• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global pernah terjadi pada tahun 2008 bermula pada krisis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global pernah terjadi pada tahun 2008 bermula pada krisis"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Krisis ekonomi global pernah terjadi pada tahun 2008 bermula pada krisis ekonomi Amerika Serikat yang disebabkan oleh kredit macet sektor perumahan, lalu membawa dampak negatif bagi negara lain termasuk Indonesia. Indonesia mengalami krisis finansial yang mempengaruhi buruknya kondisi perekonomian dalam negeri terutama bagi perusahaan-perusahaan didalamnya. Dampak negatif bagi Indonesia dari krisis global ini yaitu, menurunnya neraca pembayaran, tekanan pada nilai tukar Rupiah dan dorongan pada laju inflasi (www.setneg.go.id).

Menurunnya neraca pembayaran disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat di Amerika yang menyebabkan penurunan permintaan impor dari Indonesia. Dengan demikian ekspor Indonesia pun menurun. Lalu tekanan pada nilai tukar Rupiah terjadi pada kurs Rupiah yang melemah menjadi Rp 11.711,- per USD pada bulan November 2008 yang merupakan depresiasi yang cukup tajam, karena pada bulan sebelumnya Rupiah berada diposisi Rp 10.048,- per USD (www.bi.go.id). Pergerakan kurs Rupiah selama tahun 2008 sampai awal 2009 dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut:

(2)

2 Gambar 1.1

www.bi.go.id

Yang ketiga adalah dorongan pada laju inflasi, dorongan tersebut berasal dari lonjakan harga minyak dunia yang mendorong dikeluarkannya kebijakan subsidi harga BBM. Pergerakan inflasi di Indonesia dapat dilihat pada gambar 1.2 berikut:

Gambar 1.2

www.bi.go.id

Dari grafik tersebut terlihat bahwa terjadi tekanan inflasi yang tinggi hingga triwulan III-2008 yakni hingga bulan September 2008. Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga komoditi dunia terutama minyak dan pangan. Lonjakan tersebut berdampak pada kenaikan harga barang yang ditentukan pemerintah seiring

(3)

3 dengan kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi. Lalu tingkat inflasi menurun disebabkan kebijakan pemerintah menurunkan harga BBM jenis solar dan premium pada Desember 2008. Dampak negatif dari krisis ekonomi global tersebut menyebabkan perusahaan-perusahaan di Indonesia mengalami kondisi kesulitan keuangan.

Kondisi kesulitan keuangan (financial distress)dapat membuat aktivitas dan kinerja perusahaan terhambat dan tidak maksimal, maka dari itu prediksi atas

financial distress suatu perusahaan penting dilakukan sebagai tindakan antisipasi sebelum terjadinya kondisi financial distress dan kebangkrutan. Lalu dengan diketahuinya kondisi financial distress perusahaan lebih dini diharapkan dapat membuat manajemen memilih tindakan yang lebih tepat untuk memperbaiki situasi tersebut.

Menurut Puryati dan Savitri (2012) financial distress adalah kondisi dimana perusahaan tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi jadwal pembayaran kembali hutangnya kepada kreditor pada saat jatuh tempo. Kondisi

financial distress dapat juga didefinisikan sebagai tahapan penurunan kondisi keuangan suatu perusahaan sebelum terjadinya likuiditas maupun kebangkrutan. Almilia dan Kristijadi (2003) menyatakan perusahaan dikatakan mengalami

financial distress jika:

1) Beberapa tahun mengalami laba bersih (net income) negatif (dalam penelitian Hofer (1980) dan Whitaker (1999), menggunakan laba bersih operasi atau net operating income).

(4)

4 2) Selama lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran dividen (sesuai

penelitian Lau (1987)).

Financial distress merupakan salah satu indikator penting yang harus diperhatikan bagi perusahaan karena dapat memicu kondisi yang lebih buruk yaitu kebangkrutan. Sehingga dalam penelitian ini penting untuk menganalisis financial distress, karena dapat membantu dalam menghasilkan informasi mengenai tingkat kesehatan suatu perusahaan. Pentingnya informasi atas kondisi kesehatan perusahaan dapat membuat perusahaan lebih siap dalam menentukan langkah dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Selain diperlukan oleh pihak internal, informasi atas kondisi kesehatan perusahaan juga dibutuhkan oleh pihak-pihak eksternal, seperti calon investor dengan mengetahui kondisi kesehatan perusahaan dapat membantu dalam mengambil keputusan untuk menanamkan modalnya atau tidak pada perusahaan tersebut, lalu bagi pemegang saham dapat membantu dalam menilai kemampuan perusahaan untuk melakukan pembayaran dividen atau tidak, lalu bagi pemerintah dapat membantu dalam menilai kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban perpajakannya, dan bagi kreditur informasi tersebut dapat membantu dalam memutuskan untuk memberikan suatu pinjaman atau tidak, dan menilai kemampuan pengembalian atas pinjaman yang diberikan.

Kondisi tingkat kesehatan perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang sangat berguna untuk pengambilan

(5)

5 keputusan manajemen. Dalam penelitian ini, laporan keuangan dipilih untuk diolah karena laporan keuangan dapat menjadi salah satu alat untuk memprediksi kondisi kesehatan perusahaan, kesulitan keuangan (financial distress) serta kemungkinan akan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan. Agar informasi yang tersaji menjadi lebih bermanfaat dalam pengambilan keputusan, maka data keuangan dapat dikonversi menjadi informasi yang lebih berguna seperti dalam bentuk rasio keuangan (Almilia dan Kristijadi, 2003).

Foster (1986) dalam Almilia dan Kristijadi (2003) menyatakan empat hal yang mendorong analisis laporan keuangan dilakukan dengan model rasio keuangan, yaitu:

1) Untuk mengendalikan pengaruh perbedaan besaran antar perusahaan atau antar waktu.

2) Untuk membuat data menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistik yang digunakan.

3) Untuk menginvestigasi teori yang terkait dengan rasio keuangan.

4) Untuk mengkaji hubungan empirik antara rasio keuangan dan estimasi atau prediksi variabel tertentu (seperti kebangkrutanatau financial distress).

Penelitian atau analisis rasio keuangan dapat dilakukan untuk membuktikan bahwa laporan keuangan bermanfaat jika disajikan kedalam bentuk rasio keuangan dan dapat digunakan dalam bentuk penelitian yang berkaitan, seperti tujuan untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan. Laporan keuangan dapat dijadikan dasar untuk mengukur kesehatan suatu

(6)

6 perusahaan melalui rasio-rasio keuangan yang ada. Kesehatan suatu perusahaan dapat mencerminkan kemampuan suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya.

Beberapa penelitian yang menggunakan rasio keuangan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan adalah Altman (1968), Almilia dan Kristijadi (2003), Endri (2009), Yuanita (2010), dan Puryati dan Savitri (2012). Penelitian tentang financial distress terkait dengan penggunaan rasio-rasio keuangan pernah dilakukan oleh Platt dan Platt (2002) yang dikembangkan oleh Almilia dan Kristijadi (2003) untuk menentukan rasio-rasio keuangan yang paling dominan dalam menentukan kondisi financial distress perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan Kristijadi (2003) dilakukan pada 61 perusahaan yang dipilih sebagai sampel, lalu diperoleh 24 perusahaan dikatakan mengalami financial distress dan 37 perusahaan tidak mengalami

financial distress. Rasio keuangan yang digunakan adalah berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Platt dan Platt (2002) sebanyak 19 rasio, namun dalam penelitian Almilia dan Kristijadi (2003) tidak seluruh rasio keuangan dimasukkan dalam model, tetapi variabel rasio keuangan dipilih berdasarkan tingkat signifikansinya. Almilia dan Kristijadi (2003) membuat 12 persamaan regresi logit dan memperoleh hasil bahwa persamaan ke-12 merupakan model yang memiliki nilai signifikansi tertinggi dibandingkan dengan 11 persamaan yang lain. Hal itu mengindikasikan bahwa model dari persamaan 12 adalah model terbaik yang dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress. Sehingga diperoleh hasil bahwa hanya 4 rasio keuangan saja yang paling dominan dalam menentukan suatu perusahaan mengalami financial distress atau tidak, yaitu rasio

(7)

7

net income to sales, rasio current liabilities to total assets, rasio current assets to current liabilities dan rasio net income to total assets. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dalam menilai kemampuan ke-4 rasio keuangan tersebut untuk memprediksi financial distress perusahaan pada periode sekarang.

Rasio net income to sales adalah rasio yang mengukur persentase laba bersih yang diperoleh perusahaan terhadap total penjualan yang terjadi. Jika rasio

net income to sales bernilai tinggi maka dapat dilihat bahwa net income

perusahaan semakin tinggi terhadap sales nya, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan operasional perusahaan berjalan baik, yang menandakan perusahaan mempunyai kemampuan untuk membayar kewajibannya dan mampu membayar dividen kepada investornya, sehingga dapat diasumsikan bahwa kemungkinan besar perusahaan tidak mengalami financial distress. Sehingga rasio net income to sales diasumsikan mampu untuk memprediksi financial distress perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian Almilia dan Kristijadi (2003) dan Yuanita (2010) yang menyatakan bahwa rasio net income to sales signifikan dalam menentukan

financial distress suatu perusahaan.

Rasio current liabilities to total assets adalah rasio yang mengukur persentase kewajiban lancar terhadap total aset yang dimiliki perusahaan. Jika rasio current liabilities to total assets bernilai rendah, maka dapat dilihat bahwa

total assets yang dimiliki perusahaan lebih tinggi dari current liabilities nya, yang menandakan risiko perusahaan terhadap kesulitan pembayaran hutang kepada kreditor semakin kecil, karena total assets yang dimiliki perusahaan tinggi, sehingga perusahaan dinilai mampu dalam melunasi current liabilites nya, maka

(8)

8 dapat diasumsikan bahwa kemungkinan besar perusahaan tidak mengalami

financial distress. Sehingga rasio current liabilities to total assets diasumsikan mampu untuk memprediksi financial distress perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian Almilia dan Kristijadi (2003) dan Yuanita (2010) yang menyatakan bahwa rasio current liabilities to total assets signifikan dalam menentukan

financial distress suatu perusahaan.

Rasio current assets to current liabilities adalah rasio yang mengukur kemampuan aset lancar dalam melunasi kewajiban jangka pendek perusahaan. Jika rasio current assets to current liabilities bernilai tinggi, maka dapat dilihat bahwa current assets yang dimiliki perusahaan bernilai lebih tinggi daripada

current liabilities nya, yang menandakan bahwa perusahaan mampu untuk

melunasi current liabilities menggunakan current asset nya, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan operasional perusahaan berjalan baik, sehingga dapat diasumsikan bahwa kemungkinan besar perusahaan tidak mengalami financial distress.

Sehingga rasio current assets to current liabilities diasumsikan mampu untuk memprediksi financial distress perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian Almilia dan Kristijadi (2003) dan Yuanita (2010) yang menyatakan bahwa rasio

current assets to current liabilities signifikan dalam menentukan financial distress

suatu perusahaan.

Rasio net income to total assets adalah rasio yang mengukur persentase dari laba bersih yang diperoleh terhadap total aset yang dimiliki perusahaan. Jika rasio net income to total assets bernilai tinggi, maka dapat dilihat bahwa net income perusahaan bernilai semakin tinggi terhadap total assets nya, yang

(9)

9 menandakan perusahaan menggunakan total assets dalam menghasilkan net income dengan baik, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan operasional perusahaan berjalan baik, dan perusahaan mempunyai kemampuan untuk membayar kewajibannya dan mampu membayar dividen kepada investornya, sehingga dapat diasumsikan bahwa kemungkinan besar perusahaan tidak mengalami financial distress. Sehingga rasio net income to total assets diasumsikan mampu untuk memprediksi financial distress perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian Almilia dan Kristijadi (2003) dan Yuanita (2010) yang menyatakan bahwa rasio

net income to total assets signifikan dalam menentukan financial distress suatu perusahaan.

Penelitian ini akan memilih perusahaan yang bergerak di sektor manufaktur dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai objeknya. Adapun alasan memilih perusahaan manufaktur sebagai objek penelitian karena perusahaan manufaktur adalah jenis usaha yang bergerak disektor riil dan memiliki jumlah perusahaan paling banyak dibandingkan jenis usaha lain, serta terdiri dari beberapa sektor. Meskipun terdiri dari berbagai macam sektor, perusahaan manufaktur memiliki karakteristik yang serupa yaitu sama-sama memproduksi dan menghasilkan produk.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Almilia dan Kristijadi (2003). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah:

1) Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 rasio keuangan yang paling dominan untuk memprediksi financial distress berdasarkan penelitian Almilia dan Kristijadi (2003), yaitu net income to sales, current liabilities to

(10)

10

total assets, current assets to current liabilities, dan net income to total assets,

sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan 19 rasio keuangan.

2) Periode penelitian, yaitu penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) termasuk dalam sektor manufaktur periode 2010-2012, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) termasuk dalam sektor manufaktur periode 1998-2001.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka judul penelitian ini adalah “Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi Financial

Distress.

1.2

Batasan Masalah

Dalam penelitian ini yang menjadi batasan masalah adalah penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dari perusahaan yang terdaftar di BEI tersebut diambil perusahaan yang termasuk dalam sektor manufaktur untuk periode 2010-2012. Dari sekian banyaknya variabel yang mempengaruhi financial distress dipilih empat variabel pokok untuk diteliti sesuai dengan model analisis yaitu net income to sales,

current liabilities to total assets, current assets to current liabilities, dan net income to total assets.

1.3

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah:

(11)

11 1) Apakah rasio net income to sales dapat digunakan untuk memprediksi

financial distress perusahaan?

2) Apakah rasio current liabilites to total assets dapat digunakan untuk memprediksi financial distress perusahaan?

3) Apakah rasio current asset to current liabilites dapat digunakan untuk memprediksi financial distress perusahaan?

4) Apakah rasio net income to total assets dapat digunakan untuk memprediksi

financial distress perusahaan?

5) Apakah rasio net income to sales, current liabilities to total assets, current asset to current liabilities, dan net income to total assets secara bersama-sama dapat digunakan untuk memprediksi financial distress perusahaan?

1.4

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1) Memperoleh bukti empiris bahwa rasio net income to sales dapat digunakan untuk memprediksi financial distress perusahaan.

2) Memperoleh bukti empiris bahwa rasio current liabilites to total assets dapat digunakan untuk memprediksi financial distress perusahaan.

3) Memperoleh bukti empiris bahwa rasio current assets to current liabilites

dapat digunakan untuk memprediksi financial distress perusahaan.

4) Memperoleh bukti empiris bahwa rasio net income to total assets dapat digunakan untuk memprediksi financial distress perusahaan.

5) Memperoleh bukti empiris bahwa rasio net income to sales, current liabilities to total assets, current asset to current liabilities, dan net income to total

(12)

12

assets secara bersama-sama dapat digunakan untuk memprediksi financial distress perusahaan.

1.5

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1) Bagi penulis

Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman dalam hal penguasaan materi yang diuji terkait dengan rasio keuangan dan kondisi financial distress.

2) Bagi perusahaan

Memberikan informasi tambahan kepada pihak perusahaan terutama pihak manajemen tentang keadaan kinerja finansial perusahaan yang berguna sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan sebagai aksi awal dalam melakukan tindakan korektif dan evaluasi untuk kemajuan perusahaan dimasa datang.

3) Bagi investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan gambaran kepada pihak eksternal terutama pihak investor untuk mengetahui kondisi dari perusahaan yang mungkin akan menjadi calon tempat berinvestasi atau perusahaan yang sudah menjadi tempat berinvestasi investor tersebut, mengenai kondisi kesehatan perusahaan itu dan kemampuan perusahaan dalam memberikan return yang diharapkan investor.

(13)

13 4) Bagi peneliti lainnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan referensi terkait dengan teori yang telah ada untuk melakukan penelitian dan dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya.

1.6

Sistematika Penulisan

Pembahasan dalam skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah penelitian, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : TELAAH LITERATUR

Bab ini berisi tentang penjelasan dan pembahasan secara rinci tentang financial distress, laporan keuangan, rasio keuangan, rasio

net income to sales, current liabilities to total assets, current assets to total liabilities, dan net income to total assets dari berbagai literatur, model penelitian, dan perumusan hipotesis yang akan diuji.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang gambaran umum objek penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengambilan sampel, penjabaran mengenai variabel penelitian, metode pengumpulan data, dan teknik analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis.

(14)

14

BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang deskripsi penelitian berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, pengujian dan analisis hipotesis, serta pembahasan hasil penelitian.

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi simpulan, keterbatasan, dan saran yang didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan.

Referensi

Dokumen terkait

Marshall Quotient nya akan semakin menurun, sehingga campurannya akan mengalami bleeding. Dari grafik hubungan kadar aspal dengan karakteristik Marshall Test dapat diketahui

Oleh karena itu, pada tugas akhir ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan memodifikasi Varian Metode Chebyshev-Halley menggunakan Interpolasi Kuadratik

Sedangkan pada Gambar 2 tersaji hasil analisis kandungan radionuklida pemancar a dan B dalam sedimen yang berasal dari 5 iokasi pengambilan cuplikan yang'

1) Ketika Islam datang ke Spanyol, komposisi masyarakat yang ada dinegeri itu cukup heterogen yang terdiri dari orang Arab, orang Arab-Spanyol, orang Afrika Utara, dan orang

if it has more than one meaning" yang berarti bahwa menurutnya ambiguitas terjadi ketika sebuah kata, frasa, atau kalimat memiliki lebih dari satu

Jika perbandingan banyaknya wajib pa- jak yang mengajukan pengurangan besarnya pajak dengan penghapusan pajak adalah 4 : 1 dan 40% di antara mereka yang mengajukan penghapusan

Disamping itu, budidaya jamur TIram dikembangkan bersama rumah Jamur untuk mendapatkan pengetahuan yang cukup guna diketahui hasil budidaya yang baik dan efisien

Pada suatu malam, Zakaria duduk di mihrabnya mengheningkan cipta kepada Allah dan bermunajat serta berdoa dengan khusyuk dan yakin. Dengan suara