• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB. III PROSES DAN METODE PENELITIAN. A. Dasar Pemilihan Desa Pecuk Sebagai daerah Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB. III PROSES DAN METODE PENELITIAN. A. Dasar Pemilihan Desa Pecuk Sebagai daerah Penelitian"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB. III

PROSES DAN METODE PENELITIAN

A. Dasar Pemilihan Desa Pecuk Sebagai daerah Penelitian

Pernyataan ini adalah awal dari rangkaian penelitian yang akan dilakukan, mengingat lokasi penelitian sangat menentukan proses dan hasil yang akan dicapai. Tentunya menentukan lokasi penelitian tidak serta-merta memenuhi kriteria tertentu dari metode penelitian, tetapi juga harus memiliki pertimbangan dan argumentasi yang kuat terhadap pemilihan lokasi penelitian.

Lokasi penelitian adalah di Desa Pecuk, Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak. Ada lima pertimbangan sehingga Desa Pecuk dipilih sebagai lokasi penelitian, yaitu:

1. Pertimbangan adanya status gizi balita yang relatif baik pada daerah-daerah dengan lingkungan yang rentan terhadap gizi, seperti hasil penelitian Handayani (2008), tentang pemetaan daerah ber-gap antara status gizi balita dan lingkungannya. Dalam penelitian tersebut lingkungan rentan gizi dikategorikan seperti pada Tabel 3.1. Sedangkan daerah bergap antara status gizi balita dan lingkungannya adalah daerah yang mempunyai kesenjangan antara keadaan status gizinya dengan keadaan lingkungannya. Dalam hal ini status gizi di daerah tersebut relatif baik tetapi mempunyai lingkungan yang rentan terhadap gizi. Pemetaan yang dihasilkan didasarkan pada data prosentase status gizi balita dan data lingkungan (Lampiran 2). Prosentase balita dengan status gizi baik, yang berada lebih dari rata-rata ditingkat Kabupaten Demak tahun 2008, berada di wilayah kerja Puskesmas Mranggen I,

(2)

Mranggen III, Karangawen I, Karangawen II, Guntur II, Demak I, Karanganyar II, Mijen I, Mijen II dan Puskesmas Wedung I (Lampiran 2).

Tabel 3.1: Kategori lingkungan rentan gizi

Kategori daerah Hasil penilaian lingkungan rentan gizi yang ada 1 (rentan) Pendapatan, ketersediaan pangan

2 (cukup rentan) Pendapatan, ketersediaan pangan ditambah salah satu dari pendidikan atau besarnya keluarga

3 (sangat rentan) Pendapatan, ketersediaan pangan, pendidikan dan besarnya keluarga

Sumber: Handayani, 2008 Keterangan:

Rentan pendapatan: berdasarkan data prosentase banyaknya keluarga pra sejahtera yang lebih tinggi dari prosentase di Kabupaten yang bersangkutan.

Rentan ketersediaan pangan: berdasarkan data rawan pangan yaitu daerah dengan gizi buruk lebih dari 0,05 % (Profil Kesehatan Kabupaten Demak, 2007)

Rentan pendidikan: s/d lulus SD lebih besar dari prosentase di Kabupaten yang bersangkutan (berdasarkaan pertimbangan kurikulum SD atau pengetahuan yang didapat dari pendidikan SD)

Rentan besarnya keluarga: rata-rata populasi per rumah tangga lebih besar dari 4 (standar keluarga dari BKKBN)

Sedangkan lingkungan yang rentan gizi di Kabupaten Demak tahun 2007 adalah sebagai berikut:

Kategori 1 (rentan), dimana di wilayah tersebut terdapat lingkungan rentan berupa rentan pendapatan dan rentan ketersediaan pangan, yaitu di:

a. Kecamatan Guntur, wilayah Puskesmas Guntur I b. Kecamatan Mijen, wilayah Puskesmas Mijen II Kategori 2 (cukup rentan), dimana wilayah tersebut terdapat lingkungan rentan berupa rentan pendapatan dan rentan ketersediaan pangan ditambah salah satu

(3)

berupa rentan pendidikan atau besarnya keluarga, yaitu di:

a. Kec. Karangawen, wilayah Puskesmas Karangawen I b. Kec. Wonosalam, wilayah Puskesmas Wonosalam I c. Kec. Wonosalam, wilayah Puskesmas Wonosalam II d. Kec. Mijen, wilayah Puskesmas Mijen I

e. Kec. Wedung, wilayah Puskesmas Wedung II (Lampiran 2)

Hasil peta daerah ber gap antara status gizi dan lingkungannya di Kabupaten Demak terdapat di 3 wilayah puskesmas yaitu Puskesmas Karangawen I, Mijen II dan Mijen I (Gambar 3.1).

2. Pertimbangan bahwa Desa Pecuk mempunyai gambaran yang dapat mewakili wilayah puskesmas Mijen II sebagai daerah dengan status gizi relatif baik dan mempunyai lingkungan yang rentan gizi. Hal ini disimpulkan berdasarkan verivikasi yang dilakukan melalui observasi dan data yang ada dilapangan.

3. Pertimbangan adanya potensi-potensi lain, seperti sosiokultural yang belum dinilai, yang berkaitan dengan gambaran status gizi yang relatif baik di Desa Pecuk.

(4)

Gambar 3.1 : Peta daerah ber gap antara status gizi dan lingkungannya di Kabupaten Demak

Sumber: Handayani, 1999

(5)

4. Pertimbangan yang berkaitan dengan adanya akses dari Bidan yang bertanggung jawab di bidang gizi Puskesmas Mijen II yang juga mempunyai wilayah tanggung jawab di Desa Pecuk, sehingga membantu mempermudah mandapatkan data sesuai dengan yang dibutuhkan. 5. Serta pertimbangan adanya sistem pencatatan dan

dokumentasi yang relatif baik, yang dapat dibuktikan dengan tersusunnya lebih cepat Profil Kesehatan Kabupaten Demak tahun 2008, yang dapat membantu kelancaran penelitian.

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini membutuhkan pemahaman yang holistik mengenai aspek sosiokultural dalam mendukung status gizi balita di masyarakat Desa Pecuk. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sehingga didapatkan kompleksitas dan eksplorasi yang mendalam yang berkaitan dengan berbagai kondisi, situasi dan fenomena realitas sosiokulural yang berupa sistem budaya dan sistem sosial yang berhubungan dengan status gizi balita di masyarakat Desa Pecuk. Strategi yang digunakan pada penelitian ini adalah strategi penelitian lapangan studi kasus, yang dilakukan di Desa Pecuk, Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, yang merupakan daerah dengan lingkungan rentan gizi.

Fokus pada penelitian ini berupa aspek sosiokultural yang terdiri dari: (1) sistem budaya, yang merupakan kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai, norma, kepercayaan, kebiasaan, tradisi, mitos dan (2) sistem sosial yang merupakan komplek aktivitas serta tindakan yang berpola dari manusia dalam masyarakat, yang dapat berupa keakraban sosial (kohesi sosial) serta kelembagaan atau organisasi kemasyarakatan yang berkaitan dengan pola asuh gizi yang pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi balita pada masyarakat. Data yang

(6)

dikumpulkan berupa data kualitatif dan data kuantitatif, sehingga instrumen dalam penelitian ini adalah penulis sendiri beserta satu orang anggota tim peneliti, kuesioner, food recall

dan instrumen pendukung berupa pedoman observasi, wawancara dan FGD.

Informan awal, yang terdiri dari kepala desa, kepala puskesmas, bidan desa, kader posyandu maupun keluarga balita ditentukan berdasar kriteria sebagai berikut:

1. Untuk Kepala Desa Pecuk, Kepala Puskesmas Mijen II, Bidan Desa Pecuk, dan Kader Posyandu adalah yang masih aktif, atau yang dinilai mengetahui keadaan Desa Pecuk.

2. Sedangkan untuk informan dari keluarga balita mempunyai syarat-syarat:

a. Keluarga yang mempunyai balita yang berumur 1 sampai 5 tahun dengan status gizi baik, mempunyai lingkungan yang rentan gizi yaitu merupakan keluarga dengan rentan pendapatan atau termasuk dalam keluarga prasejahtera dan rentan ketersediaan pangan yang sesuai dengan kriteria penelitian Handayani (2008).

b. Bertempat tinggal di Desa Pecuk sejak balita tersebut lahir sampai dengan penelitian ini berlangsung.

c. Informan keluarga balita dapat terdiri dari Bapak, Ibu, Nenek, Kakek atau pembantu/pengasuh balita. Sehubungan Kepala Desa Pecuk pada saat penelitian berlangsung masih dijabat oleh Pejabat dari Kecamatan Mijen (Kepala Seksi Pemerintahan) sebagai yang melaksanakan tugas, maka sebagai informan yang mengetahui dan menguasai keadaan Desa Pecuk adalah H. Abdullah Mukti, yang mempunyai kedudukan sebagai Sekretaris Desa Pecuk yang sudah menjabat selama kurang lebih 38 tahun serta dianggap sebagai keturunan dari pendiri Desa Pecuk yang juga sebagai

(7)

juru kunci makam pendiri Desa Pecuk. Informan yang merupakan Kepala puskesmas Mijen II adalah dr. Abdurahman, sedangkan informan Bidan Desa Pecuk adalah Bidan Tantri, yang kemudian memberikan masukan dan bersama-sama menentukan informan yang mewakili kader posyandu yang aktif yaitu Ibu Hasunah, dengan pertimbangan:

1. Merupakan kader yang aktif

2. Mempunyai kedudukan sebagai sekretaris Posyandu Desa Pecuk, sehingga mempermudah pengambilan data baik dari dokumen maupun membantu pengambilan data dilapangan yang diperlukan

3. Mempunyai waktu dan bersedia untuk membantu penelitian

4. Mempunyai tempat tinggal di jalan utama Desa Pecuk sehingga mempermudah akses komunikasi

Informan keluarga balita ditentukan berdasarkan rekomendasi dari Bidan Desa dan Kader Posyandu yang sangat mengetahui keadaan balita di wilayah kerjanya. Data yang berkaitan dengan umur, status gizi dan lingkungan balita di rujuk dari data buku laporan posyandu. Hasil yang didapat tersebut kemudian diverivikasi dilapangan sehingga semua syarat informan bagi keluarga balita terpenuhi, dan sebagai tahap awal kemudian ditentukan 5 keluarga balita. Informan keluarga balita terdiri dari ibu balita, nenek balita dan pengasuh balita.

Dari informan tahap awal yang berjumlah 9 orang ini kemudian ditentukan informan selanjutnya dengan teknik

snowball sampling yang dipertimbangkan akan memberikan data yang lebih lengkap, sehingga jumlah informan akan semakin besar sampai tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti. Jumlah akhir dari informan adalah sebanyak 15 orang, dengan penambahan pada 4 keluarga balita dan 2 orang kader posyandu.

(8)

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Observasi, dilakukakan untuk mengamati pola asuh gizi terutama yang berkaitan dengan aspek sosiokultural, yang terdiri dari: (1) sistem budaya, yang merupakan kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai, norma, kepercayaan, kebiasaan, tradisi, mitos dan (2) sistem sosial yang merupakan komplek aktivitas serta tindakan yang berpola dari manusia dalam masyarakat, yang dapat berupa keakraban sosial (kohesi sosial) serta kelembagaan atau organisasi kemasyarakatan. Observasi juga mengamati langsung keadaan kesehatan lingkungan, penyediaan makanan bagi anak terutama bagi balitanya, dan pengamatan keadaan status gizi balita, serta gambaran status ekonomi atau pendapatan keluarga.

2. Wawancara, di fokuskan pada aspek sosiokultural yang berupa: (1) sistem budaya, yang terdiri dari nilai, norma, kepercayaan, kebiasaan, tradisi, mitos dan (2) sistem sosial yang dapat berupa keakraban sosial/kohesi dan kelembagaan atau organisasi kemasyarakatan. Selain itu juga dilakukan pengembangan berdasarkan hasil pengamatan serta memungkinkan untuk muncul fokus baru dalam perjalanan pengambilan data dilapangan.

3. FGD, dilakukan terhadap dua kelompok, yaitu: (1) kelompok pengarah/penanggung jawab bidang kesehatan/kader kesehatan, yang terdiri dari perangkat desa (1 orang), wakil dari puskesmas Mijen II (2 orang), kader kesehatan (3 orang) dan (2) kelompok keluarga balita yang berjumlah 9 orang. FGD dilakukan untuk membantu mendapatkan informasi yang lebih akurat.

4. Pengisian kuesioner, dilakukan untuk mendapatkan data kuantitatif yang berupa hasil pemantauan pemeriksaan status gizi selama penelitian dilakukan, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak maupun

(9)

data kuantitatif yang berkaitan dengan sistem budaya dan sistem sosial. Pengisian food recall dilakukan pada informan keluarga balita yang berjumlah 5 orang selama 3 hari berturut-turut.

5. Studi dokumentasi, diperlukan untuk mendapatkan informasi secara menyeluruh atau maksimal. Studi dokumentasi yang diambil berupa tulisan dan foto tentang sejarah dan budaya Desa Pecuk, laporan-laporan tertulis dari Posyandu, dan laporan tentang gizi dari Puskesmas Mijen II.

6. Keabsahan data, diusahakan dengan cara-cara sebagai berikut:

a. Mengadakan pengamatan yang dilakukan selama 6 bulan atau sampai didapatkan data jenuh

b. Menggunakan teknik pengumpulan data triangulasi c. Mengadakan diskusi dengan Pembimbing dan teman

sejawat

d. Selalu melakukan check atas hasil pengamatan dan wawancara yang didapat kepada beberapa informan lainnya

e. Berusaha mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan balita yang ada di Desa Pecuk, untuk mengadakan pengamatan dan mendapatkan pemahaman yang lebih dalam dari perilaku yang mengarah pada status gizi balita, misalnya ikut dalam kegiatan Posyandu

f. Analisa kasus negatif, adalah mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang kebanyakan telah ditemukan, untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih tepat dari data-data yang ditemukan.

Sedangkan untuk data kuantitatif populasinya adalah balita di Desa Pecuk, Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak yang berjumlah 218 balita. Teknik pengambilan sampel

(10)

menggunakan total sampling (Sarwono, 2006), dimana data yang dibutuhkan diambil dari seluruh balita yang ada di Desa Pecuk pada bulan Mei, Juni, Juli, Agustus 2009. Data kuantitatif sebagian besar merupakan data sekunder yang didapat dari buku besar posyandu dan kemudian dilengkapi dengan data primer. Data tersebut berupa data :

1. Jumlah balita di Desa Pecuk

2. Jumlah balita yang berkunjung ke posyandu

3. Status gizi balita pada saat pengambilan data penelitian berlangsung (Mei - Agustus 2009)

4. Pendidikan ibu balita 5. Pekerjaan ibu balita 6. Pendapatan keluarga

7. Pendapatan keluarga perkapita 8. jumlah anak dalam keluarga

9. Pola konsumsi makanan balita yang berupa Tingkat Kecukupan Protein (TKP), Tingkat Kecukupan Energi (TKE).

Penentuan lingkungan rentan gizi pada awalnya yang didapat dari hasil penelitian Handayani (2008), ditentukan tingkat pendapatan berdasarkan pada data tingkat keluarga sejahtera. Pertimbangan penentuan berdasarkan indikator keluarga sejahtera mencakup tentang asupan makanan, syarat rumah sehat dan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga. Penilaian tersebut dianggap relevan dengan lingkungan yang berkaitan dengan status gizi. Saat perjalanan penelitian ini, kemudian dilakukan verivikasi data berkaitan dengan pemilihan Desa Pecuk sebagai daerah Rentan gizi berdasarkan data tingkat rata-rata pendapatan keluarga per bulan dan per kapita di Desa Pecuk.

Penentuan status gizi yang berupa data sekunder, diambil dari buku besar posyandu berdasarkan pengukuran berat badan per umur, seperti yang dimunculkan pada Tab 5.1. tentang data status gizi bulan Mei sampai dengan Agustus 2009.

(11)

Pengukuran ini lebih menggambarkan status gizi balita saat ini, tetapi mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru. Peneliti berusaha mendapatkan data status gizi yang lebih peka yang menggambarkan tingkat perkembangan tubuh yang seimbang, dengan pengukuran berdasarkan berat badan per tinggi badan. Pengukuran dilakukan pada saat kegiatan posyandu yang dibantu oleh kader, seperti yang dimunculkan pada Tabel 4.2. tentang data status gizi balita bulan Agustus 2009.

Teknik analisa data menggunakan model analisis dari Miles and Huberman (Basrowi, 2008), yaitu mencakup tiga kegiatan yang bersamaan yang terdiri dari reduksi data, penyajian (display) data dan penarikan kesimpulan (verifikasi). Masing-masing kegiatan adalah:

1. Reduksi data, merupakan suatu bentuk analisis yang menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data.

2. Penyajian data, dimaksud untuk menemukan suatu makna dari data-data yang telah diperoleh yang disusun secara sistematik dari bentuk yang komplek menjadi sederhana, yang dapat berbentuk teks naratif, grafik, bagan dan matrik.

3. Penarikan kesimpulan, merupakan analisis yang dilakukan selama pengumpulan data dan sesudah pengumpulan data, yang digunakan untuk menarik kesimpulan sehingga dapat menemukan pola tentang peristiwa yang terjadi.

Pengumpulan data dan analisis data merupakan proses siklus yang interaktif, dimana peneliti harus selalu siap bergerak diantara empat sumbu kumparan selama pengumpulan data dengan gerak bolak balik diantara kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

(12)

Gambar 3.2: Bagan Langkah Analisis Data (Model Analisis Miles and Huberman)

Sumber: Sugiyono 2008

C. Tahapan Penelitian dan Proses Pengambilan Data

Tahapan-tahapan dalam proses penelitian dimulai sejak proposal ini mulai disusun yaitu bulan April 2009. Tahap awal penelitian, penulis mengajukan surat ijin sebagai bagian dari proses administrasi akademik kepada program Studi Pascasarjana. Surat ijin ini dimaksudkan untuk melegitimasi penelitian yang akan dilakukan. Mengingat ijin penelitian sangat diperlukan untuk diusulkan kepada Institusi tempat pelaksanaan penelitian, terkait dengan kegiatan yang dilakukan. Ijin ini dimaksudkan agar pada saat penelitian dilakukan, penulis tidak akan mengalami kendala-kendala administrasi dan atau pertimbangan-pertimbangan stabilitas sosial dan keamanan di lokasi penelitian. Dengan bekal ijin sebagai bentuk legitimasi formal terhadap kegiatan penelitian yang diperoleh baik itu berasal dari Program Studi Pascasarjana, Pemerintah Kabupaten Demak melalui Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat, Pemerintah Kecamatan Mijen dan Pemerintahan Desa Pecuk, dan oleh karena berkaitan dengan

(13)

kesehatan maka ijin juga dimintakan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Demak dan Puskesmas Mijen II dimana Desa Pecuk berada diwilayah kerjanya, sehingga terdapat dukungan formal untuk kemudian akan melakukan tahapan-tahapan penelitian selanjutnya, termasuk proses pengambilan data.

Proses pengambilan data diawali dengan penyusunan pedoman yang berkaitan dengan observasi dan wawancara serta penyusunan instrumen kuesioner, yang terdiri dari tahapan-tahapan sebagai berikut:

Tahap pertama, pengambilan data dimulai dengan mengadakan observasi yang berguna untuk: 1) menentukan arah pertanyaan yang mendalam, 2) memperoleh pandangan yang holistik (menyeluruh), 3) menemukan hal-hal yang sedianya tidak terungkapkan oleh informan dalam wawancara karena bersifat sensitif, 4) memahami langsung keadaan yang ada dilapangan (Sugiyono, 2008; Glesne, 1999). Pada tahap observasi ini penulis menggunakan jenis observasi non partisipasi, dimana dalam hal ini peneliti hanya melakukan satu fungsi yaitu pengamatan. Peneliti mencatat, menganalisis dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan dari apa yang di observasi (Maleong, 2000; Bosrowi, 2008). Pengamatan juga dilakukan secara tidak terstruktur, dimana pedoman observasi yang dibuat hanya berupa rambu-rambu pengamatan. Hal-hal yang diamati tidak terbatas pada kisi-kisi pedoman pengamatan tetapi seluruh aktivitas yang dilihat dilapangan dan sesuai dengan tujuan penelitian menjadi perhatian peneliti (Bosrowi, 2008). Pada saat pengamatan, peneliti dibantu oleh seorang kader posyandu sebagai pendamping, mengingat peneliti merupakan orang baru atau belum dikenal oleh masyarakat Desa Pecuk, dan dibantu juga oleh satu orang karangtaruna, sebagai penunjuk jalan pada saat pengambilan data sampai dengan penelitian ini selesai dilakukan. Pengambilan data observasi awal dilakukan selama tiga hari, dengan masing-masing selang waktu dua hari, dengan maksud mendapatkan ide

(14)

atau masukan tentang pengamatan berdasarkan dari hasil observasi sebelumnya. Data yang didapat pada saat observasi ini adalah data-data tentang: 1) gambaran status gizi balita, 2) gambaran kesehatan lingkungan keluarga, 3) gambaran status ekonomi/pendapatan keluarga, 4) gambaran sistem budaya yang berkaitan dengan gambaran pola asuh gizi balita dan 5) gambaran sistem sosial.

Tahap kedua, adalah melakukan wawancara (interviu). Bentuk wawancara yang dilakukan adalah wawancara tak berstruktur, dimana pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono 2008). Diharapkan dengan bentuk wawancara seperti ini peneliti akan mendapatkan gambaran yang lebih lengkap dan mendapatkan teori baru yang ada di lapangan (Lampiran 5). Pada tahap ini sekaligus dilakukan pengisian data kuesioner. Secara terperinci maka proses pada tahap kedua ini adalah sebagai berikut :

1. Wawancara awal, dilakukan kepada sekretaris desa, sehingga didapat data tentang sejarah Desa Pecuk, karakter penduduk desa, model keakraban sosial dan kelembagaan atau organisasi kemasyarakatan yang berkaitan dengan status gizi yang ada di masyarakat Desa Pecuk.

2. Wawancara dengan Kepala Puskesmas Mijen II, dimana Desa Pecuk termasuk dalam wilayah kerjanya. Wawancara berkaitan dengan penilaian atau pendapat kepala puskesmas tentang sistem budaya dan sistem sosial yang ada di masyarakat Desa Pecuk yang berkaitan dengan pola asuh gizi, termasuk juga faktor-faktor lain yang mempengaruhi status gizi balita di daerahnya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hal baru yang mungkin sebelumnya tidak terpikirkan oleh peneliti. Pada akhir wawancara dengan Kepala Puskesmas Mijen II ini kemudian diperkenalkan sekaligus ditugaskan Bidan Desa Pecuk untuk membantu peneliti.

(15)

3. Wawancara dengan Bidan Desa Pecuk, yang merupakan petugas kesehatan yang paling menguasai masalah-masalah kesehatan yang ada di daerah tugasnya. Wawancara dilakukan beberapa kali, termasuk penentuan informan kader posyandu dan 5 keluarga balita yang ditetapkan berdasarkan saran dari bidan desa dan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh peneliti. Wawancara dengan bidan desa menghasilkan data yang berkaitan dengan penilaian atau pendapat bidan desa tentang sistem budaya dan sistem sosial yang ada di masyarakat Desa Pecuk yang berkaitan dengan pola asuh gizi. Data wawancara dari bidan desa ini juga diperlukan untuk melakukan verivikasi guna menentukan kesimpulan dari data-data yang didapat sebelumnya dan juga nantinya dengan data yang berasal dari keluarga balita. Selain itu informan bidan desa diperlukan untuk mendapatkan: (1) data-data kuantitatif yang berasal dari Puskesmas Mijen II, yang berupa data yang berkaitan dengan profil kesehatan di Desa Pecuk yaitu mengenai data derajat kesehatan, keadaan lingkungan, keadaan perilaku masyarakat, keadaan pelayanan kesehatan dan data status gizi balita di Desa Pecuk serta, (2) mengkoordinir pengambilan data kuantitatif dari kader kesehatan yang merupakan hasil pemeriksaan di posyandu, yang terdiri dari data pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak dan hasil penimbangan pada bulan Mei, Juni, Juli dan Agustus 2009.

4. Wawancara dengan kader posyandu, berkaitan dengan sistem budaya dan sistem sosial yang ada di masyarakat Desa Pecuk yang berhubungan dengan pola asuh gizi balita. Kader posyandu juga dimanfaatkan sebagai anggota penelitian untuk membantu mendapatkan data-data kuantitatif. Jumlah kader posyandu dari satu orang ibu, kemudian dikembangkan menjadi 3 orang ibu, guna

(16)

melengkapi data yang dibutuhkan dan melakukan verivikasi untuk menyimpulkan data-data sebelumnya. 5. Wawancara dengan keluarga balita, jumlah keluarga balita

yang ditetapkan sebagai informan pada tahap awal sebanyak 5 keluarga balita dengan gizi baik. Informan dari keluarga balita terdiri dari ibu balita, nenek balita dan pengasuh balita. Dalam satu keluarga balita informan ada yang terdiri dari ibu balita sebagai informan utama yang dilengkapi nenek balita sebagai informan kedua (pelengkap). Ada juga keluarga balita dengan informan utama adalah pengasuh balita sedangkan informan pelengkapnya ibu balita. Hal ini tergantung dari peran pengasuhan balita yang paling dominan di dalam keluarga tersebut. Wawancara yang dilakukan mendapatkan data tentang sistem budaya yang berupa kepercayaan, norma, nilai-nilai, mitos, kebiasaan-kebiasaan dan tradisi, serta data tentang sistem sosial yang berkaitan dengan keakraban sosial dan kelembagaan/organisasi kemasyarakatan, juga data tentang pola asuh gizi balita. Berdasarkan data awal yang didapat dari 5 keluarga balita, kemudian informan dikembangkan lagi dengan teknik

snow ball sampling, sehingga didapat 4 informan lagi dari keluarga balita, guna melengkapi data yang dibutuhkan. Selain melakukan wawancara terhadap keluarga balita, peneliti juga sekaligus melakukan observasi, yang dilakukan untuk memperkuat hasil observasi awal dan untuk dapat menyimpulkan hasil dari wawancara.

Tahap ketiga, adalah melakukan FGD dengan dua kelompok secara terpisah, yaitu kelompok pengarah/penanggung jawab bidang kesehatan dan kader kesehatan serta kelompok lainnya yang merupakan kelompok keluarga balita, yang bertempat di Balai Desa Pecuk.

(17)

Tahap ke empat, adalah pengambilan data food recall

pada lima informan balita yang berumur 1 – 2 tahun. Recall

dicatat dengan pengarahan peneliti untuk makanan yang telah dikonsumsi selama tiga hari berturut-turut yang telah dilampaui (3 x 24 jam).

Selain melakukan wawancara dan observasi, maka proses pengambilan data juga ditentukan pula oleh peralatan pendukung di lapangan yang patut menjadi perhatian. Peralatan pendukung penelitian lapangan yang digunakan adalah buku pendukung wawancara dalam bentuk catatan hasil observasi dan wawancara, kamera, video dan voice recorder. Hal ini dimaksudkan untuk merekam seluruh pembicaraan (rekaman proses) informan kunci dan melakukan dokumentasi terhadap seluruh hasil pengamatan dan pembicaraan tersebut.

(18)

Gambar

Gambar 3.1 : Peta daerah ber gap antara status gizi dan  lingkungannya di Kabupaten Demak
Gambar 3.2:  Bagan Langkah Analisis Data (Model Analisis  Miles and Huberman)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang peran pertumbuhan ekonomi dalam menurunkan kemiskinan di tingkat provinsi di Indonesia tahun 2004–2012, maka diperoleh

Keragaman acak pada H1 menurun sangat besar dibandingkan dengan H0, menunjukkan tidak adanya perubahan peluang sepanjang urutan bertelur ketika pengaruh dari jenis

membukukan dana MAP dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I pada Rekening KSP/USP Koperasi. menarik dan menerima angsuran jasa/bunga serta pembayaran angsuran

Berfungsi mengatur dan mengendalikan kegiatan bagian pelayanan keperawatan sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit Roemani menuju terwujudnya pelayanan keperawatan yang prima.

Rancangan layar ini dibuat sebagai layar beranda pada admin dimana di layar ini ada terdapat pilihan menu yang di fasilitasi untuk admin dapat melihat segala

Adapun judul tesis adalah “ Perbedaan Pengaruh Pemberian Infus HES dengan Berat Molekul 40 kD dan 200 kD Terhadap Plasma Prothrombin Time dan Partial Thromboplastin Time : Kajian

Menetapkan : KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO TENTANG PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK), PEJABAT PELAKSANA DAN PENGENDALI KEGIATAN (PPPK) DAN PEMEGANG UANG MUKA

Saran peneliti untuk penelitian selanjutnya adalah perlu dilakukan penelitian untuk meneliti dosis toksik, efek samping, dan dosis efektif, dilakukan penelitian