UJI ANALGETIK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN KEPEL (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) PADA MENCIT PUTIH JANTAN SWISS
DENGAN METODE RANGSANG KIMIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh: Indra Perdana NIM: 048114066
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam
kelemahanlah kuasaku menjadi sempurna
( II Korintus 12:9)
I dedicated this work for:
Jesus Christ
All generous and kind persons, who give their blood for
them who need it
My Father and My Mother,
who gave me life and love
My little sister, Yipi
for all the inspiration when I was confused
for all you gave to me
My honor Almamater
And everybody who ever
entered my life
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Uji Analgetik Ekstrak Etanol 70% Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) pada Mencit Putih Jantan Swiss dengan Metode Rangsang Kimia”, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata satu.
Dalam menyusun skripsi ini penyusun banyak mendapat bantuan berupa
bimbingan, dorongan, sarana, maupun finansial dari berbagai pihak. Untuk itu
penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada
1. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
2. Arief Rahman Hakim, M.Si, Apt., selaku Dosen Pembimbing Utama atas
bimbingan, pengarahan, dan dukungannya selama penelitian sampai penyusunan
skripsi ini.
3. Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
masukan, kritik,dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
4. dr. Fenty, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan, kritik,dan
saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Segenap dosen yang telah memberikan waktu dan bimbingan yang sangat
bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Mas Heru, Mas Parjiman, Mas Kayat dan Mas Ottok yang telah membantu dalam
terlaksananya penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
7. Teman-teman seperjuanganku di Laboratorium, Anggi, Mei, Siska dan Filisia,
yang banyak membantu saat penelitian.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
penyelesaian skripsi ini.
Penyusun menyadari bahwa penelitian yang telah dilakukan untuk
penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Walaupun demikian penyusun
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan perkembangan
ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, Juni 2008
Penyusun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
INTISARI
Tanaman kepel (Stelechocarpus burahol (Bl.) Hook. f. & Th.) sering digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk menurunkan kadar kolesterol, memperlancar air seni (diuretik), pengobatan asam urat, alat pencegah kehamilan tradisional, dan juga sebagai deodoran alami.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian acak lengkap pola satu arah. Metode yang digunakan adalah metode induksi kimia. Empat puluh dua ekor mencit jantan, galur Swiss, berat badan antara 20-30 gram, umur 2-3 bulan, dibagi secara acak yaitu kelompok kontrol negatif yang diberi CMC-Na 0,5%, kelompok kontrol positif yang diberi parasetamol dosis 91 mg/kgBB, dan kelompok yang diberi perlakuan ekstrak etanol daun kepel per oral dalam 4 peringkat dosis berturut-turut sebesar 35 mg/kgBB; 140 mg/kgBB; 560 mg/kgBB; dan 2240 mg/kgBB. Limabelas menit kemudian mencit diinduksi asam asetat dosis 100 mg/kgBB secara intraperitonial. Geliat yang timbul diamati dan dicatat tiap 5 menit selama 60 menit. Jumlah kumulatif geliat diubah ke dalam bentuk persen penghambatan terhadap geliat. Data yang diperoleh dianalisis secara
statistik dengan One-way ANOVA dilanjutkan dengan uji LSD dengan taraf
kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol daun kepel mempunyai efek analgetik. Persen penghambatan terhadap geliat untuk parasetamol dosis 91 mg/kgBB sebesar 55,71 % dan ekstrak etanol daun kepel dosis 35 mg/kgBB; 140 mg/kgBB; 560 mg/kgBB; dan 2240 mg/kgBB berturut-turut sebesar 38,04%; 58,21%; 77,75%; dan 43,24%.
Kata kunci: analgetik, ekstrak etanol daun kepel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACT
Kepel plants(Stelechocarpus burahol (Bl.) Hook. f. & Th.) often used by Indonesian people to decrease cholesterol level, diuretic, nerve acid therapy, prevent pregnancy traditionally, and natural deodorant.
The genre of this research is pure experimental in which the program of this research is random research plan, complete, and one-direction pattern. The method used in this research is chemical induction method. The research uses 42 male mice of Swiss groove, it weights 20-30 grams, and the age is 2-3 months. The 42 mices are divided into 6 groups based on its treatment, are the group of negative control is given CMC-Na 0,5%, the group of positive control is given paracetamol dosage 91 mg/kgBB, and the group of treatment is given extract ethanol of kepel leaves per orally in four different various dosage respectively, i.e.: 35 mg/kgBW; 140 mg/kgBW; 560 mg/kgBW; and 2240 mg/kgBW. Fifteen minutes after the treatment, the mice is induced by acetate acid with dosage 100 mg/kgBB intra peritoneally. The writhes are watched closely and booked every 5 minutes in 60 minutes. The accumulation numbers of the writhes are transferred into the form of resistance percentage toward the writhes. The data which is got from the calculation, later, is analyzed statistically with one-way ANOVA test, then, the step is continued with LSD
with interval 95%.
The result showing that ethanolic extract of kepel’s leaves has analgetic effect. Analgetic effect paracetamol at 91 mg/kgBW respectively, 55.71% and ethanolic extract of kepel’s leaves at 35 mg/kgBW; 140 mg/kgBW; 560 mg/kgBW; and 2240 mg/kgBW, respectively, 38.04%; 58.21%; 77.75%; and 43.24%.
Key words : analgetic, ethanolic exstract of kepel’s leaves
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi
PRAKATA ... vii
INTISARI ... ix
ABSTRACT ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I. PENGANTAR ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Permasalahan ... 2
C. Keaslian Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 7
1. Manfaat teoritis ... 7
2. Manfaat praktis ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 8
A. Tanaman Kepel ... 8
1. Keterangan Botani... 8
2. Deskripsi ... 8
3. Kandungan kimia ... 9
4. Khasiat ... 10
B. Flavonoid ... 10
1. Sifat kelarutan dan isolasi ... 11
2. Karakterisasi ... 12
3. Kegunaan ... 12
C. Metode Penyarian ... 13
1. Infudasi ... 13
2. Maserasi ... 14
3. Perkolasi ... 14
D. Radikal Bebas dan Antioksidan ... 15
1. Radikal bebas ... 15
2. Antioksidan ... 17
E. Nyeri ... 18
F. Analgetika ... 23
1. Analgetika narkotik ... 23
2. Analgetika non narkotik ... 24
G. Parasetamol ... 25
H. Metode Pengujian Efek Analgetik ... 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
1. Golongan analgetika narkotika ... 26
2. Golongan analgetika nonnarkotika ... 29
I. Landasan Teori ... 30
J. Hipotesis ... 31
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 32
A. Jenis Rancangan Penelitian ... 32
B. Variabel dan Definisi Operasional ... 32
1. Variabel utama ... 32
2. Variabel pengacau ... 32
3. Definisi operasional ... 33
C. Bahan Penelitian ... 34
D. Alat atau Instrumen Penelitian ... 35
E. Tata Cara Penelitian ... 36
1. Pembuatan sediaan uji ... 36
2. Pemilihan hewan uji ... 40
3. Penetapan kriteria geliat ... 40
4. Uji pendahuluan ... 41
5. Pengujian efek analgetik kelompok perlakuan ... 45
6. Analisis data ... 47
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49
A. Pengumpulan Bahan dan Pembuatan Serbuk ………... 49
B. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Kepel ... 50
C. Uji Pendahuluan ... 51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
1. Penetapan dosis asam asetat ... 51
2. Penetapan kontrol negatif ... 53
3. Penetapan dosis parasetamol dan dosis ekstrak etanol daun kepel ... 55
4. Penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap parasetamol ... 59
5. Penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap ekstrak etanol daun kepel ... 61
D. Pengujian Efek Analgetik Kelompok Perlakuan ... 64
E. Perbandingan Daya Analgetik Ekstrak Etanol Daun Kepel Antara Mencit Jantan dan Mencit Betina ... 70
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 73
A. Kesimpulan ... 73
B. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 74
LAMPIRAN ... 78
BIOGRAFI PENULIS ... 112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jumlah kumulatif geliat pada penetapan dosis asam asetat ... 52
Tabel 2. Jumlah kumulatif geliat pada penetapan kontrol negatif ... 54
Tabel 3. Jumlah kumulatif geliat dan % penghambatan terhadap geliat
pada penetapan dosis parasetamol dan ekstrak etanol daun
kepel ... 57
Tabel 4. Hasil analisis uji LSD % penghambatan terhadap geliat pada
penetapan dosis parasetamol dan ekstrak etanol daun kepel ... 58
Tabel 5. Jumlah kumulatif geliat dan % penghambatan terhadap geliat
pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap
parasetamol ... 59
Tabel 6. Hasil analisis uji LSD % penghambatan terhadap geliat pada
penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap
parasetamol ... 61
Tabel 7. Jumlah kumulatif geliat dan % penghambatan terhadap geliat
pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap
ekstrak ... 62
Tabel 8. Hasil analisis uji LSD % penghambatan terhadap geliat pada
penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap ekstrak
etanol daun kepel ... 63
Tabel 9. Jumlah kumulatif geliat dan % penghambatan terhadap geliat
pada seluruh kelompok perlakuan ... 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Tabel 10. Hasil analisis uji LSD % penghambatan terhadap geliat pada
seluruh kelompok perlakuan ... 67
Tabel 11. Persen penghambatan terhadap geliat seluruh kelompok
perlakuan pada mencit jantan dan mencit betina ... 70
Tabel 12. Data jumlah geliat mencit pada penetapan dosis asam asetat ... 83
Tabel 13. Data jumlah geliat mencit pada penetapan kontrol negatif ... 85
Tabel 14. Data jumlah geliat mencit pada penetapan dosis parasetamol
dan ekstrak etanol daun kepel ... 87
Tabel 15. Data % penghambatan terhadap geliat pada penetapan dosis
parasetamol dan ekstrak etanol daun kepel ... 89
Tabel 16. Data jumlah geliat mencit pada penetapan selang waktu
pemberian asam asetat terhadap parasetamol ... 91
Tabel 17. Data % penghambatan terhadap geliat pada penetapan selang
waktu pemberian asam asetat terhadap parasetamol ... 94
Tabel 18. Data jumlah geliat mencit pada penetapan selang waktu
pemberian asam asetat ekstrak etanol daun kepel ... 96
Tabel 19. Data % penghambatan terhadap geliat pada penetapan selang
waktu pemberian asam asetat terhadap ekstrak etanol daun
kepel ... 98
Tabel 20. Data jumlah kumulatif geliat mencit pada pengujian efek
analgetik seluruh kelompok perlakuan ... 100
Tabel 21. Data % penghambatan terhadap geliat pada pengujian efek
analgetik seluruh kelompok perlakuan ... 106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Tabel 22. Data potensi relatif ekstrak terhadap parasetamol pada pengujian
efek analgetik... 109
Tabel 23. Data % penghambatan terhadap geliat seluruh kelompok
perlakuan pada mencit jantan dan mencit betina ... 110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Struktur kimia isolat ekstrak etanol daun kepel ... 9
Gambar 2. Kerangka dasar tipe-tipe flavonoid ... 11
Gambar 3. Perombakan asam arakhidonat ... 21
Gambar 4. Mekanisme Nyeri ... 22
Gambar 5. Struktur molekul Parasetamol ... 25
Gambar 6. Skema kerja penelitian ... 48
Gambar 7. Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat pada penetapan dosis asam asetat ... 52
Gambar 8. Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat pada penetapan kontrol negatif ... 54
Gambar 9. (a) Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat, (b) Diagram batang rata-rata % penghambatan terhadap geliat pada penetapan dosis parasetamol dan ekstrak etanol daun kepel ………... 57
Gambar 10. (a) Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat, (b) Diagram batang rata-rata % penghambatan terhadap geliat pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap parasetamol ………... 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
Gambar 11. (a) Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat, (b) Diagram batang rata-rata % penghambatan terhadap geliat pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap ekstrak ... 62
Gambar 12. (a) Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat, (b) Diagram batang rata-rata % penghambatan terhadap geliat pada seluruh kelompok perlakuan ... 66
Gambar 13. Diagram batang perbandingan efek analgetik seluruh kelompok perlakuan antara mencit jantan dan mencit betina ... 71
Gambar 14. Tanaman kepel ... 80
Gambar 15. Buah kepel... 80
Gambar 16. Serbuk daun kepel ... 81
Gambar 17. Ekstrak etanol daun kepel ... 81
Gambar 18. Empat peringkat dosis ekstrak etanol daun kepel ... 82
Gambar 19. Geliat mencit ... 82
Gambar 20. Plot penyebaran vs tingkat geliat terhadap perlakuan ... 103
Gambar 21. Plot penyebaran vs tingkat geliat terhadap jenis kelamin ... 103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat determinasi tanaman kepel... 78
Lampiran 2. Foto tanaman, buah, serbuk daun kepel, ekstrak etanol
daun kepel, empat peringkat dosis ekstrak etanol daun
kepel, dan geliat mencit... 80
Lampiran 3. Data jumlah kumulatif geliat mencit dan hasil analisis
statistik pada penetapan dosis asam asetat ... 83
Lampiran 4. Data jumlah kumulatif geliat mencit dan hasil analisis
statistik pada penetapan kontrol negatif ... 85
Lampiran 5. Data jumlah kumulatif geliat mencit dan hasil analisis
statistik pada penetapan dosis parasetamol dan ekstrak etanol
daun kepel ... 87
Lampiran 6. Data % penghambatan terhadap geliat dan hasil analisis
statistik pada penetapan dosis parasetamol dan ekstrak etanol
daun kepel ... 89
Lampiran 7. Data jumlah kumulatif geliat mencit dan hasil analisis statistik
pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap
parasetamol ... 91
Lampiran 8. Data % penghambatan terhadap geliat dan hasil analisis
statistik pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat
terhadap parasetamol ... 94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
Lampiran 9. Data jumlah kumulatif geliat mencit dan hasil analisis statistik
pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap
ekstrak etanol daun kepel ... 96
Lampiran 10. Data % penghambatan terhadap geliat dan hasil analisis
statistik pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat
terhadap ekstrak etanol daun kepel ... 98
Lampiran 11. Data jumlah kumulatif geliat mencit dan hasil analisis statistik
pada pengujian efek analgetik seluruh kelompok perlakuan .. 100
Lampiran 12. Data % penghambatan terhadap geliat dan hasil analisis
statistik pada pengujian efek analgetik seluruh kelompok
perlakuan ... 106
Lampiran 13. Data potensi relatif ekstrak terhadap parasetamol pada
pengujian efek analgetik ... 109
Lampiran 14. Hasil analisis statistik % penghambatan terhadap geliat antara
mencit jantan dan betina pada pengujian efek analgetik seluruh
kelompok perlakuan ... 110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia telah mengenal dan menggunakan obat tradisional
sejak dahulu kala. Obat tradisional merupakan salah satu alternatif yang digunakan
sebagai sarana perawatan kesehatan dan untuk menanggulangi berbagai macam
penyakit diantaranya sebagai antiinflamasi dan nyeri. Penggunaan obat tradisional
oleh masyarakat indonesia dilakukan karena obat tradisional dianggap relatif lebih
aman, praktis dan mudah untuk dibuat.
Nyeri merupakan suatu gejala yang umum dan sering terjadi mengikuti
salah satu atau lebih penyakit. Hampir sebagian besar penyakit memberi gejala nyeri
yang dimanifestasikan dalam bentuk rasa sakit pada organ atau jaringan pada tubuh
(Anonim, 1991).
Tanaman kepel (Stelechocarpus burahol (Bl.) Hook. f. & Th.) biasanya digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional. Secara ilmiah, telah dilakukan
banyak penelitian mengenai tanaman kepel. Pada pemberian infusa daun kepel
memiliki aktivitas anti inflamasi (Sriwidodo, 2004). Mekanisme terjadinya inflamasi
mirip dengan nyeri dimana terjadi pelepasan mediator-mediator penyebab
peradangan seperti serotonin, bradikinin, prostaglandin, dll. Oleh karena itu apabila
suatu zat memiliki antiinflamasi dimungkinkan zat tersebut juga memiliki efek
analgetik. Sutomo (2003) dan Supriyatna (2007) melaporkan adanya kandungan
senyawa flavonoid pada daun kepel. Hal ini berhubungan dengan senyawa flavonoid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pada daun kepel yang dapat menetralkan radikal bebas. Apabila radikal bebas di
dalam tubuh jumlahnya berlebih maka dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
Adanya flavonoid dapat menetralkan radikal bebas sehingga jumlahnya akan
berkurang dan rasa nyeri dapat dicegah.
Seberapa besar daya analgetik tanaman kepel sampai sekarang belum
diketahui, sehingga dalam penelitian ini akan dilakukan uji efek analgetik dari
ekstrak etanol daun kepel pada mencit putih jantan dan akan dibandingkan pengaruh
jenis kelamin mencit terhadap besarnya daya analgetik ekstrak etanol daun kepel.
Pengujian efek analgetik yang dilakukan terhadap ekstrak etanol daun kepel
menggunakan metode rangsang kimia. Hal ini dikarenakan metode rangsang kimia
dapat digunakan sebagai langkah pengujian awal untuk mengetahui apakah suatu
senyawa memiliki efek analgetik atau tidak, selain itu metode ini sederhana dan
mudah dilakukan. Hewan uji yang digunakan dalam metode uji rangsang kimia
adalah mencit sebagaimana tercantum dalam acuan (Turner, 1965).
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan yang timbul antara
lain adalah :
1. Apakah ekstrak etanol daun kepel memiliki efek analgetik terhadap mencit putih
jantan melalui metode rangsang kimia?
2. Berapa besar persen daya analgetik yang dimiliki ekstrak etanol daun kepel
terhadap mencit putih jantan melalui metode rangsang kimia?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
C. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai Uji Analgetik Ekstrak Etanol 70% Daun Kepel pada
Mencit Putih Jantan Swiss dengan Metode Rangsang Kimia belum pernah dilakukan
sebelumnya. Adapun penelitian tentang tanaman kepel yang pernah dilakukan
adalah:
1. Toksisitas Akut Ekstrak Metanol dan Ekstrak Kloroform Daun Kepel
(Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) Terhadap Larva Artemia salina
Leach (Widiastuti, 2000). Hasil menunjukkan bahwa ekstrak metanol
menunjukkan efek toksik dengan LC50 257 μg/ml, sedangkan ekstrak kloroform
tidak toksik dengan LC50 1053 μg/ml.
2. Pengaruh Infusa Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) Terhadap Kadar Asam Urat Serum Darah Ayam Terinduksi Hati (Hening, 2002).
Hasil menunjukkan bahwa infusa daun kepel dengan dosis 0,98 g/kgBB; 1,47
g/kgBB; dan 2,205 g/kgBB terbukti mampu menurunkan kadar asam urat dalam
serum darah ayam. Makin tinggi dosis maka kemampuan menurunkan kadar
asam urat semakin besar.
3. Skrining Fitokimia dan Penentuan Identitas Makroskopik dan Mikroskopik Daun
Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) (Oktaviani, 2002). Hasil pemisahan KLT menunjukkan bahwa daun kepel mengandung senyawa kimia
golongan antrakinon, flavonoid, dan kumarin.
4. Uji Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) Terhadap Penghambatan Pertumbuhan Sel HELA (Aryuni, 2002).
Hasil menunjukkan ekstrak metanol daun kepel bersifat sitotoksik terhadap sel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
HELA secara in vitro dengan LC50 setelah inkubasi selama 72 jam sebesar
334,10 μg/ml.
5. Penurunan Asam Urat Darah Ayam Jantan Braille Hiperurisemia Oleh Fraksi
Ekstrak Metanol Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) (Sutomo, 2003). Hasil menunjukkan bahwa fraksi larut petroleum eter dosis 100
mg/kgBB dan fraksi tidak larut petroleum eter dosis 50; 100; dan 150 mg/kgBB
mampu menurunkan kadar asam urat darah ayam hiperurisemia.
6. Pembuatan Ekstrak Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th)
Secara Kempa Langsung Dengan Kombinasi Avicel pH 102® dan Di-Cafos®
Sebagai Bahan Pengisi-Pengikat (Restiyaningsih, 2004). Hasil menunjukkan
bahwa ekstrak daun kepel dapat dibuat jadi sediaan tablet dengan sifat fisik yang
memenuhi persyaratan tablet dengan menggunakan kombinasi Avicel pH 102®
dan Di-Cafos® sebagai bahan pengisi-pengikat.
7. Toksisitas Akut-Oral Ekstrak Etanolik Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) pada Mencit (Ariningsih, 2004). Hasil menunjukkan bahwa
potensi ketoksikan akut-oral ekstrak etanolik daun kepel pada mencit tergolong
hampir tidak toksik dan tidak menyebabkan kematian dengan harga LD-50 semu
sebesar > 5635,7 mg/kgBB.
8. Variasi Kadar Amprotab Sebagai Bahan Penghancur Dalam Pembuatan Tablet
Ekstrak Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) Secara
Granulasi Kering (Ardanie, 2004). Hasil menunjukkan bahwa variasi kadar
Amprotab antara 5-15% sebagai bahan penghancur berpengaruh terhadap daya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
serap dan waktu hancur tablet. Semakin besar kadar Amprotab maka semakin
besar daya serap tablet dan semakin cepat waktu hancur tablet.
9. Uji Aktivitas Anti Inflamasi Infusa Daun Kepel Pada Tikus Jantan Wistar
Dengan Metode Udema Kaki Belakang (Sriwidodo, 2004). Hasil menunjukkan
bahwa sediaan infusa daun kepel yang diberikan per oral mempunyai daya anti
inflamasi pada tikus yang diinduksi karagenin 1% secara subplanar. Daya anti
inflamasi pada dosis 0,5; 1,0; 2,0; dan 3 g/kgBB masing-masing sebesar 44,33;
67,00; 71,29; dan 50,91%.
10.Toksisitas Akut Infusa Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) pada Mencit Jantan (Maspa, 2005). Hasil menunjukkan bahwa potensi ketoksikan
akut infusa daun kepel pada mencit tergolong dalam kategori toksik ringan dan
dengan harga LD50 semu sebesar > 8190 mg/kgBB.
11.Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid Antioksidan Penangkap Radikal
Bebas Dari Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) (Sunarni, 2006). Hasil menunjukkan bahwa peneliti berhasil mengisolasi dan
mengindetifikasi senyawa flavonoid golongan flavon dalam fraksi etanol infusa
daun kepel.
12.Standarisasi Simplisia dan Ekstrak Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) (Purwantiningsih, 2005). Hasil menunjukkan bahwa dalam fraksi
n-heksana daun kepel terdapat senyawa golongan terpenoid, flavonoid dan
senyawa yang belum dapat diidentifikasi dengan menggunakan KLT.
13.Uji Aktivitas Hiperurikemia Ekstrak Etanol Daun Kepel (Stelechocarpus burahol
(Bl) Hook. f. & Th) Pada Tikus Putih Jantan Sprague Dawley Serta Penentuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Kandungan Senyawa Fenolik dan Flavonoid Totalnya (Supriyatna, 2007). Hasil
menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kepel mampu menurunkan kadar asam
urat serum hingga 77,78% pada hari ke-19 setelah pemberian ekstrak etanol daun
kepel dosis 400 mg/kgBB per oral.
14.Uji Ekstrak Etanol Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) Terhadap Aktivitas Enzim Xantin Oksidase Secara In Vitro (Aryadi, 2007). Hasil
menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kepel mempunyai potensi dalam
menghambat aktivitas xantin oksidase sebesar 17,78 ± 2,69% pada konsentrasi
500 μg/ml.
15.Uji Fraksi n-heksana Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) Terhadap Aktivitas Enzim Xantin Oksidase Secara In Vitro (Kurniawati, 2007).
Hasil menunjukkan bahwa fraksi n-heksana daun kepel pada konsentrasi 0,5 dan
5 μg/ml dapat menghambat aktivitas enzim xantin oksidase dengan presentasi
penghambatan yang signifikan dibanding blanko, sedang pada konsentrasi 500
μg/ml menyebabkan pengikatan aktivitas enzim xantin oksidase sebesar 15,00 ±
1,41%.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna tentang
penggunaan tanaman obat tradisional sebagai analgetika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
tentang kegunaan daun kepel sebagai analgetika.
E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui adanya efek analgetik ekstrak etanol daun kepel terhadap mencit
putih jantan.
2. Mengetahui besarnya daya analgetik ekstrak etanol daun kepel terhadap mencit
putih jantan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Tanaman Kepel 1. Keterangan Botani
Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) termasuk kedalam familia Annonaceae (Backer dan Bakhuizen, 1963). Dikenal denga beberapa nama
daerah sebagai berikut :
Sunda : burahol, turalak
Jawa : kepel, kecindul, simpul, cindul (Hutapea, 1994)
2. Deskripsi
Habitat : pohon, tinggi ± 12 m
Batang : tegak, bulat, berkayu, percabangan monodial, coklat.
Daun : tunggal, lonjong, panjang 8-20 cm, lebar 4-6 cm, ujung dan pangkal
meruncing, halus, pertulangan bawah menonjol mengkilat, hijau.
Bunga : majemuk, bentuk tandan, tersebar di batang dan cabang, tangkai
silindris, panjang 4 cm, benang sari dan putik halus kuning, mahkota
lonjong, kuning.
Buah : buni, bulat, kulit kasar, diameter 5 cm, coklat.
Biji : bentuk ginjal, halus, hitam, mengkilat
Akar : tunggang, putih kotor (Hutapea, 1994)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
3. Kandungan kimia
Daging buah, biji, dan akar Stelechocarpus burahol, mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol, disamping itu bijinya juga mengandung alkaloida dan
daunnya juga mengandung flavonoid dan polifenol (Hutapea, 1994). Sutomo (2003)
dan Supriyatna (2007) melaporkan adanya flavonoid pada daun kepel. Sunarni
(2006) berhasil mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa flavonoid golongan
flavon pada fraksi etanol ekstrak air daun kepel yaitu :
- Isolat A1 : 7,3’,4-trihidroksi-5-0-gula-flavon
- Isolat B2 : 5,4’-dihidroksi-7-0-tersubtitusi-3-0-gula flavon
- Isolat B3 : 5,7,4’-trihidroksi-3-0-gula flavon
- Isolat B4a : 3,7,4’-trihidroksi flavon
- Isolat B4b : 3,7,3’,4’-tetrahidroksi-5-metilflavon
Dari kelima isolat tersebut, isolat B4b memiliki aktivitas antioksidan paling
tinggi dibanding isolat lain. Hal ini mungkin dikarenakan isolat B4b mempunyai
gugus o-diOH dan 3-OH bebas. Struktur kimia untuk kelima isolat di atas dapat dilihat pada gambar 1.
O
O OH
Gula O
OH OH
O
OH OH
O
OH
O Gula
Isolat A1 Isolat B3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
O
OH RO
O
OH
O Gula
O OH
O
OH
OH
Isolat B2 Isolat B4a
O
CH3
OH
O
OH OH
OH
Isolat B4b
Gambar 1. Struktur kimia isolat ekstrak etanol daun kepel (Sunarni, 2006)
4. Khasiat
Daging buah kepel berkhasiat sebagai obat radang ginjal dan peluruh air
seni (Hutapea, 1994). Dalam masyarakat buah kepel juga bermanfaat sebagai
deodoran alami dan alat pencegah kehamilan tradisional (Siswono, 2002). Khasiat
daun kepel antara lain sebagai pengobatan asam urat (Sutomo, 2003), menurunkan
kadar kolesterol (Siswono, 2002) dan sebagai antiinflamasi (Sriwidodo, 2004).
B. Flavonoid
Flavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau dan sebenarnya
terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepungsari,
nektar, bunga, buah buni, dan biji (Markham, 1988). Kerangka dasar flavonoid dan
sistem penomoran untuk turunan flavonoid terlihat pada gambar 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
C C C
O
A B
1 2
3 4 5 6 7
8
1' 2' 3'
4'
5' 6'
1a 1b
Gambar 2. Kerangka flavonoid (1a) dan sistem penomoran turunan flavonoid (1b) (Robinson, 1995)
1. Sifat kelarutan dan isolasi
Secara individual, kelarutan senyawa flavonoid sangat bermacam-macam
sesuai dengan golongan dan substitusi yang terjadi. Flavonoid terdapat dalam bentuk
bebas sebagai aglikon maupun terikat dengan gula sebagai glikosida. Adanya gula
yang terikat flavonoid cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam
air. Dengan demikian glikosida flavonoid juga larut dalam pelarut polar seperti
etanol, metanol, butanol, aseton, dimetilsulfida, dimetilformamida dan air.
Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, flavon, serta
flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut nonpolar
seperti eter, etil asetat, dan kloroform (Markham, 1988).
Metode yang banyak dikembangkan untuk pemisahan dan karakterisasi
flavonoid adalah kromatografi kertas. Sejumlah kecil sampel dapat dipisahkan
dengan efisien dengan metode tersebut. Kromatografi lapis tipis (KLT) juga
merupakan cara analisis cepat yang memerlukan bahan yang sangat sedikit. Penjerap
dan pengembang yang digunakan pada umumnya sama dengan penjerap dan
pengembang untuk kromatografi kertas (Markham, 1988).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2. Karakterisasi
Pencirian golongan flavonoid dapat dilakukan berdasarkan reaksi warna dan
sifat kelarutannya. Jika tidak ada pigmen yang mengganggu, flavonoid dapat
dideteksi dengan diberi uap amonia dan akan memberikan warna-warna yang
spesifik. Flavon dan flavonol menunjukkan warna kuning, kalkon dan auron
menunjukkan warna lembayung sampai merah (Robinson, 1995).
Flavonoid dengan alumunium klorida (AlCl3) membentuk senyawa
kompleks berwarna kuning. Reaksi yang terjadi antara AlCl3 dengan gugus hidroksi
dan karbonil yang bertetangga membentuk kompleks yang tahan asam, sedangkan
reaksi yang terbentuk antara AlCl3 dengan gugus o-dihidroksi membentuk kompleks
yang tak stabil dalam suasana asam (Markham, 1988).
Larutan asam borat dan natrium asetat akan membentuk senyawa kompleks
dengan gugus o-dihidroksi pada senyawa flavonoid baik pada cincin A atau B dari
inti flavonoid. Efek dari pereaksi ini akan memberikan pergeseran panjang
gelombang dan berguna pada analisis golongan flavonoid (Mabry dkk,1970).
3. Kegunaan
Flavonoid berkhasiat sebagai antiinflamasi, antialergi, antithrombolik,
vasoprotektif sebagai penghambat promotor tumor dan untuk proteksi pada mukosa
saluran cerna atau gastrik. Efek-efek tersebut berhubungan dengan pengaruh
flavonoid pada metabolisme asam arakhidonat (Evans, 2002).
Di antara senyawa flavonoid yang telah lama dikenal dan merupakan suatu
kelompok antioksidan yakni, kelompok polifenol memiliki kemampuan sebagai
scavenger superoksida, oksigen singlet, dan radikal peroksi lipid (Sitompul, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Beberapa penelitian melaporkan bahwa aktivitas antioksidan flavonoid ditentukan
oleh gugus tertentu dalam struktur flavonoid tersebut. Karakteristik struktur
flavonoid yang mampu memberikan efek antioksidan antara lain karena adanya (1)
gugus katekol (o-dihidroksi) pada cincin B yang mempunyai sifat sebagai donor proton, (2) gugus pirogalol (trihidroksi) pada cincin B, (3) gugus 4-oxo pada cincin
heterosiklik, (4) gugus 3-OH pada cincin heterosiklik, serta (5) gugus 5-OH dan
7-OH yang potensial pada keadaan tertentu (Middleton dkk, 2000 cit Ladoangin,
2004). Cos dkk (1998) melaporkan aktivitas flavonoid sebagai penurun kadar asam
urat melalui penghambatan enzim xantin oksidase.
C. Metode Penyarian
Penyarian merupakan peristiwa pemindahan massa. Zat aktif yang semula
berada di dalam sel ditarik oleh cairan penyari, sehingga terjadi larutan zat aktif
dalam cairan penyari tersebut. Secara umum penyarian dapat dibedakan menjadi
infudasi, maserasi, dan perkolasi (Anonim, 1986).
Infudasi merupakan proses penyarian yang umumnya digunakan untuk
menyari zat kandungan aktif larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian
dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah terserang oleh kuman
dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh tidak boleh disimpan lebih dari 24
jam. Cara ini sangat sangat sederhana dan sering digunakan oleh perusahaan obat
tradisional. Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia
nabati dengan air pada suhu 90° C selama 15 menit (Anonim, 1986).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana. Maserasi dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif,
zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif
di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak ke luar.
Peristiwa tersebut berulang, sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan
di luar sel dan di dalam sel. Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang
mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari. Cairan penyari yang
digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut lain (Anonim, 1986).
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi adalah
sebagai berikut: serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang
bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah
melalui serbuk tersebut, sehingga cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel
yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh (Anonim, 1986).
Cara perkolasi lebih baik daripada dengan cara maserasi karena:
1. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi
dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat
perbedaan konsentrasi,
2. Ruangan di antara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat
mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut maka kecepatan
pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas sehingga dapat meningkatkan
perbedaan konsentrasi (Anonim,1986).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode perkolasi.
Cairan penyari yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 70%. Etanol
digunakan sebagai penyari karena lebih selektif, kapang atau kuman sulit tumbuh
dalam etanol di atas 20%, tidak beracun, bersifat netral, absorpsinya baik, dapat
bercampur dengan air, panas yang digunakan untuk pemekatan lebih sedikit, dan
mudah didapat (Anonim, 1986).
D. Radikal Bebas dan Antioksidan 1. Radikal Bebas
Radikal bebas adalah suatu spesies yang mempunyai jumlah elektron ganjil
atau elektron yang tidak berpasangan tunggal pada lingkaran luarnya. Elektron tidak
berpasangan tersebut menyebabkan instabilasi dan bersifat reaktif. Radikal bebas
akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut sehingga
menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi sel, bahkan kematian sel. Molekul
utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas yaitu DNA, lemak, dan
protein (Setiati, 2003).
Radikal bebas dalam tubuh diproduksi baik secara eksogen dan secara
endogen. Secara endogen, radikal bebas diproduksi oleh mitokondria, membran
plasma, lisosom, retikulum endoplasma, dan intisel. Secara eksogen, radikal bebas
berasal dari asap rokok, polutan radiasi, obat-obatan, dan pestisida (Setiati, 2003).
Radikal bebas yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan jaringan sehingga
menimbulkan nyeri. Dalam proses peradangan, radikal bebas terbentuk ketika asam
arakhidonat dikonversikan menjadi peroksida baik melalui jalur siklooksigenase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
maupun lipoksigenase. Ketika terjadi kerusakan jaringan organ, jumlah radikal bebas
meningkat seiring dengan peningkatan produksi peroksida, padahal tubuh
memproduksi antioksidan endogen yang terbatas. Apabila jumlah radikal bebas
makin banyak, antioksidan endogen tak mampu lagi melumpuhkannya secara efektif
sehingga harus ada tambahan antioksidan dari luar (eksogen) yang berasal dari bahan
makanan (Sibuea, 2004).
Berikut ini adalah jenis-jenis dari radikal bebas :
a. Radikal superoksida (O2⎯)
Radikal ini merupakan jenis radikal yang paling banyak dan terbentuk bila 1
molekul O2 menerima 1 elektron.
O2 → O2⎯
Superoksidan bersifat reaktif atau reduktan dapat bereaksi dengan substansi
biologik. Reaktivitas O2⎯ sangat terbatas karena adanya dismutasi spontan yang
dapat terjadi pada pH fisiologik, membentuk H2O2 dan O2. Tetapi dengan
terbatasnya reaktivitas O2⎯ menyebabkan radikal ini dapat berdifusi dan bereaksi
dengan substratnya dalam jarak yang relatif lebih jauh dari tempat asalnya.
b. Hidrogen peroksida
Penambahan 1 elektron pada radikal O2⎯ menghasilkan ion peroksida O2 2- yang
tidak besifat radikal, dan pada pH fisiologik akan segera mengalami protonasi
membentuk H2O2. Meskipun bukan radikal bebas, akumulasi H2O2 dapat
berbahaya bila terdapat bersama-sama dengan logam (Fe, Cu) atau zat-zat kelator
karena akan bereaksi membentuk radikal hidroksil yang sangat reaktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
c. Radikal hidroksil
Radikal fisi homolitik O-O akan menghasilkan 2 molekul radikal hidroksil, OH⎯. Reaksi homolitik ini dapat terjadi karena pengaruh panas atau radiasi ionisasi.
Selain itu, radikal hidroksil juga dapat terbentuk dari H2O2 dengan adanya
ion-ion logam (Fe2+, Cu+), menurut reaksi Fenton, dan dengan adanya kelator melalui
reaksi Haber-Weiss:
Fe2+ + H2O2 → Fe3+ + OH. + OH¯
Cu+ + H2O2 → Cu2+ + OH. + OH¯
Radikal hidroksil adalah oksidan yang sangat reaktif dan tidak stabil. Radikal
bebas dapat bereaksi dengan hampir semua substrat biologik. Karena sangat
reaktif efek radikal ini hanya berlangsung di daerah dengan tempat terbentuknya,
dan dalam kondisi fisiologik normal tidak ditemukan radikal hidroksil dalam
kadar besar (Gitawati, 1995).
Dengan bertambahnya usia, radikal bebas yang terbentuk selama
metabolisme normal dapat merusak DNA dan makromolekul lain sehingga terjadi
penyakit-penyakit degeneratif, keganasan kematian sel-sel vital tertentu, yang pada
akhirnya akan menyebabkan proses penuaan dan kematian bagi individu tersebut
(Gitawati, 1995).
2. Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dalam kadar lebih rendah dibanding
bahan yang dapat dioksidasi, sangat memperlambat atau menghambat oksidasi dari
bahan tersebut (Setiati, 2003). Secara alamiah tubuh memproduksi antioksidan yang
mampu melindungi sel dari radikal bebas (Sibuea, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Menurut Setiati (2003), antioksidan dibedakan menjadi antioksidan eksogen
dan antioksidan endogen. Antioksidan endogen atau sering disebut antioksidan
primer terdiri atas enzim-enzim dan berbagai senyawa yang disintesis dalam tubuh
yang bekerja dengan cara mencegah pembentukan radikal bebas baru. Contoh enzim
yang merupakan antioksidan endogen yaitu superoksida dismutase (SOD), katalase,
dan glutation peroksidase (GSH Px). Antioksidan eksogen atau yang dikenal juga sebagai antioksidan sekunder karena menangkap radikal dan mencegah reaksi
berantai. Contohnya adalah vitamin E (tokoferol), vitamin C (askorbat), karoten,
asam urat bilirubin, dan albumin.
Menurut tempat aksinya pada fase air ataupun lipofil dari membran,
antioksidan dibagi menjadi water-soluble dan lipid-soluble. Vitamin C dan urate termasuk dalam antioksidan hidrofil. Sedangkan retinoid, karotenoid, flavonoid, dan
vitamin A termasuk dalam antioksidan lipofil (Middleton dkk, 2000 cit Ladoangin, 2004).
Flavonoid telah dikenal dan merupakan suatu kelompok antioksidan
polifenol yang banyak terdapat pada sayuran, buah-buahan, dan beberapa minuman
seperti teh hijau dan anggur merah. Di dalam keluarga polifenol, flavonoid ternyata
mempunyai sifat antioksidan yang amat kuat yang mencapai 20 kali sifat antioksidan
vitamin E (Sitompul, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
E. Nyeri
Nyeri merupakan respon langsung terhadap kejadian atau peristiwa yang
tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan, seperti, luka,
inflamasi, atau kanker (Rang dkk, 2003). Nyeri merupakan suatu perasaan pribadi
dan memiliki ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang (Tjay dan
Rahardja, 2002).
Nyeri dapat dibedakan berdasarkan waktu timbulnya nyeri yaitu: nyeri akut
dan nyeri kronik (Anonim, 2001). Nyeri akut dengan kecepatan penjalaran antara
6-30 meter per detik biasanya memiliki sebuah penyebab yang dapat ditegaskan. Nyeri
kronik dengan kecepatan penjalaran antara 0,5-2 meter per detik sering kali tidak
menandakan bahaya yang segera menimbulkan pencegahan dan pasien mungkin
tidak mengartikan nyeri tersebut sebagai penyakit serius (Greene dan Harris, 2000).
Nyeri berdasarkan sumbernya dapat dikategorikan menjadi nyeri somatik
dan nyeri viseral. Jika nyeri somatik muncul dari kulit, dinamakan nyeri superfisial.
Jika nyeri itu berasal dari otot, sendi, organ dalam atau jaringan connective, disebut nyeri dalam (Anonim, 2001).
Tiga kelompok utama reseptor kulit yang telah diidentifikasi adalah :
1. Mekanoreseptor (mendeteksi sentuhan ringan)
2. Termoreseptor (mendeteksi panas)
3. Nosiseptor (mendeteksi luka dan rangsang bahaya) (Greene dan Harris, 2000).
Sebagian besar reseptor pada kulit memiliki struktur khusus yang
merupakan ujung saraf bebas yang sederhana di perifer. Tiga tipe serabut saraf
perifer (aferen) yang terlibat dalam transmisi nyeri :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
1. Serabut A-β : berukuran besar, bermielin, cepat dalam menyalurkan impuls
(30-100 meter/detik), memiliki ambang nyeri yang rendah dan merespon terhadap
sentuhan ringan.
2. Serabut A-δ : berukuran kecil, bermielin tipis, dan memiliki kecapatan konduksi
yang lebih rendah (6-30 meter/detik). Serabut ini merespon terhadap tekanan,
panas, zat kimia, dan memberi reaksi terhadap nyeri yang tajam, serta
menimbulkan refleks penarikan diri atau gerakan cepat lainnya.
3. Serabut C : berukuran kecil, tidak bermielin, dan memiliki kecepatan konduksi
yang lambat (1-1,25 meter/detik). Serabut ini merespon terhadap seluruh jenis
rangsang bahaya dan mentransmisikan nyeri yang lambat dan tumpul (Greene
dan Harris, 2000).
Ketika membran sel mengalami kerusakan, enzim fosfolipase akan
mengubah fosfolipid menjadi asam arakhidonat. Asam arakhidonat ini akan
menghasilkan peroksida. Peroksida yang terbentuk akan menghasilkan prostaglandin
dan leukotrien yang bertanggungjawab atas sebagian besar gejala peradangan yang
meliputi calor, rubor, tumor, dolor, dan fungtio laesa. Rasa nyeri akan timbul bersamaan dengan reaksi peradangan, karena mediator yang memperantarai
peradangan (prostaglandin, bradikinin, leukotrien, dll) akan mengaktivasi reseptor
nyeri, sehingga rangsangan (mekanis, kimia atau fisis) yang diterima reseptor nyeri
akan disalurkan ke pusat nyeri di otak besar, impuls itu kemudian dirasakan sebagai
nyeri (Tjay dan Rahardja, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Fosfolipid (membran sel)
Fosfolipase
Siklooksigenase Lipooksigenase
O2-
Radikal bebas
COX-1 COX-2
- vasokonstriksi - proteksi - peradangan
- agregasi lambung - peradangan - vasokonstriksi
- vasodilatasi - permeabilitas
- antiagregasi
Gambar 3. Perombakan asam arakhidonat (Tjay dan Rahardja, 2002).
Keterangan :
COX-1 = siklooksigenase 1 COX-2 = siklooksigenase 2
Radikal bebas dalam tubuh yang melebihi jumlah normal juga dapat
menyebabkan nyeri. Radikal bebas dalam jumlah normal tidak berbahaya karena
tubuh memiliki antioksidan alamiah (glutathion-peroxydase, superoxide-dismutase, katalase) yang mampu menangkap radikal bebas tersebut. Dalam proses peradangan radikal bebas terbentuk ketika asam arakhidonat dikonversikan menjadi peroksida
baik melalui jalur siklooksigenase ataupun lipooksigenase. Ketika terjadi kerusakan
sel atau organ, produksi peroksida meningkat seiring dengan peningkatan jumlah Asam arakhidonat
Endoperoksida Asam hidroperoksida
Tromboksan TXA2
Prostasiklin PGI2
Prostaglandin PGE2/PGIF2
Leukotrien LTA4
LTC4-LTD4-LTE4 LBT4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
radikal bebas, padahal di dalam tubuh jumlah antioksidan alamiah terbatas, kondisi
ini akan menimbulkan kerusakan sel atau organ. Apabila sel atau organ sudah rusak,
maka mediator nyeri akan keluar dan mengaktivasi reseptor nyeri sehingga seseorang
bisa merasakan nyeri (Tjay dan Rahardja, 2002).
Noksius atau rangsang bahaya yang melewati ambang batas nyeri
menimbulkan aktivasi dalam serabut nosiseptor. Nosiseptor banyak terdapat dalam
serabut C. Aktivitas yang berupa impuls diteruskan menuju sistem saraf pusat dan
menyebabkan eksitasi neuron sehingga menimbulkan nyeri. Aktivasi serabut C
memicu pelepasan Calcitonin gene-related peptide (CGRP). Pada jaringan inflamasi akan dilepaskan Neuron Growth Factor (NGF) dan mediator lain seperti bradikinin, serotonin, prostaglandin, dan lain-lain. Analgetika opioid, enkefalin, dan GABA
menghambat eksitasi neuron, sedangkan analgetika perifer dan NSAID bekerja
menghambat pada pelepasan mediator (Rang dkk, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Gambar 4.Mekanisme Nyeri (Rang dkk, 2003)
Keterangan :
= menginduksi
= menghambat
BK = Bradikinin
5-HT = 5-Hidroksi triptamin (serotonin) SP = Substansi P
PG = Prostaglandin
NGF = Neuron Growth Factor (faktor pertumbuhan neuron)
CGRP = Calcitonin gene-related peptide
NA = Nor Adrenalin GABA = asam γ-aminobutirat
F. Analgetika
Analgetika adalah obat atau senyawa yang bertujuan untuk mengurangi atau
melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Secara umum analgetika
dibagi menjadi dua golongan besar yaitu analgetika opioid (narkotik) dan analgetika
non-opioid (nonnarkotik). Obat-obat non-opioid seperti parasetamol dan asetosal (dan NSAID lainnya), khususnya cocok untuk nyeri musculoskeletal, sedangkan
analgetika opioid lebih cocok untuk nyeri visceral yang berat (Anonim, 2000). Efek +
__
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
analgetik dari NSAID merupakan hasil penghambatan dari sintesis prostaglandin
(Rang dkk., 2003).
1. Analgetika narkotik
Analgetika narkotik digunakan untuk menghalangi nyeri yang sangat kuat
dengan titik kerja yang terletak pada sistem saraf pusat. Analgetika golongan ini
bekerja di pusat dengan cara menempati reseptor khas pada susunan saraf pusat dan
mempunyai efek mengurangi kesadaran (bersifat meredakan dan menidurkan),
menimbulkan perasaan nyaman, menyebabkan toleransi, kebiasaan (habituasi),
ketergantungan fisik dan psikis (ketagihan) bila pengobatan dirutinkan (Tjay dan
Rahardja, 2002). Kelebihan dosis dapat mengakibatkan kematian karena terjadi
depresi pernafasan (Siswandono dan Soekardjo, 1995). Golongan ini secara kimia
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Alkaloida candu alamiah dan sintesis : morfin dan kodein, heroin dan
hidromorfon, hidrokodon dan dionin
b. Pengganti-pengganti morfin : petidin dan turunannya (fentanil dan sulfotanil),
metadon dan turunannya (dekstromeramida, bezitramida, piritramida, dan
d-propoksifen) (Tjay dan Rahardja, 2002)
2. Analgetika nonnarkotik
Analgetika narkotik disebut juga analgetika perifer, karena efeknya tidak
mempengaruhi sistem saraf pusat, tidak menurunkan kesadaran serta tidak
menyebabkan ketagihan. Obat ini banyak digunakan untuk nyeri ringan sampai
sedang (Tjay dan Rahardja, 2002). Golongan ini juga digunakan untuk menurunkan
suhu badan dalam keadaan panas yang tinggi dan sebagai anti radang. Analgetika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
golongan ini bekerja dengan cara menghambat secara langsung dan selektif
enzim-enzim pada sistem saraf pusat yang mengkatalisis biosintesis prostaglandin seperti
siklooksigenase, sehingga mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit oleh
mediator-mediator rasa sakit (Siswandono dan Soekardjo, 1995). Tjay dan Rahardja (2002)
membagi golongan analgetik ini menjadi 4 kelompok :
a. Golongan Salisilat : natrium salisilat, asetosal, salisil amida dan benorilat
b. Turunan p-aminofenol : fanasetin dan parasetamol
c. Turunan Pirozolon : antipirin, aminofenazon, dipiron, fenilbutazon
d. Turunan Antranilat : glafini, asam mefenamat, dan asam diflumiaat
G. Parasetamol
OH
NHCOCH3
Gambar 5.Struktur molekul Parasetamol (Anonim, 1995)
Parasetamol mempunyai efek sebagai analgetika dengan mengurangi atau
menghilangkan nyeri ringan sampai sedang. Mekanisme kerja parasetamol sebagai
inhibitor sintesis prostaglandin pada enzim siklooksigenase tiga di hipotalamus
menyebabkan konversi asam arakhidonat menjadi PGE2 terganggu sehingga
menghasilkan efek analgetik (Chandrasekaran, Dai, and Evanson, 2002).
Parasetamol berbentuk hablur putih; tidak berbau; dan rasa agak pahit. Larut
dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1N. Selain itu parasetamol mudah
larut dalam etanol (Anonim, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Parasetamol berkhasiat sebagai analgetika dan antipiretik, tetapi tidak
antiradang. Dewasa ini parasetamol dianggap sebagai zat anti nyeri yang paling
aman, juga untuk swamedikasi. Parasetamol diberikan per oral dengan dosis dewasa
0,5-1,0 gram, maksimum 4 gram/hari, pada penggunaan kronis maksimal 2,5
gram/hari. Resorpsinya dari usus cepat dan tuntas. Dalam hati diuraikan menjadi
metabolit-metabolit toksis yang diekskresikan kemih dengan konjugat glukuronida
dan sulfat. Waktu paruh parasetamol adalah 1-4 jam (Tjay dan Rahardja, 2002).
Efek sampingnya antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah.
Pada penggunaan kronis dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis di atas 6 gram
mengakibatkan nekrosis hati yang tidak reversibel (Tjay dan Rahardja, 2002). Gejala
awal dari kerusakan hati meliputi mual, muntah, diare, dan nyeri perut (Katzung,
2002).
H. Metode Pengujian Efek Analgetik
Pengujian daya analgetik oleh Turner (1965), dikelompokkan berdasarkan
golongan analgetika narkotika dan nonnarkotika.
1. Golongan analgetika narkotika
a. Metode jepitan ekor
Sekelompok mencit disuntik dengan senyawa uji dengan dosis tertentu secara
subkutan (s.c.) atau intravena (i.v.). Tiga puluh menit kemudian jepitan
dipasang pada pangkal ekor mencit selama 30 detik. Mencit yang tidak diberi
senyawa uji akan berusaha untuk melepaskan diri dari kekangan tersebut,
tetapi mencit yang diberi analgetika akan mengabaikan kekangan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Dalam rentang waktu tertentu jepitan dipasang kembali. Respon positif yang
menunjukkan adanya efek analgetik, apabila tidak ada usaha melepaskan
jepitan selama 15 detik pada tiga kali pengamatan.
b. Metode rangsang panas
Hewan percobaan ditempatkan di atas lempeng panas dengan suhu 50° C
sampai 55° C sebagai stimulus nyeri. Mencit yang sudah diberi larutan uji,
diletakkan pada hot plate yang sudah disiapkan. Reaksi mencit adalah
menjilat telapak kaki depan, belakang lalu meloncat. Selang waktu antara
pemberian stimulus nyeri dan terjadinya respon, disebut waktu reaksi, dapat
diperpanjang oleh pengaruh obat-obat analgetika. Perpanjangan waktu reaksi
selanjutnya dapat dijadikan sebagai ukuran dalam mengevaluasi aktivitas
analgetik.
c. Metode pengukuran tekanan
Metode ini menggunakan suatu alat untuk mengukur tekanan yang diberikan
pada ekor tikus secara seragam. Alat tersebut terdiri dari 2 syringe yang dihubungkan pada kedua ujungnya, bersifat elastis, fleksibel, serta terdapat
pipa plastik yang diisi dengan cairan. Sisi dari pipa dihubungkan dengan
manometer. Syringe yang pertama diletakkan dengan posisi vertikal dengan ujungnya menghadap ke atas. Ekor tikus diletakkan di bawah penghisap
syringe. Ketika tekanan diberikan pada syringe kedua, maka tekanan akan terhubung pada sistem hidrolik pada syringe yang pertama kemudian pada
ekor tikus. Tekanan yang sama pada syringe kedua akan meningkatkan
tekanan pada ekor tikus, sehingga akan menimbulkan respon dan akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
terbaca pada manometer. Respon tikus yang pertama adalah meronta-ronta
kemudian akan mengeluarkan suara (mencicit) sebagai tanda kesakitan.
d. Metode potensi petidin
Metode ini kurang baik, karena dibutuhkan hewan uji dalam jumlah besar,
tapi dapat digunakan untuk uji sedatif. Tiap kelompok tikus terdiri dari 20
ekor, setengah kelompok dibagi menjadi 3 kelompok kecil dan diberi petidin
dengan dosis berturut-turut 2, 4, dan 8 mg/kg. Setengah kelompok dibagi
menjadi dua yaitu kelompok petidin dan senyawa uji dengan dosis 25% dari
LD50. Persen analgetik dihitung dengan bantuan metode rangsang panas.
e. Metode antagonis nalorfin
Uji analgetik dengan metode ini bertujuan untuk menunjukkan aksi obat-obat
seperti morfin. Nalorfin memiliki kemampuan untuk meniadakan aksi dari
morfin. Hewan uji yang biasa digunakan dalam metode ini adalah tikus,
mencit, dan anjing. Hewan uji diberi obat dengan dosis toksik kemudian
segera diikuti pemberian nalorfin (0,5-10,0 mg/kg BB) secara intravena.
Teori menyebutkan bahwa nalorfin dapat menggantikan ikatan morfin dengan
reseptornya.
f. Metode kejang oksitosin
Oksitosin merupakan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitori
posterior, yang dapat menyebabkan kontraksi uterin sehingga menimbulkan
kejang pada tikus. Hewan uji yang digunakan yaitu tikus betina dengan berat
badan 120-140 mg, diberi estrogen dengan pemberian 15 mg dietilstilbestrol
secara subkutan pada paha hewan uji. Setelah 10 minggu, hewan uji siap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
untuk tes efek analgetik. Senyawa yang akan diuji diberikan secara subkutan
15 menit sebelum pemberian secara intraperitonial 2 unit oksitosin (dosis
ED50). Persen penurunan kejang dideterminasi dan ED50 dapat diperkirakan.
g. Metode pencelupan pada air panas
Sepuluh ekor tikus disuntik intraperitonial dengan senyawa uji, kemudian
ekor tikus dicelupkan dalam air panas (suhu 58° C). Respon tikus terlihat dari
hentakan ekornya dari air panas.
2. Golongan analgetika nonnarkotika
a. Metode induksi kimia
Metode ini menggunakan zat kimia yang diinjeksikan pada hewan uji secara
intraperitonial pada mencit yang sudah diberi senyawa uji secara oral pada
selang waktu tertentu, sehingga akan menimbulkan rasa nyeri. Beberapa zat
kimia yang biasa digunakan antara lain asam asetat dan fenil kuinon. Respon
nyeri pada mencit adalah geliat berupa kontraksi perut disertai tarikan kedua
kaki belakang dan perut menempel pada lantai. Geliat diamati setiap 5 menit
selama 1 jam. Pemberian analgetik akan mengurangi rasa nyeri sehingga
jumlah geliat yang terjadi berkurang. Penelitian ini menggunakan metode
rangsang kimia sebagai metode pengujian efek analgetik karena metode ini
sederhana, mudah dilakukan, dan cukup peka untuk pengujian
senyawa-senyawa yang memiliki efek analgetik lemah. Efek analgetik dapat dievaluasi
menggunakan persen penghambatan terhadap geliat, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
% penghambatan terhadap geliat = 100 – [(P/K) x 100]
Keterangan:
P = jumlah kumulatif geliat hewan uji setelah pemberian obat yang ditetapkan K = jumlah rata-rata geliat hewan uji kelompok kontrol negatif
b. Metode pedodolorimetri
Hewan uji diletakkan pada kandang yang bagian alasnya terbuat dari
kepingan metal sehingga bisa dialiri arus listrik. Respon yang timbul yaitu
ketika hewan uji mengeluarkan teriakan dengan pengukuran yang dilakukan
setiap 10 menit selama 1 jam.
c. Metode rektodolometri
Tikus diletakkan dalam kandang yang dibuat khusus dengan alas tembaga
yang kemudian dihubungkan dengan sebuah gulungan yang berfungsi sebagai
penginduksi. Ujung lain dari gulungan tersebut kemudian dihubungkan
dengan silinder elektroda tembaga. Pada gulungan bagian atas terdapat suatu
konduktor yang dihubungkan dengan suatu voltmeter yang sensitif untuk
dapat mengubah 0,1 volt. Respon berupa suara teriakan tikus dapat
ditimbulkan dengan pemberian tegangan sebesar 1 sampai 2 volt.
I. Landasan Teori
Sutomo (2003) dan Supriyatna (2007) melaporkan adanya flavonoid pada
daun kepel. Sunarni (2006) berhasil mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa
flavonoid golongan flavon pada fraksi etanol ekstrak air daun kepel yaitu :
- Isolat A1 : 7,3’,4-trihidroksi-5-0-gula-flavon
- Isolat B2 : 5,4’-dihidroksi-7-0-tersubtitusi-3-0-gula flavon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
- Isolat B3 : 5,7,4’-trihidroksi-3-0-gula flavon
- Isolat B4a : 3,7,4’-trihidroksi flavon
- Isolat B4b : 3,7,3’,4’-tetrahidroksi-5-metilflavon
Dari kelima isolat tersebut, isolat B4b memiliki aktivitas antioksidan paling
tinggi dibanding isolat lain, hal ini mungkin dikarenakan isolat B4b mempunyai
gugus o-diOH dan 3-OH bebas. Maka dengan adanya ekstrak etanol daun kepel,
diharapkan kandungan antioksidannya mampu menangkap radikal bebas berlebih
sehingga tidak akan terjadi kerusakan jaringan yang dapat menimbulkan nyeri.
Sriwidodo (2004) juga melaporkan bahwa daun kepel memiliki efek
antiinflamasi. Mekanisme terjadinya inflamasi mirip dengan nyeri dimana terjadi
pelepasan mediator-mediator penyebab peradangan seperti serotonin, bradikinin,
prostaglandin, dll. Berdasarkan hasil tersebut, maka diharapkan ekstrak etanol daun
kepel juga memiliki efek sebagai analgetika. Adanya flavonoid pada daun kepel
diduga menghambat enzim lipooksigenase dan siklooksigenase sehingga
menyebabkan perombakan asam arakhidonat terganggu yang mengakibatkan
pelepasan mediator penyebab peradangan menjadi terganggu dan peradangan akan
dihambat.
J. Hipotesis
Pemberian ekstrak etanol daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) pada mencit putih jantan per oral memiliki efek analgetik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan
menggunakan rancangan acak lengkap pola satu arah.
B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel utama
a. Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah kelompok perlakuan yang meliputi
kelompok kontrol negatif yang diberi CMC Na 0,5%, kelompok kontrol
positif yang diberi suspensi parasetamol, dan kelompok perlakuan suspensi
ekstrak etanol daun kepel dengan menggunakan 4 peringkat dosis.
b. Variabel tergantung
Variabel tergantung dari penelitian ini adalah daya analgetik. Daya analgetik
adalah angka dalam persen yang menunjukkan persentase jumlah mencit
yang tahan terhadap rangsang setelah pemberian ekstrak etanol daun kepel.
2. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali
1) Galur hewan uji, yaitu mencit dengan galur Swiss
2) Jenis kelamin hewan uji, yaitu mencit jantan
3) Umur hewan uji, yaitu antara 2-3 bulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
4) Berat badan hewan uji, yaitu antara 20-30 gram
5) Cara pemberian bahan uji, yaitu per oral
6) Asal bahan uji, yaitu dari Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan
Tanaman Obat Dan Obat Tradisional, Tawangmangu, Solo, Jawa Tengah
b. Variabel pengacau tak terkendali
1) Suhu ekstraksi adalah temperatur lingkungan selama proses ekstraksi
berlangsung
2) Ketahanan mencit adalah kemampuan mencit dalam menahan rasa sakit
3) Kemampuan absorpsi mencit adalah kemampuan absorpsi ekstrak etanol
daun kepel oleh mencit
3. Definisi operasional
a. Efek analgetik
Efek analgetik merupakan kemampuan suatu zat dalam menghambat rasa
nyeri baik dengan mengurangi atau menghilangkan kesadaran, yang
ditunjukkan dengan berkurangnya respon nyeri.
b. Daya analgetik
Daya analgetik menunjukkan seberapa besar suatu zat tertentu dalam
memberi efek analgetik, yang ditunjukkan dengan besarnya nilai persen
penghambatan terhadap respon (geliat).
c. Uji efek analgetik
Uji efek analgetik menggunakan metode rangsang kimia yaitu suatu
metode uji analgetik yang menggunakan rangsang kimia berupa asam
asetat yang diberikan secara intraperitoneal pada mencit yang sudah diberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
senyawa uji secara oral pada selang waktu tertentu. Respon nyeri pada
mencit adalah geliat berupa kontraksi perut disertai tarikan kedua kaki
belakang dan perut menempel pada lantai. Geliat diamati setiap 5 menit
selama 1 jam.
d. Ekstrak etanol daun kepel
Ekstrak etanol diperoleh dengan cara mengekstraksi bahan, yaitu daun
kepel, dalam pelarut etanol dengan menggunakan metode perkolasi
sehingga didapat ekstrak etanol daun kepel.
C. Bahan Penelitian 1. Bahan
a. Hewan uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini berupa mencit jantan, galur
Swiss, berat 20-30 gram, umur 2-3 bulan, yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
b. Daun Kepel
Bahan uji yang digunakan berupa daun kepel yang diperoleh dari Balai Besar
Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Obat Dan Obat Tradisional,
Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah pada bulan Agustus
2007.
2. Bahan Kimia
a. Parasetamol : berupa serbuk hablur berwarna putih; tidak berbau dan rasa
sedikit pahit. Larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N dan juga mudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
larut dalam etanol (Anonim, 1995). Parasetamol yang digunakan dalam
penelitian diperoleh dari Brataco Chemica.
b. CMC Na : berupa serbuk halus atau berbentuk granul berwarna putih, bersifat
higroskopis (Anonim, 1995), diperoleh dari Brataco Chemica.
c. Asam asetat glasial : berupa cairan jernih; tidak berwarna; bau khas, tajam
jika diencerkan dengan air; rasa asam (Anonim, 1979), diproduksi oleh
Merck dengan kualitas pro analisis.
d. Etanol : berupa cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap; bau khas; rasa
panas (Anonim, 1979), diperoleh dari Asia Lab.
D. Alat atau Instrumen Penelitian
Peralatan yang digunakan meliputi:
1. Alat Ekstraksi
a. Seperangkat alat gelas berupa beaker glass, erlenmeyer, gelas ukur, labu ukur, cawan porselen, pipet tetes, mikropipet, batang pengaduk.
b. Perkolator
c. Corong Buchner
d. Rotary Vacum Evaporator merek Janke&Kunkel IKA laboratechnik.
e. Pompa vacum merek Anleitung Lesen.
2. Alat Uji Geliat
a. Kotak kaca tempat pengamatan geliat
b. Stopwatch
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
c. Jarum yang digunakan untuk pemberian per oral, berupa jarum yang
ujungnya berbentuk bulat dan berlubang di bagia