• Tidak ada hasil yang ditemukan

Boks 2. KARAKTERISTIK KOMODITI PENYUMBANG INFLASI TERBESAR DI KOTA JAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Boks 2. KARAKTERISTIK KOMODITI PENYUMBANG INFLASI TERBESAR DI KOTA JAMBI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Boks 2.

KARAKTERISTIK KOMODITI PENYUMBANG INFLASI TERBESAR DI KOTA JAMBI

Meningkatnya harga yang tercermin melalui angka inflasi secara secara umum disebabkan oleh meningkatnya permintaan, menurunnya penawaran, serta ekspektasi masyarakat terhadap perubahan harga pada masa yang akan datang. Peningkatan harga yang bersumber dari permintaan dapat disebabkan oleh tingginya jumlah kebutuhan dan meningkatnya daya beli masyarakat, sementara kenaikan harga yang bersumber dari penawaran dapat disebabkan oleh kegagalan panen dan terhambatnya jalur distribusi barang. Peningkatan harga komoditi yang bersumber dari ekspektasi masyarakat dapat terjadi karena kekhawatiran masyarakat akan kenaikan harga-harga sebagai akibat dari pengalaman pada periode lalu.

Di lingkungan provinsi Jambi, daya beli masyarakat masih relatif rendah yaitu pada urutan ketiga terendah di Sumatera setelah Lampung dan Bengkulu. Hal ini menunjukkan potensi tekanan inflasi dari sisi permintaan masih relatif rendah. Namun demikian, fakta menunjukkan tingkat harga umum di Kota Jambi ternyata relatif lebih tinggi dan cenderung berfluktuasi dalam rentang yang cukup besar. Dari sisi suplai sebagian besar barang yang diperdagangkan di Kota Jambi berasal dari daerah lain termasuk komoditi tanaman bahan makanan, meskipun potensi pengembangannya sangat besar di sekitar wilayah Provinsi Jambi. Ketergantungan yang tinggi terhadap pasokan luar daerah mengakibakan kecilnya peran yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah bersama pelaku ekonomi lokal untuk melakukan langkah-langkah dalam meredam inflasi dari sisi suplai. Sementara kebijakan ekonomi regional adalah dalam sisi suplai. Kebijakan stabilitas ekonomi terutama dalam pengendalian inflasi di sisi permintaan berada dalam kekuasaan pemerintah pusat besama otoritas moneter melalui kebijakan fiskal dan moneter.

Gambaran di atas memperlihatkan bahwa gejolak perubahan harga dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang tidak selalu dapat diidentifikasi dengan kasat mata. Namun demikian rumusan disain kebijakan pengendaliannya harus dimulai dari informasi mengenai faktor dominan penyebab terjadinya inflasi. Pada tingkat perekonomian regional, arus barang antar daerah memiliki mobilitas yang tinggi sehingga daerah-daerah yang kekurangan pasokan lokal akan dibanjiri oleh komoditi dari daerah lain. Pembentukan harga untuk komoditi impor seperti ini telah dimulai

(2)

dari wilayah sentra produksinya. Proporsi peran daerah konsumen dalam mengendalikan perubahan harganya relatif kecil.

TUJUAN PENELITIAN

a. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab tingginya frekuensi perubahan

harga komoditi-komoditi yang berperan dominan terhadap laju inflasi di Kota Jambi?

b. Menyusun rekomendasi kebijakan dalam mengendalikan peningkatan harga

komoditi-komoditi dominan untuk menurunkan kontribusinya terhadap laju inflasi di Kota Jambi.

JENIS DAN SUMBER DATA

Penelitian ini menggunakan data data primer untuk menelusuri faktor penyebab kenaikan harga komoditi-komoditi yang berperan dominan dalam pembentukan IHK dan inflasi di Kota Jambi. Komoditi yang disurvei dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu komoditi yang dicacah mingguan dan komoditi yang dicacah bulanan. Komoditi mingguan terdiri atas bawang putih, bawang merah, cabe merah, daging ayam ras, dan emas perhiasan sementara komoditi bulanan terdiri atas cat tembok, gas, genteng, papan, dan tomat buah.

METODE PENGUMPULAN DATA

Penarikan sample dilakukan secara sengaja (purposive sampling) agar

pedagang yang terpilih benar-benar representatif dan memberikan informasi yang akurat. Adapun kriteria pemilihan responden adalah sebagai berikut: (1) mempunyai persediaan yang cukup, sehingga pencatatan harga pada waktu yang akan datang bisa berkesinambungan; (2) banyak dikunjungi atau ramai didatangi pembeli; dan (3) mempunyai tempat usaha yang tetap. Pemilihan jenis barang dan jasa beserta kualitasnya yang diperdagangkan responden dilakukan berdasarkan pertimbangan hal-hal sebagai berikut: (1) dominan dikonsumsi oleh masyarakat; (2) Data harganya tersedia; (3) harganya dapat dipantau dalam waktu yang relatif lama; dan (4) spesifikasinya jelas.

Survey dilakukan di pasar-pasar tradisional dalam wilayah Kota Jambi. Jumlah responden adalah 220 pada kelompok komoditi pencacahan mingguan dan 230 pada komoditi pencacahan bulanan. Pasar yang dipilih sebagai lokasi penelitian didasarkan atas beberapa pertimbangan atau kriteria. Adapun kriteria yang harus dipenuhi adalah

(3)

sebagai berikut: (1) pasarnya relatif besar dan oleh masyarakat setempat dipakai sebagai patokan atau pembanding baik harga, komoditi dan kualitas/merk dari pasar lainnya di kota bersangkutan; (2) berbagai komoditi barang/jasa dapat ditemui; (3) banyak masyarakat berbelanja di pasar tersebut; (4) waktu keramaian berbelanja cukup panjang. Berdasarkan criteria ini maka pasar yang diplih sebagai lokasi penelitian adalah : Pasar Induk Angso Dua, Pasar Talang Banjar dan beberapa pasar lainnya.

KARAKTERISTIK KOMODITI PENYUMBANG INFLASI TERTINGGI

Analisis dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab tingginya perubahan harga pada sepuluh komoditi tersebut dengan melakukan survei langsung ke pasar-pasar tradisional dalam wilayah Kota Jambi. Survei dibatasi hanya pada tingkat pedagang pengecer mengingat pembentukan IHK didasarkan atas pengeluaran konsumen terhadap seluruh barang dan jasa yang tercakup dalam SBH. Sebagian besar konsumen berhubungan langsung dengan pedagang pengecer, kalaupun ada hanya sebagian kecil yang melakukan transaksi langsung ke pedagang perantara, pedagang besar/grosir atau produsen.

Pola perdagangan komoditi dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah asal barang, rantai tataniaga, dan wilayah jangkauan pemasaran. Dilihat dari asal barang, ada dua jawaban dominan pada kelompok komoditi pencacahan mingguan yaitu sebanyak 46,82% responden menyatakan komoditi yang diperdagangkan berasal dari Kota Jambi, sementara 40,91% menyatakan dari provinsi lain. Bila ditelusuri per jenis komoditi, bawang putih sebagian besar berasal dari Kota Jambi (44%) dan Provinsi Lain (32%). Komoditi cabe merah dan bawang merah keduanya lebih banyak dipasok dari luar Provinsi Jambi masing-masing 66% (bawang merah) dan 78% (cabe merah), sementara daging ayam dan emas perhiasan sebagian besar berasal dari Kota Jambi masing-masing dengan proporsi 95% (daging ayam) dan 88% (emas perhiasan).

(4)

Komoditi Pencacahan Mingguan di Kota Jambi Jenis Komoditi

Asal Barang Bawa

ng Putih Bawan g Merah Cabe Mera h Dagin g Ayam Emas Perhiasa n Jumla h Kota Jambi 22 5 11 43 22 103 Kabupaten Lain 0 0 0 1 0 1

Kota Jambi dan Kabupaten

Lain 2 7 0 0 0 9

Provinsi Lain 17 33 39 0 1 90

Negara lain 9 5 0 0 0 14

Provinsi Lain dan Negara

Lain 0 0 0 1 2 3

Total 50 50 50 45 25 220

Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010

Kota Jambi bukan wilayah sentra produksi melainkan berperan sebagai wilayah perdagangan, sehingga jawaban pedagang pengecer mengenai asal barang perlu dikontrol dan ditelusuri lebih lanjut. Hal ini telah dilakukan dengan menelusuri sumber pembelian komoditi oleh pedagang pengecer. Pada kelompok komoditi pencacahan mingguan, komoditi yang diperdagangkan sebagian besar ternyata bersumber dari pedagang besar atau grosir (72,73 %), sementara yang dibeli dari pedagang perantara dan produsen masing-masing hanya 16,82% dan 2,27%.

Proporsi pembelian komoditi dari pedagang besar atau grosir masing-masing adalah bawang putih (72,00%), bawang merah (76,00%), cabe merah (92,00%) dan daging ayam ras (68,89%). Khusus komoditi emas perhiasan proporsi pembeliannya tersebar dari berbagai sumber masing-masing terdiri atas pedagang besar (36,00%), pedagang pengumpul (32,00%), produsen (4,00%) dan sumber lainnya (28,00%).

Tabel 2. Jumlah Responden Dirinci Menurut Jenis dan Sumber Pembelian,

Kelompok Komoditi Pencacahan Mingguan di Kota Jambi Jenis Komoditi Sumber Pembelian Bawan g Putih Bawan g Merah Cabe Mera h Daging Ayam Emas Perhiasa n Jumlah Produsen 0 0 2 2 1 5 Pedagang Pengumpul 8 10 1 10 8 37 Pedagang Besar/Grosir 36 38 46 31 9 160 Lainnya 6 2 1 2 7 18 Total 50 50 50 45 25 220

(5)

Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010

Temuan di atas memperlihatkan bahwa sebagian besar komoditi yang diperdagangkan di Kota Jambi berasal dari luar Provinsi Jambi, kecuali daging ayam ras dan emas perhiasan. Hasil studi sebelumnya menunjukan komoditi bawang merah yang diperdagangkan di Kota Jambi sebagian besar berasal dari Brebes (Jawa Tengah), sementara bawang putih berasal dari Thailand. Studi yang sama juga menunjukkan bahwa komoditi cabe merah sebagian besar berasal dari Curup (Bengkulu), disamping Palembang, Lampung, Medan dan bahkan Jawa. Komoditi yang lebih banyak disuplai dari Kota Jambi sendiri dan daerah di sekitarnya adalah daging ayam ras. Komoditi emas perhiasan kemungkinan sebagian berasal dari penambangan emas tradisional dalam wilayah Provinsi Jambi seperti Sarolangun dan sebagian berasal dari provinsi lain, namun tidak terdapat penambangan emas di Kota Jambi. Mengingat besarnya proporsi komoditi yang bersumber dari luar Provinsi Jambi, proses pembentukan harganya menjadi lebih kompleks dimulai dari harga ditingkat produsen dan pedagang pengumpul di wilayah sentra produksi kemudian berlanjut ke pedagang besar/grosir dan pedagang perantara hingga akhirnya ke pedagang pengecer yang menjadi responden penelitian di pasar-pasar tradisional dalam wilayah Kota Jambi.

Tidak jauh berbeda dengan kelompok komoditi pencacahan mingguan, komoditi yang dicacah bulanan juga lebih banyak berasal dari Kota Jambi. Berdasarkan komoditi, proporsi komoditi yang berasal dari Kota Jambi masing-masing adalah cat tembok (77,78%), gas elpiji 12 kg (91,11%), genteng (68,89%) dan papan (71,11%), sementara komoditi tomat buah lebih banyak berasal dari kabupaten lain (46,00%) dalam wilayah Provinsi Jambi dan Provinsi Lain (40,00%).

Tabel 3. Jumlah Responden Dirinci Menurut Jenis dan Asal Kelompok Komoditi Pencacahan Bulanan di Kota Jambi

Jenis Barang

Asal Komoditi Cat

Tembok Gas Genteng Papan

Tomat Buah Jumlah Kota Jambi 35 41 31 32 7 146 Kabupaten Lain 0 0 0 12 23 35 Provinsi Lain 10 4 14 1 20 49 Total 45 45 45 45 50 230

Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010

Komoditi cat tembok dan gas elpiji sebenarnya berasal dari provinsi lain, namun mengingat para pengecer mendapatkannya dair pedagang grosir di Kota Jambi sehingga responden menyatakan asal kedua komoditi tersebut dari kota Jambi. Hal ini

(6)

sejalan dengan jawaban responden ketika ditanyakan sumber pembelian komoditi yang diperdagangkan. Sebagain besar responden menyatakan bahwa komoditi-komoditi tersebut dibeli dari pedagang besar atau grosir dengan proporsi masing-masing adalah cat tembok (84,44%), gas elpiji (73,33%), genteng (93,33%) dan tomat buah (90,00%). Pedagang besar komoditi cat tembok dan gas elpiji merupakan perantara yang melakukan pembelian dari luar Provinsi Jambi, sementara grosir komoditi genteng dan tomat membeli dari produsen di beberapa kabupaten dalam wilayah Propinsi Jambi. Khusus komoditi papan, pembelian tersebar pada tiga sumber dengan proporsi terbesar juga berasal dari pedagang besar atau grosir yaitu sekitar 51,11%, sementara proporsi responden yang membeli langsung ke produsen dalam wilayah Provinsi Jambi mencapai 22,22% dan responden yang membeli dari pedagang pengumpul adalah 17,78%.

Tabel 4. Jumlah Responden Dirinci Menurut Jenis dan Sumber Pembelian

Kelompok Komoditi Pencacahan Bulanan di Kota Jambi Jenis Barang

Sumber

Pembelian Cat

Tembok

Gas

Elpiji Genteng Papan

Tomat Buah Jumlah Produsen 0 1 2 10 0 13 Pedagang Pengumpul 6 10 1 8 3 28 Pedagang Besar/Grosir 38 33 42 23 45 181 Lainnya 1 1 0 4 0 8 Total 45 45 45 45 50 230

Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010

Tataniaga pembelian komoditi pada kelompok pencacahan bulanan tidak menunjukkan perbedaan yang berarti dengan kelompok komoditi pencacahan mingguan. Sebagian besar responden membeli dari pedagang besar atau grosir. Temuan ini memperlihatkan bahwa rantai tataniaga komoditi dipasar lokal relatif pendek, tetapi untuk komoditi yang diimpor dari provinsi lain rantai tataniaganya menjadi lebih panjang karena adanya proses pengiriman dari produsen ke pedagang besar atau grosir. Jarak tempuh yang lebih jauh berimplikasi pada tingginya ongkos angkut. Komponen ongkos angkut merupakan salah satu sumber peningkatan harga ketika barang sampai pada pedagang pengecer di Kota Jambi.

(7)

Fluktuasi harga komoditi terkait dengan berbagai faktor disamping struktur pasar yang berakibat pada sistem penetapan harga secara sepihak oleh pedagang. Faktor-faktor yang dipertimbangkan sebagai penyebab kenaikan harga pada survey lapangan adalah biaya transportasi, kelangkaan barang dan harga tingkat distributor. Hasil survey memperlihatkan bahwa kelangkaan barang merupakan penyebab paling dominan, diikuti oleh tingkat harga yang ditetapkan distributor dan biaya transportasi pada urutan ketiga. Khusus pada komoditi emas perhiasan, fluktuasi harga semata-mata dipengaruhi oleh tingkat harga yang ditetap oleh pedagang besar atau distributor. Sementara itu, faktor kelangkaan barang dan tingkat harga yang ditetapkan pedagang besar atau grosir sama-sama penting perannya dalam mempengaruhi fluktuasi harga komoditi daging ayam ras menurut pendapat responden.

Tabel 5. Jumlah Responden Dirinci Menurut Jenis dan Pendapat Penyebab Fluktuasi Harga Barang Kelompok Komoditi Pencacahan Mingguan di Kota

Jambi

Jenis Komoditi Penyebab

Fluktuasi Harga Bawang

Putih Bawang Merah Cabe Merah Daging Ayam Emas Perhiasan Jumlah Biaya transportasi 4 7 4 4 0 19 Kelangkaan Barang 29 30 33 20 3 115 Harga Distributor 17 11 11 20 22 81 Lainnya 0 2 2 1 0 5 Total 50 50 50 45 25 220

Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010

Pada kelompok komoditi pencacahan bulanan, fluktuasi harga komoditi cat tembok, genteng dan gas elpiji lebih banyak disebakan oleh penetapan tingkat harga pada pedagang besar atau distributor, sementara fluktuasi harga pada komoditi papan dan tomat buah lebih banyak disebabkan oleh kelangkaan barang. Kelangkaan komoditi papan terkait dengan semakin berkurangnya bahan baku kayu alam, sementara kelangkaan komoditi tomat buah disebabkan oleh faktor musim, cuaca dan kegagalan panen karena gangguan hama dan penyakit tanaman.

Tabel 6. Jumlah Responden Dirinci Menurut Jenis dan Pendapat Penyebab Fluktuasi Harga Barang Kelompok Komoditi Pencacahan Bulanan di Kota Jambi

Jenis Komoditi Penyebab

Fluktuasi Harga Cat

Tembok

Gas Elpiji

Genteng Papan Tomat

Buah

Jumlah

Biaya transportasi 13 10 15 4 6 48

Kelangkaan

(8)

Harga Distributor 25 25 26 9 15 100

Lainnya 0 0 1 0 2 3

Total 45 45 45 45 50 230

Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010

Jawaban responden terhadap penyebab fluktuasi harga telah ditelusuri lebih jauh untuk mendalami penyebab kenaikannya masing-masing. Berdasarkan hasil survey diketahui bahwa peningkatan biaya transportasi terutama disebabkan kebijakan peningkatan harga BBM dan banyaknya gangguan dalam perjalanan yang disertai berbagai bentuk pungutan. Ketika diinternalisasi ke dalam total biaya pedagang harus mengkompensirnya dengan meningkatkan harga jual produk sehingga menghasilkan kenaikan harga ditingkat konsumen akhir.

Tabel 7. Responden Dirinci Menurut Jenis Komoditi dan Pendapat Mengenai Penyebab Kenaikan Biaya Transportasi, Kelompok Komoditi Pencacahan

Mingguan

Jenis Komoditi Penyebab Kenaikan

Biaya Transportasi Bawang

Putih Bawang Merah Cabe Merah Daging Ayam Emas Perhiasan Jumlah Infrasruktur Jalan Buruk 4 4 4 5 0 17

Tarif Angkutan Naik 1 1 0 0 0 2

Harga BBM Naik dan

Gangguan Perjalanan 45 42 45 40 25 197

Alasan Lainnya 0 3 1 0 0 4

Total 50 50 50 45 25 220

Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010

Pendapat responden pedagang pada kelompok komoditi pencacahan mingguan ternyata tidak berbeda jauh dengan pendapat responden pada kelompok komoditi pencacahan bulanan. Penyebab utma kenaikan biaya transportasi juga bersumber dari kenikan harga BBM dan gangguan dalam perjalanan pengangkutan yang disertai berbagai bentk pungutan resmi atau tidak resmi. Keberadaan biaya-biaya di luar biaya produksi dan trasportasi yang sesungguhnya berakibat pada meningkatnya total biaya dan berujung pada meningkatnya harga jual produk yang diperdagangkan. Kondisi infrastruktur transportasi yang kurang memadai menempati urutan pertama sebagai penyebab tingginya biaya transportasi menurut pendapat responden. Kombinasi kondisi infrastruktur yang kurang memadai dengan banyaknya gangguan dalam perjalanan semakin membebani pedagang dalam mentapkan harga jual. Pada akhirnya memang bermuara pada peningkatan harga jual di tingkat konsumen.

(9)

Tabel 8. Responden Dirinci Menurut Jenis Komoditi dan Pendapat Mengenai Penyebab Kenaikan Biaya Transportasi, Kelompok Komoditi

Pencacahan Bulanan Jenis Komoditi Penyebab Kenaikan

Biaya Transportasi Cat

Tembok

Gas Elpiji

Genteng Papan Tomat

Buah Jumlah Infrastruktur Jalan Buruk 8 8 10 7 7 40 Kenaikan Harga BBM 3 1 0 0 0 4 Kenaikan Tarif Angkutan 1 0 3 0 0 4 Kenaikan Harga BBM dan Gangguan Perjalnan 30 33 28 37 43 171 Alasan Lainnya 3 3 4 1 0 11 Total 45 45 45 45 50 230

Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010

Penelusuran sumber penyebab fluktuasi harga juga telah dilakukan terhadap faktor kelangkaan barang. Hasil survey memperlihatkan bahwa kelangkaan barang terutama disebabkan oleh kurangnya pasokan sehingga tidak mencukupi bagi pemenuhan permintaan konsumen. Pada kondisi ini harga akan melonjak pada tingkat yang relatif tinggi. Sebaliknya, harga akan kembali ke tingkat keseimbangan awal atau turun pada tingkat yang lebih rendah ketika jumlah pasokan meningkat sebagai dampak panen raya khususnya pada komoditi pertanian bahan makanan. Faktor lainnya yang menjadi penyebab kelangkaan barang adalah perubahan musim dan cuaca yang semakin sulit diprediksi. Ketidakpastian musim dan cuaca lebih juga banyak berpengaruh terhadap produksi dan pasokan komoditi pertanian bahan makanan. Pada saat petani memperkirakan musim panas akan datang, mereka tidak akan menanam namun ternyata musim hujan berlanjut sehingga produksi dan pasokan menurun yang selanjutnya menyebabkan harga melonjak. Berdasarkan pengalaman tersebut, petani berspekulasi dengan berharap musim hujan akan berlanjut, sehingga mereka melakukan penanaman, namun kemudian musim panas datang dan terjadilah kegagalan panen. Akibatnya produksi dan jumlah pasokan turun sehingga harga juga meningkat. Ketidakpastian perubahan iklim seperti ini telah terjadi sejak tahun 2007. Contoh paling nyata adalah fluktuasi harga komoditi cabe merah yang sangat tinggi, mengingat komoditi ini sangat sensitif terhadap perubahan iklim dan musim.

Tabel 9. Responden Dirinci Menurut Jenis Komoditi dan Pendapat Mengenai Penyebab Kelangkaan Barang, Kelompok Komoditi Pencacahan Mingguan

(10)

Kelangkaan Barang Bawang Putih Bawang Merah Cabe Merah Daging Ayam Emas Perhiasan Pasokan Kurang 14 16 18 15 2 65 Cuaca Tidak Mendukung 10 10 6 2 0 28

Pasokan Kurang dan

faktor lainnya 21 17 15 23 22 98

Alasan Lainnya 5 7 11 5 1 29

Total 50 50 50 45 25 220

Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010

Keterbatasan pasokan sebagai penyebab kelangkaan barang yang ditemui pada kelompok komoditi pencachan mingguan juga ditemui pada kelompok komoditi pencacahan bulanan. Lebih dari 75% responden komoditi cat tembok, gas elpiji, genteng dan tomat buah menyatakan kekurangan pasokan dari produsen sebagai penyebab kelangkaan barang. Pada komoditi papan, kelangkaan barang disebabkan oleh berbagai faktor terutama pengurangan jumlah bahan baku berupa kayu alam seiring dengan terjadinya deforestasi di sekitar wilayah Provinsi Jambi.

Gambaran ini memperlihatkan bahwa pengaruh faktor suplai terhadap fluktuasi tingkat harga pada komoditi penyumbang inflasi tertinggi di Kota Jambi cukup dominan.

Faktor hambatan dalam perjalanan terutama yang disebabkan oleh kondisi infrastruktur jalan dapat menyebabkan frekuenai perubahan harga yang sangat tinggi dalam periode waktu yang singkat. Sebagian besar produk bahan makanan yang diperdagangkan di Kota Jambi berasal dari luar daerah. Komoditi cabe merah misalnya masuk ke Pasar Angso duo sekitar jam 3.00 pagi. Keterlambatan pengangkutan menyebabkan terlambatnya kedatangan barang akan berdampak langsung pada peningkatan harga. Kedaan yang sama juga akan terjadi ketika jumlah pasokan kurang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Jambi dan sekitarnya. Keadaan sebaliknya terjadi ketika jumlah pasokan melebihi jumlah yang dibutuhkan masyrakat.

Tabel 10. Responden Dirinci Menurut Jenis Komoditi dan Pendapat Mengenai Penyebab Kelangkaan Barang, Kelompok Komoditi Pencacahan Bulanan

Jenis Komoditi Penyebab Kelangkaan Barang Cat Tembo k Gas Elpiji Genten g Papa n Tomat Buah Jumla h Kekurangan Pasokan 3 7 3 11 16 40 Kekurangan Pasokan dan Faktor penyebab lainnya

(11)

Cuaca Tidak

Mendukung 1 1 1 8 5 16

Penyebab Lainnya 5 3 0 17 8 33

Total 45 45 45 45 50 230

Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010

Sementara itu, dari sisi pengaruh faktor pengangkutan, jumlah pasokan dan harga yang ditetapkan distributor terhadap kenaikan harga, didapatkan informasi bahwa ketiga faktor tersebut memiliki pengaruh yang tinggi terhadap kenaikan harga komoditi. Pada kelompok komoditi pencacahan mingguan proporsinya lebih dari 70%, bahkan mencapai di atas 80% pada komoditi cabe merah. Di sisi lain, pada komoditi bulanan hanya sekitar 59% responden yang menyatakan bahwa pengaruh ketiga faktor tersebut tinggi terhadap kenaikan harga sementara 40% lainnya menyatakan pengaruhnya sedang. Hal ini menunjukkan bahwa biaya transportasi dan berbagai pungutan resmi dan tidak resmi disepanjang perjalanan, keterbatasan jumlah pasokan dan harga uang ditetapkan oleh pedagang grosir berpengaruh cukup besar terhadap kenaikan harga komoditi di Jambi.

Tabel 11. Responden Dirinci Menurut Jenis Komoditi dan Pendapat Mengenai Pengaruh Transportasi, Pasokan dan Harga BBM terhadap Kenaikan Harga,

Kelompok Komoditi Pencacahan Mingguan Jenis Komoditi Pengaruh Biaya Transportasi, Pasokan dan Distributor terhadap Harga Bawan g Putih Bawan g Merah Cabe Mera h Daging Ayam Emas Perhias an Jumlah Tinggi 36 36 41 35 18 166 Sedang 13 14 9 10 7 53 Rendah 1 0 0 0 0 1 Total 50 50 50 45 25 220

Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010

Tabel 12. Responden Dirinci Menurut Jenis Komoditi dan Pendapat Mengenai Pengaruh Transportasi, Pasokan dan Harga BBM terhadap Kenaikan

Harga, Kelompok Komoditi Pencacahan Bulanan Jenis Komoditi Pengaruh Biaya Transportasi, Pasokan dan Distributor terhadap Harga Cat Tembo k Gas Elpiji Genten g Papa n Toma t Buah Jumla h Tinggi 16 32 18 30 39 135

(12)

Sedang 29 13 27 13 11 93

Rendah 0 0 0 2 0 2

Total 45 45 45 45 50 230

Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010

KESIMPULAN

1. Sebagian besar komoditi yang diperdagangkan berasal dari luar Provinsi Jambi

dan dipasok oleh pedagang besar atau grosir ke Kota Jambi, termasuk komoditi bahan makanan. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan harga komoditi telah terjadi di daerah asal barang di mana untuk mengendalikannya berada di luar kemampuan daerah pengguna atau daerah tujuan pemasaran.

2. Peran kegiatan spekulasi dalam meningkatkan harga barang relatif kecil, dan

biasanya hanya dilakukan untuk komoditi yang dihasilkan pabrik yang lebih tahan lama.

3. Sumber penyebab kenaikan harga pada komoditi bahan makanan terutama

berasal dari kelangkaan barang, disamping disebabkan oleh tingginya harga yang ditetapkan distributor dan kenaikan biaya transportasi. Di sisi lain, kenaikan harga untuk komoditi non pangan lebih disebabkan oleh tingginya harga jual yang ditetapkan distributor, disamping kenaikan biaya transportasi dan kelangkaan barang. Hal ini sejalan dengan jumlah distributor komoditi non pangan yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah distributor komoditi bahan makanan.

4. Menurunnya pasokan terutama disebabkan oleh menurunnya pasokan dari

sentra produksi dan kondisi cuaca yang kurang mendukung khususnya untuk komoditi bahan makanan. Sementara itu, meningkatnya biaya transportasi disebabkan oleh meningkatnya harga BBM dan banyaknya gangguan dalam perjalanan serta kondisi infrastruktur jalan yang kurang memadai.

REKOMENDASI

1. Mengupayakan terjaminannya kesinambungan pasokan barang khususnya

komoditi bahan makanan. Hal ini diantarnya dapat dilakukan melalui peningkatan produksi komoditi lokal dengan menata kembali penggunaan lahan (landused) dan memaksimalkan pemanfaatan lahan tidur yang masih cukup luas, disertai penyediaan bibit unggul; jaminan ketersediaan sarana dan

(13)

prasarana produksi; penyediaan fasilitas pembiayaan; bantuan teknis budidaya pertanian ramah lingkungan untuk menghasilkan komoditi yang aman, nyaman dan sehat untuk dikonsumsi dengan mengaktifkan kembalai dan meningkatkan peran penyuluh lapangan; penataan pola tanam antar daerah sentra produksi; mengintensifkan koordinasi antar daerah sentra produksi dan daerah konsumen; meningkatkan peran BMKG dalam kegiatan budidaya; meningkatkan koordinasi dinas terkait tingkat provinsi dengan dinas yang sama di tingkat kabupaten, dan melakukan regulasi pemasaran produk yang dihasilkan sentra produksi lokal untuk kebutuhan pasar dalam wilayah Provinsi Jambi.

2. Mengupayakan penataan suplai barang untuk mengurangi besarnya peran

pedagang besar atau grosir dalam menetapkan harga beli pedagang pengecer dan mengurangi peran pedagang pengecer dalam menetapkan harga jual ke konsumen serta memperkecil peluang terjadinya spekulasi pada berbagai tingkatan pedagang khususnya untuk komoditi non pangan dan komoditi pangan tahan lama.

3. Mengupayakan peningkatan efisiensi trasportasi melalui peningkatan kuantitas

dan kualitas infrastruktur angkutan darat, meningkatkan jangkauan pelayanan transportasi ke daerah sentra produksi, dan pengurangan berbagai bentuk gangguan dalam pengangkutan barang yang menimbulkan ekonomi biaya

Gambar

Tabel 2. Jumlah Responden Dirinci Menurut Jenis dan Sumber  Pembelian,
Tabel 3. Jumlah Responden Dirinci Menurut Jenis dan Asal Kelompok   Komoditi Pencacahan Bulanan di Kota Jambi
Tabel 4. Jumlah Responden Dirinci Menurut Jenis dan Sumber  Pembelian
Tabel 6. Jumlah Responden Dirinci Menurut Jenis dan Pendapat Penyebab  Fluktuasi Harga Barang Kelompok Komoditi Pencacahan Bulanan di Kota Jambi
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang positif, erat, dan signifikan antara:(1) motivasi kerja guru dengan kompetensi pedagogik dengan koefisien korelasi

Selanjutnya dari analisis uji hasil perhitungan yang dilakukan, untuk melihat seberapa besar perbedaan antara hasil keputusan menggunakan metode FCM dengan penentuan prioritas

Hasil respon uji coba dan tanggapan guru terhadap produk bahan ajar e-modul berbasis flipbook dalam pembelajaran Ekonomi kelas X yang dikembangkan efektif dilihat

Indikator kesesuaian fungsi dan ukuran kapal penangkapan ikan dengan dokumen legal diberikan status buruk, kesesuaian rendah antara fungsi dan ukuran kapal dengan dokumen

Gadai adalah “Suatu hak yang diperoleh seseorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak yang diserahkan kepadanya oleh seorang yang berhutang atau oleh seorang

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui biografi KH. Wahid Hasyim dalam pembaharuan sistem pendidikan pesantren. Abdul Wahid Hasyim relevansi pembaharuan

Berdasarkan uraian di atas, akan dilaksanakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan judul peningkatan keterampilan proses dan hasil belajar

Dan lebih besar lagi angka penduduk Indonesia yang menderita penyempitan pembuluh dompet.. Gue udah ngegolongin kategori yang rentan terkena penyakit penyempitan pembuluh