• Tidak ada hasil yang ditemukan

LATAR BELAKANG REMAJA BERGABUNG DALAM KELOMPOK INDONESIAN MITSUBISHI OWNERS CLUB (IdMOC) YOGYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "LATAR BELAKANG REMAJA BERGABUNG DALAM KELOMPOK INDONESIAN MITSUBISHI OWNERS CLUB (IdMOC) YOGYA"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

LATAR BELAKANG REMAJA

BERGABUNG DALAM KELOMPOK

INDONESIAN MITSUBISHI OWNERS CLUB (IdMOC)

YOGYA

S k r i p s i

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Progaram Studi Psikologi

Disusun oleh :

Yulius Eko Hartanto

NIM : 029114001

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk

1. Yesus Kristus yang maha dasyat atas berkat, serta bimbingan-Nya setiap saat 2. Papa, mama, adik ku yang kucintai selama-lamanya

3. Saudara-saudara dari keluarga besar ku yang aku cintai 4. Seseorang yang aku kasihi dan aku sayangi

5. Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Jogja

6. Teman-teman dan sahabat-sahabatku

(5)

HALAMAN MOTTO

Kegagalan adalah kesempatan untuk memulai kembali dengan lebih cerdik ( Henry Ford )

Hidup kita akan menarik dan penuh warna jika ada banyak orang yang mau menjadi warna dan dapat mewarnai kehidupan kita di setiap hari.

Janganlah merasa diri orang yang paling...karena di sekitarmu banyak orang yang lebih paling...dari pada kamu, sebab diatas langit masih ada langit dan

perhatikanlah bahwa diatas kesombongan masih ada kesombongan.

Pada waktu itu engkau akan berkata “Aku mau bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, karena sesungguh pun Engkau telah murka terhadap aku: tetapi murka-Mu telah surut dan Engkau mengibur aku.

Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab Tuhan Allah itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku.” (Yesaya 12, 1-2)

(6)
(7)

ABSTRAK

Latar Belakang Remaja Bergabung dalam Kelompok

Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya

Yulius Eko Hartanto

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Desain penelitian ini studi diskriptif dan bertujuan untuk mendiskripsikan latar belakang remaja bergabung dalam kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya. Peneliti tertarik pada hal ini karena remaja ingin selalu diakui keberadaannya dalam kelompok, oleh karena itu banyak alasan yang mendasari remaja bergabung dalam kelompok tersebut. Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya merupakan salah satu organisasi yang dinilai sesuai karena memang organisasi ini masih eksis, dan mayoritas anggotanya adalah remaja.

Subjek dalam penelitian ini adalah remaja sebanyak 7 orang anggota Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya yang dinilai aktif dalam organisasi. Dari segi usia subjek yang dipilih antara umur !9-20 tahun yang termasuk dalam masa remaja akhir. Data yang diperoleh dikumpulkan dengan teknik wawancara non terstruktur, analisis data dengan membuat abstraksi selanjutnya kategorisasi satuan dan pengkodean. Verivikasi data dilakukan dengan proses intersubjective validity yaitu menguji kembali pemahaman peneliti dengan pemahaman subjek melalui interaksi timbal balik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang remaja bergabung dalam kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya adalah mencari informasi tentang mobil seluk beluk mobil Mitsubishi. Selain itu keaktifan anggota juga sangat diperlukan, hal ini dipengaruhi oleh norma-norma kelompok yang sudah disepakati oleh kelompok, salah satunya yaitu setiap anggota diharapkan datang pada setiap pertemuan-pertemuan yang ada.

(8)

ABSTRACT

Teenagers’ Background to Join

Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya

Yulius Eko Hartanto

Psychology Faculty Universitas of Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

The design of this research was descriptive study and was aimed to describe teenagers conformity behavior in Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya. Researcher was interested in this case because teenagers need their essence were being acknowledged in the group, that’s why there were many based reasons for teenagers to join the club. Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Jogja was one of organization that estimatedly suitable because this group was still exist and the majority of it’s members were teenagers.

The subjects of this research were seven Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya teenage members who were being estimatedly active in this organization. From the age side subjects who were being selected were between 19 until 20 years old, who were included in late teenage era. Datas that had been obtained were being collected by non-structured interview technique, data analysis by made abstraction then unit categorise and coding. Data verivication was did by intersubjective validity that retest researchers experience with subjects experience by mutual interaction.

The result of this research showed that teenagers’ background to join Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya was to find details about Mitsubishi car. Besides, the members’ activities also needed, it was influenced by the club’s norm that had been agreed by the members and one of them was each member was expected to present the exist meetings.

.

(9)
(10)

KATA PENGANTAR

Sembah sujudku kepada Bapa, para malaikat, dan para kudus di surga yang maha dasyat atas rahmat, berkat dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis sehingga pada akhirnya mampu menyelesaikan skripsi ini. Selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini ijinkanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si selaku Dekan Fakultas Psikologi, dan Sylvia Carolina Maria Yuniati Murtisari S. Psi., M. Si selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi, atas kesempatan yang telah diberikan selama menjalani proses studi.

2. Passchedona Henrietta Puji Dwi Astuti D S, S. Psi selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sangat sabar memberikan dorongan, bimbingan, dan saran selama penulisan skripsi ini.

3. Maria Laksmi Anantasari, S. Psi., M. Si. yang bersedia membimbing pada saat penulisan seminar.

4. V. Didik Suryo Hantoko, S Psi., M Si. yang bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi pada penulisan skripsi ini.

5. Dosen-dosen psikologi yang berkenan membagikan ilmu psikologi selama menjalani perkuliahan.

6. Mas Gandung, dan Mbak Nanik yang dengan sabar melayani untuk urusan kesekretariatan. Matur nuwun sanget Mas Gandung, dan Mbak Nanik.

7. Mas Muji yang selalu mau direpotkan untuk urusan test dan test, “sing sabar yo mas ngadepi mahasiswa-mahasiswa sing cerewet-cerewet iki. Pokoke hidup Beckham, God Bless never die”. Matur nuwun sanget Mas Muji.

8. Mas Doni yang selalu sabar walaupun buku-bukunya selalu diberantakin mahasiswa. Matur nuwun sanget Mas Doni.

9. Pak Gie yang selalu semangat dan pantang merasa lelah, matur nuwun sanget atas pelayanannya selama kuliah di psikologi.

(11)

10. Papa, mama, adikku serta semua saudara-saudara dari keluarga besarku yang sangat aku kasihi makasih banyak atas dukungan, dan pengarahannya, serta doanya yang tak terkira. Maaf lulusnya telat lama, tapi aku selalu ingin menjadi anak yang bisa membagakan dan dibanggakan oleh keluarga.

11. Martinus “she-sex” Karo-karo Sinulingga yang mau aku ganggu untuk bantuin ngerjain abstract. Thank’s berat jasamu tak kan kulupakan sepanjang hayat. 12. B 8800 PK dan AB 124 NU terima kasih yang tak terkira untuk kalian karena

sudah mengenalkan Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Jogja dan seluk beluknya, berkat kalian skripsi ini selesai. Ga ketinggalan juga teman-teman anggota dari Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Jogja, yang telah membantu.

13. Teman-teman seangkatan 2002, “gak terasa kita dah punya 5 adik angkatan lho...” makasih banyak aku boleh berdinamika bareng ma kalian dan boleh mengenal kalian selama ini.

14. Cah-cah psikologi dari angkatan berapa aja terima kasih atas kebersamaannya, aku senang kenal kalian semua.

15. Seseorang yang bernama Agustina Ika Rustyanti. Aku mungkin orang yang paling beruntung bisa mengenal kamu, dan boleh mengukir kenangan bersama kamu. Thank’s for everything my babe, aku sayang kamu.

16. Cah-cah Tumindak Ngiwo “woi kapan meh do lulus, wis tuo cah”. Thank’s berat, aku boleh parasit di kontrakan Tumindak Ngiwo selama 2 tahun dan kekeluargaan yang terjalin selama ini. Aku ga mungkin lupa ma kalian semua. 17. Anak-anak kost Tasura 50c makasih berat atas kenangan dan warna-warni

kehidupan sehari-hari.

18. Terima kasih yang tidak terkira buat Bagus’ 05 yang telah meminjamkan recordernya. Sory kalo terlalu lama minjemnya.

19. Buat teman-teman dan sahabat-sahabatku yang tidak bisa aku sebutkan satu per satu karena keterbatasan halaman ini, terima kasih karena kalian telah menerimaku dalam diri dan kehidupan kalian.

(12)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... BAB II. DASAR TEORI ...

A. Remaja... 1. Pengertian remaja... 2. Batasan usia remaja... 3. Ciri-ciri masa remaja... 4. Tugas-tugas perkembangan remaja...

(13)

5. Perkembangan sosial dan perubahan-perubahan sosial serta psikologis pada masa remaja... B. Kelompok...

1. Definisi kelompok... 2. Faktor-faktor terjadinya kelompok... 3. Fungsi kelompok... 4. Konformitas... a. Definisi konformitas... b. Aspek-aspek konformitas... c. Tipe-tipe konformitas... d. Faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas... C. Pertanyaan Penelitian... 1. Pertanyaan utama... 2. Sub pertanyaan... BAB III. METODE PENELITIAN ...

A. Jenis Penelitian... B. Variabel Penelitian... C. Subjek Penelitian... D. Metode Pengumpulan Data... E. Analisa Data... F. Keabsahan Data atau Verifikasi Data...

BAB IV. PERSIAPAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN……...…….

A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian...

(14)

1. Sejarah... 2. Persiapan penelitian...

B. Pelaksanaan Wawancara... 1. Wawancara...

1. Latar belakang menjadi anggota Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya... 2. Pandangan tentang kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club

(IdMOC)Yogya... 3. Relasi dalam kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC)

Yogya... 4. Perilaku dalam kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club

(15)

BAB V. PENUTUP………...

A. Kesimpulan... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA………..

LAMPIRAN………….………....

62 62 62 64 67

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa yang penuh “badai” dan tekanan, hal ini dikarenakan masa remaja merupakan masa transisi dari anak menuju dewasa. Masa remaja belum bisa dikatakan sebagai masa dewasa, dan juga bukan masa anak-anak. Individu pada masa remaja sudah tidak mau lagi disebut dan diperlakukan sama dengan anak-anak, karena secara fisik fungsi fisiologis mereka sudah sama dengan manusia dewasa yang ditandai dengan ciri utamanya yaitu sudah matangnya fungsi reproduksi. Remaja juga tidak bisa dimasukkan dalam perkembangan manusia dewasa, karena remaja belum matang dalam hal emosional dan belum mampu mandiri secara sosial (Hartini, 1999). Kondisi yang tidak pasti ini, yaitu kondisi di mana remaja berada dalam posisi antara tahap perkembangan anak dengan tahap perkembangan dewasa, menimbulkan kecemasan dan ketegangan tersendiri dalam dunia remaja. Mereka berusaha mencari identitas dirinya untuk menegaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat yang sesuai dengan tuntutan masyarakat tersebut.

(17)

maupun nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial. Remaja mulai dituntut untuk bisa mencapai pula sosialisasi dewasa, sehingga remaja harus membuat banyak penyesuaian baru dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menyangkut hubungan atau relasi dengan orang banyak secara otomatis.

Remaja banyak melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya, salah satunya melalui bentuk sosialisasi dan menjalin relasi. Ini terjadi ketika dalam perkembangan sosialnya, remaja melakukan dua macam gerak yaitu gerak memisahkan diri dari orang tua dan bergerak menuju teman-temannya. Dinamika keseharian dalam kehidupan remaja ini, nantinya membentuk hubungan antara remaja dengan orang tua menjadi hubungan yang kurang harmonis (Monks, 2001).

Berdasarkan tugas-tugas perkembangan, tahap ini disebut sebagai tahap memperoleh kebebasan emosional, dan diikuti dengan tahap perkembangan berikutnya yaitu kemampuan bergaul. Pada kedua tahap ini akan muncul suatu gerakan dimana remaja akan cenderung melepaskan diri dari orang tua dan menuju ke arah teman-teman sebayanya (Monks, 2001). Mereka, dalam hal ini orang tua dan remaja sama-sama berusaha untuk mencapai kebebasan dan mereka juga memiliki kecenderungan yang sama untuk menghayati kebebasan tersebut sesuai dengan usia dan jenis kelamin mereka (Monks, 2001), bahkan remaja akan mengorbankan hubungan emosi dengan orang tuanya untuk memperoleh kebebasan tersebut (Monks, 2001).

(18)

konformis atau searah dengan teman-temannya (Azwar, 1995), dan pengaruh dari teman terhadap masa remaja sangat kuat. Hal tersebut dapat terlihat dari adanya jumlah penurunan waktu untuk berinteraksi antara remaja dengan orang tua dan menunjukkan adanya peningkatan waktu untuk berhubungan dengan temannya (Monks, 2001). Keterlibatan remaja pada teman-temannya akan memungkinkan untuk mendapatkan lebih banyak informasi serta melakukan evaluasi dan perbandingan diri dengan kelompok.

Biasanya budaya teman sebaya atau peer culture sangat berpengaruh sehingga nilai-nilai kelompok sebaya jadi sangat mempengaruhi (HIDUP, 1999). Pada akhirnya dalam perkembangan kehidupan sosial remaja tersebut, remaja cenderung tidak mau berbeda dengan teman-teman dalam kelompoknya. Remaja selalu ingin sama dengan apa yang dilakukan oleh anggota kelompok yang lain, seperti dalam hal penampilan, minat, prestasi, berpacaran, dan masih banyak lagi. Kesamaan untuk cenderung mengikuti kelompok ini dilakukan agar mereka tidak dianggap rendah sehingga dapat diterima dan diakui oleh kelompoknya (Zulkifli, 2002).

(19)

remaja. Walgito (1993) mengemukakan bahwa kepercayaan diri terbentuk dari interaksi individu dengan lingkungan, yang mana di lingkungan tersebut remaja mempunyai kesempatan mengenal dirinya melalui pembelajaran-pembelajaran sosial dengan melalui relasi dengan orang-orang di sekitarnya.

Menurut Palmer (Mappiare, 1982), keinginan remaja untuk diterima dalam kelompok tersebut akan mengakibatkan remaja bersikap konform terhadap kelompok termasuk dalam hal nilai yang meliputi aturan dan norma, kebiasaan, minat, dan budaya teman kelompoknya. Pusat perhatian individu dalam kelompok sebenarnya bukan pada kebutuhan-kebutuhannya sendiri, tetapi lebih kepada usaha individu tersebut supaya diakui keberadaannya di dalam kelompok. Oleh karena itu apa yang dibutuhkan kelompok pun akan diidentifikasikan ke dalam diri individu dalam kelompok-kelompok dengan kohesi yang kuat atau tingkat konformitas tinggi dan berkembanglah suatu iklim kelompok dan norma-norma kelompok tertentu. Norma-norma atau dengan kata lain moral kelompok tadi dapat berbeda sekali dengan moral yang dibawa remaja dari keluarga meskipun sejak kecil diajarkan oleh orang tuanya (Monks, dkk, 2001)

(20)

kelompok yang sangat kuat dan dapat membuat batas antara kelompok tersebut dengan kelompok yang lain.

Kelompok-kelompok remaja sangat bermacam-macam dari nama maupun dari asal-asul terbentuknya kelompok-kelompok tersebut. Sebagai contoh, ada kelompok yang terbentuk karena mempunyai hobi yang sama, ada juga karena merasa senasib sepenanggungan karena sering dihukum di sekolah dan akhirnya membentuk kelompok sendiri yang disitu terdiri dari para siswa yang selalu bermasalah, dan masih banyak lagi yang lain. Salah satunya kelompok yang terbentuk dari kesamaan hobi adalah para remaja yang bergabung dalam sebuah klub yang bernama Indonesian Mitsubishi Owner Club (IdMOC). Klub mobil ini mempunyai banyak anggota, yang didalamnya para pecinta dan fanatik pada merk mobil Mitsubishi dari berbagai jenis.

(21)

antar sesama penyuka mobil Mitsubishi. Selain itu bertukar pikiran tentang

spare part dan kebutuhan-kebutuhan mobil merk Mitsubishi.

Anggota-anggota dalam Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya mayoritas adalah remaja. Kegiatan-kegiatan pada klub ini sangat bermacam-macam antara lain kumpul bersama yang terus diadakan setiap minggunya, bertukar informasi tentang Mitsubishi, dan bakti sosial. Selain itu acara tahunan yang selalu dilaksanakan oleh Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) adalah acara memperingati hari ulang tahun Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC), antara lain menyelenggarakan kontes modification mobil dan kejuaraan rally nasional. Hubungan yang tercipta dalam klub ini sangat dekat seperti layaknya saudara, dan saling bisa membantu satu sama lain.

Berdasarkan teori-teori yang telah terurai diatas dan berdasarkan fakta-fakta yang ada di lapangan, peneliti terdorong untuk mengetahui apakah yang menjadi latar belakang remaja bergabung dalam kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya.

B. Rumusan Masalah

(22)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui latar belakang apakah yang mendasari remaja untuk bergabung dalam kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial dan psikologi perkembangan menyangkut tahapan perkembangan remaja. 2. Manfaat praktis

(23)

BAB II

DASAR TEORI

A. Remaja

1. Pengertian remaja

Remaja ditinjau dari sudut kematangan fisik adalah suatu tahap perkembangan dimana organ-organ manusia mencapai kematangan dan dapat berfungsi menuju sempurna (Sarwono, 1989). Hal lain yang berhubungan dengan pandangan sosial ekonomi remaja, diungkapkan oleh Maugman (Sarwono, 1989) mendefinisikan ini sebagai masa peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Agustiani (2006) menjelaskan bahwa masa remaja adalah masa yang dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang memiliki keunikan sendiri. Keunikan tersebut bersumber dari kedudukan masa remaja sebagai periode transisional antara masa kkanak dan masa dewasa. Kita semua mengetahui bahwa antara masa anak-anak dan orang dewasa ada beberapa perbedaan yang selain bersifat biologis atau bersifat fisiologis juga bersifat psikologis, dan pada masa remaja mengalami perubahan yang sangat besar dalam aspek-aspek tersebut.

Hartini (1999) mengungkapkan bahwa masa remaja atau masa

(24)

proses pertumbuhannya terutama fisik, telah mencapai kematangan. Periode ini menunjukkan suatu masa kehidupan, dimana kita sulit untuk memandang remaja itu sebagai kanak-kanak, tetapi tidak juga sebagai orang dewasa. Mereka tidak mau dan tidak dapat dikatakan atau diperlakukan sebagai kanak-kanak, sementara itu mereka belum mencapai kematangan yang penuh dan tidak dapat dimasukkan dalam kategori orang dewasa. Kata lain dari periode ini merupakan periode transisi atau peralihan dari kehidupan masa kanak-kanak atau childhood ke masa dewasa atau adulthood. Secara negatif periode ini disebut juga periode “serba tidak” atau the “un” stage, yaitu unbalanced yang berarti tidak atau belum seimbang, unstable yang berarti tidak atau belum stabil, dan

unpredictable yang berarti tidak dapat diramalkan. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan yang sangat berarti dalam segi-segi phisiologis, emosional, sosial, dan intelektual.

Menurut E.H. Erickson, remaja merupakan masa dimana terbentuk suatu perasaan baru mengenai identitas. Identitas mencakup cara hidup pribadi yang dialami sendiri dan sulit dikenal oleh orang lain. Secara hakiki, remaja tetap aman walaupun telah mengalami berbagai macam perubahan (Gunarsa dan Gunarsa, 1986).

(25)

2. Batasan usia untuk remaja

Para psikolog menyetujui bahwa masa remaja dimulai dari masa puber (Pettijohn, 1992). Masa puber pria dimulai kira-kira pada usia 12 tahun sedangkan pada wanita dimulai pada usia kira-kira 11 tahun. Masa puber tersebut ditandai terjadinya perubahan fisik diantaranya, yakni pada wanita terjadi menstruasi pertama, sedangkan pada anak laki-laki mengalami perubahan suara menjadi lebih besar dari pada wanita dan selain itu terjadinya mimpi basah. Hal ini tidak berarti ketika masa remaja berakhir, kemjudian masa dewasa mulai, tetapi biasanya masa dewasa mulai kira-kira usia 18 sampai dengan 21 tahun. Pada kenyataannya, masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa yaitu dari sifat yang tergantung menjadi sifat yang mandiri.

(26)

Monks (2001) mengemukakan bahwa masa remaja secara global berlangsung antara umur 12 sampai dengan umur 21 tahun dengan pembagian sebagai berikut:

a. 12 sampai umur 15 tahun, termasuk sebagai remaja awal.

b. 15 sampai dengan umur 18 tahun, termasuk sebagai remaja pertengahan.

c. 18 sampai dengan umur 21 tahun, termasuk masa remaja akhir.

Dari berbagai pendapat dan teori dari berbagai hal tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa, dengan segala perubahan-perubahan fisik yang dialaminya. Oleh karena itu dari batasan-batasan yang telah terurai di atas, peneliti membatasi penelitian ini dengan mengambil remaja berusia 18 sampai dengan 21 tahun. Diasumsikan sudah berada pada tahap remaja akhir sebagai subjek penelitian dengan pertimbangan bahwa pada usia tersebut pada umumnya berstatus mahasiswa tingkat awal. Selain itu, jika ditinjau dari latar belakang penelitian pada usia tersebut sudah mempunyai hak untuk memperoleh dan mempergunakan SIM A sebagai syarat atau legalisasi yang harus ditaati oleh pengendara mobil.

3. Ciri-ciri masa remaja

(27)

Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduksi. Selain itu remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berfikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yan baru sebagai orang dewasa.

Selain perubahan dalam diri remaja, terdapat pula perubahan dalam lingkungan seperti sikap orang tua atau anggota keluarga lain, guru, teman sebaya, maupun masyarakat pada umumnya. Kondisi ini merupakan reaksi terhadap pertumbuhan remaja, remaja dituntut untuk menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai dengan orang-orang seusianya. Adanya perubahan baik di dalam maupun di luat dirinya itu membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutuhan psikologisnya. Dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut remaja memperluas lingkungan sosialnya di luar lingkungan keluarga, seperti lingkungan teman sebaya dan lingkungan masyarakat lain (Agustiani, 2006).

4. Tugas-tugas perkembangan remaja

(28)

a. Mencapai relasi baru dan lebih matang bergaul dengan teman seusia dari kedua jenis kelamin.

b. Mencapai maskulinitas dan feminitas dari peran sosial.

c. Mampu menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.

d. Mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.

e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.

f. Mempersiapkan karir ekonomi.

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan berperilaku dan mengembangkan ideologi.

(29)

5. Perkembangan Sosial dan Perubahan-perubahan Sosial serta Psikologis Pada Masa Remaja

Salah satu hal yang baru dan sulit bagi remaja adalah penyesuaian sosial, karena lingkungan pergaulan remaja semakin luas dan beragam, nilai-nilai sosial yang baru, pengelompokan sosial yang baru dan lain-lain. Hal itu menjadi sulit karena remaja masih sangat dipengaruhi oleh teman-teman sebayanya. Menurut Cole dan Hall (1967), kelompok teman sebaya mempunyai peran yang sangat penting bagi remaja. Satu hal yang seharusnya diingat adalah bahwa remaja baik laki-laki maupun perempuan mengalami ketidakpastian karena perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri mereka berlangsung dengan sangat cepat. Maka salah satu fungsi dari kelompok teman sebaya adalah untuk mempertahankan diri dari ketidakpastian tersebut, karena dengan bergabung dalam kelompok teman sebaya mereka akan terasa lebih aman. Dalam kelompok teman sebaya, remaja mempunyai kesempatan untuk mencapai status dari kebaikan diri mereka sendiri, bukan dari keluarga mereka. Kelompok teman sebaya juga memberikan kesempatan untuk membangun kualitas-kualitas yang dibutuhkan dalam kehidupan masa dewasa.

(30)

teman-temannya, banyak disebut-sebut dalam berbagai situasi, tidak termasuk dalam daftar anak yang tidak disukai, mudah mendapatkan partner dalam beberapa kelompok yang diikuti, sering menjadi pusat dalam kelompok dan dipilih oleh teman-temannya untuk mendapat berbagai posisi kehormatan. Remaja yang tidak populer adalah kebalikan dari mereka yang populer. Dalam hal ini penampilan dan sikap yang dimiliki remaja akan menjadi hal yang sangat penting dalam menentukan penerimaan sosial.

Penerimaan dan popularitas secara sosial akan didapatkan oleh remaja yang ramah dan baik hati, kooperatif, tidak egois, remaja yang biasanya ceria, tenang, simpatik, bertanggung jawab, setia, jujur, mempunyai cita-cita yang tinggi, mempunyai rasa humor yang baik, matang dan mempunyai ketrampilan sosial yang memadai. Remaja yang tidak mempunyai hal-hal tersebut akan sulit diterima secara sosial dan menjadi tidak populer. Moonks (2001) mengemukakan fenomena yang kehidupan sosial serupa dan menyebut dengan sindroma penerimaan (acceptance syndrome) dan sindroma penolakan sosial (alienated syndrome).

(31)

dalam kelompok teman sebaya remaja dituntut untuk mempunyai kompetensi interpersonal dan sosial. Remaja, baik laki-laki ataupun perempuan mengalami perubahan fisik yang secara pesat. Hampir semua organ tubuh remaja, baik organ dalam maupun organ luar telah tumbuh dan berkembang serta berfungsi seperti orang dewasa, misalnya pertumbuhan tinggi dan berat badan, fungsi jantung, paru-paru dan lain-lain hampir sempurna.

(32)

B. Kelompok

1. Definisi Kelompok

Hamalik (1995) mengungkapkan bahwa perkembangan kearah masa remaja diiringi dengan bertambahnya minat-minat terhadap personal appearance atau penampilan diri. Peer group serta kegiatan-kegiatan kelompok sosial lainnya yang anggota-anggotanya terdiri atas jenis kelamin yang sama maupun berlainan. Proses perkembangan sebelumnya, di samping faktor-faktor lainnya, ikut menentukan sampai sejauh manakah sukses yang seseorang dalam menyesuaikan dirinya dalam kegiatan sosial. Dalam hubungan ini Conradi (Hamalik, 1995) mengemukakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan ini sangat penting kepada para remaja diberikan kesempatan untuk melakukan partisipasi sosial dalam setiap taraf kehidupan yang beraneka ragam itu.

Kelompok atau crowd ialah kelompok-kelompok remaja yang terbesar dan kurang bersifat pribadi. Anggota-anggota kelompok bertemu karena kepentingan atau minat mereka yang sama dalam berbagai kegiatan, bukan karena mereka saling tertarik (Santrock, 1998).

2. Faktor-faktor terjadinya kelompok

(33)

dilihat dua macam pergerakan, yaitu gerak memisahkan diri dari orang tua dan gerak menuju teman sebaya. Dua macam gerak ini merupakan suatu reaksi terhadap status intern anak muda (Monks, 2001).

Pada awal masa remaja kebutuhan akan bimbingan dan dukungan orang tua akan bergeser pada teman sebaya (Fuligni, dkk, 2001). Remaja menghabiskan waktunya tiga kali lebih banyak untuk berinteraksi dengan kelompoknya daripada berinteraksi dengan orang dewasa (Fuhrman, 1990). Maka tidak dapat dipungkiri bahwa teman sebaya memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan remaja.

Remaja menjadi lebih banyak berinteraksi dengan teman sebaya juga dikarenakan remaja merasa bahwa hubungan dengan kelompok teman sebaya mampu memenuhi sejumlah kebutuhan seperti perasaan aman, ikut memiliki, dan kesempatan membangun status. Remaja merasa lebih dimengerti oleh kelompok teman sebaya karena mereka merasa “senasib sepenanggungan”.

3. Fungsi kelompok

Hubungan dengan kelompok merupakan hal yang penting dalam kehidupan remaja karena kelompok sebaya mempunyai fungsi-fungsi yang penting bagi remaja. Fungsi kelompok sebaya menurut Fuhrman (1990) adalah:

a. Mewujudkan suasana belajar

(34)

identitas unik dengan membandingkan terhadap kelompok membandingkan nilai-nilai dan keyakinan dengan orang lain.

b. Memberi dukungan psikologis

Hawari (1991) menyatakan bahwa bentuk pengaruh teman sebaya dapat dilihat dari konformitas terhadap kelompok sebagai akibat adanya tekanan kelompok, kelekatan terhadap kelompok, dan keinginan untuk meniru apa yang dilakukan oleh sebagian besar anggota kelompok.

4. Konformitas

a. Definisi konformitas

(35)

Konformitas merupakan salah satu akibat pengaruh sosial yang terjadi ketika penilaian, opini maupun sikap seseorang berubah karena dihadapkan penilaian, opini, sikap seseorang, atau kelompok lain (Kimmel dan Weiner, 1995). Berbicara tentang konformitas, Kimmel dan Weiner (1995) juga mengungkapkan pendapatnya dengan mengatakan bahwa konformitas adalah mengerjakan apa yang dikerjakan orang-orang di sekitar atau apa yang orang-orang harap dan inginkan untuk mendapat kesan dapat diterima. Perilaku konformitas itu sendiri adalah kecenderungan untuk memperbolehkan satu tingkah laku seseorang dikuasai oleh sikap dan pendapat yang sudah berlaku. Selain itu perilaku konformitas juga dapat dikatakan sebagai ciri pembawaan kepribadian yang cenderung membiarkan sikap dan pendapat orang lain untuk menguasai dirinya (Chaplin, 1981).

Kiesler dan Kiesler mengungkapkan bahwa konformitas merupakan perubahan perilaku atau keyakinan ke arah kelompok sebagai akibat dari tekanan atau tuntutan kelompok, baik itu tuntutan nyata maupun tuntutan yang dibayangkan (Rakhmat, 1996). Seorang individu akan menampilkan konformitas karena mereka menggunakan informasi yang mereka terima dari orang lain, mereka percaya orang lain, juga karena takut menjadi orang yang menyimpang.

(36)

standar kelompok agar individu tersebut dapat diterima dalam kelompok tersebut.

b. Aspek-aspek konformitas

Menurut Cole and Hall (1967) aspek konformitas adalah: 1. Penyamanan perilaku dengan perilaku kelompok

Individu mengubah perilaku sebelumnya agar sama dengan perilaku kelompok dengan mengambil standar kelompok. 2. Perilaku standar kelompok (tekanan kelompok)

Perilaku standar kelompok adalah perilaku yang sesuai dengan tuntutan dalam kelompok ketika mengetahui informasi dan atau norma yang berasal dari kelompok tersebut. Tuntutan ini dapat menjadi tekanan yang sifatnya imajiner atau nyata bagi individu. Dikatakan imajiner apabila tekanan dari kelompok sebenarnya merupakan interpretasi dari aturan-aturan tak tertulis yang berlaku dalam kelompok.

Deutch dan Gerard (dalam Myers, 1999) mengemukakan bahwa pada dasarnya konformitas terdiri atas dua aspek yaitu aspek normatif dan aspek informasional.

1. Aspek Normatif

(37)

tidak nyaman jika berbeda dengan kelompok sehingga berusaha untuk tetap membina hubungan yang menyenangkan.

2. Aspek Informasional

Aspek ini mendorong individu menyesuaikan diri dengan norma kelompok sebagai akibat dari penerimaan bukti-bukti realitas yang ditawarkan kelompok. Biasanya individu-individu memiliki informasi yang kurang jelas terhadap suatu objek atau informasinya cukup tetapi ingin membuktikan kebenaran sehingga menjadi terpengaruh oleh cara penyelesaian yang dilakukan kelompok.

(38)

c. Tipe-tipe konformitas

Moonks (2001) memberi penjelasan mengenai dua tipe konformitas, yaitu:

1. Acquiescene

Acquiescene berarti adanya persetujuan terhadap pendapat-pendapat kelompok dalam suatu situasi yang melibatkan tekanan. Individu akan mengikuti pendapat kelompok meski pendapatnya sendiri sebenarnya berbeda.

2. Conventionally

Conventionally berarti adanya persetujuan terhadap moral dan sosial dalam budaya kelompok yang diterima oleh individu. Individu setuju dengan apa yang ada dalam kelompok sehingga mau menyesuaikan perilakunya dengan perilaku kelompok.

Berndt (dalam Santrock, 1998; Fuhrman, 1990) membagi konformitas menjadi tiga tipe:

1. Konformitas Prososial

Merupakan perilaku konformitas yang diwujudkan dalam tindakan-tindakan pro sosial, misalnya menolong orang lain, bakti sosial, dll.

2. Konformitas Netral

(39)

3. Konformitas Anti Sosial

Terjadi ketika individu konform terhadap perilaku yang bersifat anti sosial, misalnya minum-minuman keras, tindak kejahatan.

Allen dkk (dalam Brehm & Kassin, 1996) menemukan dua tipe konformitas:

1. Private Conformity (Acceptance)

Merupakan perilaku konformitas yang dilakukan dengan tidak hanya merubah perilaku luar tetapi juga dengan mengubah pola pikir konformitas. Tipe ini merupakan hasil dari adanya pengaruh informatif.

2. Public Conformity (Compliance)

Dilakukan dengan mengubah perilaku luar tanpa terjadi perubahan pola pikir. Disebabkan karena adanya pengaruh normatif .

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas

Menurut Rakhmat (1996) konformitas adalah produk interaksi antara faktor situasional dan personal.

1. Faktor situasional

1.1. Kejelasan situasi

(40)

1.2. Konteks situasi

Kecenderungan untuk konform akan terjadi lebih besar pada situasi yang mendorong terjadinya konformitas daripada di situasi yang mendorong kemandirian.

1.3. Cara menyampaikan penilaian dan perilaku

Umumnya bila individu harus menyatakan responnya secara terbuka, ia cenderung konform dari pada kalau ia mengungkap secara rahasia.

1.4. Karakteristik yang berpengaruh

Karekteristik kelompok sangat menentukan perilaku para anggotanya, dengan kata lain karakteristik kelompok nantinya menjadi sebuah norma kelompok yang diikuti oleh anggota kelompok.

1.5. Ukuran kelompok

(41)

1.6. Tingkat kesepakatan kelompok

Menurut Asch dkk (dalam Sears dkk, 1994) orang yang dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah bulat akan mendapat tekanan yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya. Namun, bila kelompok tidak bersatu, akan nampak adanya penurunan tingkat konformitas meski hanya satu orang yang tidak sependapat. Gejala ini tidak bergantung pada siapa orang yang tidak sependapat dengan kelompok. 2. Faktor Personal

2.1. Usia

Pada umumnya, makin tinggi usia anak, makin mandiri ia, makin tinggi bergantung pada orang tua, dan makin kurang kecenderungan untuk konform.

2.2. Jenis kelamin

Wanita cenderung untuk lebih conform daripada pria. Hal ini disebabkan karena latar belakang budaya yang pada umunya menutut wanita untuk lebih konform. Pada masalah yang sifatnya netral, tingkat konformitas pada pria dan wanita adalah sama.

2.3. Stabilitas emosi

(42)

2.4. Kecerdasan

Walaupun hasil penelitian tidak konsisten, kecerdasan berkorelasi negatif dengan konformitas. Artinya makin tinggi tingkat kecerdasan makin kurang kecenderungan kearah konformitas.

2.5. Harga diri

Harga diri merupakan persepsi individu yang memiliki taraf harga diri tinggi akan menyukai dirinya dan melihat bahwa dirinya mampu menghadapi linkungan secara individu dengan taraf harga diri rendah mudah dihinggapi rasa takut. Makin tinggi harga diri maka makin berkurang konformitasnya.

2.6. Motivasi

Beberapa motif yang menghambat konformitas antara lain motif berprestasi, motif aktualisasi diri, dan konsep diri positif.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Pertanyaan Utama

(43)

2. Sub Pertanyaan

Empat pokok pertanyaan yang nantinya diajukan kepada subjek untuk mengungkap perilaku konformitas pada kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Jogja yaitu:

a. Apakah alasan anda mengikuti atau tergabung dalam kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Jogja?

b. Bagaimana pendapat atau pandangan anda tentang kelompok? c. Bagaimana relasi anda dengan anggota kelompok yang lain? d. Apa perilaku atau tindakan yang anda lakukan ketika berkumpul?

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Salah satu unsur terpenting dalam penelitian ilmiah adalah adanya metode penelitian. Ketepatan penggunaan metode penelitian memberikan pengaruh yang cukup besar pada dasar pemecahan sebuah permasalahan yang muncul dalam sebuah penelitian. Adanya ketepatan metode penelitian akan diperoleh suatu hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan, sehingga dalam penelitian ini metode yang dipakai adalah metode studi diskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Metode kualitatif deskriptif yakni suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Azwar, 1995). Pada metode kualitatif ini peneliti berusaha untuk mengungkapkan dengan menggambarkan suatu peristiwa dari sudut pandang subjek yang pernah ataupun sedang mengalami dan menghayati kejadian tersebut yang diperoleh melalui pengamatan peneliti yang bersifat partisipatif.

B. Variabel Penelitian

(45)

latar belakang seseorang masuk dalam sebuah kelompok tertentu yang membuat seseorang tersebut nyaman didalamnya

C. Subjek Penelitian

Menurut pendapat Poerwandari (1998) bahwa karakteristik subjek tidak mengarah pada jumlah sampel yang besar tetapi lebih pada kasus-kasus tipikal yang sesuai dengan kekhususan masalah penelitian. Pemilihan subjek penelitian dalam penelitian kualitatif adalah merinci kekhususan yang ada dalam konteks yang unik untuk menggali informasi (Azwar, 1995). Subjek dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kesesuaian dengan tipikal masalah yang hendak diteliti, karena penelitian ini berkaitan dengan alasan bergabung dalam sebuah kelompok, maka subjek penelitian adalah individu-individu yang terlibat dalam sebuah kelompok tersebut, yang mana kelompok tersebut sudah ditentukan oleh peneliti.

(46)

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, menggunakan metode wawancara untuk mendapatkan data yang diinginkan. Wawancara adalah percakapan atau tanya jawab yang dilakukan oleh dua orang dengan melibatkan satu orang untuk mencari informasi tertentu dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2001). Wawancara yang akan dilakukan mempunyai suatu topik tertentu yang akan dibahas, dalam hal ini “Alasan Remaja Bergabung dalam Kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya”.

Pendapat senada dinyatakan oleh Kerlinger (1990) bahwa wawancara adalah situasi pesan antar pribadi yang bertemu muka yaitu ketika seorang pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang memang dirancang untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada subjek penelitian.

(47)

Penelitian ini menggunakan jenis wawancara semi terstruktur. Ciri-ciri wawancara semi terstruktur antara lain: adanya pertanyaan yang telah disusun berdasarkan teori yang diambil, adanya kebebasan yang dimiliki peneliti dalam mengajukan pertanyaan sesuai dengan kondisi yang dihadapinya dan tidak terikat oleh susunan kata-kata maupun urutan pertanyaan-pertanyaan yang harus diajukan (Kerleinger, 1990).

E. Analisa Data

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif sehingga data yang diperoleh tidak berupa angka, tetapi lebih banyak berupa narasi, diskripsi, cerita, dokumen tertulis dan tidak tertulis termasuk di dalamnya gambar dan foto, ataupun bentuk-bentuk non angka yang lain (Poerwandari, 1998).

Proses pengolahan data, dari data yang telah diperoleh melalui wawancara yakni (Poerwandari, 1998) :

1. Memindahkan hasil wawancara dari tape recorder ke buku kosong. Saat melakukan proses pemindahan hasil rekaman, peneliti mendengar dengan seksama dan mencatatnya di buku yang telah disediakan. Semua hasil wawancara dalam bentuk kata-kata apapun atau kalimat apapun disalin kembali ke dalam buku. Metode kualitatif menyebutnya dengan istilah transkrip verbatim.

(48)

3. Mereduksi data dengan cara membuat abstraksi, yaitu usaha untuk membuat rangkuman inti atau tema yang berkaitan dengan topik penelitian.

4. Menyusun hasil reduksi data ke dalam satuan-satuan. 5. Membuat kategorisasi satuan dan pengkodean. 6. Melakukan interpretasi data dan pembahasan.

F. Keabsahan Data atau Verifikasi Data

Setelah tahap-tahap analisis data maka perlu dilakukan verifikasi

data yaitu dengan membagikan salinan deskripsi kepada subjek agar subjek dapat memberikan masukan atau member checking, kemudian dari hal tersebut peneliti dapat merevisi lagi pernyataan sintesisnya. Setelah verifikasi selesai, maka peneliti merevisi kembali pernyataan sintesisnya. Proses ini disebut

(49)

BAB IV

PERSIAPAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

A. Orientasi kancah dan Persiapan Penelitian

1. Sejarah Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya

Sejarah perkembangan Indonesian Mitsubishi Owners Club (http:\\www.idmoc.com) dimulai pada kisaran akhir tahun 2000 dua orang sahabat yang merupakan pengguna dan pecinta Mobil Mitsubishi berbincang-bincang tentang kepuasan dan kebanggaannya dalam mengendarai Mitsubishi. Firmansjah Saftari yang mengendarai Mitsubishi Eterna GTi 1993 dengan Mohamad Riza Ishar yang mengendarai Mitsubishi Lancer SEi 1997. Dari perbincangan tersebut akhirnya tercetuslah gagasan untuk mendirikan sebuah wadah bagi pengguna Mitsubishi di Indonesia.

(50)

Perjalanan berikut dalam merealisasikan organisasi tersebut penuh dengan segala keterbatasan waktu dan tempat antara Jakarta dan Semarang, lokasi para penggagas wadah penguna mitsubishi tersebut, membuat kesulitan untuk mengumpulkan para pengguna menjadi nyata. Akhirnya diputuskan untuk memanfaatkan internet sebagai media para pengguna Mitsubishi di Indonesia agar bisa berkumpul di dalam IdMOC.

Pada 6 Desember 2000, IdMOC berdiri dengan ditandai beroperasinya domain idmoc.com diikuti dengan pembangunan websitenya. Berikutnya, pada tanggal 13 Desember 2000 dibentuk pula mailing list di eGroups.com bagi para anggota IdMOC untuk saling berdiskusi dan berkenalan secara virtual. Seiring dengan perjalanan waktu, perkembangan keanggotaan IdMOC semakin pesat. Jumlah anggota yang mendaftar di website IdMOC semakin banyak, dan jumlah anggota yang mengikuti diskusi di mailing list IdMOC pun semakin ramai. Hingga akhirnya tercetuslah untuk membentuk kepengurusan bagi IdMOC sebagai organisasi yang mulai tumbuh dan mampu menjalankan aspirasi para anggota. Kepengurusan dibentuk pada tahun 2001 dengan mendudukkan Firmansjah Saftari sebagai ketua.

(51)

dan anggota telah sukses mengadakan beberapa kegiatan workshop dengan tema sharing knowledge di antara para anggota. Dengan banyaknya tips-tips yang ada di website IdMOC perlu diikuti pula dengan praktek nyata bagi para anggota untuk mengetahui secara jelas “how to” dari tips-tips yang ada.

Pada awal tahun 2002 tercetuslah keinginan para anggota untuk mengadakan Gathering Akbar. Melalui perencanaan dan persiapan yang matang akhirnya di laksanakanlah Midyear Gathering pada 4 Mei 2002 dengan di hadiri para anggota dari penjuru pulau, dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jakarta. Gathering ini merupakan salah satu puncak kesuksesan mengumpulkan anggota yang pertama kali dilakukan oleh IdMOC. Bertempat di Bukit Sentul, dengan dihadiri kurang lebih 100 anggota dengan kendaraan Mitsubishi kebanggaannya masing-masing berkumpul bersama betukar pikiran dan semakin mendekatkan diri dalam persahabatan di IdMOC. Hadir pula team dari PT. Krama Yudha Tiga Berlian di dalam Midyear Gathering tersebut untuk berdiskusi bersama tentang hal-hal yang berkaitan dengan Mitsubishi yang digunakan oleh para anggota IdMOC.

(52)

kendaraan non niaga: Lancer, Eterna, Galant, Kuda, L200 Strada dan Pajero. Saat ini jumlah anggota adalah lebih dari 1800 orang, yang tersebar di beberapa kota besar sebagai cabang Indonesian Mitsubishi Owners Club di Jakarta.

Sekitaran awal tahun 2003, Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya berdiri dengan dipelopori oleh beberapa orang yang sebelumnya sudah aktif dalam menjalin komunikasi via internet dengan Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) pusat. Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya, memang termasuk organisasi yang baru terbentuk, walaupun demikian Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) beranggotakan lebih dari 23 pemilik mobil merk Mitsubishi dari berbagai macam tipe, ditambah lagi anggota yang tidak bermobil, ada lebih dari 30 orang anggota Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) saat ini.

2. Persiapan penelitian

Persiapan yang dilakukan dalam usaha untuk mencari data antara lain:

(53)

b. Menyiapkan recorder beserta kaset kosong sebanyak 3 buah masing-masing berdurasi 60 menit, dan baterai ukuran A3 sebanyak 8 buah sebagai sarana penunjang atau alat yang digunakan dalam wawancara. Alat tulis beserta kertas juga tidak lupa disiapkan tempat mencatat hal-hal yang mungkin terpikirkan atau muncul untuk dinyatakan pada saat wawancara.

c. Menghubungi salah satu anggota Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya untuk menghubungkan dengan ketua umum Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya.

d. Menemui ketua umum Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya untuk memberitahukan bahwa akan mengadakan penelitian sekaligus meminta ijin, dan mengumpulkan informasi tentang Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya guna mengenal lebih lanjut organisasi tersebut. Selain itu juga sebagai perantara untuk lebih mengenal anggota-anggotanya beserta dinamika-dinamika yang ada dalam organisasi ini.

e. Menghubungi anggota-anggota Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya yang sesuai dengan kriteria dalam penelitian ini untuk menjadi subjek.

(54)

organisasi yang baru bagi peneliti, oleh karena itu rapport sangat diperlukan untuk bisa mendapatkan data yang akurat.

g. Merencanakan untuk pelaksanaan wawancara dengan subjek guna menyesuaikan dengan hari, tanggal, jam, beserta tempatnya.

B. Pelaksanaan Wawancara

1. Wawancara

NO Subjek Rapport Tanggal

Wawancara

Waktu Wawancara

Tempat Wawancara 1 Al 11 Februari 2007 19 Februari 2007 16.00-17.15 Rumah subjek 2 To 23 Februari 2007 28 Februari 2007 13.30-15.30 Rumah

kontrakan Subjek 3 Ra 25 Februari 2007 1 Maret 2007 20.30-23.00 Rumah subjek 4 Tm 26 Februari 2007 6 Maret 2007 14.00-15.20 Rumah subjek 5 Ne 20 Maret 2007 29 Maret 2007 20.00-23.00 Kost subjek 6 On 6 April 2007 12 April 2007 19.25-21.40 Kost subjek

(55)

C. Deskripsi Subjek

1. Subjek I: Al

Subjek merupakan anak pertama dari dua bersaudara, saat ini subjek tinggal bersama saudara kandungnya di sebuah rumah dengan dua pembantu yang selalu setia menemani subjek dengan saudara kandungnya. Asal subjek dari Kalimantan Timur tepatnya Balikpapan, dan baru tinggal di Yogyakarta saat kuliah ini, sedangkan orang tua dari subjek masih tinggal di Balikpapan. Subjek saat ini masih terdaftar sebagai mahasiswa semester awal Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, sedangkan saudara kandungnya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Umum kelas XI di salah satu sekolah swasta di Yogyakarta.

Subjek termasuk orang yang mudah bergaul, hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bergaul, subjek tidak memilih-milih orang dengan arti lain bahwa subjek dapat berteman dengan siapa saja. Bagi subjek semakin banyak teman semakin kita berhasil dalam kehidupan, sebab dalam kehidupan kita tidak bisa selalu bersikap individu karena dalam kehidupan, manusia selalu hidup berdampingan serta selalu membutuhkan keberadaan orang lain.

2. Subjek II: To

(56)

Atas dan memutuskan untuk kuliah di kota Yogyakarta. Saat ini subjek terdaftar sebagai mahasiswa tingkat awal Universitas Atma Jaya Yogyakarta Fakultas Ekonomi.

Aktivitas keseharian subjek selalu bersama dengan teman-teman dan sahabat-sahabatnya. Menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan relasi sosialnya subjek sangat mudah bergaul dan mempunyai banyak teman. Subjek termasuk orang yang tidak suka memilih-milih orang untuk menjadi teman dan mudah untuk kenal serta dekat dengan orang lain. Selain bisa dan cepat dekat dengan orang lain, subjek juga dikenal orang yang suka membantu teman-temannya yang sekiranya membutuhkan bantuan.

3. Subjek III: Ra

Subjek berasal dari kota Yogyakarta, dilahirkan dan dibesarkan di kota Yogyakarta. Subjek tinggal di daerah perbatasan antara kota madya Yogyakarta dengan kabupaten Bantul. Dilahirkan dari keluarga terpandang dan masih ada keturunan darah biru dari kraton Yogyakarta. Subjek adalah anak pertama dari dua bersaudara, saudara kandung subjek seorang wanita. Saudara kandung subjek menempuh pendidikan di salah satu Sekolah Menengah Umum favorit di Yogyakarta duduk di kelas XI. Saat ini subjek menempuh pendidikan di Universitas Atma Jaya Yogyakarta mengambil Fakultas Hukum.

(57)

banyak teman entah itu di kampus maupun di luar kampus. Tidak hanya itu saja dengan tetangga atau dengan orang-orang yang tinggal berdekatan dengan subjek, hubungan mereka sangat baik. Subjek juga aktif dalam kegiatan-kegiatan warga, terutama kegiatan yang melibatkan orang muda. Selain itu juga subjek suka bergelut atau mengikuti organisasi-organisasi, dengan kata lain subjek sangat menyukai kegiatan yang banyak berhubungan dengan orang lain.

4. Subjek IV: Tm

Saat ini subjek tinggal bersama orang tuanya, keadaan keluarga subjek berjalan dengan sangat harmonis. Subjek sejak kecil hidup dengan orang tuanya dan dalam menempuh studi pun selalu ditempuh di kota Yogyakarta dan tinggal sekota dengan keluarga. Hubungan antar pribadi di dalam keluarga berlangsung secara akrab dan akur, baik itu antar anak yaitu hubungan subjek dengan saudara kandungnya maupun kepada orangtua yaitu hubungan subjek dengan orangtua. Dalam hubungan dengan saudara kandungnya, subjek sangat mempunyai kedekatan emosi walaupun perbedaan usia yang lumayan jauh. Subjek adalah anak pertama laki-laki yang saat ini memilih kuliah di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia dan mempunyai adik laki-laki yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama kelas IX.

(58)

subjek mudah dalam beradaptasi dengan lingkungan. Bahkan di lingkungan yang belum dikenalnya dan sangat asing sekalipun, subjek mampu melebur dalam kebiasaan di lingkungan baru tersebut. Berhubungan dengan adaptasi, subjek juga mudah dalam menjalin sosialisasi atau menjalin relasi dengan orang-orang baru di lingkungan yang notabene asing untuknya. Tidak jarang juga subjek meluangkan waktu untuk pergi bersama dengan teman-temannya.

5. Subjek V: Ne

Subjek adalah anak bungsu dari tiga bersaudara dan merupakan satu-satunya anak laki-laki. Sedangkan kakak-kakaknya bekerja, dan sekaligus tinggal di luar kota, dan belum menikah. Saat ini subjek tinggal di Yogyakarta untuk belajar disebuah perguruan tinggi swasta, perguruan tinggi yang dipilih yaitu Universitas Kristen Duta Wacana Fakultas Teknik Informatika. Kedua orang tuanya tinggal di Magetan, ayah subjek bekerja di sebuah perusahaan swasta dan ibu subjek adalah seorang ibu rumah tangga yang mempunyai sambilan yaitu membuka toko kelontong. Sebelum menjalani pendidikan di Yogyakarta, subjek pernah menjalani pendidikan di salah satu universitas swasta di kota Malang.

(59)

kehidupan organisasi, sebab subjek hampir tidak pernah absen dari acara atau program-program kegiatan yang ada. Pergaulan keseharian subjek cukup luas, hal ini nampak dalam subjek membina hubungan pertemanan yang sudah ada. Dalam pergaulannya subjek dikenal sebagai orang yang tidak banyak omong dan bisa dikatakan subjek termasuk orang yang pendiam dan terkesan terlalu serius.

6. Subjek VI: On

Subjek adalah anak bungsu dari tiga bersaudara dan merupakan satu-satunya anak laki-laki. Sebelum menjalani pendidikan di Yogyakarta, subjek menjalani pendidikan formal dari Taman Kanak-kanak sampai dengan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Umum di kota Pontianak. Saat ini subjek tinggal di Yogyakarta untuk belajar disebuah perguruan tinggi negeri, sedangkan kedua orang tuanya tetap tinggal di Pontianak. Saat ini subjek menempuh jenjang pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, mengambil jurusan komunikasi Universitas Gadjah Mada. Ayah subjek bekerja sebagai pegawai negeri sipil di salah satu instansi pemerintah, begitu pula ibunya juga seorang pegawai negeri sipil di salah satu instansi pemerintah yang berbeda dengan ayah subjek.

(60)

teman-teman dekat dari angkatan yang sama dengan subjek di kampusnya, dan mempunyai teman dekat juga di Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya.

7. Subjek VII: Ma

Subjek adalah anak pertama dari dua bersaudara. Keluarga subjek saat ini berdomisili di salah satu kota di Jawa Barat yaitu kota Bogor. Ayah subjek berasal dari Yogyakarta, dan saat ini bekerja di salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang komunikasi yaitu P.T. Telkom, sedangkan ibunya berasal dari Kalimantan Tengah tepatnya Palangkaraya dan saat ini bekerja sebagai pegawai negeri pada salah satu kantor pemerintahan daerah di kota Bogor. Subjek memiliki satu adik perempuan, jarak umur mereka tidak terlalu jauh hanya beda dua tahun. Hubungan subjek dengan kedua orang tua bisa dikatakan mempunyai hubungan yang sangat baik, meskipun tinggal di kota yang berbeda, subjek tetap menjaga komunikasi dengan keluarganya.

(61)

D. Analisis Data

1. Latar belakang menjadi anggota Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya

Dunia luar mengenal mobil ber-merk, buatan pabrikan dari Jepang ini karena memang lumayan diminati, untuk menemani aktivitas sehari-hari. Hasil wawancara dengan para anggota Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya, secara keseluruhan para anggota mengungkapkan atau menyatakan bahwa latar belakang menjadi anggota adalah untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang mobil Mitsubishi. Hal-hal yang ingin diketahui mengenai mobil Mitsubishi, salah satunya adalah tentang spare part yang dikenal mahal harganya, dibandingkan dengan

spare part merk mobil Jepang yang lain.

“Yang utama nambah pengetahuan. Nambah pengetahuannya lebih kepada pengetahuan tentang Mitsubishi itu sendiri, tentang

spare part dari luar ampe dalam, dari yang keliatan ampe ga keliatan. Soalnya di luar spare part Mitsubishi dikenal mahal dan termasuk onderdil yang susah nyarinya. Sebelum masuk IdMOC kan aku nanya dulu ma temenku yang lebih duluan masuk ke IdMOC, katanya temenku tuh di IdMOC nantinya akan tau seluk beluk tentang Mitsubishi. Dari sini saya tertarik ikut IdMOC Jogja, aku mikir ga ada salahnya juga.”

(wawancara: Ma, baris 3-12)

(62)

“Tentang mesin, tentang spare part, dan banyak lagi. Sebelum masuk IdMOC aku buta banget tentang mobil, bisa dikatakan aku ga tau tentang mesin sama sekali tau nya cuman ganti ban dan ketika saya masuk IdMOC sedikit banyak sekarang lebih tau tentang mesin. Paling ga seandainya rusak di bagian ini tau dan yang jelas bisa paling ga, tau mengantisipasinya. Misalnya lagi perjalanan jauh, kita ga mengharapkan tapi seandainya terjadi kerusakan di tengah jalan tau sedikit banyak tau cara ngantisipasinya, walaupun cuma dikit dan tidak semahir montir. Yang jelas nambah pengetahuan tentang Mitsubishi pada umumnya. Maksudnya ya aku lebih banyak tau tentang spare part ini itu dari yang sepele ampe yang rumit contohnya tentang mesin Mitsubishi itu sendiri. Selain itu juga banyak tau tentang bengkel yang bagus dimana, semisal rusak ini bengkel yang bagus dimana gitu. Apalagi mobil Misubishi kan agak susah maksudnya spare part-nyatergolong mahal, kalo ga jeli kan bisa miskin karena Mitsubishi. Bagi aku nambah pengetahuanya itu, lain dari itu aku nambah pengetahuan juga diluar yang aku pelajari di kampus. Kebetulan kan aku anak ekonomi dan disana pasti ga belajar masalah mesin ya aku belajar laen disini.” (wawancara: Tm, baris 15-37)

Mayoritas orang yang menggunakan mobil adalah orang-orang strata sosial menegah keatas. Bagi orang tua yang mempercayai anaknya untuk menggunakan mobil untuk rutinitas sehari-hari, pastinya orang tua mempunyai mobil lebih dari satu, dan hal ini berhubungan langsung dengan ekonomi keluarga yang mendukungnya. Remaja yang menggunakan mobil akan sangat mempengaruhi gaya hidup dalam kehidupan sehari-hari.

“Aku ngarasa juga tambah pengetahuan dalam artian begini orang punya mobil kan pasti ekonominya lancar paling gak menengah keatas, kalo aku ekonomi menengah tapi kebetulan punya mobil. Gini, aku dapat pengetahuan tentang gaya hidup orang bermobil.

(63)

ma kendala cuaca misalnya mo kuliah ujan. Menurutku itu sebuah gaya idup atau life style orang pake mobil. Selain itu juga ada temen-temen yang modif mobilnya yang semunya di modif luar dalam pokoknya. Ada juga yang puas dengan performa standard dari Mitsubishinya juga.” (wawancara: Ra, baris 15-30) Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa dipisahkan dari orang lain, itu pun terjadi dalam kehidupan berorganisasi atau dalam sebuah komunitas. Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya, mempunyai anggota yang mayoritas remaja dan dapat menjadi tempat atau sarana untuk memperluas relasi dalam mencari teman. Organisasi menjadi tempat untuk berkumpul dan bertemu dengan orang-orang yang sebelumnya belum dikenal.

“Yang utama, kalo yang laen tambah temen soalnya yang aku cari di IdMOC sebenarnya informasi yang berhubungan dengan mobil tapi kalo organisasi kaya gitu kan pasti banyak anggotanya otomatis disitu aku akan kenal banyak orang dan aku selama menjadi anggota aku banyak mengenal orang-orang yang bener baru dengan berbagai latar belakang budaya, latar belakang pendidikan, dari yang muda ampe yang tua pokoknya banyak.” (wawancara: On, baris 23-30)

Latar belakang menjadi anggota lebih kepada mencari informasi tentang mobil Mitsubishi. Informasi dalam hal ini berkaitan dengan pemeliharaan mobil yang berhubungan dengan spare part, selain itu juga menambah informasi tentang mesin Mitsubishi itu sendiri. Selain berhubungan dengan spare part dan mesin, hal lain yang mendasari adalah keinginan untuk menambah teman sehingga dapat memperluas relasi sosialnya.

(64)

2. Pandangan tentang kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya

Wawancara ini mengungkapkan adanya pengaruh kelompok di Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya. Kelompok sedikit banyak memberikan pengaruh kepada anggota, pengaruh ini lebih kepada keinginan untuk memodifikasi mobil. Pengaruh ini muncul karena melihat mobil teman yang lain yang sudah di modifikasi, oleh karena itu memunculkan keinginan teman yang lain untuk memodifikasi mobilnya.

“Itu pasti aku pribadi merasa terpengaruh, itu kalo menurut aku segi emosional. Segi emosional pasti ada akan terpengaruh kebawa pasti. Dari ngumpul-ngumpul bincang-bincang mobil, buka kap mobil, buka ini itu, pasti kebawa kesitu ingin modif pasti itu secara ga langsung keinginan kearah itu pasti ada. Ada juga ketika pas ngeliat misalnya tapemu bagus, jadi pengen, bisa dikatakan untuk urusan modifikasi 80%-90% dari temen.” (wawancara: To, baris 112-119)

Kelompok memberikan dampak positif yang bermacam-macam kepada anggota. Dampak positif yang sangat dirasakan oleh para anggota Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya, yang anggotanya mayoritas remaja ini. Hal positif yang dominan lebih kepada mendapat informasi tentang Mitsubishi, dan bertemu lebih banyak orang sehingga dapat memperbanyak teman dan relasi.

“Kalo saya seh lebih banyak positifnya. Positifnya lebih kepada saya dapat teman banyak, yang lain banyak dapat informasi tentang mobil itu sendiri khususnya mobil Mitsubishi, mungkin lebih ke itu untuk dampak positifnya.”

(wawancara: Ne, baris 186-189)

(65)

harus mengikuti acara malam tersebut sampai selesai, sehingga hal ini menyebabkan kurangnya jam istirahat dan kurangnya berkumpul dengan teman-teman lain.

“Kalo negatifnya mungkin badan capek ya, kalo udah ngumpul susah untuk pulang pasti ngikut, pergi ke hiburan malem,

clubbing juga harus ikut ya itulah efek negatifnya kebawa kesitu. Ya. Siang aku gunain untuk kerja ato kuliah, kalo pas malem kumpul ma mereka, yang dulunya pergi kesana-kesini ma temen-temenku pa istirahat, sekarang kumpul ma IdMOC. Ya pasti ada beberapa temen akrab yang ga pernah ketemu.”

(wawancara: To, baris 137-145)

Sedikit banyak kelompok memberikan pengaruh kepada anggota, pengaruh ini bisa dilihat dari berbagai macam sisi dan bisa menjadi pengaruh yang positif atau pun negatif. Sejauh ini pengaruh yang ada dalam Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya bisa dikatakan positif karena hanya sebatas ingin memodifikasi karena melihat mobil teman yang telah di modif. Dalam kehidupan berorganisasi atau berkelompok selain ada sikap saling mempengaruhi, juga terdapat dampak positif dan negatif dari kehidupan organisasi tersebut. Hal ini sangat bersifat subjektif karena setiap manusia bisa berpendapat dan bisa saling bertolak belakang. Orang bisa berpendapat bahwa hal tersebut merupakan dampak positif, tetapi tidak menutup kemungkinan orang lain bisa berpendapat bahwa itu adalah dampak negatif.

3. Relasi dalam kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya

(66)

antar anggota ini tidak hanya sekedar kenal dan pada akhirnya menjalin relasi, tetapi lebih kepada kedekatan yang sifatnya afeksi yang berupa saling memperhatikan satu dengan yang lain dan sharing tentang masalah-masalah yang sifatnya pribadi. Perasaan saling mengenal itu membuat individu merasa nyaman karena mereka merasa tidak berbeda dengan anggota lain, dalam artian para anggota merasa memiliki organisasi ini, dan membuat hubungan antar satu dengan yang lain merasa baik sehingga merasa nyaman dan diterima dalam organisasi. Hal ini juga menjadi sarana untuk semakin mengenal pribadi satu dengan yang lain.

“Kebersamaan karna kita mungkin dalam hari biasa itu jarang ketemu satu sama lain, sama IdMOC pun kita jarang ketemu karena kesibukan masing-masing seperti yang sudah aku katakan tadi. Karna itu adanya acara semacam ini ada wadah untuk mempertemukan sekaligus refresing dari kesibukan ato masalah mereka yang dihadapi selama hari-hari kerja itu. Ya dari itu bisa dibilang setiap berangkat harus kumpul semua, selain kita memang telah tergabung sebagai keluarga besar IdMOC. Ya saya merasa sekali. Bagi saya ngumpul ma temen-temen saat bepergian jauh bareng bisa sharing, bisa ngobrol-ngobrol lebih mendalam lagi karena kan sambil nginep biasanya. Dari situ bisa kumpul dan ngobrol tentang berbagai macam hal, bisa nanya gimana kabar dan dari situ kita bisa lebih tau tentang karakter orang juga.” (wawancara: Ra, baris 98-112)

(67)

satu dengan yang lain. Hubungan relasi yang terjalin antar sesama anggota membuat para anggota merasa nyaman berada dalam organisasi.

“IdMOC anggotanya banyak dari situ paling ga aku mengenal baik mereka. Ya nambah temennya lebih kesitu ga hanya temen kampus ato temen main yang lain, yang jelas di IdMOC banyak ketemu orang-orang baru yang sebelumnya belum pernah ketemu apalagi kenal. Ditambah lagi hubungan antar anggota bagus jadinya nyaman jalin relasi antar aku ma mereka sehingga hal ini kalo aku semakin mendukung hubungan relasi antar anggota IdMOC.” (wawancara: Tm, baris 38-46)

Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya menjadi tempat bertemu para remaja yang mempunyai mobil Mitsubishi. Dari kebersamaan, tersebut muncul kedekatan-kedekatan, sehingga terbentuk relasi yang erat. Berdasarkan hal tersebut pada akhirnya membentuk sebuah rasa percaya satu dengan yang lain, dan membentuk relasi yang menghasilkan. Pergaulan remaja tidak hanya untuk bersenang-senang, tidak jarang juga mereka berniat untuk menjalin relasi bisnis untuk kemudian hari.

“Paling berbincang-bincang. Kalo yang menghasilkan paling kalo ada yang berbisnis ketemu ngobrol besoknya jadi. Misalnya ada yang berbisnis bengkel trus ada yang berbisnis show room

mobil, akhirnya gara-gara di IdMOC kenal, sampai sekarang itu bisnisnya masih jalan. Kalo ada mobil-mobil yang perlu diperbaikin atau perlu direkondisi masuknya bengkel sama temen itu. Dari pembicaraan bercanda-bercanda itu ada kaitannya. Kelanjutan dari itu yang aku tahu situ punya duit aku punya duit, kalo ga situ modal aku punya keahlian, punya pengetahuan, punya teman yang bisa bantu. Jadi permodalan itu turun ke dia, dan dia yang menjalankan, sebatas yang aku tahu itu yang lain aku ga tau.” (wawancara: To, baris 77-89)

(68)

menjadi sesuatu hal penting, saling mengenal antar anggota satu dengan anggota yang lain seperti menjadi sebuah keharusan. Saling mengenal antar anggota bisa dikatakan menjadi salah satu faktor untuk membentuk kekompakan yang nantinya melahirkan sebuah organisasi yang solid. Hubungan kedekatan yang berawal dari saling mengenal tersebut tidak hanya sebatas mengenal tetapi menjadi hubungan yang saling memperhatikan satu dengan yang lain.

4. Perilaku dalam kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya

Keaktifan dari semua anggota Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya dapat dilihat dari kegiatan yang mereka lakukan, dan dapat menggambarkan kehidupan berkelompok atau konformitas yang sangat kental. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan rutin mingguan yang diisi dengan berbincang-bincang, putar-putar kota, membicarakan masalah organisasi, dan lain-lain, semua kegiatan tersebut dilakukan secara berkelompok.

“Ya yang sering kami lakukan itu ngobrol trus selingannya minum kopi, nonton band, menikmati lalu lintas kota malam hari, udara dingin kota jogja, dan laen laen. Intinya komunikasi antar anggota.

(69)

Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya selalu mempunyai agenda kegiatan. Peran aktif anggota dalam agenda kegiatan tersebut sangat diperlukan, karena kegiatan-kegiatan tersebut melibatkan seluruh anggota. Agenda kegiatan yang tidak pernah dilupakan adalah

touring dan menjalin relasi yang lebih luas lagi dengan club-club lain. Hal lain yang tidak dilupakan adalah mengadakan kegiatan sosial untuk membantu pihak-pihak yang kekurangan.

“Banyak sekali kegiatan-kegitan yang pernah diadain ma IdMOC yang paling sering touring, kegiatan itu gunanya untuk saling mengakrabkan diri antar anggota satu dengan anggota yang lain, trus refresing maklumlah kalo di Jogja trus bosen juga, selain itu juga bisa jalin silahturahmi dengan IdMOC di kota lain dan jalin kerja sama antar organisasi IdMOC sendiri serta club-club lain yang ada di luar kota, untuk nambah temen juga. Trus kegiatan lain itu baksos untuk korban gempa Jogja- Jateng yang terjadi taon kemaren, yang lainnya tuh baksos di panti-panti asuhan yang ada di sekitar kota Jogja. Selain kegiatan yang udah aku ceritain tadi pernah juga IdMOC tuh ngadain kegiatan arung jeram di daerah Magelang ma Wonosobo, kegiatan fun rally

untuk ngarayain ultah-nya IdMOC.” (wawancara: Ma, baris 43-56)

(70)

“Biasanya juga ga semua anggota ikut, soalnya karena kesibukan ato rutinitas sehari-hari temen-temen, ada yang kuliah, ada juga yang kerja, dan laen-laen. Tapi kami biasanya mengusahakan ato disarankan untuk semua anggota ikut, maksudnya kan kita satu organisasi kalo banyak yang ga ikut gimana. Apalagi kalo melibatkan orang-orang ato organisasi ato club mobil laen. Diusahakan banyak yang ikut lah, walaupun satu mobil diisi 5 orang ato berapa gitu, masalahnya juga ga semua mobil temen-temen itu stand by, ada juga yang dipakai or-tu kerja. Paling ga memperlihatkan kalo kita organisasi solid yang anggotanya kompak.” (wawancara: Ra, baris 86-97)

Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya, tidak memberi batasan kepada anggota-anggotanya untuk mencari teman sebanyak-banyaknya. Anggota diperbolehkan mengembangkan diri dibanyak tempat termasuk menjadi anggota dari club-club mobil lain. Dengan kata lain Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya tidak mengekang anggotannya dalam menjalin relasi dengan orang lain, melalui keikusertaannya ke kelompok lain.

“Tidak, banyak kok yang ngrangkep.Ikut di Mitsubishi ikut lagi di tim lain, ikut lagi di tim lain, bebas tidak ada peraturan semacam itu kok di IdMOC. Aturannya cuman mobilnya harus Mitsubishi segala merk, segala model tapi merknya harus Mitsubishi.” (wawancara: To, baris 72-76)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan games dalam mengukur hubungan beban kerja terhadap waktu, sehingga penelitian ini nantinya diharapkan games dapat

Tujuan dari penelitian ini, yaitu menghitung hasil fotoproduksi meson-eta pada proton dengan menggunakan model isobar untuk menghasilkan data numerik yang

(4) Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri dari kelengkapan dokumen permohonan pembayaran Ganti Kerugian kepada LMAN sebagaimana diatur dalam

Duncan menunjukkan bahwa perlakuan komposisi bahan baku karbon pelet menghasilkan kadar karbon terikat yang berbeda nyata pada P1 dengan perlakuan lainnya (Lampiran 2)..

[r]

Hal ini dapat dilihat bahwa Sekolah Dasar Negeri Lebakwangi 01 merupakan Sekolah Dasar pertama yang berdiri di Desa Lebakwangi, tetapi dengan adanya dua sekolah lagi, yaitu SD