• Tidak ada hasil yang ditemukan

SINERGISITAS DAN STABILITAS EKSPRESI GEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SINERGISITAS DAN STABILITAS EKSPRESI GEN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

SINERGISITAS DAN STABILITAS EKSPRESI GEN

OsERF1

dan

OsDREB1A

PADA

PROGENI SILANGAN CIHERANG X NIPPONBARE TRANSGENIK UNTUK TOLERANSI

TERHADAP SALINITAS TINGGI

Tri Joko Santoso1),

Buang Abdullah2), Nono Carsono3), Aniversari Apriana1), Atmitri Sisharmini1), dan Kurniawan Rudi Trijatmiko1)

1)Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Jl. Tentara Pelajar No. 3A Bogor 16111. Telp. 0251-8316897, e-Mail: [email protected]

2)Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), Jl. Raya 9, Tromol Pos 11, Cikampek Subang 41256 – Jawa Barat 3)Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Jatinangor Sumedang 40600

Disajikan 29-30 Nop 2012

ABSTRAK

Salinitas merupakan salah satu kendala abiotik dalam produksi tanaman padi di Indonesia, terutama di wilayah pesisir pantai sebagai akibat adanya intrusi air laut ke wilayah daratan. Oleh karena itu, dalam rangka mendukung program ketahanan pangan, perakitan varietas padi toleran salinitas perlu dilakukan. Pendekatan rekayasa genetik untuk mendukung pemuliaan konvensional dalam merakit padi toleran terhadap cekaman salinitas tinggi perlu dilakukan. Gen ethylene responsive factor 1 (ERF1) merupakan faktor transkripsi spesifik tanaman yang penting peranannya dalam pengaturan respon tanaman terhadap cekaman biotik dan abiotik. Sedangkan gen dehydration-responsive element binding 1A (DREB1A) adalah gen faktor transkripsi yang sangat berperan di dalam menginduksi gen-gen lain yang berhubungan dengan cekaman abiotik termasuk salinitas. Pemanfaatan gen ERF1 dan DREB1A untuk mendapatkan varietas tanaman padi yang toleran terhadap cekaman salinitas tinggi perlu dilakukan. Pada tahun sebelumnya telah diperoleh galur-galur tanaman generasi BC3F1 yang toleran terhadap salinitas tinggi, positif membawa gen OsDREB1A atau OsERF1. Tujuan penelitian adalah 1) menskrining galur padi transgenik hasil silang-ganda antara BC3F1-OsDREB1A dan BC3F1-OsERF1 (DC-F1 dan DC-F2) yang toleran salinitas tinggi untuk melihat sinergi dan kestabilan gen dan 2). menganalisis secara molekuler galur padi Ciherang transgenik hasil silang-ganda antara BC3F1-OsDREB1A dan BC3F1-OsERF1 (DC-F1 dan DC-F2) untuk melihat sinergi dan kestabilan gen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) telah diperoleh 10 tanaman padi transgenik hasil silang-ganda antara BC3F1-OsDREB1A dan BC3F1-OsERF1 dari galur K5 (BC3F1-SG-K5 atau DC-F1-K5) yang toleran terhadap cekaman salinitas, 2). hasil analisis PCR menunjukkan bahwa hanya diperoleh satu tanaman dari galur K5 yang membawa 2 gen target (OsDREB1A dan OsERF1), yaitu tanaman K5-3, 3) tanaman-tanaman yang membawa 2 gen faktor transkripsi (BC3F2-SG-K5-3 atau DC-F2-K5-3) memberikan respon toleransi salinitas lebih tinggi (sinergi) dibandingkan dengan tanaman-tanaman yang hanya membawa satu gen faktor transkripsi saja, dan 4) Gen-gen OsDREB1A dan OsERF1 diintegrasikan secara stabil dari generasi ke generasi berikutnya.

Kata kunci:padi (Oryza sativa L.), gen OsERF1, gen OsDREB1, toleran salinitas, transgenik

I.

PENDAHULUAN

Adanya perubahan iklim global mempunyai implikasi yang cukup serius diantaranya adalah peningkatan suhu bumi, semakin meluasnya lahan yang mengalami kekeringan atau banjir dan peningkatan salinitas akibat meluapnya (intrusi) air laut ke daratan dan naiknya permukaan air laut.

Salinitas pada lahan pertanian telah menjadi salah satu masalah serius dalam produksi tanaman padi di Indonesia. Lahan persawahan yang mengalami intrusi air laut sehingga tanahnya bersifat salin saat ini semakin meluas. Daerah-daerah tersebut berada di sepanjang pantai utara dan selatan Pulau Jawa (Las et al., 2008). Selain itu juga di daerah Aceh dan Nias yang beberapa tahun yang lalu mengalami musibah tsunami (Sembiring et al., 2008). Sulawesi Selatan dan Flores (Nusa Tenggara Timur) juga

telah mengalami intrusi air laut ke daratan dan telah masuk ke lahan pertanian (Sembiring et al., 2008). Salinitas tinggi ditandai dengan kandungan garam (kegaraman) yang tinggi pada tanah atau lahan pertanian sehingga bersifat racun bagi tanaman dan mengganggu proses fisiologis tanaman.

Gen-gen yang diinduksi oleh cekaman abiotik seperti salinitas tinggi telah ditemukan dan memberi peluang penting untuk memperbaiki sifat toleran terhadap salinitas tinggi melalui pendekatan rekayasa genetik. Gen-gen target tersebut meliputi gen-gen yang menyandikan enzim-enzim yang diperlukan untuk biosintesis berbagai osmoprotektan, enzim-enzim yang mengelimasi spesies oksigen aktif, protein-protein embriogenesis akhir (LEA), enzim-enzim untuk detoksifikasi dan faktor transkripsi.

(2)

Gen-gen faktor transkripsi untuk abiotik stress, OsERF1 dan OsDREB1, telah diisolasi dan diintroduksikan kembali (over-ekspesi) ke genom tanaman padi cv. Nipponbare melalui bantuan vektor bakteri Agrobacterium tumefaciens oleh peneliti BB Biogen. Dengan menggunakan teknik PCR telah berhasil diseleksi beberapa galur yang masing-masing membawa gen OsERF1 dan OsDREB1. Pengujian individu tanaman Nipponbare-OsDREB1dan Nipponbare-OsERF1 dengan perlakuan cekaman salinitas diperoleh tanaman yang toleran terhadap salinitas (Santoso et al. dalam proses publikasi).

Padi kultivar Nipponbare bukan merupakan padi komersial yang ditanam oleh petani di Indonesia. Oleh karena itu, gen-gen OsDREB1dan OsERF1yang telah ada di genom padi Nipponbare perlu untuk diintroduksikan ke tanaman padi unggul komersial seperti Ciherang melalui persilangan konvensional.

Pada penelitian ini akan mengintroduksikan dua gen faktor transkripsi yang berbeda (OsDREB1 dan OsERF1) dalam satu varietas tanaman padi Ciherang untuk mendapatkan sifat toleransi terhadap cekaman salinitas tinggi. Tujuan penelitian adalah 1) menskrining galur padi transgenik hasil silang-ganda antara BC3F1-OsDREB1A dan BC3F1-OsERF1 (DC-F1 dan DC-F2) yang toleran salinitas tinggi untuk melihat sinergi dan kestabilan gen dan 2). menganalisis secara molekuler galur padi Ciherang transgenik hasil silang-ganda antara BC3F1-OsDREB1A dan BC3F1-OsERF1 (DC-F1 dan DC-F2) untuk melihat sinergi dan kestabilan gen.

II. METODOLOGI

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler dan Fasilitas Uji Terbatas, BB Biogen, Jl. Tentara Pelajar 3A Bogor.

Bahan penelitian yang akan digunakan adalah galur-galur tanaman padi transgenik hasil silang ganda antara BC3F1-OsDREB1A dan BC3F1-OsERF1 yang telah diperoleh pada tahun sebelumnya (2011) dan tanaman-tanaman kontrol yaitu Nipponbare, Ciherang, IR29 (cek peka) dan Pokali (cek toleran).

A. Pengujian cekaman salinitas

Pengujian salinitas dilakukan mengikuti prosedur dari Gregorio et al.(1997). Benih-benih dari masing-masing galur tanaman yang akan diuji dikecambahkan dan kemudian benih yang berkecambah dipindahkan ke bak uji (Gambar 1). Tanaman uji dan kontrol diberi perlakuan cekaman salinitas awal dengan tingkat EC sebesar 6 dS/m dengan penambahan NaCl sebanyak 3 gr/L. Setelah tiga hari tingkat cekaman salinitas dalam larutan Yoshida ditingkatkan menjadi 12 dS/m-1dengan penambahan 6 gr/L NaCl pada larutan Yoshida. Larutan Yoshida yang telah ditambahkan NaCl diatur sehingga memiliki pH 5,0. Perlakuan cekaman NaCl ini dilakukan selama 2 minggu (14 hari). Pengamatan respon tanaman padi dilakukan pada hari 10 dan 16 hari setelah perlakuan salinitas dengan pemberian skoring berdasarkan gejala yang muncul berdasarkan penelitian Gregorio et al.(1997).

Gambar 1. Bak plastik pengujian salinitas dilengkapi dengan steoroform untuk menempatkan tanaman

B. Isolasi DNA genom total

Isolasi DNA genom total dari tanaman toleran salinitas dilakukan dengan metode CTAB (Doyle & Doyle, 1987). Isolasi DNA dilakukan melalui tiga tahap yaitu preparasi ekstrak sel, pemurnian DNA, dan pemekatan DNA. Endapan DNA yang diperoleh selanjutnya dikeringkan dan dilarutkan kembali dengan 50 µL buffer TE. DNA yang telah dilarutkan siap digunakan untuk analisis PCR.

C. Analisis PCR untuk deteksi gen

Amplifikasi DNA dengan PCR dilakukan dengan menggunakan primer gen spesifik hpt (hygromycin phospho-transferase) dan primer kombinasi antara promoter-transgen. Reaksi amplifikasi PCR dilakukan dengan total volume reaksi 20 µl yang mengandung 1-2 µl DNA genomik cetakan, dNTPs dengan konsentrasi 25 µM, sepasang primer spesifik masing-masing dengan konsentrasi 0.2 µM, MgCl2 dengan konsentrasi 1.5 mM, enzimTaq DNA polymerase0.15 unit dalam larutan buffer 1x (20 mM Tris-HCl pH 8.0, 100 mM KCl, 0.1 mM EDTA, 1 mM DTT, 50% glycerol, 0.5% Tween 20, dan 0.5% nonidet P40). Program untuk amplifikasi PCR sebagai berikut: denaturasi awal pada suhu 94ºC selama 3 menit sebanyak 1 siklus, dilanjutkan dengan 35 siklus yang terdiri atas: denaturasi pada suhu 94ºC selama 30 detik, penempelan primer pada suhu 60ºC selama 30 detik, pemanjangan primer pada suhu 720C selama 45 detik. Pemanjangan primer terakhir selama 7 menit pada suhu 720C. Produk PCR kemudian dielektroforesis dengan menggunakan gel agarose dan divisualisasi dengan Chemidoc gel system (Biorad).

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian toleransi terhadap cekaman salinitas yang dilakukan pada galur-galur tanaman padi transgenik hasil silang-ganda antara BC3F1-OsDREB1A dan BC3F1-OsERF1 menghasilkan 10 tanaman (galur K5) yang toleran terhadap cekaman salinitas pada tingkat EC sebesar 12 dS/m (Tabel 1). Sementara, tiga galur yang lain (K1, K3 dan K10) tidak menunjukkan adanya individu tanaman yang toleran.

(3)

Kode Galur

Jumlah tanaman dengan skor

Total 1 (ST) (T)3 (AT)5 (P)7 (SP)9 Nip - - 10 15 5 30 Cih - - 13 14 2 30 IR20 - - 6 6 9 21 Pok - 3 2 5 8 18 K1 - - 3 7 52 62 K3 - - 9 12 31 52 K5 - 10 13 5 14 42 K10 - - - 1 36 37 Keterangan: Nip = Nipponbare Cih = Ciherang IR20 = IR 20 Pok = Pokali K1 = F1-SG(BC3F1-10.2.F.5.10/BC3F1-13.2.B.3.10) K3 = F1-SG(BC3F1-10.2.F.5.10/BC3F1-13.2.B.3.48) K5 = F1-SG(BC3F1-10.2.F.14.17/BC3F1-13.2.B.3.10) K10= SG-F1(BC3F1-10.2.F.16.31/BC3F1-13.2.B.3.48) ST = Sangat toleran T = Toleran AT = Agak toleran P = Peka SP = Sangat peka

Pengujian toleransi terhadap salinitas dilakukan pada fase bibit berumur 2 minggu karena pada fase tersebut tanaman berada pada fase sensitif terhadap cekaman salinitas. Seperti dijelaskan oleh Gregorio et al. (1997) bahwa fase bibit (2-3 daun) merupakan salah satu fase yang sensiitif bagi tanaman terhadap cekaman salinitas di samping pada fase polinasi dan fertilisasi. Berdasarkan hal tersebut, pengujian pada fase bibit ini diharapkan akan dapat terseleksi galur-galur tanaman yang toleran terhadap cekaman salinitas sejak dari awal (Gambar 2).

Galur tanaman K5 merupakan galur hasil persilangan ganda (double crossatau DC) dari dua tanaman BC3F1 yang membawa gen faktor transkripsi yang berbeda yaitu gen OsDREB1A dan OsERF1. Jadi galur tersebut diharapkan telah membawa kedua transgen sehingga memberikan toleransi yang lebih baik terhadap salinitas. Hasil penelitian juga memperlihatkan adanya tanaman-tanaman dari galur lain yang tidak toleran terhadap salinitas yaitu galur K1, K3, dan K10. Hal ini diduga karena tanaman yang digunakan untuk materi persilangan merupakan tanaman yang termasuk kategori agak toleran sehingga ketika disilangkan tidak menghasilkan turunan yang toleran. Selanjutnya tanaman-tanaman toleran dianalisis dengan PCR untuk mengetahui kestabilan gen target dan kemudian tanaman yang positif PCR digunakan sebagai materi persilangan atau kegiatan penelitian lanjutan.

Gambar 2. Pengujian toleransi salinitas pada galur-galur silangan padi transgenik generasi lanjut di rumah kaca. A. Bibit padi umur 2 minggu pada bak plastik yang berisi larutan Yoshida, B-C. Penampilan tanaman padi yang terseleksi pada larutan Yoshida dengan tingkat salinitas (EC) sebesar 12 dS/m, D. Tanaman-tanaman terseleksi dipindahkan ke ember

berisi tanah.

Amplifikasi PCR dengan primer spesifik higromisin hptII dilakukan hanya pada 7 dari 10 tanaman yang toleran salinitas dari galur K5. Tiga tanaman yang lain mempunyai performa yang kurang bagus dan mengalami kematian sewaktu dipindah ke pot. Hasil PCR menunjukkan bahwa dari 7 tanaman yang dianalisis semua positif membawa gen hptII. Tanaman positif PCR diindikasikan dengan terbentuknya pita produk PCR (amplikon) berukuran 500 bp (Gambar 3). Tanaman yang positif PCR dengan primer gen hptII diharapkan juga positif membawa gen target OsDREB1Aatau OsERF1, karena gen-gen tersebut masing-masing berada dalam satu konstruksi dengan gen hptII. Untuk mengetahui tanaman transgenik juga membawa gen target (OsDREB1A atau OsERF1) maka dilakukan analisis PCR menggunakan pasangan primer kombinasi antara promoter (sebagai forward) dan gen target (sebagai reverse). Amplifikasi PCR dengan menggunakan kombinasi primer antara fragmen promoter dan gen target dilakukan pada tanaman-tanaman padi transgenik yang positif PCR dengan primer hptII.

Kombinasi pasangan primer 35S-496-F/OsDREB1A-R dan 35S-496-F/OsERF1-R digunakan untuk mengamplifikasi gen-gen target pada tanaman-tanaman hasil silang ganda (DC) dengan tujuan untuk mengetahui keberadaan kedua gen target tersebut pada satu tanaman. Tanaman hasil silang ganda dari galur K5 (ada 7 tanaman) yang telah diuji toleransinya terhadap salinitas tinggi diharapkan mempunyai dua gen target yaitu gen OsDREB1A dan OsERF1.

P

(4)

Gambar 3. Gel elektroforesis hasil amplifikasi 7 tanaman padi transgenik generasi DC-F1 dengan primer spesifik hptII. M=1 Kb ladder plus

(Invitrogen)

Hasil amplifikasi PCR menggunakan primer kombinasi menunjukkan bahwa hanya terdapat satu tanaman dari galur K5 yang membawa 2 gen target (OsDREB1A dan OsERF1), yaitu tanaman K5-3 (Tabel 2, Gambar 4). Sementara 6 tanaman lainnya masing-masing hanya membawa satu gen target saja, OsDREB1A atau OsERF1. Tanaman yang hanya membawa gen sDREB1Asaja adalah K5-1, K5-10, K5-26 dan K5-40 (4 tanaman), sementara 2 tanaman lainnya, K5-4 dan K5-24, hanya membawa gen OsERF1 (Tabel 2, Gambar 4). Tanaman K5-3 yang membawa dua gen (OsDREB1A dan OsERF1) selanjutnya akan digunakan sebagai materi pengujian sinergisitas dua gen faktor transkripsi yang telah ada dalam satu tanaman untuk toleransi terhadap salinitas dibandingkan dengan tanaman yang hanya membawa satu gen, OsDREB1Aatau OsERF1saja.

Tabel 2. Hasil analisis PCR tanaman toleran salinitas dari galur K5 menggunakan kombinasi primer F/OsDREB1A-R dan

35S-496-F/OsERF1-R

Kode Tanaman

Analisis PCR

hptII OsDREB1A-R35S-496-F/ 35S-496-F/OsERF1-R

K5-1 + + -K5-3 + + + K5-4 + - + K5-10 + + -K5-24 + - + K5-26 + + -K5-40 + +

-Keterangan: (+) = positif, (-) = negatif

Gambar 4. Hasil analisis PCR tanaman toleran salinitas dari galur K5 menggunakan kombinasi primer 496-F/OsDREB1A-R (A) dan

35S-496-F/OsERF1-R (B)

Berdasarkan data analisis PCR seperti ditampilkan dalam Tabel 2 dan Gambar 4, penggabungan dua gen faktor transkripsi OsDREB1A dan OsERF1 pada satu tanaman telah berhasil dilakukan. Hal ini diindikasikan dengan terdeteksinya dua gen tersebut pada satu tanaman (tanaman K5-3). Namun demikian, dari data tersebut juga terlihat bahwa tidak semua tanaman progeni hasil silang ganda dari galur K5 membawa dua gen target dalam satu tanaman. Hal ini sangat mungkin terjadi karena individu-individu tanaman yang disilang-gandakan masing-masing membawa gen target (OsDREB1A atau OsERF1) dalam kondisi heterosigot. Individu tanaman yang membawa gen OsDREB1A atau OsERF1 yang digunakan untuk materi silang ganda merupakan tanaman BC3F1 (heterosigot untuk alel gen OsDREB1A atau OsERF1) sehingga ketika dua tanaman tersebut disilangkan akan menghasilkan progeni dengan konstitusi genotipe yang bervariasi, yaitu ada yang hanya membawa gen OsDREB1A atau gen OsERF1 saja, membawa dua gen, dan ada yang tidak membawa kedua gen.

Selanjutnya individu tanaman dari galur K5 yang toleran dan positif PCR di-selfinguntuk menghasilkan benih-benih DC-F2 dan selanjutnya benih-benih tersebut digunakan sebagai materi untuk seleksi tanaman yang toleran salinitas tinggi, kestabilan gen dan efek kombinasi dua gen.

Untuk melihat toleransi terhadap cekaman salinitas pada generasi berikutnya maka dilakukan skrining tanaman-tanaman DC-F2 dari galur K5-3 (membawa dua gen, OsDREB1A dan OsERF1), K5-10 dan K5-26 (membawa 1 gen OsDREB1A) serta K5-24 (membawa 1 gen OsERF1).

Tabel 3. Hasil skrining salinitas tanaman padi transgenik generasi DC-F2 di rumah kaca pada fase generatif

(5)

Kode Galur

Jumlah tanaman dengan skor

Total 1 (ST) 3 (T) 5 (AT) 7 (P) 9 (SP) Nip - - - - 5 5 Cih - - 3 5 - 8 Pok - 7 1 - - 8 K5-3(1) - 9 18 7 11 45 K5-3(2) - 9 6 10 20 45 K5-3(3) - 14 20 7 3 45 K5-26 (1) - 3 3 4 15 25 K5-26 (2) - - 2 5 10 45 K5-10 (1) - 11 11 7 14 43 K5-24 (1) - - 3 11 20 34 K5-24 (2) - 6 6 5 13 30 K5-24 (3) - 7 6 10 6 29

Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada galur K5-3 menghasilkan tanaman yang toleran sebanyak 32 tanaman dari 135 tanaman yang diskrining. Sedangkan galur K5-26 dan K5-10 menghasilkan 14 tanaman toleran dari total 113 tanaman. Galur K5-24 menghasilkan 13 tanaman dari total 93 tanaman yang diskrining. Hasil ini mengindikasikan bahwa tanaman-tanaman yang membawa 2 gen faktor transkripsi memberikan respon toleransi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman-tanaman yang hanya membawa satu gen faktor transkripsi saja. Tanaman-tanaman yang toleran dipindah ke ember. Total Tanaman-tanaman toleran yang dipelihara di ember adalah 50 tanaman yang terdiri dari 23 tanaman galur K5-3, 13 tanaman galur K5-24, 3 tanaman K5-26 dan 11 tanaman K5-10.

Hasil analis PCR menggunakan primer hptII menunjukkan bahwa dari 50 tanaman toleran diketahui 44 tanaman positif PCR sedangkan 6 tanaman negatif. Tanaman-tanaman yang negatif PCR berasal dari galur-galur yang membawa satu gen yaitu galur K5-24 (3 tanaman), K5-26 (2 tanaman) dan K5-10 (1 tanaman). Sementara 23 tanaman dari galur K5-3 yang membawa 2 gen faktor transkripsi semuanya positif PCR. Berdasarkan hasil skrining dan analisis PCR, maka galur dengan 2 gen (K5-3), satu gen OsDREB1A (K5-10 dan K5-26), satu gen OsERF1 (K5-24) menghasilkan tanaman toleran masing-masing 24%, 9%, dan 10%. Hasil ini mengindikasikan bahwa kemungkinan ada sinergi antara dua gen faktor transkripsi untuk menginduksi gen-gen untuk toleransi terhadap cekaman salinitas. Adanya sinergi ekspresi antara dua gen faktor transkripsi pada tanaman di dalam responnya untuk toleransi terhadap cekaman salinitas tinggi masih perlu dianalisis lebih detail menggunakan pendekatan RT-PCR. Berdasarkan hasil analisis PCR juga terlihat bahwa gen-gen yang telah diintroduksikan masih stabil terintegrasi dan terekspresi pada tanaman progeni hasil silang ganda.

Pemanfaatan secara individual dari gen faktor transkripsi DREB1A atau ERF1 untuk memperoleh toleransi terhadap cekaman salinitas telah dilakukan beberapa oleh peneliti sebelumnya. Gen OsDREB1A yang diover-ekspresikan pada Arabidopsis telah terbukti meningkatkan toleransi terhadap

salinitas tinggi, kekeringan dan suhu dingin (Dubouzet et al., 2003). Sementara itu, gen DREB1A dari Arabidopsis dapat meningkatkan toleransi salinitas ketika diover-ekspresikan pada tembakau (Cong et al. 2008). Demikian juga dengan gen faktor transkripsi ERF telah dipelajari untuk toleransi terhadap salinitas (Zhang et al.. 2004). Over-ekspresi gen ERF dari tomat pada tanaman padi telah terbukti meregulasi gen-gen yang responsif terhadap cekaman dan meningkatkan toleransi terhadap salinitas tinggi (Gao et al.,2004). Penggunaan kedua gen faktor transkripsi yang digabungkan ke dalam satu tanaman belum ada yang mempelajari. Hasil penelitian ini dapat menjadi penelitian awal untuk memanfaatkan sinergi dua gen faktor transkripsi dalam meningkatkan toleransi tanaman terhadap cekaman salinitas tinggi atau cekaman abiotik yang lain.

IV. KESIMPULAN

1. Telah diperoleh 10 tanaman padi transgenik hasil silang-ganda antara BC3F1-OsDREB1A dan BC3F1-OsERF1 dari galur K5 (BC3F1-SG-K5 atau DC-F1-K5) yang toleran terhadap cekaman salinitas,

2. Hasil analisis PCR menunjukkan bahwa hanya diperoleh satu tanaman dari galur K5 yang membawa 2 gen target yaitu tanaman K5-3.

3. Tanaman yang membawa 2 gen faktor transkripsi memberikan respon toleransi salinitas lebih tinggi (sinergi) dibandingkan dengan tanaman yang hanya membawa satu gen saja.

4. Gen-gen OsDREB1A dan OsERF1 diintegrasikan secara stabil dari generasi ke generasi berikutnya

DAFTAR PUSTAKA

[1] Cong L, Zheng HC, Zhang YX, Chai TY. 2008. Arabidopsis DREB1A confers high salinity tolerance and regulates the expression of GA dioxygenases in Tobacco. Plant Sci. 174:156-164

[2] Dobouzet JG, Sakuma Y, Ito Y, Kasuga M, Dobouzet EG, Miura S, Seki M, Shinozaki K and Shinozaki KY. 2003. OsDREB genes in rice, Oryza sativa L., encode transcription activators that function in drought-, high-salt- and cold-responsive gene expression.Plant J.33:751-763

[3] Doyle JJ, Doyle JL. 1990. Isolation of plant DNA from fresh tissue. Focus12:13-15

[4] Gao S, Zhang H, Tian Y, Li F, Zhang Z, Lu X, Chen X, Huang R. 2008. Expression of TERF1 in rice regulates expression of stress-responsive genes and enhances tolerance to drought and high-salinity. Plant Cell Rep. 27:1787-1795 [5] Gregorio, GB, Senadhira, D and Mendoza, RD. 1997.

Screening rice for salinity tolerance. IRRI Discussion22:3-13. [6] Las I, E. Surmaini dan A. Ruskandar. 2008. Antisipasi

Perubahan Iklim: Inovasi Teknologi dan Arah Penelitian Padi di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Padi 2008: Inovasi Teknologi Padi Mengantisipasi Perubahan Iklim Global Mendukung Ketahanan Pangan. BB Padi

[7] Sembiring H, A. Gani, T Iskandar. 2008. Implications of Salinity Research in Aceh for Indonesian Rice Growing, International Workshop on Post Tsunami Soil Management, ed. F.Agus and G Tinning, Ministry of Agriculture Indonesian Soil Research Institute

[8] Zhang H, Huang Z, Xie B, Chen Q, Tian X, Zhang X, Zhang Z, Lu X Huang D, Huang R. 2004. The ethylene-, jasmonate-,

(6)

abscisic acid- and NaCl-responsive tomato transcription factor JERF1 modulates expression of GCC box-containing genes and salt tolerance in tobacco. Planta220:262-270

Gambar

Gambar 1. Bak plastik pengujian salinitas dilengkapi dengan steoroform   untuk menempatkan tanaman
Gambar 2. Pengujian toleransi salinitas pada galur-galur silangan padi  transgenik generasi lanjut di rumah kaca
Gambar 3. Gel elektroforesis hasil amplifikasi 7 tanaman padi transgenik  generasi DC-F1 dengan primer spesifik hptII

Referensi

Dokumen terkait

Pengacuan atau referensi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (suatu acuan) yang

Isikan data-data berikut: (1) Nama/ Judul Kegiatan, misalnya nama kegiatan seperti program kegiatan fasilitasi lembaga atau pemerintah; (2) Tahun, yaitu tahun

Memindahkan dan meletakkan barang dengan menggunakan forklift Memindahkan ke dalam gudang Menabrak bangunan Tidak adanya jalur forklift Continuosly Kerusakan properti

Masih didapatkan kandungan timbal, besi, dan tembaga dalam air minum isi ulang di Kota Bandung, namun tidak ada yang melebihi kadar maksimum yang

Peneliti mengumpulkan data melalui angket untuk megetahui dengan jelas pengaruh hafalan Juz „Amma terhadap prestasi belajar siswa kelas XI pada bidang studi

Formasi ini merupakan satuan batuan sedimen yang terbentuk pada saat pemekaran (syn-rifting) yang terdiri atas batupasir, kuarsa, konglomerat, serpih, dan batulempung dengan

Namun pada kenyataannya penggunaan Ruko di Pancoran Glodok sebagai hunian mulai mengalami degradasi sejak Kerusuhan Mei , ada banyak pemilik Ruko yang memilih untuk membeli Rumah