Penelitian ini dilakukan dengan objek penelitian adalah akuntan publik (auditor) yang bekerja dikantor akuntan publik Wilayah Jakarta Barat. Auditor yang terlibat dalam penelitian ini adalah auditor junior, auditor senior, partner, dan manager.
Pengumpulan data tersebut dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner penelitian secara langsung kepada responden dengan mendatangi Kantor Akuntan Publlik yang berada di Wilayah Jakarta Barat. Penyebaran dilakukan pada bulan Januari 2016 dan dilakukan pada 11 Kantor Akuntan Publik yang berada di Wilayah Jakarta Barat, dengan distribusi sebagai berikut:
Tabel 4.1 Tabel Daftar KAP No Nama Kantor Akuntan
Publik Alamat Kantor Akuntan Publik
1. KAP Soejatna, Mulyana & Rekan
Kompleks Rukan Taman Meruya Blok M No.78, Jak-Bar
2. KAP Sukrisno, Sarwoko & Sandjaja
Ruko Central Greenville No.2, Tanjung Duren, Jak-Bar
3. KAP Idris & Sudiharto Total Buliding Lantai 8 Suite 808, Tomang, Grogol, Jak-Bar
4. KAP Michelle Kristian Ruko City Square Blok F No.11, Kalideres, Jak-Bar
5. KAP Tjhin Tjiap Liung & Rekan
Jl.Mandala Utara No. 604 Tomang, Jak-Bar 6. KAP Dra. Rosalia Hawani, MM
& Rekan
Jl.Keagungan No. 60 Taman Sari, Jak-Bar
7. KAP Firmansyah Jl.Bambu Aur No.11, Bojong Indah, Jak-Bar
9. KAP Drs. Daniel Kodirun Toman II Blok 45 No.16 Jl. Haji Lebar, Meruya Utara, Jak-Bar
10. KAP Riza, Adi, Syahril & Rekan
Jl.Anggrek Garuda Raya No.9 Slipi, Jak-Bar 11. KAP Faisal Riza, AK, CA,
CPA
Jl.Joglo Raya Blok H.7 No.37 Botanic Junction, Jak-Bar
Sumber : Data diolah, (2016)
Dari 11 (Sebelas) Kantor Akuntan Publik diatas telah tersebar kuesioner yang berjumlah 100 kuesioner. Jumlah yang dikembalikan berjumlah 90, dan yang tidak kembali berjumlah 10 kuesioner.
Tabel 4.2
Tabel Jumlah Kuesioner No Nama Kantor Akuntan Publik Kuesioner Yang
Disebar
Kuesioner Yang Kembali
1. KAP Soejatna, Mulyana & Rekan
10 10
2. KAP Sukrisno, Sarwoko & Sandjaja
10 10
3. KAP Idris & Sudiharto 5 5
4. KAP Michelle Kristian 10 10
5. KAP Tjhin Tjiap Liung & Rekan 10 10
6. KAP Dra. Rosalia Hawani, MM & Rekan
10 10
7. KAP Firmansyah 10 10
8. KAP Drs. Chaeroni & Rekan 10 10
9. KAP Drs. Daniel Kodirun 10 10
10. KAP Riza, Adi, Syahril & Rekan
10 10
Berdasarkan dengan data yang telah disebar kepada Auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik yang berada di Jakarta Barat dengan total kuesioner 100 yang diantarkan langsung kepada auditor masing-masing KAP di Jakarta Barat. Dari 100 kuesioner ada 10 kuesioner yang tidak dapat digunakan, diantaranya 4 kuesioner data tidak lengkap dikarenakan kurang ketelitian dalam mengisi kuesioner dan 6 kuesioner lainnya tidak di isi. Hal ini memungkinkan banyak auditor yang sedang bertugas di luar kota, berikut ini adalah tabel pengembalian kuesioner sebagai berikut :
Tabel 4.3
Rincian Pengiriman Pengembalian Kuesioner
Keterangan Jumlah
Kuesioner yang dikirim 100
Kuesioner yang kembali 100
Kuesioner yang tidak dapat digunakan 10
Kuesioner yang digunakan 90
Sumber : Data diolah, (2016)
1. Karakteristik Profil Responden
Responden penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta Barat. Berikut ini adalah deskripsi mengenai identitas responden penelitian yang terdiri jenis kelamin, umur, jabatan, dan pendidikan terakhir.
a. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Auditor
Berdasarkan jenis kelamin dibagi menjadi 2 (dua) kategori, yaitu : Pria dan Wanita. Dengan melihat tabel 4.4 dibawah ini kita dapat melihat presentase responden pria dan responden wanita.
Tabel 4.4
Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Auditor
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Laki-laki 49 54,4 54,4 54,4
Perempuan 41 45,6 45,6 100,0
Total 90 100,0 100,0
Sumber : Data diolah (2016)
Hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin (Tabel 4.3) menunjukan bahwa jumlah auditor yang paling banyak adalah auditor pria sebanyak 49 orang atau (54,4%), dan jumlah auditor wanita sebanyak 41 atau (45,6%). Berdasarkan hal ini menunjukan bahwa secara keseluruhan rata-rata yang bekerja di Kantor Akuntan Publik Jakarta Barat adalah pria dikarenakan pekerjaan auditor itu memerlukan waktu lembur, sehingga lebih banyak pria dibandingkan wanita.
b. Profil Responden Berdasarkan Umur Auditor
Berdasarkan umur dibagi menjadi 4 (empat) kategori, yaitu dari kurang dari 25 tahun, antara 26 sampai 35 tahun, antara 36-55 tahun dan lebih dari 55 tahun. Dengan melihat tabel 4.5 dibawah ini dapat kita lihat presentase responden berdasarkan umur.
Tabel 4.5
Profil Responden Berdasarkan Umur Auditor
Sumber : Data diolah (2016)
Hasil penelitian berdasarkan umur (Tabel 4.4) menunjukan bahwa jumlah auditor yang berumur kurang dari 25 tahun sebanyak 36 orang atau (40%), sedangkan berumur 26-35 tahun sebanyak 50 orang atau (55,6%), sedangkan berumur 36-55 tahun sebanyak 4 orang atau (4,4%). Dapat disimpulkan bahwa semakin banyaknya umur semakin banyak keahlian dan pengetahuan yang dimiliki oleh seorang auditor dan akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan auditor.
c. Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Auditor
Berdasarkan pendidikan terakhir dibagi menjadi 4 (empat) kategori, yaitu : D3, S1, S2, S3. Dengan melihat tabel 4.6 dibawah ini kita dapat melihat presentase responden berdasarkan pendidikan terakhir.
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid <25 tahun 36 40,0 40,0 40,0 26-35 tahun 50 55,6 55,6 95,6 36-55 tahun 4 4,4 4,4 100,0 Total 90 100,0 100,0
Tabel 4.6
Profil Berdasarkan Pendidikan Terakhir Auditor
Sumber : Data diolah (2016)
Hasil penelitian berdasarkan pendidikan terakhir (Tabel 4.5) menunjukan bahwa jumlah auditor memiliki tingkat pendidikan Diploma sebanyak 3 orang atau (3,3%), pendidikan S1 sebanyak 71 orang atau (78,9%), pendidikan S2 sebanyak 16 orang atau (17,8%) dan S3 tidak ada. Dapat disimpulkan bahwa, semakin tinggi tingkat pendidikannya maka akan semakin baik dalam mengambil keputusan dan semakin banyak keahlian yang didapat.
d. Profil Responden Berdasarkan Jabatan
Berdasarkan jabatan didalam Kantor Akuntan Publik terdapat 4 Jabatan, yaitu : sebagai partner, senior auditor, junior auditor, manager.
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid D3 3 3,3 3,3 3,3 S1 71 78,9 78,9 82,2 S2 16 17,8 17,8 100,0 Total 90 100,0 100,0
Tabel 4.7
Profil Responden Berdasarkam Jabatan Jabatan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Junior 63 70,0 70,0 70,0 Manager 1 1,1 1,1 71,1 Partner 2 2,2 2,2 73,3 Senior 24 26,7 26,7 100,0 Total 90 100,0 100,0
Sumber : Data diolah (2016)
Hasil penelitian berdasarkan jabatan (Tabel 4.7) menunjukan bahwa jabatan sebagai junior auditor lebih banyak yaitu sebanyak 63 orang atau (70%), jabatan manager sebanyak 1 orang atau (1,1%), jabatan sebagai Partner sebanyak 2 orang atau (2,2%), dan jabatan sebagai senior auditor sebanyak 24 orang atau (26,7%). Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi jabatan yang dimiliki seorang auditor maka semakin tinggi etika profesi, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional terhadap pengambilan keputusan auditor yang dihasilkan.
B.Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini. Gambaran tersebut dapat dilihat dari hasil yang telah dikelola pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.8
Analisis Deskriptif Etika Profesi
NO PERNYATAAN 5 4 3 2 1
SS S N TS STS
1
Jika suatu laporan hasil audit ada kesalahan, auditor mampu mempertanggung jawabkan atas laporan hasil audit tersebut untuk meningkatkan kualitas audit. 9 (10%) 64 (71,1%) 17 (18,9%) 0 (0%) 0 (0%) 2
Auditor tidak dapat diintimidasi oleh orang lain dan tidak tunduk karena tekanan yang dilakukan
orang lain guna
mempengaruhi sikap dan pendapatnya 7 (7,8%) 61 (67,8%) 19 (21,1%) 3 (3,3%) 0 (0%) 3
Auditor selalu menimbang permasalahan berikut akibat-akibatnya dengan seksama 14 (15,5%) 54 (60%) 21 (23,3%) 1 (1,1%) 0 (0%) 4
Auditor tidak boeh
memihak kepada siapapun yang mempunyai
kepentingan atas hasil pekerjaannya 9 (10%) 53 (58,9%) 28 (31,1%) 0 (0%) 0 (0%) 5
Dalam aktivitasnya auditor eksternal selalu bersikap objektif 8 (8,9%) 55 (61,1%) 26 (28,9%) 1 (1,1%) 0 (0%) 6
Seorang auditor wajib mengingatkan akuntan lain jika melanggar kode etik
12 (13,3%) 52 (57,8%) 26 (28,9%) 0 (0%) 0 (0%)
7
Untuk menjaga ketaatan terhadap kode etik, perlu
dibentuk Dewan Kehormatan IAI 12 (13,3%) 54 (60%) 24 (26,7%) 0 (0%) 0 (0%)
Tabel 4.8 menunjukan bahwa jumlah data yang dianalisa berjumlah 80 responden. Nilai rata – rata dari Etika Profesi yaitu 26,88 dari 7 butir pertanyaan, dapat disimpulkan bahwa mean dari per butir pertanyaan adalah 3,84, yang bermakna bahwa responden rata – rata memberikan jawaban setuju (4) dalam setiap butir pertanyaan.
Tabel 4.9
Analisis Deskriptif Kecerdasan Intelektual
NO PERNYATAAN 5 4 3 2 1
SS S N TS STS
1
Saya memiliki kemampuan berkomunikasi secara urut, runtun, tertata, tepat, sistematis dalam penepatan posisi diri 8 (8,9%) 61 (67,8%) 21 (23,3%) 0 (0%) 0 (0%) 2 Saya mempunyai kemampuan membaca,
menulis, berbicara, serta menyampaikan pendapat dengan baik 10 (11,1%) 58 (64,4%) 21 (23,3%) 1 (1,1%) 0 (0%) 3
Saya memiliki kemampuan
untuk mengenali, menyambung, dan merangkai kata-kata 12 (13,3%) 52 (57,8%) 26 (28,9%) 0 (0%) 0 (0%)
4
Saya selalu berpikir secara analitis dan kritis dalam
setiap pengambilan keputusan 10 (11,1%) 58 (64,4%) 22 (24,4%) 0 (0%) 0 (0%) 5 Saya mempunyai
kemampuan logika dalam berpikir untuk menemukan fakta yang akurat serta untuk memprediksi resiko yang ada 10 (11,1%) 56 (62,2%) 24 (26,7%) 0 (0%) 0 (0%) 6 Saya mempunyai
kemampuan sangat mahir dalam hal berhitung
9 (10%) 55
(61,1%)
26
(28,9%) 0 (0%) 0 (0%)
Nilai rata – rata dari kecerdasan intelektual yaitu 23,07 dari 6 butir pertanyaan, dapat disimpulkan bahwa mean dari per butir pertanyaan adalah 3,84, yang bermakna bahwa responden rata – rata memberikan jawaban setuju (4) dalam setiap butir pertanyaan.
Tabel 4.10
Analisis Deskriptif Kecerdasan Emosional
NO PERNYATAAN 5 4 3 2 1
SS S N TS STS
1
Saya dapat mengetahui emosi serta kelebihan dan kekurangan yang saya miliki 7 (7,8%) 69 (76,7%) 13 (14,4%) 1 (1,1%) 0 (0%)
2 Saya selalu mengintropeksi diri saya sendiri
11 (12,2%) 58 (64,4%) 19 (21,1%) 2 (2,2%) 0 (0%)
3 Saya dapat memahami penyebab timbulnya emosi
11 (12,2%) 58 (64,4%) 18 (20%) 2 (2,2%) 0 (0%) 4
Saya dapat mengelola dan mengendalikan emosi diri dalam situasi apapun
13 (14,4%)
50
(55,5%) 27 (30%) 0 (0%) 0 (0%)
5 Saya mampu menanggapi
kritik secara efektif 8 (8,9%)
53 (58,9%)
29
(32,2%) 0 (0%) 0 (0%)
6
Saya mampu memotivasi dan memberikan dorongan untuk selalu maju kepada diri sendiri 9 (10%) 47 (52,2%) 33 (36,7%) 1 (1,1%) 0 (0%)
7 Saya selalu bersemangat
untuk meningkatkan prestasi 9 (10%) 58 (64%) 23 (26%) 0 (0%) 0 (0%)
8
Saya selalu berusaha memahami kepentingan orang lain 14 (15,5%) 53 (58,9%) 23 (26%) 0 (0%) 0 (0%)
Nilai rata – rata dari kecerdasan emosional yaitu 30,68 dari 8 butir pertanyaan, dapat disimpulkan bahwa mean dari per butir pertanyaan adalah 3,83, yang bermakna bahwa responden rata – rata memberikan jawaban setuju (4) dalam setiap butir pertanyaan.
Tabel 4.11
Analisis Deskriptif Pengambilan Keputusan Auditor
NO PERNYATAAN 5 4 3 2 1
SS S N TS STS
1
Selalu melihat konsekuensi dari setiap keputusan yang diambil
5 (5,5%) 73 (81,1%)
12
(13,3%) 0 (0%) 0 (0%)
2 Tidak adanya pembatasan
oleh klien sewaktu auditor 6 (6,7%)
64 (71,1%) 19 (21,1%) 1 (1,1%) 0 (0%)
melakukan pemeriksaan
3
Laporan keuangan yang menggambarkan posisi laporan keuangan, hasil usaha, cash flow, equity statement secara wajar
merupakan dasar pengambilan keputusan 7 (7,8%) 47 (52,2%) 36 (40%) 0 (0%) 0 (0%) 4
Tidak adanya kesalahan dalam pelaporan keuangan atau hal lain yang memungkinkan menimbulkan salah penafsiran 7 (7,8%) 45 (50%) 36 (40%) 1 (1,1%) 1 (1,1%) 5
Dibutuhkan pendapat wajar tanpa pengecualian terhadap perusahaan go public
6
Seorang auditor
memberikan opini wajar dengan modifikasi jika terdapat laporan yang melibatkan pendapat auditor lain 6 (6,7%) 50 (55,5%) 32 (35,5%) 2 (2,2%) 0 (0%) 7 Adanya ketidakwajaran laporan keuangan dikarenakan ketidakpastian yang terdapat dalam pos-pos laporan keuangan
8 (8,9%) 49 (54,4%)
33
(36,7%) 0 (0%) 0 (0%)
Nilai rata – rata dari pengambilan keputusan auditor yaitu 26,11 dari 7 butir pertanyaan, dapat disimpulkan bahwa mean dari per butir pertanyaan adalah 3,73, yang bermakna bahwa responden rata – rata memberikan jawaban setuju (4) dalam setiap butir pertanyaan.
C. Hasil Analisis Pengujian Data
Jika data telah terkumpul dan telah diseleksi, maka selanjutnya melakukan pengujian terhadap data-data tersebut.
1. Uji Validitas
Data penelitian ini diolah dengan menggunakan software program versi 21.0. uji signifikan dilakukan dengan membandingkan nilai r-hitung dengan r-tabel. Nilai validitas dapat dilihat dari nilai Corrected Item-Total Correlation. Suatu pernyataan dikatakan valid, jika nilai r-hitung yang merupakan nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari r-tabel didapat df (degree of freedom) adalah n-2=90-2=88 dengan taraf 5% sehingga didapat r-tabel 0,2072. Jika r-hitung lebih besar dari r-tabel dan nilai positif maka dinyatakan valid. Hasil uji validitas dapat dilihat di tabel 4.9-4.12, sebagai berikut :
Tabel 4.12
Hasil Uji Validitas Variabel Etika Profesi (X1)
Variabel Pernyataan Koefisien Korelasi (Pearson Correlation)
r Tabel Keterangan
EF 1 0,722 0,2072 Valid
Etika Profesi EF 2 0,600 0,2072 Valid
EF 3 0,743 0,2072 Valid
EF 5 0,698 0,2072 Valid
EF 6 0,686 0,2072 Valid
EF 7 0,719 0,2072 Valid
Sumber : Data diolah (2016)
Tabel 4.12 menunjukan bahwa indikator yang digunakan untuk mengukur variabel Etika Profesi (X1) dalam penelitian ini dinyatakan sebagai item yang valid. Diperoleh bahwa indikator—indikator variabel Etika Profesi (X1) yang digunakan dalam penelitian ini semuanya memiliki nilai r-hitung yang lebih besar dari 0,2072 yaitu r-tabel untuk sampel sebanyak 90.
Tabel 4.13
Hasil Uji Validitas Variabel Kecerdasan Intelektual (X2)
Variabel Pernyataan Koefisien Korelasi (Pearson Correlation) r Tabel Keterangan KI 1 0,714 0,2072 Valid Kecerdasan Intelektual KI 2 0,646 0,2072 Valid KI 3 0,711 0,2072 Valid KI 4 0,726 0,2072 Valid KI 5 0,799 0,2072 Valid KI 6 0,713 0,2072 Valid
Tabel 4.13 menunjukan bahwa indikator yang digunakan untuk mengukur variabel Kecerdasan Intelektual (X2) dalam penelitian ini dinyatakan sebagai item yang valid. Diperoleh bahwa dari indikator-indikator variabel Kecerdasan Intelektual (X2) yang digunakan dalam penelitian ini semuanya memiliki r-hitung yang lebih besar dari 0,2072 yaitu r-tabel untuk sampel sebanyak 90.
Tabel 4.14
Hasil Uji Validitas Variabel Kecerdasan Emosional (X3)
Variabel Pernyataan Koefisien Korelasi (Pearson Correlation) r Tabel Keterangan KE 1 0,696 0,2072 Valid Kecerdasan Emosional KE 2 0,685 0,2072 Valid KE 3 0,734 0,2072 Valid KE 4 0,638 0,2072 Valid KE 5 0,692 0,2072 Valid KE 6 0,815 0,2072 Valid KE 7 0,547 0,2072 Valid KE 8 0,630 0,2072 Valid
Tabel 4.14 menunjukan bahwa indikator yang digunakan untuk mengukur variabel Kecerdasan Emosional (X3) dalam penelitian ini dinyatakan sebagai item yang valid. Diperoleh bahwa dari indikator-indikator variabel Kecerdasan Emosional (X3) yang digunakan dalam penelitian ini semuanya memiliki r-hitung yang lebih besar dari 0,2072 yaitu r-tabel untuk sampel sebanyak 90.
Tabel 4.15
Hasil Uji Validitas Variabel Pengambilan Keputusan Auditor (Y)
Variabel Pernyataan Koefisien Korelasi (Pearson Correlation) r Tabel Keterangan PKA 1 0,589 0,2072 Valid Pengambilan Keputusan Auditor PKA 2 0,633 0,2072 Valid PKA 3 0,653 0,2072 Valid PKA 4 0,735 0,2072 Valid PKA 5 0,692 0,2072 Valid PKA 6 0,765 0,2072 Valid PKA 7 0,752 0,2072 Valid
Tabel 4.15 menunjukan bahwa indikator yang digunakan untuk mengukur variabel Pengambilan Keputusan Auditor (Y) dalam penelitian ini dinyatakan sebagai item yang valid. Diperoleh bahwa dari indikator-indikator variabel Pengambilan Keputusan Auditor (Y) yang digunakan dalam penelitian ini semuanya memiliki r-hitung yang lebih besar dari 0,2072 yaitu r-tabel untuk sampel sebanyak 90.
2. Uji Realibilitas
Tabel 4.16 Hasil Uji Realibilitas
Variabel Alpha Cr Alpha Keputusan
Etika Profesi 0,821 0,70 Reliabel
Kecerdasan Intelektual 0,811 0,70 Reliabel
Kecerdasan Emosional 0,833 0,70 Reliabel
Pengambila Keputusan Auditor 0,816 0,70 Reliabel
Sumber : Data diolah (2016)
Berdasarkan Tabel 4.16 diatas terlihat bahwa variabel Etika Profesi, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Pengambilan Keputusan Auditor dinyatakan Reliabel. Hal ini dikarenakan nilai Cronbach Alpha dari variabel tersebut lebih besar dari 0,70. Kondisi ini juga memberikan arti bahwa seluruh variabel tersebut dapat digunakan pada analisis selanjutnya.
D. Hasil Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas
Uji Normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan one sample kolmogorov smirnov yang dapat dilihat pada signifikansi, apabila nilai sig > 0,05 maka data dikatakan terdistribusi dengan normal.
Tabel 4.17 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 90
Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation 2,45854917
Most Extreme Differences
Absolute ,083
Positive ,083
Negative -,030
Kolmogorov-Smirnov Z ,784
Asymp. Sig. (2-tailed) ,571
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Data diolah (2016)
Dari data diatas diketahui nilai kolmogorov smirnov Z adalah 0,784 dan signifikansi pada 0,571 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi normal.
2. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen yang lain dalam satu model regresi linier. Uji multikolonieritas dilakukan dengan cara (1) nilai tolerance > 0,10 dan (2) nilai VIF < 10 maka tidak terjadi gejala multikolonieritas. Dibawah ini adalah hasil pengujian multikolonieritas.
Tabel 4.18
Hasil Uji Multikolonieritas
Deteksi Multikolonieritas pada suatu model dikatakan terbebas dari beberapa hal, adalah jika nilai variance inflation factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai toleransi tidak kurang dari 0,10 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolonieritas.
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Cons tant) 10,072 2,946 3,419 ,001 EF ,195 ,128 ,199 1,523 ,131 ,482 2,074 KI -,047 ,150 -,041 -,310 ,757 ,474 2,110 KE ,387 ,087 ,450 4,431 ,000 ,801 1,248
a. Dependent Variable: PKA
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variabel dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut heteroskedastisitas.
Dalam penelitian ini, untuk melihat adanya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat pola grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID), jika grafik yang diperoleh membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), grafik scatterplot dapat dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas.
Sumber : Data diolah (2016)
Gambar 4.1 Grafik Scatterplot
Dari hasil output SPSS diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Maka dari hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam penelitian ini.
E. Hasil Uji Analisis Linear Berganda
Persamaan regresi berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel bebas yaitu Etika Profesi, Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional Terhadap variabel terikat yaitu Pengambilan Keputusan Auditor. Sehingga dapat diketahui pengaruh yang paling kuat hingga yang paling lemah. Berikut tabel menentukan persamaan regresi :
Tabel 4.19
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Sumber : Data diolah (2016)
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta 1 (Constant) 10,072 2,946 EF ,195 ,128 ,199 KI -,047 ,150 -,041 KE ,387 ,087 ,450
Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui bahwa nilai koefisien dari persamaan regresi dari output tersebut didapatkan model persamaan regresi sebagai berikut :
Y=α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + е
Y=10,072 + 0,195 X1 - O,047 X2 + 0,387 X3 + е
Keterangan :
Y = Pengambilan Keputusan Auditor
α = Konstanta β = Koefisien Regresi X1 = Etika Profesi X2 = Kecerdasan Intelektual X3 = Kecerdasan Emosional е = Error
Hasil persamaan regresi tersebut mengandung makna bahwa jika Etika Profesi (X1), Kecerdasan Intelektual (X2), dan Kecerdasan Emosional (X3), dikesampingkan atau bernilai nol maka pengambilan keputusan auditor dianggap konstan 10,072.
Koefisien bernilai positif artinya terdapat hubungan positif antara variabel Etika Profesi Auditor terhadap Pengambilan Keputusan Auditor, jadi
semakin besar Etika Profesi Auditor maka semakin tinggi Pengambilan Keputusan Auditor, begitupun sebaliknya.
Koefisien regresi variabel Kecerdasan Intelektual menunjukkan tanda negatif di depan koefisien, hal ini berarti variabel Kecerdasan Intelektual memiliki pengaruh negatif terhadap Pengambilan Keputusan Auditor.
Koefisien bernilai positif artinya terdapat hubungan positif antara variabel Kecerdasan Emosional Auditor terhadap Pengambilan Keputusan Auditor, jadi semakin besar Kecerdasan Emosional Auditor maka semakin tinggi Pengambilan Keputusan Auditor, begitupun sebaliknya.
F. Hasil Uji Hipotesis
1. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel depeden. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu (0<R<1).
Tabel 4.20
Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb Mode l R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,538a ,289 ,264 2,5011
a. Predictors: (Constant), KE, EF, KI b. Dependent Variable: PKA
Dari tabel diatas diketahui besarnya adjusted R² adalah 0,264. Hal ini berarti 26,4% variabel Pengambilan Keputusan Auditor dapat dijelaskan oleh ketiga variabel Etika Profesi, Kecerdasan Intelektual, dan Kecerdasan Emosional. Sedangkan sisanya (100% - 26,4% = 73,6%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar Standar Error of The Estimate (SEE) sebesar 2,5011. Dimana semakin kecil nilai SEE maka akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
2. Uji F (Pengujian Secara Bersama)
Uji F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel bebas (independen) yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat (dependen).
Tabel 4.21
Uji F (Uji Secara Bersama) ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 218,932 3 72,977 11,666 ,000b
Residual 537,957 86 6,255
Total 756,889 89
a. Dependent Variable: PKA b. Predictors: (Constant), KE, EF, KI Sumber : Data diolah (2016)
Dari tabel 4.18 tampak bahwa nilai F hitung pada model penelitian sebesar 11,666 dengan taraf signifikansi 0,000. Nilai signifikansi berada
dibawah 0,05 yang menunjukan bahwa variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan auditor.
3. Uji t (Pengujian Secara Parsial)
Uji t yaitu pengujian yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara parsial atau individual berpengaruh terhadap variabel dependen. Nilai signifikan < 0,05 maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
Tabel 4.22 Uji t (Uji Parsial)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 10,072 2,946 3,419 ,001 EF ,195 ,128 ,199 1,523 ,131 KI -,047 ,150 -,041 -,310 ,757 KE ,387 ,087 ,450 4,431 ,000
a. Dependent Variable: PKA Sumber : Data diolah 2016
Berdasarkan tabel 4.22 dapat disimpulkan mengenai uji hipotesis dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.
Variabel yang pertama Etika Profesi tidak berpengaruh terhadap Pengambilan Keputusan Auditor. Pada output regresi menunjukan nilai probabilitas signifikansi (sig t) variabel Etika Profesi sebesar 0,131 dan lebih
besar dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa Etika Profesi tidak berpengaruh terhadap Pengambilan Keputusan Auditor.
Variabel yang ke-2 Kecerdasan Intelektual berpengaruh terhadap Pengambilan Keputusan Auditor. Pada output regresi menunjukan nilai probabilitas signifikansi (sig t) variabel Kecerdasan Intelektual sebesar 0,757 dan lebih besar dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa Kecerdasan Intelektual tidak berpengaruh terhadap Pengambilan Keputusan Auditor.
Kecerdasan Emosional auditor berpengaruh terhadap Pengambilan Keputusan Auditor. Pada output regresi menunjukan nilai probabilitas signifikansi (sig t) variabel Kecerdasan Intelektual 0,000 dan kecil dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Kecerdasan Intelektual berpengaruh terhadap Pengambilan Keputusan Auditor.
G.Pembahasan Hasil Penelitian
Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Pengaruh Etika Profesi terhadap Pengambilan Keputusan Auditor
Hasil penelitian hipotesis 1 membuktikan bahwa Etika Profesi tidak berpengaruh signfikan secara positif terhadap Pengambilan Keputusan Auditor. Dan hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Yeni Indra Mayeni (2011) yang menunjukan bahwa Etika Profesi tidak berpengaruh terhadap Pengambilan Keputusan Auditor. Ini terjadi karena permasalahan etika profesi yang kurang didukung oleh penerapan Kode Etik IAI dalam
menjalankan profesinya,. Tekanan dari pimpinan dan kurang kompeten bisa menjadi faktor yang membuat seorang auditor sulit mengambil keputusan. sehingga apa yang diharapkan sulit tercapai. Faktor lain yang mungkin menyebabkan tidak signifikan adalah lembaga profesi seperti IAI kurang mengakar pada sistem kebanyakan akuntan publik, sehingga aturan-aturan yang ditetapkan maupun etika yang ditegakkan menjadi kurang komunikatif dan tidak maksimal untuk diterapkan.
2. Pengaruh Kecerdasan Intelektual terhadap Pengambilan Keputusan Auditor
Hasil penelitian hipotesis 2 membuktikan bahwa Kecerdasan Intelektual tidak berpengaruh signifikan secara negatif terhadap Pengambilan Keputusan Auditor. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Henda Sandika Kusuma (2011) yang menunjukan bahwa Kecerdasan Intelektual berpengaruh terhadap Pengambilan Keputusan. Orang yang hanya memiliki kecerdasan intelektual saja belum tentu pandai dalam mengambil keputusan, karena tekanan dari pimpinan bisa menjadi faktor yang membuat auditor mempertimbangkan dalam mengambil keputusan. Kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan akal saja, padahal yang diperlukan sebenarnya adalah bagaimana mengembangkan kecerdasan lainnya sehingga mampu memberikan keputusan yang tepat.
3. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Pengambilan Keputusan Auditor
Hasil penelitian hipotesis 3 membuktikan bahwa Kecerdasan Emosional berpengaruh signifikan secara positif terhadap Pengambilan Keputusan Auditor. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Henda Sandika Kusuma (2011) yang mengemukakan bahwa Kecerdasan Emosional berpengaruh terhadap Pengambilan Keputusan Auditor. Penggunaan kecerdasan emosional yang efektif akan membuat karyawan tepat dalam mengambil keputusan. Dengan demikian, dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Kecerdasan Emosional sangat penting bagi seorang auditor dalam pengambilan keputusan.