BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan ( Knowledge ) 2.1.1 Pengertian
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkatan pengetahuan, yaitu :
1. Tahu ( Know )
Tahu hanya diartikan hanya sebagai recall ( memanggil ) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan.
2. Memahami ( Comprehension )
Memahami suatu obyek bukan sekedar tahu terhadap obyek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan tetapi orang tersebut
harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang obyek yang diketahui orang tersebut.
3. Aplikasi ( Application )
Aplikasi diartikan apabila orang telah memahami obyek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
4. Analisis ( Analysis )
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau obyek yang telah diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram ( bagan ) terhadap pengetahuan atas obyek tersebut.
5. Sintesis ( Synthesis )
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
6. Evaluasi ( Evaluation )
Evaluasi dikaitkan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap obyek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.
2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.
2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
3. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini biasa
mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.
4. Fasilitas
Fasilitas–fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuann seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.
5. Ekonomi
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas–fasilitas sumber informasi.
6. Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan tindakan seseorang terhadap sesuatu.
2.1.3 Cara mengukur pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat tes / kuesioner tentang obyek pengetahuan yang mau diukur. Selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban yang benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 jika salah diberi nilai 0 ( Notoatmodjo, 2003 ).
2.1.4 Pengetahuan Kesehatan ( Health Knowledge )
Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan. Pengetahuan tentang cara-cara memelihara kesehatan ini meliputi : 1. Pengetahuan tentang penyakit menular dan penyakit tidak
menular ( jenis penyakit dan tanda-tandanya atau gejalanya, penyebabnya, cara penularannya, cara pencegahannya, cara mengatasi atau menangani sementara ).
2. Pengetahuan tentang faktor-faktor terkait atau mempengaruhi kesehatan.
3. Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional dan yang tradisional.
4. Pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.
2.2 Tindakan Personal Hygiene
2.2.1 Pengertian Tindakan Personal Hygiene
Setelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang telah di ketahui untuk dilaksanakan atau dipraktekkan. Suatu sikap otomatis tewujud dalam suatu tindakan. Agar terwujud sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung berupa fasilitas dan dukungan dari pihak lain.
Tindakan terdiri dari beberapa tingkat yaitu: 1. Presepsi
Mekanisme mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. Misalnya, seseorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak balitanya
2. Respon Terpimpin
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh. Misalnya, seseorang ibu dapat memasak dengan benar, mulai dari mencuci dan memotong-motongnya, lamanya memasak, menutup pancinya dan sebagainya.
3. Mekanisme
Dapat melakukan sesuatu secara otomatis tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain. Misalnya, seseorang ibu yang sudah mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.
4. Adopsi
Suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu telah dimodifikasikan tanpa mengurangi kebenaran dari tindakan tersebut Misalnya, ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana ( Notoatmodjo, 2007 ).
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti personal yang diartikan perorangan dan hygiene berarti sehat.
Kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri seseorang untuk memelihara kesehatannya. Seseorang tidak dapat melakukan perawatan diri sendiri dipengaruhi kondisi fisik atau keadaan emosional klien.
Menurut Poter. Perry ( 2005 ), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes, 2000 ).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tindakan personal
hygiene adalah suatu sikap optimis yang terwujud dalam suatu
tindakan terhadap cara perawatan diri atau memelihara kesehatan individu yang meliputi perawatan kulit kepala dan rambut, kuku tangan dan kaki, mulut dan gigi, alat kelamin serta perawatan tubuh secara keseluruhan untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
2.2.2 Tujuan Personal Hygiene
Secara umum tujuan personal hygiene antara lain adalah : 1. Mempertahankan kesehatan.
2. Melatih hidup bersih dan sehat.
3. Menimbulkan rasa nyaman dan relaksasi, rasa segar dan menghilangkan kelelahan.
Tujuan perawatan personal hygiene adalah
1. Menghilangkan minyak yang menumpuk, keringat, sel-sel kulit yang mati dan bakteri.
2. Menghilangkan bau badan yang berlebihan. 3. Memelihara integritas permukaan kulit. 4. Menstimulasi sirkulasi / peredaran darah. 5. Meningkatkan perasaan sembuh bagi klien.
6. Memberikan kesempatan pada perawatan untuk mengkaji kondisi kulit klien.
7. Meningkatkan percaya diri seseorang. 8. Menciptakan keindahan.
9. Meningkatkan derajat kesehatan sesorang.
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene
Menurut Depkes ( 2000 : 59 ) faktor–faktor yang mempengaruhi
1. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri begitu juga penampilan umum para santri dapat menggambarkan pentingnya hygiene pada santri tersebut. Dalam penampilan dilingkungan ponpes, para santri sangatlah sederhana. Pakaian hanya dicuci, kering dan dipakai tanpa disetrika, ganti pakaian cukup hanya dengan satu kali sehari, kerudung dapat bergantian dari satu orang ke orang lain. Pakaian yang disetrika hanya pakaian khusus ( seragam sekolah ), pewangi setrika juga dijadikan sebagai pewangi tubuh. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa personal hygiene para santri juga sederhana. 2. Praktik Sosial
Kelompok-kelompok sosial para santri dapat mempengaruhi praktik personal hygiene, termasuk juga dari kebiasaan keluarga. Di dalam lingkungan ponpes terdapat dua bangunan dimana bangunan yang pertama terdiri dari kamar 1 sampai 8 dan bangunan yang kedua terdiri dari kamar 9 sampai 15. Dari hasil wawancara dengan pengurus pondok putri dan hasil survai didapatkan bahwa bangunan pertama hygienenya lebih baik dari pada bangunan kedua, hal ini karena pengaruh kelompok sosial. 3. Status Sosial Ekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang digunakan. Walaupun pada
umumnya status sosial ekonomi para santri menengah ke bawah tetapi para santri dapat menyediakan bahan-bahan yang penting seperti sabun mandi, shampo, pasta gigi dan sikat gigi sendiri tanpa harus bergantian.
4. Pengetahuan
Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Para santri juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan diri. Seringkali, pembelajaran tentang penyakit atau kondisi mendorong para santri untuk meningkatkan hygiene.
5. Budaya
Kepercayaan kebudayaan para santri dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan hygiene. Kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik keperawatan diri yang berbeda pula, tetapi kebudayaan yang dimiliki para santri pada umumnya adalah sama. Mandi dua kali sehari, ganti baju dua kali sehari, cuci rambut dua hari sekali, hanya memakai pakaian dan kerudung milik sendiri. Tetapi budaya diponpes mengubah budaya yang dimiliki para santri yang ada dirumah seperti yang telah peneliti ungkapkan sebelumnya.
6. Kebiasaan Seseorang
Biasanya para santri mandi setelah mereka sholat subuh kemudian mandi lagi setelah pulang dari sekolah ( siang hari ) dan tentunya disore hari mereka tidak mandi lagi. Tetapi ada yang mandi pagi dan sore, dan ada yang mandi hanya satu kali yaitu setelah sholat subuh. Pakaian cukup ganti satu kali dalam sehari begitu juga dengan pemakaian pakaian dalam. Handuk hanya dijemur didalam kamar tanpa terkena sinar matahari. Kerudung juga bisa dipakai oleh siapa saja tanpa dicuci terlebih dahulu. Dalam pemakaian atau memilih produk ( misal : sabun, shampo, sikat gigi dan pasta gigi ) biasanya menurut pilihan pribadi dari masing-masing santri.
7. Kondisi Fisik atau Psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya. Dan kondisi fisik atau psikis para santri diponpes adalah baik, jadi para santri mampu merawat diri tanpa bantuan dari santri lain.
2.2.4 Lingkup Personal Hygiene
Lingkup personal hygiene meliputi antara lain ( Adam, S. :1994 ): 1. Perawatan kulit kepala dan rambut.
Cara-cara merawat kulit kepala dan rambut:
a. Mencuci rambut 1-2 kali seminggu dengan memakai sampo yang cocok
b. Memangkas rambut agar terlihat rapi
c. Menggunakan sisir yang bergerigi besar untuk merapikan rambut keriting dan olesi rambut dengan minyak
d. Tidak menggunakan sisir yang bergerigi tajam karena bisa melikai kulit kepala
e. Memijat kulit kepala pada saat mencuci rambut untuk merangsang pertumbuhan rambut
f. Pada jenis rambut ikal dan keriting, sisir rambut mulai dari bagian ujung sampai ke pangkal dengan pelan dan hati-hati 2. Perawatan kuku kaki dan tangan
Cara-cara merawat kuku
a. Kuku jari tangan dapat dipotong dengan pengikir atau memotongnya dalam bentuk oval atau menikuti bentuk jari. Sedangkan kuku kaki dipotong dalam bentuk lurus
b. Tidak memotong kuku terlalu pendek karena dapat melukai kulit disekitar kuku
c. Tidak membersihkan kotoran dibalik kuku dengan benda tajam, sebab akan merusak jaringan dibawah kuku
d. Memotong kuku seminggu sekali atau sesuai kebutuhan
e. Khusus untuk jari kaki, sebaiknya kuku dipotong segera setelah mandi atau direndam dengan air hangat terlebih dahulu
f. Tidak menggigiti kuku karena dapat merusak jaringan kuku 3. Kebersihan tubuh secara keseluruhan.
Cara-cara merawat tubuh secara keseluruhan:
a. Membiasakan mandi dua kali sehari atau setelah beraktivitas b. Menggunakan sabun yang tidak bersifat iritatif
c. Menyabuni seluruh tubuh terutama lipatan-lipatan kulit, sela-sela jari, ketiak, belakang telinga dll.
d. Tidak gunakan sabun mandi untuk wajah
e. Segera keringkan tubuh dengan handuk yang lembut dari wajah, tangan, badan hingga kaki
4. Kebersihan mulut dan gigi.
Cara-cara merawat gigi dan mulut
a. Tidak makan makanan yang terlalu manis dan asam
b. Tidak menggunakan gigi untuk menggigit atau mencongkel benda keras
c. Menghindari kecelakaan seperti jatuh yang dapat menyebabkan gigi patah
e. Meletakkan sikat gigi pada sudut 450 dipertemuan antara gigi dan gusi dan sikat menghadap kearah yang sama dengan gusi f. Menyikat gigi dari atas kebawah dan seterusnya
g. Memeriksakan gigi secara teratur setiap enam bulan 5. Kebersihan alat kelamin ( genital hygiene ).
Cara-cara merawat genitalia
a. Membersihkan area genitalia eksterna pada saat mandi ( wanita ) b. Perawatan yang sama dilakukan saat mandi terutama pada
mereka yang belum disirkumsisi ( pria )
2.3 Remaja Putri Akhir 2.3.1 Pengertian Remaja
Tahapan perkembangan pada remaja adalah sebagai berikut : a. Masa Remaja Awal Atau Dini Umur 11-13 Tahun
Pada masa remaja awal terdapat ciri-ciri yang menandai pada masa perkembangan ini antara lain : 1 ) Mereka tidak mau lagi disebut anak, sebutan anak di anggap sebagai sesuatu yang merendahkan diri mereka. Tetapi juga tidak mau di katakan dewasa. Hal tersebut di anggap terlalu berat tanggung jawabnya bagi mereka, 2 ) Mereka mulai memisahkan diri dari orang tuanya atau orang-orang dewasa lain yang ada di sekitarnya, 3 ) Mereka membentuk kelompok-kelompok untuk bersaing, antara kelompok yang satu dengan yang lain, 4 ) Mereka mempunyai sifat
mendewasakan tokoh-tokoh yang di pandang sebagai memiliki kelebihan yang di sukainya, 5 ) Pandangannya lebih banyak di arahkan keluar ( ekstrovet ) dan kurang bersedia untuk melihat dan mempercayai dirinya sendiri, 6 ) Mereka berani menghadapi sesuatu tapi kadang-kadang kurang perhitungan dan terkadang melupakan tata susila.
b. Masa Remaja Pertengahan 14-16 Tahun
Pada fase ini, di sebut juga dengan fase negatif atau sikap menolak. Adapun ciri-ciri pada fase ini antara lain, ialah : 1 ) Bersikap serba ragu, tidak pasti, tidak senang, tidak setuju, dan sebagainya, 2 ) Anak sering murung, sedih tetapi ia sendiri tidak mengerti apa sebabnya, 3 ) Sering melamun tak menentu, dan terkadang berputus asa.
c. Masa Remaja Lanjut 17-20 Tahun
Pada fase remaja lanjut, ditandai dengan perubahan jasmani yang disebabkan karena pertumbuhan kelenjar-kelenjar baru, sehingga bagi anak putri perkembangan itu menuju ke arah keibuan dan bagi anak putra mengarah kebapakan
2.3.2 Pengertian Remaja Akhir
Menurut Ahmadi dan Sholeh ( 2005 ) masa remaja akhir adalah masa peralihan dari masa remaja atau masa pemuda ke masa dewasa. Jadi merupakan masa penutup dari masa pemuda, dimana pada masa
ini seseorang sudah dapat mengetahui kondisi dirinya. Mereka sudah mulai membuat rencana kehidupan serta sudah mulai memilih dan menentukan jalan hidup ( way of life ) yang hendak ditemuinya.
Masa remaja akhir oleh Sigmund Freud ( dalam Ahmadi & Sholeh, 2005 ) disebut sebagai “edisi kedua dari situasi Oedipus. Sebab relasi anak muda usia ini masih mengandung banyak unsur yang rumit dan belum terselesaikan, yaitu banyak konflik antara isi psikis yang kontradiktif, terutama sekali pada relasi anak muda dengan orang tua dan obyek cintanya. Menurut Zulkifli ( 2005 ) masa remaja akhir tidak begitu menarik perhatian karena perubahan-perubahan yang masih terjadi tidak begitu hebat jika dibandingkan dengan perubahan yang dialami pada masa pubertas. Perubahan yang terjadi sangat bervariasi, lebih menonjolkan perbedaan perseorangan sehingga sukar mencari-cari sifat yang umum.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa masa remaja akhir adalah masa peralihan dari masa pemuda ke masa dewasa dimana mereka sudah mulai membuat rencana kehidupan serta sudah mulai memilih dan menentukan jalan hidup ( way of life ) yang hendak ditemuinya, tetapi masih mengandung banyak unsur yang rumit dan belum terselesaikan, yaitu banyak konflik antara isi psikis yang kontradiktif, terutama sekali pada relasi anak muda dengan orang tua dan obyek cintanya.
2.3.3 Ciri-ciri Remaja Akhir
Menurut Al-Migwar ( 2006 ) pola-pola tindakan, perasaan pikir dan tingkah laku, remaja akhir memiliki ciri-ciri khas yang membedakannya dengan remaja awal yaitu :
1. Mulai Stabil
Dalam aspek-aspek fisik dan psikis, laki-laki muda dan wanita muda menunjukkan peningkatan kestabilan emosi. Kesempurnaan pertumbuhan bentuk jasmani membedakannya dengan perubahan awal masa remaja awal. Pada masa ini terjadi keseimbangan tubuh dan anggotannya. Begitu pula kestabilan dalam minatnya, menentukan sekolah, jabatan, pakaian, pergaulan dengan sesama maupun lain jenis. Kestabilannya juga terjadi dalam tindakan dan pandangan, artinya merasa relatif tetap atau mantap dan tidak mudah berubah pendirian hanya karena dibujuk atau dihasut, gejala ini mengandung sisi positif. Dibanding masa-masa sebelumnya remaja akhir lebih dapat menyesuaiakan diri dalam banyak aspek kehidupannya. Sedikitnya, ada dua faktor yang berpengaruh terhadap proses kestabilan remaja akhir, yaitu mendidik orang tua dan jarak tempat tinggal antara remaja dengan orangtuanya.
2. Lebih Realitis
Memandang diri lebih tinggi atau lebih rendah dari keadaan yang sebenarnya sering terjadi pada masa remaja awal.
Contohnya, remaja awal memandang dirinya jelek, padahal sebenarnya tampan atau cantik, atau berpandangan sebaliknya. Begitu pula pandangannya terhadap hal lainnya, seperti pakaian, teman sebaya, benda, dan keluarga. Biasanya, mayoritas pandangannya bersifat negatif, seperti merasa rendah, kurang, jelek dari keadaan sebenarnya. Inilah yang dinamakan tidak realistis, sebagai reaksi terhadap rasa tidak puas terhadap apa yang dimilikinya. Berbeda halnya dengan masa remaja akhir, semua fenomena ini menjadi berkurang. Dia mulai menilai dirinya apa adanya, menghargai apa yang dimilikinya, keluarganya, orang-orang lain seperti keadaan yang sebenarnya. Pandangan realistis ini sangat positif karena akan menimbulkan perasaan puas, menjauhkan dirinya dari rasa kecewa, dan menghantarkannya pada puncak kepuasan.
3. Lebih Matang Menghadapi Masalah
Masalah yang dihadapi remaja akhir relatif sama dengan masalah yang dihadapi remaja awal. Cara menghadapi masalah itulah yang membedakannya. Bila masa remaja awal menghadapinya dengan tindakan bingung dan tingkah laku yang tidak efektif, remaja akhir menghadapinya dengan lebih matang. Kematangan ini ditunjukkan dengan usaha pemecahan masalah-masalah yang dihadapi, baik dengan cara sendiri maupun dengan diskusi dengan teman-teman sebaya. Langkah-langkah
pemecahan masalah itu mengarahkan remaja akhir pada tingkah laku yang lebih dapat menyesuaikan diri dalam situasi perasaan sendiri dan lingkungan sekitarnya. Kemampuan berpikir remaja akhir yang telah lebih sempurna dan pandangan yang lebih realitis itulah yang menjadikan remaja akhir mampu memecahkan berbagai masalah secara lebih matang dan realistis, sehingga tidak heran bila mereka merasa tenang.
4. Lebih Tenang Perasaannya
Secara umum, pada paruh akhir masa remaja akhir, remaja lebih tenang dalam menghadapi masalah-masalahnya dibanding pada paruh awal masa remaja akhir. Remaja akhir, jarang memperlihatkan kemarahan, kesedihan dan kecewa sebagaimana terjadi pada masa remaja awal. Remaja akhir telah memiliki kemampuan pikir dan kemampuan menguasai segala perasaannya dalam menghadapi berbagai kekecewaan atau hal-hal lain yang mengakibatkan kemarahan. Dia juga telah berpandangan realistis dalam menentukan tindakan, minat, cita-cita sehingga adanya berbagai kegagalan ditindakaninya dengan tenang.
2.3.4 Tugas Perkembangan Pada Remaja
Masa remaja merupakan masa yang penuh kesukaran, karena selama periode ini individu mempunyai tugas perkembangan sebelum menjadi individu dewasa yang matang. Tugas-tugas ini bervariasi
sesuai dengan budaya individu itu sendiri, dan tujuan hidup mereka. Menurut Bobak ( 2004 ), tugas-tugas perkembangan tersebut antara lain adalah :
1. Menerima citra tubuh. 2. Manerima identitas seksual.
3. Mengembangkan sistem nilai personal. 4. Membuat persiapan untuk hidup mandiri. 5. Menjadi mandiri atau bebas dari orang tua.
6. Mengembangkan keterampilan mengambil keputusan.
7. Mengembangkan identitas menjadi seorang yang lebih dewasa. Salah satu tugas penting remaja adalah mengembangkan kemampuan mengambil keputusan. Keputusan yang berkaitan dengan aktivitas seksual, kehamilan dan menjadi orang tua ( Bobak, 2004 ).
2.4 Kerangka Teori
Berdasarkan landasan teori diatas maka dapat dibentuk kerangka teori yaitu sebagai berikut :
Gambar 2.1 Diagram Kerangka Teori
Tindakan
Personal Hygiene
Pengetahuan Kesehatan
Pengetahuan kesehatan meliputi: 1. Pengetahuan tentang penyakit
menular, tidak menular
2. Pengetahuan faktor yang mempengaruhi kesehatan
3. Pengetahuan fasilitas pelayanan kesehatan profesional maupun tradisional.
4. Pengetahuan menghindari kecelakaan.
( Notoatmodjo S, 2007 )
LingkupPH meliputi:
1. Perawatan kulit kepala, rambut 2. Kebersihan kuku kaki, tangan 3. Kebersihan tubuh secara
keseluruhan.
4. Kebersihan mulut dan gigi. 5. Kebersihan alat kelamin
( genital hygiene ) ( Notoatmodjo S, 2007 )
2.5 Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori diatas maka dapat dibentuk kerangka konsep yaitu sebagai berikut :
Variabel independent Variabel dependent
Gambar 2.2 Diagram Kerangka Konsep 2.6 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah ciri atau sifat atau ukuran yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain atau segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti atau pengelompokan yang logis dari dua atau lebih atribut atau kuantifikasi atau kualifikasi dari suatu konsep.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel independent / variabel bebas
Variabel independent ini merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependent. Dalam penelitian ini variabel independent nya adalah pengetahuan kesehatan.
2. Variabel dependent / variabel terikat
Variabel dependent ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel
dependentnya adalah tindakan personal hygiene.
Pengetahuan kesehatan Tindakan personal
2.7 Hipotesa
Hipotesa dalam penelitian ini adalah ” Ada hubungan antara pengetahuan kesehatan dengan tindakan personal hygiene pada remaja putri akhir diponpes Miftahul ’Ulum Jogoloyo Demak ”.