• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita Ringan di SMPLB Negeri Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita Ringan di SMPLB Negeri Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016 - Test Repository"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

i

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA RINGAN DI SMPLB NEGERI SALATIGA TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

SEPTINE DWI NINGSIH MARYANI NIM: 111-12-060

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (Qs. An-Nisa’ 4: 9).

PERSEMBAHAN :

Alhamdulillah dengan izin Allah SWT skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya. 2. Ibuku tercinta, Ibu Tri Maryani yang tak henti-hentinya melantunkan do’a

untuk anak-anaknya, yang selalu membimbing dan mendukung setiap langkah putra-putrinya, dan yang selalu mengusahakan yang terbaik untuk anak-anaknya.

3. Mbah Kung, Bapak Amat Karyo Musri terima kasih untuk semua kasih

(7)

vii

4. Kakak adikku, Mas Novandhi Bagus Wicaksono dan Nikmattul Fitri yang selalu menjadi teman bertengkar, namun itu menjadi sesuatu yang sangat dirindukan.

5. Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam mencapai kesuksesan.

6. Seluruh siswa-siswi SLB Negeri Salatiga, jangan pernah menyerah dalam menjalani kehidupan meskipun dengan berbagai keterbatasan.

7. Untuk Nur Aini, Bai’atun Nisak, yang tak pernah lelah melukiskan cerita -cerita indah untuk mewarnai hidupku, yang selalu ada dalam menemaniku menggapai mimpi.

8. Untuk Ika, Tilam, kawan-kawan yang menjadi teman suka duka di kampus, yang sama-sama berjuang meraih kesuksesan. Seluruh teman-teman PAI B 2012 seperjuangan, terimakasih atas canda tawa yang luar biasa.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga bisa menikmati indahnya Islam di dunia ini. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan

seluruh umat Islam Nabi Muhammad SAW yang selalu dinantikan syafa’atnya di

hari akhir kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita Ringan di SMPLB Negeri

Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016.”

Alhamdulillah proses perjuangan dalam penyusunan skripsi ini telah penulis lalui dengan baik. Tidak ada ungkapan lain yang dapat penulis utarakan selain ucapan syukur yang tiada tara kepada Allah SWT karena hanya atas ridho dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

(9)

ix

4. Bapak Rasimin, S.Pd.I, M.Pd., selaku Dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, dan motivasi yang diberikan.

5. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag., selaku pembimbing akademik.

6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Eko Puji, S.Ag. selaku guru PAI, Bapak Wawan P, S.PdSD selaku Waka Kurikulum, seluruh staf dan karyawan serta seluruh peserta didik SLB Negeri Salatiga.

8. Keluargaku yang selalu mencurahkan dukungan dan do’a yang tiada henti bagi keberhasilan penulis.

9. Semua pihak yang ikut serta memberikan bantuan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis hanya bisa berdo’a, semoga amal dan kebaikan seluruh pihak dapat diterima oleh Allah sebagai amal ibadah dan mendapatkan balasan sebaik-baiknya. Tidak ada sesuatu yang sempurna didunia ini melainkan Dia Yang Maha Sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga tulisan ini mempunyai nilai guna dan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Salatiga,10 Agustus 2016 Penulis

(10)

x ABSTRAK

Maryani, Septine Dwi Ningsih. 2016. 111-12-060. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita Ringan di

SMPLB Negeri Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Fakultas

Tarbiyah. Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Rasimin, S.Pd.I, M.Pd.

Kata Kunci: Pembelajaran, PAI, dan Tunagrahita Ringan

Pendidikan agama menjadi sangat penting karena membantu peserta didik dalam meningkatkan kemampuan intelektual maupun psikologisnya, mengembangkan bakat dan potensi, membentuk manusia yang beriman dan bertakwa, dan untuk mencapai tujuan hidupnya. Untuk itu semua orang berhak mendapatkan layanan pendidikan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : sistem pembelajaran PAI pada kelas Tunagrahita Ringan di SMPLB Negeri Salatiga. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana sistem pembelajaran PAI yang diterapkan pada kelas Tunagrahita Ringan di SMPLB Negeri Salatiga. Serta bagaimana solusi yang diberikan sekolah dalam menghadapai hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analitik. Untuk mendapatkan data teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dengan menggunakan teknik observasi , wawancara. Sedangkan teknik analisis menggunakan model analisis data kualitatif deskriptif.

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN BERLOGO... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR... viii

ABSTRAK... x

DAFTAR ISI... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Kegunaan Penelitian... 7

E. Definisi Operasional... 8

F. Metode Penelitian... 9

G. Sistematika Penulisan... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 17

A. Pendidikan Agama Islam... 17

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam... 17

(12)

xii

B. Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak

Tunagrahita... 29

1. Pengertian Belajar... 29

2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam... 33

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN... 44

A. Gambaran Umum SLB Negeri Salatiga... 44

1. Sejarah Berdirinya SLB Negeri Salatiga... 44

2. Visi, Misi, Tujuan, dan Strategi Pembelajaran SLB Negeri Salatiga... 45

3. Data Guru, Siswa, serta Sarana dan Prasarana SLB Negeri Salatiga... 47

4. Dukungan Masyarakat Untuk SLB Negeri Salatiga... 48

5. Peran SLB Negeri Salatiga Dalam Memunculkan Kesadaran Orang Tua Akan Pentingnya Pendidikan Bagi Anak Tunagrahita... 49

B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Tunagrahita Ringan di SMPLB Negeri Salatiga... 51

1. Kurikulum yang Digunakan... 51

2. Materi yang Diajarkan... 51

3. Metode yang Digunakan Pada Pembelajaran Agama Islam... 53

(13)

xiii

C. Solusi Menghadapi Hambatan Pembelajaran PAI Pada Anak Tunagrahita Ringan di SMPLB

Negeri Salatiga... 59

BAB IV PEMBAHASAN... 61

A. Implementasi Pembelajaran PAI Pada Kelas Tunagrahita Ringan di SMPLB Negeri Salatiga... 61

1. Kurikulum dalam Pembelajaran PAI di SMPLB Negeri Salatiga.. 61

2. Pelaksanaan Pembelajaran PAI di SMPLB Negeri Salatiga... 62

3. Metode Pembelajaran PAI di SMPLB Negeri Salatiga... 63

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran PAI Pada Anak Tunagrahita Ringan di SMPLB Negeri Salatiga... 66

1. Faktor Pendukung Pembelajaran PAI di SMPLB Negeri Salatiga.. 67

2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pembelajaran PAI di SMPLB Negeri Salatiga... 68

C. Solusi Menghadapi Hambatan Pemebelajaran PAI Tunagrahita Ringan di SMPLB Negeri Salatiga... 68

BAB V PENUTUP... 70

A. Kesimpulan... 70

B. Saran... 71 DAFTAR PUSTAKA

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu upaya yang dilaksanakan guna membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan intelektual maupun psikologisnya serta dapat mengembangkan bakat atau potensi – potensi yang mereka miliki, sehingga dapat berbaur atau menyesuaikan diri dilingkungannya serta dapat mencapai tujuan hidupnya. Setiap individu tentunya berhak untuk mendapatkan suatu layanan pendidikan yang dapat membantu diri individu dalam menjalani proses kehidupan. Tidak terkecuali pada anak Tunagrahita, meskipun memiliki kemampuan intelektual yang rendah atau di bawah rata-rata namun mereka juga berhak untuk mendapatkan layanan pendidikan.

(15)

2

Dengan berlandaskan UU inilah anak Tunagrahita yang termasuk dalam individu yang memiliki keterbatasan intelektual berhak mendapatkan layanan atau kegiatan pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi lain yang masih dimiliki secara maksimal.

Pelayanan pendidikan pada setiap anak yang memiliki kebutuhan khusus tentu akan berbeda-beda, tergantung kekurangan apa yang dialami oleh masing-masing anak dan seberapa parahkah kekurangan tersebut sehingga pelayanannya pun dapat sampai kepada ABK dengan tepat (Smart, 2012:102).

Sekolah Luar Biasa tidak hanya untuk penyandang cacat mental saja, namun juga peruntukan bagi para peyandang cacat fisik atau ABK, yang didalamnya terdapat Tunarungu, Tunanetra, Tunalaras, Tunadaksa, Anak Berbakat, Anak Lamban Belajar, serta Tunagrahita dimana anak Tunagrahita masuk dalam kelas SLB-C.

(16)

3

Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan sekolah yang dirancang khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus dari satu jenis kelainan. Dalam satu unit SLB biasanya terdapat berbagai jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, hingga lanjutan. SMPLB atau Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa sendiri merupakan salah satu unit jenjang pendidikan dari SLB yang bertujuan melaksanakan pendidikan sehingga dapat mencerdaskan anak-anak berkebutuhan khusus pada tingkat lanjutan.

Dalam pelaksanaan pendidikan tentunya diperlukan kerjasama antara pihak sekolah, orang tua, masyarakat, serta pemerintah, sehingga diharapkan dapat terwujudnya sistem pendidikan yang sesuai dengan siswa dan hasil yang sesuai dengan harapan orang tua.

Anak Tunagrahita selain membutuhkan keterampilan dan ilmu pengetahuan umum seperti ilmu alam, membaca, berhitung, dan lainnya, juga membutuhkan Pendidikan Agama karena bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah, menumbuh suburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia dan alam semesta (Daulay dan Pasa, 2012:3).

(17)

4

Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Qs. Al-Baqarah 2:30).

Dalam Qs. Al-Baqarah 2:30 disebutkan bahwa manusia mempunyai tugas sebagai khalifah Allah di bumi ini, untuk itu manusia memikul amanah untuk menjaga, merawat, memelihara, dan melestarikan alam ini. Tidak terkecuali bagi anak Tunagrahita, mereka juga memiliki fungsi sebagai khalifah dibumi ini, mereka juga memiliki tugas yang sama seperti manusia normal lainnya meskipun kapasitasnya tidak sama besarnya.

(18)

5

Setiap peserta didik tentu memiliki karakteristik dan latar belakang yang berbeda-beda, namun sebagai seorang pendidik harus dapat mengerti dan memahami perbedaan dari setiap siswanya. Karenanya, pendidik tidak boleh membeda-bedakan siswanya, seperti halnya siswa yang normal dengan siswa berkebutuhan khusus harus diperlakukan sama karena mereka sama-sama memiliki hak untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus tidak boleh dipandang sebelah mata, mereka memerlukan ilmu pengetahuan dan keterampilan agar dapat menjalani berbagai tantangan kehidupan.

(19)

6

serta memiliki sikap dan perilaku yang sopan terhadap orang lain. Tentunya hal ini menjadi menarik mengingat anak tunagrahita memiliki keterbatasan intelektual sehingga bagaimana peranan sekolah khususnya dalam memberikan pendidikan agama untuk membina anak-anak tunagrahita ini menjadi anak yang beriman dan bertakwa kepada Tuhannya serta memiliki sikap dan budi pekerti yang baik.

Berdasarkan latar belakang inilah, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita Ringan di SMPLB

Negeri Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pembelajaran PAI yang diterapkan pada kelas Tunagrahita Ringan di SMPLB Negeri Salatiga?

2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pembelajaran PAI pada kelas Tunagrahita Ringan di SMPLB Negeri Salatiga?

(20)

7 C. Tujuan Penelitian

Agar dapat memberikan gambaran yang jelas dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan tujuan yang hendak dicapai, yaitu:

1. Mengetahui pembelajaran PAI yang diterapkan pada kelas Tunagrahita Ringan di SMPLB Negeri Salatiga.

2. Mengetahui faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pembelajaran PAI pada kelas Tunagrahita Ringan di SMPLB Negeri Salatiga.

3. Mengetahui solusi yang diberikan dari SMPLB Negeri Salatiga untuk menghadapi hambatan dalam implementasi pembelajaran PAI kelas Tunagrahita Ringan.

D. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian diharapkan akan memberikan informasi tentang implementasi pembelajaran PAI pada siswa Tunagrahita Ringan, sehingga dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara teoritis

(21)

8 2. Secara praktis

Dapat memberikan masukan dan sebagai bahan pertimbangan guna pengembangan SLB Negeri Salatiga. Dan diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat bagaimana memberikan pendidikan bagi anak Tunagrahita yang sesuai dengan kebutuhan mereka, dan bagi siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan lebih baik dan hasil yang dicapai siswa dapat lebih maksimal.

E. Definisi Operasional

Dalam penulisan skripsi ini ada beberapa istilah yang perlu diperjelas agar tidak terjadi kesalah pahaman pembaca sehingga dapat memudahkan pembaca untuk memahami isi dari skripsi ini. Adapun istilah-istilah tersebut ialah:

1. Pembelajaran PAI

(22)

9 2. Anak Tunagrahita

Anak tunagrahita ialah anak-anak dalam kelompok dibawah normal dan atau lebih lamban daripada anak normal, baik perkembangan sosial maupun lecerdasannya disebut anak terbelakang mental (Apriyanto, 2012:21).

Tunagrahita merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut anak atau orang yang memiliki kemampuan intelektual dibawah rata-rata atau bisa juga disebut dengan retardasi mental. Tunagrahita ditandai dengan keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Keterbatasan inilah yang membuat para tunagrahita sulit untuk mengikuti program pendidikan seperti anak pada umumnya.

F. Metode Penelitian

Coghlan dan Brannick (2010); Collis dan Hussey (2003); Leedy dan Ormrod (2005), mengungkapkan bahwa metode penelitian adalah cara yang akan ditempuh oleh peneliti untuk menjawab permasalahan penelitian atau rumusan masalah (Sarosa, 2012:36).

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

(23)

10

mengajar terhadap anak-anak tunagrahita, sehingga akan diketahui apa saja hambatan pada pelaksanaan pembelajaran PAI.

2. Kehadiran Penelitian

Kehadiran peneliti dalam penelitian ini sebagai pengamat dan juga pendamping guru Pendidikan Agama Islam dalam penyampaian materi PAI terhadap anak-anak tunagrahita ringan di SMPLB Negeri Salatiga. 3. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah di SMPLB Negeri Salatiga.

b. Waktu Penelitian

Waktu Penelitian di mulai Bulan April 2016 s.d selesai. 4. Sumber Data

Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tape, pengambilan foto atau film (Moleong, 2009:157).

(24)

11 5. Prosedur Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek dengan sistematika fenomena yang diselidiki (Sukandarrumidi, 2004:69). Pengamatan dilaksanakan secara langsung dimana pewawancara dan yang diwawancarai saling berhadapan. Peneliti menulis hasil observasi dan merekamnya menggunakan alat bantu seperti video dan audio tape agar data yang didapatlan lebih akurat. Leedy (1980) mengungkapkan bahwa : Obsevation has been accompanied by the making of a record and the record is

always a part of the observation. Observation is indissolubly linked

with a record. Artinya “Observasi selalu disertai dengan

pembuatan rekaman dan rekaman sendiri merupakan bagian dari observasi. Observasi tidak dapat dipisahkan dengan perekaman (Yunus, 2010:375).

(25)

12 b. Interview / Wawancara

Wawancara adalah kegiatan pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan cara menanyakan secara langsung pada sumber informasi (Yunus, 2010:357).

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan interview kepada wakil kepala sekolah, guru PAI dan siswa guna mengetahui apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat pembelajaran PAI

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan kepada subyek penelitian, dokumen dapat berupa catatan pribadi, surat pribadi, buku harian, laporan kerja, notulen rapat, catatan khusus, rekaman kaset, rekaman video, foto dan lain sebagainya (Sukandarrumidi, 2004:100-101). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan data-data sekolah yang diperlukan dalam penelitian ini.

6. Analisis Data

Bogdan dan Biklen (1982) mengungkapkan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2009:248).

(26)

13

interview / wawancara serta dokumentasi akan dipilah sesuai dengan yang diperlukan untuk kemudian diolah atau disusun sehingga dapat dideskripsikan secara sistematis. Hal ini berkaitan dengan, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara atau penelaahan dokumen (Moleong, 2009:9).

7. Pemeriksaan Keabsahan Data

Agar peneliti ini mendapatkan kepercayaan dari pembaca, maka diperlukan pemeriksaan keabsahan data menggunakan :

a. Perpanjangan keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai (Moleong, 2009:327). Dalam pelaksanaan metode ini, peneliti ikut berperan serta dalam proses pembelajaran PAI, yaitu dengan ikut menjadi pengajar mata pelajaran PAI. Sehingga dengan metode ini diharapkan dapat memperoleh data yang valid mengenai proses pembelajaran PAI dan apa saja hambatan-hambatannya.

b. Triangulasi

(27)

14

berbagai teknik pengumpulan data dengan maksud untuk memperoleh tingkat kebenaran yang tinggi (Yunus, 2010:409). Pemanfaatan metode triangulasi dapat dilaksanakan menggunakan tiga macam cara :

1) Triangulasi dengan sumber, menurut Patton (1987:331) berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Moleong, 2009:330). 2) Triangulasi dengan metode, menurut Patton (1987:329)

terdapat dua strategi yaitu : (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama (Moleong, 2009:331).

3) Triangulasi dengan penyidik yaitu dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kemelencengan dalam pengumpulan data (Moleong, 2009:331).

(28)

15 8. Tahap-Tahap Penelitian

a. Tahap Pra lapangan

Peneliti merancang apa saja yang akan dilakukan seperti memilih lapangan penelitian, mengurus perijinan, menyiapkan perlengkapan penelitian serta memperhatikan etika dalam penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan

Dalam tahap ini peneliti mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan isi skripsi, kemudian mengumpulkan data dengan melakukan observasi ke sekolah dan melaksanakan wawancara kepada wakil kepala sekolah, guru PAI serta para peserta didik. c. Tahap analisis data

1) Pengumpulan data

Dalam tahap pengumpulan data, penulis mengumpulkan data dari yang diperoleh dari proses obervasi, wawancara dan dokumentasi.

2) Analisis data

Pada tahap ini penulis menelaah semua data yang telah terkumpul dari berbagai sumber yaitu kepala sekolah, guru PAI dan peserta didik.

G. Sistematika Penulisan

(29)

16

BAB I berisikan Pendahuluan yang membahas tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian (Pendekatan dan Jenis Penelitian, Kehadiran Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data, Pemeriksaan Keabsahan Data, Tahap-Tahap Penelitian), dan Sistematika Penulisan.

BAB II memuat Kajian Pustaka yang berisi Landasan Teori, yang mengungkapkan tentang implementasi pembelajaran PAI pada Sekolah Luar Biasa.

BAB III akan membahas mengenai gambaran umum lokasi dan subyek penelitian yaitu sejarah berdirinya SMPLB Negeri Salatiga, lokasi, visi dan misi, keadaan siswa, guru dan karyawan, struktur organisasi, sarana dan prasarana, serta penyajian data hasil penelitian.

BAB IV berisikan analisis data yang terdiri dari : analisis deskriptif dan pembahasan. Pembahasan tersebut meliputi : Sistem pembelajaran PAI SMPLB (Kelas C) Negeri Salatiga, faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pembelajaran PAI di SMPLB (Kelas C) Negeri Salatiga, serta solusi yang diberikan dari SMPLB Negeri Salatiga untuk menghadapi hambatan dalam implementasi pembelajaran PAI kelas Tunagrahita Ringan (Kelas C).

(30)

17 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Secara bahasa, pendidikan dalam Bahasa Arab berasal dari kata

“Attarbiyah” yang merupakan masdar dari Rabbaa yang memiliki arti antara lain mengasuh, mendidik dan memelihara yang sesuai dengan Qs. Al-Israa’ : 24

Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".”(Qs. Al-Israa’ : 24).

Selain Rabbaa ada pula kata-kata yang serumpun dengannya yaitu Rabba yang artinya memiliki, memimpin, memperbaiki, menambah. Kemudian ada kata Rabaa yang artinya tumbuh dan berkembang.

(31)

18

memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi (sumber daya insani) menuju kesempurnaan insani (Insan Kamil).

Pendidikan juga dapat diartikan sebagai proses kegiatan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan, seirama dengan perkembangan anak (Achmadi, 1987:1-5).

Dengan makna yang sama Moh. Roqib mengungkapkan bahwa pendidikan yang dalam bahasa disebut Tarbiyah berasal dari kata

Rabb yang seperti dinyatakan dalam Qs. Al-Fatihah (1) : 2, Allah

sebagai Tuhan seluruh alam (Rabb al-álamin) yaitu Tuhan yang mengatur dan mendidik seluruh alam (Roqib, 2009:14).

Dalam al-Qurán istilah agama menggunakan kata din

al-haqq yang berarti agama yang benar. Allah Swt. berfirman dalam Qs.

At-Taubah (9) : 33

Artinya: “Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang

musyrikin tidak menyukai.” (Qs. At-Taubah (9) : 33).

(32)

19

dasar tunduk dan patuh kepada-Nya. Siapa yang menolak tunduk kepada Allah dan mengikuti aturan / sistem agama lain dari agama yang benar yang diciptakanNya, untuk mengatur kehidupan, akan mengalami kerugian di akhirat nanti (Ahmad, 1985:8).

Selain pengertian tersebut, ada pula beberapa pendapat dari para ahli diantaranya :

a. Zakiyah Daradjat

Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup didunia maupun di akhirat kelak (Daradjat, dkk, 2011:86).

b. Achmadi

Pendidikan Agama Islam ialah usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan dan sumber daya insani agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam (Achmadi, 1987:10).

c. Muhaimin, dkk

(33)

20

memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional (Muhaimin, 2008:75-76). 2. Landasan dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

a. Landasan Pendidikan Islam

Pendidikan Islam sebagai suatu usaha membentuk manusia, harus mempunyai landasan kemana semua kegiatan dan semua perumusan tujuan pendidikan Islam itu dihubungkan.

Adapun landasan tersebut terdiri dari : 1) Al-Qur’an

Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Didalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut Aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut syari’ah.

Pendidikan karena termasuk ke dalam usaha atau tindakan untuk membentuk manusia termasuk ke dalam ruang lingkup

(34)

21

menentukan corak dan bentuk amal dan kehidupan manusia, baik pribadi maupun masyarakat (Daradjat, dkk, 2011:19-20).

Didalam Al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan. Salah satunya ialah Qs. At-Tahrim (66) : 6







Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu

mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Qs. At-Tahrim (66) : 6).

(35)

22 2) As-Sunnah

As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasul Allah Swt. Yang dimaksud dengan pengakuan itu ialah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah

Al-Qur’an. Seperti Al-Qur’an, Sunnah juga berisi aqidah dan

syari’ah. Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk

kemashlahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertakwa. Untuk itu Rasul Allah menjadi guru dan pendidik utama. Beliau sendiri mendidik pertama dengan menggunakan rumah Al-Arqam ibn Abi Al-Arqam, kedua dengan memanfaatkan tawanan perang untuk mengajar baca tulis, ketiga denga mengirim para sahabat ke daerah-daerah yang baru masuk Islam. Semua itu adalah pendidikan dalam rangka pembentukan manusia muslim dan masyarakat Islam. Oleh karena itu, Sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia muslim (Daradjat, dkk, 2011:20-21).

3) Ijtihad

(36)

23

syari’at Islam untuk menetapkan atau menentukan sesuatu

hukum syari’at Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada

Al-Qur’an dan Sunnah. Namun demikian, ijtihad harus mengikuti

kaidah-kaidah yang diatur oleh para mujtahid tidak boleh bertentangan dengan isi Al-Qur’an dan Sunnah tersebut. Karena itu ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukum Islam yang sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah Rasul Allah wafat. Sasaran ijtihad ialah segala sesuatu yang diperlukan dalam kehidupan yang senantiasa berkembang. Ijtihad bidang pendidikan sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, terasa semakin urgen dan mendesak, tidak saja dibidang materi atau isi, melainkan juga dibidang sistem dalam artinya yang luas.

Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari

(37)

24

Selain landasan diatas, terdapat pula dasar pendidikan dari negara, landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak. Pendidikan menurut UUD 1945 yakni terdapat pada Pasal 31 ayat 1 yang berbunyi, tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran. Ayat 2 menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang. UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Kadir, 2012:97).

Pendidikan Agama juga memiliki dasar pelaksanaan pendidikan yang berasal dari perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama disekolah secara formal. Dasar yuridis formal tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu :

1) Dasar Ideal, yaitu dasar falsafah negara Pancasila, sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa.

(38)

25

3) Dasar Operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No IV/MPR/1973 yang kemudian dikokohkan dalam Tap MPR No IV/MPR/1978. Ketetapan MPR No II/MPR/1983 diperkuat oleh Tap MPR No II/MPR/1988 dan Tap MPR No II/MPR/1993 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (Majid, 2005:132).

Dari dasar yuridis formal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwasanya setiap warga negara memiliki kebebasan dalam memeluk agama sesuai dengan keyakinannya sehingga mereka harus mengerti ajaran agama masing-masing, oleh karena itulah pendidikan agama sangat penting untuk diberikan kepada para peserta didik.

b. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai (Daradjat, dkk, 2011:29).

Sedangkan tujuan pendidikan ialah perubahan yang diharapkan setelah subyek didik mengalami proses pendidikan baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu itu hidup (Achmadi, 1987:82).

Adapun tujuan pendidikan nasional tertuang dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 yang berbunyi

(39)

26

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis, serta bertanggung jawab” (Komarudin, 2009:14).

Tujuan pendidikan agama Islam sendiri menurut GBPP PAI (1994) ialah meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Muhaimin, dkk, 2008:78).

Adapun tujuan pendidikan meliputi : 1)Tujuan Umum

(40)

27 2)Tujuan Akhir

Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup ini telah berakhir pula. Tujuan umum yang berbentuk Insan Kamil dengan pola takwa dapat mengalami perubahan naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah







Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam

(41)

28 3) Tujuan Sementara

Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal (Daradjat, dkk 2011:31).

4) Tujuan Operasional

Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional (Daradjat, dkk, 2011:32).

B. Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama pada Anak Tunagrahita 1. Pengertian Belajar

Meskipun memiliki keterbatasan, anak tunagrahita juga memiliki hak yang sama untuk belajar, belajar tidak hanya dilakukan di dalam sekolah namun dapat dilakukan dilingkungannya serta di sepanjang hidupnya.

(42)

29

dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, 1991:2).

Dari uraian definisi belajar diatas telah djelaskan bahwa ciri belajar itu adanya perubahan dalam diri individu. Syah (2003) menyatakan bahwa wujud hasil belajar dapat dilihat adanya sembilan wujud perubahan, yaitu:

a. Kebiasaan

Orang yang berhasil belajar akan mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang tidak diperlukan serta akan menjadikaan seseorang berperilaku positif yang relatif menetap dan otomatis.

b. Keterampilan

Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengat urat syaraf dan otot yang bersifat motorik. Oleh sebab itu, hasil belajar dapat dilihat tingkat keterampilan yang ada dalam diri individu.

c. Pengamatan

Pengamatan dapat diartikan proses menerima, menasirkan dan mengartikan rangsangan yang masuk melalui panca indra, terutama mata dan telinga. Seseorang yang belajar akan menghasilkan pengamatan yang obyektif dan benar.

d. Berpikir asosiatif dan daya ingat

(43)

30

mudah melakukan berpikir asosiatif tersebut, serta akan memiliki daya ingat yang lebih baik.

e. Berpikir rasional dan kritis

Berpikir rasional berarti mampu menggunakan logika untuk menentukan sebab-akibat, menganalisis, menyimpulkan, bahkan meramalkan sesuatu.

f. Sikap

Sikap adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk mereaksi terhadap suatu hal. Hasil belajar akan ditandai muncul kecenderungan baru dalam diri seseorang dalam menghadapi suatu obyek, tata nilai, peristiwa, dan sebagainya.

g. Inhibisi

Inhibisi dalam konteks belajar dapat diartikan kesanggupan individu untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak perlu dan mampu memilih dan melakukan tindakan lain yang lebih baik.

h. Apresiasi

Orang belajar akan muncul kemampuan untuk menilai dan menghargai terhadap sesuatu objek tertentu.

i. Tingkah laku efektif

(44)

31

Meskipun kesembilan poin tersebut tidak dapat dicapai oleh anak-anak tunagrahita secara keseluruhan, namun ada beberapa bentuk perubahan yang dapat mereka capai setelah melalui proses belajar, seperti perubahan pada kebiasaan, sikap dan tingkah laku, juga keterampilan-keterampilan yang diberikan dari sekolah sebagai bekal menjalani kehidupan dimasa yang akan datang.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Suryabrata (2004) secara umum dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Masing-masing faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Faktor Eksternal 1) Faktor nonsosial

Faktor nonsosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar. Kondisi fisik berupa cuaca, alat, gedung, dan sejenisnya.

2) Faktor sosial

(45)

32

dalam keluarga, hubungan antar personil sekolah dan sebagainya.

b. Faktor Internal

1) Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri individu. Faktor fisiologis terdiri dari:

a) Keadaan Tonus jasmani pada umumnya

Apabila badan individu dalam keadaan bugar dan sehat maka akan mendukung hasil belajar. Sebaliknya, jika badan individu dalam keadaan kurang bugar dan kurang sehat akan menghambat hasil belajar.

b) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu

Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu adalah keadaan fungsi jasmani yang terkait dengan fungsi panca indra yang ada dalam diri individu. Panca indra merupakan pintu gerbang masuknya pengetahuan dalam diri individu.

c) Faktor psikologis

Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam diri individu. Faktor-faktor psikis tersebut antara lain tingkat kecerdasan, motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian, kematangan dan lain sebagainya (Sriyanti, 2009:23-25). 2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

(46)

33

keterlambatan bicara reseptif, ekspresif dan disertai keterlambatan visio-motor. Kemampuan penafsiran sesuatu yang didengar, serta gangguan penggunaan mimik (Maulana, 2012:200).

Hal-hal yang perlu disiapkan oleh orang tua dengan anak tunagrahita: a. Tumbuhkan kepercayaan diri orang tua

Anak sangat memerlukan orang tuanya dalam menghadapi kenyataan tentang variasi psikis yang dimilikinya. Dengan adanya kepercayaan diri dan keikhlasan menerima kondisi si anak, akan lebih mudah bagi orang tua untuk mengarahkan mereka sesuai dengan kemampuan dan efektifitas yang bisa dijangkau.

b. Beri lingkungan yang nyaman dan kondusif bagi anak

Anak akan mampu berkembang semaksimal mungkin jika diberikan kepercayaan, lingkungan, dan pengasuhan yang tepat. Target utama untuk dapat menolong diri sendiri minimal bisa diatasi. Selanjutnya, anak dilatih sesuai tingkat maksimal kemampuan dan intelegensi masing-masing.

c. Mencari sekolah yang tepat

(47)

34

d. Mengembangkan kemampuan anak semaksimal mungkin

Sebagai orang tua jangan terlalu banyak menuntut apalagi membandingkan mereka, cukup berikan dukungan dengan apa yang bisa mereka kerjakan. Bisa jadi si anak tergolong ke dalam tingkat intelegensi rendah, tetapi tetap memiliki bakat yang bisa diandalkan semacam melukis atau membuat kerajinan tangan (Pratiwi dan Murtiningsih, 2013:87-88).

Selaras dengan pendapat Pratiwi dan Murtiningsih (2013) bahwa meskipun memiliki IQ dibawah rata-rata, namun bukan berarti anak tunagrahita lantas tidak mendapatkan pendidikan, mereka juga berhak mendapat pendidikan seperti anak normal lainnya. Hal ini sesuai dengan UU No 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 8 ayat 1 yang menyebutkan bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik dan/atau mental berhak memperoleh pendidikan luar biasa adalah pendidikan yang disesuaikan dengan kelainan peserta didik berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bersangkutan (Apriyanto, 2012:12).

a. Pendidikan di rumah

(48)

35

dirumah sangatlah penting, alasan yang pertama, pendidikan di tiga tempat pendidikan lainnya (masyarakat, rumah ibadah, sekolah) frekuensinya rendah, sedangkan alasan yang kedua ialah, inti pendidikan agama (Islam) ialah penanaman iman. Penanaman iman itu hanya mungkin dilaksanakan secara maksimal dalam kehidupan sehari-hari dan itu hanya mungkin dilakukan dirumah (Tafsir, 2008:134-135).

Pendidikan agama bagi anak tunagrahita juga menjadi tanggung jawab orang tua, yang sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka :

1) Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.

2) Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmani maupun rohaniah, dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafat hidup dan agama yang dianutnya.

3) Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya.

(49)

36 b. Pendidikan di sekolah

Sekolah merupakan tempat dimana sistem pembelajaran telah terstruktur sesuai dengan standar pendidikan nasional dimana telah disesuaikan dengan kebutuhan para peserta didiknya dimana didalamnya juga terdapat visi, misi dan tujuan pembelajaran yang sesuai.

Pendidikan agama merupakan mata pelajaran yang wajib terdapat pada kurikulum pendidikan. Karena pelajaran agama memuat tentang nilai-nilai kemanusiaan yang berisikan bagaimana cara berhubungan yang baik kepada sesama manusia serta makhluk Allah lainnya. Peserta didik diajarkan bagaimana berakhlak mulia sesuai aturan agamanya sehingga peserta didik termasuk anak tunagrahita mampu bersosialisasi dengan baik dengan lingkungannya.

Kedua, pelajaran agama berisikan pengenalan terhadap Tuhannya, dimana didalamnya memuat siapa Tuhannya, bagaimana para peserta didik berkomunikasi terhadap Tuhannya melalui ibadah yang harus dilakukan sesuai dengan ajaran agamanya.

(50)

37

mendekatkan jiwanya terhadap Tuhannya sehingga dapat tertanam sikap-sikap positif dalam diri peserta didik.

c. Pengelolaan Pembelajaran

Peran dan fungsi PAI ialah membentuk pribadi muslim yang beriman dan berakhlak mulia sebagai bekal peserta didik dalam menjalani kehidupan didunia dan di akhirat, sehingga dalam pelaksanaan pembelajarannya diperlukan berbagai persiapan (seperti kurikulum, metode, alat, bahan, dan lainnya) yang dapat menunjang proses pembelajaran agar dapat tersampaikan maksud dan tujuan dari setiap materi yang disampaikan. Tidak terkecuali bagi para siswa tunagrahita, dimana mereka juga memerlukan bekal agama dalam menjalani kehidupannya, sehingga guru haruslah memiliki metode maupun cara serta memiliki pemahaman berbagai prinsip dan prosedur dalam penyampaian pembelajaran PAI sehingga dapat diterima oleh para siswa tunagrahita dengan baik.

1) Prinsip-prinsip pembelajaran

Terdapat beberapa prinsip yang dapat dijadikan pelajaran bagi kita dari tindakan Rasulullah dalam menanamkan rasa keimanan dan akhlak terhadap anak, yaitu:

(51)

38

kegiatan sosial. Motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan dari luar individu.

b) Fokus, ucapannya ringkas, langsung pada inti pembicaraan tanpa ada kata yang memalingkan dari ucapannya, sehingga mudah dipahami.

c) Pembicaraannya tdak terlalu cepat sehingga dapat memberikan waktu kepada anak untuk menguasainya.

d) Repetisi, senantiasa melakukan tiga kali pengulangan pada kalimat-kalimatnya supaya dapat diingat atau dihafal.

e) Analogi langsung, sehingga dapat memberikan motivasi, hasrat ingin tahu, memuji atau mencela, dan mengasah otak untuk menggerakkan potensi pemikiran atau timbul kesadaran untuk merenung dan tafakkur.

f) Memperhatikan keragaman anak, sehingga dapat melahirkan pemahaman yang berbedadan tidak terbatas satu pemahaman saja, dan dapat memotivasi siswa untuk terus belajar tanpa dihinggapi perasaan jemu.

g) Memperhatikan tiga tujuan moral, yaitu: kognitif, emosional dan kinetik.

(52)

39

i) Menumbuhkan kreativitas anak, dengan mengajukan pertanyaan, kemudian mendapat jawaban dari anak yang diajak bicara.

j) Berbaur dengan anak-anak, masyarakat, dan sebagainya, tidak eksklusif / terpisah, seperti bermusyawarah dan sebagainya. k) Aplikasi, Rasulullah langsung memberikan pekerjaan kepada

anak.

l) Do’a, setiap perbuatan diawali dan diakhiri dengan menyebut Asma Allah.

m) Teladan, satu kata antara ucapan dan perbuatan yang dilandasi dengan niat yang tulus karena Allah (Majid, 2008:130-131). 2) Prosedur Pembelajaran

Dalam pelakasanaan pembelajaran PAI hendaknya guru harus memahami bahwasanya kemampuan setiap anak dalam menerima pelajaran pastinya berbeda, terlebih lagi bagi anak tunagrahita yang mana anak-anak tersebut memiliki intelegensi dibawah rata-rata normal. Untuk itu, guru sebaiknya memahami tentang pendekatan dan metode pembelajaran yang akan diuraikan sebagai berikut: a) Pendekatan

(53)

40

(1) Keimanan, memberikan peluang kepada peserta didik untuk

mengembangkan pemahaman adanya Tuhan sebagai sumber kehidupan makhluk sejagat ini.

(2) Pengamalan, memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengamalan ibadah dan akhlak dalam menghadapi tugas-tugas dan masalah dalam kehidupan.

(3) Pembiasaan, memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk membiasakan sikap dan perilaku baik yang sesuai dengan ajaran Islam dan budaya bangsa dalam menghadapi masalah kehidupan.

(4) Rasional, usaha memberikan peranan pada rasio (akal)

peserta didik dalam memahami dan membedakan berbagai bahan ajar dalam standar materi serta kaitannya dengan perilaku yang baik dengan perilaku yang buruk dalam kehidupan duniawi.

(5) Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta

didik dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.

(6) Fungsional, menyajikan bentuk semua standar materi

(al-Qur’an), Keimanan, Akhlak, Fiqih / Ibadah dan Tarikh),

(54)

41

sehari-hari dalam arti luas sesuai dengan tingkat perkembangannya.

(7) Keteladanan, yaitu menjadi figur guru, petugas sekolah

lainnya, maupun orang tua peserta didik, sebagai cermin manusia berkepribadian agama (Majid, 2008:134-135). b) Metode

Metode ialah rencana menyeluruh tentang penyajian materi ajar secara sistematis dan berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Ada banyak metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran PAI, diantaranya : metode ceramah, tanya jawab, diskusi, kisah, perumpamaan, praktek, dan sebagainya (Majid, 2008:135).

d. Metode Pendidikan Agama

Dalam pelaksanaan pembelajaran tentunya diperlukan metode untuk menunjang keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran agama Islam.

(55)

42

Adapun yang dimaksud dengan metodologi pendidikan agama Islam adalah suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang bagaimana cara-cara yang perlu ditempuh atau dipergunakan dalam upaya menyampaikan materi pendidikan agama Islam kepada obyeknya, yaitu manusia (anak didik), berdasarkan petunjuk atau tuntunan Al-Qur’an dan al-Sunnah (Majid, 2008:135-136).

Pengertian yang hampir sama juga diungkapkan Usman (2002:4-5) bahwasannya metodologi pengajaran agama Islam adalah ilmu yang membicarakan cara-cara menyajikan bahan pelajaran agama Islam kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

(56)

43 BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum SLB Negeri Salatiga 1. Sejarah berdirinya SLB Negeri Salatiga

SLB Negeri Salatiga merupakan sekolah yang berdiri dibawah naungan Departemen Pendidikan Nasional. Pada awalnya SLB Negeri Salatiga adalah SDLB Negeri Mangunsari Salatiga (jenjang sekolah dasar), pada tahun 2007 beralih status menjadi SLB Negeri Salatiga yang menyelenggarakan pelayanan pendidikan jenjang TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB, saat ini Kepala Sekolah yang menjabat ialah Bapak Muhlisun.

SLB Negeri Salatiga berdiri pada tanggal 07 Januari 1983 dengan SK Pendirian Sekolah No 4 / 1983 dan dengan No SK Izin Operasional 421.8/24686 yang dikeluarkan pada tanggal 25 Juni 2007, SLB Negeri juga telah terakreditasi dengan SK Akreditasi yang dikeluarkan pada tanggal 22 Januari 2015.

SLB Negeri Salatiga beralamatkan di Jalan Hasanudin Gang III (Cakra), RT 03 RW 12, Banjaran, Kel. Mangunsari, Kec. Sidomukti, Salatiga, 50721.

(57)

44

a. Satu-satunya SLB Negeri di Salatiga. b. Dapat mendidik anak berkebutuhan khusus. c. Fasilitas yang lebih lengkap dari SLB yang lain. d. Prestasi yang lebih menonjol dari SLB lainnya.

e. Menggali potensi peserta didik agar menjadi mandiri sebagai bekal di masa depannya.

f. Menumbuhkan kemampuan / skill dari setiap peserta didik. 2. Visi, Misi, Tujuan, dan Strategi Pembelajaran SLB Negeri Salatiga

SLB Negeri Salatiga senantiasa berusaha memberikan bekal kepada setiap peserta didiknya, baik berupa ilmu pengetahuan, pengalaman, mengembangkan bakat yang ada pada diri individu, serta membekali keterampilan yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan setiap peserta didiknya sehingga dapat dijadikan bekal untuk mereka saat nanti telah selesai mengenyam bangku pendidikan di SLB Negeri Salatiga.

Adapun visi, misi, tujuan, serta strategi pembelajaran dari SLB Negeri Salatiga adalah sebagai berikut:

a. Visi

Visi yang akan dikembangkan Sekolah Luar Biasa Negeri Salatiga

adalah “Mendidik siswa bisa mandiri, berkemampuan optimal dan

berakhlak mulia”.

b. Misi

(58)

45

1) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar mengacu pada perundang-undangan yang berlaku.

2) Melaksanakan program kurikulum yang berlaku. 3) Menambah kegiatan keterampilan.

4) Mengintensifkan kegiatan agama. c. Tujuan Sekolah

1) Menampung anak berkebutuhan khusus (Anak Luar Biasa / Penyandang Ketunaan) di daerah Salatiga dan sekitarnya dalam lembaga pendidikan formal.

2) Mengembangkan potensi anak didik untuk menghadapi masa depan mereka yang kompetitif.

3) Memberikan pelayanan pendidikan secara utuh dan berkesinambungan.

d. Strategi Pembelajaran

Dalam melaksanakan pembelajaran, SLB Negeri Salatiga menggunakan strategi pembelajaran sebagai berikut:

1) Menerapkan pembelajaran individual dan klasikal, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa.

2) Menerapkan sistem guru kelas dan guru mata pelajaran yang berlatar belakang pendidikan luar biasa dan umum.

(59)

46

3. Data Guru, Siswa, serta Sarana dan Prasarana SLB Negeri Salatiga a. Data Guru, siswa, serta sarana dan prasarana SLB Negeri Salatiga

Guru yang mengajar di SLB Negeri Salatiga merupakan guru lulusan S1 PLB dan yang sebagian guru SI umum (bukan lulusan dari PLB). (wawancara, kode WP). Adapun jumlah siswa SMPLB kelas tunagrahita ringan untuk kelas VII hingga kelas IX yang beragama Islam ialah 11 anak yang terdiri dari 9 laki-laki dan 2 perempuan. Sedangkan luas bangunan dari SLB Negeri Salatiga ialah 2414 m2 dengan status kepemilikan yaitu milik sendiri, dan untuk sarana prasana sudah lengkap untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran seperti perpustakaan, lab komputer, ruang untuk vokasiona, kamar mandi dan sebagainya.

b. Struktur Organisasi

Kepala Sekolah : Muhlisun, M. Pd. Waka. Kurikulum : Sularno, S. PdSD.

Eko Puji, S. Ag. Waka. Kesiswaan : Wawan P, S. PdSD.

Indah W Waka. Sarpras : Juzan, S. Pd.

: Wisnu L. J, S. Si. Waka. Kehumasan : Reni S, S. Pd.

Otto D. P

(60)

47

Koord. SMP : Drs. Sarjiya. Koord. SMA : Sri Lestari, S. Pd. Komite : M. Syatibi, S. Ag. Penjaga Sekolah : C. Sholeh.

Petugas Kebersihan : Sutikto. Tukang Kebun : Sri Rahayu. 4. Dukungan masyarakat untuk SLB N Salatiga

SLB Negeri Salatiga yang merupakan sekolah untuk menangani anak-anak berkebutuhan khusus sangat didukung oleh masyarakat sekitar, baik dari lembaga maupun perorangan.

(61)

48

Dari pihak puskesmas pun juga mengadakan pemeriksaan serta imunisasi untuk siswa-siswi SLB Negeri Salatiga yang dilaksanakan sesuai jadwal dengan rentang waktu beberapa bulan sekali, imunisasi ini dilaksanakan menyeluruh untuk semua siswa sesuai dengan tingkat umurnya, seperti pada anak usia SMA diberikan pemeriksaan gigi. Puskemas juga menyediakan buku catatan pemeriksaan bagi para peserta didik, serta tak lupa memberikan penyuluhan untuk para siswa seperti penyuluhan yang berkenaan dengan pergaulan bebas.

5. Peran SLB Negeri Salatiga dalam memunculkan kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus

Dalam realita di masyarakat orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus banyak sekali yang merasa malu, bahkan ada yang mengurung anaknya dirumah. Banyak juga orang tua yang tidak memperdulikan pendidikan anaknya yang berkebutuhan khusus, mereka menganggap anaknya sudah tidak dapat diharapkan, namun pada kenyataannya ABK yang bersekolah dapat digali potensi yang ada dalam dirinya dan dapat berprestasi seperti anak normal lainnya.

(62)

49

a. Menampilkan anak dengan seni musiknya dalam acara-acara seperti halal bihalal, pameran-pameran, dan lainnya.

b. Menampilkan anak-anak yang berprestasi seperti prestasi di pramuka pada bidang cipta baca puisi, dan terbukti dengan terharunya semua hadirin.

c. Menjaring siswa dengan mendatangi rumah-rumah orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, dengan informasi dari teman, tetangga, dan lainnya.

d. Memasang MMT maupun pamflet, namun keduanya kurang efektif.

e. Mendatangi SD maupun TK untuk menjaring siswa-siswa berkebutuhan khusus agar pindah bersekolah di SLB karena tentunya di SLB akan lebih digali potensi dirinya, hal ini juga mengingat bahwa masih banyak orang tua yang tetap memaksakan anaknya yang berkebutuhan khusus untuk tetap belajar di sekolah-sekolah umum.

f. Mendatangi posyandu-posyandu karena di posyandu juga terdapat data yang lengkap tentang perkembangan anak.

(wawancara, kode WP).

(63)

50

orang tua bahwa anak yang berkebutuhan khusus juga membutuhkan pendidikan sebagai bekal mereka dalam menjalani kehidupan di kemudian hari.

B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Tunagrahita di SMPLB Negeri Salatiga

1. Kurikulum yang digunakan

Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tunagrahita di SMPLB Negeri Salatiga menggunakan Kurikulum 2013 untuk kelas VII dan VIII, sedangkan untuk kelas IX menggunakan Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) sesuai dengan peraturan pemerintah karena memang pelaksanaan kurikulum 2013 berjenjang.

2. Materi yang diajarkan

Materi-materi yang disampaikan dalam pelaksanaan pembelajaran agama islam meliputi, keislaman, ibadah, akhlak,

Al-Qur’an, tarikh. Adapun materi PAI diantaranya sebagai berikut: a. Kelas VII

1) Keislaman

a) Memahami dan menampilkan perilaku sebagai cermin dari sifat-sifat Allah.

(64)

51 2) Ibadah

a) Memahami cara-cara bersuci. b) Memahami tata cara sholat.

c) Memahami dan mempraktekkan sholat Jum’at.

d) Memahami dan mempraktekkan sholat jama’ dan qashar. 3) Akhlak

a) Memahami dan membiasakan perilaku terpuji.

b) Memahami dan membiasakan perilaku kerja keras, tekun, ulet, dan teliti.

4) Al-Qur’an

a) Menerapkan hukum bacaan Syamsiyah dan Al-Qamariyah.

b) Menerapkan hukum bacaan nun mati/tanwin serta mim mati.

5) Tarikh

a) Meneladani perilaku Nabi SAW dan para sahabat dalam menghadapi masyarakat Makkah.

b) Menjelaskan misi Nabi SAW untuk menyempurnakan akhlak, membangun manusia mulia dan bermanfaat.

(65)

52 b. Kelas VIII

1) Keislaman

a) Meningkatkan keimanan kepada Kitab-Kitab Allah. b) Meningkatkan keimanan kepada Rasul Allah. 2) Ibadah

a) Mengenal tata cara sholat sunnah Rawatib.

b) Memahami dan menerapkan macam-macam sujud. c) Memahami dan menerapkan tata cara puasa. 3) Akhlak

a) Memahami dan menerapkan perilaku zuhud dan tawakal. b) Menghindari perilaku tercela.

c) Membiasakan perilaku terpuji (adab makan dan minum). d) Memahami hukum Islam tentang hewan sebagai sumber

bahan makanan. 4) Al-Qur’an

a) Menerapkan hukum bacaan Qalqalah, Lam, Ra. b) Menerapkan hukum bacaan mad dan waqaf. 5) Tarikh

a) Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW. b) Memahami sejarah dakwah Islam.

3. Metode yang digunakan pada pembelajaran agama Islam

(66)

53

kemampuan siswa-siswanya mengingat kemampuan kecerdasan anak-anak kelas C yang berada dibawah rata-rata, tidak banyak metode yang dapat diterapkan saat proses pembelajaran.

Bapak Eko Puji Widodo selaku guru Pendidikan Agama Islam kelas C menuturkan ada beberapa metode yang diterapkan didalam kelas, seperti ceramah, tanya jawab, drill, demonstrasi, serta pemberian tugas. (wawancara, kode EP).

Berikut jabaran dari metode-metode yang digunakan dalam pembelajaran PAI untuk kelas C di SMPLB Negeri Salatiga :

a. Metode ceramah

Metode ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru dimuka kelas. Peran murid disini sebagai penerima pesan, mendengarkan, memperhatikan, dan mencatat keterangan-keterangan guru bilamana diperlukan (Usman, 2002:34).

(67)

54

perlu mengulang-ulang materi-materi tersebut hingga anak dapat sedikit memahami apa yang disampaikan oleh gurunya.

Metode ceramah ini akan dapat maksimal apabila didalam penyampaian materi menggunakan tambahan media lainnya, seperti gambar, video, suara, dan lainnya. Penggunaan media-media akan menambah semangat siswa dalam belajar serta materi akan lebih mudah diterima oleh siswa karena mereka dapat melihat secara langsung materi yang sedang disampaikan oleh gurunya. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Mustianah siswa tunagrahita kelas VIII bahwa ia lebih jelas dan lebih mudah menerima pelajaran dengan melihat gambar maupun video disertai dengan penjelasan dari gurunya. (wawancara, kode MT).

Bapak Eko juga menuturkan hal yang selaras dengan Mustianah, bahwasannya penggunaan IT / media lebih memudahkan siswa dalam menerima pelajaran seperti gambar atau video. (wawancara, kode EP).

b. Metode tanya jawab

(68)

55

ini akan meningkatkan keberanian siswa dalam menyampaikan pendapatnya di dalam forum serta dapat mengaktifkan proses belajar mengajar, guru juga dapat mengukur sampai dimana tingkat pemahaman siswanya.

Namun, menurut Bapak Eko selaku guru PAI penggunaan metode tanya jawab juga belum dapat maksimal karena keterbatasan siswa-siswanya, saat diberikan pertanyaan oleh gurunya anak-anak tunagrahita ini memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan. (wawancara, kode EP).

c. Metode drill

Menurut data yang diperoleh, metode drill ini dilakukan pada saat sebelum memulai pelajaran, penggunaan metode ini dimaksudkan agar siswa dapat menghafalkan seperti bacaan-bacaan sholat, surat-surat pendek, dan do’a sehari-hari. Karena sistem pelaksanaannya yang diulang-ulang maka penggunaan metode drill untuk anak kelas C sangatlah sesuai, karena memang daya ingat anak kelas C yang rendah sehingga metode drill ini sangat membantu mereka untuk dapat menghafalkan.

d. Metode demonstrasi

(69)

56

tentang suatu proses atau cara melakukan sesuatu (Usman, 2002:45).

Metode demonstrasi akan memudahkan siswa dalam menerima materi, karena dengan metode demonstrasi anak akan terlibat langsung dalam memperagakan suatu kegiatan sehingga akan memberikan pengalaman yang nyata dan akan mudah untuk dipahami.

e. Metode pemberian tugas

Metode pemberian tugas disebut juga dengan metode resitasi dimana dalam metode ini siswa diberikan tugas-tugas khusus di luar jam pelajaran (Usman, 2002:47).

Menurut Bapak Eko, penggunaan metode ini tidak berjalan dengan baik, karena ketika diberikan tugas rumah anak-anak kelas C ini tidak mau mengerjakan tugas-tugas tersebut, sehingga tugas-tugas itu tetap akan dikerjakan disekolah dengan arahan dari guru. (wawancara, kode EP).

f. Hasil pembelajaran PAI

(70)

57

sopan, dan dapat berinteraksi dengan lingkungannya. (wawancara kode EP).

4. Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran PAI tunagrahita ringan kelas C di SMPLB Negeri Salatiga

a. Faktor pendukung

1) Siswa mau mendengarkan pelajaran meskipun mudah lupa. 2) Alat-alat peraga yang sudah lengkap, seperti alat sholat, tempat

ibadah, Al-Qur’an.

3) Sekolah menerapkan aturan untuk membiasakan siswa-siswanya sholat dengan memberikan hukuman kepada siswa

yang tidak mengikuti sholat berjama’ah dua kali dalam

seminggu.

4) Kegiatan ekstrakurikuler untuk Qiro’atil Qur’an.

5) Guru yang selalu mengarahkan siswa-siswanya dengan sabar dan telaten.

6) Sering diikutsertakannya guru-guru dalam program-program pendidikan dan latihan khususnya untuk guru agama sehingga dapat meningkatkan kompetensi guru.

b. Faktor penghambat

1) Memiliki kemampuan intelektual dibawah rata-rata normal. 2) Jumlah guru yang kurang, antara jumlah guru dan rombongan

belajar tidak sesuai.

(71)

58

4) Tidak dapat menulis dan membaca. 5) Memiliki hambatan dalam menghafal. 6) Dikelas cenderung bersifat pasif.

7) Tidak dapat menangkap pelajaran dengan baik. 8) Masih bertingkah semaunya sendiri.

9) Masuk sekolah tidak konsisten.

C. Solusi menghadapi hambatan Pembelajaran PAI Pada Anak Tunagrahita Ringan di SMPLB Negeri Salatiga

Menurut Bapak Wawan Pamungkas, dalam menghadapi hambatan-hambatan yang telah diuraikan sebelumnya pihak sekolah melakukan :

a) Mencari tambahan guru agama, baik dari swadaya sekolah maupun pengangkatan guru dari pemerintah.

b) Penggunaan model drill atau pengulangan sehingga anak mampu

mengikuti pelajaran terutama dalam hal hafalan do’a-do’a, bacaan sholat, serta surat-surat pendek. (wawancara, kode WP).

(72)

59

(73)

60 BAB IV PEMBAHASAN

A. Pembelajaran PAI Pada Kelas Tunagrahita Ringan di SMPLB Negeri Salatiga

Pendidikan agama merupakan mata pelajaran yang wajib terdapat dalam kurikulum pendidikan, pendidikan agama yang diberikan dikelas akan membentuk pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhannya, serta menjadikan muslim yang berguna dilingkungannya. Di sekolah luar biasa juga mengajarkan pendidikan agama sebagai bekal untuk siswa-siswanya agar menjadi manusia yang bertakwa meskipun dengan segala kekurangannya. Dalam memberikan materi pendidikan agama juga disesuaikan dengan tingkat kemampuan masing-masing siswa sesuai dengan kategori ketunaannya.

1. Kurikulum dalam Pembelajaran PAI di SMPLB Negeri Salatiga

(74)

61

disampaikan kepada peserta didik namun dengan porsi yang lebih sederhana sesuai dengan kemampuan peserta didik. Dan yang menjadi tujuan utama dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk anak tunagrahita ialah anak-anak tunagrahita sudah bisa sholat karena memang sholat merupakan ibadah yang wajib dilaksanakan bagi orang-orang Islam, selain sholat anak juga diharapkan dapat melaksanakan wudhu dengan tertib serta dapat melafalkan niat wudhu, mengingat kemampuan anak yang rendah sehingga dalam membimbing menghafalkan bacaan-bacaan tersebut guru memerlukan ketelatenan dan juga kesabaran agar tujuan-tujuan tersebut dapat tercapai. Adab sehari-hari juga menjadi fokus utama dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, karena meskipun anak tunagrahita memiliki kekurangan namun diharapkan mereka memiliki perilaku yang baik sehingga akan dapat bersosialisasi dengan lingkungannya.

2. Pelaksanaan Pembelajaran PAI di SMPLB Negeri Salatiga

(75)

62

Dengan waktu yang sangat terbatas tersebut maka guru PAI diharapkan memiliki manajemen waktu yang tepat sehingga materi akan tersampaiakan seluruhnya sesuai dengan tujuan. Mengingat waktu yang sangat terbatas tersebut hendaknya guru juga menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua, sehingga orang tua dirumah dapat memantau kegiatan keagamaan anak-anaknya, seperti untuk sholat orang tua dirumah juga memiliki peran yang besar untuk membiasakan anak-anaknya melaksanakan sholat.

Dengan waktu yang terbatas, anak-anak kelas C juga diharapkan dapat mencapai batas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 75, dengan KKM yang cukup tinggi maka anak-anak kelas C akan diberikan ulangan setiap akhir bulan sehingga guru dapat memantau perkembangan siswanya, sekolah juga akan memberikan evaluasi yang sama dengan sekolah umum lainnya yaitu dengan Ulangan Tengah Semester dan juga Ulangan Akhir Semester, dalam kegiatan ini orang tua juga berperan penting untuk selalu mengingatkan anak-anaknya agar senantiasa belajar dan tidak patah semangat agar anak-anak mereka dapat berkembang lebih baik.

3. Metode Pembelajaran PAI di SMPLB Negeri Salatiga

Gambar

Tabel sarana dan prasarana

Referensi

Dokumen terkait

• Dokumen Pajak SPT Tahunan (Perpanjangan): Bukti Penerimaan Surat satu tahun sebelum tahun terakhir; SPT Tahunan satu tahun sebelum tahun terakhir; Bukti Penerimaan Surat

Barchart adalah sekumpulan daftar kegiatan yang menyerupai balok dan menunjukkan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian-bagian pekerjaan dari

Hasil penelitin ini menunjukkan bahwa Self efficacy yang dimiliki oleh siswa social anxiety disorder masih tergolong rendah; faktor yang menyebabkan rendahnya self

Penyusunan Laporan Akhir ini dibuat untuk memenuhi syarat menyelesaikan program pendidikan Diploma III (D3) pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik

Pak Najib, Mbak Armi, Mbak Dewi, Mbak Yani, Pak Slamet Rahardjo, Mbak Agnes, Kakak Maru dan seluruh staf yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu) yang telah banyak

Akhir yang berjudul “ Aplikasi Realisasi Penerimaan RTW ( Rail Tank Wagon ) pada PT Pertamina (Persero) Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Lahat ” ini dengan tepat waktu..

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh penerbitan surat teguran dan surat paksa terhadap pencairan tunggakan pajak di Kantor Pelayanan

Penyebab menurunnya motivasi belajar siswa kelas X E SMA Negeri 1 Kejobong adalah karena rendahnya motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran PKn dan khususnya pada kompetensi