• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMANFAATANAN POSYANDU LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA KEDONDONG KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMANFAATANAN POSYANDU LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA KEDONDONG KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL ILMIAH

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMANFAATANAN POSYANDU LANJUT USIA (LANSIA)

DI DESA KEDONDONG KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

Oleh :

CITRA HADI KURNIATI, M.Keb (0621078501)

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO MARET 2014

(2)

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMANFAATANAN POSYANDU LANJUT USIA (LANSIA)

DI DESA KEDONDONG KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

Citra Hadi Kurniati

Program Studi Kebidanan DIII Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

ABSTRAK

Pendahuluan Lanjut usia (lansia) merupakan masa dimana individu menjadi tua dan seluruh organ tubuh mulai tidak berfungsi dengan baik. Salah satu upaya pemerintah dalam menyediakan fasilitas kesehatan bagi penduduk yang berusia lanjut yaitu dengan mengadakan posyandu lansia. Tujuan dari posyandu lansia yaitu meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut di masyarakat, untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna bagi keluarga, dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelayanan kesehatan dan komunikasi antara masyarakat usia lanjut. Tetapi pada kenyataannya kunjungan usia lanjut ke posyandu lansia masih sangat rendah.

Tujuan Penelitian Menganalisa faktor – faktor yang mempengaruhi rendahnya pemanfaatan posyandu lansia di Desa Kedondong, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas

Jenis Penelitian Analitik observasional, dengan rancangan penelitian korelasional. Metode pendekatan dengan menggunakan cross-sectional. Populasinya yaitu seluruh lansia di Desa Kedondong Kecamatan Sokaraja. Pengolahan data dilakukan untuk menganalisis hubungan empat variabel tersebut dengan uji Chi Square (χ2).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh peran kader terhadap rendahnya pemanfaatan posyandu lansia dengan X² hitung sebesar 10,749 dengan nilai p valeu = 0,005, Ada pengaruh pengetahuan lansia terhadap rendahnya pemanfaatan posyandu lansia dengan X² hitung sebesar 9,431 dengan nilai p valeu

= 0,009. Ada pengaruh dukungan keluarga terhadap rendahnya pemanfaatan posyandu lansia dengan X² hitung sebesar 10,205 dengan nilai p valeu = 0,006. Kesimpulan Terdapat pengaruh antara peran kader, pengetahuan lansia, dan dukungan keluarga terhadap rendahnya pemanfaatan posyandu lansia.

Kata Kunci : peran kader, pengetahuan lansia, dukungan keluarga, dan posyandu lansia

(3)

FACTORS AFFECTING THE LOW UTILIZATION OF ELDERLY POSYANDU (Integrated Health Service Center) IN KEDONDONG

VILLAGE SOKARAJA BANYUMAS

Citra Hadi Kurniati

Midwifery DIII Department Health Science Faculty, University of Muhammadiyah Purwokerto

ABSTRACT

Background Eldery is an era when some one becomes old and his body organ does not fanction properly anymore. One of the government’s efforts in providing the facility for the elderlies health was by providing posyandu for elderly. The aim of the elderly posyandu was to improve health level and health service for elderly in society, to have happy old times and useful for family, and improve the society’s role in health service and communication among elderly society. However, in fact,the elderly visit to elderly posyandu was still very low.

Aims Analyze factors affecting the low utilization of elderly posyandu in kendondong village, sokaraja banyumas.

Method Analytical observational, with correlation research design. The method used was by cross-sectional approach. The population was all elderly in kedondong village, sokaraja banyumas. The data analysis wa done to analyze the correlation of three variables with chi square test (x2).

Findings Showed that there was an improvement of cadre’s role toward the low utilization of elderly posyandu with X2 count 10,749 with p value= 0,005. There was an effect of the elderly’s knowledge toward the low utilization of elderly posyandu with X2 count 9,431 with p value=0,009. There was an effect of family support role toward the low utilization of elderly posyandu with X2 count 10,205 with p value = 0,006

Conclusion There were some effects of cadre’s role, elderly’s knowledge, and family support toward role toward the low utilization of elderly posyandu.

(4)

1. Latar belakang

Masalah kesehatan merupakan masalah penting yang tengah di hadapi oleh masyarakat saat ini terutama yang tengah menimpa kaum wanita. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia, serta memiliki konstribusi yang besar untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia. Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan masyarakat. Upaya untuk meningkatkan status kesehatan usia lanjut (lansia) di Indonesia merupakan salah satu program prioritas dan merupakan indikator keberhasilan pembangunan kesehatan (Suparmanto, 2006).

Masa lanjut usia adalah masa dimana individu dapat merasakan kesatuan, integritas dan refleksi dari kehidupannya. Jika tidak, ini akan menimbulkan ketimpangan dan bahkan dapat mengakibatkan semacam penyakit kejiwaan. Jika ini terjadi maka keadaan masyarakat juga terganggu dimana lansia sebagai penguat transformator nilai dan norma berkurang baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Latifah, 2010).

Data lansia yang diperoleh dari Dinas Sosial Propinsi Jawa Tengah. sesuai data BPS tahun 2011 jumlah penduduk Jawa Tengah mencapai 32.643.612 Jiwa. dari jumlah ini, 3.375.069 jiwa atau 10,3 % merupakan orang lanjut usia. dari jumlah lansia yang di Jawa Tengah sebanyak 172.381 orang atau 5,1 % merupakan lansia terlantar.

Masyarakat kita saat ini memandang para lanjut usia sebagai orang-orang yang lemah, kurang produktif, kurang menarik, kurang energik, mudah lupa, mudah sakit dibandingkan dengan mereka yang masih dalam usia muda. Salah satu upaya pemerintah dalam menyediakan fasilitas kesehatan bagi penduduk yang berusia lanjut antara lain adalah dengan mengadakan posyandu lansia. Adapun tujuan dari pembentukan posyandu lansia yaitu meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut di masyarakat, untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna bagi keluarga, dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelayanan kesehatan dan komunikasi

(5)

antara masyarakat usia lanjut. Tetapi pada kenyataannya kunjungan usia lanjut ke posyandu lansia masih sangat rendah.

Berdasarkan penelitian dari Frans Juniardi (2012) bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kunjungan lansia ke posyandu lansia. Faktor-faktor tersebut yaitu pengetahuan lansia, jarak rumah dengan lokasi posyandu, sarana dan prasarana yang kurang memadai, kurangnya informasi tentang posyandu lansia, ekonomi dan penghasilan, kurangnya dukungan keluarga, sikap dan perilaku lansia yang tertutup, dan adanya fasilitas lain yang diberikan pemerintah.

Islam mengajarkan pada umatnya agar berbuat baik kepada kedua orang tua, memberikan penjagaan, pemeliharaan di hari tuanya dan mengucapkan kepada keduanya perkataan yang mulia . Adapun ayat Al-Quran yang berhubungan dengan kecemasan yaitu ada dalam QS.Al Israa ayat 23-24 : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".

Berdasarkan studi pendahuluan ada 3 Posyandu di Desa Kedondong ditemukan bahwa jumlah peserta yang mengikuti posyandu lansia semakin menurun setiap bulannya. Data menyebutkan bahwa kunjungan posyandu lansia menurun sekitar 5 % dibandingkan bulan- bulan sebelumnya. Berdasarkan uraian diatas, peneliti sangat tertarik meneliti apakah Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia (Lansia) Di Desa Kedondong, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas tahun 2014.

(6)

2. Perumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan yang akan diteliti adalah Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia di Desa Kedondong, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas?

3. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui peran kader dalam pemanfaatan posyandu lanjut usia di Desa Kedondong, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas.

b. Mengetahui tingkat pengetahuan lansia dalam pemanfaatan posyandu lanjut usia di Desa Kedondong, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas.

c. Mengetahui dukungan keluarga terhadap pemanfaatan posyandu lanjut usia di Desa Kedondong, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. 4. Tinjauan Pustaka

a. Pengertian Posyandu Lansia

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. Kegiatan posyandu adalah perwujudan dari peran serta masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan mereka.

Posyandu lansia adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia khususnya lanjut usia (Depkes, 2000).

Posyandu Lansia atau Kelopok Usia Lanjut (POKSILA) adalah suatu wadah pelayanan bagi usia lanjut di masyarakat, dimana proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif (Soekidjo Notoatmodjo, 2007).

(7)

Usia lanjut atau lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, yang secara fisik terlihat berbeda dengan kelompok umur lainnya (Depkes RI, 2003)

b. Tujuan Posyandu Lansia

Adapun tujuan dari dibentuknya posyandu lansia menurut Azrul (1998), yaitu :

1) Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas fisik sesuai kemampuan dan aktifitas mental yang mendukung

2) Memelihara kemandirian secara maksimal

3) Melaksanakan diagnosa dini secara tepat dan memadai 4) Melaksanakan pengobatan secara tepat

5) Membina lansia dalam bidang kesehatan fisik spiritual 6) Sebagai sarana untuk menyalurkan minat lansia 7) Meningkatkan rasa kebersamaan diantara lansia

8) Meningkatkan kemampuan lansia untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan - kegiatan lain yang menunjang sesuai dengan kebutuhan

c. Sasaran

Sasaran pelaksanaan posyandu lansia yaitu: (1) sasaran langsung, usia lanjut (60-69 tahun), usia lanjut risiko tinggi >70 tahun atau 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).

d. Pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia

Pelayanan kesehatan di kelompok Usia Lanjut meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut sebagai alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman

(8)

Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Usia Lanjut atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di Puskesmas.

e. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan

Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap usia lanjut dikelompok, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan adalah sistem 5 tahapan (5 meja) sebagai berikut:

1) Tahap pertama: pendaftaran anggota Kelompok Usia Lanjut sebelum pelaksanaan pelayanan.

2) Tahap kedua: pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usila, serta penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.

3) Tahap ketiga: pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan, dan pemeriksaan status mental

4) Tahap keempat: pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana)

5) Tahap kelima: pemberian penyuluhan dan konseling

f. Faktor – Faktor yang Berpengaruh

1) Peran Kader

Kader kesehatan atau promotor kesehatan adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dan dari masyarakat yang bertugas mengembangkan masyarakat. Kader adalah seseorang yang karena kecakapannya atau kemampuannya diangkat, dipilih atau ditunjuk untuk mengambil peran dalam kegiatan dan pembinaan posyandu, dan telah mendapat pelatihan tentang KB dan kesehatan. Kader pemberdayaan masyarakat adalah anggota masyarakat desa dan kelurahan yang memiliki pengetahuan, kemampuan, dan kemauan untuk menggerakkan masyarakat berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif (Depkes, 2011).

Berdasarkan Diretorat Bina Peran Serta Masyarakat Depkes RI memberikan batasan bahwa kader adalah warga masyarakat setempat yang

(9)

dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela. Kader posyandu berasal dari anggota masyarakat setempat, dapat membaca dan menulis huruf, berminat dan bersedia menjadi kader, bekerja secara sukarela dan memiliki kemampuan dan waktu luang. Peran kader dalam kegiatan posyandu yaitu berperan aktif dalam kegiatan posyandu dan mengajak masyarakat untuk aktif dalam kegiatan tersebut. Berdasarkan penelitian dari Puji Lestari, dkk (2011) diperoleh hasil bahwa kader berpengaruh terhadap keaktifan kunjungan lansia ke posyandu.

Pelayanan kesehatan di kelompok Usia Lanjut meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut sebagai alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Usia Lanjut atau catatan kondisi kesehatan.

Tugas Kader dalam pelaksanaan Posyandu Lansia adalah Menyiapkan alat dan bahan, Melaksanakan pembagian tugas, Menyiapkan materi/media penyuluhan, Mengundang ibu-ibu untuk datang ke Posyandu, Pendekatan tokoh masyarakat, Mendaftar Lansia, Mencatat Mencatat kegiatan sehari-hari Lansia, Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan Lansia, Membantu petugas kesehatan dalam melakukan pemeriksaan kesehatan dan status mental, serta mengukur tekanan darah Lansia, Memberikan penyuluhan, Membuat catatan kegiatan Posyandu, Kunjungan rumah kepada ibu-ibu yang tidak hadir di Posyandu, Evaluasi bulanan dan perencanaan kegiatan Posyandu (Depkes RI,2003)

2) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, penciuman,

(10)

raba dan rasa. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Selanjutnya menurut pengalaman dan hasil penelitian Rogers dalam Notoatmodjo (2003), dijelaskan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Hal ini sesuai dengan Supriyatno (2000), yang menggemukakan bahwa pengetahuan yang salah tentang tujuan dan manfaat posyandu dapat menimbulkan salah persepsi yang akhirnya kunjungan lansia keposyandu rendah.

Sosialisai mengenai program posyandu lansia akan menambah wawasan lansia mengenai pentingnya mengikuti posyandu lansia. Dengan mengikuti kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia. Berdasarkan penelitian dari Naucie dan Wiwi (2011) terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap lansia terhadap pemeliharaan kesehatan.

3) Dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah sebagai adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan atau menolong orang dengan sikap menerima kondisinya, dukungan keluarga tersebut diperoleh dari individu maupun kelompok. Dukungan keluarga sangat mempengaruhi dalam memotivasi seseorang. Misalnya : menghormati dan menghargai orang lain, mengajaknya dalam acara keluarga dan pemeriksaan kesehatan.

Menurut Chaplan (1976), bentuk dukungan keluarga yaitu memberikan informasi dapat berupa sarana pengarahan dan umpan balik

(11)

tentang bagaimana cara memecahkan masalah antara lain keluarga mengetahui anggota keluarganya telah memasuki masa tua, keluarga mengetahui masalah / penyakit yang biasa terjadi pada orang usia lanjut, keluarga mengetahui sebab-sebab lansia rentan terhadap masalah penyakit keluarga mengenali gejala-gejala yang terjadi apabila lansia mengalami masalah / sakit dan keluarga menganggap perawatan pada orang tua itu penting.

5. Metode Penelitian a. Desain Studi

Rancangan penelitian yaitu analitik observasional, dengan pendekatan

cross sectional

b. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di Desa Kedondong Kecamatan Sokaraja sejumlah 194 responden. Sedangkan jumlah sampel yang

digunakan yaitu menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah sampel yang digunakan adalah setengah dari jumlah seluruh populasi yaitu 97 responden, dimana 48 responden memanfaatkan posyandu lansia dan 49 responden tidak memanfaatkan posyandu lansia.

c. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari Variabel bebas yaitu faktor – faktor yang mempengaruhi pemanfaatan posyandu lansia meliputi peran

kader, pengetahuan responden, dan dukungan keluarga dan variabel terikat

(12)

d. Analisis data

Analisis univariat, untuk mengetahui persentase tiap-tiap variabel, analisis bivariat untuk menganalisis hubungan antara variabel dependen dan independent dengan menggunakan chi Square (X²) dengan tingkat kepercayaan 95%.

6. Hasil Penelitian

Analisis univariat yaitu untuk memperoleh gambaran distribusi

frekuensi dan presentasi dari variabel yang diteliti baik variabel independen

maupun variabel dependen yang meliputi peran kader, pengetahuan lansia,

dukungan keluarga, dan pemanfaatan posyandu.

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Sokaraja I

Variabel Dependen Frekuensi (N) Persentase (%) Peran kader 1. Baik 29 29,9 % 2. Cukup 36 37,1 % 3. Kurang 32 33,3 % Jumlah 97 100 % Pengetahuan lansia 1. Baik 33 34, 0 % 2. Cukup 26 26, 8 % 3. Kurang 38 39,2 % Jumlah 97 100 % Dukungan Keluarga 1. Baik 35 36, 1 % 2. Cukup 23 23, 7 %

(13)

3. Kurang 39 40,2 % Jumlah 97 100 % Pemanfaatan Posyandu 1. Memanfaatkan 48 49,5 % 2. Tidak memanfaatkan 49 50,5 % Jumlah 97 100 %

Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa kelompok peran kader terdapat

29,9% baik, 37,1% cukup dan 33,3% kurang dengan pengetahuan lansia

34,0 % baik, 26,8% cukup dan 39,2 % kurang dengan dukungan deluarga

36,1 % baik, 23,7 % cukup dan 40, 2 % kurang dengan 49,5 % memanfaatkan

dan 50,5% tidak memanfaatkan posyandu.

3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh

masing-masing variabel independen dan dependen. Pengujian analisis bivariat

dilakukan dengan menggunakan uji chi-square secara terperinci dapat dilihat

sebagai berikut :

Tabel 2 Distribusi hubungan peran kader terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Desa Kedondong, Kecamatan Sokaraja

Tabel 2 Tabel hubungan peran kader terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Desa Kedondong, Kecamatan Sokaraja

No Peran Kader Posyandu Lansia Jumlah Memanfaatkan Tidak Memanfaatkan 1. Baik 7 (24,1%) 22 (75,9%) 29 (100%) 2. Cukup 21 (58,3%) 15 (41,7%) 36 (100%) 3. Kurang 20 12 32

(14)

(62,5%) (37,5%) (100%) Jumlah 48 (49,5%) 49 (50,5%) 97 (100%) 10,748² p valeu 0,005

Dari tabel 2 dapat dilihat dari 97 responden, menganggap bahwa peran

kader baik terdapat 7 orang (24,1%) yang berpengaruh memanfaatkan

posyandu dan terdapat 22 orang (75,9%) yang tidak memanfaatkan posyandu.

Peran kader cukup terdapat 21 orang (58,3%) yang berpengaruh

memanfaatkan posyandu dan terdapat 15 orang (41,7%) yang tidak

memanfaatkan posyandu. Peran kader kurang terdapat 20 orang (62,5%) yang

berpengaruh memanfaatkan posyandu dan terdapat 12 orang (37,5%) yang

tidak memanfaatkan posyandu.

Untuk menganalisa hubungan peran kader terhadap pemanfaatan

posyandu lansia tersebut maka dilakukan uji statistik chi-square dengan. Hasil

perhitungan menunjukan X² hitung 10,7482 dengan nilai p valeu = 0,005 kurang dari α = 0,05 maka dinyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara peran kader dengan pemanfaatan posyandu lansia.

Tabel 3 Distribusi hubungan pengetahuan lansia terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Desa Kedondong, Kecamatan Sokaraja

Tabel 3 Tabel hubungan pengetahuan lansia terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Desa Kedondong, Kecamatan Sokaraja

No Pengetahuan Lansia Posyandu Lansia Jumlah Memanfaatkan Tidak Memanfaatkan 1. Baik 11 (33,3%) 22 (66,7%) 33 (100%) 2. Cukup 11 (42,3%) 15 (57,7%) 26 (100%) 3. Kurang 26 (68,4%) 12 (31,6%) 38 (100%) Jumlah 48 49 97

(15)

(49,5%) (50,5%) (100%)

9,431²

p valeu 0,009

Dari tabel 3 dapat dilihat dari 97 responden, menganggap bahwa

pengetahuan lansia baik terdapat 11 orang (33,3%) yang berpengaruh

memanfaatkan posyandu dan terdapat 22 orang (75,9%) yang tidak

memanfaatkan posyandu. Pengetahuan lansia cukup terdapat 11 orang

(42,3%) yang berpengaruh memanfaatkan posyandu dan terdapat 15 orang

(41,7%) yang tidak memanfaatkan posyandu. Pengetahuan lansia kurang

terdapat 26 orang (68,4%) yang berpengaruh memanfaatkan posyandu dan

terdapat 12 orang (37,5%) yang tidak memanfaatkan posyandu.

Untuk menganalisa hubungan peran kader terhadap pemanfaatan

posyandu lansia tersebut maka dilakukan uji statistik chi-square dengan. Hasil

perhitungan menunjukan X² hitung 9,4312 dengan nilai p valeu = 0,009 kurang dari α = 0,05 maka dinyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan lansia dengan pemanfaatan posyandu lansia.

Tabel 4 Distribusi hubungan dukungan keluarga terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Desa Kedondong, Kecamatan Sokaraja

Tabel 4 Tabel hubungan dukungan keluarga terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Desa Kedondong, Kecamatan Sokaraja

No Dukungan Keluarga Posyandu Lansia Jumlah Memanfaatkan Tidak Memanfaatkan 1. Baik 13 (37,1%) 22 (62,9%) 35 (100%) 2. Cukup 8 (34,8%) 15 (65,2%) 23 (100%) 3. Kurang 27 (69,2%) 12 (30,8%) 39 (100%) Jumlah 48 (49,5%) 49 (50,5%) 97 (100%) 10,205²

(16)

p value 0,006

Dari tabel 4 dapat dilihat dari 97 responden, menganggap bahwa

dukungan baik terdapat 13 orang (37,1%) yang berpengaruh memanfaatkan

posyandu dan terdapat 22 orang (75,9%) yang tidak memanfaatkan posyandu.

Dukungan keluarga cukup terdapat 8 orang (34,8%) yang berpengaruh

memanfaatkan posyandu dan terdapat 15 orang (41,7%) yang tidak

memanfaatkan posyandu. Dukungan keluarga kurang terdapat 27 orang

(69,2%) yang berpengaruh memanfaatkan posyandu dan terdapat 12 orang

(37,5%) yang tidak memanfaatkan posyandu.

Untuk menganalisa hubungan peran kader terhadap pemanfaatan

posyandu lansia tersebut maka dilakukan uji statistik chi-square dengan. Hasil

perhitungan menunjukan X² hitung 10,2052 dengan nilai p valeu = 0,006 kurang dari α = 0,05 maka dinyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan posyandu lansia.

7. Pembahasan

a. Pengaruh kader posyandu terhadap pemanfaatan pelayanan posyandu lansia

Berdasarkan analisis univariat menunjukan bahwa kader kesehatan

yang lebih banyak pelayanan posyandu berada di titik sedang dengan

prosentase 37,1 % hasil uji statistic dengan chi-square menunjukan probabilitas (p) lebih kecil dari α (0,005 < 0,05). Hal ini menunjukan adanya pengaruh kader kesehatan terhadap pemanfaatan posyandu lansia.

(17)

Berdasarkan Diretorat Bina Peran Serta Masyarakat Depkes RI

memberikan batasan bahwa kader adalah warga masyarakat setempat yang

dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela.

Kader posyandu berasal dari anggota masyarakat setempat, dapat

membaca dan menulis huruf, berminat dan bersedia menjadi kader, bekerja

secara sukarela dan memiliki kemampuan dan waktu luang. Peran kader

dalam kegiatan posyandu yaitu berperan aktif dalam kegiatan posyandu

dan mengajak masyarakat untuk aktif dalam kegiatan tersebut.

Berdasarkan penelitian dari Puji Lestari, dkk (2011) diperoleh hasil bahwa

kader berpengaruh terhadap keaktifan kunjungan lansia ke posyandu.

Tugas Kader dalam pelaksanaan Posyandu Lansia adalah

Menyiapkan alat dan bahan, Melaksanakan pembagian tugas, Menyiapkan

materi/media penyuluhan, Mengundang ibu-ibu untuk datang ke

Posyandu, Pendekatan tokoh masyarakat, Mendaftar Lansia, Mencatat

Mencatat kegiatan sehari-hari Lansia, Menimbang berat badan dan

mengukur tinggi badan Lansia, Membantu petugas kesehatan dalam

melakukan pemeriksaan kesehatan dan status mental, serta mengukur

tekanan darah Lansia, Memberikan penyuluhan, Membuat catatan

kegiatan Posyandu, Kunjungan rumah kepada ibu-ibu yang tidak hadir di

Posyandu, Evaluasi bulanan dan perencanaan kegiatan Posyandu (Depkes

RI,2003).

b. Pengaruh pengetahuan responden terhadap pemanfaatan posyandu lansia

(18)

Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukan bahwa tingkat

pengetahuan responden terhadap pemanfaatan posyandu lansia dengan

prosentase 34,0 % baik, 26,8% cukup dan 39,2 % kurang. Hasil uji statistic

dengan chi-square menunjukan probabilitas (p) lebih kecil dari α (0,009 <

0,05). Hal ini menunjukan adanya pengaruh pengetahuan responden

terhadap pemanfaatan posyandu lansia.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Naucie dan Wiwi (2011) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap lansia terhadap pemeliharaan kesehatan. Sosialisai

mengenai program posyandu lansia akan menambah wawasan lansia

mengenai pentingnya mengikuti posyandu lansia. Dengan mengikuti

kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang

bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah

kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini,

pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan

sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu

mengikuti kegiatan posyandu lansia.

c. Pengaruh dukungan keluarga terhadap pemanfaatan posyandu lansia

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang

mendapatkan dukungan 36,1 % baik, 23,7 % cukup dan 40, 2 % kurang.

(19)

adanya hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan

pemanfaatan posyandu lansia.

Hal ini disebabkan karena responden dalam penelitian ini

mendapatkan dukungan keluarga baik berupa dukungan emosional,

informative, instrumental, ataupun penghargaan yang baik dari keluarga

ataupun orang terdekat. Segala bentuk sumber informasi yang diterima

oleh responden dapat memberikan rangsangan, penilaian dan pemahaman

tersendiri tentang proses persalinan yang sedang dihadapinya (Yuniar,

2006).

Menurut Chaplan (1976), bentuk dukungan keluarga yaitu

memberikan informasi dapat berupa sarana pengarahan dan umpan balik

tentang bagaimana cara memecahkan masalah antara lain keluarga

mengetahui anggota keluarganya telah memasuki masa tua, keluarga

mengetahui masalah / penyakit yang biasa terjadi pada orang usia lanjut,

keluarga mengetahui sebab-sebab lansia rentan terhadap masalah penyakit

keluarga mengenali gejala-gejala yang terjadi apabila lansia mengalami

masalah / sakit dan keluarga menganggap perawatan pada orang tua itu

penting.

d. Pengaruh pemanfaatan posyandu lansia

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti melakukan

penelitian pada responden yang memanfaatkan posyandu sebesar 49,5 %

dan tidak memanfaatkan 50,5%. Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh

(20)

cenderung menggunakan pelayanan kesehatan meliputi variabel demografi

dan variabel struktur sosial. Meskipun keluarga memberikan predisposisi

untuk pemanfaatan pelayanan kesehatan namun ada beberapa faktor harus

tersedia untuk menunjang pelaksanaan yaitu faktor kemampuan baik dari

keluarga dan dari komunitas misalnya tersedianya fasilitas dan tenaga

pelayanan kesehatan, lamanya menunggu pelayanan serta lamanya waktu

yang digunakan untuk mencapai fasilitas pelayanan tersebut ( Muzaham,

1995).

Fungsi pelayanan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan tidak

dapat lagi seluruhnya ditangani oleh para dokter saja, apalagi keinginan itu

mencakup kelompok masyarakat luas. Para dokter memerlukan bantuan

tenaga paramedic, sanitasi, gizi, ahli ilmu sosial dan juga anggota

masyarakat untuk melaksanakan program kesehatan. Tugas tim kesehatan

ini dapat dibedakan menurut tahap/jenis kesehatan yang di jalankan yaitu

promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi

(Depkes RI, 2006).

8. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis faktor – faktor yang mempengaruhi

rendahnya pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia (Lansia) di Desa Kedondong,

Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas maka peneliti menarik

kesimpulan sebagai berikut :

a. Terdapat hubungan yang signifikan antara peran kader dengan

(21)

b. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan lansia

dengan pemanfaatan posyandu lansia p valeu = 0,009

c. Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan

pemanfaatan posyandu lansia p valeu = 0,006 9. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, terdapat beberapa

saran sebagai berikut

a. Bagi kader kesehatan

Diharapkan kader kesehatan aktif dalam melakukan tugasnya sebagai

promotor kesehatan pada kelompok usia lanjut misalnya mengundang ibu -

ibu lansia untuk datang ke posyandu, dan pendekatan tokoh masyarakat.

b. Keluarga

Diharapkan peran dari anggota keluarga lebih di maksimalkan

misalnya dengan mengingatkan, mengantarkan lansia untuk datang ke tempat

posyandu

c. Tenaga kesehatan

Diharapkan peran dari tenaga kesehatan lebih aktif lagi misalnya aktif

dalam penyuluhan, meningkatkan dan merencanakan program kesehatan yang

mampu memberikan informasi lebih lengkap tentang masa lansia. Hal ini

bertujuan agar lansia dapat mengetahui keluhan yang di rasakan serta

mengatasinya.

Daftar Pustaka

(22)

Dahlan S. 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika

file:///E:/UMP/FILE/IK/jurnal/Kementerian/Kesehatan/Republik/Indonesia.htm

Frans Juniardi. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia Di Puskesmas Batang Beruh Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi.

Manan, E. 2011. Kamus Pintar Kesehatan Wanita. Jogjakarta: Buku Biru. Manuaba, I.B. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC Noucie S Dan Wiwi E. 2011. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Lansia

Mengenai Posbindu Di Rw 07 Desa Kertawangi Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat. Bandung

Nurchasanah, 2009. Ensiklopedi Kesehatan Wanita. Yogyakarta: Familia

Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta

Puji Lestari, dkk. 2011. Beberapa Faktor yang Berperan Terhadap Keaktifan Kunjungan Lansia ke Posyandu Studi Kasus di Desa Tamantirto Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Propinsi DIY. Media Medika Indonesiana. Semarang

Saryono, 2011. Kumpulan Instrumen Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Survey Demografi Kesehatan Indonesia. 2010. Depkes : Jakarta Sugiyono. 2011. Statistik Untuk Penelitian. Jakarta : Alfabeta

Gambar

Tabel  1  Distribusi  Frekuensi  Faktor  –  Faktor  Yang  Mempengaruhi  Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Sokaraja I
Tabel 2  Tabel  hubungan  peran  kader  terhadap  pemanfaatan  posyandu  lansia  di  Desa  Kedondong, Kecamatan Sokaraja
Tabel 3  Tabel hubungan pengetahuan lansia terhadap pemanfaatan posyandu lansia di  Desa Kedondong, Kecamatan Sokaraja
Tabel 4  Tabel hubungan dukungan keluarga terhadap pemanfaatan posyandu lansia di  Desa Kedondong, Kecamatan Sokaraja

Referensi

Dokumen terkait

Dengan hadirnya berbagai merek berdampak positif pada respon konsumen untuk memilih produk yang tersedia di pasar, hal ini menyebabkan menurunnya ekuitas

Telah diujikan pada ujian Proyek Akhir Ahli Madya pada tanggal 4 Februari 2013 dan dinyatakan LULUS pada Program Studi Teknik Mesin Universitas Muria

361 Tahun 2016 tentang Juknis BOS pada Madrasah yang isinya antara lain; Satuan pendidikan harus memiliki Rencana Kerja Jangka Menengah yang disusun 4 tahunan;

(5) Jumlah jurnal internasional bereputasi yang dilanggan; (6) Jumlah jurnal ilmiah di lingkungan UMyang terakreditasi; (7) Jumlah penelitian kerjasama dengan pemerintah daerah;

sebagai  Supervisor  Muda  kemudian  diangkat  menjadi  PNS  pada  tahun  2002  dan  diangkat . sebagai  Widyaiswara pada  tahun  2006 dengan 

It is clear that di€erent forms of business alli- ances have di€erent information needs, but all of them exhibit a staged development of the balance between trust and information as

Di samping itu, Prendergast (2002:3) juga menyatakan, bahwa penelitian tindakan kelas merupakan wahana bagi guru untuk melakukan refleksi dan tindakan

untuk melakukan penelitian tentang “PENGARUH FAKTOR PERSONALITY TERHADAP KEAHLIAN END USER COMPUTING (Survey pada Karyawan dan Mahasiswa STMIK Sinar Nusantara