• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KARET DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) KEBUN KENDENGLEMBU KABUPATEN BANYUWANGI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KARET DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) KEBUN KENDENGLEMBU KABUPATEN BANYUWANGI."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

KENDENGLEMBU KABUPATEN BANYUWANGI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Program Studi Agribisnis

Oleh :

YUDHA PRAMANA BUDI

NPM : 1024010013

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JAWA TIMUR

(2)

NUSANTARA XII (PERSERO) KEBUN KENDENGLEMBU KABUPATEN BANYUWANGI

Disusun Oleh :

YUDHA PRAMANA BUDI NPM : 1024010013

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Pertanian Jurusan Agribisnis

(3)

Berdasarkan Undang - Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dan Permendiknas No 17 tahun 2010, Pasal 1 Ayat 1 tentang plagiarisme

Maka, saya sebagai Penulis Skripsi dengan judul :

STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KARET DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) KEBUN KENDENGLEMBU KABUPATEN BANYUWANGI

menyatakan bahwa Skripsi tersebut diatas bebas dari plagiarisme.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar - benarnya.

Surabaya, 25 Juli 2014

Yang Membuat Pernyataan,

(4)

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul berjudul “Strategi Peningkatan

Produktivitas Karet di PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun

Kendenglembu” . Penulis menyadari bahwa segala keberhasilan dan

kesuksesan tidak terlepas dari sang khaliq dan juga tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar -

besarnya kepada : Ir. Effi Damaijati, MS selaku dosen pembimbing utama dan Ir.

Sri Widayanti, MP selaku dosen pembimbing pendamping yang telah banyak

memberikan pengarahan, motivasi, masukan serta meluangkan waktu dan

tenaganya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk membimbing penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Sukendah, MSc selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dr. Ir. Eko Nurhadi, MS selaku Ketua Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Drs. Anis Febriantomo selaku Manager PTPN XII (persero) Kebun

Kendenglembu.

4. Seluruh keluarga besarku terutama Kedua Orang tuaku, Om Hari, Tante Tin,

Om Aly, yang telah banyak memberikan dukungan do’a, semangat dan

kasih sayang yang tak terhingga.

5. Puput yang selalu memberikan dukungan dan waktunya untuk membantu

menyelesaikan skripsi ini.

6. Semua teman – temanku Agb ‘10 yang aku banggakan, serta semua pihak

(5)

kepada pembaca, kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan

dan kesempurnaan proposal penelitian skripsi ini. Akhir kata, penulis

mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

para pembaca umumnya.

Surabaya, 25 Juli 2014

(6)

KATA PENGANTAR ... i

2.3.1. Pengertian Strategi ... 14

2.3.2. Jenis - Jenis Strategi ... 18

2.3.3. Pengertian Strategi Produksi ... 20

2.4. Produktivitas ... 22

2.5. Analisis SWOT ... 24

2.5.1. Analisis SWOT ... 24

2.5.2. Formulasi Strategi ... 28

2.5.3. Analisis Lingkungan ... 30

2.5.4. Implementasi Strategi ... 35

2.5.5. Evaluasi dan Pengendalian Strategi ... 37

2.5.6. Analisis Matrik IFAS dan IFAS ... 38

2.5.7. Kerangka Pemikiran ... 38

III. METODE PENELITIAN ... 41

3.1. Lokasi dan Obyek Penelitian ... 41

3.2. Penentuan Responden... 41

3.3. Pengumpulan Data ... 41

(7)

3.6.1. Martiks IFAS (Internal Strategic Factors Analisys Summary)

dan EFAS (Eksternal Strategis Factors Analisys Summary) .. 44

3.6.2. Matrik SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) ... 47

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1. Sejarah Perusahaan ... 50

4.1.1. Lokasi PTPN XII (Persero) Kebun Kendenglembu ... 50

4.1.2. Visi dan Misi PTPN XII (Persero) Kebun Kendenglembu ... 51

4.1.3. Struktur Organisasi PTPN XII (Persero) Kebun Kendenglembu ... 52

4.2. Analisis Faktor Internal dan Eksternal PTPN XII (Persero) Kebun Kendenglembu .. ... 53

4.2.1. Analisis Faktor Internal ... 53

4.2.2. Analisis Faktor Eksternal ... 59

4.2.3. Analisis Matrik IFAS dan EFAS PTPN XII (Persero) Kebun Kendenglembu ... 62

4.3. Strategi Peningkatan Produktivitas Karet di PTPN XII (Persero) Kebun Kendenglembu .. ... 71

V. Kesimpulan dan Saran ... 75

5.1. Kesimpulan ... 75

5.2. Saran ... 77

(8)

Nomor Judul Halaman

1. Produktvitas Karet Kebun Kendenglembu Tahun 2006 – 2013 ... 3

2. Matrik EFAS (Eksternal Strategic Factors Analysis Summary) ... 47

3. Matrik IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) ... 48

4. Matrik Analisis SWOT ... 49

5. Faktor Strategis Internal di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendenglembu ... 64

6. Faktor Strategis Eksternal di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendenglembu ... 67

(9)

Nomor Judul Halaman

1. Diagram Analisis SWOT ... 27

2. Model Lima Kekuatan Persaingan dari Porter ... 34

3. Kerangka Pemikiran Operasional ... 40

4. Struktur Organisasi PTPN XII (Persero) Kebun Kendenglembu ... 53

(10)

Nomor Judul Halaman

1. Kuisioner Penelitian ... 82

2. Pembobotan Faktor - Faktor Kekuatan ... 90

3. Pembobotan Faktor - Faktor Kelemahan ... 92

4. Pembobotan Faktor - Faktor Peluang ... 94

5. Pembobotan Faktor - Faktor Ancaman ... 95

6. Menentukan Nilai Kepentingan Faktor - Faktor Kekuatan ... 97

7. Menentukan Rating Faktor - Faktor Kekuatan PTPN XII (Persero) Kebun Kendenglembu ... 98

8. Menentukan Nilai Kepentingan Faktor - Faktor Kelemahan ... 99

9. Menentukan Rating Faktor - Faktor Kelemahan PTPN XII (Persero) Kebun Kendenglembu ... 100

10. Menentukan Nilai Kepentingan Faktor - Faktor Peluang ... 101

11. Menentukan Rating Faktor - Faktor Peluang PTPN XII (Persero) Kebun Kendenglembu ... 102

12. Menentukan Nilai Kepentingan Faktor - Faktor Ancaman PTPN XII (Persero) Kebun Kendenglembu ... 104

13. Menentukan Rating Faktor - Faktor Ancaman PTPN XII (Persero) Kebun Kendenglembu ... 104

14. Analisis SWOT di PTPN XII (Persero) Kebun Kendenglembu ... 105

15. Surat Ijin Penelitian ... 110

(11)

PRODUCTIVITY IMPROVEMENT STRATEGIES RUBBER AT PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) KEBUN KENDENGLEMBU

KABUPATEN BANYUWANGI.

Yudha Pramana Budi1) Effi Damaijati2) Sri widayanti3)

Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

ABSTRAK

Karet merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting. Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang perekonomian negara. Komoditas Karet memiliki prospek yang cerah dalam perdagangan dunia sehingga mendorong PTPN XII untuk meningkatkan produktivitas dari komoditas karet tersebut. Untuk meningkatkan produktivitas karet tersebut maka perlu ditunjang dengan strategi dalam meningkatkan produktivitas. Dengan ditetapkannya strategi Peningkatan Produktivitas, perusahaan akan mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman sehingga perusahaan dapat memanfaatkan hal-hal positif dan mengantisipasi hal-hal terburuk dalam meningkatkan produktivitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor internal dan eksternal yang menentukan keberhasilan dalam peningkatan produktivitas karet di PTPN XII (persero) Kebun Kendenglembu, dan menentukan strategi yang dapat meningkatkan produktivitas karet di PTPN XII (persero) Kebun Kendenglembu. Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendenglembu Kabupaten Banyuwangi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kualitatif dengan alat analisis matriks IFAS dan EFAS serta metode analisis SWOT. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Sedangkan metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Alternatif Strategi yang dapat dilakukan oleh PT. Nusantara XII (Persero) Kebun Kendenglembu yaitu Strategi diversifikasi (S-T) yang berorientasi pada penganekaragaman yaitu menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. Implementasi strateginya adalah meningkatkan jumlah produksi getah karet dan karet sit asap (ribbed smoke sheet) untuk memenuhi permintaan ekspor karet yang semakin meningkat, memanfaatkan jumlah tenaga kerja yang ada dan memberikan penyuluhan secara rutin tentang teknis menyadap untuk mendapatkan produksi karet secara optimal, meningkatkan mutu produksi getah karet dan karet sit asap untuk meningkatkan daya saing produk karet alam, mengoptimalkan modal perusahaan yang cukup besar untuk kebutuhan seluruh operasional komoditas karet, meningkatkan keamanan area perkebunan terutama di daerah perbatasan.

(12)

Rubber is one of the important agricultural commodities. In Indonesia, the rubber is one of the leading agricultural products as much support the economy of the country. Commodities Rubber has a promising future in the world trade thus pushing the PTPN XII to increase the productivity of the rubber. To increase the productivity of the rubber needs to be supported by strategies to increase productivity. Increasing Productivity With the enactment of the strategy, the company will know the strengths, weaknesses, opportunities and threats that the company can take advantage of the positive things and anticipate the worst things in increasing productivity.The purpose of this study is to analyze the internal and external factors that determine the success in increasing the productivity of rubber in PTPN XII (Persero) Kebun Kendenglembu, and determine strategies that can improve the productivity of rubber in PTPN XII (Persero) Kendenglembu gardens. This research was conducted at PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendenglembu Banyuwangi. The method used in this study is a qualitative analysis method by means of analysis of IFAS and EFAS matrix and SWOT analysis method. The data used in this study consisted of primary data and secondary data. While the sampling method used was purposive sampling. Alternative strategies that can be done by PT. Nusantara XII (Persero) Kebun Kendenglembu the diversification strategy (ST) which is oriented towards the diversification of the use of force to overcome the threat. Implementation of the strategy is to increase the amount of production of rubber and rubber latex sit smoke (ribbed smoke sheet) to meet the demand for rubber export increased, utilizing the existing workforce and provide counseling on a regular basis about the technical rubber tapping to get optimal production, improve the quality of production rubber latex and rubber sit smoke to enhance the competitiveness of natural rubber products, optimize the company's capital is large enough for the needs of the entire operational rubber, increasing safety plantation areas especially in border areas.

(13)

1.1. Latar Belakang Peneitian

Karet merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, baik untuk

lingkup internasional dan khususnya bagi Indonesia. Di Indonesia karet

merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang

perekonomian negara. Hasil devisa yang diperoleh dari karet cukup besar

bahkan Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia dengan melibas

negara - negara lain dan negara asal tanaman karet sendiri. Tanaman karet

mulai dikenal di Indonesia sejak 1876. Henry A. Wickham memasukkan

beberapa biji karet ke kebun percobaan pertanian di Bogor, dan kemudian

disusul pemasukan bibit - bibit karet berikutnya tahun 1890, 1896, dan 1898.

(Anwar, 2006).

Perkebunan karet Indonesia baru di mulai di Sumatera pada tahun 1902

dan Jawa 1906. Sejak saat itulah perkebunan karet mengalami perluasan yang

cepat walaupun terjadi masa suram. Pada tahun 1941, perkebunan besar

mencapai produksi 300.000 ton. Dewasa ini, karet merupakan bahan baku yang

mengahasilkan lebih dari 50.000 jenis barang. Dari produksi karet alam, 46%

digunakan untuk pembuatan ban dan selebihnya untuk karet busa, sepatu dan

dan beribu - ribu jenis barang lainnya. Industri perkebunan di Indonesia saat ini

mengalami perkembangan dan kemajuan yang signifikan. Banyak hasil produk

olahan perkebunan karet khususnya yang di eksport ke luar negri. Hal ini akan

berpengaruh baik terhadap perkembangan pendapatan dan devisa negara.

(Parhusip, 2008).

Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia

dengan luas areal 3.262.291 hektar. Bersama dua negara tetangga yaitu

(14)

Produk karet olahan RSS (Ribbed Smoked Sheet) merupakan salah satu produk

karet alam olahan berupa lembaran – lembaran (sheet) yang populer digunakan

sebagai bahan baku terutama bermacam – macam industri karet. Permintaan

karet olahan mengalami kenaikan setiap tahun karena maraknya industri ban

dan industri pemakai karet lainnya terutama permintaan dari industri kendaraan

bermotor. Kebutuhan yang tinggi akan karet alam olahan di dunia tentunya akan

mendorong pengusahaan lahan karet dan pengolahan karet di Indonesia.

Parhusip (2008). Pemanfaatan potensi perkebunan karet dapat dilakukan

terutama di Pulau Jawa khususnya Banyuwangi yang banyak terdapat lahan

perkebunan khususnya perkebunan karet.

Perkebunan Nusantara XII (persero) Kebun Kendenglembu didirikan

berdasarkan PP nomor 17 tahun 1996, dituangkan dalam akte notaris Harun

Kamil, SH nomor 45 tanggal 11 Maret 1996 dan disahkan oleh Menteri

Kehakiman Republik Indonesia dengan SK nomor C.2-8340 HT.01.01 tanggal 8

Agustus 1996. Akte perubahan Anggaran Dasar perusahaan nomor 62 tanggal

24 Mei 2000 dibuat oleh notaris Justisia Soetandio, SH dan disahkan Menteri

Hukum dan Perundang - undangan Republik Indonesia dengan SK No. C.

22950 HT 01.04 tahun 2000. Selanjutnya, Akte Notaris Nomor 62 diubah

menjadi Akte Nomor 30 Notaris Habib Adjie, SH., M.Hum tanggal 16 Agustus

2008. PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendenglembu, sebagai

salah satu perusahaan yang menghasilkan barang olahan hasil perkebunan yang

telah maju dan berpengalaman serta memiliki produk - produk unggulan yang

digemari masyarakat, tentu telah memiliki standart produksi dan manajemen

yang berkualitas.

Usaha pengembangan komoditi karet di PTPN XII (Persero) sangat besar

dibandingkan dengan kebun karet lainnya didaerah Banyuwangi. Perkebunan

(15)

negara (BUMN). Pemanfaatan sumber daya lahan untuk penanaman komoditi

karet di kebun Kendenglembu tahun 2004 - 2013 menunjukkan penurunan.

Berikut ini data produktivitas karet kebun Kendenglembu tahun 2004 - 2013:

Tabel 1. Produktivitas Karet Kebun Kendenglembu Tahun 2004 - 2013

Tahun Luas areal

Sumber : Data Primer PTPN XII (Persero) Kebun Kendenglembu.

Berdasarkan uraian data diatas dapat dilihat produktivitas karet di kebun

Kendenglembu mengalami penurunan karena realisasi setiap tahunnya tidak

mencapai target yang ditentukan oleh PTPN XII (Persero). Dengan terjadinya

penurunan produktivitas karet di kebun Kendenglembu maka diperlukan strategi

peningkatan produktivitas, agar perusahaan mampu mencapai target yang

ditentukan sehingga tidak mengalami kerugian.

1.2. Perumusan Masalah

Perkebunan Kendenglembu yang telah berkiprah selama kurang lebih dari

32 tahun menghasilkan produk lateks karet alam yang merupakan produk

andalan yang menghasilkan keuntungan terbesar bagi Perkebunan

Kendenglembu. Karena tingkat produktivitas yang paling tinggi di antara produk

olahan lainnya, yaitu sekitar 90 persen dari total produk karet olahan yang

dihasilkan oleh Perkebunan Kendenglembu. Dengan adanya kebutuhan akan

karet olahan yang semakin meningkat dari masa ke masa menyebabkan

(16)

kenyataannya, produktivitas karet perkebunan Kendenglembu cenderung

fluktuatif selama tahun 2004 sampai 2013. Hal ini biasa terjadi pada musim

hujan yang menyebabkan penyadapan pohon agak terhambat dibandingkan

pada bulan – bulan sebelumnya.

Produktivitas karet yang tidak tetap disebabkan karena penggunaan

sumberdaya yang kurang optimal, dimana kondisi tersebut menyebabkan adanya

sumberdaya yang berlebih yang mengakibatkan perusahaan harus menanggung

sebesar biaya kelebihan tersebut, selain itu masalah penyadapan yang kurang

optimal dan penggunaan tenaga kerja yang kurang berpengalaman dapat

mempengaruhi produktivitas karet. Adanya permasalahan ini akan menimbulkan

kendala dalam memenuhi permintaan terhadap karet yang semakin meningkat

dengan bahan baku Lateks. Selain itu pabrik tidak bisa memproduksi

pengalokasian produk karet kering untuk pembuatan RSS I dengan tepat dan

menyebabkan pabrik mengalami kekurangan bahan baku (karet kering) atau

kelebihan bahan baku.

Perusahaan dinilai tidak produktif karena tidak bisa menghasilkan produk

lateks dengan optimal dan tidak sesuai dengan target yang direncanakan

sebelumnya. Karena adanya permasalahan dalam Perkebunan Kendenglembu

maka perlu diadakan strategi peningkatan produksi di perkebunan

Kendenglembu yang dapat memaksimumkan keuntungan sekaligus memenuhi

permintaan pasar, analisis alokasi penggunaan input/sumberdaya pada

perkebunan Kendenglembu agar dapat mencapai kondisi yang optimal.

Kendala – kendala yang masuk dalam faktor internal dan eksternal untuk

produksi lateks yaitu kendala didalam kebun dan kendala diluar kebun. Kendala

- kendala tersebut adalah : kendala lateks yang dihasilkan di kebun

Kendenglembu, kendala luas areal yang semakin sedikit, kendala penyadapan,

(17)

PTPN XII (persero) merupakan perkebunan penghasil karet terbesar

dikabupaten Banyuwangi. Namun saat ini produktivitas karet mengalami

penurunan. Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlu dilakukan penelitian

dengan tujuan untuk memberikan saran strategi peningkatan produktivitas.

Guna meningkatkan produktivitas karet yang saat ini mengalami penurunan.

Dari uraian diatas maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini sebagai

berikut :

1. Faktor – faktor internal dan eksternal apa saja yang menjadi penentu

keberhasilan peningkatan produktivitas karet di PTPN XII (persero) Kebun

Kendenglembu ?

2. Rencana strategi apa yang sebaiknya diterapkan oleh PTPN XII (persero)

Kebun Kendenglembu dalam meningkatkan produktivitas karet ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan

1. Menganalisis faktor internal dan eksternal yang menentukan keberhasilan

dalam peningkatan produktivitas karet di PTPN XII (persero) Kebun

Kendenglembu.

2. Menentukan strategi yang dapat meningkatkan produktivitas karet di PTPN

XII (persero) Kebun Kendenglembu.

1.3.2. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Dengan diadakannya penelitian skripsi ini diharapkan dapat menumbuhkan

sikap profesional dalam memasuki dunia kerja serta dapat menerapkan

teori yang telah didapat selama proses kuliah dan memperluas wawasan

pengetahuan dalam bidang Agribisnis karet, selain itu dapat dijadikan

acuan bagi mahasiswa yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai

(18)

2. Sebagai sarana untuk membina kerja sama yang baik antara lingkungan

akademis dengan lingkungan kerja. Disisi lain, penelitian ini dapat

dijadikan tambahan referensi dan pengetahuan terutama untuk peneliti

yang menitik beratkan pada kajian tentang komoditas karet. Selain itu,

laporan hasil penelitian dapat dijadikan referensi untuk kajian - kajian sains

(19)

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian - penelitian mengenai karet sudah pernah dilakukan, seperti

dijelaskan berikut ini :

1. Sadik Ikhsan dan Artahnan Aid (2011), melakukan penelitian dengan judul

“Analisis SWOT untuk Merumuskan Strategi Pengembangan Komoditas Karet

di Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah”. Hasil perhitungan nilai total

dari faktor - faktor strategis internal dan faktor - faktor strategis eksternal, yaitu

berturut - turut sebesar 6,13 dan 5,97 menunjukkan indikasi bahwa komoditas

karet menduduki posisi strategis yang cukup kuat untuk terus dikembangkan.

Berdasarkan analisis SWOT yang dibuat beberapa strategi dapat diajukan

terkait dengan pengembangan komoditas dimaksud yaitu :

a. Peningkatan produksi melalui tindakan intensifikasi, ekstensifikasi, dan

peremajaan;

b. Dalam program peremajaan perbaikan bahan tanam agar diprioritaskan

melalui penyediaan bibit unggul karena dalam jangka panjang berpengaruh

pada produktivitas dan kualitas produk;

c. Penerapan program intensifikasi ditunjang oleh penyediaan sarana

produksi sesuai dengan keperluannya dengan jumlah, tempat, dan waktu

yang tepat, serta tindakan penyuluhan untuk mengintroduksi teknologi baru

tepat guna serta hal - hal yang terkait dengan program intensifikasi;

d. Peningkatan akses petani produsen atas lembaga dan sumber finansial

khususnya untuk membantu memberikan solusi atas kendala finansial yang

potensial terjadi pada program peremajaan serta pemeliharaan TBM;

(20)

f. Tetap menjaga insentif harga ditingkat petani sepanjang memungkinkan

untuk menjamin pendapatan serta meningkatkan kesejahteraan petani;

g. Pemeliharaan dan pengembangan infrastruktur : jalan dan pelabuhan

(antar pulau) untuk keperluan mempertahankan serta merintis pasar atas

produk yang dihasilkan.

2. Jarek putradi (2012) melakukan penelitian dengan judul “Strategi

Pengembangan Bisnis Komoditas Karet dengan Pola Kemitraan di Provinsi

Bali”. Pemerintah Provinsi Bali diberikan kebebasan untuk mengembangkan

potensi sektor perekonomian demi meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) dan daya saing di pasar global. Kemitraan tersebut dimaksudkan untuk

meningkatkan produktivitas, kualitas, efisiensi, dan daya saing komoditas

karet yang dikelola perusahaan yang bermitra.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor lingkungan internal berupa

kekuatan yang berpengaruh adalah akses pasar, permodalan dan fasilitas,

kemitraan yang dituangkan dalam nota kesepahaman, sumber daya manusia

yang berpengalaman, dan kesesuaian agroklimat. Sedang faktor lingkungan

internal berupa kelemahan yang berpengaruh adalah periode kemitraan yang

baru dimulai, pembagian keuntungan dan risiko, pembinaan kemitraan dari

pemerintah, koordinasi dengan instansi terkait, dan transfer ilmu pengetahuan

dan teknologi. Faktor lingkungan eksternal berupa peluang yang berpengaruh

adalah permintaan pasar, harga produk yang kompetitif, tekonologi budidaya

dan prosesing, keberpihakan lembaga perbankan, dan pertumbuhan ekonomi,

suku bunga dan nilai tukar. Sedang faktor lingkungan eksternal berupa

ancaman yang berpengaruh adalah persaingan antar eksportir, produk karet

sintetis, pelanggaran terhadap nota kesepahaman, inflasi, dan situasi

(21)

Strategi pengembangan bisnis komoditas karet dengan pola kemitraan

menghasilkan alternatif strategi yaitu : peningkatan akses pasar perusahaan

yang bermitra, optimalisasi kemitraan bisnis, peningkatan penguasaan

teknologi produksi untuk meningkatkan daya saing komoditas, peningkatan

kualitas sumber daya manusia pelaku kemitraan, dan soliditas kerjasama

dengan instansi terkait. Prioritas strategi yang dipilih dan menjadi pilihan

utama dalam pengembangan bisnis komoditas karet dengan pola kemitraan

adalah strategi peningkatan akses pasar perusahaan yang bermitra. Strategi

tersebut diharapkan dapat memperluas pasar baik melalui pembinaan pasar

yang telah ada maupun dengan pencarian pasar - pasar baru.

3. Sabarman damanik (2012) melakukan penelitian dengan judul

“Pengembangan Karet (Havea Brasiliensis) Berkelanjutan di Indonesia”.

Pengembangan perkebunan karet di Indonesia dipengaruhi oleh delapan

faktor strategis yang saling berkaitan dan sangat menentukan keberlanjutan

perkebunan karet. Faktor - faktor strategis tersebut adalah : ketersediaan

teknologi, tenaga pembina, pelatihan petani, dukungan kebijakan, luas

perkebunan karet, produktivitas ,ketrampilan, dan kelembagaan ekonomi

petani. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pengembangan sekaligus

menjamin keberlanjutan pembangunan perkebunan karet di Indonesia

diperlukan dukungan dan konsistensi kebijakan pemerintah.

4. Suharman (2013) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Potensi

Pengembangan Industri Barang Jadi Karet di Sumatera Selatan”. Karet yang

dihasilkan diekspor dalam bentuk bahan mentah atau bahan setengah jadi

berupa lateks, sheet, screpe, dan crumb rubber, jika bahan tersebut diolah

menjadi barang jadi maka akan menghasilkan manfaat yang lebih besar

seperti terciptanya nilai tambah dan kesempatan kerja serta berkembangnya

(22)

menggunakan SWOT, ISM (interpretative Structural Model) dan IDEFo. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pengembangan industri barang jadi karet di

Sumatera Selatan menghadapi berbagai kelemahan dan ancaman meliputi ;

1) penguasaan teknologi yang masih minim, 2) tingkat kepercayaan

konsumen terhadap produk yang masih rendah, 3) insentif yang masih sulit

diperoleh, 4) sulit mendapatkan bahan penolong untuk input produksi, 5)

kurang tenaga kerja terampil, 6) masuknya produk dari luar negeri, 7) bisnis

perkaretan yang didominasi jaringan bisnis luar negeri, dan 8) konversi

tanaman karet yang digantikan dengan tanaman lain. Kekuatan dan peluang

yang merupakan potensi pengembangan industri barang jadi karet di

Sumatera Selatan meliputi ; 1) tersedianya bahan baku karet alam, 2)

tersedianya tenaga kerja yang banyak, 3) peluang untuk pemasaran produk,

4) dukungan pemerintah, 5) penguasaan teknik produksi, 6) kebutuhan produk

yang terus meningkat, 7) terbukanya pasar ekspor dan substitusi impor, 8)

semakin berkembangnya jenis / ragam produk, 4) dukungan teknologi oleh

lembaga riset, dan 9) komitmen pemerintah terhadap pengembangan industri

ini.

2.2. Prospek Komoditas Karet

Komoditi perkebunan mempunyai peranan yang penting dalam program

pembangunan ekonomi Indonesia. Karet alam merupakan salah satu komoditi

perkebunan yang penting bukan hanya dari segi ekonomi tetapi juga dari segi

sosial, karena disamping sebagai sumber devisa negara tetapi juga sebagai

sumber penghasilan bagi pegawai/karyawan yang bekerja dalam lingkup

komoditas karet.

Karet alam berasal dari tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) yg

diusahakan oleh perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Perusahaan

(23)

kenaikan biaya produksi. Peningkatan ini disebabkan oleh kenaikan harga

barang modal dan upah karyawan. Kecenderungan kenaikan biaya produksi ini

memerlukan upaya peningkatan efisiensi penggunaan dana, baik dari jalur

produksi maupun jalur pengolahan hasil panen dan pasca panen.

Indonesia mempunyai potensi usaha yang sangat besar untuk menjadi

produsen utama karet alam dunia. Selain iklim dan lingkungan yang memenuhi

syarat bagi pertumbuhan dan perkembangan, Indonesia juga mempunyai tenaga

kerja yang relatif banyak. Areal yangg luas dan tenaga kerja yang banyak tidak

memberikan hasil yang optimum apabila tidak ditunjang dengan kemauan dan

kemampuan penerapan teknologi.

Karet sebagai bahan baku industri memerlukan sistem jaminan mutu yang

baik, biasanya penentuan mutu dilakukan berdasarkan uji produk akhir. Sistem

ini mempunyai banyak kelemahan diantaranya adalah belum dapat menjamin

hasil yang bebas kontaminasi dan konsisten. Memanfaatkan potensi usaha karet

dan mengatasi masalah dalam pengusahaan karet di Indonesia serta mengintip

adanya kecenderungan meningkatnya konsumsi karet alam dunia di masa -

masa mendatang dan adanya gejala membaiknya harga karet, merupakan

peluang dan tantangan Indonesia dalam meningkatkan produksi karet alamnya.

Menghadapi persaingan antar negara produsen, produk ekspor karet harus

ditingkatkan mutunya disesuaikan dengan permintaan konsumen. Persaingan

pasar global tidak terbatas pada produk yang dihasilkan, tetapi terkait aspek

proses, sumber daya manusia dan lingkungan.

Prospek perkaretan Indonesia di masa mendatang cukup cerah dimana

terdapat pertanaman karet yang luas, masih tersedianya lahan untuk

pertanaman baru serta adanya kecenderungan terus meningkatnya permintaan

dan harga karet di pasar dunia. Untuk memanfaatkan kemungkinan peluang

(24)

dengan teknologi intercropping, peningkatan mutu dengan sistem pengolahan

yang lebih baik dan pengembangan produk baru guna membuka peluang pasar

yang lebih luas. (Anwar, 2006)

Kebutuhan karet alam terus meningkat sejalan dengan meningkatnya

standar hidup manusia dan mobilitas manusia serta barang yang memerlukan

komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk

transmisi, sepatu dan sandal karet. Secara fundamental harga karet alam

dipengaruhi oleh permintaan (konsumsi) dan penawaran (produksi) serta

stock/cadangan dan masing - masing faktor.

Konsumsi karet alam dunia dalam dua ekade terakhir meningkat secara

drastis, walaupun terjadi resesi ekonomi dunia. Kurun waktu 1980 - 2005

konsumsi karet alam mengalami pertumbuhan yang menurun dan stagnan di

Eropa, dan di Jepang pada priode 1990 juga mengalami stagnan akan tetapi di

China dan negara berkembang mengalami pertumbuhan yang tinggi.

(IRSG,2004).

Menurut International Rubber Study Group (IRSG) diperkirakan akan terjadi

kekurangan pasokan karet alam pada priode dua dekade ke depan. Kondisi ini

akan mempengaruhi pihak konsumen, terutama pabrik - pabrik ban mobil seperti

Bridgestone, Goodyear dan Michelin. Oleh karena itu pada tahun 2004, IRSG

melakukan studi tentang permintaan dan penawaran karet alam dan sintetik

dunia. Hasil studi menyatakan bahwa permintaan karet alam dan sintetik adalah

sebesar 31,3 juta ton pada tahun 2035 untuk industri ban dan non ban dimana

15 juta diantaranya adalah karet alam. Produksi karet alam pada tahun 2005

sebesar 8,5 juta ton. Berdasarkan studi ini diproyeksikan pertumbuhan produksi

karet Indonesia akan mencapai 3 % pertahun, sedangkan Thailand hanya 1 %

dan Malaysia 2%. (IRSG, 2004). Pertumbuhan produksi Indonesia ini dapat

(25)

perkiraan produksi pada tahun 2020 sebesar 3,5 juta ton dan tahun 2035

sebesar 5,1 juta ton. (Anwar, 2006).

Penawaran karet dunia meningkat lebih dari tiga persen per tahun dalam

dua dekade terakhir, dimana mencapai 8,81 juta ton pada tahun 2005.

Pertumbuhan tersebut berasal dari negara produsen Thailand, Indonesia,

Malaysia, India, China dan lainnya. Sejak tahun 1991 Malaysia tidak lagi menjadi

produsen utama karet alam dunia tetapi digeser oleh Thailand, sementara

Indonesia tetap sebagai negara produsen kedua. Thailand memproduksi lebih

dari 33% karet alam dunia pada tahun 2005, sementara Indonesia dengan

pangsa produksi 26% dan Malaysia tinggal 13%.

Ekspor karet Indonesia meningkat dari 1.874.324 ton pada tahun 2004

menjadi 2.295.456 ton pada tahun 2008 dan menurun menjadi 1.991.262 pada

tahun 2009 dengan nilai US$ 3.241.533. Kenaikan volume dan nilai ekspor

tersebut memberikan peluang yang besar untuk pengembangan karet alam

Indonesia.

Karet sintetik sebagai produk hasil industri harganya relatif lebih stabil

dibandingkan dengan karet alam. Selain itu karet sintetik yang umumnya

diproduksi dan dikonsumsi negara industri, harganya cenderung naik sejalan

dengan harga bahan baku. Hal ini sangat berbeda dengan harga karet alam

yang berfluktuasi dan dipengaruhi oleh kondisi alam. (Anwar, 2006).

Untuk menghindari kerugian karena gejolak harga karet alam, pasar

berjangka (future trading) karet menyediakan sarana dan mekanisme lindung

nilai (hedging). Pasar berjangka karet alam yang saat ini menjadi

panutan/pedoman dunia adalah Singapura (SICOM) dan Jepang (TECOM), serta

yang relatif baru di Thailand (AFET) dan China (SHFE). Sedangkan pasar fisik

(physical) karet alam selain di Singapura dan Jepang juga terdapat di negara

(26)

Sejak pertengahan tahun 2002 harga karet mencapai harga US$ 1,00/kg

dan tahun 2006 telah mencapai US$ 2,20/kg untuk harga SIR 20 di SICOM

Singapura. Diperkirakan harga akan stabil pada jangka panjang sampai 2020

sekitar US$ 2,00/kg. Konsumsi karet alam diperkirakan akan tumbuh sebesar

4,4 % pada tahun 2006 dan 6,2 % pada tahun 2007, sementara karet sintetik

akan tumbuh sebesar 4,7 % dan 4,6 % pada tahun 2007. Pada tahun 2007

harga karet alam diperkirakan akan bertahan sekitar US$ 2.00/kg. Sementara itu

jika invesment fund dan spekulator masuk ke pasar berjangka untuk profit taking

maka akan terjadi lonjakan harga. Damardjati (2011), memproyeksikan bahwa

harga karet menjelang akhir tahun 2011 diperkirakan relatif layak dan

dipengaruhi perkembangan perekonomian global dan market fundamental.

Harga karet alam yang membaik saat ini harus dijadikan momentum yang

mampu mendorong percepatan pembenahan dan peremajaan karet yang kurang

produktif dengan menggunakan klon - klon unggul dan perbaikan teknologi

budidaya lainnya. Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan

produksi karet alam Indonesia sebesar 3 – 4 juta ton/tahun pada tahun 2025.

Sasaran produksi tersebut hanya dapat dicapai apabila areal kebun karet yang

saat ini kurang produktif berhasil diremajakan dengan menggunakan klon karet

unggul secara berkesinambungan. (Maryadi, 2005)

2.3. Strategi Produksi

2.3.1 Pengertian Strategi

Definisi strategi adalah cara untuk mencapai tujuan jangka panjang.

Strategi bisnis bisa berupa perluasan geografis, diversifikasi, akusisi,

pengembangan produk, penetrasi pasar, rasionalisasi karyawan, divestasi,

(27)

Pengertian strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi

yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan

lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari

perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi.

(Glueck, 1989).

Secara umum Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin

puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai

penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat

dicapai. Secara khusus strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental

(senantiasa meningkat) dan terus - menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut

pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan.

Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan

bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang

baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core

competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang

dilakukan.

Perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah - langkah ke

depan yang dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi,

menetapkan tujuan strategis dan keuangan perusahaan, serta merancang

strategi untuk mencapai tujuan tersebut dalam rangka menyediakan customer

value terbaik.

Beberapa langkah yang perlu dilakukan perusahaan dalam merumuskan

strategi, yaitu :

1. Mengidentifikasi lingkungan yang akan dimasuki oleh perusahaan di masa

depan dan menentukan misi perusahaan untuk mencapai visi yang dicita

(28)

2. Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk mengukur

kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi

oleh perusahaan dalam menjalankan misinya.

3. Merumuskan faktor - faktor ukuran keberhasilan (key success factors) dari

strategi - strategi yang dirancang berdasarkan analisis sebelumnya.

4. Menentukan tujuan dan target terukur, mengevaluasi berbagai alternatif

strategi dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki dan kondisi

eksternal yang dihadapi.

5. Memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan jangka pendek dan

jangka panjang. (Hariadi, 2005)

Dengan merujuk pada pandangan (Schendel, 1985) menjelaskan adanya

empat tingkatan strategi. Keseluruhannya disebut Master Strategy, yaitu :

enterprise strategy, corporate strategy, business strategy dan functional strategy.

a. Enterprise Strategy

Strategi ini berkaitan dengan respons masyarakat. Setiap organisasi

mempunyai hubungan dengan masyarakat. Masyarakat adalah kelompok yang

berada di luar organisasi yang tidak dapat dikontrol. Di dalam masyarakat yang

tidak terkendali itu, ada pemerintah dan berbagai kelompok lain seperti kelompok

penekan, kelompok politik dan kelompok sosial lainnya. Jadi dalam strategi

enterprise terlihat relasi antara organisasi dan masyarakat luar, sejauh interaksi

itu akan dilakukan sehingga dapat menguntungkan organisasi. Strategi itu juga

menampakkan bahwa organisasi sungguh - sungguh bekerja dan berusaha

untuk memberi pelayanan yang baik terhadap tuntutan dan kebutuhan

masyarakat.

b. Corporate Strategy

Strategi ini berkaitan dengan misi organisasi, sehingga sering disebut

(29)

Pertanyaan apa yang menjadi bisnis atau urusan kita dan bagaimana kita

mengendalikan bisnis itu, tidak semata - mata untuk dijawab oleh organisasi

bisnis, tetapi juga oleh setiap organisasi pemerintahan dan organisasi nonprofit.

Apakah misi universitas yang utama? Apakah misi yayasan ini, yayasan itu,

apakah misi lembaga ini, lembaga itu? Apakah misi utama direktorat jenderal ini,

direktorat jenderal itu? Apakah misi badan ini, badan itu? Begitu seterusnya,

jawaban terhadap pertanyaan - pertanyaan itu sangat penting dan kalau keliru

dijawab bisa fatal. Misalnya, kalau jawaban terhadap misi universitas ialah terjun

kedalam dunia bisnis agar menjadi kaya maka akibatnya bisa menjadi buruk,

baik terhadap anak didiknya, terhadap pemerintah, maupun terhadap bangsa

dan negaranya. Bagaimana misi itu dijalankan juga penting. Ini memerlukan

keputusan - keputusan stratejik dan perencanaan stratejik yang selayaknya juga

disiapkan oleh setiap organisasi.

c. Business Strategy

Strategi pada tingkat ini menjabarkan bagaimana merebut pasaran di

tengah masyarakat. Bagaimana menempatkan organisasi di hati para penguasa,

para pengusaha, para donor dan sebagainya. Semua itu dimaksudkan untuk

dapat memperoleh keuntungan - keuntungan stratejik yang sekaligus mampu

menunjang berkembangnya organisasi ke tingkat yang lebih baik.

d. Functional Strategy

Strategi ini merupakan strategi pendukung dan untuk menunjang

suksesnya strategi lain. Ada tiga jenis strategi functional yaitu strategi functional

ekonomi yaitu mencakup fungsi - fungsi yang memungkinkan organisasi hidup

sebagai satu kesatuan ekonomi yang sehat, antara lain yang berkaitan dengan

keuangan, pemasaran, sumber daya, penelitian dan pengembangan. Strategi

functional manajemen, mencakup fungsi - fungsi manajemen yaitu planning,

(30)

communicating, decision making, representing, dan integrating. Strategi isu

stratejik, fungsi utamanya ialah mengontrol lingkungan, baik situasi lingkungan

yang sudah diketahui maupun situasi yang belum diketahui atau yang selalu

berubah.

Tingkat - tingkat strategi itu merupakan kesatuan yang bulat dan menjadi

isyarat bagi setiap pengambil keputusan tertinggi bahwa mengelola organisasi

tidak boleh dilihat dari sudut kerapian administratif semata, tetapi juga

hendaknya memperhitungkan soal “kesehatan” organisasi dari sudut ekonomi

(Salusu, 1996).

1.3.2. Jenis - Jenis Strategi

Banyak organisasi menjalankan dua strategi atau lebih secara bersamaan,

namun strategi kombinasi dapat sangat beresiko jika dijalankan terlalu jauh. Di

perusahaan yang besar dan terdiversifikasi, strategi kombinasi biasanya

digunakan ketika divisi - divisi yang berlainan menjalankan strategi yang

berbeda. Juga, organisasi yang berjuang untuk tetap hidup mungkin

menggunakan gabungan dari sejumlah strategi defensif, seperti divestasi,

likuidasi, dan rasionalisasi biaya secara bersamaan.

1. Strategi Integrasi

Strategi Integrasi kedepan, integrasi kebelakang, integrasi horizontal

kadang semuanya disebut sebagai integrasi vertikal. Strategi integrasi vertikal

memungkinkan perusahaan dapat mengendalikan para distributor, pemasok,

dan/atau pesaing.

2. Strategi Intensif

Penetrasi pasar, dan pengembangan produk kadang disebut sebagai

strategi intensif karena semuanya memerlukan usaha - usaha intensif jika posisi

(31)

3. Strategi Diversifikasi

Strategi diversivikasi ada tiga jenis yaitu diversifikasi konsentrik, horizontal,

dan konglomerat. Menambah produk atau jasa baru, namun masih terkait

biasanya disebut diversifikasi konsentrik. Menambah produk atau jasa baru yang

tidak terkait untuk pelanggan yang sudah ada disebut diversifikasi horizontal.

Menambah produk atau jasa baru yang tidak disebut diversifikasi konglomerat.

4. Strategi Defensif

Disamping strategi integrative, intensif, dan diversifikasi, organisasi juga

dapat menjalankan strategi rasionalisasi biaya, divestasi, atau likuidasi.

Rasionalisasi Biaya, terjadi ketika suatu organisasi melakukan restrukturisasi

melalui penghematan biaya dan aset untuk meningkatkan kembali penjualan dan

laba yang sedang menurun. Kadang disebut sebagai strategi berbalik (turn

arround) atau reorganisasi, rasionalisasi biaya dirancang untuk memperkuat

kompetensi pembeda dasar organisasi. Selama proses rasionalisasi biaya,

perencana strategi bekerja dengan sumber daya terbatas dan menghadapi

tekanan dari para pemegang saham, karyawan dan media.

Divestasi adalah menjual suatu divisi atau bagian dari organisasi.

Divestasi sering digunakan untuk meningkatkan modal yang selanjutnya akan

digunakan untuk akusisi atau investasi strategis lebih lanjut. Divestasi dapat

menjadi bagian dari strategi rasionalisasi biaya menyeluruh untuk melepaskan

organisasi dari bisnis yang tidak menguntungkan, yang memerlukan modal

terlalu besar, atau tidak cocok dengan aktivitas lainnya dalam perusahaan.

Likuidasi adalah menjual semua aset sebuah perusahaan secara bertahap

sesuai nilai nyata aset tersebut. Likuidasi merupakan pengakuan kekalahan dan

akibatnya bisa merupakan strategi yang secara emosional sulit dilakukan.

Namun, barangkali lebih baik berhenti beroperasi dari pada terus menderita

(32)

5. Strategi Umum Michael Porter

Menurut Porter, ada tiga landasan strategi yang dapat membantu

organisasi memperoleh keunggulan kompetitif, yaitu keunggulan biaya,

diferensiasi, dan fokus. Porter menamakan ketiganya strategi umum.

Keunggulan biaya menekankan pada pembuatan produk standar dengan biaya

per unit sangat rendah untuk konsumen yang peka terhadap perubahan harga.

Diferensiasi adalah strategi dengan tujuan membuat produk dan menyediakan

jasa yang dianggap unik di seluruh industri dan ditujukan kepada konsumen yang

relatif tidak terlalu peduli terhadap perubahan harga. Fokus berarti membuat

produk dan menyediakan jasa yang memenuhi keperluan sejumlah kelompok

kecil konsumen. (David, 2004)

2.3.3. Pengertian Strategi Produksi

Banyak hasil penelitian membuktikan bahwa organisasi atau perusahaan

yang menerapkan manajemen satrategi cenderung mencapai kinerja lebih tinggi

di banding dengan yang tidak. Strategi merupakan konsep multidimensional

yang merangkum semua kegiatan kritis organisasi, memberikan arah dan tujuan

serta memfasilitasi berbagai perubahan yang diperlukan sebagai adaptasi

terhadap perubahan lingkungan. Strategi operasi merupakan salah satu cara

yang dapat di kembangkan oleh perusahaan dengan cara memanfaatkan operasi

pabrik untuk berkopetensi di pasar global.

Produksi/operasi seharusnya tidak hanya dianggap sebagai tempat di

mana perusahaan menghasilkan barang dan jasa, namun harus pula dijadikan

wadah kekuatan bersaing dalam bisnis dan sebagai wadah untuk mencapai

keunggulan yang berkesinambungan. Pada era globalisasi ini manajemen

operasi harus menjadi penggerak transformasi, agar dapat menyesuaikan

(33)

satu negara yang telah memanfaatkan operasi pabriknya untuk berkopetensi di

pasar internasional, mereka memproduksi serta mendesain produk berkualitas

lebih baik dengan harga lebih murah, sehingga negara ini mampu merebut

sebagian besar pasar dunia terutama dalam industri otomotif dan elektronok.

Terdapat beberapa kecenderungan yang mungkin terjadi pada era

globalisasi, yaitu terjadi proses pengembangan produk yang lebih baik, lebih

berkualitas, lebih murah dan operasi pabrik dituntut menjadi komparatif maupun

daya saing. Untuk mengantisipasi kecenderungan tersebut, strategi operasi

perlu melihat perspektif secara keseluruhan baik dalam hal fasilitas produksi,

lokasi perusahaan, SDM, bahan baku, peralatan, desain produk, teknologi

proses, efisiensi, produktivitas, kapasitas, kualitas, kecepatan respon maupun

fleksibelitas.

Strategi operasi adalah suatu visi dari fungsi operasi yang menetapkan

keseluruhan arah bagi pengambilan keputusan. Visi ini harus di integrasikan

dalam strategi bisnis (Zullian Yamit, 1996). Terdapat tiga strategi bisnis generic,

yaitu strategi bisnis biaya rendah, setrategi diferensiasi produk, dan strategi

segmentasi pasar (Mitchell, 1997). Ketiga strategi bisnis ini memiliki operasi

yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa strategi operasi sangat terkait

dengan strategi bisnis. (Schroeder,1996) menyatakan bahwa strategi operasi

adalah sebagai susuatu yang terdiri dari empat komponen, yaitu misi, tujuan,

kemampuan khusus serta kebijakan. Keempat komponen terrsebut menjelaskan

tujuan operasi, apa yang harus dicapai dan bagaimana seharusnya mencapai

tujuan tersebut. Dapat disimpulkan bahwa strategi operasi merupakan suatu

strategi fungsional yang harus berpedoman pada strategi bisnis, agar mampu

menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam keputusan - keputusan operasi.

Strategi operasi terdiri atas empat elemen, yaitu misi, tujuan, kemampuan

(34)

strategi bisnis. Analisis internal dan eksternal, sehingga membentuk hubungan

antara strategi bisnis dan strategi operasi. (Zullian Yamit, 1996)

Strategi bisnis menjelaskan bagaimana bisnis dapat bersaing. Adanya

perubahan lingkungan yang terjadi setiap saat menuntut perusahaan untuk

melakukan penyesuaian strategi. Perubahan stategis bisnis akan mempengaruhi

strategi operasi. Sehingga dapat dinyatakan bahwa formulasi strategi operasi

perlu didahului dengan penetapan strategi bisnis. Strategi Operasi sebagaimana

sudah di jelaskan di muka, sangat perlu di buat oleh perusahaan. Hal ini karena

didukung oleh beberapa faktor :

1. Adanya keinginan untuk menekan biaya dan meningkatkan kualitas produk.

2. Melemahkan bargaining position dalam menghadapi suplai bahan baku,

suku cadang ataupun komponen.

3. Semakin kuatnya persaingan dalam memasarkan produk yang sama.

4. Kelangkaan tenaga profesional dalam bidang keahlian tertentu dalam

menciptakan kemampuan tertentu.

Singkatnya, strategi operasi sebagai salah satu upaya untuk menekan

resiko dalam mencapai efisiensi tinggi dan keunggulan daya saing, tetap tidak

mampu meredam dampak ketidakpastian.

2.4. Produktivitas

Sejak awal perkembangan hingga kini, pengertian produktivitas sangat

beragam disampaikan dan didefinisikan oleh para ahli, namun pada dasarnya

produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil kegiatan yang

sesungguhnya dengan hasil kegiatan yang seharusnya (antara realisasi dan

target). Secara sederhana produktivitas ditunjukan oleh rasio antara output dan

(35)

Mali (Dalam Ilyas, 2001) mendefinisikan produktivitas adalah pengukuran

tentang seberapa baik sumber daya digunakan bersama - sama dalam

organisasi untuk menghasilkan suatu unit hasil produksi. Sinugan(2008)

mengatakan bahwa secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan

antara hasil nyata fisik (barang atau jasa) dengan masukan yang sebenarnya.

Jadi produktivitas diartikan sebagai tingkat efisiensi dalam memproduksi barang

dan jasa, dan produktivitas mengutamakan cara pemanfaatan secara baik

terhadap sumber - sumber dalam memproduksi barang atau jasa.

Menurut Schermerhorn (1996), produktivitas adalah ukuran kuantitas dari

hasil kerja dengan menggunakan sumber daya yang telah dipertimbangkan.

Secara tradisional definisi produktivitas ini difokuskan pada perbandingan antara

hasil (output) terhadap sumber daya (input).

Herjanto (1999), mengatakan produktivitas merupakan ukuran bagaimana

baiknya suatu sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang

diinginkan. Secara produktivitas dapat dinyatakan sebagai rasio antara keluaran

terhadap sumber daya yang dipakai. Bila dalam rasio tersebut masukan yang

dipakai untuk menghasilkan keluaran dihitung seluruhnya, disebut sebagai

produktivitas total (total productivity), tetapi bila yang dihitung sebagai masukan

hanya faktor tertentu saja maka disebut sebagai produktivitas parsial (partial

productivity).

Berdasarkan doktrin Oslo pada kongres Produktivitas sedunia ke IV di

Oslo-Norwegia tahun 1984, maka pengertian produktivitas adalah suatu konsep

universal yang menciptakan lebih banyak barang dan jasa bagi kebutuhan

manusia, dengan menggunakan sumber daya yang serba baru. Produktivitas

yang berdasarkan pada pendekatan multi disiplin akan melibatkan suatu usaha,

(36)

lain secara terpadu untuk membuatkan perubahan demi meningkatkan mutu

manusia.

Pengertian produktivitas karet berlainan dengan peningkatan produksi

karet, peningkatan produksi menunjukkan pertambahan jumlah hasil getah

karet/lateks yang dicapai, sedangkan produktivitas mengandung pengertian

pengukuran produksi karet per tahun dan perbaikan cara penyampaian produksi

tersebut. (Ilyas, 2011).

Dalam praktek peningkatan produktivitas dilaksanakan melalui kenyataan

sebagai berikut : Produk meningkat dengan sumber daya yang sama (1)

meningkat dengan menggunakan sumber yang kurang (2) produksi lebih besar

diperoleh dengan penambahan sumber daya yang relatif kecil (3). (Kussriyanto,

1993)

2.5. Analisis SWOT

2.5.1 Analisis SWOT

Menurut Rangkuti (2003), analisis SWOT adalah metode perencanaan

strategis yang berfungsi untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman suatu perusahaan. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang

spesifik dari spekulasi bisnis dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal

yang mendukung atau sebaliknya dalam proses pencapaian tujuan tersebut.

Para analisis SWOT memberikan informasi untuk membantu dalam hal

mencocokan perusahaan sumber daya dan kemampuan untuk menganalisa

kompetitif lingkungan dimana bidang perusahaan tersebut bergerak. Informasi

(37)

1. Kekuatan / Strength

Sebuah kekuatan perusahaan adalah sumber daya dan kemampuan yang

dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan competitive advantage.

Contoh kekuatan tersebut meliputi :

a. Kualitas karet yang baik.

b. Manajemen keuangan untuk produksi karet mencukupi.

c. Dukungan pemerintah.

d. Dukungan teknologi oleh lembaga riset.

e. Tersedianya banyak tenaga kerja.

2. Kelemahan / Weakness

Kelemahan adalah sesuatu yang menyebabkan satu perusahaan kalah

bersaing dengan perusahaan lain. Dalam beberapa kasus, kelemahan bagi satu

perusahaan mungkin merupakan suatu kekuatan bagi perusahaan lainnya.

Sebagai contoh kelemahan yang terdapat pada suatu perusahaan, meliputi :

a. Produktivitas menurun.

b. SDM tenaga penyadap rendah.

c. Tanaman sudah tua.

d. Struktur biaya tinggi.

e. Kurangnya akses sumber daya alam yang baik.

f. Kurangnya akses untuk saluran distribusi utama.

3. Peluang / Opportunities

Analisis lingkungan eksternal dapat membuahkan peluang baru bagi

sebuah perusahaan untuk meraih keuntungan dan pertumbuhan. Berikut adalah

contoh dari peluang :

a. Permintaan karet tingi.

b. Terbukanya pasar ekspor.

(38)

d. Kebutuhan produk terus meningkat.

4. Ancaman / Threat

Perubahan dalam lingkungan eksternal juga dapat menghadirkan ancaman

bagi perusahaan. Beberapa ancaman tersebut adalah :

a. Serangan hama dan penyakit.

b. Cuaca yang tidak menentu.

c. Munculnya produk - produk pengganti.

d. Harga karet fluktuatif.

e. Peningkatan hambatan perdagangan.

Proyek - proyek organisasi harus dilaksanakan setelah ditentukan tujuan

dan sasaran - sasaran strategis. Suatu strategi adalah suatu rencana yang

direkayasa untuk menyelesaikan suatu misi. Misi itu harus direncakan dalam

parameter - parameter strength (S, kekuatan) dan weakness (W, kelemahan) dari

organisasi, opportunities (O, kesempatan) dan threats (T, ancaman) dalam

lingkungan. Rangkuti (2006).

Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan

(stengths), dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). SWOT/TOWS

matriks merupakan machine tool yang membantu para manajer mengembangkan

empat tipe strategi, matriks ini dinilai mampu menggambarkan secara jelas

bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh organisasi harus

disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat

menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategik, seperti pada diagram

(39)

(3) Mendukung (1)Mendukung Strategi

Strategi Turn Arround Kebijakan Agresif

(4) Mendukung (2)Mendukung

Strategi Difensif Strategi Difersifikasi

Gambar 2.1. Diagram Analisis SWOT (Rangkuti, 2000)

Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Organisasi

tersebut memiliki peluang dan kekuatan, sehingga perusahaan dapat

menerapkan strategi yang mendukung kebijakan yang agresif.

Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dan

digunakan dengan melakukan diversifikasi produk atau pasar.

Kuadran 3 : Organisasi menghadapi peluang yang sangat besar, akan tetapi di

lain pihak menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Apabila

perusahaan dapat memanfaatkan peluang tersebut secara optimal dan fokus,

maka kendala - kendala internal perusahaan dapat diminimalkan.

Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, organisasi

tersebut menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumber daya yang

dimiliki mempunyai banyak kelemahan.

Berbagai Peluang

Berbagai Ancaman

(40)

a. Formulasi Strategi

Konsep manajemen strategi memiliki keterkaitan yang sangat erat baik

dengan pendekatan perencanaan. Pada satu sisi, manajemen strategik

mengasumsikan adanya formulasi strategi yang dibuat telebih dahulu untuk

diimplementasikan kemudian (Ismail, 2012).

1. Visi

Setiap perusahaan pasti memiliki suatu tujuan jangka panjang yang dituju

oleh perusahaannya. Dalam pencapaian suatu tujuan perusahaan maka

diperlukan perencanaan dan tindakan nyata untuk dapat mewujudkannya.

Tujuan tersebut berupa suatu konsep perencanaan yang disertai dengan

tindakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan

tersebut. Pemikiran inilah yang disebut dengan visi.

Visi menunjukan arah strategis perusahaan untuk mencapai berbagai hasil

dimasa yang akan datang sehingga akan menuntun pengerahan sumber daya

perusahaan bagi pencapaian berbagai tujuan tersebut. Visi yang dibuat oleh

perusahaan memiliki kaitan yang sangat erat dengan misi perusahaan, dalam arti

arah strategis yang dinyatakan didalam visi masih berada dalam lingkup usaha

yang dijalankan oleh perusahaan.

Visi adalah pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan

dalam produk dan pelayanan yang ditawarkan, kebutuhan yang dapat

ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani, nilai - nilai yang diperoleh

serta aspirasi dan cita - cita masa depan. Untuk itu, terdapat beberapa

persyaratan mengenai pernyataan suatu visi :

a. Berorientasi pada masa depan;

b. Tidak dibuat berdasar kondisi atau tren saat ini;

(41)

d. Berdasar pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi

masyarakat;

e. Memperhatikan sejarah, kultur, clan nilai organisasi meskipun ada

perubahan terduga;

f. Mempunyai standard yang tinggi, ideal serta harapan bagi anggota

lembaga;

g. Memberikan klarifikasi bagi manfaat lembaga serta tujuan - tujuannya;

h. Memberikan semangat dan mendorong timbulnya dedikasi pada lembaga;

i. Menggambarkan keunikan lembaga dalam kompetisi serta citranya;

j. Bersifat ambisius serta menantang segenap anggota lembaga.

2. Misi

Misi adalah pernyataan tujuan jangka panjang yang membedakan satu

perusahaan dengan perusahaan sejenis lainnya. Pernyataan misi

mengidentifikasi cakupan operasi perusahaan dalam definisi produk dan pasar.

Pernyataan misi yang jelas menggambarkan nilai dan prioritas dari suatu

organisasi. Mengembangkan pernyataan misi mengharuskan penyusun strategi

untuk berpikir tentang sifat dan cakupan operasi saat ini dan mengevaluasi

keterkaitan atas pasar dan aktivitas dimasa depan.

3. Tujuan

Menurut Ismail (2012), Tujuan merupakan hasil akhir yang ingin dicapai

perusahaan dalan jangka waktu tertentu dan dinyatakan secara kuantitatif.

Tujuan yang baik memiliki kriteria - kriteria sebagai berikut :

a. Dapat diukur

Tujuan harus dapat diukur. Untuk dapat mengukur ketercapaian tujuan,

sekurang - kurangnya terdapat satu indicator yang dapat dijadikan rujukan

(42)

b. Spesifik

Tujuan secara spesifik harus menjelaskan apa yang ingin dicapai oleh

perusahaan. Apakah perusahaan ingin memperoleh peningkatan

penjualan, peningkatan pangsa pasar atau tujuan lainnya.

c. Sesuai

Tujuan yang ingin dicapai perusahaan harus sesuai dengan visi dan misi

yang dimiliki perusahaan, artinya tujuan yang ingin dicapai masih berada

dalam lingkup misi perusahaan.

d. Realistis

Tujuan yang dibuat perusahaan harus dapat dicapai dengan menggunakan

sumber daya organisasi yang dimiliki perusahaan. Pendek kata tujuan

perusahaan harus menantang namun tetap bisa dilaksanakan.

e. Tepat waktu

Perusahaan harus menetapkan secara spesifik berapa lama jangka waktu

yang dibutuhkan perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Bila jangka waktu untuk pencapaian tujuan tidak ditetapkan secara spesifik,

maka perusahaan tidak akan memiliki kerangka waktu yang jelas bagi

pencapaian tujuan tersebut, sehingga pencapaiannya menjadi kabur.

(Ismail 2012).

2.5.3 Analisis Lingkungan

Analisis lingkungan adalah proses dalam manajemen strategi yang

bertujuan untuk memantau lingkungan perusahaan. Lingkungan perusahaan

disini mencakup semua faktor baik yang berada di dalam maupun di luar

perusahaan yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan yang hendak dicapai.

Secara garis besar analisis lingkungan mencakup analisis mengenai

(43)

mencakup lingkungan umum dan lingkungan industri, sedangkan analisis internal

akan mencakup analisis mengenai aktivitas perusahaan atau bisa juga analisis

mengenai sumber daya, kapabilitas serta kompetensi inti yang dimiliki. Hasil dari

analisis lingkungan ini setidaknya akan memberikan gambaran tentang keadaan

perusahaan yang biasanya disederhanakan dengan metode SWOT (Strengths,

Weaknesses, Opportunities, Threats) yang dimilikinya. Analisis eksternal akan

memberikan gambaran tentang peluang dan ancaman (OT) sedangkan analisis

lingkungan internal akan memberikan tentang keunggulan dan kelemahan (SW)

dari perusahaan. Rangkuti (2003).

1. Analisis Lingkungan Eksternal

Menurut Wahyudi (1996) Lingkungan eksternal adalah suatu kekuatan

yang berada di luar perusahaan dimana perusahaan tidak mempunyai pengaruh

sama sekali terhadapnya (uncontrolable) sehingga perubahan - perubahan yang

terjadi pada lingkungan ini akan mempengaruhi kinerja semua perusahaan

dalam industri tersebut.

Analisis lingkungan eksternal perusahaan bertujuan untuk mengidentifikasi

sejumlah peluang dan ancaman yang ada dilingkungan eksternal perusahaan.

Peluang merupakan tren positif yang berada dilingkungan eksternal perusahaan

dan apabila peluang tersebut dieksploitasi oleh perusahaan maka peluang usaha

tersebut berpotensi untuk menghasilkan laba bagi perusahaan secara

berkelanjutan. Sedangkan ancaman adalah berbagai tren negatif yang terdapat

dilingkungan eksternal perusahaan dan apabila ancaman tersebut tidak

diantisipasi dengan baik maka ancaman tersebut akan berpotensi menimbulkan

kerugian bagi perusahaan. Sedangkan Barney dan Hesterly (2008)

mendefinisikan ancaman sebagai individu, kelompok ataupun organisasi diluar

suatu perusahaan yang berupaya untuk mengurangi kinerja yang suda dicapai

(44)

perusahaan dengan tujuan memperoleh potensi keuntungan dari peluang usaha

dan meminimalkan terjadinya risiko kerugian yang ditimbulkan oleh ancaman.

Menurut Porter (1991) Lingkungan industri adalah tingkatan dari lingkungan

eksternal organisasi yang menghasilkan komponen - komponen yang secara

normal memiliki implikasi yang relatif lebih spesifik dan langsung terhadap

operasional perusahaan. Aspek lingkungan industri lebih mengarah pada aspek

persaingan yang ada disekitar perusahaan. Hal tersebut mengakibatkan

faktor-faktor yang mempengaruhi persaingan, seperti :

a. Kemungkinan masuknya pesaing baru

Ancaman masuknya pesaing baru ke dalam industri tergantung pada

rintangan masuk yang ada serta reaksi dari para pesaing yang sudah ada

yang dapat diperkirakan oleh pendatang baru. Sumber utama rintangan

masuk yaitu skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, biaya

beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, biaya tidak menguntungkan

terlepas dari skala, dan kebijakan pemerintah.

b. Potensi pengembangan Produk Substitusi

Produk substitusi atau produk - produk pengganti membatasi laba potensial

dari industri dengan menetapkan harga baku yang dapat diberikan oleh

perusahaan dalam industri. Produk pengganti yang harus mendapatkan

perhatian adalah produk yang memiliki kecenderungan harga atau kualitas

yang lebih baik daripada produk industri selain itu produk yang dihasilkan

oleh industri yang memiliki laba tinggi

c. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli

Pembeli atau pelanggan juga bisa menekan harga, menuntut kualitas

produk atau pelayanan yang lebih tinggi. Kelompok pembeli dikatakan kuat

(45)

1) Pembeli terkonsentrasi atau membeli dalam jumlah besar yang relatif

besar.

2) Produk yang dibeli dari industri bersifat standar atau tidak

terdiferensiasi.

3) Produk industri yang dibeli merupakan komponen penting dari produk

pembeli.

4) Pembeli menerima laba yang rendah.

5) Produk industri yang tidak penting bagi kualitas produk atau jasa

pembeli.

6) Produk industri tidak menghasilkan penghematan bagi pembeli.

d. Kekuatan Tawar Pemasok

Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawar menawarnya terhadap

perusahaan dengan menaikkan harga atau menurunkan kualitas barang

dan jasa yang dibeli. Pemasok dikatakan kuat apabila :

1) Kelompok pemasok didominasi sedikit perusahaan dan lebih

terkonsentrasi dari pada industri tempat mereka menjual produk.

2) Produk pemasok bersifat unik atau setidak - tidaknya terdiferensiasi.

3) Pemasok tidak bersaing dengan produk - produk lain dalam industri.

4) Pemasok memiliki kemampuan untuk melakukan integrasi maju ke

industri pembelinya.

5) Industri bukan merupakan pelanggan penting bagi pemasok.

e. Persaingan di antara Perusahaan Sejenis

Persaing di antara anggota industri terjadi ketika mereka berebut posisi

dengan menggunakan taktik seperti persaingan harga, pengenalan produk,

perang iklan, dan kualitas pelayanan. Persaingan yang tajam biasanya

bersumber pada :

Gambar

Tabel 1.  Produktivitas Karet Kebun Kendenglembu Tahun 2004 - 2013
Gambar 2.1.  Diagram Analisis SWOT (Rangkuti, 2000)
Gambar 2.2 .  Model Lima Kekuatan Persaingan dari Porter (1991)
Gambar 2.3.  Kerangka Pemikiran Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

VDPSOLQJ.. 'DUL *DPEDU GDSDW GLNHWDKXL GLVWULEXVL XQVXU XQVXU PDNUR $O )H 1D &D 0J 7L GDQ 0Q GDODP DEX YXONDQLN GDUL NH ORNDVL VDPSOLQJ .RQVHQWUDVL $O EHUNLVDU DQWDUD WHUUHQGDK

Berdasarkan pemaparan di atas mengenai kemampuan para ODAPUS dari kalangan Yayasan Syamsi Dhuha untuk dapat bertahan, memperbaiki dan melanjutkan hidup di tengah

Pengujian statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik inferensial. Fungsi statistik inferensial adalah menentukan hasil analisis data yang berasal

Pernyataan mengenai tidak adanya daya tarik wisata alam, adanya daya tarik buatan dari sisi budaya, keunikan budaya, sudah terdapat akomodasi berupa penginapan dan tempat makan,

(3) Berdasarkan harga referensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka tarif Bea Keluar untuk Kelapa Sawit dan turunannya adalah sebagaimana tercantum dalam kolom 4 Lampiran II

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mendukung penerapan model pembelajaran Take and Give dengan media kartu bergambar doa pada sentra keagamaan di

[r]

Sehingga program ini dapat berfungsi dengan baik dan tepat digunakan dalam proses pembayaran sekolah pada SMA Negeri 1 Rembang yang dilakukan oleh petugas