• Tidak ada hasil yang ditemukan

16 BAB II TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "16 BAB II TINJAUAN TEORI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGALAMAN

Definisi pengalaman menurut kamus besar bahasa Indonesia (hal 22) adalah

yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung, dsb). Pengalaman merupakan

komponen yang penting bagi perawat untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsinya

secara professional. Pengalaman juga yang membentuk perawat untuk dapat

mengambil keputusan yang tepat dalam lingkup praktek keperawatannya. (Potter &

Perry, 2005: 133)

Ketika perawat menghadapi kliennya, perawat dapat memperoleh informasi

tentang kesehatan klien dengan cara mengamati, merasakan, dan berbicara dengan

klien dan merefleksikannya secara aktif pada pengalaman pribadinya. Benner (1984)

dalam Potter & Perry, 2005, mengungkapkan bahwa perawat yang memahami konteks

dari situasi klinis, mengenali isyarat, dan mengintepretasikannya sebagai relevan atau

tidak relevan. Kompetensi ini hanya datang dari pengalaman yang di alami oleh

perawat.

Dapat disimpulkan bahwa pengalaman perawat adalah segala perasaan yang

dialami oleh setiap perawat dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai perawat.

Pengalaman perawat dalam menjalankan peran dan fungsinya berbeda-beda antara satu

(2)

memberikan asuhan kepada pasien. Tingkat kompetensi yang berbeda-beda dari

perawat hanya didapatkan dari pengalaman masing-masing.

B. KUALITAS

Kualitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), merupakan tingkat

baik buruknya sesuatu. Sementara itu kualitas secara tradisional menurut Montgomery

(1998) adalah berdasarkan pada suatu pandangan bahwa produk dan pelayanan harus

sesuai dengan ketentuan yang mereka gunakan.

Juran (1986) mengatakan dalam Swanburg (2007) bahwa kualitas adalah

kemahiran untuk melayani, melakukannya dengan benar sesuai dengan kebutuhan

pelanggan tanpa kekurangan atau adanya kesesuaian dengan penggunaan.

Berorientasi pada kepuasan pelanggan.

Kualitas menurut Crosby (1996) dalam Guendemann (2005) adalah

kesesuaian terhadap persyaratan, seperti jam tahan air, sepatu tahan lama, atau dokter

yang ahli di bidangnya. Ia juga menegaskan pentingnya melibatkan setiap orang dalam

proses dalam organisasi. Pendekatannya yang digunakan adalah secara top down.

Kualitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menentukan kepuasan

pelanggan dan upaya kearah perbaikan secara terus menerus. Kualitas berfokus pada

pelanggan. Pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan keinginan pelanggan.

Kualitas pelayanan merupakan pengawasan yang berhubungan kegiatan yang

dipantau dan diatur dalam pelayanan berdasarkan kebutuhan dan pandangan konsumen.

(3)

produk pelayanan keperawatan yang dihasilkan sesuai dengan standar /keinginan

pasien. Kualitas pelayanan dapat dibedakan menjadi 3 tahapan dasar yaitu: (1)

Kriteria/standar yang harus ditetapkan, (2) Informasi dikumpulkan untuk menentukan

apakah standar pelayanan sudah dapat dipenuhi, dan (3) Pembelajaran dan koreksi

diperlukan jika terdapat standar yang tidak dapat dilaksanakan.(Nursalam, 2002)

Kualitas Pelayanan Sebagai Proses

Pengkajian yang akurat terhadap suatu data kualitatif memerlukan suatu

instrumen melalui proses yang sistematis dan spesifik. Penggunaan proses

sebagaimana dijabarkan pada gambar dibawah ini, akan mengurangi penilaian yang

subyektif dan meningkatkan validitas dan reabilitas suatu instrumen.

Gambar II.1. Tahap Audit Dalam Pengawasan Kualitas Pelayanan (Marquis & Huston , 1998: 350)

Menyiapkan informasi, jika diperlukan mengoreksi tindakan berhubungan dengan hasil terhadap ketersediaan

(4)

Tahap pertama dalam proses ini adalah menyusun standar/kriteria. Adalah

sesuatu yang tidak mungkin apabila mengukur sesuatu tanpa adanya suatu standar

yang baku. Tidak hanya harus ada standar, tetapi manajer juga harus tanggap dan

melihat bahwa staf mengetahui dan mengerti standar tersebut. Karena standar

(protap) pelayanan bervariasi sesuai institusi, maka staf harus memahami standar

yang diharapkan oleh institusi dan staf akan melaksanakan tugasnya sesuai standar

yang telah ditetapkan. Penampilan kinerja perawat hanya dapat diukur dengan

membandingkan standar yang telah ada.

Tahap kedua adalah mengidentifikasi informasi sesuai dengan kriteria.

Informasi yang sehubungan dengan keadaan pasien diperlukan untuk mengukur

kualitas yang ada.

Tahap ketiga adalah mengidentifikasi sumber informasi. Manajer harus

yakin terhadap sumber informasi yang didapatkan. Dalam melakukan pengawasan

kualitas dapat ditemukan informasi dari sattus yang ada. Meliputi: program dokter,

dokumentasi keperawatan, hasil wawancara dengan klien juga merupakan sumber

yang sangat membantu.

Tahap keempat adalah mengumpulkan dan menganalisa data. Manajer dapat

membandingkan data yang diperoleh dengan standar yang ada. Apabila standar

yang berlaku tidak dikerjakan sebagaimana adanya, maka manajer perlu

memberikan informasi lebih lanjut mengapa tidak dilaksanakan sesuai standar, dan

(5)

Tahap terakhir adalah evaluasi ulang. Jika semua asuahan keperawatan telah

dikerjakan sesuai dengan standar yang ditetapkan, maka evaluasi ulang tidak terlalu

diperlukan. Jika banyak kegiatan tidak dikerjakan dan tidak sesuai standar maka

diperlukan pemantauan yang terus-menerus. Pengawasan terhadap kualitas tidak

hanya dilakukan bila ada masalah. Manajer yang efektif akan selalu proaktif.

Mengidentifikasi asuhan sehingga dapat ditingkatkan sampai optimal berdasarkan

standar yang ada serta membatasi dan mengantisipasi masalah-masalah yang akan

timbul pada setiap tahapan sebelum produktifitas atau kualitas ditentukan.

(Nursalam, 2002:298-299).

Dukungan Kualitas Manajemen

Untuk dapat terlaksananya suatu kualitas manajemen, maka diperlukan

suatu informasi yang akurat, aktual dan terpercaya. Dukungan tersebut dapat

berupa:

1. Memonitor harapan dan kepuasan pelanggan

2. Mengevaluasi kebutuhan untuk meningkatkan kualitas dan proses

pelaksanaan

3. Membandingkan kinerja organisasi sekarang dengan sebelumnya,

dengan organisasi lainnya, dan dengan informasi dari sumber pustaka

4. Mengevaluasi biaya terhadap pemakaian berbagai jenis teknologi dalam

proses

5. Menganalisa penggunaan sarana

(6)

7. Mendukung pengambilan keputusan klinik dan organisasi

Fungsi manajemen informasi harus dapat mengumpulkan informasi tentang

indikator kinerja organisasi yang dapat dipergunakan dan untuk mencapai

keuntungan klinis dan operasional secara maksimal. (Nursalam, 2002: 300).

C. PERAWAT

Definisi perawat menurut Virginia Handerson (1966) adalah seseorang

individu yang memiliki peran unik, yang membantu individu sakit atau sehat dalam

melakukan tindakan-tindakan yang berperan untuk kesehatan dan kesembuhan

(atau kematian yang damai), tindakan-tindakan tersebut akan dilakukan secara

individu seandainya ia memiliki kekuatan, kemauan dan pengetahuan. Perawat

melakukan hal tersebut sedemikian rupa, sehingga memperoleh kemandirian

secepat mungkin. (Handerson, 1966 dalam Brooker Christ 2008).

Perawat adalah orang / individu yang peduli pada orang sakit.

(Soemowinoto, 2008). Dapat disimpulkan perawat adalah seorang individu yang

memiliki kepedulian kepada individu, keluarga, masyarakat baik sehat maupun

sakit yang memiliki dasar pengetahuan, kemauan, dan kemapuan yang memadai

sehingga dapat membantu individu, keluarga, dan atau masyarakat untuk mencapai

derajad kesehatan yang optimal.

Keperawatan

Perawatan adalah pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap

(7)

Berdasarkan ilmu, artinya perawatan harus dilandasi dan menggunakan ilmu

perawatan dan kiat keperawatan yang mempelajari bentuk dan sebab tidak

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia suatu upaya keperawatan dan

penyembuhan. Berdasarkan kiat artinya perawat lebih difokuskan pada kemampuan

perawat untuk memberikan asuhan keperawatan secara komperehensip dengan

sentuhan seni. Soemowinoto,(2008).

Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral

pelayan kesehatan yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan meliputi aspek

biologis, psikologis, sosial, dan spiritual yang bersifat komprehensif, ditujukan

kepada individu, keluarga dan masyarakat yang sehat maupun yang sakit mencakup

hidup manusia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Keperawatan

bersifat komprehensif artinya pelayanan keperawatan bersifat menyeluruh, meliputi

aspek “ Manusia biopsiko, sosial dan spiritual ”. Keperawatan juga merupakan

serangkaian kegiatan yang bersifat terapeutik atau kegiatan praktik keperawatan

yang memiliki efek penyembuhan terhadap kesehatan (Susan, 1994 : 80).

Proses Keperawatan

Clark (1992), mendefinisikan proses keperawatan sebagai suatu metode/

proses berpikir yang terorganisir untuk membuat suatu keputusan klinis dan

pemecahan masalah. Demikian juga dengan Yura dan Walsh (1988) dalam

Christensen (2009), menyatakan bahwa proses keperawatan adalah tindakan yang

berurutan, dilakukan secara sistematik untuk menentukan masalah klien, membuat

(8)

orang lain untuk melaksanakannya dan mengevaluasi keberhasilan secara efektif

terhadap masalah yang diatasi.

Proses keperawatan adalah sesuatu yang disengaja, dengan pendekatan

pemecahan masalah untuk menemukan kebutuhan keperawatan pasien dalam

pelayanan kesehatan. Meliputi pengkajian (pengumpulan data), diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi, serta menggunakan

modifikasi mekanisme umpan balik untuk meningkatkan upaya pemecahan

masalah.

Peran dan Fungsi Perawat

Dalam Potter & Perry (2005), peran dan fungsi perawat adalah sebagai

pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik, koordinator, kolaborator,

motivator, konsultan dan peneliti.

a. Pemberi Asuhan Keperawatan.

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat

dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan

melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses

keperawatan sehingga ditentukan diagnosis keperawatan agar direncanakan dan

dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar

manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian

(9)

b. Pelindung dan Advokat Klien

Peran sebagai advokat pasien ini dilakukan perawat dalam membantu

klien dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi

pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas

tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan

mempertahankan dan melindungi hak – hak pasien yang meliputi hak atas

pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas

privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti

rugi akibat kelalaian.

c. Pendidik

Peran sebagai pendidik dimana perawat berperan mendidik individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat serta tenaga keperawatan atau tenaga

kesehatan kepada klien (individu, keluarga, kelompok atau masyarakat)

maupun bentuk desiminasi ilmu kepada peserta didik keperawatan, antara

sesama perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Penyuluhan atau pendidikan

kesehatan kepada klien akan terlaksana dengan baik jika sesuai dengan

kebutuhan.

d. Koordinator

Peran sebagai koordinator dilaksanakan dengan mengarahkan,

merencakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan

sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengn

(10)

e. Kolaborator

Peran sebagai kolaborator dilakukan karena perawat bekerja melalui tim

kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain – lain dengan

berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk

diskusi atau tukar dalam penentuan bentuk pelanyanan selanjutnya.

f. Konselor dan Motivator

Perawat sebagai konselor mempunyai tujuan membantu klien dalam

memilih keputusan yang akan diambil terhadap penyakit yang dideritanya.

Untuk mempermudah didalam mengambil keputusan klien wajib

mempertanyakan langkah – langkah yang akan diambil terhadap dirinya.

Apabila klien telah mengetahui, dan mencoba melaksanakan perilaku positif

dalam kesehatan, harus terus didorong agar konsisten dan lebih berkembang.

Dalam hal inilah perawat berperan sebagai motivator.

g. Pembaharu

Peran sebagai pembaharu dilakukan dengan mengadakan perencanan,

kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode

pemberian pelayanan keperawatan .

h. Pemberi kenyamanan

Peran sebagai pemberi kenyamanan, merawat pasien sebagai manusia

adalah peran trasisional dan historis dalam keperawatan. Perawatan ditujukan

pada manusia bukan hanya sekedar fisiknya saja, tetapi juga dari sisi yang lain,

(11)

kenyamanan, perawat sebaiknya membantu pasien untuk mencapai tujuan

therapeutiknya.

i. Komunikator

Peran ini merupakan pusat dari peran-peran yang lainnya. Kualitas

komunikasi merupakan factor yang menentukan dalam memenuhi kebutuhan

individu, keluarga, dan komunitas.

D. PENDIDIKAN KESEHATAN

Pendidikan kesehatan menurut WHO adalah proses membuat orang mampu

control terhadap kesehatan dan memperbaiki kesehatan mereka. Sedangkan

menurut Wood dalam Maulana (2009) adalah sejumlah pengalaman yang

berpengaruh terhadap kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang ada hubungan

dengan kesehatan perorangan, masyarakat dan bangsa.

Nyswader dalam Effendy (1998) menyatakan, pendidikan kesehatan

adalah proses perubahan pada diri manusia yang berhubungan dengan tujuan

kesehatan individu dan masyarakat.

Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam

bidang kesehatan. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan

untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek baik

individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2005). Dijelaskan lebih lanjut akan

(12)

kesehatan, menghindari perilaku yang merugikan kesehatan, dan mengetahui

sumberdaya apa yang bisa dimanfaatkan untuk mengatasi gangguan kesehatan.

Untuk ini masyarakat membutuhkan tingkat pengetahuan yang memadai agar

mampu mempraktekkan hidup sehat, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi

masyarakat. Notoatmodjo menekankan pentingnya faktor-faktor health literacy

(melek kesehatan) dan healthy behaviour (perilaku kesehatan yang baik) yang

nantinya akan membentuk suatu healthy lifestyle (perilaku hidup sehat). Oleh

karena itu keterkaitan antara pengetahuan, sikap, dan pelaksanaan sehari-hari

adalah penting sekali.

Dapat disimpulkan pendidikan adalah suatu proses yang mempengaruhi

perubahan seseorang dalam meningkatkan kemampuan dalam hal kognitif, afektif,

dan psikomotor sehingga individu, kelompok, dan masyarakat mampu memelihara

kesehatan mereka secara mandiri.

Pendidikan kesehatan bagi klien telah menjadi satu peran penting bagi

perawat yang bekerja di berbagai lahan di bidang kesehatan. Pasien dan

keluarganya memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan kesehatan , sehingga

mereka memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk membuat keputusan

sehubungan dengan kesehatan dan gaya hidupnya. Pendidikan kesehatan yang

efektif menjadi penting dalam asuhan kesehatan, sehingga dapat menurunkan

jumlah klien ke rumah sakit dan meminimalkan penyebaran penyakit yang dapat

(13)

Menurut Notoatmodjo (2003), sasaran pendidikan kesehatan adalah

masyarakat atau individu baik yang sehat maupun sakit. Sasaran pendidikan

kesehatan tergantung pada tingkat dan tujuan penyuluhan yang diberikan.

Lingkungan pendidikan kesehatan di masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai

lembaga dan berbagai organisasi di masyarakat.

Pemberian informasi yang dibutuhkan klien tentang perawatan kesehatan

perlu untuk menjamin kontinuitas perawatan dari rumah sakit ke rumah (Bull, 1992

dalam Wong, 2008). Rancangan yang baik, rencana pengajaran yang komprehensif,

yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran klien akan menurunkan beaya

perawatan, meningkatkan kualitas perawatan, dan membantu klien untuk mencapai

tingkat kesehatan yang optimal serta meningkatkan kemandirian.

Pendidikan kesehatan bagi klien menjadi penting karena klien dan

keluarganya memiliki hak untuk mengetahui dan mendapatkan informasi tentang

diagnosis, prognosis, pengobatan, dan risiko yang dihadapinya. Kompetensi yang

harus dimiliki oleh perawat profesional adalah kemampuananya dalam melakukan

atau pemberikan pendidikan kesehatan bagi kliennya. Perawat hanya dapat

memberikan pendidikan kesehatan secara adekuat bila melakukan identifikasi

kebutuhan klien dan harus menggunakan strategi pengajaran yang paling tepat.

Green (1980) dalam Bastable Susan (2002) menyatakan bahwa pendidikan

seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang

(14)

respon yang rasional terhadap informasi dan akan berfikir sejauh mana manfaat

dari pendidikan kesehatan yang telah mereka peroleh.

Menurut Notoatmodjo (2003) metode pendidikan kesehatan dapat dipilih

berdasarkan tujuan pemberian pendidikan kesehatan, kemampuan perawat sebagai

edukator, kemampuan individu, kelompok, masyarakat, besarnya kelompok, waktu

pelaksanaan pendidikan kesehatan, dan ketersediaan fasilitas pendukung. Metode

yang sering digunakan dalam pendidikan kesehatan adalah bimbingan dan

penyuluhan, wawancara, ceramah, seminar, simposium, diskusi kelompok, buzz

group, curah gagas, forum panel, demonstrasi, simulasi, dan bermain peran.

Dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada klien, perawat

professional haruslah mengikuti standar yang telah ditetapkan. Dalam the Joint

Commission on Accreditation of Healthcare Organization (JCHACO) (1995),

menggambarkan standar pendidikan bagi klien / keluarga adalah:

a. Klien / keluarga diberi pendidikan yang dapat meningkatkan pengetahuan,

ketrampilan, dan perilaku untuk memberikan keuntungan penuh dari intervensi

kesehatan yang dilakukan oleh institusi.

b. Organisasi merencanakan dan mendorong pengawasan dan koordinasi aktifitas

dan sumber pendidikan klien / keluarga.

c. Klien / keluarga mengetahui kebutuhan, kemampuan, dan kesiapan mereka

untuk belajar.

d. Proses pendidikan klien / keluarga bersifat interdisiplin sesuai dengan rencana

(15)

e. Klien / keluarga mendapatkan pendidikan yang spesifik sesuai dengan hasil

pengkajian, kemampuan, dan kesiapannya. Pendidikan kesehatan meliputi

pemberian obat-obatan, penggunaan alat medis, pemahaman tentang interaksi

makanan, obat, rehabilitasi, dan program pengobatan selanjutnya.

f. Informasi mengenai instruksi pulang yang diberikan pada klien / keluarga

diberikan oleh pihak institusi atau individu tertentu yang bertanggungjawab

terhadap kesinambungan perawatan klien.

Keberhasilan dalam memenuhi standar pendidikan kesehatan seperti diatas,

tergantung pada partisipasi seluruh pemberi asuhan keperawatan. Bukti dari

pelaksanaan pendidikan kesehatan harus dibuat dalam catatan yang medis klien.

Dengan demikian, keberhasilan pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh perawat

professional dapat dinilai secara akurat, dan respon dari klien juga dapat di

dokumentasikan.

Pendidikan klien yang komprehensif meliputi tiga tujuan penting. Ketika

hal penting dalam topic pendidikan kesehatan tersebut adalah:

a. Pemeliharaan, peningkatan, dan pencegahan penyakit:

Meliputi: Tindakan pertama dalam kecelakaan, manajemen stress,

pertumbuhan dan perkembangan, kebersihan, imunisasi, Perawatan prenatal

dan proses kelahiran normal, nutrisi, latihan, keamanan, pemeriksaan

kesehatan

(16)

Meliputi: penyakit dan kondisi klien, harapan selama perawatan,

lingkungan rumah sakit atau klinik, staf rumah sakit atau klinik, perawatan

jangka panjang, metode untuk melibatkan klien dalam perawatan,

keterbatasan yang dihasilkan dari penyakit atau pembedahan.

c. Koping terhadap gangguan fungsi

Meliputi: perawatan rumah, rehabilitasi untuk fungsi tubuh yang tersisa,

pencegahan komplikasi

Untuk menjadi pendidik yang efektif perawat harus melakukan lebih dari

sekedar memberikan informasi saja. Perawat harus merencanakan secara teliti apa

yang diperlukan oleh klien, dan menentukan kapan klien siap untuk menerima

pendidikan kesehatan. Ketika perawat menilai kebutuhan penkes klien, dan perawat

mampu mengimplementasikannya, klien sebaiknya disiapkan untuk mengetahui

tanggungjawabnya dalam asuhan kesehatan. Hubungan antara pendidikan klien dan

hasil yang diharapkan merupakan suatu pemikiran penelitian keperawatan yang

Gambar

Gambar II.1. Tahap Audit Dalam Pengawasan Kualitas Pelayanan (Marquis &    Huston , 1998: 350)

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu bentuk nyeri dada yang paling sering ditemukan adalah angina pektoris Salah satu bentuk nyeri dada yang paling sering ditemukan adalah angina

Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan

311 FUAD BUDIARSO SD Muhammadiyah Ngupasan 1 Ngampilan SDN TEGALREJO 1 312 YOGO ARDIANTO SD Muhammadiyah Ngupasan 2 Ngampilan SDN TEGALREJO 1 313 Pratap Kurniawan SD

Margetson (dalam Rusman, 2011) menyebutkan bahwa Problem Based Learning sebagai model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk meningkatkan perkembangan keterampilan

Kepuasan masyarakat terhadap website KPU (Komisi Pemilihan Umum) Jatim merupakan hal penting demi terwujudnya E-Government yang baik Penelitian ini bertujuan untuk

Adalah investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan expected return yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka

Sewaktu lahan di bumi terus-menerus diperindah de- ngan gedung-gedung kudus yang diabdikan bagi Tuhan, adalah doa saya semoga kita akan melakukan bagian kita dalam membawa surga

Standar deviasi untuk kinerja sosial adalah 2.639 menunjukkan bahwa data pengungkapan kinerja sosial pada perusahaan sampel menyebar di jauh dari nilai mean sehingga dikatakan