Hal -
1
BAB IX
ASPEK PEMBIAYAAN
8.1
Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:
a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya;
b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
Hal -
2
6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usahadalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:
a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.
b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.
8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan criteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:
a. Bidang Infrastruktur Air Minum
DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan.
Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:
Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;
Tingkat kerawanan air minum.
b. b. Bidang Infrastruktur Sanitasi
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:
kerawanan sanitasi;
cakupan pelayanan sanitasi.
9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2-JM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor. Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM bidan Cipta Karya meliputi:
1) Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi. 2) Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya
yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.
3) Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintahkabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.
4) Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).
Hal -
3
6) Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.
8.2
Profil APBD Kota Ambon
Bagian
ini
menggambarkanstruktur APBD Kota Ambon selama 5 tahun terakhir dengan sumber data
berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan
format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
a.
Belanja Daerah
yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.
b.
Pendapatan daerah
yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan
Lain yang Sah.
c.
Pembiayaan Daerah
meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.
Tabel 9.1, 9.2, 9.3 menunjukan perkembangan APBD dalam 5 tahun terakhir.
8.2.1
Pendapatan Daerah
Hal -
4
Tabel 9.1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
( 2010
–
2012 )
I. PENDAPATAN DAERAH 1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH
1.1.1 Pajak Daerah 1.1.2 Hasil Retribusi Daerah
1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang dipisahkan
1.1.4 Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
1.2. DANA PERIMBANGAN / TRANSFER DARI PEMERINTAH PUSAT
1.2.1 Dana Bagi Hasil pajak/ Bukan Pajak 1.2.2 Dana Alokasi Umum (DAU) 1.2.3 Dana Alokasi Khusus ( DAK ) 1.2.4 Bagi Hasil Pajak
1.3 LAIN - LAIN PENDAPATAN YANG SAH
1.3.1 Pendapatan Hibah 1.3.2 Dana darurat
1.3.3 Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya 1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
1.3.5 Bantuan Keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya
1.3.6 Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
Hal -
5
Tabel 9.1 Perkembangan Pendapatan Daerah Dalam 5 Tahun Terakhir
( Tahun 2013 dan 2014 )
PENDAPATAN DAERAH Tahun – 1 (2013)
Tahun – 2 (2014)
Rp % Rp %
(1) (2) (3) (4) (5)
I. PENDAPATAN DAERAH 1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH
1.1.1 Pajak Daerah 1.1.2 Hasil Retribusi Daerah
1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang dipisahkan
1.1.4 Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
1.2. DANA PERIMBANGAN
1.1.5 Dana Bagi Hasil pajak/ Bukan Pajak 1.1.6 Dana Alokasi Umum (DAU) 1.1.7 Dana Alokasi Khusus ( DAK )
1.2 LAIN - LAIN PENDAPATAN YANG SAH
1.2.4 Pendapatan Hibah 1.2.5 Dana darurat
1.2.6 Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya
1.2.7 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 1.2.8 Bantuan Keuangan dari provinsi atau Pemerintah
Daerah lainnya
1.2.9 Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
Hal -
6
8.2.2
Belanja Daerah
Hal -
7
Tabel 9.2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
( Tahun 2010
–
2012 )
BELANJA DAERAH
Tahun – 1 (2010 ) Tahun – 2 ( 2011) Tahun – 3 ( 2012)
Rp % Rp % Rp %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
BELANJA DAERAH 514.924.196.452 94,20 631.942.174.020,90 98,05 757.731.346.703,11 98.13 Belanja Tidak Langsung 398.328.878.876 98,07 459.927.777.537,90 91,48 641.770.770.271,96 98,13 - Belanja Pegawai 384.361.017.583,00 98,93 436.857.348.926,00 94,52 514.781.827.758,15 99,18
- Belanja Bunga 2.522.222.221,98 345.555.555,66 100 781.645.090,81 111.16
- Belanja Subsidi 2.124.902.854,00 50,31 - - 100.000.000,00 81.04
- Belanja Hibah 1.684.878.000,00 86,28 15.767.922.263,00 80,88 6.974.658.535,00 93,56 - Belanja Bantuan Sosial 2.714.701.225,00 88,14 4.358.599.182,00 58,05 3.289.480.480,00 98,19 - Belanja Bantuan keuangan
Kepada Pemerintah Desa
3.764.099.992,00 81.98 2.009.433.654,00 42,31 3.482.200.000,00 90,70
Hal -
8
Tabel 9.2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
( Tahun 2013
–
2014)
BELANJA DAERAH
Tahun – 1 (2013) Tahun – 2 ( 20114 )
Rp % Rp %
(1) (2) (3) (4) (5)
BELANJA DAERAH 839.202.307.572,90 96,38 892.137.006.438,57 91,79
Belanja Tidak Langsung 572.846.595.019,00 95,84 598.918.962.591,57 97,01
- Belanja Pegawai 551.943.338.463,00 96,20 577.923.729.364,57 97,12
- Belanja Bunga - - - -
- Belanja Subsidi 100.000.000,00 81,04 100.000.000,00 81,04
- Belanja Hibah 9.413.300.689,00 84,25 13.899.921.077,00 96,73
- Belanja Bantuan Sosial 3.903.149.425,00 98,63 2.332.315.250,00 81,84
- Belanja Bantuan keuangan Kepada Pemerintah Desa
2,062.310.000,00 93,74 2.486.055.800,00 99,44
- Belanja Tidak terduga 5.424.496.442,00 83,45 2.486.055.800,00 99,44
BELANJA LANGSUNG 266.355.712.553,90 97,54 293.218.043.847,00 82,71
- Belanja Pegawai 15.206.990.198,00 87,87 20.096.142.412,00 81,00
- Belanja Barang dan Jasa 131.880.467.884,34 99,65 143.131.508.070,00 90,25
- Belanja Modal 119.268.254.471,56 96,64 129.990.393.365,00 75,96
Hal -
9
Pembiayaan daerah terdiri atas penerimaan pembiayaan yaitu semua penerimaan yang perlu dibayar kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun – tahun anggaran berikutnya, serta pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun – tahun anggaran berikutnya.Tabel 9.3 Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
( 2010
–
2012 )
Tabel 9.3 Perkembangan Pembiayaan Daerah
( Tahun 2013
–
2014)
PEMBIAYAAN DAERAH
Tahun – 1 (2013) Tahun – 2 ( 20114 )
Rp % Rp %
(1) (2) (3) (4) (5)
Penerimaan Pembiayaan 10.751.905.137,00 67.12 24.713.737.528,03 100 Pengeluaran Pembiayaan 5.000.000.000,00 100 2.696.992.567,44 98,20 PEMBIAYAAN NETTO 5.751.905.137,00 1.04 22.016.744.960,59 99,10
Berdasarkan
Standart Auntansi ( PP No. 71 Tahun 2010 ) pos
–
pos pendapatan dan belanja daerah
dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Gambar 9.1 Grafik Perkembangan Proporsi Pendapatan dan Belanja dalam APBD
PEMBIAYAAN DAERAH
Tahun – 1 (2010 ) Tahun – 2 ( 2011) Tahun – 3 ( 2012)
Rp % Rp % Rp %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Hal -
10
8.3
Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
Setelah APBD secara umum dibahas, maka dibawah ini adalah dikajian berapa besar investasi
pembangunan khusus bidang Cipta Karya di Kota Ambon selama 5 tahun terakhir yang bersumber dari
APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta.
8.3.1
Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN dalam 5 Tahun
Terakhir
Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011).
Tabel 9.4 Tabel APBN Cipta Karya di Kota Ambon dalam 5 Tahun Terakhir
Sektor Alokasi Tahun
Pengembangan Air Minum 15.037.552.000 7.784.986.000 9.313.818.000 7.086.000.000 4.400.000.000 Pengembangan PLP 7.866.500.000 14.362.465.000 12.022.260.000 13.575.000.000 9.759.720.000 Pengembangan
Permukiman ( BANGKIM)
5.028.263.000 1.425.445.000 9.131.275.000 3.587.517.000 22.150.000.000
Penataan Bangunan & Lingkungan ( PBL )
5.290.181.000 8.528.276.000 1.709.290.000 1.691.992.000 6.883.231.000
Total 33.222.496.000 32.101.172.000 32.176.643.000 25.940.509.000 43.192.951.000
Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Adapun Dana DAK yang dialokasikan ke Kota Ambon lam 5 tahun terakhir sebagai berikut :
Tabel 9.5 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kota AMBON dalam 5 Tahun Terakhir
Jenis DAK Tahun – 1 (2011) Tahun – 2 ( 2012) Tahun – 3 (2013) Tahun – 4 ( 2014) Tahun - 5
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
DAK Air Minum 5.873.492.800 583.033.300 1.579.897.000 1.013.189.800 1.983.641.000
Hal -
11
dalam 5 Tahun Terakhir
Pemerintah Kota Ambon memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di Kota Ambon. Untuk melihat upaya pemerintah Kota Ambon dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada.
Tabel 9.6 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 3 Tahun Terakhir
Sektor Tahun – 2 ( 2012) Tahun – 3 ( 2013) Tahun – 4 (2014)
Alokasi % Alokasi % Alokasi %
(1) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Pengembangan Air Minum 2.430.808.320 100 192.527.000 100 173.247.169 100 Pengembangan
PPLP
19.604.587.700 95 13.584.269.066 90 19.053.523.690 100
Pengembangan Permukiman (BANGKIM)
538.056.500 100 281.799.350 90 72.280.000 100
Penataan Bangunan dan Lingkungan(PBL)
3.076.783.850 100 950.000.000 100 2.235.591.100 100
Total Belanja APBD Bidang Cipta Karya
25.650.236.370 98.75 15.008.595.416 95 21.534.631.959 100
Total Belanja APBD 757.731.346.703,11 98,13 839.202.307.572,90 96,38 892.137.006.438,57 91,79
Gambar 9.2 Grafik Proporsi Belanja Cipta Karya terhadap APBD
Hal -
12
Tabel 9.7 Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir
Sektor
Tahun -1 (2011)
Tahun
–
2 ( 2012)
Tahun
–
3 (2013)
Alokasi APBN
DDUB
Alokasi APBN
DD UB
Alokasi APBN
DD UB
(1) (4) (5) (6) (7)
Pengembangan
Air Minum
15.569.000.000
1.800.000.000
4.200.000.000
406.900.000
6.275.000.000
-
Pengembangan
PPLP
8.510.000.000
2.313.818.000
12.670.500.000
1.252.246.850
13.550.000.000
3.623.000.000
PengembanganPermukiman (BANGKIM)
5.331.164.000
735.000.000
1.837.225.000
452.649.250
5.698.625.000
1.139.725.000
Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL)
3.500.000.000
900.000.000
500.000.000
-
1.800.000.000
-
Total
32.910.164.000
5.748.818.000
18.708.225.000
2.111.796.100
27.323.625.000
4.762.725.000
Tabel 9.7 Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir
Sektor
Tahun
–
4 ( 2014)
Tahun
–
5 ( 2015 )
Alokasi APBN
DD UB
Alokasi APBN
DD UB
(1) (2) (3) (4) (5)
Pengembangan
Air Minum
7.086.000.000
-
4.400.000.000
200.000.000
Pengembangan
PPLP
13.575.000.000
1.189.983.000
9.759.720.000
90.000.000
PengembanganPermukiman (BANGKIM)
3.587.517.000
-
22.150.000.000
75.000.000
Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL)
1.691.992.000
-
6.883.231.000
Hal -
13
Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya
dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2-JM) maka dibutuhkan analisis proyeksi
perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan
swasta.
8.4.1
Proyeksi APBD 5 tahun ke depan
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.
Tabel 9.9 Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan
Tabel 9.9 Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan
Proyeksi 1. PAD 113.414.643.207 129.719.000.732 148.367.253.777 169.696.358.045 194.091.709.596
2. DANA PERIMBANGAN
A. DAU 630.936.388.133 661.673.100.297 693.907.182.865 727.711.581.769 763.162.796.579 B. DAK 50.750.137.487 56.674.795.680 56.674.795.680 70.679.821.343 78.931.105.051 C. C. DBH 38.826.960.306 40.330.452.405 40.330.452.405 43.514.349.710 45.199.351.072 3. Lain-Lain Pendapatan yang
Sah 182.394.847.781 195.340.289.512 195.340.289.512 224.052.785.910 239.954.892.356
Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan metode analisis
Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR).
Net Public Saving
Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah
dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:
Net Public Saving = Total Penerimaan daerah - Belanja Wajib
NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) - (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah)
Komponen APBD1. PAD 557.942.444.401 65497.285.977 99.159.577.404 14,38 %
2. DANA PERIMBANGAN
A. DAU 497.388.362.000 551.507.941.000 60.627.489.000 4,87 %
B. DAK 29.219.550.000 49.531.570.000 45.444.830.000 11.67 %
C. DBH 43.506.179.990 35.080.188.442 37.379.517.379 3,8 %
Hal -
14
NPS Kota Ambon Tahun 2014 :Rp 953.918.577.404,41 – ( Rp 892.137.006.438,57 + Rp 24.713.737.528,03 Rp 953.918.577.404,41 – Rp 916.850.743.966,60
NPS Rp 37.067.833.437,81
Jika rata – rata kenaikan Pendapatan daerah dari tahun 2010 sampai 2014 adalah 11,61 %, maka proyeksi NPS 5 tahun ke depan sbb :
Tabel 9.9 Proyeksi
Net Public Saving
dalam 5 Tahun ke Depan
Proyeksi Komponen
APBD Y0
(2014)
Y2 (2016)
Y3 (2017)
Y4 (2018)
Y5 (2019)
(1) (2) (3) (8) (9) (10)