vi
penyusunan disertasi ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya juga penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Moh. Nasih, S.E., MT., Ak., CMA., CA., Selaku Rektor Universitas Airlangga Surabaya dan Prof. Dr. Fasich, Apt. Selaku Rektor Universitas Airlangga Surabaya periode tahun 2006-2015 yang memperkenankan penulis untuk mengikuti pendidikan Pada Program Studi Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Airlangga.
2. Prof. Dr. Drs. Abd Shomad, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Universitas Airlangga, Dekan Fakultas Hukum Universitas Prof. Dr. Muhammad Zaidun, S.H., M.S., Periode tahun 2008-2015, Prof. Dr. Eman., S.H., M.S., (alm) Dekan Fakultas Hukum Universitas Airlangga periode 2015-2016 dan serta seluruh Wakil Dekan Fakultas Hukum Universitas Airlangga yang telah berkenan menerima penulis sebagai mahasiswa pada Program Studi Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Airlangga.
Hukum Universitas Airlangga (Ibu Nissa, Ibu Hermi, Bapak Amin dan Ibu Titiek) yang bersedia melayani kepentingan penulis selama studi.
4. Ketua Program Studi Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada Prof. Dr. Eddy O.S. Hiariej, S.H., M.H., yang telah membantu penulis dalam rangka penelitian ke Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta
5. Para Dosen Program Studi Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Airlangga, yang terhormat: Prof. Dr. M. Zaidun, S.H., M.Si., Prof. Dr. Frans Limahelu, S.H., LL.M., Prof. Dr. Peter Mahmud Marzuki, S.H., M.S., LL.M., Prof. Dr. Eman., S.H., M.S (alm)., Prof Dr. Drs. Abd. Shomad, S.H., M.H., Nurul Barizah S.H., LL.M., Ph.D., yang telah banyak memberikan pengetahuan dan pemahaman terhadap Ilmu Hukum.
6. Prof. Dr. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H., Selaku Penasehat Akademik dan guru yang dalam kesibukannya tetap bersedia berdiskusi, mengarahkan dan memberikan dukungan kepada penulis dalam penulisan Naskah Kualifikasi.
7. Para penguji dalam Ujian Kualifikasi Prof. Dr. Muchammad Zaidun, S.H., M.Si., Prof. Dr. Nur Basuki Minarno, S.H., Mhum., Prof. Dr. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H., Prof. Dr. Drs. Abd. Shomad, S.H., M.H., Prof. Dr. Eman, S.H., M.S (alm)., Prof. Dr. Yohanes Sogar Simamora, S.H., M.H., Dr. Sarwirini, S.H., M.H.
viii
S.H., M.H., Prof. Dr. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H., atas diskusi dan masukkan dalam menambah bekal ilmu pengetahuan hukum bagi penulis. 9. Para penguji dalam Ujian Proposal, Prof. Dr. Nur Basuki Minarno, S.H., M.Hum., Prof. Dr. M. Arief Amrullah, S.H., M.Hum., (Universitas Jember), Prof. Dr. Yohanes Sogar Simamora, S.H., M.H., Prof. Dr. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H., Prof. Dr. Budi L. Kagramanto, S.H., M.M., M.H., dan Prof Dr. Drs. Abd. Shomad., S.H., M.H.
10. Para Dosen Mata Kuliah Penunjang Disertasi (MKPD), Prof. Dr. Nur Basuki Minarno, S.H., M.Hum., Prof. Dr. M. Arief Amrullah, S.H., M.Hum., (Universitas Jember), Prof. Dr. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H., atas waktu dan kesempatan untuk berdiskusi dan memberikan masukkan dan dorongan bagi penulis.
11. Para penguji dalam Ujian Kelayakan, Prof. Dr. Muchammad Zaidun, S.H., M.Si., Prof. Dr. Nur Basuki Minarno, S.H., M.Hum., Prof. Dr. Agus Yudha Hernoko, S.H., M.H., Prof. Dr. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H., Dr. Sarwirini, S.H., M.S., Dr. Toetik Rahayuningsih, S.H., M.Hum., dan Dr. Astutik, S.H., M.H.
12. Senior pada Program Doktor Ilmu Hukum AKBP Dr. Adang Oktori, S.H., M.H., AKBP Dr. Yahman, S.H., M.H., dan Dr. July Esther, S.H., M.H.
Universitas Airlangga: Dr. A’an Efendi, S.H., M.H., Hadi Soetopo, S.H., M.Kn., Dr. Sang Putu Ayu Rahayu, S.H., M.H., RM. Armaya Mangkunegara, S.H., M.H., Dr. I.G.NG. Indra S.R., S.H., M.H., Dr. Siti Kotijah, S.H., M.H., Iwansyah, S.H., M.H., Yory Yusran, S.H., M.H., Dr. Muhammad Ilham Arisaputra, S.H., M.Kn., Muhammad Aswan Rauf, S.H., M.Kn., Dr. Devi Rahayu, S.H., M.Hum., Dr. Ninis Nugraheni, S.H., M.H., Rohman Budijanto, S.H., M.H., Dr. Diana Damayanti Putong, S.H., M.H., Miando Pasuna Parapat, S.H., M.H., Dr. Rusdianto S, S.H., M.H., Widhayani Dian Pawestri, S.H., M.H., Sugiarto Raharjo Japar, S.H., M.H., Lucky Dafira Nugroho, S.H., M.H., Rotua Puji Astuti, S.H., M.H., Dr. H. Freddy Poernomo, S.H., M.H., Fani Martiawan Kumara Putra, S.H., M.H., Rioavianto, S.H., M.Kn., Bambang Sugeng Ariadi Subagyono, S.H., M.H., Harjono, S.H., M.H., Mangatur Sianipar, S.H., M.H., Dayu Darma Yanti, S.H., M.Kn., Dr. Reifon Cristabella Eventia, S.H., M.H.
x
16. Kepada para Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Jajaran Polda Jatim Karumkit Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya Kombespol dr. Prima Heru Yulianto, MARS., Kombespol Aris Budianto, Sp. THT., Karumkit periode 2014-Juli 2016., AKBP dr. Miyarsi, MARS, selaku Karumkit Bhayangkara Ngajuk dan dr. Lusianto Madyo Nugroho, M.Mkes, selaku Karumkit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro. Terimkasih atas sarana dan bimbingannya selama penulisan disertasi ini.
arahan, bimbingan dan praktek langsung tentang substansi penulisan yang saya teliti.
18. Para dokter Forensik dan Medicolegal di RSUD. Dr. Soetomo Surabaya Prof. Dr. Med. dr. H.M. Soekry. EK, Sp.F., DFM., Prof. Dr. H.Sudjari Solichin, Sp.F (K)., dr. H. Agus Moch Algozi, Sp.F(K)., DFM, S.H., Dr. dr. Ahmad Yudianto SH., Sp.F., M.Kes., drg. Wieke Lutviandari, DFM., dr. Abdul Azis, Sp.F dan dr. Warih Wilianto, Sp.F.
19. Rasa hormat dan bangga kepada guru-guru saya di SD Negeri 03 Dompu (NTB), SLTP Negeri I Dompu (NTB), SPK (Sekolah Perawat Kesehatan) Bima dan Para Dosen Saya di Fakultas Hukum dan Magister Hukum Universitas Bhayangkara Surabaya.
20. Kedua Orang Tua yang sangat saya cintai dan saya banggakan Ayahanda H. Abubakar Usman (Alm) dan Ibunda Hj. Hamidah Umar atas doa, motivasi, dan pengorbanan yang luar biasa serta kakak saya Rosnanigsih, S.Pd, Syarifuddin, Sahlim, dan Sudirman Terima kasih atas doa dan perhatian yang tulus selama ini.
21. Mertua Saya Bapak Armin dan Hj. Aisah atas doa, motivasi dan nasehat yang sangat luar biasa yang tulus selama ini.
xii
dalam menanti dan menemani selama ini. Semoga niat baik kita segera terlaksana dan mendapat berkah.
Penulis yakin bahwa semua dukungan dan doa yang ditujukan oleh semua pihak kepada penulis mendapat berkah dari Allah SWT. Kiranya kepada Allah SWT yang Maha Sempurna. Semoga segala amal ibadah kita diterima Allah SWT. Amiin.
Surabaya, Pebruari 2017 Penulis
RINGKASAN
Disertasi ini berjudul“Kekuatan Pembuktian Otopsi Forensik Virtual Dalam Tindak Pidana” yang mengangkat dan meneliti permasalahan hukum, yakni: 1. Kedudukan otopsi forensik virtual dalam tindak pidana.
2. Kekuatan pembuktian Otopsi Forensik Virtual dalam tindak pidana.
xiv
Hasil penelitian menunjukkan bahwa arti penting dilakukannya otopsi forensik baik yang konvensional maupun yang virtual adalah untuk mengetahui hubungan kausal antara perbuatan pelaku dan akibat matinya korban, atau untuk mengetahui sebab pasti matinya korban, sebagaimana tertuang dalam visum et repertum. Keberadaan Visum et repertum dibuat agar suatu perkara pidana menjadi jelas sehingga dapat berguna bagi kepentingan pemeriksaan dan untuk keadilan serta diperuntukkan bagi kepentingan pemeriksaan perkara pidana di peradilan. Visum et Repertum khusus yang berasal dari Otopsi Forensik Virutal yang mempunyai tingkat akurasi yang tepat dalam hal menentukan sebab kematian khusus untuk kasus-kasus tertentu misalnya pada kasus pneumotoraks atau emboli udara yang sangat sulit didiagnosis melalui autopsi konvensional. Saat tubuh dibuka oleh petugas forensik, maka udara akan keluar dan tidak dapat lagi dideteksi dan masih banyak lagi keunggulan dalam kasus-kasus lainnya, sehingga hasil Visum et Repertum dari otopsi forensik virtual merupakan alat bukti yang sempurna dan mengikat hakim, dan hakim harus menerimanya, sepanjang telah dilakukan sesuai dengan Standart Operasional Prosedur dan peralatan yang digunakan telah memenuhi ketentuan kalibrasi (kecuali bisa dibuktikan sebaliknya).
kaitannya sebagai usaha untuk mengungkap misteri tersebut maka diperlukan apa yang disebut otopsi forensik (bedah mayat) baik yang konvensional maupun yang virtual. Keterangan dokter ahli forensik dan medikolegal atas hasil pemeriksaan terhadap seseorang yang meninggal dunia, yang diduga sebagai akibat kejahatan yang berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut dokter ahli kedokteran forensik dan medikolegal akan membuat kesimpulan tentang perbuatan dan akibat dari perbuatan itu. Proses pembuatan visum et repertum berdasarkan pada apa yang dokter ahli kedokteran kehakiman saksikan, apa yang didengar dan dilihatnya, sehingga merupakan perbuatan hukum yang berkonsekuensi hukum, serta apa yang dilakukan oleh dokter tersebut memang diminta oleh aparat penegak hukum, sementara aktivitasnyapun berdasarkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Segala sesuatu yang berkenan dengan kesaksian atas kematian korban atau setidak-tidaknya patut disangka menjadi korban tindak pidana mempunyai kekuatan sebagai alat bukti Keterangan Ahli, disamping itu, visum et repertum adalah merupakan surat yang dibuat atas sumpah jabatan yaitu jabatan sebagai dokter ahli kedokteran forensik dan medikolegal, sehingga oleh karenanya visum et repertum dapat dikatagorikan sebagai alat bukti surat, sebagaimana tersebut dalam ketentuan Pasal 184 ayat (1) huruf c KUHAP.
xvi
korban, sehingga tercapai suatu tujuan untuk mengetahui hubungan kausal antara perbuatan pelaku dan akibat matinya korban. Berdasarkan otopsi forensik, yang tertuang di dalam visum et Repertum dilihat dan ditemukan pada korban Visum et repertum, akan menunjukkan tentang hasil pemeriksaan seorang dokter tentang apa yang dilihatnya, apa yang dikemukakannya dan apa yang ia dengar sehubungan dengan orang yang luka, seseorang yang terganggu kesehatannya, terkhusus seseorang yang mati, yang telah dilakukan otopsi forensik (bedah mayat). Berdasarkan pemeriksaan tersebut diharapkan akan terungkapnya mengenai sebab-sebab terjadinya kematian, serta kualifikasi luka yang berdasarkan ilmu kedokteran forensik, dalam kaitannya dengan kemungkinan telah terjadinya tindak pidana.
SUMMARY
VIRTUAL FORENSIC AUTOPSY VALIDITY OF EVIDENCE IN A CRIMINAL ACT
This dissertation titled " Virtual Forensic Autopsy Validity of Evidence in
a Criminal Act”were lifted and researching legal issues, namely:
1. The Position Virtual Forensic in Criminal Act.
2. Validity of Virtual Forensic Autopsy evidence in a criminal act.
In accordance with the above legal issues, this research is a normative legal research, withstatute approach In accordance with the above legal issues, this research is a normative legal research, with the approach of legislation which examines all legislation and other regulations in the field of criminal procedural law relating to legal issues with a view to seek the ratio legis and the basic ontological formulation of laws so as to capture the content of philosophical and study the consistency between the legislation with other legislation. In addition, use is also conceptual approach that approaches that depart from the views and doctrines that developed in science, in particular the law of criminal procedure so as to find the ideas which spawned notions of law, legal concepts, and principles law relevant to the legal issues, so as to build a legal argument in solving legal issues, and helped with case approach that examines cases relating to legal issues encountered, and the comparative approach.
xviii
relationship between the act and the perpetrators of the death of the victim. Based
on the autopsy forensics, as stipulated in the post mortem, will show the results of
the examination a doctor about what he saw, what he has put forward and what
he heard in connection with the wounded man, one who disturbed his health,
especially those of a person who died, who had forensic autopsy
(post-mortem).Based on the investigation is expected to be the unfolding of the causes
of death, as well as the qualifications wounds by forensic medical science, in
relation to the possibility of the occurrence of a crime.
Position forensic autopsy is to determine the causal relationship between
the act and the perpetrators of the death of the victim, or to determine the cause
the death of the victim, as stated in the post mortem. To avoid the reasons for the
rejection of conventional forensic autopsy, the forensic autopsy techniques do
virtual, which in practice is not required opening, surgery and body cavities and
cutting body tissue. As well as by the use of scanning techniques that allow viewed
in the complete state of the body in three dimensions, all the important
information such as the position and size of the wound or other pathological
conditions can be known and documented without having to perform invasive
actions.
Visum mortem existence made that a criminal case be clear so that it can be
useful for the purpose of examination and to cater for the interests of justice as
well as examination of criminal cases in court. A post mortem can bind judges,
especially judges can not infer more than a doctor and usually do a post mortem,
The process of making a post mortem is based on what the doctor forensic
medical professionals have seen, what is heard and seen, so it is a legal act legal
consequences. As well as what is done by the physician is required by law
enforcers, while the activity was based on the knowledge he had. Everything was
pleased with the testimony on the death of the victim, or at least ought alleged to
be victims of crime have the power as evidence statements of the experts. In
addition, a post mortem is a letter made on oath that position as a doctor of
medicine judiciary, and therefore a post mortem can be categorized as
documentary evidence, as mentioned in Article 184 paragraph (1) letter c of the
xx ABSTRACT
VIRTUAL FORENSIC AUTOPSY VALIDITY OF EVIDENCE IN A CRIMINAL ACT
In the case of criminal act that caused the death of people as evidence in another (the witness) is someone who sees himself, to hear themselves or in their own natural laws, the witnesses silent (silent witness) in the form of physical facts that the bodies should be able to unravel some mysteries inside it. The insistence on the presence of witnesses silent (dead body) in relation to an attempt to unravel the mystery will require what is called a forensic autopsy (post-mortem), both conventional and virtual. This research was conducted to find the Position virtual forensic autopsy in proving the crime, and Virtual Autopsy forensic validity of evidence in a criminal act.
The research is a legal research using conceptual, statute, case, and comparative approaches for answering the legal issues. The results of this research is consist of two things which are: firstly, Position autopsy forensics in a virtual criminal act is based on Article 184 Criminal Procedure Code has been determined that the various legal evidence is witness testimony, expert testimonies, letters, instructions and information from the defendant, although the Criminal Code does not affirm the strength of the evidence was hierarchical but implies that there comes out first that witness statements are those which have a higher position or important than other evidence. Results Visum mortem autopsy forensic virtual position should be higher than the evidence of other, that the evidence was binding on the judge, do not judge interprets itself or a judge must accept it as a perfect proof, if it has been done in accordance with the Standard Operating Procedures and equipment used in compliance with the provisions of calibration. Secondly, its Validity is the forensic autopsy virtual (OFV) is excellent in determining the cause of death specific to certain cases, for example in the case of pneumothorax or air embolism is very difficult to diagnose through conventional forensic autopsy (OFK). Based on the autopsy forensic virtual, contained in his post mortem, will show the results of the examination a doctor about what he saw, what he has put forward and what he heard in connection with the wounded man, one who disturbed his health, especially those of a person who died, who has done a forensic autopsy (post-mortem). Based on the investigation is expected to be the unfolding of the causes of death, as well as the qualifications wounds by forensic medical science, in relation to the possibility of the occurrence of a crime.