HUBUNGAN HAFALAN JUZ `AMMA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI PADA BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMAN 12 BANDA ACEH
Skripsi
Diajukan Oleh:
DONNY FATTAH NIM. 211323836
Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM BANDA ACEH 2021M/1442H
v
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah swt. dengan Rahmat dan Hidayah-Nya skripsi ini telah dapat diselesaikan dalam rangka menyelesaikan studi pada Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Prodi Pendidikan Agama Islam UIN Ar-Raniry, untuk memenuhi sebagian beban studi memperoleh gelar sarjana dalam ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Shalawat beserta salam tidak lupa pula disanjungkan kepada baginda nabi besar Muhammad saw beserta keluarga dan sahabat beliau yang telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam islamiyah.
Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian skripsi ini. Melalui kesempatan ini peneliti dengan hati yang tulus mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua Ayahanda Legi Lasmoro dan Ibunda Mardiana yang telah mendidik dan membesarkan peneliti dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, yang telah berusaha untuk menghantarkan peneliti kepada gerbang cita-cita yang peneliti harapkan, serta selalu mendo‟akan peneliti untuk mencapai keberhasilan. Kepada seluruh keluarga tercinta abang Gilang Ramadhan dan adik Puan Asyifa, yang telah memberikan semangat, dorongan, dan doa untuk peneliti sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Husnizar, S.Ag., M.Ag. selaku Penasehat Akademik (PA). juga selaku ketua Program Studi Pendidikan Agama
vi
Islam Universitas Islam Negeri Ar-Raniry yang telah memberi motivasi dan arahan sehingga peneliti mendapat pencerahan dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Dr. Muzakir, S.Ag., M.Ag. selaku dosen pembimbing I dan Bapak Abdul Haris Hasmar, S.Ag., M.Ag. selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk membimbing serta mengarahkan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Muslim Razali, SH., M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian ini.
5. Bapak Prof. Dr. H. Warul Walidin AK, M.A. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.
6. Perpustakan-Perpustakaan yang telah membantu peneliti dalam menyediakan referensi yang dibutuhkan oleh peneliti sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini.
7. Ibu Dra. Ramlah Zaini, M.Si. selaku kepala sekolah SMAN 12 Banda Aceh yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk mengumpulkan data.
8. Ibu Nadiawati, S.Ag. selaku guru Pendidikan Agama Islam SMAN 12 Banda Aceh dan seluruh dewan guru yang sudah bersedia memberikan informasi untuk keberhasilan penelitian ini.
9. Kepada sahabat-sahabat angkatan 2013 yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
vii
10. Ibu Novia Fajarina S.E. yang telah membantu dan memberikan motivasi serta dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu peneliti mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan para pembaca lain pada umumnya. Amin Yarabbal‟alamin.
Donny Fattah NIM. 211323836
Banda Aceh, 20 Januari 2021 Peneliti
viii DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL Halaman LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG LEMBAR PERNYATAN KEASLIAN
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
ABSTRAK… ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Hipotesis ... 5
F. Sistematika Pembahasan ... 6
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Tinjauan Tentang Hafalan Al-Qur‟an ... 9
1. Pengertian Hafalan Al-Qur‟an ... 9
2. Hukum Menghafal Al-Qur‟an ... 11
3. Tujuan Menghafal Al-Qur‟an ... 14
4. Syarat-syarat Menghafal Al-Qur‟an ... 15
5. Metode Menghafal Al-Qur‟an ... 20
B. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar ... 23
1. Pengertian Belajar ... 23
2. Pengertian Prestasi Belajar ... 24
3. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 27
C. Tinjauan Tentang Hubungan Hafalan Juz „Amma Dengan Prestasi Belajar Siswa ... 33
1. Kegiatan Hafalan Juz „Amma Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam ... 33
2. Indikator Siswa yang Ada Hubungan Hafalan Juz „Amma Dengan Prestasi Belajar Siswa ... 36
ix
BAB III METODE PENELITIAN Halaman
A. Jenis Penelitian ... 42
B. Sumber Data Penelitian ... 43
C. Teknik Pengumpulan Data ... 45
D. Teknik Analisis Data ... 45
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 48
B. Intensitas Hafalan Juz „Amma Siswa Kelas XI SMAN 12 Banda Aceh ... 53
C. Pengajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 12 Banda Aceh ... 57 D. Analisis Data ... 62 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 75 B. Saran ... 76 DAFTAR KEPUSTAKAAN ... 77 LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel No: Halaman
3.1 Tabel Intrepretasi Angka Korelasi “r” ... 47
3.2 Tabel Nilai Rata-Rata Katagori Standar Kelulusan ... 47
4.1 Daftar Nama-Nama Guru SMAN 12 Banda Aceh ... 50
4.2 Jumlah Seluruh Siswa Kelas XI MIPA 1 ... 51
4.3 Tabel Materi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ... 59
4.4 Tabulasi Hafalan Juz „Amma Kelas XI MIPA 1... 63
4.5 Apakah anda merasa beribadah ketika menghafal Juz „Amma ... 64
4.6 Dalam menghafal Juz „Amma apakah anda selalu melisankan dan menghafalkan dengan ingatan ... 64
4.7 Apakah anda dengan menghafal Juz „Amma anda merasa punya pedoman untuk hidup ... 64
4.8 Apakah anda merasa menghafal Juz „Amma itu penting ... 65
4.9 Apakah orang tua anda mengetahui perkembangan hafalan Juz „Amma anda ... 65
4.10 Apakah dengan menghafal Juz „Amma anda merasa terjauhdari sifat madzmumah/tercela ... 65
4.11 Apakah anda sudah hafal semua surat dalam Juz „Amma ... 66
4.12 Apakah anda tidak pernah merasa jenuh dalam menghafal Juz „Amma ... 66
4.13 Apakah tujuan/niat anda untuk menghafal Juz „Amma selalu ikhlas ... 66
4.14 Sebelum memulai hafalan Juz „Amma, apakah anda memilih-milih dulu metode yang cocok terlebih dahulu... 67
4.15 Apakah kegiatan hafalan Juz „Amma dapat mengganggu pelajaran anda yang lain ... 67
4.16 Apakah anda merasa iri melihat hafalan Juz „Amma teman anda bertambah ... 67
4.17 Apakah motivasi belajar anda meningkat setelah mengikuti kegiatan hafalan Juz „Amma khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ... 68
4.18 Apakah anda selalu meluangkan waktu untuk menghafal Juz„Amma setelah shalat lima waktu ... 68
4.19 Apakah pembimbing hafalan Juz „Amma anda selalu memberi motivasi ketika menyetorkan hafalan ... 68
xi
Tabel No: Halaman 4.21 Apakah anda selalu mengikuti metode hafalan Juz „Amma
yang pembimbing anda berikan ... 69 4.22 Apakah pembimbing anda selalu memperhatikan dan
mengevaluasi hafalan Juz „Amma anda di sekolah ... 69 4.23 Apakah hafalan Juz „Amma membantu anda dalam proses
belajar dikelas, terutama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ... 70 4.24 Apakah nilai mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
menjadi lebih baik setelah mengikuti hafalan Juz „Amma... 70 4.25 Tabulasi Data Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam ... 71 4.26 Tabel Perhitungan Skor Variabel X dan Y ... 72
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat keputusan Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Ar-Raniry Tentang Pembimbing Skripsi Mahasiswa Fakultas UIN Ar-Raniry
Lampiran 2: Surat Izin Penelitian Dari Dekan Fakultas UIN Ar-Raniry Lampiran 3: Surat Izin Penelitian Dari Kepala Dinas Pendidikan
Provinsi Aceh
Lampiran 4: Surat telah mengadakan penelitian dari Kepala Sekolah SMAN 12 Banda Aceh
Lampiran 5: Lembaran Angket Untuk Siswa Lampiran 6: Daftar Riwayat Hidup
xiii ABSTRAK
Nama : Donny Fattah
NIM : 211323836
Fakultas/Prodi : Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam
Judul : Hubungan Hafalan Juz „Amma Dengan
Prestasi Belajar Siswa Kelas XI Pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SMAN 12 Banda Aceh Tebal Skripsi : 79
Tanggal Sidang : Jumat, 29 Januari 2021 Pembimbing I : Dr. Muzakir, S.Ag., M.Ag
Pembimbing II : Abdul Haris Hasmar, S.Ag., M.Ag
Kata Kunci : Hubungan hafalan, Prestasi Belajar, Pendidikan Agama Islam
Kegiatan penerapan hafalan Juz „Amma tidak hanya ada pada madrasah saja, namun SMAN 12 Banda Aceh juga menerapkan kegiatan tersebut, dalam penerapan tersebut apakah akan memberi pengaruh bagi prestasi belajar siswa atau tidak. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut yang menjadi persoalan inti dalam penelitian ini adalah seberapa sering intensitas penerapan hafalan dilakukan dan apakah ada hubungannya antara hafalan dengan prestasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana analisisnya menggunakan korelasi rumus produck moment. Data diperoleh melalui beberapa teknik diantaranya adalah angket, dan dokumentasi. Berdasarkan analisis data melalui prosentase diperoleh sebesar 59,34% yang berada diantara 56%–75%, maka dari itu dapat diketahui bahwa penerapan hafalan Juz „Amma termasuk kategori cukup. Selanjutnya nilai rata-rata kelas XI MIPA 1 yaitu 79,23 dengan standar kategori kelulusan bidang study Pendidikan Agama Islam yaitu 70. Dari hasil formulasi statistik produck moment menunjukkan hasil 0,464 yang terletak antara 0,400 – 0,700 pada tabel angka korelasi “r”, dapat dilihat dari hasil tersebut, bahwasanya hubungan antara hafalan dan prestasi belajar siswa adalah cukup.
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Juz ‟Amma merupakan Juz yang ke-30 di dalam kitab suci Al-Qur‟an dengan jumlah surat paling banyak yaitu terdapat 37 surat, dimulai dengan surat An-Naba‟ dan diakhiri dengan surat An-Nas, sebagian dari surat tersebut merupakan surat Makkiyyah yaitu surat yang turun sebelum Rasullulah saw. hijrah ke Madinah, sedangkan surat selebihnya yaitu surat Al-Bayyinah, Al-Zalzalah, dan An-Nashr merupakan surat Madaniyah yaitu surat yang turun setelah Rasullulah saw. hijrah ke Madinah.1
Al-Qur‟an adalah salah satu kitab suci di muka bumi ini yang tetap terjaga serta terpelihara oleh para penghafalnya, di dalam Al-Qur‟an ada surat pendek yang disebut Juz ‟Amma. Menghafal Alquran merupakan sesuatu proses dalam rangka memelihara, melestarikan, serta melindungi kemurnian Al-Qur‟an, sehingga tidak terdapat pemalsuan serta pergantian dan sanggup melindungi dari kelupaan, baik itu secara totalitas ataupun cuma sebagian.2
Belajar Al-Qur`an merupakan suatu kewajiban yang utama bagi setiap mukmin laki-laki maupun perempuan, demikian juga mengajarkannya. Ada beberapa tingkatan dalam mempelajari Al- Qur‟an, pertama belajar membacanya sampai baik dan lancar menuruti kaidah-kaidah yang berlaku dalam tajwid dan qiraat, belajar maksud
1 Imam Nawawi, Etika Mempelajari Al-Qur`an, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar,
2004), h. 12.
2 Ahmad Zainal Abidin, Kilat dan Mudah Hafal Juz „Amma,, (Jakarta: Sabil,
2 dan arti sampai mengerti akan isi dan maksud-maksud yang terkandung di dalamnya, dan yang terakhir menghafalnya diluar kepala, sebagaimana yang dikerjakan sahabat pada masa Rasulullah.3
Mempelajari tentang hal-hal yang berhubungan dengan keagamaan khususnya Al-Qur`an, saat ini di Indonesia terdapat pembagian antara pelajaran agama dengan pelajaran umum. Dalam kehidupan sosial kultural, masyarakat Indonesia masih tetap menjunjung tinggi nilai adat ketimuran. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya di antara mereka yang masih menyarankan bahkan mewajibkan putra-putri mereka di masukkan ke dalam lembaga pendidikan formal dengan pelajaran umum yang lebih mendominasi di banding memasukkan putra-putri mereka ke dalam lembaga pendidikan formal seperti Madrasah dengan pelajaran agama sebanding pelajaran umum.
Landasan negara Indonesia yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar, ini merupakan falsafah dan dasar hukum negara Indonesia, sistem pendidikan nasional berlandaskan kepada kedua hal tersebut. Jadi, setiap tingkah laku manusia sadar atau tidak sadar selalu didasarkan dan diwarnai oleh nilai-nilai yang bersumber dari falsafah dan dasar hidupnya. Pendidikan Agama Islam adalah salah satu diantaranya dan merupakan disiplin ilmu dari beberapa ilmu yang lainnya. Menurut Mahmud Yunus tujuan Pendidikan Agama Islam adalah mendidik anak-anak, pemuda-pemudi dan orang tua atau dewasa supaya menjadi seorang muslim sejati, beriman, beramal saleh, teguh, dan berakhlak mulia, sehingga ia berhasil menjadi salah satu dari anggota masyarakat yang mampu hidup mandiri, mengabdi kepada
3 M. Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan Al-Qur`an, (Surabaya:
3 Allah swt. dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya dan sesama umat manusia.4
Menjadi muslim yang sejati tidaklah mudah. Semua butuh proses yang dilalui dengan pembiasaan yang intensif. Lembaga pendidikan atau sekolah kebanyakan sudah merasa berhasil dan sukses mencapai tujuan pendidikan dengan menjalankan kegiatan belajar mengajar sesuai kurikulum yang menjadi pedoman. Secara akademik, banyak yang merasa berhasil tapi apakah mereka sudah merasa yakin anak didiknya mampu bersikap dengan baik dan benar ketika berdiri ditengah-tengah masyarakat? Hal itulah yang sebenarnya menjadi harapan semua orang.
Melihat fenomena itu, usaha yang dilakukan lembaga pendidikan SMAN 12 Banda Aceh adalah berusaha untuk mencetak lulusan yang sukses atau berhasil dalam aspek akademik maupun non akademik. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi keberhasilan itu, salah satunya adalah membiasakan siswa siswi SMAN 12 Banda Aceh berakhlak, berfikir dan berbicara secara Qur`ani, sehingga Sekolah membuat sebuah kegiatan positif yaitu menerapkan sebuah metode hafalan Juz `Amma dan pengimplementasiannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan Sekolah maupun diluar Sekolah.
Penerapan hafalan Juz „Amma pada siswa siswi dilakukan setiap hari pada waktu-waktu yang sudah ditentukan bagi setiap masing-masing kelas, mulai hari senin sampai dengan hari sabtu, tiap-tiap kelas di berikan alokasi waktu sebanyak dua jam mata pelajaran khusus untuk melakukan setoran hafalan Juz „Amma. Namun apakah menerapkan
4 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: Hidakarya
4 metode hafalan Juz „Amma tersebut memberikan dampak yang baik bagi siswa atau tidak.
Berdasarkan gambaran dalam latar belakang masalah maka yang menjadi permasalahan pokok adalah mencari korelasi antara hafalan Juz „Amma dengan prestasi belajar siswa kelas XI SMAN 12 Banda Aceh. Untuk menjawab persoalan itu maka dirasakan menarik untuk diteliti penelitian ini. Dari latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada “Hubungan Hafalan Juz `Amma Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI Pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SMAN 12 Banda Aceh”
Adapun masalah ini dibatasi pada hafalan Juz `Amma dengan prestasi belajar siswa yang diambil dari nilai raport semester I kelas XI pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMAN 12 Banda Aceh.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka yang menjadi persoalan inti pada penelitian ini adalah korelasi antara hafalan Juz „Amma dengan prestasi belajar siswa kelas XI SMAN 12 Banda Aceh. Pertanyaan penelitian tersebut dapat dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Seberapa sering intensitas penerapan hafalan Juz `Amma siswa kelas XI di SMAN 12 Banda Aceh?
2. Apakah ada hubungan antara hafalan Juz `Amma dengan prestasi belajar siswa kelas XI pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMAN 12 Banda Aceh?
C. TujuanPenelitian
5 di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui penerapan hafalan Juz `Amma siswa kelas XI SMAN 12 Banda Aceh.
2. Untuk mengetahui hubungan antara hafalan Juz `Amma dengan prestasi belajar siswa kelas XI pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMAN 12 Banda Aceh.
D. Manfaat penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian skripsi ini antara lain :
1. Akademik Ilmiah
a. Untuk mewujudkan Tri Darma perguruan Tinggi, khususnya dalam bidang penelitian.
b. Bagi Fakultas Tarbiyah, untuk memenuhi bibliotek sertabonus koleksi ilmu pengetahuan.
c. Dan untuk menambah kontribusi terhadap keilmuan. 2. Sosial Praktis
Dengan mengetahui hubungan antara hafalan Juz `Amma dengan prestasi belajar siswa kelas XI pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMAN 12 Banda Aceh maka dapat menyumbangkan pemikiran kepada masyarakat tentang berartinya menekuni ilmu agama Islam apalagi menghafalkan Al- Qur`an.
E. Hipotesis
Berdasarkan makna katanya, hipotesis memanglah berasal dari dua penggalan kata, “hypo” yang maksudnya “di dasar” dan
6 metode menulisnya disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan tumbuh menjadi hipotesis.5
Setelah mengamati pengertian hipotesa yang sudah dijelaskan di atas, maka hipotesa ini adalah suatu dugaan sementara yang bisa jadi benar dan bisa jadi juga salah. Jika hipotesa benar terbukti maka akan diterima dan akan ditolak jika salah. Hipotesa yang diajukan ada dua:
1. Hipotesa kerja (Ha)
Hipotesa yang menunjukkan ada hubungan antara hafalan Juz `Amma dengan prestasi belajar siswa kelas XI pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMAN 12 Banda Aceh.
2. Hipotesa nihil (Ho)
Hipotesa yang menunjukkan tidak ada hubungan antara hafalan Juz `Amma dengan prestasi belajar siswa kelas XI pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMAN 12 Banda Aceh.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan ini dapat disusun dengan sistem bab demi bab, dengan adanya sistem tersebut diharapkan tidak adanya kekaburan dalam pengelompokan data.
Selanjutnya peneliti gambarkan secara keseluruhan isi skripsi ini yakni :
BAB I Pendahuluan
Pendahuluan yang memberikan gambaran secara umum kepada pembaca mengenai skripsi ini. Peneliti mencantumkan tentang
5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik
7 latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis, dan sistematika pembahasan.
BAB II Landasan Teoritis
Pada bab kedua ini akan membahas tentang. a). Tinjauan tentang hafalan al-Qur‟an yang meliputi: Pengertian hafalan al-Qur‟an, hukum menghafal al-Qur‟an, tujuan menghafal al-Qur‟an, syarat-syarat menghafal al-Qur‟an, dan metode menghafal al-Qur‟an. b). Tinjauan tentang Prestasi Belajar yang meliputi: Pengertian belajar, pengertian prestasi belajar, dan faktor yang mempengaruhi prestai belajar. c). Tinjauan tentang hubungan hafalan juz „amma dengan prestasi belajar siswa yang meliputi: Kegiatan hafalan juz „amma dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam dan indikator siswa yang ada hubungan hafalan juz „amma dengan prestasi belajar siswa. d). Kajian terdahulu.
BAB III Metode Penelitian
Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang metode penelitian yang meliputi: desain penelitian, sumber dan jenis data penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrument penelitian, teknik pengumpulan data yang meliputi: (angket, dan dokumentasi), serta teknik analisis data.
BAB IV Laporan Hasil Penelitian
Dalam bab ini peneliti akan a). Mendiskripsikan hasil dari penelitian yang dilakukan di SMAN 12 Banda Aceh, yang meliputi gambaran umum lokasi penelitian. b). Intensitas hafalan juz „amma siswa kelas XI SMAN 12 Banda Aceh. c). Hubungan antara hafalan juz‟ amma dengan prestasi belajar siswa kelas XI SMAN 12 Banda Aceh.
8 BAB V Penutup
Bab ini merupakan penutup yang akan memberikan kesimpulan dari hasil penelitian yang peneliti teliti dan saran terhadap hasil penelitian tersebut.
9 BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Tinjauan Tentang Hafalan Al-Qur`an 1. Pengertian Hafalan Al-Qur‟an
Kata tahfidz berasal dari bahasa Arab 6
ظِفحَت
–
ُظِفَحُي
–
َظَفَح
yang artinya memelihara, menjaga, menghafal. Tahfidz secara bahasa adalah selalu ingat dan sedikit lupa, atau bermakna lawan dari lupa. Kata hafal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti telah masuk dalam ingatan dan dapat mengucapkan kembali diluar kepala. Sedangkan menghafal yaitu kata kerja dari hafal berarti berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat.7Tahfidz adalah bentuk asal atau sumber dari haffadza yang
bermakna proses menghafal atau memiliki arti penghafalan. Sebagaimana biasanya suatu proses menulis suatu tahapan, teknik atau metode tertentu. Tahfidz adalah suatu proses menghafal dimana sesuatu yang ingin dihafal tersebut masuk ke dalam ingatan dan mampu diucapkan di luar kepala tanpa melihat lagi teks dengan metode tertentu. Sedangkan hafidz/huffadz adalah orang yang menghafal Al-Qur‟an.
Hafal mengandung dua arti pokok secara istilah menurut Abdur Rabi Nawabudin, yaitu hafal seluruh Al-Qur‟an serta mencocokkannya dengan sempurna dan senantiasa terus menerus dan sungguh-sungguh dalam menjaga hafalan dari lupa.8
6
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 2008), h. 105.
7 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2008), h. 291.
8
Abdur Rabi Nawabudin, Teknik Menghafal Al-Qur‟an, (Bandung: Sinar Baru, 2005), h. 24.
10 Beberapa unsur pokok yang harus diperhatikan dalam menghafal Al-Qur‟an, memelihara serta menalarnya adalah sebagai berikut:
a. Menghayati bentuk-bentuk yang dapat dilihat dengan indra, sehingga bisa diingat kembali meski tanpa kitab. b. Membaca secara berulang-ulang, rutin dan bersambung
ayat-ayat yang dihafalkan.
c. Hafidz dituntut untuk menghafal secara utuh keseluruhannya dilihat dari hafalan maupun ketelitian. d. Menekuni, merutinkan dan melindungi hafalan dari
kelupaan.9
Al-Qur‟an menurut bahasa adalah bentuk masdar dari qoro‟a ( أرق ) artinya bacaan, berbicara tentang apa yang tertulis dan padanya melihat dan menelaah.10 Al-Qur‟an menurut istilah adalah kalam Allah swt. yang di wahyukan kepada nabi Muhammad saw. sebagai mukjizat dan membacanya adalah ibadah.11
Al-Qur‟an menurut Ibn Subki Al-Qur‟an adalah lafadz yang diturunkan kepada Muhammad saw., mengandung mukjizat setiap suratnya dan membacanya bernilai ibadah,12 sedangkan menurut Achmad Yaman Syamsudin, Al-Qur‟an adalah wahyu atau kalam Allah swt. yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. melalui perantara malaikat Jibril as. dengan jalan mutawatir, diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas dan membacanya bernilai
9 Abdur Rabi Nawabudin, Teknik Menghafal..., h. 27.
10 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2006), h. 46. 11 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh..., h. 47
11 ibadah.13
Menghafal Al-Qur‟an adalah proses menghafal Al-Qur‟an secara keseluruhan dengan ketelitian dalam bacaannya dan menghindari diri dari kelupaan terhadapnya, sedangkan yang dimaksudkan dalam skripsi ini adalah proses menghafal yang berfokus kepada juz 30 saja (Juz „Amma).
Menghafal hakikatnya bertujuan untuk melatih ingatan, berapa lama waktu untuk menerima, menyerap, menyimpan, dan memproduksi kembali tergantung ingatan dari masing-masing setiap individu, karena ingatan setiap individu pasti berbeda-beda.
2. Hukum Menghafal Al-Qur‟an
Al-Qur‟an adalah kitab suci bagi pemeluk agama Islam, sebagai pedoman hidup dan sumber-sumber hukum, tidak semua orang mampu menghafalnya kecuali hamba-hamba yang terpilih yang sanggup dan berkeinginan untuk dapat menghapalnya.14
Hal ini dibuktikan dalam firman Allah swt. Q.S. Al-Fathir: 32, ....
Artinya: “Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang
Kami pilih di antara hamba-hamba Kami...”
Al-Qur‟an diturunkan melalui malaikat Jibril as. dengan lisan (hafalan) yang berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan umat di masa itu dan di masa yang akan datang sebagai dasar hukum Islam dan pedoman hidup umat, disamping diturunkan kepada hambanya yang
13 Achmad Yaman Syamsudin, Cara Mudah Menghafal Al-Qur‟an, (Solo:
Insan Kamil, 2007), h. 15.
14 Muhaimin Zen, Tata Cara Atau Problematika Menghafal Al-Qur‟an dan
12 terpilih Selama kurang lebih dua puluh tiga tahun Nabi Muhammad saw. menerima wahyu Al-Qur‟an dari Allah melalui Jibril as. tidak melalui tulisan melainkan dengan lisan (hafalan).15
Dalam firman Allah swt Q.S. Al-A‟la: 6,
Artinya: “Kami akan membacakan (Al-Quran) kepadamu (Muhammad) Maka kamu tidak akan lupa”
Q.S. Al-Qiyamah: 16,
Artinya: “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca)
Al-Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya”
Q.S. Thahaa: 114,
Artinya: “Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan
janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum
disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan
Katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." Q.S. Al-Qomar: 17,
Artinya: “Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk
pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?"
Ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa Al-Qur‟an diturunkan melalui hafalan (lisan) bukan dengan tulisan.
13 Hukum menghafal Al-Qur‟an adalah fardhu kifayah, para ulama telah sepakat tentang hukum menghafal Al-Qur‟an tersebut. Apabila diantara anggota masyarakat ada yang sudah melaksanakannya maka bebaslah beban anggota masnyarakat yang lainnya, tetapi jika tidak ada sama sekali, maka berdosalah semuanya. Fardhu kifayah disini menjelaskan bahwa untuk menjaga Al-Qur‟an tersebut terbebas daripada tindakan pemalsuan, perubahan, dan pergantian seperti yang sudah pernah terjadi kitab-kitab lain yang ada pada masa lalu.16
Imam as-Suyuthi dalam kitabnya, al-Itqan, mengatakan: ”Ketahuilah, sesungguhnya menghafal Al-Qur‟an itu adalah fardhu kifayah bagi umat.” Artinya bahwa umat Islam harus “ada” (bukan harus banyak) dimaksudkan seorang saja juga sudah boleh karena untuk menjaga nilai mutawatirnya. Apabila hal ini tidak dilakukan maka seluruh umat Islam menanggung dosa, dan ketetapan hukum itu tidak berlaku pada kitab-kitab yang sebelumnya.17
Menghafal sebagian surah Al-Qur‟an adalah fardhu „ain seperti Al-Fatihah atau selainnya yang diwajibkan untuk dihafal. Hal ini mengingat bahwa tidaklah sah shalat seseorang tanpa mebaca Al-Fatihah. Rasulullah saw. bersabda,
ِب َاتِكْلا ِةَِتِ اَفِب َّلاِإ َةَلاَصَلا
Artinya: “Tidaklah sah shalat seseorang yang tidak membaca
pembukaan Al-Qur‟an (Al-Fatihah).”
Hadits ini mengisyaratkan bahwa menghafal Al-Qur‟an
16 Sa‟dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta: Gema Insani,
2008), h 18.
17 Fahd bin Abdurrahman Ar Rumi, Ulumul Qur‟an, (Yogyakarta: Titihan
14 adalah fardhu kifayah, namun ada perintah lain yang menyebabkan sesuatu kewajiban tertentu, yaitu wajib (fardhu „ain) dalam menghafal salah satu surat dalam Al-Qur‟an (Al-Fatihah), karena ini merupakan salah satu rukun shalat.
Bagi orang-orang yang telah menyelesaikan menghafal Al-Qur‟an atau baru menyelesaikan menghafal sebagiannya, maka sebaiknya ia selalu mengulang-ngulang supaya tidak lupa. Selanjutnya membuat jadwal tersendiri untuk menghafal ataupun mengulang hafalan, sebagaimana dijelaskan dalam
Q.S Al-Muzammil: 20, ... ....
Artinya: ”...karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari
AlQur‟an....”
Kebanyakan ahli tafsir berpendapat, firman Allah tersebut menunjukkan bahwa untuk membaca Al-Qur‟an perlu adanya waktu-waktu tertentu tersendiri, bukan hanya pada waktu-waktu shalat saja. Maksudnya untuk menghindari kekhilafan dalam mempelajari dan menghafal Al-Qur‟an.18 Dengan demikian jelas bahwa menghafal Al-Qur‟an hukumnya adalah fardhu kifayah, sebagaimana yang dimaksudkan oleh para ulama yaitu apabila suatu pekerjaan di suatu wilayah telah dikerjakan oleh seseorang saja yang mewakili wilayahnya, maka wilayah tersebut telah bebas dari beban tersebut.
3. Tujuan Menghafal Al-Qur‟an
Menghafal Al-Qur‟an merupakan sesuatu perbuatan yang sangat baik dan termasuk ibadah yang mulia, maka menghafal
18 Sa‟dulloh, 9 Cara Praktis..., h. 20-21.
15 Qur‟an harus mempunyai niat dan tujuan yang ikhlas yaitu hanya mengharap ridhonya Allah swt. dan mencari pembalasan kebahagian di akhirat nanti.19 Setiap perbuatan yang dikerjakan oleh manusia haruslah atas dasar niat ikhlas karena Allah swt. semata, hal ini berdasarkan firman Allah swt. Q.S Al-Bayyinah: 5,
Artinya: “Adahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”
Para penghafal Al-Qur`an (hafidz), mereka harus sangat bersungguh-sungguh dalam niat dan tujuannya, karena amalan yang tidak berlandaskan keikhlasan, tidak mempunyai arti apa-apa disisi Allah swt.
4. Syarat-syarat Menghafal Al-Qur‟an
Menghafal Al-Qur`an bukanlah suatu ketentuan hukum yang harus dilakukan oleh orang Islam. Maka dari itu menghafal Al-Qur`an tidak mempunyai syarat-syarat tertentu yang mengikat sebagai ketentuan hukum. Syarat-syarat yang harus ada yang dimiliki oleh seorang calon penghafal Al-Qur`an (tahfidz) adalah syarat-syarat yang berhubungan dengan naluri insaniyah semata.20
19 M. Taqiyul Islam Qori‟, Cara Mudah Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta:
Gema Insani, 2008), h. 13.
16 Beberapa syarat-syarat tersebut antara lain sebagai berikut: a. Niat yang ikhlas
Niat yang ikhlas dan matang merupakan kunci utama bagi calon penghafal Al-Qur‟an sangat diperlukan, sebab apabila sudah ada niat yang matang dari calon penghafal berarti ada keinginan dan kalau sudah tertanam dalam diri tentu nantinya sesulit apapun rintangan yang menghalangi maka akan dapat ditanggulangi.21 Selanjutnya seorang penghafal Al-Qur`an harus bersungguh-sungguh memperbaiki niat dan tujuannya, karena suatu amal yang tidak berdasarkan keikhlasan tidak berarti apa-apa disisi Allah swt.
Keikhlasan menghafal Al-Qur‟an harus sudah dipertahankan dengan terus-menerus. Hal ini akan menjadi motivasi yang sangat kuat untuk mencapai keberhasilan dalam menghafal AlQur‟an.22
b. Menjauhi sifat madzmumah
Sifat madzmumah adalah suatu sifat tercela yang harus dijauhi oleh setiap orang muslim, terutama bagi dia calon penghafal Al-Qur‟an. Sifat ini memberikan pengaruh besar terhadap orang-orang penghafal Al-Qur‟an, karena Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang tidak boleh dikotori oleh siapapun dan dengan bentuk apapun bagi umat islam.23
Sifat-sifat tercela tersebut yang harus dijauhi seorang calon penghafal Al-Qur‟an adalah khianat, bakhil, pemarah, berlebih-lebihan, iri hati, sombong, dusta, ingkar, riya, banyak makan, angkuh,
21 Muhaimin Zen, Tata Cara Atau Problematika Menghafal..., h. 240. 22 Abdul Aziz abdur Rouf, Kiat Sukses Menghafal Al-Qur`an..., h. 75. 23 Muhaimin Zen, Tata Cara Atau Problematika Menghafal..., h. 240.
17 meremehkan orang lain, penakut, takabur, dan sifat-sifat buruk lainnya.24
Sifat-sifat tercela tersebut nantinya akan menjadi penghalang seseorang dalam proses menghafal Al-Qur‟an, karena sifat tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan jiwa seseorang dan dapat mengusik ketenangan hati.
Imam syafi‟i dalam sya‟irnya:
روُن َمْلِعْلا َّنَأِب ِنَرَ بْخَأَو يِصاَعَمْلا ِكْرَ ت َلإ ِنَدَشْرَأَف يِظْفِح َءوُس عيِكَو َلإ تْوَكَش
يِصاَعِل ي ِدْهُ ي َلا ِهَّللا ُروُنَو
Terjemahan: “Aku (ImamSyafi`i) mengadu kepada kyai Waqi` tentang
sulitnya hafalan, lalu beliau menasehatiku agar meninggalkan maksiat, karena sesungguhnya hafalan itu adalah anugerah dari Allah swt, sedangkan Allah swt. tidak memberikan anugrah kepada orang yang ahli maksiat.”25
Efek dari maksiat terhadap hafalan tidak hanya dalam bentuk sebuah proses yang terjadi langsung, misalkan begitu berbuat maksiat langsung satu juz hilang dari ingatan tidak, bukan seperti itu. Akan tetapi dampak maksiat itu ia berproses, sekali bermaksiat jarak antara penghafal dan Al-Qur`an makin jauh. Apabila ini dilakukan terus-menerus dan tidak bertaubat, maka hilanglah minat membaca Al-Qur`an. Puncaknya hilanglah ayat-ayat yang telah dengan susah payah diukir dalam ingatan. Maka dari itu agar tetap bersih dan suci, sangat perlu bagi penghafal Al-Qur`an untuk memperbanyak amal shaleh dan
24 W Hafidz Ahsin, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2000), h. 53.
25 Aliy As`ad, Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan, (Kudus: Menara
18 istighfar kepada Allah swt.26
c. Memiliki keteguhan dan kesabaran
Proses menghafal Al-Qur`an di dalamnya akan banyak sekali ditemui berbagai macam kendala pastinya, bisa jadi jenuh, atau mungkin ada gangguan lingkungan karena bising dan gaduh. Ini juga bisa terjadi karena ada gangguan di dalam batin atau mungkin karena menghadapi ayat-ayat tertentu yang mungkin dirasakan sulit untuk menghafalnya dan lain sebagainya. Terutama dalam menjaga kelestarianya menghafal Al-Qur`an.27
Sebagaimana sabda Rasulullah saw:
َدَهاَع ْنِا ِةَلَّقَعُمْلا ِبِحاَص ِلَثَمَك َنآْرُقْلا ِبِحاَص ُلَثَم اََّنَِّا
ْنِإَو اَهَكَسْمَا اَهْ يَلَع
َط
اَهَقَل
ْتَبَهَذ
)
راخبلا هاور
ي
)ملسمو
Artinya: “Sesungguhnya perumpamaan orang yang menghafal
AlQur‟an itu seperti perumpamaan orang yang memiliki seekor unta yang sedang ditambatkan. Jika ia ingin untanya itu tetap di tempat, maka ia harus menjaga dan menahannya, dan kalau sampai dilepas maka unta itu akan lari.” (H.R.
Bukhari dan Muslim).28
Maka dari itu, untuk melestarikan hafalan Al-Qur‟an perlu keteguhan dan kesabaran. Karena kunci utama keberhasilan dalam menghafal Al-Qur‟an adalah konsistensi dalam menghafal dan mengulang-ngulang ayat-ayat yang telah terhafal. Itu sebabnya Rasulullah saw. selalu menekankan kepada para penghafal Al-Qur‟an
26 Abdul Aziz abdur Rouf, Kiat Sukses Menghafal Al-Qur`an..., h. 69. 27 W Hafidz Ahsin, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an..., h. 50. 28 Husaini A. Madjid Hasyim, Syarah Riyadhus Shalihin, terj. Dari Riyadhus
Shalihin oleh Mu‟ammal Hamidiy dan Imron A. Manan, (Surabaya: Bina Ilmu, 2003), h.
19 agar bersungguh-sungguh dalam menjaga hafalannya.29 Jadi siapa saja memiliki peluang untuk dapat menghafal Al-Qur‟an 30 (tiga puluh) juz tanpa terkecuali, kuncinya adalah ia harus bersemangat, bersabar, tekun, dan tidak putus asa, otomatis cepat atau lambat target menghafal Al-Qur‟an akan tercapai.
d. Istiqomah
Istiqomah adalah konsisten, yaitu konsisten terhadap hafalannya. Seorang penghafal Al-Qur‟an harus pandai mengatur penggunaan waktu, artinya seorang penghafal Al-Qur‟an akan menghargai waktu kapanpun dan dimanapun ada waktu luang untuk menghafal Al-Qur‟an.30
Dari Abu Sa‟id Al-Khudri r.a dari Rasulullah saw. beliau bersabda:
اَم َلَضْفَا ُهُتْيَطْعَا ِتَِلَأْسَم ْنَع ىِرْكِذَو ُنآْرُقْلا ُهَلَغَش ْنَم
ُا
هاور( َْيِْلِءاَّسلا َيَِطْع
ذيمترلا
ي
مرادلاو
ي
قهيبلاو
ي
)
Artinya: “Barang siapa selalu disibukkan dengan membaca Al-Qur‟an
dan dzikir kepadaku, maka ia akan kuberi anugerah yang baik, yang diberikan kepada orang-orang yang memohon
kepadaku.” (H.R.Tirmidzi dan Al-Baihaqi).31
Penghafal Al-Qur‟an di anjurkan memiliki waktu-waktu khusus, baik untuk menghafal materi baru maupun untuk mengulang
(muraja‟ah/takrir), yang waktu tersebut tidak boleh diganggu oleh
kepentingan yang lain.32
29 W Hafidz Ahsin, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an..., h. 51. 30
W Hafidz Ahsin, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an..., h. 51.
31 Husaini A. Madjid Hasyim, Syarah Riyadhus Shalihin…, h. 337.
32 Ilham Agus Sugianto, Kiat Praktis Menghafal Al-Qur‟an, (Bandung:
20 5. Metode Menghafal Al-Qur‟an
Menghafal Al-Qur‟an mempunyai banyak metode-metode alternatif yang mungkin bisa dikembangkan. Metode ini bisa memberikan bantuan kepada para penghafal dalam mengurangi kesulitan dalam menghafal Al-Qur‟an, metode-metode tersebut diantaranya:
a. Metode Wahdah
Metode wahdah digunakan dengan cara menghafal satu persatu ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan pertama, setiap ayat harus dibaca berulang-ulang minimal sebanyak sepuluh kali atau dua puluh kali, disesuaikan dengan kemampuan, atau bahkan lebih dari itu. Sehingga mampu membentuk pola dalam bayangannya. Selanjutnya apabila sudah benar-benar hafal maka dapat dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama demikian seterusnya hingga mencapai satu muka. Kemudian berurut, selanjutnya setelah ayat-ayat dalam satu muka telah dihafal, maka giliran menghafal urutan-urutan ayat dalam satu muka.33
b. Metode Kitabah
Kitabah artinya menulis. Pada metode Kitabah ini para penghafal pertama menuliskan ayat-ayat yang ingin dihafal pada selembar kertas yang telah disiapkan, kemudian selanjutnya ayat tersebut dibaca sampai dengan benar dan sampai lanca, lalu dihafalnya. Menghafalnya boleh dengan menggunakan metode wahdah atau dengan cara berkali-kali menuliskannya sehingga ia dapat sembari memperhatikan dan sambil menghafalnya dalam hati.34
33
W Hafidz Ahsin, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an..., h. 83.
34
21 Jadi metode ini memerlukan bantuan dengan cara menulis terlebih dahulu ayat-ayat yang ingin di hafal.
c. Metode Sima‟i
Sima‟i berarti mendengar, maksudnya mendengarkan suatu bacaan untuk dapat dihafalnya. Metode ini sangat baik digunakan bagi anak-anak yang masih kecil dibawah umur yang belum mengenal baca tulis Al-Qur‟an atau penghafal tuna netra.
Metode ini dilakukan dengan dua alternatif:
1) Langsung didengar dari guru yang membimbingnya, ini diutamakan pada penghafal yang tuna netra atau anak-anak.
2) Mendengarkan audio record ayat-ayat yang ingin dihafalnya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.35
d. Metode Gabungan
Metode gabungan adalah metode gabungan antara metode wahdah dan metode kitabah yakni pertama, penghafal menghafalkan ayat-ayat sampai hafal betul, kemudian setelah selesai menghafal, penghafal mencoba menulis ayat tersebut yang sudah dihafalnya di atas kertas. Jika ia mampu mengeluarkan kembali ayat-ayat tersebut dalam tulisan berarti dia bisa melanjutkan ayat seterusnya.36
Jika penerapan metode ini berhasil maka anak mendapat dua hal penting sekaligus, yaitu mampu menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an serta mampu untuk menulis ayat-ayat yang telah dihafal tersebut.
e. Metode Jama‟
35 W Hafidz Ahsin, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an..., h. 65. 36 W Hafidz Ahsin, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an..., h. 65.
22 Metode jama‟ yaitu metode dengan cara menghafal yang dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif atau bersama-sama dipimpin oleh seorang instruktur. Pertama instruktur membacakan satu ayat atau beberapa ayat dan siswa bisa mengikuti bacaan yang dibacakan oleh instruktur tersebut secara bersama-sama.37
f. Metode Tahfidz
Metode tahfidz yaitu metode dengan menghafal materi baru yang belum pernah dihafal dan diperdengarkan kepada guru. Metode ini dipakai setiap kali bimbingan. Siswa membaca sendiri dihadapan guru dengan melihat Al-Qur‟an yang kemudian dihafalkan dengan pengarahan guru atau siswa harus mendengarkan hafalannya kepada guru, kemudian guru membacakan materi baru kepada siswa.38
g. Metode Takrir
Metode takrir adalah metode dengan mengulang materi hafalan yang sudah diperdengarkan kepada guru. Metode ini dilaksanakan setiap kali masuk siswa memperdengarkan hafalan ulang kepada guru dan guru tidak memberi materi baru kepada siswa, sedangkan guru hanya bertugas memeriksa kebenaran hafalan dan bacaan yang kurang benar.39
Seluruh metode di atas yang sudah disebutkan dan dijelaskan sangat bagus sekali untuk dijadikan acuan dalam menghafal Al-Qur`an, baik salah satu diantaranya atau dipakai seluruhnya sekaligus sebagai alternatif atau sampingan dari mengerjakan pekerjaan yang terkesan
37 W Hafidz Ahsin, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an..., h. 66. 38 Muhaimin Zen, Tata Cara Atau Problematika Menghafal..., h. 249. 39 Muhaimin Zen, Tata Cara Atau Problematika Menghafal..., h. 250.
23 monoton, dengan banyaknya metode yang diterapkan akan menciptakan suasana yang menarik bagi seorang penghafal sehingga demikian akan menghilangkan kejenuhan dalam proses menghafal Al-Qur`an.
B. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar 1. Pengertian Belajar
Sebelum masuk kepada pengertian tentang prestasi belajar, terlebih dahulu kita akan melihat pengertian belajar menurut beberapa para ahli. Para ahli pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya, akan tetapi dari perberbeda-bedaan tersebut tetap mengacu pada satu prinsip yang sama yaitu setiap orang yang sudah melakukan proses belajar maka akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya, baik perubahan secara kognitif, afektif, maupun perubahan secara psikomotorik ke arah yang lebih baik lagi.
Menurut Oemar Hamalik belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungan. Seseorang memperoleh hasil yakni terjadinya perubahan tingkah laku misalnya dari tidak tahu menjadi tahu apabila ia telah melakukan kegiatan belajar.40
Menurut Mulyati belajar adalah suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan pada diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pegulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan.41
Menurut Sardiman belajar adalah sekumpulan kegiatan jiwa
40 Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: Alumni, 2004), h. 141. 41 Mulyati, Psikologi Belajar, (Yogyakarta: Andi Offset, 2005), h. 5.
24 raga untuk sampai ke perkembangan diri pribadi manusia sepenuhnya, yang termasuk di dalamnya unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.42
Menurut Slameto Belajar adalah suatu usaha atau proses yang dikerjakan seseorang untuk mendapatkan suatu perubahan sikap yang baru secara utuh, sebagai hasil pengalamannya pada diri sendiri di dalam berkontak langsung dengan lingkungannya.43
Ngalim Purwanto lebih khusus mengartikan tentang belajar yaitu menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan dalam diri manusia berupa tingkah laku, karena belajar sangat berkaitan dengan kepribadian diri, baik fisik maupun psikis misalkan seperti: perubahan dalam pengertian, memecahkan suatu masalah atau berfikir, keterampilan, sanggup melakukan sesuatu, kebiasaan ataupun sikap.44
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan pada seseorang sehingga dengan proses tersebut terjadi perubahan secara individu baik pengetahuan, sikap, dan tingkah laku, yang dihasilkan dari proses latihan dan pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Selanjutnya perubahan ini merupakan perubahan kearah yang lebih baik lagi tentunya.
2. Pengertian Prestasi Belajar
Siswa dalam memperoleh prestasi dan keberhasilan sangat
42 Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Dan Mengajar, (Jakarta:
Rajawali, 2011), h. 21.
43
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h 2.
44 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja
25 dipengaruhi oleh kemampuan intelektual. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu diadakannya suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui sejauh mana prestasi yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Prestasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah hasil yang sudah di capai dari perbuatan yang telah dilakukan dan dikerjakan.45
Prestasi belajar merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses tersebut. Pengertian prestasi belajar dapat dipahami secara garis besar dengan bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka pahami. Namun dari pendapat yang berbeda itulah dapat kita temukan satu titik persamaan sehubungan dengan prestasi belajar.
Pengertian prestasi belajar yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kesanggupan, mengerti atau kecakapan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, biasanya ditujukan dengan sebuah nilai tes atau angka nilai yang dikasih oleh guru.46
Surtatinah Tirtonegoro mendefinisikan prestasi belajar adalah penilaian terhadap hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang sudah dicapai oleh
45
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), h. 787.
46 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembagan Bahasa, Kamus
26 setiap anak dalam periode tertentu yang mencerminkan hasil,47 sedangkan menurut S. Nasution yang di maksud dengan prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Tiga aspek yang harus terpenuhi apabila prestasi belajar dikatakan sempurna, yakni: aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, begitu juga sebaliknya prestasi dikatakan kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.48
Berdasarkan pengertan tentang prestasi belajar di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu, pemberian nilai (angka) dari guru kepada siswa umumnya ditujukan untuk mengukur prestasi belajar dalam sekolah sebagai indikasi sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran yang disampaikannya. Jadi prestasi belajar yang telah didapatkan kuat hubungannya dengan cita-cita keinginan yang telah ditanamkan oleh guru kepada anak didik. Hal ini bermakna bahwa kemampuan belajar merupakan perwujudan dari potensi yang bersangkutan, dan merupakan hasil interaksi berbagai keadaan yang mempengaruhinya, apakah dari dalam diri (internal) maupun dari luar diri (eksternal).
Prestasi belajar siswa ini baru bisa diketahui setelah melalui proses evaluasi. Hasil evaluasi inilah yang dapat memperlihatkan tentang seberapa tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
47 Surtatinah Tirtonegoro, Anak Super Normal dan Program Pendidikannya,
(Jakarta: Bina Aksara, 2006), h. 43.
27 3. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar selalu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut antara lain: faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdapat dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor intern adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak, faktor ini biasanya bersifat biologis (bawaan lahir), sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri anak diantaranya adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
a. Faktor Intern
Faktor yang muncul ada pada dalam diri individu itu sendiri, faktor intern dapat digolongkan kedalam beberapa hal yaitu kecerdasan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
1) Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan yang disertai dengan kecakapan untuk dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu faktor intelegensi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar.
Tingkat kecerdasan yang lebih tinggi akan lebih sukses daripada yang mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih rendah.49 Tingkat intelegensi seseorang siswa yang tinggi memberikan peluang
28 besar untuk meraih sukses. Begitu juga sebaliknya apabila kemampuan intelegensi seseorang siswa semakin rendah maka semakin kecil juga peluangnya untuk meraih sukses.50
Berdasarkan pendapat tersebut, intelegensi yang baik/tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar, dan mencapai kesuksesan dimasa yang akan datang.
2) Bakat
Bakat adalah sifat bawaan terhadap kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan terhadap pembawaan. Bakat juga dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.51
Bakat dapat menentukan tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang. Bakat ini juga dapat memberikan pengaruh bagi tinggi rendahnya prestasi belajar terutama keterampilan, prestasi yang baik juga dipengaruhi oleh bakat, jadi bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil, seorang guru atau orang tua yang memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
3) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan menfokuskan pada beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut diperhatikan terus menerus dan disertai dengan rasa sayang akan kegiatan itu. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang dengan kecenderungan yang
50 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2017), h.
134.
29 tetap untuk memperhatikan dan menfokuskan pada beberapa kegiatan.52
Minat merupakan sesuatu yang muncul karena keinginan diri sendiri yang disertai dengan rasa senang tanpa ada intervensi dari luar. Minat menurut Sardiman adalah suatu kondisi yang terjadi dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan.53
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, berarti minat memberikan pengaruh besar terhadap proses belajar atau kegiatan selain pembelajaran. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari karena minat menambah semangat siswa dalam kegiatan belajar. Untuk meningkatkan minat seseorang siswa di dalam meresapi pelajaran di sekolah siswa diharapkan mampu mengembangkan minat untuk menjalankannya sendiri. Minat belajar ini merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya siswa. Siswa dengan minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sesuatu sehingga apa yang diinginkan dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
4) Motivasi
Motivasi adalah faktor yang penting dalam belajar karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Persoalan yang terjadi adalah bagaimana mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan dan kegiatan pembelajaran seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
Motivasi adalah usaha yang dilakukan untuk membangkitkan
52 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya..., h. 57. 53 Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Dan Mengajar..., h. 21.
30 kegiatan pada makhluk hidup, dan menampakkan tingkah laku serta memberi arah menuju tujuan yang jelas.54 Motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi kebutuhan.55 Sedangkan menurut Sardiman motivasi adalah menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.56
Motivasi berdasarkan perkembangannya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik dimaksudkan dengan memotivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasar kesadarannya sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar.
b) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik ini adalah motivasi yang hadirnya berasal dari luar diri seseorang siswa yang mengakibatkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.
Guru harus berusaha dalam memberikan motivasi kepada siswa dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran yang ingin dituju. Berdasarkan dorongan ini maka akan timbul dalam diri siswa sebuah inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Tujuannya yaitu untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
54 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu
Pengantar (dalam perspektif Islam), (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 132.
55 M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 2016), h. 129.
31 b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, yaitu seperti keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh dari luar ini pada umumnya bersifat positif dan tidak ada unsur keterpaksaan pada individu. Menurut Slameto faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan keadaan lingkungan masyarakat.57
1) Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil yang ada dalam lingkup masyarakat tempat seseorang tersebut dilahirkan dan dibesarkan. Keluarga juga merupakan lembaga pendidikan yang pertama sekali dan utama. Keluarga yang sehat memberikan pengaruh untuk pendidikan kecil, dan dampak besarnya yaitu pendidikan bangsa negara dan dunia.
Rasa aman dan nyaman dalam keluarga sangat utama dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman akan membuat seseorang terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman dapat memberikan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. Lingkungan pendidikan yang pertama adalah keluarga, karena dari sini anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.58
57 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya..., h. 60. 58
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 44.
32 Oleh karena itu, orang tua harus sadar bahwa pendidikan dimulai dari keluarga pertama sekali. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan dari pendidikan informal ke formal dibutuhkan kerjasama yang elok antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam kegiatan meningkatkan hasil belajar anak. Tempat kerjasama yang penting ditingkatkan, yaitu orang tua harus meletakkan perhatian yang sungguh-sungguh tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua mampu memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan rajin. Karena anak membutuhkan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.
2) Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lanjutan dari lembaga pendidikan anak setelah lingkungan keluarga. Sekolah adalah lembaga pendidikan formal awal yang sangat utama dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang bgus dapat mendongkrak untuk anak belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini berupa cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, komponen pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa yang tidak cukup baik akan berdampak pada hasil-hasil belajarnya.
3) Lingkungan Masyarakat
Selain lingkungan keluarga dan sekolah, lingkungan masyarakat merupakan salah satu faktor besar yang banyak pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Perkembangan pribadi anak sangat besar pengaruhnya dari lingkungan alam sekitar, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.
33 Lingkungan masyarakat dikatakan dapat membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa betempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya. Sebaliknya jika seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang tidak rajin belajar maka kemungkinan besar ia turut menjadi anak yang malas. Jadi faktor lingkungan masyarakat mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi pembentukan karakter dari anak.
C. Tinjauan Tentang Hubungan Hafalan Juz „Amma Dengan Prestasi Belajar Siswa
1. Kegiatan Hafalan Juz `Amma Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Peneliti akan menjelaskan terlebih dahulu tentang hubungan Juz `Amma dengan Al-Qur`an sebelum mengetahui hubungan antara hafalan Juz `Amma dengan prestasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam. Pada materi Pendidikan Agama Islam terdapat sub pembahasan tentang pelajaran Al-Qur‟an Hadits dan di dalamnya membahas tentang beberapa ayat-ayat Al-Qur`an.
Juz `amma merupakan bagian dari surah-surah yang terdapat dalam Al-Qur`an yang salah satu dari surah dalam Juz `Amma tersebut terdapat surah yang mencakup seluruh isi Al-Qur`an. Surah ini adalah surah Fatihah karena ia sebagai pembuka dalam susunan mushaf Al-Qur`an. Surah Al-Fatihah juga disebut Ummul Qur`an dan Ummul Kitab
34 karena di dalamnya terdapat isi kandungan pokok-pokok Al-Qur`an. Membaca surah ini dalam setiap shalat adalah wajib karena membaca surah ini termasuk kedalam rukun shalat. Shalat tidak sah kalau tidak membaca surah ini karena membaca surah Al-Fatihah termasuk kedalam rukun shalat. Mengamalkan surah ini bisa membentengi seseorang dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan senantiasa berada di dalam lindungan Allah karena surah ini menyempurnakan atau melengkapi surah-surah lain kandungan isinya meliputi seluruh kandungan surah lain dalam Al-Qur`an, selanjutnya surah ini disebut juga Asasul Quran karena di dalamnya terdapat intisari kandungan Al-Qur`an.
Surah Al-Fatihah ini mengandung inti penting isi Al-Qur`an secara keseluruhan dan prinsipal diantaranya prinsip tauhid, ibadah, akhlak, dan muamalah. Keempat prinsip ini kemudian dijabarkan dalam surah-surah lain.59 Jadi, dengan mempelajari Juz `Amma sama halnya mempelajari seluruh isi kandungan Al-Qur`an.
Pendidikan sendiri merupakan upaya meningkatkan prestasi belajar siswa terutama pada bidang studi Pendidikan Agama Islam yang mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting dalam meningkatkan kepribadian dan membangun manusia seutuhnya yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sehubungan dengan meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar, maka perlu diadakan kegiatan-kegiatan yang mendukung terhadap peningkatan mutu pendidikan dan prestasi belajar tersebut. Upaya meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas pendidikan
59 T. H. Thalhas, Tafsir Pase Kajian Surah Al-Fatihah dan Surah-Surah
35 agama Islam, salah satunya dapat diawali dengan memperhatikan prestasi belajar siswa. Sehubungan dengan peningkatan prestasi belajar pendidikan agama Islam, SMAN 12 Banda Aceh membuat sebuah program dengan mengadakan kegiatan hafalan Juz `Amma. Kegiatan ini merupakan upaya yang dilakukan dalam meningkatkan pengetahuan tentang Al-Qur`an guna meningkatkan prestasi belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam.
Secara alami tanpa dipacu, manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan sampai meninggal dunia mengalami runtunan perubahan tahap demi tahap pendidikan sebagai usaha membangun dan mengembangkan pribadi manusia dari sudut pandang rohaniah maupun jasmaniah juga harus berlangsung secara bertahap. Sebab tidak satupun makhluk ciptaan Tuhan ini yang dapat mencapai kesempurnaan atau kematangan hidup tanpa berlangsung melalui proses. Akan tetapi suatu proses yang diinginkan dalam usaha kependidikan adalah proses yang terarah dan bertujuan untuk mengarahkan anak didik kepada titik optimal kemampuanya. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah dapat membentuk kepribadian yang bulat dan utuh sebagaimana individual serta hamba Allah swt yang mengabdi hanya kepadanya.
Pendidikan dan pengajaran bukan bertujuan untuk memenuhi otak anak didik dengan segala ilmu yang ada melainkan mendidik akhlak dan jiwa anak. Menanamkan dan membiasakan sopan santun, serta mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang baik dan benar seluruhnya, terbiasa ikhlas dan jujur dalam hidupnya.
Berdasarkan hal tersebut kita bisa mengetahui bahwa pengaruh hafalan Juz `Amma terhadap prestasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam, meliputi 3 aspek:
36 a. Aspek Kognitif
Kegiatan ini lebih kepada kecerdasan akal siswa yang tujuannya dapat memberi wawasan tentang ilmu-ilmu Al-Qur`an kepada siswa, baik itu mengenai keimanan, ibadah, akhlak dan sebagainya.
b. Aspek Afektif
Kegiatan ini lebih kepada pribadi akhlak atau prilaku dari siswa yang dapat menjadi dasar siswa dalam bersikap yang sesuai dengan ajaran atau syariat Islam, memberi kebiasaan kepada siswa bagaimana ia bertindak dan berhubungan yang baik pertama dengan Allah swt, kedua kepada manusia, dan yang terakhir kepada lingkungan.
c. Aspek Psikomotorik
Kegiatan ini sanggup menjadi contoh beribadah yang sesuai kepada siswa. Sehingga terbentuklah siswa yang berkepribadian muslim yang baik dan benar, karena seseorang akan dihargai oleh orang lain itu bukan karena materi atau kecerdasannya tetapi karena kepribadian dan akhlaknya.
2. Indikator Siswa Yang Ada Hubungan Hafalan Juz `Amma Dengan Prestasi Belajar Siswa
Adapun siswa yang mempunyai hubungan antara hafalan Juz „Amma dengan prestasi belajar siswa antara lain sebagai berikut:
a. Siswa mampu meningkatkan kemampuan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam.
b. Siswa mampu mengetahui, mengenal serta membedakan hubungan antara pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan hafalan Al-Qur`an.