahu isi goreng adalah bahan baku, pasar, perusahaan pesaing, selera, teknologi
dan daya beli masyarakat.
Perusahaan disarankan agar melakukan analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities dan threats) yaitu analisis tentang strength atau kekuatan (keunggulan) agroindustri tahu goreng, weakness (kelemahan) agroindustri tahu goreng, opportunity (kesempatan) yang dimiliki agroindustri tahu isi goreng dan threat (ancaman) yang dimiliki agroindustri tahu isi goreng.
Maka, akan dapat kesimpulan pada strategi pemasaran tahu isi goreng yang tepat untuk dilakukan pada agroindustri tahu goreng yang berdasarkan atas analisa situasi dan tujuan agroindustri.
Secara skematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan : : Menyatakan Pengaruh : Menyatakan Hubungan AGROINDUSTRI TAHU ISI GORENG FAKTOR INTERNAL : Modal Produksi Produk Tenaga Kerja Harga Promosi Transportasi FAKTOR EKSTERNAL : Bahan Baku Pasar Perusahaan Pesaing
Daya Beli Masyarakat
Selera
Teknologi
KEKUATAN PELUANG KELEMAHAN ANCAMAN