• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pernikahan Dini - Umiiroh Eka Narwanti BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pernikahan Dini - Umiiroh Eka Narwanti BAB II"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Pernikahan Dini

a. Pengertian

Menurut Dariyo (2003) menikah merupakan hubungan yang bersifat suci/sakral antara pasangan dari seorang pria dan seorang wanita yang telah menginjak atau di anggap telah memiliki umur cukup dewasa dan hubungan tersebut telah di akui secara sah dalam hukum dan secara agama. Menurutnya, kesiapan mental untuk menikah mengandung pengertian kondisi psikologis emosional untuk siap menanggung berbagai resiko yang timbul selama hidup dalam pernikahan, misalnya pembiayaan ekonomi keluarga, memelihara dan mendidik anak-anak, dan membiayai kesehatan keluarga.

(2)

Pernikahan yang ideal untuk perempuan adalah 21–25 tahun sementara laki-laki 25–28 tahun. Karena di usia itu organ reproduksi perempuan secara psikologis sudah berkembang dengan baik dan kuat serta siap untuk melahirkan keturunan secara fisik pun mulai matang. Sementara laki-laki pada usia itu kondisi psikis dan fisiknya sangat kuat, hingga mampu menopang kehidupan keluarga untuk melindungi baik secara psikis emosional, ekonomi dan sosial. Melakukan pernikahan tanpa kesiapan dan pertimbangan yang matang dari satu sisi dapat mengindikasikan sikap tidak affresiatif terhadap makna nikah dan bahkan lebih jauh bisa merupakan pelecehan terhadap kesakralan sebuah pernikahan. Sebagian masyarakat yang melangsungkan perkawinan usia muda ini dipengaruhi karena adanya beberapa faktor-faktor yang mendorong mereka untuk melangsungkan perkawinan usia muda atau di bawah umur (Mohammad, 2005).

(3)

penting. Bila ibu sulit menyesuaikan diri, secara psikologis ibu akan merasakan perasaan mudah tersinggung, jenuh, menyesal, kecewa, menarik diri, menangis, dan kehilangan perhatian terhadap sekeliling

(Ekasari, 2013).

Mewujudkan perkawinan yang bahagia hidup lahir batin, maka diperlukan persiapan yang matang baik persiapan moral maupun materiil. Islam memberikan ancara-ancara dengan kemampuan, yakni kemampuan dalam segala hal baik kemampuan memberi nafkah lahir batin kepada istri dan anaknya maupun kemampuan mengendalikan gejolak emosi yang menguasai dirinya. Pernikahan diusia muda atau dini dimana setiap orang belum matang mental maupun fisik, sering menimbulkan masalah di belakang hari bahkan tidak sedikit berantakan di tengah jalan (Muhdholot, 1995).

(4)

b. Ciri perkembangan remaja saat menikah

Remaja yang menikah baik itu remaja putra maupun remaja putri akan mengalami masa remaja yang diperpendek, sehingga ciri dan tugas perkembangan mereka juga ikut diperpendek dan masuk pada masa dewasa (Monks, 2001).

1) Remaja yang telah menikah akan mengalami suatu periode peralihan yang cukup signifikan. Peralihan yang terjadi adalah beralih dari masa anak-anak menuju masa dewasa, dimana remaja harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan harus mempelajari pola dan sikap baru terutama dalam pernikahan.

2) Remaja yang telah menikah akan mengalami periode perubahan, yaitu meliputi perubahan fisik, emosional, perubahan pola dan minat, perubahan nilai-nilai yang berlaku, dan sikap ambivalen terhadap setiap perubahan.

3) Remaja yang telah menikah, mereka di haruskan masuk pada masa dewasa, tidak lagi pada ambang masa dewasa. Masa remaja mereka menjadi di perpendek dan mereka harus meninggalkan stereotip belasan tahun dan menjadi dewasa.

c. Dampak pernikahan dini

Perubahan peilaku remaja yang makin dapat menerima

(5)

hubungan seksual telah menghasilkan janin dapat mempemgaruhi

psikologis dan fisik (Manuaba, 2008).

1) Dampak Psikologis

Pada usia pernikahan dini yang terjadi di bawah usia 20

tahun dalam keadaan belum matangnya mental seseorang remaja

akan mempengaruhi penerimaan kehamilannya, dimana alat

reproduksi remaja yang belum siap menerima kehamilan, merasa

tersisih dari pergaulan karena dianggap belum mampu membawa

diri, terkadang perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari

keluarga, teman atau lingkungan masyarakat (Sarwono, 2006).

Sejatinya, anak beusia di bawah umur belum paham benar

mengenai hubungan seks dan apa tujuannya. Mereka hanya

melakukan apa yang di haruskan pasangan terhadapnya tanpa

memikirkan hal yang melatarbelakanginya melakukan itu.

Demkian anak akan merasakan penyesalan mendalam dalam

hidupnya (Sarwono, 2006).

Akibatnya, remaja sering murung dan tidak bersemangat.

Bahkan remaja akan merasakan minder untuk bergaul dengan

anak-anak seusianya mengingat setatusnya sebagai istri. Hal ini

biasa disebut depesi berat atau neoritis depresi akibat pernikahan

dini. Dimana terdapat dua jenis depresi kepribadian yaitu pribadi

(6)

Pada pribadi introvert (tertutup) akan membuat remaja

menarik diri dari pergaulan. Remaja menjadi pendiam, tidak mau

bergaul, bahkan menjadi seorang yang schizofrenia atau dalam

bahasa awam yang di kenal orang adalah gila. Sedang depresi berat

pada pribadi ekstrovert (terbuka) sejak kecil, remaja terdorong

melakukan hal-hal aneh untuk melampiaskan amarahnya, seperti

perang piring, anak dicekik dan sebagainya. Psikologis kedua

bentuk depresi sama-sama berbahaya khususnya dalam kasus

pernikahan dini tersebut (Manuaba, 2008).

Pada sisi lain, pernikahan dini juga berdampak negatif pada

keharmonisan keluarga. Hal ini disebabkan oleh kondisi psikologis

yang belum matang, sehingga cenderung labil dan emosional. Pada

usia yang belum matang ini biasanya remaja masih kurang mampu

untuk bersosialisasi dan adaptasi, dikarenakan ego remaja yang

masih tinggi serta belum matangnya sisi kedewasaan untuk

berkeluarga sehingga banyak ditemukannya kasus perceraian yang

merupakan dampak dari mudanya usia untuk menikah (Sarwono,

2006).

2) Dampak Fisik

Fisik atau dalam bahasa Inggris “Body”’ adalah sebuah kata

yang berarti badan/benda dan dapat terlihat oleh mata juga

terdefinisi oleh pikiran. Kata fisik biasanya digunakan untuk suatu

(7)

Dampak fisik dalam pernikahan dini memang sangatlah

besar baik dalam melakukan hubungan seksual ataupun dalam

persalinan. Perkawinan dini yang berlanjut menjadi kehamilan

sangat berdampak negatif pada status kesehatan reproduksinya.

Proses kehamilan yang dapat terjadi anemia yang berdampak berat

badan bayi lahir rendah, intra uteri fetal death, premature, abortus

berulang, perdarahan, untuk proses bersalin terkadang belum

matangnya alat reproduksi membuat keadaan panggul masih

sempit dan sebagainya untuk itu perlu pemantauan dan

pemeriksaan ekstra yang lebih lengkap (Manuaba, 2008).

Selain itu dampak pernikahan dini apabila dilihat dari sisi

fisik dan biologis, juga ditemukan berbagai efek negatif yang bisa

dikatakan berbahaya seperti banyaknya seorang ibu yang

menderita anemia selagi hamil dan melahirkan, sehingga

menyebabkan tingginya angka kematian ibu dan bayi akibat

pernikahan dini (Manuaba, 2008).

Secara medis usia bagus untuk hamil yaitu pada usia 21-35

tahun, maka bila usia kurang meski secara fisik telah menstruasi

dan bisa di buahi, namun bukan berarti siap untuk hamil dan

melahirkan serta memiliki kematangan mental, yakni berpikir dan

dapat menanggulangi resiko-resiko yang akan terjadi pada saat

kehamilan dan persalinan. Seperti misalnya terlambat memutuskan

(8)

persalinan karena minimnya informasi sehingga terlambat

mendapat perawatan yang semestinya (Manuaba, 2008).

Menurut Manuaba (2008), dampak fisik dari pernikahan

diusia muda dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:

a) Dampak bagi ibu

(1) Intra uterin fetal death

Intra uterin fetal death atau kematian janin dalam

kandungan adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda

kehidupan janin dalam kandungan. Keadaan ini sering di

jumpai pada kehamilan di bawah 20 minggu dan sesudah

20 minggu, yaitu ditandai kematian janin bila ibu tidak

merasakan gerakan janin, biasanya berakhir dengan

abortus.

(2) Premature

Persalinan prematur adalah suatu proses kelahiran bayi

sebelum usia kehamilan 37 minggu atau sebelum 3 minggu

dari waktu perkiraan persalinan. Resiko terjadinya

kehamilan premature, antara lain:

(a) Usia ibu saat hamil kurang dari 20 tahun

(b) Wanita dengan gizi yang kurang atau anemia

(9)

(3) Perdarahan

Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan

karena otot rahim yang terlalu lemah dalam proses

involusi.

(4) Kematian ibu

Kematian ibu saat melahirkan disebabkan oleh perdarahan

dan infeksi.

b) Dampak bagi bayi

(1) Kemungkinan janin lahir belum cukup usia kehamilan atau

kurang dari 37 minggu, pada umur kehamilan tersebut

pertumbuhan janin belum sempurna.

(2) BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) yaitu, bayi yang lahir

dengan berat badan kurang dari 2.500 gram. Kebanyakan

hal ini dipengaruhi oleh umur ibu saat hamil kurang dari 20

tahun dan ibu kurang gizi (Manuaba, 2008).

2. Kesiapan Psikologis

Kesiapan psikologis adalah tingkat perkembangan kematangan atau kedewasaan individu, sehingga akan menguntungkan yang bersangkutan untuk mempraktekan sesuatu (Chaplin 2006).

(10)

a. Memiliki kemampuan mengendalikan perasaan diri sendiri.

b. Memiliki kemampuan untuk berhubungan baik dengan orang banyak. c. Bersedia dan mampu menjadi pasangan istimewa dalam hubungan

seksual.

d. Bersedia untuk membina hubungan seksual yang intim. e. Memiliki kelambutan dan kasih sayang kepada orang lain. f. Sensitif terhadap kebutuhan dan perkembangan orang lain.

g. Dapat berkomunikasi secara bebas mengenai pemikiran, perasaan dan harapan.

h. Bersedia berbagi rencana dengan orang lain. i. Bersedia menerima keterbatasan orang lain. j. Realistik terhadap karakteristik orang lain.

k. Memiliki kapasitas yang baik dalam menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan ekonomi.

l. Bersedia menjadi suami atau istri yang bertanggung jawab.

Aspek kesiapan yang dikemukakan oleh Blood (1978) membagi kesiapan menikah menjadi dua bagian yaitu kesiapan pribadi (personal) dan kesiapan situasi (ciscumstantial). Aspek-aspek tersebut adalah :

a. Kesiapan pribadi (personal) 1) Kematangan Emosi

(11)

menjadi seorang yang dewasa. Individu yang telah matang secara emosi maka sudah dapat dikatakan dewasa. Orang dewasa adalah orang yang telah mengembangkan kemampuannya untuk membangun dan memelihara hubungan pribadi. Kematangan melibatkan dua kemampuan yaitu kemampuan untuk memberi dan menerima. Kematangan orang dewasa dapat dilihat dalam hal empati (kemampuan untuk merasakan perasaan orang lain), tanggung jawab, dan stabilitas. Orang dewasa yang memutuskan untuk menikah berarti telah sanggup untuk membangun suatu tanggung jawab dan memasuki suatu komitmen. Komitmen jangka panjang merupakan salah satu bentuk tanggun jawab dalam suatu pernikahan, yang dikaitkan dengan stabilitas kematangan.

(12)

dilakukan adalah latihan fisik yang berat, bermain atau bekerja, tertawa atau menangis (Hurlock, 1999).

2) Kesiapan Usia

Kesiapan usia sama halnya melihat berapakah usia yang cukup untuk menikah. Pada dasarnya usia dikaitkan dengan kedewasaan atau kematangan, karena proses untuk menjadi individu yang matang atau dewasa membutuhkan waktu sampai individu tersebut menjadi dewasa secara emosi atau pribadi. Individu yang telah dewasa dari segi usia tentunya akan memutuskan untuk menikah. Kematangan individu merupakan faktor keberhasilan dalam perkawinan. Usia bukan satu-satunya penentu untuk keberhasilan atau kegagalan dalam suatu pernikahan (Duvall 1971). 3) Kematangan sosial

Kematangan sosial dapat dilihat dari:

(13)

b) Pengalaman hidup sendiri (enough single life), selain seseorang telah cukup melakukan kencan, seseorang juga memerlukan waktu untuk hidup mandiri sementara waktu tanpa harus bergantung kepada orang tua. Seorang individu, khususnya wanita merasa perlu untuk membuktikan pada diri mereka sendiri, orang tua, dan pasangan bahwa mereka mampu untuk mengambil keputusan dan mengatur takdirnya sendiri.

Salah satu tugas perkembanganmas remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa diluar lingkungan keluarga dan sekolah. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial, dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin (Hurlock, 1999).

4) Kesiapan Model Peran

(14)

Orang tua yang memiliki figur suami dan istri yang baik dapat mempengaruhi kesiapan menikah anak-anak mereka. Setiap pasangan perlu mengetahui apa saja peran mereka setelah menikah. Peran yang ditampilkan harus sesuai dengan tugas-tugas mereka sebagai suami ataupun istri.

b. Kesiapan Situasi

1) Kesiapan Sumber finansial

Kesiapan finansial tergantung dari nilai-nilai yang dimiliki masing-masing pasangan. Pasangan yang menikah di usia muda yang masih memiliki penghasilan yang rendah, maka sedikit banyak masih memerlukan bantuan materi dari orang tua. Pasangan seperti ini dikatakan belum mampu mandiri sepenuhnya dalam mengurus rumah tangga yang memungkinkan akan menghadapi masalah yang lebih besar nantinya.

2) Kesiapan Sumber Waktu

(15)

3. Perkembangan

a. Pengertian

Perkembangan (development) adalah bertambahnya

kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil

dari proses pematangan. Disini menyangkut danya proses diferensiasi

dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang

berkmbang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memeuhi

fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan

tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya

(Soetjiningsih, 1998).

Perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang

mengacu pada kualitas fungsi organ-organ jasmaniah, sehingga

penekanan arti perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi

psikologis yang termanifestasi pada kemampuan organ fisiologis

(Purwanti, 2000).

Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami

individu atau organisme menujuu ke tingkat kedewasaannya atau

kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis,

progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah)

maupun psikis (rohaniah) (Mansur, 2011).

Perkembangan adalah suatu proses pematangan majemuk

(16)

termasuk perubahan sosial dan emosi. Proses perkembangan

berhubungan dengan aspek nonfisik seperti kecerdasan, tingkah laku

dan lain-lain (Suryana, 1996)

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan fungsi

tubuh dari yang sederhana ke yang lebih kompleks dalam pola yang

teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.

Dalam perkembangan terdapat proses pematangan sel-sel tubuh,

jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang

sehingga masing-masing dapat melakukan fungsinya. Perkembangan

berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu, seperti

perkembangan emosi, intelektual, kemampuan motorik halus, motorik

kasar, bahasa, dan personal sosial sebagai hasil interaksi dengan

lingkungannya (Adriana, 2011).

b. Ciri-ciri Perkembangan

Menurut Mansur (2011) ciri-ciri perkembangan secara umum yaitu :

1) Terjadi perubahan dalam :

a) Aspek fisik

Perubahan tinggi dan berat badan serta organ-organ tubuh

lainnya.

b) Aspek psikis

Semakin bertambahnya perbendaharaan kata dan matangnya

kemampuan berpikir, mengingat, serta menggunakan

(17)

2) Terjadi perubahan dalam proporsi :

a) Aspek fisik

Proporsi tubuh anak berubah sesuai dengan fase

perkembangannya dan pada usia remaja proporsi tubuh anak

mendekati proporsi tubuh usia dewasa.

b) Aspek psikis

Perubahan imajinasi dari yang fantasi ke realitas, dengan

perubahan perhatiannya dari yang tertuju kepada dirinya

sendiri lalu perlahan-lahan beralih kepada orang lain

(kelompok teman sebaya).

3) Lenyapnya tanda-tanda yang lama :

a) Tanda-tanda fisik

Lenyapnya kelenjar thymus (kelenjar kanak-kanak) yang

terletak pada bagian dada, kelenjar pineal pada bagian bawah

otak, rambut-rambut halus, dan gigi susu.

b) Tanda-tanda psikis

Lenyapnya masa mengoceh (meraban), bentuk gerak-gerik

kanak-kanak (seperti merangkak), dan perilaku impulsif

(dorongan untuk bertindak sebelum berpikir).

4) Diperolehnya tanda-tanda yang baru :

a) Tanda-tanda fisik

Pergantian gigi dan karakteristik seks pada usia remaja, baik

(18)

pada anak laki-laki), maupun sekunder (perubahan pada

anggota tubuh: pinggul dan buah dada pada wanita serta

kumis, jakun, suara pada anak pria)

b) Tanda-tanda psikis

Seperti berkembangnya rasa ingin tahu terutama yang

berhubungan dengan seks, ilmu pengetahuan, nilai-nilai

moral, dan keyakinan beragama.

c. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

Menurut Soetjiningsih (1998) secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu: 1) Faktor Genetik

(19)

genetik ini. Sedangkan di negara yang sedang berkembang, gangguan pertumbuhan selain diakibatkan oleh faktor genetik, juga faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak yang optimal, bahkan kedua faktor ini dapat menyebabkan kematian anak-anak sebelum mencapai usia balita.

Disamping itu, banyak penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan kromosom, seperti sindrom Down, sindrom Turner, dan lain-lain.

2) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan “bio-fisiko-psiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya.

Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi: a) Faktor lingkungan pranatal

(20)

(1) Gizi ibu pada waktu hamil

Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) atau lahir mati dan jarang menyebabkan cacat bawaan. Disamping itu dapat pula menyebabkan hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terkena infeksi, abortus, dan sebagainya.

Anak yang lahir dari ibu yang gizinya kurang dan hidup dilingkungan miskin maka akan mengalami kurang gizi juga dan mudah terkena infeksi dan selanjutnya akan menghasilkan wanita dewasa yang berat dan tinggi badannya kurang pula. Keadaan ini merupakan lingkaran setan yang akan berulang dari generasi ke generasi selama kemiskinan tersebut tidak ditanggulangi.

(2) Mekanis

(21)

(3) Toksin/zat kimia

Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zat teratogen. Misalnya obat-obatan seperti thalidomide, phenitoin, methadion, obat-obat anti kanker,

dan lain sebagainya dapat menyebabkan kelainan bawaan. Demikian pula dengan ibu hamil yang perokok berat/peminum alkohol kronis sering melahirkan bayi berat badan lahir rendah, lahir mati, cacat, atau retardasi mental.

Keracunan logam berat pada ibu hamil, misalnya karena makan ikan yang terkontaminasi merkuri dapat menyebabkan mikrosefali dan palsi serebralis, seperti di Jepang yang dikenal dengan penyakit Minamata.

(4) Endokrin

Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin, adalah somatotropin, hormon plasenta, hormon tiroid, insulin dan peptida-peptida lain dengan aktivitas mirip insulin (Insulin-like growth factors/IGFs).

(22)

Hormon plasenta (human placental lactogen = hormon chorionic somatromammotropie), disekresi oleh

plasenta di pihak ibu dan tidak dapat masuk ke janin. Kegunaannya mungkin dalam fungsi nutrisi plasenta.

Hormon-hormon tiroid seperti TRH (Thyroid Releasing Hormon), TSH (Thyroid Stimulating Hormo),

T3 dan T4 sudah diproduksi oleh janin sejak minggu ke-12. Pengaturan oleh hipofisis sudah terjadi pada minggu ke-13. Kadar hormon ini makin meningkat sampai minggu ke-24, lalu konstan. Perannya belum jelas, tetapi jika terdapat defisiensi hormon tersebut, dapat terjadi gangguan pada pertumbuhan susunan saraf pusat yang dapat mengakibatkan retardasi mental.

Insulin mulai diproduksii oleh janin pada minggu ke-11, lalu meningkat sampai bulan ke-6 dan kemudian konstan. Berfungsi untuk pertumbuhan janin melalui pengaturan keseimbangan glukosa darah, sintesis protein janin, dan pengaruhnya pada pembesaran sel sesudah minggu ke-30. Sedangkan fungsi IGFs pada janin belum diketahui dengan jelas.

(23)

tahun, defisiensi yodium pada waktu hamil, PKU (phenylketonuria), dan lain-lain.

(5) Radiasi

Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan kematian janiin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya. Misalnya pada peristiwa di Hiroshima, Nagasaki dan Chernobyl. Sedangkan efek radiasi pada orang laki-laki, dapat mengakibatkan cacat bawaan pada anaknya.

(6) Infeksi

Infeksi intrauterin yang sring menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex). Sedangkan infeksi lainnya yang juga dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, Coxsackie, Echovirus, malaria, lues, HIV, polio, campak, listeriosis, leptospira, mikoplasma, virus influensa, dan virus hepatitis. Diduga setiap hiperpireksia pada ibu hamil dapat merusak janin.

(7) Stres

(24)

(8) Imunitas

Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus, hidrops fetalis, kern ikterus, atau lahir mati.

(9) Anoksia embrio

Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali pusat, menyebabkan berat badan lahir rendah.

b) Faktor lingkungan post natal

Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri.

(25)

Lingkungan post natal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan menjadi:

(1) Lingkungan biologis (a) Ras/suku bangsa

Pertumbuhan somatik juga dipengaruhi oleh ras/suku bangsa. Bangsa kulit putih/ras Eropa mempunyai pertumbuhan somatik lebih tinggi daripada bangsa Asia.

(b) Jenis kelamin

Dikatakan anak laki-laki lebih sering sakit dibandingkan anak perempuan, tetapi belum diketahui secara pasti mengapa demikian.

(c) Umur

Umur yang paling rawan adalah masa balita, oleh karena pada masa itu anak mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi. Disamping itu masa balita merupakan dasar pembentukan kepribadian anak. Sehingga diperlukan perhatian khusus.

(d) Gizi

(26)

dipengaruhi oleh ketahanan makanan (food security) keluarga. Ketahanan makanan keluarga mencakup pada ketersediaan makanan dan pembagian yang adil makanan dalam keluarga, dimana acapkali kepentingan budaya bertabrakan dengan kepentingan biologis anggota-anggota keluarga. Satu aspek yang penting yang perlu ditambahkan adalah keamanan pangan (food safety) yang mencakup pembebasan makanan dari berbagai “racun” fisika, kimia dan biologis, yang kian mengancam kesehatan manusia. (e) Perawatan kesehatan

Perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja kalau anak sakit, tetapi pemeriksaan kesehatan dan menimbang anak secara rutin setiap bulan, akan menunjang pada tumbuh kembang anak. Oleh karena itu pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan dianjurkan untuk dilakukan secara komprehensif, yang mencakup aspek-aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

(f) Kepekaan terhadap penyakit

(27)

sebelum anak berumur satu tahun sudah mendapat imunisasi BCG, Polio 3 kali, DPT 3 kali, Hepatitis-B 3 kali, dan campak.

(g) Penyakit kronis

Anak yang menderita penyakit menahun akan terganggu tumbuh kembangnya dan pendidikannya, disamping itu anak juga mengalami stres yang berkepanjangan akibat dari penyakitnya.

(h) Fungsi metabolisme

Khusus pada anak, karena adanya perbedaan yang mendasar dalam proses metabolisme pada berbagai umur, maka kebutuhan akan berbagai nutrien harus didasarkan atas perhitungan yang tepat atau setidak-tidaknya setidak-setidak-tidaknya memadai

(i) Hormon

Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap tumbuh kembanga antara lain adalah: “growth hormon”, tiroid, hormon seks, insulin, IGFs

(Insulin-like growth factors), dan hormon yang dihasilkan

(28)

(2) Faktor fisik

(a) Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah

Musim kemarau yang panjang/adanya bencana alam lainnya, dapat berdampak pada tumbuh kembang anak antara lain sebagai akibat gagalnya panen, sehingga banyak anak yang kurang gizi. Demikian pula gondok endemik banyak ditemukan pada daerah pegunungan, dimana air tanahnya kurang mengandung yodium. (b) Sanitasi

Sanitasi lingkungan memiliki peran yang cukup dominan dalam penyediaan lingkungan yang mendukung kesehatan anak dan tumbuh kembangnya.

(29)

menderita sakit, maka tumbuh kembangnya pasti terganggu.

(c) Keadaan rumah: strukttur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian.

Keadaan perumahan yang layak dengan konstruksi bangunan yang tidak membahayakan penghuninya, serta tidak penuh sesak akan menjamin kesehatan penghuninya.

(d) Radiasi

Tumbuh kembang anak dapat terganggu akibat adanya radiasi yang tinggi.

(3) Faktor psikososial (a) Stimulasi

Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang/tidak mendapat stimulasi.

(b) Motivasi belajar

(30)

(c) Ganjaran ataupun hukuman yang wajar

Kalau anak berbuat benar, maka wajib kita memberi ganjaran, misalnyapujian, ciuman, belaian, tepuk tangan dan sebagainya. Ganjaran tersebut akan menimbulkan motivasi yang kuat bagi anak untuk mengulangi tingkah lakunya.

Sedangkan menghukum dengan cara-cara yang wajar kalau anak berbuat salah, masih dibenarkan. Yang penting hukuman harus diberikan secara obyektif, disertai pengertian dan maksud dari hukuman tersebut, bukan hukuman untuk melampiaskan kebencian dan kejengkelan terhadap anak. Sehingga anak tahu mana yang baik dan yang tidak baik, akibatnya akan menimbulkan rasa percaya diri pada anak yang penting untuk perkembangan kepribadian anak kelak kemudian hari.

(d) Kelompok sebaya

(31)

dengan makin meningkatnya kasus-kasus penyalahgunaan obat-obat dan narkoba.

(e) Stres

Stres pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya, misalnya anak akan menarik diri, terlambat bicara, nafsu makan menurun, dan sebagainya.

(f) Sekolah

Dengan adanya wajib belajar 9 tahun sekarang ini, diharapkan setiap anak mendapat kesempatan duduk di bangku sekolah minimal 9 tahun. Sehingga dengan mendapat pendidikan yang baik, maka diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup anak-anak tersebut. Yang masih menjadi masalah sosial saat ini adalah masih banyaknya anak-anak yang terpaksa meninggalkan bangku sekolah karena harus membantu mencari nafkah untuk keluarganya.

(g) Cinta dan kasih sayang

(32)

bisa memberikan kasih sayangnya pula kepada sesamanya.

Sebaliknya kasih sayang yang diberikan secara berlebihan yang menjurus kearah memanjakan, akan menghambat bahkan mematikan perkembangan kepribadian anak. Akibatnya anak akan menjadi manja, kurang mandiri, pemboros, sombong dan kurang bisa menerima kenyataan.

(h) Kualitas interaksi anak-orang tua

(33)

(4) Faktor keluarga dan adat istiadat (a) Pekerjaan/pendapatan keluarga

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder.

(b) Pendidikan ayah/ibu

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya. (c) Jumlah saudara

(34)

tidak terpenuhi. Oleh karena itu Keluarga Berencana tetap diperlukan.

(d) Jenis kelamin dalam keluarga

Pada masyarakat tradisional, wanita mempunyai status yang lebih rendah dibandingkan laki-laki, sehingga angka kematian bayi dan malnutrisi masih tinggi pada wanita. Demikian pula dengan pendidikan, masih banyak ditemukan wanita yang buta huruf.

(e) Stabilitas rumah tangga

Stabilitas dan keharmonisan rumah tangga mempengaruhi tumbuh kembang anak. Tumbuh kembang anak akan berbeda pada keluarga yang harmonis, dibandingkan dengan mereka yang kurang harmonis.

(f) Kepribadian ayah/ibu

Kepribadian ayah dan ibu yang terbuka tentu pengaruhnya berbeda terhadap tumbuh kembang anak, bila dibandingkan dengan mereka yang kepribadiannya tertutup.

(g) Adat-istiadat, norma-norma, tabu-tabu

(35)

Misalnya di Bali karena seringnya upacara agama yang diadakan oleh suatu keluarga, dimana harus disediakan berbagai makanan dan buah-buahan, maka sangat jarang terdapat anak yang gizi buruk karena makanan maupun buah-buahan tersebut akan dimakan bersama setelah selesai upacara.

Demiikian pula dengan norma-norrma maupun tabu-tabu yang berlaku di masyarakat, berpengaruh pula terhadap tumbuh kembang anak.

(h) Agama

Pengajaran agama harus sudah ditanamkan pada anak-anak sedini, karena dengan memahami agama akan menuntun umatnya untuk berbuat kebaikan dan kebajikan.

(i) Urbanisasi

Salah satu dampak dar urbanisasi adalah kemiskinan dengan segala permasalahannya.

(j) Kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak, anggaran, dan lain-lain.

d. Tahap perkembangan sesuai usia

Meadow dan Newell (2005) menyebutkan tahap-tahap

(36)

perkembbangan yaitu postur dan pergerakan, penglihatan dan

manipulasi, pendengaran dan kemampuan bicara, serta perilaku sosial.

Tabel 2.1 Tahap Perkembangan (Meadow dan Newell, 2005)

Usia melangkah di sisi perabotan.

b. Merangkak dengan keempat tugkai. c. Berjalan dengan

tangan dituntun. b. Beberapa kata c. Memahami

beberapa perintah sederhana.

a. Bekerjasama saat

a. Berjalan sendiri dan mengambil sebuah mainan dari lantai tanpa

a. Menggunakan banyak kata. b. Menyebutkan

nama beberapa

b. Naik turun tangga dengan dua kaki tiap anak tangga.

a. Membangun

a. Menggunakan sendok.

dengan satu kaki tiap anak tangga. b. Berdiri dengan satu

kaki selama beberapa saat

a. Membangun

menara dengan sembilan kubus b. Meniru gambar

(37)

4. Anak Usia Toddler (1-3 Tahun)

a. Pengertian

Freud dalam Hidayat (2005) anak usia toddler yaitu usia 1-3

tahun yang berada pada fase anal adalah pada pengeluaran tinja, anak

akan menunjukkan keakuannya dan sangat egoistik, mulai mempelajari

struktur tubuhnya. Pada fase ini tugas yang dilaksanakan anak adalah

latihan kebersihan. Masalah yang dapat diperoleh pada tahap adalah

bersifat obsesif atau ganguan pikiran, pandangan sempit, intrivet dan

dapat bersikap ekstrofet implusif yaitu dorongan membuka diri, tidak

rapi, kurang pengendalian diri.

Erikson dalam Hidayat (2005) anak usia toddler adalah anak

berbeda pada fase mandiri dan malu atau ragu-ragu. Hal ini terlihat

dengan berkembangnya kemampuan anak yaitu dengan belajar untuk

makan atau berpakaian sendiri. Apabila anak tidak mendukung upaya

anak untuk belajar mandiri, maka hal ini dapat menimbulkan rasa malu

atau ragu-ragu akan kemampuannya.

Menurut Wong (1999) toddler merupakan periode waktu antara

usia 12 sampai 36 bulan. Keberhasilan menguasai tugas-tugas

perkembangan pada toddler membutuhkan dasar yang kuat selama

masa pertumbuhan dan memerlukan bimbingan dari orang lain.

Menurut Soetjiningsih (1998) tugas perkembangan pada usia 18

(38)

mengontrol buang air besar dan kecil dan menaruh minat kepada apa

yang diajarkan oleh orang-orang yang lebih besar.

Toddler diharapkan pada penguasaan beberapa tugas penting

khususnya meliputi deferensiasi diri dari orang lain, terutama ibunya,

toleransi terhadap perpisahan dengan orang tua, kemampuan untuk

menunda pencapaian kepusan, pengontrolan fungsi tubuh, penguasaan

perilaku yang dapat diterima secara sosial, komunikasi memiliki

makna verbal, dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain dengan

cara yang tidak terlalu egosentris. Apabila kebutuhan untuk

membentuk dasar kepercayaan telah terpuaskan mereka siap

meninggalkan ketergantungan menjadi memiliki kontrol, mandiri, dan

(39)

B. Kerangka Teori Penelitian

Sumber : Modifikasi Blood (1978), Hurlock (1999), dan Duvall (1971)

C. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Kesiapan psikologis ibu yang menikah usia

dini

Perkembangan Anak Usia toddler

(1-3 tahun) Perkembangan Anak :

1. Motorik Kasar 2. Bahasa

3. Sosial

4. Motorik Halus

Kesiapan situasi a. Kesiapan sumber

finansial

(40)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep dan pengertian tersebut di atas, penulis

merumuskan hipotesis penelitian ini dalam bentuk hipotesis statistik (Ho dan

Ha) sebagai berikut:

Ho : Tidak ada pengaruh kesiapan psikologis ibu yang menikah usia dini

terhadap perkembangan anak usia toddler (1-3 tahun).

Ha : Ada pengaruh kesiapan psikologis ibu yang menikah usia dini terhadap

Gambar

gambar b. Menyebutkan garpu.

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat pendidikan yang rendah pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan dibanding dengan mereka yang tingkat pendidikannya tinggi..

Masa remaja, menurut ciri perkembangannya dibagi menjadi 3 tahap yaitu:.. 1) Masa remaja awal (10-12 tahun), dengan ciri yaitu ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya,

Hal ini juga dikarenakan tugas perkembangan yang sebenarnya pada usia remaja yang harus mereka penuhi adalah masih pada tahap persiapan pernikahan dan keluarga serta

Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, karena pada masa ini remaja telah mengalami

1) Masa remaja sebagai periode penting, karena terjadi perkembangan fisik dan mental yang cepat.. 2) Masa remaja sebagai periode peralihan, yaitu peralihan dari

Seorang remaja putri dikatakan siap dalam menghadapi haid pertama, apabila remaja putri tersebut sudah mendapat informasi atau pengetahuan yang lengkap semenjak masa pubertas

Masalah gizi lain yang banyak terjadi pada remaja khususnya remaja putri adalah kurang zat gizi besi atau anemiab. Body Masa

Sedangkan menurut Papalia dan Olds masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir