ANALISIS PRODUKTIVITAS SEKTOR KEBUN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (Persero) WONOSARI
LAWANG MALANG MENGGUNAKAN CRAIG-HARRIS PRODUCTIVITY MODEL Productivity Analysis Of The Plantation Sector
PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari Lawang Malang Used Craig Harris Productivity Model
Ivan Setiadi1 , Panji Deoranto2 , dan Retno Astuti2 1
Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Jl Veteran – Malang 65145
2
Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Jl Veteran – Malang 65145
*Penulis Korespondensi: email: [email protected] ABSTRAK
PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari merupakan salah satu organisasi besar milik pemerintah yang menggunakan kuantitas tenaga kerja manusia yang besar dalam menjalankan usahanya terutama dalam lingkungan kerja kantor kebun. Lebih dari 1000 tenaga kerja bekerja dalam perkebunan teh PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari. Teh hasil olahan perkebunan ini lebih ditujukan untuk memenuhi permintaan dari konsumen mancanegara. Kualitas komoditas perkebunan akan sangat penting karena adanya tuntutan pasar baik dalam negeri maupun luar negeri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat produktivitas sektor kebun, menentukan faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas sektor kebun dan memberikan usulan perbaikan terhadap produktivitas sektor kebun PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari. Model pengukuran produktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Craig-Harris
Productivity Models. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai produktivitas
tertinggi terdapat pada bulan November 2012 yaitu 2,53. Hasil produktivitas terbaik selama periode pengukuran ini merupakan pengaruh dari hasil tingginya produktivitas parsial. Sedangkan nilai produktivitas terendah terdapat pada bulan Januari 2013 yaitu 0,10.
Kata Kunci : Perkebunan Teh, Craig-Harris Productivity, Produktivitas Kebun
ABSTRACT
PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari is one big government-owned organization that uses the quantity of human labor in carries on business principally in the Office work environment. More than 1000 labour
force worked in the tea plantations of PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari. Processed tea plantations is more geared to meet demand from consumers abroad. The quality of plantation commodities will be very important because of the demands of the market both domestically and abroad. The purpose of this research is to know the level of productivity of the plantation sector, determining the factors that have an effect on the productivity of the farm sector and make a proposal for improvements to productivity sector of PT Perkebunan Nusantara Plantation XII (Persero) Wonosari. Productivity measurement models used in this study is Craig Harris-Productivity Models. Results of this study showed that the highest productivity value contained in November 2012, namely 2.53. Best productivity results during the period of this measurement is an influence from the results of partial productivity is high. Whereas the lowest productivity value contained in January 2013 i.e. 0.10.
Keywords: Tea Plantations, Craig-Harris Productivity Models, Field Productivity
PENDAHULUAN
Teh merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perkebunan di Indonesia. Teh juga salah satu komoditi ekspor Indonesia yang cukup penting sebagai penghasil devisa negara sesudah minyak dan gas, sebagai bahan minuman teh memiliki nilai lebih dibandingkan dengan minuman lainnya, mengingat teh kaya akan mineral dan vitamin yang diperlukan oleh tubuh. Berbagai manfaat teh untuk kesehatan juga telah diakui oleh para pakar gizi. Selain peluang ekspor yang semakin terbuka, pasar teh dalam negeri masih cukup besar meskipun belum digali secara maksimal. Peluang pasar dalam negeri semakin terbuka, bila diikuti dengan peningkatan mutu teh, perluasan jangkauan pemasaran ke daerah-daerah dan yang tidak kalah pentingya melakukan diversifikasi produk yang sesuai dengan perubahan selera masyarakat (Yusroni, 2012). Salah satu perkebunan teh milik negara yang berada di wilayah Jawa Timur adalah kebun teh PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari. Perkebunan ini berada di bawah manajemen PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) yang berkantor pusat di Surabaya. Perkebunan teh PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari berlokasi di Desa Toyomarto Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari merupakan salah satu organisasi besar milik pemerintah yang menggunakan kuantitas tenaga kerja manusia
yang besar dalam menjalankan usahanya terutama dalam lingkungan kerja kantor kebun. Lebih dari 1000 tenaga kerja bekerja dalam perkebunan teh PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari. Teh hasil olahan perkebunan ini lebih ditujukan untuk memenuhi permintaan dari konsumen mancanegara. Pada tahun 2009 tercatat 63 negara yang menjadi pangsa pasar teh Indonesia. Lima besar negara yang menjadi pengimpor teh Indonesia berturut-turut dapat dilihat pada Tabel 1.1 Permasalahan yang dihadapi oleh perkebunan teh PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari adalah selama 5 tahun terakhir sejak tahun 2005 kebun teh PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari belum mampu untuk memenuhi target produksi yang telah ditetapkan oleh kantor pusat PT Perkebunan Nusantara XII (Persero). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1.1 Data Eksport Teh Kering Menurut Negara Tujuan
Negara Tujuan Volume (Ton) Nilai (000 US$) Persentase (%) Rusia Federation Pakistan United Kingdom Malaysia Germany Others Total 18.304 11.076 10.393 7.922 7.237 37.572 92.304 33.452 21.780 18.833 13.615 9.791 74.157 171.628 19,54 12,00 11,26 8,66 7,84 40,70 100 Sumber: Statistik Teh Indonesia, BPS (2009).
Tabel 1.2 Data Target Produksi Serta Realisasi Produksi Kebun Teh PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari
Tahun Target Produksi (Ton) Realisasi Produksi (Ton) 2005 2006 2007 2008 2009 560.000 513.766 435.000 445.000 450.000 510.899 308.770 431.320 388.682 386.786 Sumber: PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari (2011).
Tabel 1.2 juga menunjukan bahwa produksi teh PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari mengalami fluktuasi yaitu penurunan yang besar pada tahun 2006 dan kenaikan pada tahun 2007 meskipun pada tahun berikutnya kembali terjadi penurunan produksi. Penurunan produksi dari kebun PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Serangan hama penyakit dan pemangkasan beberapa areal tanaman merupakan faktor yang dapat membuat produktivitas tanaman menurun. Pada tahun 2006 terjadi penurunan produksi yang besar karena lebih dari 45% areal tanaman dipangkas, sehingga produktivitas menurun. Pada tahun 2007 produksi kembali naik karena tanaman akan mengalami peningkatan produksi jika telah dipangkas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari untuk mampu memenuhi target produksinya adalah dengan meningkatkan produktivitas sektor kebun.
Kualitas komoditas perkebunan akan sangat penting karena adanya tuntutan pasar, baik dalam negeri maupun luar negeri. Sebagaimana kita tahu saat ini tengah tumbuh kesadaran tentang pentingnya sustainability
komoditas pertanian khususnya komoditas perkebunan seperti kopi, kakao, teh dll di Eropa dan Amerika. Artinya para konsumen di luar negeri mengharapkan produk perkebunan asal Indonesia yang berkualitas tidak hanya baik dari segi mutu namun juga merupakan produk yang dihasilkan dengan memperhatikan aspek lingkungan, aspek penggunaan tenaga kerja dan tanggung jawab sosial.
Sesuai dengan permasalahan yang ditemukan pada sektor kebun PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengukur dan menganalisis produktivitas sektor kebun PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari dengan menggunakan Craig-Harris Productivity Model. Menurut Gupta
(2010), model ini dipilih karena kelebihan dari model ini adalah perhitungan model produktivitas ini sesuai untuk tingkat perusahaan dan sektor jasa dan menghasilkan produktivitas fisik. Selain itu, untuk penentuan faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas sektor kebun digunakan fishbone diagram.
Diharapkan pada penelitian ini dapat memberikan masukan terhadap PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari untuk meningkatkan produktivitas di sektor kebun.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana tingkat produktivitas sektor kebun PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari?
2. Bagaimana menentukan faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas sektor kebun PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari? 3. Bagaimana usulan
perbaikan terhadap produktivitas sektor kebun PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui tingkat
produktivitas sektor kebun PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari mengunakan
Craig-Harris Productivity Model.
2. Menentukan faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas sektor kebun PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari menggunakan Fishbone Diagram. 3. Memberikan usulan perbaikan terhadap produktivitas sektor kebun PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini digunakan sebagai informasi untuk memperbaiki dan meningkatkan
nilai produktivitas pada sektor kebun PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari berdasarkan faktor yang paling berpangaruh.
TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas total dapat menggambarkan tingkat efisiensi dan pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan dengan mengasumsikan bahwa tujuan perusahaan berorientasi pada profit maksimum. Dengan melakukan pengukuran produktivitas total, akan dapat mencerminkan bagaimana keberhasilan manajemen perusahaan, sebab pengukuran produktivitas ini mengukur efisiensi dari proses transformasi input menjadi output. Produktivitas total dapat diformulasikan sebagai berikut (Craig & Harris, 1973):
Pt =
Dimana: Pt = Total Productivity Qt = Total Output L = Labour Input C = Capital Input R = Raw Material Input Q = Miscellaneous Input (Input lainnya)
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April–Mei 2013 di PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari, Desa Wonosari, Malang, Jawa Timur. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Komputasi dan Analisis Sistem, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.
Batasan Masalah
Mengingat masalah yang timbul akan sangat luas maka perlu adanya pembatasan masalah agar dapat mengarah pada tujuan yang ingin dicapai. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Analisis Produktivitas dilakukan pada bagian sektor kebun PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari. 2. Pengukuran produktivitas
sektor kebun dalam kurun waktu bulan Maret 2012– Februari 2013.
Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Jam kerja buruh adalah 8 jam/hari. Hal ini disesuaikan dengan jam kerja pada bagian produksi.
2. Umur tanaman yang sudah siap di panen berusia 12 hari setelah petikan sebelumnya. 3. Musim yang digunakan
adalah 2 musim, yaitu musim kemarau pada bulan April – Oktober dan musim hujan pada bulan November – Maret. Analisis Data
Menurut model ini produktivitas total di ukur sebagai :
Pt = Qt L+C+R+Q
Dimana :
Pt = Produktivitas total L = Input tenaga kerja C = Input modal R = Input bahan baku Q = Input lain-lain
Qt = Jumlah daun teh basah Input dan output yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang berhubungan langsung dengan proses pengadaan bahan baku teh basah untuk pemenuhan proses produksi teh kering. Kemudian dari keseluruhan input dan output tersebut di konversikan dalam satuan Rupiah (Rp). Hal tersebut dilakukan karena pada model ini pengukuran produktivitas terfokus pada segi finansial kebun teh. Pengukuran ini dilakukan selama kurun waktu satu tahun yaitu pada bulan Maret 2012 hingga bulan Februari 2013. Pengukuran dibagi dalam 2 periode berdasarkan musim. Periode yang pertama pada musim kemarau yaitu pada bulan Mei-September. Pada periode ini dihitung produktivitas parsial setiap bulannya. Setelah itu, dilakukan perbandingan dari perhitungan produktivitas parsial setiap bulannya. Jika sudah didapatkan hasil produktivitas parsial yang terbesar maka akan dilakukan analisis terhadap besaran produktivitas yang didapatkan. Nilai terbesar yang diperoleh pada setiap produktivitas parsial akan digunakan sebagai pemilihan faktor-faktor input yang berpengaruh terhadap produktivitas sektor kebun pada musim kemarau.
Nilai produktivitas parsial untuk input buruh dapat dirumuskan sebagai :
P=Output
Buruh
Nilai produktivitas parsial untuk input modal dapat dirumuskan sebagai :
P=Output
Modal
Nilai produktivitas parsial untuk input bahan baku dapat dirumuskan sebagai :
P= Output
Bahan Baku
Nilai produktivitas parsial untuk input lain-lain dapat dirumuskan sebagai :
P= Output
lain-lain
Selanjutnya pada periode kedua pada musim hujan yaitu pada bulan Oktober-April. Pengukuran produktivitas di periode kedua ini sama dengan pengukuran produktivitas di periode yang pertama. Perhitungan menggunakan produktivitas parsial per input per bulan. Setelah itu, dilakukan perbandingan dari perhitungan produktivitas parsial setiap bulannya. Jika sudah didapatkan hasil produktivitas parsial yang terbesar maka akan dilakukan analisis terhadap besaran produktivitas yang didapatkan. Nilai terbesar yang diperoleh pada setiap produktivitas parsial akan digunakan sebagai pemilihan faktor-faktor input yang berpengaruh terhadap produktivitas sektor kebun pada musim hujan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan
management sektor kebun PT
Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari, setiap data
Input dan Output dikonversikan
menjadi satuan rupiah, yaitu : 1. Input Tenaga kerja.
Data yang diperlukan adalah jumlah tenaga kerja yang aktif selama periode 1 bulan selama 12 bulan dan rincian gaji dan tunjangan tenaga kerja berdasarkan golongan.
2. Input Modal
Data yang diperlukan adalah luas lahan yang digunakan untuk pembibitan tanaman teh serta pembiayaan tanaman untuk setiap hektar tanaman teh, dan pembiayaan bahan pupuk. 3. Input Bahan baku
Data yang diperlukan adalah realisasi dana pembibitan teh tahun 2011, dipilih pada pembibitan tahun 2011 karena untuk memanen daun teh yang sesuai standar tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Rata-rata tanaman teh ini dapat dipanen sejak dari pembibitan adalah selama 1 tahun. Input selanjutnya adalah
entrys teh pada tahun 2012. Dipilih entrys teh pada tahun 2012
karena penelitian ini dilakukan antara tahun 2012 hingga 2013, sehingga menggunakan tanaman teh yang ada pada tahun 2012. 4. Input Lain-lain
Data yang diperlukan adalah segala bentuk masukan yang berhubungan langsung dengan proses pengadaan / pemanenan daun teh basah yang terdiri dari biaya keamanan, pengangkutan
hasil timbang, meratakan bidang petik, peralatan, dan pemeliharaan rajut. Selain itu juga digunakan
Input utility yang terdiri dari listrik
dan air.
Pada metode penelitian ini dikhususkan untuk penghitungan produktivitas parsial dan produktivitas total. Rumus dasar
Craig-Harris Productivity Model ini
dapat dilihat pada BAB III (Metode Penelitian):
Evaluasi Produktivitas
Hasil pengolahan data yang telah disusun menghasilkan nilai produktivitas, baik produktivitas total maupun produktivitas parsial. Nilai produktivitas ini dituliskan
dalam perhitungan kemudian dievaluasi. Evaluasi produktivitas sektor kebun dilakukan dengan menganalisis pola produktivitas sehingga dapat diketahui perkembangan pola produktivitas selama periode pengukuran. Dalam evaluasi ini, nilai produktivitas dikelompokkan berdasarkan 2 musim yang ada di Indonesia, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan diasumsikan berada pada bulan Oktober hingga April, sedangkan untuk musim kemarau berada pada bulan Mei hingga September.
Produktivitas Tenaga Kerja
1,1 1,49 1,89 2,23 2,27 1,71 3,64 3,78 4,06 3,06 0,210,53 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5
N
IL
A
I
PERIODE
ProduktivitasProduktivitas Modal
Produktivitas Bahan baku
1,62 1,68 2,28 3,68 3,85 2,87 6,8 8,07 12,07 3,51 0,330,79 0 2 4 6 8 10 12 14
N
IL
A
I
PERIODE
Produktivitas 17,88 23,63 30,69 35,2338,7936,06 44,7444,2545,67 55,29 6,32 15,34 0 10 20 30 40 50 60N
IL
A
I
PERIODE
Produkt…Produktivitas Lain-lain Produktivitas Total 2,16 3,1 3,65 5,34 5,6 3,73 10,3 12 22,56 6,3 0,451,02 0 5 10 15 20 25
N
IL
A
I
PERIODE
Produkt… 0,49 0,61 0,84 1,07 1,11 0,81 1,85 2,02 2,53 1,27 0,10,24 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 N IL A IPeriode
Produktiv…Dari gambar tersebut, dapat dilihat terdapat dua pola, peningkatan dan penurunan. Peningkatan produktivitas parsial terjadi pada bulan Maret 2012 mengalami puncaknya pada bulan November 2012 dan pola penurunan terjadi pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013. Peningkatan produktivtas parsial disebabkan karena Output daun teh basah yang dihasilkan mengalami peningkatan dari bulan Maret 2012 hingga November 2012. Terjadinya pola penurunan disebabkan karena keseluruhan
Output yang dihasilkan tidak diimbangi dengan kebutuhan Input yang memiliki nilai konstan untuk setiap bulan selama periode pengukuran. Sehingga pada periode dimana terjadi pola penurunan terjadi kelebihan kebutuhan Input.
Berdasarkan grafik produktivitas total, nilai produktivitas tertinggi terdapat pada bulan November 2012 yaitu 2,53. Hasil produktivitas terbaik selama periode pengukuran ini merupakan pengaruh dari hasil tingginya produktivitas parsial. Penggunaan tenaga kerja honorer/lepas, penggunaan permodalan, bahan baku, dan masukan lain-lain yang teridiri dari biaya pengeluaran untuk proses pemanenan dan Input utilitas dinilai sangat produktif. Sedangkan nilai produktivitas terendah terdapat pada bulan Januari 2013 yaitu 0,10. Nilai produktivitas yang rendah ini dikarenakan pada bulan Januari 2013 lahan perkebunan baru saja dilakukan peremajaan tanaman. Selain itu tingkat curah hujan yang rendah dan musim kemarau yang
panjang merupakan faktor yang mempengaruhi hasil daun teh yang didapatkan.
Berdasarkan nilai produktivitas tersebut, perbandingan nilai produktivitas pada musim kemarau yang memiliki nilai rata-rata sebesar 1,04 dengan nilai produktivitas pada musim hujan yang memiliki nilai rata-rata 1,136. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk produktivitas yang memiliki nilai paling optimal yaitu pada musim hujan. Hasil tersebut juga dapat digunakan sebagai dasar dalam perbaikan produktivitas pada sektor kebun di masa mendatang dengan menganalisis setiap Input yang digunakan dan Output yang dihasilkan. Seperti yang dijelaskan Mali (2008) Produktivitas total merupakan rasio dari output total terhadap input total (semua input yang digunakan dalam proses produksi). Berdasarkan definisi ini tampak bahwa ukuran produktivitas total merefleksikan dampak penggunaan semua input secara bersamaan dalam memproduksi output.
Usulan Perbaikan Produktivitas Dari hasil evaluasi produktivitas, diketahui bahwa produktivitas sektor kebun selama ini cukup baik, tetapi perlu dilakukan perbaikan produktivitas agar produktivitas lebih optimal. Perbaikan dilakukan baik pada produktivitas total maupun produktivitas parsialnya. Tingkat produktivitas parsial dari setiap
Input dapat mempengaruhi tingkat
produktivitas total perusahaan. Seperti yang dijelaskan Yusroni (2012) tingkat pencapaian produktivitas total perusahaan
dipengaruhi oleh produktivitas parsialnya. Untuk memperbaiki produktivitasnya maka diperlukan usulan perbaikan untuk dapat meningkatkan produktivitas total perusahaan.
1. Faktor Tenaga Kerja
Dari analisa penyebab fluktuasi produktivitas didapatkan hasil bahwa permasalahan pada faktor manusia adalah kurangnya kedisiplinan tenaga kerja dan kurangnya fasilitas K3 yang disediakan pihak manajemen kebun PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari, sehingga para tenaga kerja kurang produktif dalam bekerja.
a. Kedisiplinan
Kurangnya kedisiplinan tenaga kerja ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran setiap buruh pemetik daun teh dalam bekerja. Ini dapat dilihat pada saat proses pemetikan daun teh banyak buruh yang melakukan aktifitas lain selain melakukan pemetikan daun teh, seperti istirahat sebelum waktu yang ditentukan oleh mandor petik, ini menyebabkan pekerjaan menjadi tertunda. Sering membuang waktu dengan melakukan aktifitas lain pada saat proses pemetikan dapat menyebabkan hasil yang diperoleh tidak optimal. Hal ini dapat diatasi dengan cara memberikan peringatan pada pekerja yang melanggar dan pemberian motivasi agar para pekerja lebih bersemangat. Pemberian motivasi ini dapat berupa pemberian bonus upah jika hasil petikan daun teh dapat memenuhi target yang diberikan pihak pabrik. Peningkatan motivasi kerja ini dapat mendukung peningkatan produktivitas tenaga kerja. Seperti
yang dijelaskan Rahman (2007), bahwa peningkatan motivasi kerja merupakan salah satu upaya pendukung peningkatan produktivitas tenaga kerja. Motivasi diberikan di bagian pemetikan dan diberikan setiap bulan. Asmiarsih (2006) juga mengungkapkan bahwa disiplin merupakan suatu kekuatan yang berkembang di dalam tubuh pekerja sendiri yang menyebabkan dia dapat menyesuaikan diri dengan sukarela kepada keputusan-keputusan, peraturan-peraturan, dan nilai-nilai tinggi dari pekerjaan dan tingkah laku. b. Fasilitas K3
Permasalahan lain pada tenaga kerja pemetikan adalah kurangnya fasilitas K3 yang diberikan pihak manajemen kebun PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari. Kurangnya fasilitas K3 ini dapat dilihat pada saat buruh petik melakukan pemetikan. Pakaian yang digunakan oleh buruh petik dinilai kurang layak, karena pada umumnya buruh menggunakan bahan plastik bekas untuk melindungi tubuh. Seharusnya pakaian yang digunakan buruh untuk memetik daun teh ini berupa pakaian khusus yang dapat melindungi seluruh bagian tubuh secara optimal seperti pakaian anti air, sarung tangan, sepatu, masker, dan topi sehingga mengurangi resiko kecelakaan kerja.
Untuk menunjang tenaga kerja agar dapat menghasilkan daun teh secara optimal dapat dilakukan dengan mememberikan fasilitas K3 yang belum terealisasi kepada setiap tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan proses pemetikan daun teh.
Seperti yag dijelaskan Yuli (2005) Karyawan yang bekerja memiliki hak atas keselamatan dan kesehatan yang pelaksanaannya dilandasi oleh peraturan perundang – undangan. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan, dan kontrol terhadap pelaksanaan tugas dari para karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana mereka bekerja.
2. Faktor Modal
Modal yang dimiliki divisi kebun PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari berupa modal tetap dan modal bergerak. Kategori modal tetap di PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari berupa lahan perkebunan. Pemanfaatan lahan perkebunan dari 3 afdeling yang ada adalah 1.144,31 ha dengan areal teh : 714,42 ha (produktif : 526,27 ha) dan areal kapuk : 429,89 ha dan aneka kayu 63,05 ha. Berikutnya yang merupakan modal bergerak adalah pupuk. Dengan kuantitas lahan dan penggunaan pupuk yang dirata-rata tidak memiliki fluktuasi yang sangat besar diharapkan dapat menghasilkan daun teh yang optimal. Pada realisasinya, hasil yang didapatkan memiliki fluktuasi yang sangat besar selama periode penelitian. Hal ini disebabkan pada saat periode penelitian terjadi proses peremajaan tanaman sehingga hasil daun teh basah yang dihasilkan mengalami
penurunan yang sangat drastis pada periode Januari 2013. Permasalahan tersebut bukan merupakan masalah yang serius untuk diatasi. Sebab peremajaan tanaman ini dilakukan untuk memelihara tanaman agar tetap produktif dan dilakukan pada saat tertentu saja.
3. Faktor Bahan Baku
Dari analisa penyebab fluktuasi produktivitas didapatkan hasil bahwa kendala pada faktor bahan baku adalah ketersediaan bahan baku sesuai standar kualitas kurang, karena kemarau yang panjang serta curah hujan yang sangat rendah. Selain itu, metode pemetikan yang tidak sesuai dengan standar operasi dan prosedur dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman teh. Hasil perhitungan produktivitas menunjukkan bahwa jumlah bahan baku yang menjadi unsur utama dari perkebunan memiliki pertumbuhan yang optimal pada saat musim hujan. Oleh karena itu, apabila ingin memperbaiki produktivitas bahan baku, maka kualitas bahan baku tersebut adalah hal yang paling penting untuk ditingkatkan. Peningkatan kualitas bahan baku ini dapat berupa tindakan evaluasi terhadap metode pemetikan yang selama ini diterapkan, apakah sudah benar atau masih sering terjadi kesalahan dalam pemetikan. Kesalahan dalam pemetikan bahan baku ini dapat berdampah pada hasil yang didapatkan pada saat panen selanjutnya. Jika pemetikan sudah sesuai dengan standar operasi dan prosedur maka dapat dipastikan kondisi tanaman dapat dipanen sesuai dengan waktu panen yaitu 12 hari.
Apabila proses pemetikan bahan baku telah terpenuhi seperti yang di inginkan perusahaan, tentunya dapat mengurangi kendala pada proses produksi, serta dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas biaya produksi. Seperti yang dijelaskan Halpen (2009) penggunaan bahan baku yang berkualitas dapat membantu perusahaan meningkatkan efisiensi efektivitas produksi sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya.
4. Faktor Lain-lain
Dari analisa penyebab fluktuasi produktivitas didapatkan hasil bahwa kendala berada pada faktor lingkungan yaitu musim kemarau yang panjang, sehingga tanaman teh yang memiliki kualitas baik pada musim hujan tidak didapatkan pada saat terjadi musim kemarau. Selain itu, kuantitas musim kemarau yang tinggi menyebabkan tanaman menjadi kering dan daun teh yang dihasilkan sangat terbatas. Perbaikan yang harus dilakukan oleh pihak PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari adalah dengan melakukan penjadwalan pemetikan daun teh yang menyesuaikan kondisi lingkungan pada saat musim kemarau. Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kekurangan bahan pada saat petikan selanjutnya karena pohon teh tidak dapat tumbuh optimal dimusim kemarau yang menyebabkan penurunan nilai produktivitas. Selain itu, perlakuan khusus juga penting untuk dilakukan pada saat musim kemarau. Perlakuan khusus tersebut dapat berupa pengisian tandon-tandon air yang sudah
tersedia disekitar lahan perkebunan agar pemeliharaan tanaman seperti penyiraman tanaman teh dengan frekuensi yang lebih banyak dapat dilakukan selama musim kemarau, ini dilakukan karena tanaman teh ini merupakan tanaman yang membutuhkan udara yang lembab disekitarnya. Selain itu, pemeliharaan tanaman dari hama yang berasal dari pergantian musim yang dapat merusak tanaman teh.
KESIMPULAN
Nilai produktivitas tertinggi pada bulan November 2012 yaitu 2,53. Hasil produktivitas terbaik selama periode pengukuran ini merupakan pengaruh dari hasil tingginya produktivitas parsial. Sedangkan nilai produktivitas terendah terdapat pada bulan Januari 2013 yaitu 0,10. Rendahnya nilai produktivitas ini dikarenakan pada bulan Januari 2013 lahan perkebunan baru saja dilakukan peremajaan tanaman. Produktivitas yang memiliki nilai paling optimal yaitu pada musim hujan. Hasil tersebut juga dapat digunakan sebagai dasar dalam perbaikan produktivitas pada sektor kebun di masa mendatang dengan menganalisis setiap input yang digunakan dan output yang dihasilkan. Usulan perbaikan produktivitas untuk jangka pendek dilakukan dengan melakukan penyuluhan terhadap tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan proses pemetikan daun teh basah dan melakukan penjadwalan ulang dalam pemetikan daun teh. Untuk perbaikan produktivitas dalam jangka panjang dapat dilakukan
dengan melakukan analisis produktivitas dengan melihat faktor-faktor apa saja yang paling berpengaruh dalam tingkat produktivitas di sektor kebun.
SARAN
Perusahaan perlu melakukan suatu analisis produktivitas secara terintegrasi dari beberapa sumber dayanya dan upaya perbaikan untuk meningkatkan produktivitas pada sektor kebun, serta perlu dikaji tentang penggunaan dan pemanfaatan sumber daya secara berkala, agar kegiatan analisis produktivitas yang dilakukan perusahaan dapat tercapai dengan baik. Untuk penelitian selanjutnya, perlu dikembangkan analisis produktivitas dengan menggunakan metode lain yang tidak hanya menggunakan konversi rupiah sebagai ukuran nilai produktivitas.
DAFTAR PUSTAKA Craig, C.E dan R.C.Harris. 1973.
Total Productivity Measurement at the Firm Level. Sloan Management Review. Massachussets Institute of Technology. Gupta, R dan S. K. Dey. 2010.
Development of a Productivity
Measurement Model for Tea Industry. Department of Mechanical Engineering. National Institute of Technology. Silchar. Assam. India
Mali, P. 2008. Improving Total Productivity. John Wiley and Sons, New York. Rahman, A. A. and Noriszan, I.
2007. Designing Individual Productivity Measures in Service Sector. Journal of Industrial Engineering. University Teknologi Malaysia. Syakir, M. dkk. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Teh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor. Yuli, S. 2005. Manajemen
Sumber Daya Manusia. UMM Press. Malang. Yusroni, N. 2012. Kajian Ekonomi
Industri pada Usaha Produksi Perkebunan Teh Rakyat Di Indonesia. Univ. Wahid Hasyim. Semarang.