• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu fenomena manusia yang sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka pendidikan dapat dilihat dan dijelaskan dari berbagai sudut pandang. Definisi yang dikemukakan para ahli sangat beragam sehingga cukup sulit menemukan definisi yang dapat diterima oleh seluruh pihak, dikemukakan oleh Agus Taufiq (2011:1.2-1.3).

Definisi yang dikemukakan oleh para ahli memiliki tekanan dan orientasi yang berbeda-beda karena falsafah yang digunakannya berbeda-beda pula. Pengertian yang sangat umum, dikemukakan oleh Agus Taufiq (2011) yang menyatakan bahwa pendidikan adalah proses memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia muda ke taraf insan harus diwujudkan dalam seluruh proses atau upaya pendidikan. Makna pendidikan secara tegas dinyatakan di dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1) yang berbunyi ”usaha sadar untuk menciptakan suasana dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia semakin menurun (http://blog.uin-malang.ac.id/fityanku/masalah-pendidikan-di-indonesia)

Menurut Daryanto (2012:37) Mutu pendidikan dengan sendirinya tercermin dari mutu sumber daya manusia, dimana sumber daya manusia kita pada umumnya masih rendah, berarti mutu pendidikan pun mayoritas masih rendah. Masyarakat beranggapan bahwa keberhasilan pendidikan hanya diukur

(2)

oleh hasil tes. Proses pembelajaran di dalam kelas kurang mendapat perhatian dari orang tua dan dari pemerintah. Umumnya pembelajaran dilakukan dalam bentuk satu arah. Guru beranggapan tugasnya hanya mentransfer pengetahuan yang dimiliki kepada siswa, dengan target tersampaikannya topik-topik yang tertulis dalam dokumen kurikulum kepada siswa. Seringkali guru tidak memberi inspirasi kepada siswa untuk berkreasi dan tidak melatih siswa untuk hidup mandiri. Pelajaran yang disajikan guru kurang menantang siswa untuk berpikir. Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas tidak ada yang tahu kecuali guru itu sendiri. Akibatnya siswa tidak menyenangi pelajaran. Jika fenomena ini dibiarkan berlanjut, tidak lama lagi pendidikan di Indonesia akan hancur.

Mata pelajaran matematika menjadi materi penting karena melibatkan kemampuan kognitif siswa. Sebagai pengetahuan, matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara lain abstrak, deduktif, konsisten, hierarkis, dan logis. Gatot Muhestyo, (2011) menyatakan bahwa keabstrakan objek dasar matematika yang tidak sederhana menyebabkan matematika tidak mudah untuk dipelajari, dan pada akhirnya banyak siswa yang kurang tertarik terhadap matematika . Hasil belajar matematika yang baik akan sangat sulit diperoleh tanpa meningkatkan dan mengandalkan pembelajaran matematika yang berkualitas serta menuntun siswa agar mau berpikir, sebab belajar matematika berkaitan erat dengan proses berpikir. Disinilah peran guru dibutuhkan yaitu memfasilitasi siswa agar mereka mau berpikir. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan adalah lemahnya proses pembelajaran.

Suatu proses belajar yang telah dilakukan oleh guru dapat dikatakan berhasil jika dilihat dari nilai yang diperoleh siswa pada saat melakukan tes formatif mencapai nilai ketuntasan minimal. Dari hasil pengamatan penulis di SD N Harjosari 02 mendapati bahwa nilai ulangan harian siswa kelas 4 tahun ajaran 2012/2013 pada mata pelajaran matematika lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai mata pelajaran yang lainnya. Data nilai yang penulis peroleh dari guru kelas 4 SD N Harjosari 02 dari 42 siswa terdapat 19 siswa (45%) yang memperoleh nilai dengan ketuntasan minimal yaitu diatas 60 sedangkan sisanya

(3)

sebanyak 23 (55%) orang siswa yang belum mencapai ketuntasan minimal yaitu di bawah 60.

Pada umumnya dalam proses pembelajaran di kelas 4 SD N Harjosari 02, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas hanya diarahkan pada kemampuan untuk menghafal informasi. Kegiatan pembelajaran di kelas masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang umumnya hanya berpusat pada guru. Dimana guru berperan aktif untuk menjelaskan materi pembelajaran tanpa melibatkan siswa untuk berpikir sehingga siswa hanya menjadi pendengar. Disinilah kemampuan berpikir kritis dari siswa akan menurun. Hal ini dapat berakibat pada hasil belajar dan motivasi belajar yang tidak maksimal.

Berdasarkan uraian tentang pemasalahan pembelajaran konvensional, peneliti beranggapan bahwa perlu ada suatu model pembelajaran khususnya untuk mata pelajaran metematika, yang dapat membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir guna pencapaian hasil belajar dan motivasi belajar yang lebih baik. Salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran problem posing. Model pembelajaran ini melatih siswa untuk bisa mengembangkan kemampuan menggunakan pola pikir matematika, keterampilan menyelesaikan soal, dan memecahkan masalah yang akhirnya bisa menumbuhkan sikap positif siswa terhadap matematika. Sehingga penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Dan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran Problem Posing Pada Siswa Kelas 4 SD N Harjosari 02 Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013 ”.

1.2. Permasalahan penelitian

Dari hasil observasi yang telah peneliti lakukan pada siswa kelas 4 SD N Harjosari 02 Tahun Pelajaran 2012/2013, kegiatan pembelajaran di kelas masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang hanya berpusat pada guru, dimana guru berperan aktif untuk menjelaskan materi pembelajaran tanpa

(4)

melibatkan siswa, sehingga siswa hanya menjadi pendengar dan kemampuan berpikir kritis siswa akan menurun. Hal ini berakibat pada hasil belajar dan motivasi belajar siswa yang tidak optimal.

Jumlah seluruh siswa Kelas 4 SD N Harjosari 02 Tahun Pelajaran 2012/2013 adalah 42 siswa, dari data hasil belajar yang peneliti peroleh terdapat 19 siswa (45%) telah mencapai KKM sedangkan sisanya sebanyak 23 siswa (55%) belum mencapai KKM dengan nilai KKM adalah 60. Sedangkan data rata-rata motivasi seluruh siswa adalah 52,09 yang tergolong dalam motivasi rendah Oleh karena itu, perlu perbaikan dengan menggunakan model pembelajaran problem posing untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar siswa.

1.3. Cara Pemecahan Masalah

Model pembelajaran problem posing mendidik siswa bersikap kritis, serta merangsang siswa agar aktif dalam pembelajaran serta melatih siswa belajar menganalisis suatu masalah dan mendidik anak percaya pada diri sendiri. Melaui model pembelajaran problem posing, siswa berpartisipasi secara langsung bekerja di dalam kelompoknya dengan rincian kegiatan mengajukan soal, mempresenatsikan soal temuannya dan penarikan kesimpulan dengan begitu akan mempengaruhi pencapain hasil belajar dan motivasi belajar siswa.

1.4. Rumusan Masalah

Masalah dirumuskan sebagai berikut:

1. “Apakah hasil belajar dan motivasi belajar mata pelajaran matematika kelas 4 SD N Harjosari 02 semester II tahun pelajaran 2012/2013 dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran problem posing?”.

2. “Bagaimana model pembelajaran problem posing dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar siswa kelas 4 SD N Harjosari 02 semester II pada mata pelajaran matematika?”.

(5)

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. 5. 1 Tujuan

1. Untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar siswa kelas 4 SD N Harjosari 02 semester II tahun pelajaran 2012/2013 dengan menggunakan model pembelajaran problem posing pada mata pelajaran matematika.

2. Melalui cara penggunaan model pembelajaran problem posing dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar siswa kelas 4 SD N Harjosari 02 semester II tahun pelajaran 2012/2013 pada pelajaran matematika.

1. 5. 2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: a. Guru

Melalui model pembelajaran problem posing diharapkan dapat menjadi salah satu masukan alternatif bagi guru untuk menyajikan pelajaran matematika secara menarik di dalam kelas. Disamping itu, agar guru terlatih untuk selalu menggunakan model pembelajaran yang kreatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika.

b. Siswa

Siswa dapat mengalami pembelajaran yang lebih aktif dalam pembelajaran problem posing, dimana proses pembelajaran tidak hanya terpusat pada guru. Serta melatih kemampuan untuk mengajukan soal dari fakta-fakta yang disajikan.

c. Sekolah

Melalui model pembelajaran problem posing ini dapat memberi masukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar dalam pelaksanaan pembelajaran.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan dapat dapat memberikan gambaran tentang proses pencarian makna hidup supaya lansia lajang sehingga dapat memberikan masukan dan sumbangan pengetahuan

Topik 4: Analisa Kurikulum Lama dan Kurikulum Baru Pendidikan Islam Sekolah Rendah dan Pengenalan Kurikulum Standart Sekolah Rendah.  Kurikulum Lama Sek

Untuk menentukan kapasitas produksi yang direncanakan, akan menggunakan data referensi dari Unit Usaha fillet ‘Patin Kita’ yang merupakan unit usaha yang sejenis dengan

Pada dasarnya, tujuan suatu sistem informasi berbasis komputer adalah untuk membantu manajemen dalam menyelesaikan masalah manajerial atau organisasi secara lebih cepat dan

Manajer proyek bekerja dengan sponsor proyek, tim poryek, dan lain orang yang terkait dalam proyek untuk mencapai tujuan.  Setiap proyek menghadapi hambatan dalam

Global Positioning System atau yang biasa disingkat dengan GPS adalah alat navigasi elektronik yang menerima informasi dari 4 - 12 satelit sehingga GPS bisa memperhitungkan posisi

No. a) Klaster pertama terdiri dari Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus, Way Kanan, Pringsewu, dan Pesisir Barat. b) Klaster kedua beranggotakan Kabupaten Lampung Selatan,

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI PUBERTAS PADA SISWI KELAS VII SMP NEGERI 1.. TEMPURAN MAGELANG