• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Sistem Pengendalian Internal Piutang Terhadap Piutang Tak Tertagih Pasien Rawat Inap Jaminan Perorangan (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Islam Asshobirin Tangerang Selatan) - Eprints UNPAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peranan Sistem Pengendalian Internal Piutang Terhadap Piutang Tak Tertagih Pasien Rawat Inap Jaminan Perorangan (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Islam Asshobirin Tangerang Selatan) - Eprints UNPAM"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

(Studi Kasus Pada Rumah Sakit Islam Asshobirin Tangerang Selatan)

Erika Astriani Aprilia

Universitas Pamulang

Holiawati

Universitas Pamulang

Abstraksi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan sistem pengendalian internal piutang terhadap piutang tak tertagih pasien rawat inap jaminan perorangan di Rumah Sakit Islam Asshobirin.Menggunakan metode kuantitatif, pengumpulan data melalui kuesioner, wawancara dan studi pustaka. Sampel yang digunakan sebanyak 78 responden, penetapan sampel dilakukan dengan disproportionate stratified random sampling. Pengujian hipotesis menggunakan Spearman Rank

Corelation dengan tingkat signifikansi 5%, koefisien determinasi (rs) dan uji-z.

Hasil pengujian didapatkan koefisien korelasi sebesar rs = 0,553. Koefisien

determinasi (rs2) sebesar 30,6% adalah besarnya peranan sistem pengendalian

internal terhadap piutang tak tertagih sisanya sebesar 69,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Nilai z-hitung 4,853 > z-tabel 1,645, dengan ketentuan

tersebut maka hipotesis H0 ditolak dan Ha diterima yaitu terdapat hubungan

positif dan signifikan antara sistem pengendalian internal piutang terhadap piutang tak tertagih.

(6)

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut maka keberadaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan mutlak dibutuhkan, baik berupa puskesmas, klinik kesehatan, balai pengobatan maupun rumah sakit, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta.

Berbeda dengan rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah, rumah sakit swasta yang dikelola oleh perorangan, yayasan maupun perseroan sangat bergantung pada pendapatan dari jasa pelayanan kesehatan untuk menjaga keberlangsungan hidup dan berkembangnya rumah sakit.

Pendapatan rumah sakit sebagian besar berasal dari piutang pelayanan kesehatan, dan macetnya piutang dapat mengganggu kegiatan operasional rumah sakit

Tak tertagihnya piutang tentunya menimbulkan kerugian bagi rumah sakit, namun rumah sakit tidak bisa menolak pasien yang membutuhkan pertolongan perawatan demi alasan kemanusiaan. Untuk itu diperlukan adanya pengendalian piutang pasien yang efektif terhitung dimulai semenjak pasien akan dirawat hingga pasien diperbolehkan pulang.Peranan pengendalian dan prosedur-prosedur penerimaan pasien sangat dibutuhkan untuk membantu manajemen rumah sakit dalam menentukan siapa dan kapan kredit dapat diberikan sehingga meminimalkan risiko yang mungkin terjadi akibat tidak tertagihnya piutang.

Berdasarkan penjabaran di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “PERANAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PIUTANG TERHADAP PIUTANG TAK TERTAGIH PASIEN RAWAT INAP JAMINAN PERORANGAN” Studi kasus pada Rumah Sakit Islam Asshobirin Tangerang Selatan.

1.2 Perumusan Masalah

Untuk menghindari kerancuan dalam pembahasan dan luasnya permasalahan, maka masalah yang sudah ditetapkan dibuat perumusannya sebagai berikut:

a. Bagaimanakah sistem pengendalian internal piutang di RS. Islam Asshobirin? b. Bagaimanakah piutang tak tertagih pasien rawat inap jaminan perorangandi

(7)

c. Bagaimana peranan sistem pengendalian internal piutang terhadap piutang tak tertagih pasien rawat inap jaminan perorangan di RS. Islam Asshobirin?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dengan dilakukannya penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pengendalian internal piutang di RS. Islam Asshobirin. b. Untuk mengetahui piutang tak tertagih pasien rawat inap jaminan perorangan

di RS. Islam Asshobirin.

c. Untuk mengetahui seberapa jauh peranan sistem pengendalian internal piutang terhadap piutang tak tertagih pasien rawat inap jaminan perorangan di RS. Islam Asshobirin.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat di ambil dari penulisan ilmiah ini adalah dapat menambah pengetahuan mengenai sistem pengendalian internal piutang khususnya pada ruang lingkup rumah sakit.Bagi akademis, penulisan ilmiah ini diharapkan menjadi suatu bahan pustaka, referensi, serta dapat membantu pembaca, khususnya mahasiswa yang mempunyai minat untuk meneliti peranan sistem pengendalian internal piutang terhadap piutang tak tertagih.

Manfaat praktis, penulisan ilmiah ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan masukan untuk perkembangan yang lebih lanjut mengenai kinerja pelayanan pegawai di rumah sakit tersebut serta mengambil tindakan- tindakan koreksi yang dibutuhkan.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengendalian Internal

Pengendalian intern berhubungan dengan kebijaksanaan dan prosedur yang ditetapkan oleh perusahaan untuk memberikan kepastian yang wajar agar tujuan perusahaan dapat dicapai. Pengendalian intern merupakan salah satu alat untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa semua transaksi telah diotorisasi dan dicatat serta diolah seluruhnya dengan cermat dan tepat waktu.

(8)

memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini:

a. Keandalan pelaporan keuangan,

b. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, c. Efektivitas dan efesiensi operasi.

Menurut Sukrisno Agoes (2012:100) pengendalian intern terdiri dari lima komponen yang saling terkait berikut ini: (1) Lingkungan Pengendalian,(2)Penaksiran Risiko (3) Aktivitas Pengendalian (4) Informasi dan komunikasi (5) Pemantauan

2.2 Piutang

Merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran kepada para pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Menurut Soemarso (2005:338) piutang (trade receivable) adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dan jasa yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan.

Serupa dengan pendapat di atas menurut Kieso, Weygant dan Warfield (2005:346), piutang adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya

Melengkapi pendapat para ahli di atas, Warren Reeve Fess (2008:346) menambahkan bahwa yang disebut piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya.

Berdasarkan KMK No.1981 Tahun 2012 tentang Pedoman Akuntansi Badan Layanan Umum (BLU) Rumah Sakit (2012:25), piutang merupakan hak yang muncul dari penyerahan pelayanan jasa atau penyerahan uang, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Badan Layanan Umum (BLU) rumah sakit dan pihak lain, yang mewajibkan pihak lain tersebut untuk melunasi pembayaran atas jasa yang telah diterimanya atau utangnya setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan.

Piutang pada BLU rumah sakit menurut sumber terjadinya dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu piutang pelayanan dan piutang lain-lain.

Piutang Pelayanan

Piutang pelayanan adalah piutang yang timbul karenapenyerahan pelayanan (jasa)dalam rangka kegiatan rumah sakit, seperti piutang kepada pasien rawat inap dan rawat jalan.

a) Piutang Umum/Perorangan, b) Piutang Jaminan:

(9)

(3)Piutang Jaminan Asuransi,

(4)Piutang Jaminan BLU rumah sakit lain, (5)Piutang Jaminan Lainnya.

(6)Piutang Pelayanan Lainnya.

Piutang Lain-lain

Piutang lain-lain adalah piutang yang timbul di luar kegiatan pelayanan medis, yang jumlahnya tidak material, seperti piutang karyawan

a) Piutang pegawai/karyawan, b) Piutang sewa,

c) Piutang lainnya.

Piutang Tak Tertagih

Menurut Warren Reeve Fess (2005:407) beban operasi yang muncul karena tidak tertagihnya piutang dinamakan beban piutang tak tertagih (uncolectible accounts

expense), beban piutang sangsi (bad debt expense), atau bebab piutang ragu-ragu

(doubtful accounts expense).Tanpa memperhatikan kriteria yang digunakan dalam

pemberian kredit dan prosedur penagihan yang diterapkan, biasanya sebagian dari penjualan kredit dipastikan tidak akan tertagih.

2.3 Pasien

Pasien atau pesakit adalah seseorang yang menerima perawatan medis. Kata pasien dari bahasa Indonesia analog dengan kata patient dari bahasa Inggris.

Patient diturunkan dari bahasa Latin yaitu patiens yang memiliki kesamaan arti

dengan kata kerja pati yang artinya "menderita"orang sakit (yang dirawat dokter), penderita (sakit).

2.4 4 Rawat Inap

Dikutip dari Yel Mahesa (2009:7) rawat inap adalah pemeliharaan kesehatan rumah sakit dimana penderita tinggal/mondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari pelaksana pelayanan kesehatan atau rumah sakit pelaksana pelayanan kesehatan lain.

2.5 5 Jaminan Perorangan

Mengutip dari http://kuliahade.wordpress.com istilah jaminan perorangan berasal dari kata borgtocht, dan ada juga yang menyebutkan dengan istilah jaminan imateriil. Pengertian jaminan perorangan menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan (2001), mengartikan jaminan imateriil (perorangan) adalah:Jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan debitur umumnya.

(10)

a. Mempunyai hubungan langsung pada orang tertentu; b. Hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu; dan c. Terhadap harta kekayaan debitur umumnya.

3. METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Tempat penelitianRumah Sakit Islam Asshobirin yang berkedudukan di Jalan Raya Serpong Km.11 Pondok Jagung, Serpong Utara - Tangerang Selatan, Banten. No Telp. 021-538 4314, No Fax. 021-539 439.

Penelitian ini dilakukan dalam rentang waktu Desember 2013 sampai dengan Februari 2014 yang didahului dengan studi pendahuluan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi di lapangan yaitu, RS Islam Asshobirin.

3.2 Metode Penentuan Sampel.

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan yang terlibat dalam proses penerimaan hingga kepulangan pasien rawat inap.

2. Sampel

a. Teknik Pengambilan Sampel

Terdapat berbagai teknik sampling yang dapat digunakan, namun dalam penelitian ini akan digunakan teknik disproportionate stratified random

sampling..

b. Menentukan Sampel dari Populasi

Untuk mempermudah penentuan sampel, penelitian menggunakan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan dari Isaac dan Michael, untuk tingkat kesalahan 1%, 5%, dan 10%.

Diketahui jumlah total populasi 100 orang, jadi sampel (n) dari populasi 100 dengan tingkat kesalahan 5% adalah 78 orang/responden.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan metode yang digunakan peneliti dalam rangka mengumpulkan data-data statistik yang diharapkan dapat untuk menjawab dan menjelaskan permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Data dapat dibedakan antara data primer dan data sekunder.

(11)

Menurut J.Suprapto (2000:10), data primer adalah data yang dikumpulkan dan dioleh sendiri oleh suatu organisasi atau perseorangan langsung dari objeknya. a. Penelitian Lapangan (FieldResearch)

1) Interview (Wawancara),

2) Kuesioner (Angket), 3) Observasi, yaitu 2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.

Studi Kepustakaan (LibraryResearch)

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data sekunder, yaitu penelitian yang dilakukan melalui pengumpulan data dengan membaca sumber-sumber, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan melalui buku-buku yang menjadi buku wajib dalam mata kuliah yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas

(independentvariable) dan variabel terikat (dependentvariable). Dimana variabel

bebasnya adalah sistem pengendalian internal piutang (X) dan variabel terikatnya adalah piutang tak tertagih (Y).

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode studi kasus pada Rumah Sakit Islam Asshobirin. Dikatakan kuantitatif karena data yang digunakan berupa angka atau numerik dan masalah yang dteliti sudah jelas.

Data penelitian diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang dinilai menggunakan skala Guttman, menurut Sugiyono (2010:96) skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya-tidak”; “benar-

salah”; “pernah-tidak pernah”; “positif-negatif” dan lain-lain. Selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, skala Guttman dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol.

2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan secara bertahap, tahapan pengujian ini meliputi uji validitas, uji realibilitas dan uji statistik.

a. Uji validitas

(12)

r =

Keterangan:

n XY -

[n X2 – ( X)2][n Y2 – ( Y)2]

X : skor dari instrumen 1 Y : skor dari instrumen 2

XY : hasil kali dari skor X dengan skor Y untuk setiap responden X2 : kuadrat skor isntrumen 1

Y2 : kuadrat skor instrumen 2

b. Uji Realibilitas

Korelasi dicari dengan menggunakan rumus koefisien Pearson Product

Moment sebagai berikut:

n XY - r =

[n X2 – ( X)2][n Y2 – ( Y)2]

Keterangan:

X : skor dari instrumen 1 Y : skor dari instrumen 2

XY : hasil kali dari skor X dengan skor Y untuk setiap responden X2 : kuadrat skor instrumen 1

Y2 : kuadrat skor instrumen 2

Angka korelasi yang diperoleh tersebut adalah angka korelasi dari alat pengukur yang dibelah. Langkah berikutnya adalah dengan mencari angka reliabilitas untuk keseluruhan item dengan menggunakan rumus

SpearmanBrown:

r

i

=

Keterangan:

ri :angka reliabilitas keseluruhan item

rb : angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua

c. Uji Korelasi SpearmanRank

Penggunaan korelasi SpearmanRan berdasarkan Sugiyono (2010:153) dimana disebutkan untuk menguji hipotesis assosiatif/hubungan (korelasi)

X Y

(13)

s

bila datanya berbentuk ordinal maka digunakan teknik statistik korelasi

SpearmanRank.

Rumus:

rs = 1 -

Keterangan:

2

n3 – n

rs = koefisien korelasi SpearmanRank

di = selisih ranking data variabel X n = banyaknya sampel

Apabila proporsi angka kembar cukup besar, maka dalam perhitungan koefisien korelasi (rs) perlu dimasukkan faktor koreksi dan formula menjadi seperti berikut ini:

Keterangan: T= Faktor koreksi

t= jumlah variabel yang memiliki angka sama.

d. Koefisien Determinasi (r 2)

2

Koefisien determinasi (rs ) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi variabel terikat. Nilai koefisien determinasi adalah nilai nol dan satu. Rumus untuk mencari koefisien determinasi adalah:

2

Kd = rs x 100%

e. Uji Statistik Koefisien Korelasi (Uji Z)

(14)

z = rs

1) Jika z-hitung <z-tabel (α, n-k) atau (α/2, n-k); H0 diterima dan Ha

ditolak.

2) Jika z-hitung >z-tabel (α, n-k) atau (α/2, n-k); H0 ditolak dan Ha

diterima.

4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Sistem Pengendalian Internal

Uji Validitas

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi pearson, data yang diperoleh kemudian diolah mengggunakan program SPSS 21: dan program Microsoft Excel 2010. Adapun hasil uji validitas variabel sistem pengendalian piutang dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 1

Hasil Uji Validitas Instrumen Sistem Pengendalian Internal Piutang

Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan

1 0,449 0,223 Valid 2 0,480 0,223 Valid 3 0,491 0,223 Valid 4 0,268 0,223 Valid 5 0,516 0,223 Valid 6 0,303 0,223 Valid 7 0,232 0,223 Valid 8 0,426 0,223 Valid 9 0,257 0,223 Valid 10 0,402 0,223 Valid 11 0,497 0,223 Valid 12 0,295 0,223 Valid 13 0,405 0,223 Valid 14 0,318 0,223 Valid 15 0,622 0,223 Valid

(15)

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan membandingkan besarnya angka r- kuesioner atau statistik dengan r-tabel didapatkan r-hitung> r-tabel 0,223 maka skor butir dinyatakan valid

Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan internalconsistency

dengan teknik belah dua (split-half) yang dianalisis dengan rumus

SpearmanBrown. Data diolah dengan bantuan Microsoft Excel 2010.

n XY - r =

[n X2 – ( X)2][n Y2 – ( Y)2]

78(2749) – (474)(440) r =

[78(3.082) - (474)2] [78(2588) - (440)2]

214.422 – 208.560 r =

[240.396 – 224.676] [201.864 -193.600]

5.862 r =

129.910.080

5.862 r =

11.398

r = 0,514

Koefisien korelasi ini selanjutnya dimasukkan dalam rumus SpearmanBrown.

r

1

=

=

=

0,679

Jadi reliabilitas instrumen sistem pengendalian internal piutang adalah sebesar 0,679.

Dari tabel diketahui bahwa n-2 = 76, harga r5% = 0,223. Dengan demikian dapat

disimpulkan instrumen variabel X reliabel karena nilai reliabilitasnya sebesar 0,679 lebih besar daripada r5% = 0,223. Karena berdasarkan uji coba instrumen ini

(16)

sudah valid dan reliabel seluruh butirnya, maka instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data.

4.2 Piutang Tak Tertagih

Uji Validitas

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi pearson, data yang diperoleh kemudian diolah mengggunakan program SPSS 21 dan program Microsoft Excel 2010. Adapun hasil uji validitas variabel sistem pengendalian piutang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2

Hasil Uji Validitas Instrumen Piutang tak Tertagih

Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan Microsoft Excel

Dari uji coba tersebut semua butir instrumen memiliki nilai r-hitung lebih besar dari r-tabel sebesar 0,223 kecuali untuk butir nomor 4, sehingga butir nomor 4 tidak dapat digunakan sebagai intrumen penelitian karena tidak valid sementara butir pertanyaan lainnya dapat digunakan sebagai intrumen penelitian.

Uji Reliabilitas

(17)

n XY - r =

[n X2 – ( X)2][n Y2 – ( Y)2]

78(2.219) – (499)(337) r =

[78(3.353) - (499)2] [78(1.573) - (337)2]

173.082 – 168.163 r =

[261.534 – 249.001] [122.694 – 113.569

4.919 r =

114.363.625

4.919 r =

10.694

r = 0,460

Koefisien korelasi ini selanjutnya dimasukkan dalam rumus SpearmanBrown.

r

1

=

=

=

0,630

Jadi reliabilitas instrumen piutang tak tertagih = 0,630, selanjutnya angka reliabilitas tersebut dibandingkan dengan tabel r productmoment. Dari tabel diketahui bahwa n-2 = 76, harga r5% = 0,223. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa instrumen variabel Y reliabel karena nilai reliabilitasnya sebesar 0,630 lebih besar daripada r5% = 0,223. Karena berdasarkan uji coba

instrumen ini sudah valid dan reliabel ke 14 butirnya, butir nomor 4 tidak dihitung karena tidak valid, maka instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data.

(18)

4.3 Peranan Sistem Pengendalian Internal Piutang Terhadap Piutang Tak tertagih

Tabel 3

Saldo Piutang dan Piutang Tak Tertagih Pasien Jaminan Perorangan RS Islam Asshobirin Tahun 2012-2013

Tahun 2012 2013

Piutang 6.934.755 52.973.529

Piutang Tak Tertagih 6.934.755 35.023.560

Sumber : Data diolah sendiri

Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bahwa ada peningkatan yang sangat signifikan dari tahun 2012 k e tahun 2013 yaitu sebesar 505%. Penyebab membengkaknya piutang pada tahun 2013 adalah dikarenakan wali pasien yang memiliki koneksi dengan manajemen Rumah Sakit Islam Asshobirin sehingga ada kelonggaran khusus yang diberikan pada wali pasien tersebut sesuai dengan perjanjian dengan pihak manajemen rumah sakit.

Untuk piutang tak tertagih tahun 2013 masih dalam proses penagihan lebih lanjut sehingga angka tersebut masih dapat berkurang, namun yang perlu dicermati adalah tahun 2012 dimana 100% piutang tidak tertagih dan menjadi beban rumah sakit meskipun angkanya jauh lebih kecil dibanding tahun 2013.

Adapun berdasarkan hipotesis yang diajukan, maka penelitian ini menggunakan pengujian satu arah (one-tailed). Pengujian satu arah ini dilakukan untuk mengetahui hipotesis yang sudah diketahui arahnya.

Uji Korelasi SpearmanRank

Pengujian hipotesis menggunakan korelasi SpearmanRank adalah untuk menentukan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung korelasi tersebut adalah: a. Menetapkan ranking variabel X dan Y, serta selisih kuadrat rangking tersebut.

Dalam mengolah ranking ini menggunakan bantuan Microsoft Excel 2010 yang kemudian hasilnya diolah menggunakan rumus sebagai berikut:

rs = 1 -

2

(19)

= 1 -

6(34.495)

783 – 78

2.690.610 = 1 -

474.474

= 1 - 0,436

= 0,564

Koefisien korelasi RankSpearman antara variabel X dan Y yang didapat dari hasil perhitungan tersebut adalah sebesar 0,564 yang berarti hubungan antar variabel adalah sedang atau cukup kuat.

b. Dikarenakan terdapat sejumlah data kembar dengan proporsi cukup besar, maka perlu dimasukkan faktor koreksi (T) untuk mendapatkan koefisien korelasi Rank Spearman yang lebih akurat. Rumus untuk menghitung faktor koreksi adalah:

t3 - t T =

12

Hasil perhitungan angka kembar tersebut disajikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4

Perhitungan Faktor Koreksi atas Skor Berangka Sama Korelasi Angka Kembar Variabel X

Skor Sama Jumlah Tx

5 3 2

8 5 10

9 7 28

11 14 227,5

12 15 280

13 10 82,5

14 17 408

15 5 10

(20)

Tabel 5

Perhitungan Faktor Koreksi atas Skor Berangka Sama Korelasi Angka Kembar Variabel Y

Skor Sama Jumlah Tx

5 2 0,5

7 2 0,5

8 3 2

9 11 110

10 12 143

11 15 280

12 11 110

13 9 60

14 12 143

Total Ty 77 849

Sedangkan jumlah kuadrat untuk X dan Y adalah: n3 - n

x2 = - 1.048 12

783 - 78 = - 1.048

12

474.552 -78

= - 1.048 12

= 39.539,5 – 1.048

=38.491,5

n3 - n

y2 = - 849 12

783 - 78 = - 849

(21)

474.552 -78 = - 849

12

= 39.539,5 – 849

= 38.690,5

Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka dapat diketahui rs sebagai berikut:

x2 + y2 - di2 rs =

2 x2 y2

38.491,5 + 38.690,5 – 34.495 rs =

2 (38.491,5)( 38.690,5)

rs =

42.687

77.182

rs = 0,553

Nilai rssebelumnya adalah 0,564 dan nilai rsyang menggunakan faktor koreksi

yaitu 0,553, maka nilai rs yang digunakan adalah nilai yang menggunakan faktor

koreksi yaitu 0,553. rsyang bernilai positif menunjukkan terdapat hubungan yang

positif dan searah, yang artinya apabila terjadi kenaikan pada variabel X, maka akan diikuti kenaikan variabel Y. Adapun mengenai kuat lemahnya hubungan antara variabel X dan Y dapat dilihat dari tabel di bawah ini

Tabel 6

Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat Sumber: Sugiyono (2010:184)

(22)

Uji Koefisien Determinasi

Uji ini dilakukan untuk mengukur kemampuan variabel independen, yaitu sistem pengendalian internal (X) dalam menjelaskan variabel dependen yaitu piutang tak tertagih (Y). Berikut adalah perhitungan manual koefisien determinasi:

Kd = rs 2= (0,553)2= 0,306 = 30,6%

Angka tersebut memiliki arti bahwa sistem pengendalian internal yang efektif berperan sebesar 30,6% dalam meminimalisasi piutang tak tertagih, sementara sisanya (100%-30,6%) sebesar 69,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis.

Uji Statistik Koefisien Korelasi (Uji Z)

Hipotesis dilakukan untuk menentukan adanya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 78, maka untuk sampel besar (n > 30) maka pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan z-hitung dengan z-tabel Perhitungan untuk mencari nilai z-hitung adalah sebagai berikut:

z = rs z = 0,553 z = 4,853

Dengan ketentuan tersebut, dapat diketahui bahwa z tabel (0,05, 78-2) = 1,645. Karena

pengujian menggunakan satu arah (one-tailed) maka batasnya adalah 1,645. Berdasarkan hal tersebut maka Ha diterima dan H0 dtolak karena nilai zhitung> ztabel

yaitu 4,853 > 1,645.

(23)

5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1. Sistem pengendalian internal di Rumah Sakit Islam Asshobirin telah berjalan dengan cukup baik, terlihat dari ada terpenuhinya unsur-unsur pengendalian internal.

2. Upaya dalam menekan piutang tak tertagih telah memadai dengan adanya kebijakan uang muka perawatan untuk pasien jaminan perorangan, penagihan yang dilakukan secara berkala selama pasien dirawat serta pengendalian penerimaan kas yang cukup baik.

3. Terdapat peranan yang positif dan signifikan antara sistem pengendalian internal terhadap piutang tak tertagih, yaitu:

a. Koefisien korelasi menunjukkan adanya hubungan antara variabel independen, sistem pengendalian internal dengan variabel dependen, piutang tak tertagih. Hal ini terlihat dari angka korelasi positif sebesar 55,3% yang berarti hubungan antar variabel adalah cukup kuat dan searah. b. Angka koefisien determinasi (rs) sebesar 30,6% menunjukkan besaran

kontribusi sistem pengendalian internal terhadap piutang tak tertagih Rumah Sakit Islam Asshobirin. Sedangkan sisanya 69,4% disebabkan oleh faktor- faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis.

c. Pengujian hipotesis mendapatkan angka z-hitung 4,853 > z-tabel 1,645. Maka H0 ditolak dan Ha diterima. Diduga sistem pengendalian internal

memiliki peranan yang positif dan signifikan terhadap piutang tak tertagih.Berdasarkan hasil pengujian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem pengendalian internal memiliki peranan yang positif dan signifikan dalam meminimalisasi piutang tak tertagih dan tingkat hubungannya cukup kuat.

5.2 Saran

Bertolak dari pembahasan peranan antara sistem pengendalian internal terhadap piutang tak tertagih, saran yang dapat penulis sampaikan adalah:

1. Bagi Perusahaan

a. Standard Operating Prosedur (SOP) seharusnya disosialisasikan kepada

(24)

b. Terlalu banyaknya tugas yang dibebankan pada suatu bagian yang tidak diikuti dengan penambahan sarana dan prasarana untuk mendukung kinerja karyawan sehingga tugas yang dilakukan menjadi maksimal.

c. Penetapan uang muka yang berbeda sesuai dengan diagnosa pasien dan tingkatan kelas yang dipilih.

d. Pemberian insentif untuk karyawan yang melakukan penagihan ke rumah pasien setelah pasien pulang rawat karena selama ini tugas penagihan pasca rawat dibebankan pada kasir rawat inap dan hanya dilakukan via telpon. 2. Untuk penelitian selanjutnya dapat dikembangkan dengan penambahan

variabel lain serta dilakukan pada rumah sakit dengan tipe rumah sakit yang lebih tinggi untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik.

Referensi

Agoes, Sukrisno,“Auditing petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan

Publik”Edisi 4 Buku 1,Salemba Empat,Jakarta,2012.

Anwar Hidayat,”Spearman Rho Excel”Artikel Diakses Tanggal 28 Maret 2014

http://statistikian.blogspot.com/2013/02/spearman-rho-excel.html.

Divianto,”Peranan Audit Operasional Terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan

Rawat Inap di Rumah Sakit”,Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi

(JENIUS) Vol.2 No.2 Mei 2012.

Hasan, M. Iqbal,”Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan

Aplikasinya”,Ghalia Indonesia,Jakarta,2002.

Iskandar,Serafin Trijanti,”Analisis Piutang Tidak Tertagih Pasien Rawat Inap

Jaminan Perorangan di Rumah Sakit Pluit Tahun 2002-2003”,Tesis,

Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia,2004

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. KMK No. 1981 Tahun 2010 Tentang Pedoman Akuntansi BLU Rumah Sakit.

Kieso, Donald.E, Jerry J.Weygandt, Terry D.Warfield,”AkuntansiIntermediate

Jilid I ”, Edisi Keduabelas,Erlangga,Jakarta,2005.

Konsultan Statistik, “Pengujian Satu Arah dan Dua Arah” Artikel Diakses

Tanggal 28 Maret

2014,http://www.konsultanstatistik.com/2009/03/pengujian-satu-arah- dan-dua-arah.html

Kuliahade’s, Blog,Artikel Diakses Tanggal 05 Oktober

2013,http://kuliahade.wordpress.com//2010/06/25/hukum-jaminan- jaminan-perorangan/.htm.

La Midjan, dan Azhar Susanto,”Sistem Informasi Akuntansi I:Pendekatan Manual

Penyusunan Metode dan Prosedur”, Edisi ke-8,Lingga

(25)

M. A. Yulianto,”Uji Korelasi Spearman”,artikel diakses tanggal 22 Maret 2014, dari http://digensia.files.wordpress.com/2013/07/09/uji-korelasi- spearman/.htm

Mulyadi,“Auditing Buku 1”,Edisi Keenam Cetakan Kedelapan,Salemba Empat, Jakarta.2011.

Mulyadi,“SistemAkuntansi”,Cetakan Keempat,Salemba Empat, Jakarta.2008.

Raymanel, Fretta,“Analisis Manajemen Piutang Pasien Rawat Inap Jaminan

Asuransi di Rumah Sakit XYZ Tahun 2012”,Penelitian,Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,2012.

Soemarso,“Akuntansi Suatu PengantarBuku1”,Edisi Lima (Revisi),Salemba

Empat,Jakarta,2004.

Sugiyono,”Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D”,Alfabeta,Bandung,2010.

Supranto,J,“Statistik:Teori dan Aplikasi” Edisi Keenam,Erlangga ,Jakarta.2000

Trihendradi, C,“Step by Step IBM SPSS 21:Analisis Data

Statistik”,Andi,Yogyakarta,2013.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 4 Perhitungan Faktor Koreksi atas Skor Berangka Sama
Tabel 5
+2

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk lingkaran menjadi lambang keutuhan dan kesatuan; kita semua, seluruh umat, bersatu padu untuk bersyukur dan membangun Gereja Paroki Santa Maria Regina, Bintaro Jaya

Berdasarkan hasil dari penelitian dan analisis data yang terkumpul dengan judul “korelasi antara teaching skill doen statistik dengan sikap ilmiah mahasiswa

Wilayah yang paling potensial untuk dikembangkan menjadi industri biopellet yaitu di wilayah Kecamatan Jelbuk dengan nilai akhir sebesar 202.836.Kecamatan Jelbuk layak

Kondisi ini menjadi potensi besar dalam upaya pencegahan perambahan hutan TNKS oleh masyarakat penyangga karena juga memperlihatkan bahwa frekuensi masyarakat

Pada hari pertama sampai hari ke-7, gambaran karunkula (hypoechoic), lokia (anechoic), lapisan miometrium, dan endometrium (hypoechoic) yang dipisahkan oleh lapisan pembuluh

Tekanan juga datang dari data neraca perdagangan Indonesia yang masih mengalami defisit pada kali kelima, namun defisit tersebut terus berkurang Saham-saham yang kiranya

Maheni Br Sembiring tidak setuju dinikahkan dengan laki-laki pilihan abangnya sebagai wali nasab yang bertempat tinggal di Desa Arimmas Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo oleh

Doncs bé, el que ens diu, implícitament i explícitament, l'estructura de títols universitaris sobre educació que s'està implantant amb l'excusa de Bolonya, és que hi ha uns