BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak
2.1.1 Definisi Anak
Anak merupakan individu (klien) dalam keperawatan anak diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari 18 tahun (UU RI, 2002) masih dalam masa tumbung kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan sosiologis, fisik, spiritual, dan sosial, Anak adalah individu yang berada di dalam satu rentang perubahan perkmmbangan dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan di mulai dari bayi (0-1 thn), toddler (1-2,5 thn), pra sekolah (2,5- 5 thn), usia sekolah(5- 11 thn), remaja (11-18 thn). Rentang tersebut berbeda antara anak yang satu dengan lainnya, mengingat latar belakang setiap anak berbeda-beda (Eka Adithia Pratiwi et al., 2021).
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Dalam proses berkembang anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku sosial. Ciri fisik pada semua anak tidak mungkin pertumbuhan fisiknya sama, demikian pula pada perkembangan kognitif adakalanya cepat atau lambat. Perkembangan konsep diri sudah ada sejak bayi akan tetapi belum terbentuk sempurna dan akan mengalami perkembangan seiring bertambahnya usia anak (Yuliastati & Amelia Arnis, 2016).
2.1.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
2.1.2.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan (growth): proses peningkatan yang ada pada diri seseorang yang bersifat kuantitatif, atau peningkatan dalam hal ukuran.
Peningkatan karena kesempurnaan dan bukan karena penambahan bagian yang baru. Pada studi perkembangan motoric cenderung digunakan dalam kaitannya dengan peningkatan ukuran fisik. Contoh pertumbuhan:
6 bertambahnya tinggi badan, bertambahnya lebar panggul, bertambahnya ketebalan dada dan bertambahnya berat badan. Sedangkan perkembangan (development): proses perubahan kapasitas fungsional atau kemampuan kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan yang makin terorganisasi (bisa dikendalikan) dan terspesialisasi (sesuai kemauan fungsinya masing- masing).
Perkembangan bisa terjadi dalam bentuk perubahan kuantitatif dan kualitatif. Perubahan kuantitatif adalah perubahan yang bisa diukur.
Perubahan kualitatif adalah perubahan dalam bentuk: semakin baik, semakin lancar, dsb, yang pada dasarnya tidak bisa diukur.
"Perkembangan" dan "gerak" apabila disatukan menjadi perkembangan gerak, berarti suatu proses sejalan dengan bertambahnya usia dimana secara bertahap dan bersinambung gerakan individu meningkatkan keadaan sederhana, tidak terorganisasi, dan tidak terampil ke arah penampilan keterampilan gerak yang kompleks dan terorganisasi dengan baik dan pada akhirnya menyertai terjadinya proses menua (menjadi tua) dalam kehidupan normal. Contoh perkembangan: bayi belum bisa jalan >
berjalan tertatih-tatih 2 - 3 langkah > lancar sampai beberapa langkah, anak kecil mula-mula baru bisa pegang bola memantulkan bola sekali dua kali ke lantai > menggunakan 2 atau 1 tangan berulang kali (Encep Sudirjo &
Muhammad Nur Alif, 2018).
Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik (kuantitas), sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu yang merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi (kualitas). Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia secara utuh (Yuliastati & Amelia Arnis, 2016).
2.1.2.2 Ciri-ciri Pertumbuhan Anak
Menurut (Yuliastati & Amelia Arnis, 2016) ciri-ciri pertumbuhan anak sebagai berikut ;
1) Perubahan proporsi tubuh pada masa saat dimulai dari bayi sampai dewasa yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2. 1 Ciri Pertumbuhan Pada Manusia
2) Berkurang atau menghilangnya ciri-ciri pertumbuhan yang lama yang kemudian digantikan dengan timbulnya ciri-ciri pertumbuhan yang baru. Perubahan ini bisa ditandai juga dengan copotnya gigi susu dan digantikan dengan gigi permanen. Selain ciri tersebut ada juga ciri-ciri yang lainnya seperti menghilangnya refleks primitif pada saat masih menjadi bayi, timbulnya tanda seks sekunder dan perubahan yang lainnya.
3) Kecepatan pertumbuhan yang tidak teratur, hal ini dapat ditandai dengan ketika pada saat masa-masa tertentu dimana pertumbuhan berlangsung dengan cepat yang terjadi ketika masa prenatal, bayi dan remaja (adolesen). Pertumbuhan berlangsung lambat pada masa pra sekolah dan masa sekolah
2.1.2.3 Ciri-ciri Perkembangan Anak
Menurut (Yuliastati & Amelia Arnis, 2016)ciri-ciri perkebangan anak sebagai berikut ;
8 1) Perkembangan menimbulkan perubahan yaitu perkembangan terjadi seiring bersamaan dengan pertumbuhan, setiap pertumbuhan yang terjadi pada seseorang selalu disertai dengan perubahan fungsi yang dimilikinya, misalnya ; seperti perkembangan intelegensia pada seorang anak akan disertai dengan pertumbuhan otak dan serabut saraf pada anak tersebut.
2) Pertumbuhan dan perkembangan anak pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya ; seorang anak tidak bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum anak tersebut dapat melewati tahapan yang harus ia lewati sebelumnya, contohnya seperti, ada seorang anak tidak bisa berjalan jika sebelumnya dia belum berdiri dan dia tidak bisa berdiri disebabkan karena pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lainnya yang terkait dengan fungsi anak tersebut mengalami perlambatan ataupun terhambat.
Perkembangan awal inilah yang menjadi masa kritis seseorang karena akan menentukan perkembangan dia selanjutnya.
3) Pertumbuhan dan perkembangan setiap orang mempunyai kecepatan yang berbeda dengan yang lainnya ; Sebagaimana dengan pertumbuhan, perkembangan juga mempunyai kecepatan yang berbeda-beda pada setiap orang baik dalam pertumbuhan fisiknya atau perkembangan fungsi organnya. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan setiap anak juga berbeda-beda tidak ada yang sama.
4) Pertumbuhan selalu berhubungan dengan perkembangan, pada saat pertumbuhan terjadi, maka perkembangann pun mengikuti dalam tahapannya. Seperti terjadinya peningkatan kemampuan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain pada seorang anak, sehingga pada anak-anak yang sehat seiring bertambahnya umur anak tersebut maka bertambah pula tinggi dan berat badannya begitupula pada kepandaian anak.
5) Setiap perkembangan anak mempunyai pola yang tetap ; Perkembangan fungsi organ tubuh individu terjadi menurut hukum yang tetap, yaitu :
a) Perkembangan terjadi lebih dulu pada bagian daerah kepala, selanjutnya menuju ke arah kaudal atau anggota tubuh lainnya (pola sefalokaudal) yang mengalami perkembangan.
b) Perkembangan terjadi lebih dulu pada bagian daerah proksimal (gerak kasar) kemudian diikuti dengan perkembangan pada bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).
6) Perkembangan memiliki tahapan yang berurutan ; Tahapan perkembangan pada seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahapan-tahapan tersebut tidak bisa terjadi terbalik, contohnya seperti anak mampu berjalan dahulu sebelum bisa berdiri.
2.1.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Pola pertumbuhan dan perkembangan anak umumnya merupakan interaksi banyak faktor yang saling mempengaruhi. Menurut (Hasnidar et al., 2021) faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal berikut penjelasanya :
1) Faktor dalam (Internal) terdiri dari ;
a) Genetik Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
b) Perbedaan ras, etnik atau bangsa. Tinggi badan orang Eropa akan berbeda dengan orang Indonesia atau bangsa lainnya, sehingga postur tubuh tiap bangsa berlainan.
10 c) Keluarga Ada keluarga yang cenderung mempunyai tubuh
gemuk atau perawakan pendek
d) Umur Masa pranatal, masa bayi dan masa remaja merupakan tahap yang mengalami pertumbuhan cepat dibanding masa lainnya.
e) Jenis kelamin Wanita akan mengalami masa prapubertas lebih dahulu dibanding laki-laki.
f) Kelainan kromosom Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, misalnya Downs sindroma
g) Pengaruh hormon Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa pranatal yaitu saat janin berumur 4 bulan yang mana saat tersebut terjadi pertumbuhan cepat. Hormon yang berpengaruh terutama hormon pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari. Selain itu kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna untuk metabolisma, maturase tulang, gigi dan otak.
2) Faktor lingkungan (eksternal)
Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh, dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu pranatal, natal, dan pasca natal.
a) Faktor pra natal (selama kehamilan)
Faktor lingkungan pranatal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan per kembangan janin mulai dari konsepsi sampai lahir, antara lain:
- Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin, terutama trimester akhir kehamilan
- Mekanis. Posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat menyebabkan kelainan kongenital misalnya club foot
- Toksin, zat kimia. Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi antara lain obat antikanker, rokok, alkohol serta logam berat lainnya
- Kelainan endokrin. Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin, adalah somatotropin, tiroid, insulin, hormone plasenta, peptida peptida lainnya dengan aktivitas mirip insulin. Apabila salah satu dari hormon tersebut mengalami defisiensi maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada pertumbuhan susunan saraf pusat sehingga terjadi retardasi mental, cacat bawaan dan lain-lain
- Radiasi Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya, sedangkan efek radiasi pada orang laki-laki dapat menyebabkan cacat bawaan pada anaknya
- Infeksi setiap hiperpirexia pada ibu hamil dapat merusak janin. Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH (toksoplasma, rubella, cytomegalo virus, herpes simpleks), sedangkan infeksi lainnya yang juga dapat menyebaban penyakit pada janin adalah varisela, malaria, polio, influenza dan lain-lain b) Faktor Natal / Persalinan Riwayat kelahiran dengan vakum
ekstraksi atau forceps dapat menyebabkan trauma kepala pada bayi sehingga berisiko terjadi kerusakan jaringan otak.
12 2.1.2.5 Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan
1) Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan). Masa ini dibagi menjadi 3 periode menurut (Yuliastati
& Amelia Arnis, 2016), yaitu :
a) Masa zigot atau mudigah, adalah sejak saat konsepsi ketika berhubungan suami istri sampai ketika umur kehamilan mencapai usia 2 minggu
b) Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8 atau 12 minggu. Sel telur atau ovum yang telah dibuahi akan dengan sangat cepat akan menjadi suatu organisme, terjadinya diferensiasi yang berlangsung dengan cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh janin
c) Masa janin atau fetus, sejak umur kehamilan 9 sampai 12 minggu sampai masa akhir kehamilan. Masa janin ini terdiri 2 periode yaitu: (1) Masa fetus dini, adalah sejak umur kehamilan ibu mencapai usia 9 minggu sampai trimester ke 2 kehidupan intra uterin. Ketika masa ini terjadinya percepatan pertumbuhan pada janin seperti alat tubuh telah terbentuk dan mulai berfungsi. (2) Masa fetus lanjut, adalah trimester akhir pada dkehamilan. Pada masa ini pertumbuhan berlangsung dengan sangat pesat diikuti dengan perkembangan fungsi organ. Terjadinya transfer imunoglobin G (Ig G) dari darah ibu melalui plasenta pada janin. Akumulasi asam lemak esensial omega 3 (docosa hexanic acid) dan omega 6 (arachidonic acid) pada otak dan retina janin. Pada trimester pertama kehamilan merupakan periode terpenting bagi ibu dan berlangsungnya kehidupan pada janin. Pada masa ini pertumbuhan otak janin akan sangat peka terhadap lingkungan
sekitarnya. Gizi yang kurang dikonsumsi pada ibu saat kehamilannya, infeksi, merokok dan asap rokok, minuman beralkohol, obat-obatan, bahan-bahan toksik, pola asuh, depresi berat, faktor psikologis seperti kekerasan terhadap ibu hamil akan menyebabkan pengaruh yang buruk pada pertumbuhan janin dan kehamilan tersebut.
2) Masa bayi (infancy) umur 0-12 bulan menurut (Hasnidar et al., 2021) sebagai berikut :
a) Umur 1 bulan
- Fisik : Berat badan akan meningkat 150-200 gram/mgg, tinggi badan meningkat 2,5 cm/bulan, lingkar kepala meningkat 1,5cm/bulan. Besarnya kenaikan seperti ini akan berlangsung sampai bayi umur 6 bulan.
- Motorik: Bayi akan mulai berusaha untuk mengangkat kepala dengan dibantu oleh orang tua, tubuh ditengkurapkan, kepala menoleh ke kiri ataupun ke kanan, reflek menghisap, menelan, menggenggam sudah mulai positif.
- Sensoris : Mata mengikuti sinar ke tengah.
- Sosialisasi : Bayi sudah mulai tersenyum pada orang yang ada disekitarnya
b) Umur 2-3 bulan
- Fisik : Fontanel posterior sudah menutup
- Motorik : Mengangkat kepala, dada dan berusaha untuk menahannya sendiri dengan tangan, memasukkan tangan ke mulut, mulai berusaha untuk meraih benda- benda yang menarik yang ada di sekitarnya, bisa didudukkan dengan posisi punggung disokong, mulai asyik bermain- main sendiri dengan tangan dan jarinya.
14 - Sensoris : Sudah bisa mengikuti arah sinar ke tepi, koordinasi ke atas dan ke bawah, mulai mendengarkan suara yang didengarnya.
- Sosialisasi : Mula tertawa pada sescorang, senang jika tertawa keras, menangis sudah mulai berkurang.
c) Umur 4-5 bulan
- Fisik : Berat badan menjadi dua kali dari berat badan lahir, ngeces karena tidak adanya koordinasi menelan saliva.
- Motorik : Jika didudukkan kepala sudah bisa seimbang dan punggung sudah mulai kuat, bila ditengkurapkan sudah bisa mulai miring dan kepala sudah bisa tegak lurus, reflek primitif sudah mulai hilang, berusaha meraih benda sekitar dengan tangannya.
- Sensoris : Sudah bisa mengenal orang-orang yang sering berada didekatnya, akomodasi mata positif.
- Sosialisasi : Senang jika berinteraksi dengan orang lain walaupun belum pernah dilihatnya/dikenalnya, sudah bisa mengeluarkan suara pertanda tidak senang bila mainan/
benda miliknya diambil oleh orang lain d) Umur 6-7 bulan
- Fisik : Berat badan meningkat 90-150 gram/minggu, tinggi badan meningkat 1,25 cm/bulan, lingkar kepala meningkat 0,5 cm/bulan, besarya kenaikan seperti ini akan berlangsung sampai bayi berusia 12 bulan (6 bulan ua), gigi sudah mulai tumbuh
- Motorik : Bayi sudah bisa membalikkan badan sendiri, memindahkan anggota badan dari tangan yang satu ke tangan yang lainnya, mengambil mainan dengan
tangannya, senang memasukkan kaki ke mulut, sudah mulai bisa memasukkan makanan ke mulut sendiri.
- Sosialisasi : Sudah dapat membedakan orang yang dikenalnya dengan yang tidak dikenalnya, jika bersama dengan orang yang belum dikenalnya bayi akan merasa cemas (stagger anxiery), sudah dapat menyebut atau mengeluarkan suara em……em……em.…, bayi biasanya dapat menangis jika terdapat hal-hal yang tidak disenanginya akan tetapi akan cepat tertawa lagi.
e) Umur 8-9 bulan
- Fisik : Sudah bisa duduk dengan sendirinya, koordinasi tangan ke mulut sangat sering, bayi mulai tengkurap sendiri dan mulai belajar untuk merangkak, sudah bisa mengambil benda dengan menggunakan jari-jarinya.
- Sensoris : Bayi tertarik dengan benda-benda keeil yang ada disekitarnya
- Sosialisasi : Bayi mengalami stangger anriety/merasa cemas terhadap hal-hal yang belum dikenalnya (orang asing) sehingga dia akan menangis dan mendorong serta meronta-ronta, merangkul/memeluk orang yang dicintainya, jika dimarahi dia sudah bisa memberikan reaksi menangis dan tidak senang, mulai mengulang kata- kata da.….da…da...da tetapi belum punya arti.
f) Umur 10-12 bulan
- Fisik : Berat badan 3 kali berat badan waktu lahir, gigi bagian atas dan bawah sudah tumbuh.
- Motorik : Sudah mulai belajar berdiri tetapi tidak bertahan lama, belajar berjalan dengan bantuan, sudah bisa berdiri dan duduk sendiri, mulai belajar akan menggunakan
16 sendok akan tetapi lebih senang menggunakan tangan, sudah bisa bermain ci.….luk...ba…., sudah mulai mencoret-coret kertas
- Sensorik : Visual aculty 20-50 positif, sudah dapat membedakan bentuk
- Sosialisasi : Emosi positif, cemburu, marah, lebih senang pada lingkungan yang sudah diketahuinya, merasa takut pada situasi yang asing, mulai mengerti akan perintah sederhana, sudah mengerti namanya sendiri, sudah bisa menyebut abi, ummi.
3) Tumbuh Kembang Toddler umur 1-3 tahun a) Umur 15 bulan
- Motorik kasar: Sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain
- Motorik halus : Sudah bisa memegang cangkir, memasukkan jari ke lubang, membuka kotak, melempar benda
b) Umur 18 bulan
- Motorik kasar: Mulai berlari tetapi mash sering jatuh, menarik-narik mainan, mulai senang naik tangga tetapi masih dengan bantuan
- Motorik halus : Sudah bisa makan dengan menggunakan sendok, bisa membuka halaman buku, belajar menyusun balok-balok.
c) Umur 24 bulan
- Motorik kasar : Berlari sudah baik, dapat naik tangga sendiri dengan kedua kaki tiap tahap
- Motorik halus : Sudah bisa membuka pintu, membuka kunci, menggunting sederhana, minum dengan
menggunakan gelas atau cangkir, sudah dapat menggunakan sendok dengan baik
d) Umur 36 bulan
- Motorik kasar : Sudah bisa naik turn tangga tapa bantuan, memakai baju dengan bantuan, mulai bisa naik sepeda roda tiga
- Motorik halus : Bisa menggambar lingkaran, mencuci tangan sendiri dan menggosok gigi.
4) Tumbuh Kembang Pra Sekolah a) Umur 4 tahun
- Motorik kasar: Berjalan berjinjit, melompat, melompat satu kaki, menangkap bola dan melemparkan dari atas kepala.
- Motorik halus: Sudah bisa menggunakan gunting dengan lancar, sudah bisa menggambar kotak, menggambar garis vertikal maupun horizontal, belajar membuka dan memasang kancing baju.
b) Usia 5 tahun
- Motorik kasar: Berjalan mundur sambil berjinjit, sudah dapat menangkap dan melempar bola dengan baik, sudah dapat melompat dengan kaki secara bergantian.
- Motorik halus: Menulis dengan angka-angka, menulis dengan huruf, menulis dengan kata-kata, belajar menulis nama, belajar mengikat tali sepatu.
- Sosial emosional: Bermain sendiri mulai berkurang, sering berkumpul dengan teman sebaya, interaksi sosial selama bermain meningkat, sudah siap untuk menggunakan alat-alat bermain.
18 - Pertumbuhan fisik: Berat badan meningkat 2,5 kg/tahun,
tinggi badan meningkat 6,75-7,5 cm/tahun 5) Tumbuh Kembang Usia Sekolah
- Motorik: Lebih mampu menggunakan otot-otot kasar daripada otot-otot halus. Misalnya loncat tali, badminton, bola volley, pada akhir masa sekolah motorik halus lebih berkurang, anak laki-laki lebih aktif dari pada anak perempuan.
- Sosial emosional : Mencari lingkungan yang lebih luas schingga sering pergi dari rumah hanya untuk bermain dengan teman, saat ini sekolah sangat berperan untuk membentuk pribadi anak, di sekolah anak harus berinteraksi dengan orang lain selain keluarganya, sehingga peranan guru sangatlah besar.
- Perubahan fisik: Berat badan meningkat 2-3 kg/tahun, tinggi badan meningkat 6-7 cm/tahun.
6) Tumbuh Kembang Remaja
- Pertumbuhan fisik: Merupakan tahap pertumbuhan yang sangat pesat, tinggi badan 25%, berat badan 50%, semua sistem tubuh berubah dan yang paling banyak perubahan adalah sistem endokrin, bagian-bagian tubuh tertentu memanjang, misalnya tangan, kaki, proporsi tubuh memanjang
- Sosial emosional: Kemampuan akan sosialisasi meningkat, relasi dengan teman wanita/pria akan tetapi lebih penting dengan teman yang sejenis, penampilan fisik remaja sangat penting karena mereka supaya diterima oleh kawan dan disamping itu pula persepsi terhadap badannya akan memengaruhi konsep dirinya,
peranan orang tua/keluarga sudah tidak begitu penting tetapi mulai beralih pada teman sebaya.
2.2 Konsep Bronkopneumonia 2.2.1 Definisi Bronkopneumonia
Bronkhopneumonia merupakan salah satu bagian dari penyakit Pneumonia.
Bronchopneumonia (penumonia lobaris) adalah suatu infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah dari parenkim paru yang melibatkan bronkus/bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution) yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing.
Bronkhopneumonia adalah peradangan paru, biasanya dimulai di bronkiolus terminalis. Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk bercak- bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan. Penyakit ini seringnya bersifat sekunder, mengikuti infeksi dari saluran nafas atas, demam pada infeksi spesifik dan penyakit yang melemahkan sistem pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah, pneumonia dapat muncul sebagai infeksi primer. Bronkopenumonia merupakan radang dari saluran pernapasan yang terjadi pada bronkus sampai dengan alveolus paru. Bronkopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi, biasanya sering disebabkan oleh bakteri streptokokus pneumonia dan Hemofilus influenza yang sering ditemukan pada dua pertiga dari hasil isolasi (Samuel, 2014).
Bronkopneumonia adalah jenis pneumonia yang menyebabkan peradangan pada saluran nafas (bronkus) dan kantung udara (alveoli.) Seseorang dengan bronkopneumonia mungkin mengalami kesulitan bernapas karena saluran udara mereka menyempit. Karena peradangan, paru-paru mereka mungkin tidak mendapatkan cukup udara, gejala bronkopneumonia bisa ringan atau berat.
Bronchopneumonia adalah jenis pneumonia, suatu kondisi yang menyebabkan radang paru-paru. Gejala dapat berkisar dari ringan hingga berat dan mungkin
20 termasuk batuk, kesulitan bernapas, dan demam. Penyebabnya termasuk infeksi dada bakteri, virus, atau jamur (Yelne et al., 2021).
2.2.2 Etiologi Bronkopneumonia
Penyebab terbanyaK Bronkopneumonia pada anak adalah bakteri pneumokokus dan virus. Sedangkan pada bayi dan anak kecil sering ditermukan staphylocomlus aureus sebagai penyebab terberat, paling serius dan sangat progresif dengan angka kematian yang tinggi. Proses terjadinya Bronkopneumonia didahului ole terjadinya peradangan pada jaringan par atau alveoli yang biasanya diawali oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari.
Bronkopneumonia disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah:
1) Bakteri (Pneumokokus, Streptokokus, Staphylocomlus, H. Influenza, Klebsiela mycoplasma pneumonia)
2) Virus (virus adena, virus parainfluenza, virus influenza) 3) Jamur (Histoplasma, Capsulatum, Koksidiodes)
4) Protozoa (Pneumokistis karinti) (Septian Andriyani & Veroneka Yosefpa Windahandayani, 2021).
Secara umum bronkopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme pathogen. Orang normal dan shat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas: reflek glottis dan batuk,adanya lapisan mucus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat. Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia, antara lain: Bakteri (streptococcus, staphylococcus, H.
influenza, Klebsiella), virus (legionella Pneumoniae), jamur (aspergillus Spesies, Candida Albicans), aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru dan terjadi karena kongesti paru yang lama (Farida et al., 2017).
Penyebab tersering bronkopneumonia pada anak adalah pneumoniakokus sedang penyebab lainnya antara lainya antara lain: Streptococus
pneumonia, stapilokokus aureus haemophillus influenza, jamur (seperti candida albicans), dan virus. Pada bayi dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab yang berat, serius dan sangat progresif dengan mortalitas tinggi (Sinaga, 2018).
2.2.3 Manisfestasi Klinis Bronkopneumonia
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40 ̊C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang-kadang disertai muntah dan diare.
Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif. Hasil pemeriksaan fisik tergantung dari luas daerah auskultasi yang terkena. Pada perkusi saring ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus dan sedang. Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara pernafasanpada auskultasi terdengar mengeras Bronkopneumonia ditegakkan berdasarkan gejala klinik, menurut (Samuel, 2014)gejala-gejala klinis tersebut antara lain:
1) Adanya retraksi epigastrik, interkostal, suprasternal
2) Adanya pernapasan yang cepat dan pernapasan cuping hidung 3) Biasanya didahului infeksi traktus respiratorius bagian atas selama
beberapa hari
4) Demam, dispneu, kadang disertai muntah dan diare
5) Batuk biasanya tidak pada permulaan penyakit, mungkin terdapat batuk, beberapa hari yang mula-mula kering kemudian menjadi produktif
6) Pada auskultasi ditemukan ronkhi basah halus nyaring
22 7) Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan adanya leukositosis dengan
predominan PMN
8) Pada pemeriksaan rontgen thoraks ditemukan adanya infiltrat interstitial dan infiltrat alveolar serta gambaran bronkopneumonia
2.2.4 Stadium dan Klasifikasi Bronkopneumonia
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme penyebab terhisap ke paru perifer melalui saluran napas menyebabkan reaksi jaringan berupa edema yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman.
Menurut (Samuel, 2014)bronkhopneumonia dalam perjalanan penyakitnya akan menjalani beberapa stadium, yaitu:
1) Stadium kongesti (4-12 jam pertama). Mengacu pada peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler.
Ini terjadi akibat pelepasan mediator peradangan dari sel mast.
Mediator tersebut mencakup histamin dan prostagladin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkanjalur komplemen bekerjasama dengan histamin dan prostagladin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini menyebabkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitial sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus, yang meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
2) Stadium hepatisasi merah (48 jam berikutnya). Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat tidak mengandung udara, warna menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar. Dalam alveolus didapatkan fibrin, leukosit netrofil, eksudat, dan banyak sekali eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek.
3) Stadium hepatisasi kelabu (3-8 hari). Lobus masih tetap padat dan warna merah berubah menjadi pucat kelabu terjadi karena sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi.
Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis pneumococcus, kapiler tidak lagi kongestif.
4) Stadium resolusi (7-11 hari). Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan dan eksudasi lisis. Eksudat berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi lemak.
Fibrin diresorbsi dan menghilang. Proses kerusakan yang terjadi dapat di batasi dengan pemberian antibiotik sedini mungkin agar sistem bronkopulmonal yang tidak terkena dapat diselamatkan.
Berdasarkan pedoman WHO dalam buku (Septian Andriyani & Veroneka Yosefpa Windahandayani, 2021)bronkopneumonia dibedakan berdasarkan:
1) Bronkopneumonia sangat berat: bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik
2) Bronkopneumonia berat: bila dijumpai retraksi tanpa sianosis dan masih sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik
3) Bronkopneumonia: bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat yakni >60 x/menit pada anak usia kurang dari dua bulan;
>50 x/menit pada anak usia 2 bulan-1 tahun; >40 x/menit pada anak usia 1-5 tahun.
4) Bukan bronkopneumonia: hanya batuk tanpa adanya gejala dan tanda seperti di atas, tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotik (Samuel, 2014).
24 2.2.5 Patofisiologi Bronkopneumonia
Infeksi diawali karena seseorang menghirup bakteri yang menyebabkan Bronkopneumonia. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju orga paru-paru lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan bakteri bakteri ini juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang, dan korteks serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas). Selanjutnya, sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi.
Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam orga paru-paru terutama pada bagian lobus atas atau bronko yang menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri. Interaksi antara bakteri dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dining.
Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa, selanjutnya membentuk materi yang penampakannya seperti keju (necrotizing caseosa). Hal in akan menjadi kalsifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi nonaktif. Setelah infeksi awal, jika respons sistem imun tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif. Kemudian mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronkhus. Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut, Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia (Irman Soemantri, 2007).
Penyebab (virus, bakteri, jamur )
Infeksi Saluran Pernapasan
Peristaltik usus meningkat
Malabsorpsi
Diare (D.0020) Infeksi saluran cerna
Kuman terbawa ke saluran cerna Kuman berlebih di
bronkus
Intoleransi aktifitas (D.0056)
Fatique Hipoksia Hipertermi
(D.0130)
Peningkatan suhu tubuh
Analisis gas darah
< normal Eksudat masuk ke
alveoli
Peradangan
Gangguan pertukaran gas (D.0003) Gangguan difusi alveoli
Dilatasi pembuluh darah
Infeksi saluran pernapasan bawah
Intake menurun dan BB menurun Anoreksia Mucus di bronkus
meningkat Akumulasi sekret di
bronkus Proses peradangan
Bersihan jalan nafas tidak efektif
(D.0001) Batuk tidak efetif Mobilisasi yang kurang
Defisit Nutrisi (D.0019)
28 2.2.6 Komplikasi Bronkopneumonia
Menurut (Wulandari & Erawati. 2016) dalam buku (Septian Andriyani &
Veroneka Yosefpa Windahandayani, 2021) komplikasi dari bronkopneumonia adalah sebagai berikut:
1) Atelektasis, merupakan suatu kondisi di mana par par gagal atau tidak dapat mengembang secara sempurna yang disebabkan karena mobilisasi reflek batuk berkurang
2) Empiema, merupakan suatu kondisi terkumpulnya nanah dalam rongga pleura akibat infeksi dari bakteri Bronkopneumonia
3) Abses paru, merupakan infeksi bakteri yang dapat menimbulkan penumpukan pus di dalam paru par yang meradang
4) Endokarditis, merupakan infeksi yang terjadi pada lapisan bagian dalam jantung (endokardium) yang disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam aliran darah
5) Meningitis, merupakan peradangan pada selaput otak dan sumsum tulang belakang yang diakibatkan oleh infeksi bakteri.
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang Bronkopneumonia
Pemeriksaan penunjang atau diagnostik penyakit bronkopneumonia adalah sebagai berikut:
1) Foto thoraks atau Chest x-ray : ditemukan penyebaran bercak konsolidasi pada satu satu atau beberapa lobus
2) Laboratorium, kadar Leukositosis mencapai 15.000-40.000 mm3 dengan pergeseran ke kiri
3) GDA: kemungkinan tidak normal, tergantung luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada
4) Analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolik dengan atau. tidak ada retensi CO2
5) Darah : LED meningkat/ leukositosis, WBC (white blood cell) biasanya kurang dari 20.000 cells mm3 Elektrolit atrium dan klorida mungkin rendah (Septian Andriyani & Veroneka Yosefpa Windahandayani, 2021).
6) Menurut (Irman Soemantri, 2007) bisa dilakukan bronkografi dimana pemeriksaan khusus untuk melihat adanya kerusakan pada daerah bronkus.
2.2.8 Penatalaksanaan Bronkopneumonia
Menurut (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008)penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
1) Pertahankan suhu tubuh dalam batas normal melalui pemberian kompres dan obat penurun demam seperti golongan antipiretik atau analgesik 2) Latihan batuk efektif, fisioterapi paru, obat-obatan ekpetorak dan
bronkodilator, pengisapan lender dan pemberian nebulizer 3) Pemberian oksigenasi yang adekuat
4) Pertahankan kebutuhan cairan 5) Pemberian nutrisi yang adekuat
6) Penatalaksanaan medis dengan cara pemberian pengobatan, apabila ringan tidak perlu diberikan antibiotik, tetapi apabila penyakit berat pasien dapat dirawat inap, maka perlu pemilihan antibiotik berdasarkan usia, keadaan umum, dan kemungkinan penyebab, seperti pemberian penisilin prokain dan kloramfenikol atau kombinasi ampisilin dan kloksasilin, atau eritromisin dan kloramfenikol atau sejenisnya.
2.3 Asuhan Keperawatan Anak dengan Bronkopneumonia Secara Umum 2.3.1 Pengkajian Keperawatan Bronkopneumonia
Pengkajian keperawatan merupakan awal dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data yang akurat dari pasien untuk mengetahui masalah kesehatan yang terjadi. Fase pengkajian merupakan fase yang krusial dalam seluruh proses
30 keperawatan. Apabila terdapat data yang tidak akurat, maka capaian keberhasilan dari proses keperawatan tidak akan maksimal. Menurut (Septian Andriyani &
Veroneka Yosefpa Windahandayani, 2021) pengkajian yang dapat dilakukan terhadap pasien Bronkopneumonia meliputi:
1) Identitas
Berisi data pribadi pasien serta penanggung jawab pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, status perkawinan, alamat dan tanggal masuk rumah sakit. Umur sendiri perlu diidentifikasi karena pada anak-anak berusia dibawah 2 tahun lebih rentang terkena bronkopneumonia dikarenakan infeksi bakteri, ASI yang tidak eklusif dan imunisasi tidak lengkap yang menyebabkan system kekebalan tubuh pada anak belum kuat. Untuk identitas juga dapat berisi pemeriksaan pertumbuhan pada anak yang dapat dilakikan dengan pengukuran tinggi badan, berat badan serta lingkar kepala. Pengkuran ini juga bisa disebut antropometri tujuan dari pengkajian pertumbuhan dan perkembangan anak sendiri agar mampu melakukan asuhan keperawatan yang sesuai dengan usia dan tumbuh kembangnya, selain itu pemeriksaan berat badan ini untuk melihat adanya penurunan berat badan yang terjadi saat anak terserang bronkopneumonia karena pada anak yang terserang bronkopneumoni sendiri akan menimbulkan adanya kehilangan nafsu makan, muntah dan diare (Arnis, 2016).
2) Riwayat Kesehatan a) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama yang dirasakan pasien dengan Bronkopneumonia adalah sesak napas. Menurut (Samuel, 2014)sesak nafas ini disebabkan peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler. Ini terjadi akibat pelepasan mediator peradangan dari sel mast.
Mediator tersebut mencakup histamin dan prostagladin.
Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen bekerjasama dengan histamin dan prostagladin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini menyebabkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitial sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus, yang meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin. Tidak hanya sesak nafas biasa gejala yang muncul bersamaan dengan suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40 ̊C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut b) Riwayat kesehatan sekarang
- Alasan Masuk Rumah Sakit Alasan : sakit merupakan alasan dari perkembangan kondisi awal sampai perkembangan saat ini, hal terkait dengan bronkopneumonia adalah muculnya kekhawatiran ibu ketika anak sakit demam tinggi 39-40°C yang tidak kunjung menurun, disertai anak sulit bernafas, batuk dan rewel (PPNI, 2018;
Septian Andriyani & Veroneka Yosefpa Windahandayani, 2021).
- Keluhan Saat di Kaji : bronkopneumonia diawali oleh infeksi saluran pernapasan selama beberapa hari. Suhu tubuh mendadak naik kisaran 39-40°C terkadang disertai kejang, anak tampak gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, terdapat pernapasan cuping hidung, terdapat retraksi dining dada, terdapat sianosis sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak terjadi pada awal terinfeksi penyakit, tetapi setelah beberapa hari menjadi produktif dan kering. Pada pemeriksaan perkusi tidak terdapat
32 kesenjangan dan pada saat auskultasi kemungkinan terdengar bunyi ronchi basah nyaring halus atau sedang (Yelne et al., 2021) - Riwayat kesehatan lalu : pengkajian mengenai riwayat kesehatan masa lalu mengenai pengalaman sakit yang pernah di alami apakah sebelumnya juga pernah menderita pneumonia, riwayat masuk rumah sakit berapa lama masuk rumah sakit apakah selama dirumah sakit ada kontak dengan pasien lain yang menderita pneumonia.
- Riwayat kesehatan keluarga : pengkajian mengenai riwayat kesehatan yang dimiliki oleh anggota keluarga, apakah adanya paparan asap rokok didalam rumah. Asap rokok mengandung partikel seperti hidrokarbon polisiklik, karbon monoksida, nikotin, nitrogen oksida dan akrolein yang dapat menyebabkan kerusakan epitel bersilia, menurunkan klirens mukosiliar serta menekan aktifitas fagosit dan efek bakterisida sehingga mengganggu sistem pertahanan paru (Efni et al., 2016)
3) Riwayat Kehamilan
Riwayat kehamilan mencangkup semua data yang berhubungan dengan kesehatan ibu selama kehamilan, proses persalinan, kelahiran dan kondisi bayi segera setelah lahir hal ini terkait dengan melihat apakah adanya sindrom tertentu, kelainan kongenital, immunocompromised atau penyakit imun yang menyebabnya imun melemah yang dapat mempermudah virus dan bakteri penyebab bronkopneumonia masuk kedalam paru-paru (Budihardjo & Suryawan, 2020).
4) Riwayat Imunisasi dan pemberian ASI
Imunisasi merupakan sebuah metode meningkatkan kekebalan tubuh terhadap invasi bakteri dan virus yang mengakibatkan infeksi sebelum bakteri dan virus tersebut mempunyai kesempatan menyerang tubuh kita,
jika adanya paparan dari virus dan bakteri penyebab bronkopnemunia makan antibody akan otomatis menyerang dan melumpuhkan virus tersebut. Penyakit bronkopneumonia sendiri sering terjadi pada anak anak sebab itulah pemerintah mengelurakan imunisasi Pneumococcus Conjugated Vaccine (PCV) yang disuntikan kepada anak usia 4 bulan untuk pencegahan awal (Iswari et al., 2017).
ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit seperti bronkopenumonia yang menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru karena mengandung protein, laktoferin, imunoglobin, antibody terhadap bakteri, virus dan jamur (Budihardjo &
Suryawan, 2020) 5) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Anak dengan Bronkopneumonia tampak sesak, suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40 ̊C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif(Yelne et al., 2021).
b) Tingkat kesadaran
Anak dengan pneumonia akan mengalami gangguan pernapasan yang disebabkan karena adanya inflamasi dialveoli paru-paru.
Infeksi ini akanmenimbulkan peningkatan produksi sputumyang akan menyebabkan gangguan kebersihan jalan napas, pernapasan cuping hidung, dypsneu dan suara ronki saat diauskultasi. Apabila kebersihan jalan napas ini terganggu maka menghambat pemenuhan suplai oksigen ke otak dan sel-sel diseluruh tubuh, jika dibiarkan dalam waktu yang lama keadaan ini akan menyebabkan hipoksemia
34 lalu terus berkembang menjadi hipoksia berat dan penurunan kesadaran (Khusnul Timah, 2019).
c) Tanda tanda vital
- Frekuensi pernapasan: pada anak dengan bronkopneuminia akan menimbulkan bunyi suara nafas tambahan berupa ronki dan anak mengalami dispnea (Samuel, 2014).
- Suhu tubuh: hipertermi akibat reaksi toksik mikroorganisme suhu tubuh anak akan meningkat 39-40°C (Febria Sari et al., 2016; Sulung et al., 2021).
d) Mata
Kaji apakah konjungtiva pada anak anemis, pada anak dengan bronkopenumia karena adanya peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah paru yang terinfeksi menyebabkan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler terganggu, oksigen dan karbondioksida mengalami kesulitan perpindahan yang dapat menyebabkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin (Samuel, 2014).
e) Hidung
Pemeriksaan hidung untuk menilai adanya kelainan bentuk, kebersihan, distribusi bulu hidung, pernafasan cuping hidung, ada tidaknya epitaksis, anak dengan masalah bronkopneumonia ditemukan adanya pernafasan cuping hidung atau hidung anak terlihat kotor karena adanya lender atau secret yang sulit keluar (Samuel, 2014)
f) Dada
- Inspeksi : Frekuensi napas, kedalaman dan kesulitan bernapas meliputi dispnea adanya suara nafas tambahan seperi ronki - Palpasi : Adanya nyeri tekan, massa, vocal premitus
- Perkusi : Pekak akibat penumpukan cairan, normal nya timpani (terisi udara) resonansi, atau adanya penumpukan sekret
- Auskultasi : Ditemukan suara pernapasan tambahan ronchi pernapasan pada sepertiga akhir inspirasi (Samuel, 2014)
g) Perut
Kaji bentuk perut, warna, struktur dan tekstur perut, ada tidaknya hernia umbilicals, pengeluaran cairan, frekuensi bising usus, massa, pembesaran hati dan ginjal, nyeri tekan, anak dengan masalah bronkopneumonia biasanya terdapat keluhan diare dengan tanda bising usus hiperaktif (Samuel, 2014).
h) Genetalian dan Anus
Pemeriksaan ukuran penis, testis, letak uretra, ada atau tidaknya lesi dan inflamasi, anak dengan masalah bronkopneumonia tidak mengalami masalah pada organ tersebut
i) Eksremitas
Anak dengan masalah bronkopneumonia tidak mengalami masalah pada ekstremitas (Septian Andriyani & Veroneka Yosefpa Windahandayani, 2021)
2.3.2 Diagnosa Keperawatan Bronkopneumonia
Diagnosa keperawatan merupakan sebuah keputusan klinis tentang individu sebagai sebab dari masalah kesehatan. Diagnosa keperawatan dapat dilihat dari perkembangan status kesehatan pasien diagnosa dapat dikategorikan menjadi aktual, potensial, risiko dan kemungkinan. Aktual adalah diagnose keperawatan yang mengutamakan penilaian klinik yang harus di identifikasi karena terdapat batasan karakteristik mayor. Potensial merupakan diagnose keperawatan yang menggambarkan keadaan pasien ke arah kekuatan pasien. Risiko merupakan diagnosa keperawatan yang mengemukakan keadaan klinis pasien yang memerlukan data tambahan sebagai penunjang yang akurat (Septian Andriyani &
36 Veroneka Yosefpa Windahandayani, 2021). Adapun diagnosa keperawatan dengan pasien bronkopneumonia adalah :
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi pada paru karena adanya penumpukan sekret yang tertahan (D.0001) 2) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
makanan karena infeksi (D.0019)
3) Diare berhubungan dengan malasorbsi karena infeksi pada saluran cerna (D.0020)
4) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi terkait kondisi klinis penyakit berupa pneumonia atau bronkopneumonia (D.0003)
5) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseibangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056)
6) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit karena infeksi (D.0130)
2.3.3 Intervensi Keperawatan Bronkopneumonia
Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan merupakan langkah dari seluruh proses keperawatan yang telah dirumuskan dalam sebuah asuhan keperawatan. Perencanaan keperawatan merupakan tahap ke empat dari sebuah proses keperawatan. Bermacam tahapan dalam langkah ini telah disusun dan direncanakan agar dapat membantu pasien mencegah, mengurangi, menghilangkan dampak dan respon yang diakibatkan oleh masalah kesehatan.
Perencanaan keperawatan ini bertujuan sebagai berbagi informasi dan komunikasi untuk anggota tim perawat, menjadi dasar pertimbangan evaluasi tindakan keperawatan, sebagai sumber pengetahuan dalam pendidikan keperawatan dan sebagai pengembangan keperawatan (Septian Andriyani & Veroneka Yosefpa Windahandayani, 2021).
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Bronkopneumonia
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan 1. Bersihan jalan nafas
tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi pada paru karena adanya penumpukan sekret yang tertahan (D.0001) Gejala dan tanda mayor :
Data Objektif : - Batuk tidak efektif - Tidak mampu batuk - Sputum berlebih - Mengi, wheezing
atau ronkhi
Gejala dan tanda minor Data Subjektif :
- Dyspnea - Sulit bicara - Ortopnea - Data Objektif : - Gelisah - Sianosis
- Bunyi nafas menurun - Frekuensi nafas dan
pola nafas berubah
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
….x… jam diharapkan masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil : Bersihkan Jalan Nafas (L.01001)
- Batuk efektif meningkat - Produksi sputum
menurun
- Dispnea menurun - Frekuensi nafas
membaik
- Pola nafas membaik
Management Jalan Nafas (I.01011)
Observasi :
- Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
- Monitor bunyu nafas tambahan ( mis mengi, ronki)
- Monitor sputum Teraupetik :
- Posisikan semi fowler atau fowler sekitar 45°
atau saat anak tidur dialas dengan bantal atau posisi
mengendong ibu dengan posisi tersebut - Lakukan fisioterapi
dada
- Lakukan pengisapan lendir kurang lebih 15 detik
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
38 - Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekpektoran, jika perlu 2. Defisit nutrisi
berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi makanan karena infeksi (D.0019) Gejala dan tanda
mayor :
Data Subjektif : Berat badan menurun min 10% dibawah rentang ideal
Gejala dan tanda minor :
Data Subjektif : - Cepat kenyang
setelah makan - Kram atau nyeri
abdomen
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
….x… jam diharapkan masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil : Status Nutrisi (L.03030)
- Porsi makan yang dihabiskan meningkat - Perasaan cepat
kenyang menurun - Frekuensi makan
membaik
- Nafsu makan membaik - Membran mukosa
membaik - IMT membaik - Bising usus membaik
Management Nutrisi (I.03119)
Observasi :
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dari intoleransi makanan - Identifikasi makanan
yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient - Identifikasi perlunya
penggunaan selang nasogastik
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan - Monitor hasil
pemeriksaan laboratorium
- Nafsu makan menurun Data Objektif : - Bising usus
hiperaktif
- Otot penguyah lemah - Otot menelan lemah - Sariawan
- Rambut rontok berlelebih - Diare
Terapeutik :
- Lakukan oral hygene sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misalkan pereda nyeri,
antlemetik), jika perlu
40 - Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu 3. Diare berhubungan
dengan malasorbsi karena infeksi pada saluran cerna (D.0020) Gejala dan tanda mayor :
Data objektif :
- Defekasi lebih dari 3x dalam 24 jam - Feses lembek atau
cair
Gejala dan tanda minor :
Data Subjektif : - Urgency
- Nyeri abdomen Data Objektif : - Frekuensi
peristaltic meningkat - Bising usus
hiperaktif
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
….x… jam diharapkan masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil : Eliminasi Fekal (L.04033)
- Frekuensi defekasi membaik
- Konsistensi feses membaik
- Peristaltik usus membaik
Management Nutrisi (I.03119)
Observasi :
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dari intoleransi makanan - Identifikasi makanan
yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient - Identifikasi perlunya
penggunaan selang nasogastik
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan - Monitor hasil
pemeriksaan laboratorium Terapeutik :
- Lakukan oral hygene sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misalkan pereda nyeri,
antlemetik), jika perlu
42 - Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi terkait kondisi klinis penyakit berupa pneumonia atau bronkopneumonia (D.0003)
Gejala dan tanda mayor :
Data objektif : - PCO2
meningkat/menurun - PO2 menurun - Takikardi
- pH arteri meningkat - Bunyi nafas
tambaha Gejala dan tanda minor :
Data Subjektif :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
….x… jam diharapkan masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil : Pertukaran Gas (L.01003)
- Dispnea menurun - Bunyi nafas tambahan
menurun
- Pusing menurun - Penglihatan kabur
menurun
- Nafas cuping hidung menurun
- PCO2 dan PO2 membaik
- Takikardi membaik - Sianosis membaik - Pola nafas membaik
Pemantauan Respirasi (I.01014) :
Observasi :
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
- Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi) - Monitor kemampuan
batuk efektif - Monitor adanya
produksi sputum - Monitor adanya
sumbatan jalan nafas - Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
- Auskultasi bunyi nafas - Monitor saturasi
oksigen
- Monitor hasil x-ray toraks
- Pusing
- Penglihatan kabur Data Objektif : - Sianosis - Diaphoresis - Gelisah - Nafas cuping
hidung - Pola nafas
abnormal - Warna kulit
abnormal
- Kesadaran menurun
Terapeutik : - Atur interval
pemantuan respirasi sesuai kondisi pasien - Dokumentasikan hasil
pemantauan Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauaan - Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseibangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056)
Gejala dan tanda mayor :
Data Subjektif : - Mengeluh Lelah Data objektif :
- Frekunsi jantung meningkat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x… jam diharapkan masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil : Toleransi Aktifitas (L.05047)
- Saturasi oksigen meningkat
- Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
Management Energi (I.05178)
Observasi :
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
44 Gejala dan tanda
minor :
Data Subjektif : - Dispnea - Merasa tidak
nyaman setelah beraktifitas - Merasa Lelah Data Objektif : - Tekana darah
berubah
- Gambaran EKG menunjukan aritmia - Gambarakn EKG
menunjukan iskemia - Sianosis
- Keluhan lelah menurun - Dispnea saat aktivitas
menurun - Dispnea setelah
aktivitas menurun - Sianosis menurun - Tekanan darah
membaik - Frekuensi nafas
membaik
- Monitor lokasi dan ketidak nyamanan selama aktivitas Terapeutik :
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan) - Lakukan latihan
rentang gerak pasif dan / atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi :
- Anjurkan tirah baring - Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
- Ajarkan koping untuk mengurangi kelelahan Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
6. Hipertermia
berhubungan dengan proses penyakit karena infeksi (D.0130)
Gejala dan tanda mayor :
Data objektif :
- Suhu tubuh diatas normal
Gejala dan tanda minor :
Data Objektif : - Kulit merah - Jekang - Takikardi - Takipnea
- Kulit terasa hangat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x… jam diharapkan masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil : Termoregulasi (L.14134)
- Menggigil menurun - Kulit merah menurun - Dasar kuku sianolik
menurun
- Takikardi menurun - Suhu tubuh menurun - Tekanan darah
membaik
Management Hipertermia (I.15506)
Observasi :
- Identifikasi penyebab hipertermia (mis, dehidrasi, terpapar lingkungan panas) - Monitor suhu tubuh - Monitor kadar elektrolit - Monitor haluaran urine - Monitor komplikasi
akibat hipertermia Teraupetik :
- Sedikan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian - Basahi dan kipasi pemukaan tubuh - Berikan cairan oral - Berikan oksigen, jika
46 perlu
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin Edukasi
- Anjurkan tirah baring Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
2.3.4 Implementasi Keperawatan Bronkopneumonia
Implementasi, langkah keempat dalam proses keperawatan, merupakan pelaksanaan rencana asuhan keperawatan yang dikembangkan selama tahap perencanaan. Implementasi mencakup penyelesaian tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dan menilai pencapaian atau kemajuan dari kriteria hasil pada diagnosa keperawatan. Rencana keperawatan paling baik dilaksanakan ketika pasien mampu dan mau berpartisipasi serta memiliki kesempatan untuk melakukan perawatan diri. Anggota keluarga dan support sistem serta tenaga kesehatan lainnya mungkin terlibat dalam keberhasilan pelaksanaan rencana keperawatan. Tahap implementasi, seperti tahap lainnya dari proses keperawatan membutuhkan dasar pengetahuan klinis, perencanaan yang tepat, analisis dan berpikir kritis dari perawat. Implementasi bertujuan untuk membantu pasien mencapai kesehatan yang optimal dengan promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi pasien mengatasi fungi tubuh yang berubah dalam berbagai fasilitas kesehatan seperti pelayanan kesehatan di rumah, klinik, rumah sakit dan lainnya. Implementasi juga mencakup pendelegasian tugas dan pendokumentasian tindakan keperawatan (Debora Siregar et al., 2021).
Tahap – Tahap Implementasi
a. Tahap I: Persiapan merupakan tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan.
Meliputi : Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap perencanaan, menganalisa pengetahuan dan ketrampilan keperawatan yang diperlukan, mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang mungkin timbul, menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan, mempersiapkan lingkungan yang kondusif sesuai dengan tindakan, dan mengidentifikasi aspek hukum dan etik terhadap resiko dari potensi tindakan.
b. Tahap II: Intervensi merupakan tahap yang berfokus pada pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan ini meliputi:
Independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Tipe tindakan independen keperawatan dapat dikatagorikan menjadi 4, yaitu tindakan diagnostik, tindakan terapeutik, tindakan edukatif, dan tindakan merujuk, interdependen menjelaskan suatu kegiatan yang memelukan suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya,misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan dokter, dan dependen ini berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan medis dilaksanakan.
c. Tahap III: Dokumentasi merupakan pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan. Ada 3 tipe sistem pencatatan yang digunakan pada dokumentasi : Sources-Oriented records, Problem-Oriented records, dan Computer-Assissted records Menurut Wilkinson (2007) implementasi yang bisa dilakukan oleh perawat terdiri dari:
48
1) Do (melakukan), implementasi pelaksanaan kegiatan dibagi dalam beberapa kriteria yaitu: Dependen Interventions: dilaksanakan dengan mengikuti order dari pemberi perawatan kesehatan lain, Collaborative (interdependen): interpensi yang dilaksanakan dengan professional kesehatan lainnya, dan Independent (autonomous) Intervention:
intervensi dilakukan dengan melakukan nursing orders dan sering juga digabungkan dengan order dari medis
2) Delegate (mendelegasikan): pelaksanaan order bisa didelegasikan hanya saja ada beberapa tanggung jawab yang perlu dicermati oleh pemberi delegasi yaitu apakah tugas tersebut tepat untuk didelegasikan, apakah komunikasi tepat dilakukan, dan apakah ada supervise atau pengecekan aktivitas yang didelegasikan.
3) Record (mencatat), pencatatan bisa dilakukan dengan berbagai format tergantung pilihan dari setiap institusi.
2.3.5 Evaluasi Keperawatan Bronkopneumonia
Setiap fase proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, implementasi dan evaluasi harus didokumentasikan dengan lengkap dan akurat sesuai dengan panduan yang berlaku. Alasan utama melakukan dokumentasi adalah untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi. Dokumentasi yang baik dapat meningkatkan komunikasi antara perawat dan tenaga Kesehatan lain karena mendapat gambaran yang jelas tentang pasien.
Catatan harus berisi informasi yang lengkap agar dapat dipahami oleh tenaga kesehatan lain (Debora Siregar et al., 2021).
Evaluasi terdiri dari SOAP yaitu Subjective Data, Objective Data, Analisis, dan Planning, yakni:
S : berisi informasi tentang keluhan pasien saat dilakukan evaluasi.
O : berisi data hasil pemeriksaan fisik ketika dilakukan evaluasi.
A : berisi kesimpulan apakah masalah teratasi atau masalah teratasi sebagian atau masalah belum teratasi.
P : merupakan planning atau perencanaan setelah melihat hasil analisis data.
Planning dapat berupa intervensi dilanjutkan, intervensi dihentikan, atau intervensi dimodifikasi.
Evaluasi dilakukan setiap shift jaga perawat, jadi dalam satu hari akan ada tiga kali evaluasi. Hasil evaluasi pasien akan disampaikan saat timbang terima yang dilakukan di tiap pergantian shift jaga