• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding BPTP Karangploso No. 02

ISSN: 1410-9905

PROSIDING

SEMINAR HASIL

PENELITIAN/PENGKAJIAN

BPTP KARANGPLOSO

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KARANGPLOSO

2000

(2)

PENGKAJIAN RAKITAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN KEBUN JERUK MANIS (The Assessment of Technology Packages of Sweet Orange Orchard Management)

A. Sugiyatno, Triwiratno, O. Endarto, D.P. Saraswati dan Harijanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso

ABSTRAK

Untuk menjaga dan mempertahankan keberadaan kebun-kebun koleksi jeruk manis, pengelolaan kebun harus lebih ditingkatkan. Pengkajian dilaksanakan di kebun IPPTP Tlekung, kecamatan Junrejo, Kabupaten Malang, Jawa Timur dengan tinggi tempat ± 950 m di atas permukaan laut. Mulai bulan April 1998 - Maret 1999. Pengkajian terdiri dari 2 model rakitan teknologi pengelolaan kebun jeruk manis, disusun dalam rancangan acak kelompok, diulang 10 kali dengan unit percobaan 6 pohon. Kedua model rakitan teknologi pengelolaan kebun jeruk manis yaitu model A(anjuran BPTP Karangploso) dan B (anjuran BPTP Karangploso + pemberian bokashi dan perbaikan guludan), ternyata tidak berpengaruh nyata terhadap lebar tajuk, pola pertunasan, jumlah bunga, jumlah buah dan dinamika populasi hama/penyakit. Artinya bahwa rakitan teknologi pengelolaan kebun jeruk manis model B yang merupakan modifikasi dari model A yaitu penambahan teknologi pemberian bokashi dan perbaikan bentuk guludan, tidak memberikan perbedaan dalam memproduksi buah jeruk manis. Petani dapat memilih kedua model pengelolaan kebun jeruk manis sesuai dengan yang dikuasai dan dianggap paling menguntungkan.

Kata kunci : jeruk manis, pengelolaan kebun

ABSTRACT

In order to manage establisment of oranges collection orchard there is necessary to increase orchard management. The assessment was conducted at IPPTP Tlekung, Junrejo district, Malang, East Java with ± 950 m above sea level from April 1998 till March 1999. There were 2 model of technology of oranges trees management based on randomized block design with 10 replication and 6 trees as experiment unit. The result showed that there was no differencies between two of technology were bring tested. Therefore, the farmer can choose one of two technology depending of their preferences and it's profitable.

Key word: citrus sinensis osbeck, orchad management

PENDAHULUAN

Tujuan utama dibentuknya kebun-kebun koleksi adalah menjaga dan mempertahankan kelestarian suatu jenis tanaman tertentu sehingga dapat dimanfaatkan bagi ilmu pengetahuan pada maasa kini dan masa yang akan datang. Sekaligus merupakan sumber hayati sebagai "bank gen" yang berperan penting dalam kegiatan pemuliaan tanaman yang berkelanjutan dalam kurun waktu yang tidak terbatas (Sumarno, 1994).

Jeruk manis (Citrus sinensis Osbeck) tumbuh baik di Indonesia pada lahan berketinggian lebih dari 700 m di atas permukaan laut. Di dataran medium dan dataran rendah, jeruk manis juga mampu tumbuh dengan memuaskan walaupun dengan warna kulit yang kurang menarik (Supriyanto et al , 1994).

Keberadaan tanaman jeruk manis akhir-akhir ini mulai terancam kelestariannya, sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, menyempitnya lahan karena pembangunan pemukiman serta rusaknya lahan akibat pencemaran. Jika tidak diatasi dengan segera maka dalam kurun beberapa waktu bahan sumber genetik tersebut akan mengalami kepunahan. Ancaman serius lain bagi perkembangan tanaman jeruk manis adalah adanya serangan penyakit CVPD yaitu penyakit yang disebabkan oleh Liberobacter Asiaticum. Strategi yang perlu dikembangkan untuk menanggulangi penyakit CVPD adalah penggunaan bibit bebas penyakit, penanggulangan serangga penular, sanitasi kebun (Djoema'ijah dan Nurhadi, 1991), pemeliharaan kebun dan koordinasi penerapan teknologi (Supriyanto, 1996). Selain penyakit CVPD, hama dari jenis tungau dan puru buah juga menyebabkan menurunnya kualitas buah jeruk manis. Serangan parah pada tungau mengakibatkan rusaknya kulit buah sehingga kulit berwarna coklat, keadaan ini sering diistilahkan dengan ’’nyawo’’. Sedangkan serangan puru buah menyebabkan terjadinya benjolan-benjolan pada buah yang akhirnya buah menjadi gugur (Nurhadi dan Whittle, 1988). Pengendalian kedua jenis hama ini selain menggunakan pestisida yang tepat, juga perlu dilakukan dengan sistim monitoring.

Serangan penyakit yang perlu diwaspadai adalah penyakit embun tepung, penyakit ini muncul seiring dengan tumbuhnya tunas-tunas baru. Pada tingkat serangan parah akan mengakibatkan daun menjadi berlekuk dan berwarna kuning, serangan pada batang akan menyebabkan batang menjadi kecoklatan, kering lalu mati. Serangan penyakit ini merugikan karena merusak tunas-tunas baru yang merupakan tempat munculnya bunga-bunga baru sehingga akan menurunkan produksi buah.

(3)

Pengelolaan jeruk manis yang dilakukan di lahan kering atau di lahan pengairan yang terbatas airnya, peranan bahan organik menjadi sangat penting. Walaupun tidak dapat menggantikan kedudukan air, tetapi dapat berpengaruh terhadap penggunaan air hujan atau air irigasi yang sampai ke tanah. Selain itu, penggunaan bahan organik akan menciptakan sistim perakaran yang dalam dan ekstensif serta menciptakan agregat dan struktur tanah yang lebih bagus (Baon, 1998).

Bahan organik yang umum digunakan pada pengelolaan tanaman jeruk adalah pupuk kandang sapi. Sebagai salah satu alternatif pengurangan penggunaan pupuk kandang sapi, penggunaan bokashi mulai menyebar luas. Bokashi adalah fermentasi bahan organik dengan bahan dasar jerami/sekam, sampah organik, arang, pupuk kandang dll yang dicampur dengan effective mikroorganisms 4 (EM-4) yang berfungsi meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme yang menguntungkan di dalam tanah dan tanaman (Anonim, 1995) sehingga mampu menghambat perkembangan hama dan penyakit tanaman, meningkatkan kesehatan tanaman dan tanah serta menaikkan kualitas dan kuantitas panen (Higa, 1994). Pada tanaman tomat, dengan penambahan bokashi 100 kg/ha sampai 300 kg/ha dapat menaikkan tinggi tanaman, berat basah, jumlah buah per tanaman dan rata-rata jumlah buah (Wididana et al., 1991). Pemberian bokashi dengan takaran 250 gr/m2 ditambah pupuk anorganik tanpa bahan kimia tetapi ditambah pemberian EM Stock 2 kali per minggu selama 2 bulan mampu menghasilkan bobot umbi kentang 14.49 ton/ha, sedangkan cara petani menghasilkan 6.20 ton/ha (Hardianto et al 1998). Pada tanaman bawang merah di KP Margahayu Lembang pada jenis tanah Andosol, pemberian bokashi 5 ton/ha menghasilkan bobot kering umbi lebih tinggi dibandingkan pemberian bokashi 10 ton/ha dan bobot kering umbi akan meningkat 15.7 % (Anonim, 1997).

Penggunaan bokashi pada tanaman keras terutama tanaman buah-buahan belum banyak didokumentasikan, untuk itu pada pengelolaan kebun jeruk manis ini perlu dicobakan penggunaan bokashi sebagai alternatif pengurangan jumlah pemberian pupuk kandang sapi.

Tujuan pengkajian ini adalah untuk memperoleh paket teknologi perbaikan pengelolaan kebun jeruk manis yang lebih efisien dalam upaya meningkatkan produksi dan kualitas buah. Sedangkan sasarannya adalah peningkatan produksi buah sekitar 20% dari total produksi sebelumnya.

Hipotesa dari pengkajian ini adalah dengan rakitan teknologi pengelolaan kebun jeruk manis model B yaitu rakitan teknologi pengelolaan kebun jeruk manis sesuai anjuran BPTP Karangploso, tetapi telah mengalami perbaikan dalam hal pengolahan tanah di bawah tajuk dan penambahan bahan organik bokashi, akan mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas buah jeruk manis.

BAHAN DAN METODE

Pengkajian dilaksanakan di kebun IPPTP Tlekung, kecamatan Batu, kabupaten Malang, Jawa Timur dengan tinggi tempat ± 950 m di atas permukaan laut. Mulai bulan April 1998 - Maret 1999. Metode yang digunakan berdasarkan rancangan acak kelompok, 2 perlakuan dan diulang 10 kali dengan unit percobaan 6 pohon. Perlakuan terdiri dari : 1. Rakitan teknologi pengelolaan kebun jeruk manis model A.

2. Rakitan teknologi pengelolaan kebun jeruk manis model B. (Secara rinci rakitan teknologi model A dan B disajikan pada Tabel 1)

Satu blok pohon jeruk manis kelompok Valencia sebanyak 60 pohon dengan jarak tanam 4 m x 4 m berumur 8 tahun, dilakukan pemeliharaan sesuai rakitan teknologi pengelolaan kebun jeruk manis model A dan satu blok lainnya dengan varietas, jumlah, jarak tanam dan umur yang sama dilakukan pemeliharaan sesuai rakitan teknologi pengelolaan kebun jeruk manis model B.

Tabel 1. Rakitan teknologi pengelolaan kebun jeruk manis di Tlekung, Batu

No Rakitan teknologi model A Rakitan teknologi model B

1 PEMUPUKAN:

a. Pupuk kandang : 50 kg/ph (diberikan 6 bulan sekali)

b. Pupuk buatan : -Urea : 600 gr/ph

PEMUPUKAN

a. Bokashi (pukan+jerami+sekam, 1:1:1) 500 gr/ph (diberikan 6 bln sekali) ditambah 2 cc EM4/ltr.air/2 minggu

(4)

2 3 4 5 -SP 36: 300 gr/ph -ZK : 600 gr/ph (diberikan tiap 6 bulan) c. Pupuk daun :

- Multimikro : 1 cc/lt. air/ph

(diberikan 4 kali sebelum berbunga dan 4 kali setelah pentil buah)

PENGAIRAN : - Sesuai kondisi tanah

- Musim kemarau 600 ltr./15 hari PENGENDALIAN HAMA dan PENYAKIT - Insektisida : 2 cc/lt. air/ph sekali semprot - Akarisida : 2 cc/lt.air/ph sekali semprot - Fungisida : 3 gr/lt.air/ph sekali semprot (diberikan 10 hari sekali)

PEMANGKASAN

- Menghilangkan cabang/ranting yang sakit/rusak (sesuai kondisi tanaman) - Memangkas tangkai bekas buah (setelah panen )

- Menghilangkan tunas air (musim hujan)

PENGOLAHAN TANAH

- Tanah dibawah pohon seluas tajuk diolah secara melingkar

PEMBERANTASAN GULMA - Sesuai kondisi di lapang

c. Pupuk daun sama

PENGAIRAN - Sama

PENGENDALIAN HAMA dan PENYAKIT

-

Macam dan dosis pestisida sama, pemberian berdasarkan monitoring di lapang

PEMANGKASAN

- Sama

PENGOLAHAN TANAH

- Tanah dibuat gundukan dibawah pohon selebar tajuk

-Diolah dibagian luar tajuk -Dibuat saluran air disekelilingnya PEMBERANTASAN GULMA - Sama

(5)

6

Peubah yang diamati meliputi :  Lebar tajuk : 6 bulan sekali.  Pola pertunasan:2 minggu sekali.

 Jumlah bunga: setelah bunga mekar sempurna.  Jumlah buah: setelah panen.

 Dinamika populasi hama/penyakit: 2 minggu sekali atau sesuai kondisi lapang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengkajian ini tidak dapat memenuhi target karena sasaran semula yaitu peningkatan produksi ± 20 % tidak tercapai. Salah satu faktor yang menyebabkan adalah iklim, seperti diketahui bahwa dampak akibat adanya badai La Nina adalah terjadinya perubahan iklim yang tidak menentu. Pada tanaman jeruk dan pada tanaman keras umumnya perubahan iklim ini akan menyebabkan menurunnya produksi buah karena bunga yang dihasilkan mengalami kerontokan akibat turunnya hujan yang tidak teratur. Selain itu perubahan iklim juga mengakibatkan meningkatnya serangan hama dan penyakit. Pada tanaman jeruk manis serangan hama yang dominan adalah aphid, sedangkan penyakitnya adalah embun tepung.

Tabel 2. Rata-rata pertambahan lebar tajuk, jumlah bunga dan jumlah buah pada tanaman jeruk manis di Tlekung, Malang 1998.(The average increase of canopy, number of flower and number of fruit in citrus tree at Tlekung, Malang 1998) RAKITAN TEKNOLOGI PARAMETER Pertambahan Lebar Tajuk (cm) Jumlah Bunga (buah) Jumlah Buah (buah) U - S B - T

Rakitan teknologi pengelolaan kebun jeruk manis model A

25.20 a 33.80 a 242.40 a 4.9 a

Rakitan teknologi pengelolaan kebun jeruk manis model B

44.90 a 30.00 a 244.70 a 3.3 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan’s (

Number followed by the sames, same column are not significantly different at 5 % level of Duncan’s grouping)

U - S : Arah Utara - Selatan B - T : Arah Barat - Timur

Dari 2 model pengkajian yang dilakukan yaitu rakitan teknologi pengelolaan kebun jeruk manis sesuai anjuran BPTP Karangploso (model A) dan rakitan teknologi pengelolaan kebun jeruk manis sesuai anjuran BPTP Karangploso yang diperbaiki yaitu perbaikan pengolahan tanah di bawah tajuk dan penambahan bahan organik Bokashi (model B) ternyata kedua model belum menunjukkan pengaruh yang nyata pada setiap parameter yang diamati.

(6)

2). Pertambahan lebar tajuk arah Utara - Selatan relatif lebih baik dibandingkan arah Barat-Timur karena sinar matahari dapat diterima secara penuh oleh tajuk arah Utara - Selatan. Persentase perkembangan bunga menjadi buah sangat rendah sekali, faktor yang mempengaruhinya adalah 1) serangan hama/penyakit yang menyebabkan rusaknya calon buah dan akan mengakibatkan kerontokan 2) iklim yang tidak menentu yang mengakibatkan naiknya tingkat serangan penyakit dan 3) sifat genetis dari tanaman jeruk manis yang tingkat "fruit set" nya rendah yaitu sekitar 10%.

Gambar 1. Populasi aphids pada tanaman jeruk manis di IPPTP Tlekung

Populasi aphid tertinggi terjadi pada bulan Desember ‘98 yaitu 208 ekor/pohon untuk perlakuan model A dan 116 ekor/pohon untuk perlakuan model B. Populasi aphid terendah pada bulan Oktober ‘98 untuk perlakuan model A yaitu 6 ekor/pohon. Sedangkan perlakuan model B terendah pada bulan Nopember 1998 yaitu 6 ekor/pohon. Pada bulan Januari ‘99 populasi aphid antara perlakuan model A dan B relatif seimbang yaitu 28 ekor/pohon (Gambar 1). Serangan yang terjadi pada bulan Desember ‘98 mencapai titik tertinggi karena pada saat tersebut tunas-tunas baru mulai terbentuk, adanya tunas-tunas baru ini merupakan tempat yang sangat baik bagi perkembangan aphids.

Gambar 2. Populasi tungau pada tanaman jeruk manis di IPPTP Tlekung 1 195 208 28 90 5 6 116 38 77 0 50 100 150 200 250

Okt '98 Nop '98 Des '98 Jan '99 Peb '99

( eko r ) Model A Model B 23 11 8 5 1 50 15 7 8 2 0 10 20 30 40 50 60

Okt '98 Nop '98 Des '98 Jan '99 Peb '99

( eko

r

)

(7)

Serangan tungau paling tinggi terjadi pada bulan Oktober '98 yaitu 50 ekor/pohon untuk perlakuan model A dan 23 ekor/pohon untuk perlakuan model B. Populasi tungau mengalami penurunan mulai bulan Nopember '98 dan serangan terendah terjadi pada bulan Pebruari '99 yaitu 2 ekor/pohon untuk perlakuan model A dan 1 ekor/pohon untuk perlakuan model B (Gambar 2). Serangan tungau ini akan mengakibatkan warna daun menjadi buram karena mesofil daun rusak akibat cairan yang dihisap oleh hama tungau. Apabila serangan parah dapat menyebar sampai ke buah, buah akan berwarna coklat (nyawo). Serangan pada buah ini akan menurunkan harga jual sampai ± 30 %.

Gambar 3. Populasi Diaphorina citri pada tanaman jeruk manis di IPPTP Tlekung

Gambar 3 menunjukkan pola serangan Diaphorina citri yang hampir menyerupai dengan serangan tungau yaitu

mencapai puncaknya pada bulan Oktober '98 yaitu 12 ekor/pohon untuk perlakuan model A dan 11 ekor/pohon untuk perlakuan model B. Serangan mengalami penurunan mulai bulan Oktober '98 sampai pada titik terendah yaitu 0 ekor/pohon pada bulan Pebruari'99 untuk kedua model perlakuan (Gambar 3). Populasi Diaphorina citri yang mencapai 12 ekor/pohon perlu diwaspadai karena apabila hama tersebut sebagai vektor, kemungkinan tanaman jeruk terinfeksi oleh CVPD sangat besar. Kondisi ini sangat membahayakan karena penyakit ini belum mampu dikendalikan oleh jenis bahan kimia manapun. Yang dapat dilakukan adalah mengendalikan populasi Diaphorina citri sebagai vektor CVPD.

Gambar 4. Populasi ulat peliang daun pada tanaman jeruk manis di IPPTP Tlekung

Puncak serangan ulat peliang daun terjadi pada bulan Desember'98 yaitu 6 ekor/pohon untuk perlakuan model A 12 2 1 1 0 11 2 0 0 0 0 2 4 6 8 10 12 14

Okt '98 Nop '98 Des '98 Jan '99 Peb '99

( eko r ) Model A Model B 1 3 5 3 5 1 3 3 2 4 0 1 2 3 4 5 6

Okt '98 Nop 98 Des '98 Jan '99 Peb '99

( eko

r

)

(8)

dan pada bulan Pebruari'99 yaitu 4 ekor/pohon untuk perlakuan model B (Gambar 4). Berlawanan dengan pola serangan tungau dan Diaphorina citri, titik serangan terendah ulat peliang daun terjadi pada bulan Oktober'98 yaitu 1 ekor/pohon baik untuk perlakuan model A maupun B. Keseimbangan terjadi pada bulan Nopember'98 yaitu 3 ekor/pohon pada kedua perlakuan. Serangan hama ini akan menimbulkan alur putih keperak-perkan pada permukaan daun, pada tunas-tunas muda.

Gambar 5. Persentase serangan embun tepung pada tanaman jeruk di IPPTP Tlekung

Tingkat serangan embun tepung tertinggi terjadi pada bulan Desember'98 yaitu antara 15 %-18% untuk kedua model perlakuan (Gambar 5). Kondisi yang demikian ini dapat diartikan bahwa dalam satu pohon tunas-tunas muda yang terserang penyakit embun tepung akan mengalami kerusakan antara 15 % - 18% dari total tunas yang tumbuh. Untuk dapat tumbuh secara sempurna dan menghasilkan bunga, peluang tunas-tunas yang terserang tersebut sangat kecil sekali. Bekas-bekas yang ditimbulkan serangan penyakit ini adalah tepung pada bagian yang terserang dan terjadinya kerutan pada tunas yang mengering. Pada serangan parah akan menyebabkan kematian tunas. Apabila terjadi serangan ringan sedangkan tunas mulai berkembang menjadi tua, maka perkembangan jamur akan terhenti dengan meninggalkan becak kering hitam keabu-abuan. Penyakit ini merugikan karena yang diserang adalah tunas-tunas muda, sedangkan munculnya tunas-tunas muda biasanya akan diikuti dengan bunga, apabila tunas-tuans muda mengalami kerusakan maka akan menghambat munculnya bunga.

Pengendalian serangan penyakit ini menggunakan fungisida dari berbagai jenis secara bergantian, pada tingkat serangan yang parah pengendalian dengan pemangkasan langsung pada bagian yang terserang. Tindakan ini dianggap sangat merugikan, karena dengan pemangkasan berarti akan menghilangkan calon-calon munculnya bunga.

5 13 15 9 15 5 15 18 8 14 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Okt '98 Nop '8 Des '98 Jan '99 Peb '99

Pers en ta se ( % ) Model A Model B

(9)

Gambar 6. Pola pertunasan jeruk manis di IPPTP Tlekung

Pertumbuhan tunas tertinggi terjadi pada bulan Nopember ’98 yaitu 31% dan 32.7 % untuk perlakuan model A dan B. Terendah terjadi pada bulan Desember ’98 yaitu 15.4 % dan 11.4 % untuk perlakuan model A dan B (Gambar 6). Data pola pertunasan ini jika digabungkan dengan data curah hujan dan suhu dapat digunakan sebagai dasar untuk memprediksi saat-saat yang paling tepat untuk melakukan tindakan pengendalian pada hama dan penyakit tanaman jeruk manis, karena masing-masing mempunyai periode tertentu untuk menyerang tanaman. Sistim monitoring secara kontinyu juga sangat besar sekali keberhasilannya dalam pengendalian hama/penyakit

Selan faktor serangan hama/penyakit dan iklim, faktor lain yang sangat berpengaruh pada menurunnya produksi buah jeruk manis adalah sifat genetis tanaman. Dibandingkan dengan jenis jeruk lain, jeruk manis mempunyai sifat rendahnya kemampuan untuk menjadikan bunga menjadi buah (fruit set) yaitu berkisar 10%. Sifat ini tidak dapat diubah, yang perlu dilakukan adalah mempertahankan sisa buah yang jadi dari gangguan hama/penyakit serta pengaruh-pengaruh lain, agar buah dapat tumbuh secara normal.

KESIMPULAN

• Rendahnya produksi buah jeruk manis disebabkan oleh serangan hama/penyakit, iklim pada saat pengkajian yang kurang mendukung dan sifat genetis tanaman.

• Pemanfaatan pupuk organik bokashi dalam pengelolaan kebun jeruk manis pengaruhnya belum tampak pada satu tahun pengkajian. Demikian juga dengan perbaikan bentuk pengolahan tanah dibawah tajuk tidak akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman jeruk manis.

SARAN

Pengkajian dengan memanfaatkan pupuk organik bokashi pada tanaman tahunan sebaiknya dilakukan pada lebih dari satu tahun pengkajian sehingga pengamatan pertumbuhan tanaman dari fase vegetatif sampai generatif hingga panen dapat diamati secara lengkap dan tampak pengaruhnya.

20.4 31 15.4 20.7 23.2 30.6 32.7 11.4 13.2 28.95 0 5 10 15 20 25 30 35

Okt '98 Nop '98 Des '98 Jan '99 Peb '99

Pers en ta se ( % ) Model A Model B

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995. Bokashi. Fermentasi Bahan Organik Dengan Teknologi Effective Mikroorganisms (EM-4). Cara Pembuatan Dan Aplikasi. PT. Supramitra Sejati Surabaya. 8 p.

Anonim, 1997. Laporan Hasil-hasil Penelitian Tahun Anggaran 1996/1997. Bawang Merah Dalam Laporan Tahunan Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1996/1997. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Puslitbanghorti. Badan Litbang Pertanian. hal 40 - 90.

Baon, J.B. 1998. Konservasi Lengas Tanah Melalui Pemberian Bahan Organik Dan Mulsa. Warta Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao. Vol. 14/no.1/1998. Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao. Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia. 117 p.

Djoema'ijah dan Nurhadi, 1991. Budidaya Dan Pengelolaan Hama/Penyakit Tanaman Jeruk Bebas Penyakit Di Indonesia. Makalah Aplikasi Teknologi Pertanian. Surabaya, 23 - 24 September 1991. 12 p.

Hardianto, R, H. Sembiring, H. Suseno, M. Soleh, S.R Sumarsono dan D. Siswanto. 1998. Pengkajian Penggunaan Mikroorganisme Efektif Pada Sistim Usahatani Konservasi Berbasis Hortikultura Di Lahan Kering Vulkanik. Kumpulan Intisari Makalah Seminar Hasil Penelitian/Pengkajian BPTP Karangploso T.A 1998/1999. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso Malang. p 21 - 22.

Higa, T. 1994. Efective Mikroorganisms. Biologi Bagi Umat. Buletin Kyusei Nature Farming. Vol. 04/IKNFS/Th.II Juni 1994. Japan. 33 p.

Nurhadi dan Whittle, 1988. Pengenalan Dan Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman Jeruk. Sub Balai Penelitian Hortikultura Tlekung. 118 p.

Sumarno, 1994. Strategi Pengelolaan Plasma Nutfah Nasional. Makalah pada pelatihan"Pengelolaan Plasma Nutfah Pertanian". BLPP Ketindan-Lawang, 11 - 24 Desember 1994. 11 p.

Supriyanto, A., M. Sugiyarto, Sutopo, A. Sugiyatno, M. Suria, Nurhadi dan Setiono. 1994. Adaptasi Dan Optimasi Lahan Untuk Tanaman Jeruk. Laporan Hasil Penelitian Sub Balai Penelitian Hortikultura Tlekung 1993/1994. 57 p. Supriyanto, A.1996. Penyakit Penting Tanaman Jeruk, Upaya Pengendalian Serta Penyediaan Pohon Induk Jeruk Bebas

Penyakit. Makalah Seminar Masalah Produksi Dan Peredaran Bibit Jeruk. Jakarta, 17 Desember 1996. 13 p. Wididana, G.N, Wigenasantana, M.S and Teruo Higa, 1991. Aplication Of Microorganisms (EM) And Bokashi On Nature

Farming. Faculty Of Agriculture University. Jakarta. 8 p.

DISKUSI

1. Dr. Hasil Sembiring

• Apakah rekomendasi rakitan teknologi pengelolaan jeruk manis dapat diterapkan pada tanaman jeruk lain di

luar ?

• Hasil bokashi tidak nyata, apakah ini bisa disimpulkan ?

Ir. Agus Sugiyatno

• Bisa dilakukan, asal kondisi tanaman dan agroekologinya sama

• Tujuan utama penggunaan bokashi adalah memperbaiki teknologi yang sudah ada kenyataan di lapang, bahwa penggunaan bokashi pengaruhnya relatif sama dengan penggunaan pupuk kandang sehingga dapat disimpulkan penggunaan bokashi belum memberikan respon yang posotif terhadap pertumbuhan tanaman.

2. Ir. M. Cholil Mahfud, MS

• Masalah utama dalam pengkajian ini adalah serangan penyakit embun tepung, mengapa terjadi demikian ?

Ir. Agus Sugiyatno

• Serangan penyakit embun tepung terjadi karena ada perubahan kelembaban di alam. Adanya hujan yang turun

sekali kemudian berhenti dalam waktu yang lama akan memaacu munculnya penyakit ini.

3. Ir. Wigati Istuti

• Tujuan utama pengkajian ini adalah memperbaiki kondisi tanaman yang sudah rusak/kurang baik. Tentunya

(11)

Ir. Agus Sugiyatno

• Terima kasih atas sarannya. Respon tanaman pada tahun ke dua ini sudah mulai tampak perubahannya.

4. Al. Gamal P.

• Dalam pengkajian ini digunakan bokashi apakah kandungan unsur haranya sama dengan pengkajian lain dan

adakah standarisasi pembuatannya ? Ir. Agus Sugiyatno

• Kandungan unsur hara bokashi tergantung dari bahan yang digunakan. Pembuatannya sesuai dengan

petunjuk teknis yang ada selama ini.

5. Anwar

• Apakah jeruk yang ditanam dalam pengkajian ini bebas penyakit, apakah resisten terhadap penyakit ?

Ir. Agus Sugiyatno

• Bibit yang digunakan dalam pengkajian ini adalah bibit bebas penyakit, selama bibit dikelola dengan baik artinya dilakukan pengendalian hama/penyakit, sanitasi kebun dan pemupukan berimbang, bibit tanaman ini akan tumbuh dengan baik. Bibit ini tidak tahan terhadap hama/penyakit selama tidak dilakukan pengelolaan seperti tersebut di atas.

Gambar

Tabel 1. Rakitan teknologi pengelolaan kebun jeruk manis di Tlekung, Batu
Tabel 2.  Rata-rata  pertambahan  lebar  tajuk,  jumlah  bunga  dan  jumlah  buah  pada  tanaman  jeruk  manis  di  Tlekung, Malang 1998.(The average increase of canopy, number of flower  and number of fruit in citrus tree  at Tlekung, Malang 1998)  RAKITA
Gambar 2. Populasi tungau pada tanaman jeruk manis di IPPTP Tlekung 11952082890561163877050100150200250
Gambar 3 menunjukkan pola serangan Diaphorina citri yang hampir menyerupai dengan serangan tungau yaitu
+3

Referensi

Dokumen terkait

Cash flow (aliran kas) merupakan sejumlah uang kas yang keluar dan yang masuk sebagai akibat dari aktivitas perusahaan dengan kata lain adalah aliran kas yang terdiri

Sedangkan yang menjadi isu permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1).Apakah yang menjadi faktor penyebab kekerasan dalam Rumah Tangga yang Dilakukan oleh suami

Pengalaman Sebagai Penyaji Seminar / Lokakarya / Diskusi Tingkat Nasional Mengenai Wawasan Manjemen Pemerintahan Umum dan Daerah. Pokok-Pokok pikiran strategis politik

Seorang wanita cenderung akan mempunyai resiko yang semakin lebih besar ketika melahirkan, bahkan tidak jarang menimbulkan kematian pada ibu atau bayi yang

Pada fungsi ini, sistem akan menghasilkan rekomendasi koleksi-koleksi wallpaper yang belum pernah diunduh oleh pengguna, berdasarkan koleksi-koleski wallpaper yang telah

Dengan menggunakan analogi terhadap pembahasan tentang metode Euler dan metode Leap-Frog pada bab yang lalu, maka kita dapat menyimpulkan bahwa ketelitian untuk metode ini

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Untuk mengetahui seberapa besar minat berwirausaha siswa SMK Negeri 1 Adiwerna, (2)

Dengan model rancangan arsitektur enterprise yang digunakan dalam makalah ini sepenuhnya mengadopsi pada penerapan TOGAF ADM sebagai salah satu metode yang bisa digunakan