KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK
DALAM KITAB TAISIRUL KHALAK
KARYA HAFIDZ HASAN AL MAS’UD
SKRIPSI
Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
M. NUR FAIZIN
111 11 057
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK
DALAM KITAB TAISIRUL KHALAK
KARYA HAFIDZ HASAN AL MAS’UD
SKRIPSI
Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
M. NUR FAIZIN
111 11 057
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
SKRIPSI
KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TAISIRUL KHALAK
KARYA HAFIDZ HASAN AL MAS’UD
disusun oleh
M. NUR FAIZIN 111-11-057
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, Pada Tanggal 31 Maret 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji
Ketua penguji : Achmad Maimun, M.Ag. ...
Sekertaris Penguji : Dr. M. Ghufron, M.Ag. ...
Penguji I : Dra. Ulfah Susilawati, M.SI. ...
Penguji II : Sutrisna, S.Ag, M.Pd. ...
Salatiga, 31 Maret 2017 Dekan
Suwardi, M.Ag.
MOTTO
“Mengajak kepada kebaikan adalah baik, tetapi memaksa orang lain
kepada suatu yang kita an
ggap baik adalah tidak baik”
KH. Ahmad
PERSEMBAHAN
1.
Kedua orang tua tersayang Bapak Ahmad dan Ibu Harmini yang
senantiasa mencurahkan kasih sayangnya, dukungan serta
do
’
anya sehingga skripsi ini akhirnya selesai.
2.
Adik tersayang M. Nur Kholis yang selalu mendukung dan
mensuport setiap langkahku.
3.
Abah yai Muhlasin dan Umi Khoiriyatik yang senantiasa
mencurahkan kasih sayangnya, dukungan serta do
’
anya sehingga
skripsi ini akhirnya selesai.
4.
Teman-teman kepengurusan PP.Pancasila yang selalu
memberikan semangat dan dukungan .
5.
Sahabat-sahabati Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
Kota Salatiga.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat
dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dan Sholawat
serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam
di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Ruchayati, M. Ag. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
IAIN Salatiga.
4. Bapak Dr. M. Ghufron, M.Ag. Selaku dosen pembimbing yang selalu
sabar dalam membimbing penulis.
5. Ibu Maslikhah, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik selama kuliah
di IAIN Salatiga.
6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah menjadi perantara ilmu.
7. Segenap ustad, pengurus, dan santri Pondok Pesantren Pancasila.
9. Ayah Ibu, Adikku yang selama ini selalu memberikan do‟a, serta selalu
memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
10.Sahabat-sahabati Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota
Salatiga.
11.Sahabat-sahabati Gerakan Angkatan Dua Ribu Sebelas (GANAS) PMII
Kota Salatiga.
12.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya,
khususnya kepada penulis sendiri dan umumnya bagi para pembaca. Dan pada
akhirnya penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
skripsi ini.
Salatiga, 09 Maret 2017 Penulis
ABSTRAK
Faizin. M. Nur. 2017. Konsep Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Taisirul Khalak
Karya Hafidz Hasan Al Mas‟ud. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dr. M. Ghufron, M.Ag.
Kata kunci : Konsep Pendidikan Akhlak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep pendidikan akhlak
menurut Hafidz Hasan Al Mas‟ud dalam karyanya yaitu kitab Taisirul Khalak.
Beberapa hal yang akan disampaikan dalam penelitian ini adalah: (1)
Bagaimanakah konsep pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab Taisirul
Khalak. (2) Bagaimanakah relevansi konsep pendidikan akhlak kitab Taisirul Khalak karya Hafidz Hasan Al Mas‟ud terhadap kehidupan saat ini.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka peneliti menggunakan
pendekatan Library research. Sumber utama dalam penelitian adalah kitab
Taisirul Khalak, serta terjemahan dari kitab Taisirul Khalak, adapun sumber pendukungnya adalah buku-buku lain yang bersangkutan dengan materi.
Temuan ini menunjukkan bahwa Konsep Pendidikan Akhlak yang terdapat
dalam kitab Taisirul Khalak adalah kesempurnaan seseorang dalam berbuat baik
terhadap Allah SWT, sesama manusia, dan Alam sekitar. Relevansi pendidikan
akhak dalam kitab Taisirul Khalak bahwa seorang guru harus dapat menyiapkan
peserta didik yang dapat menjadi manusia yang sempurna dan dapat
menyesuaikan diri dengan masyarakat sekarang dan akan datang. Konsep
pendidikan akhlak dalam kitab Taisirul Khalak sangat praktis dan didasarkan pada
Al-Qur‟an dan Hadits. Dengan demikian, memberikan motivasi untuk
melaksanakan kebaikan dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
Keberadaan kitab Taisirul Khalak dapat membentuk manusia yang
memiliki ketaqwaan sejak dini serta dapat mengarungi kehidupan yang kompleks
dan penuh dengan tantangan zaman yang semakin hari semakin rusak. Manusia
yang menerima ajaran dari kitab Taisirul Khalak akan dapat menguasai tiga
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
PENGESAHAN... iii
PERNYATAAN KEASLIAN... iv
MOTTO... v
PERSEMBAHAN... vi
KATA PENGANTAR... vii
ABSTRAK... ix
DAFTAR ISI... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 5
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Kegunaan Penelitian... 6
E. Metode Penelitian... 6
F. Penegasan Istilah... 8
G. Sistematika Penulisan... 11 BAB II BIOGRAFI A. Profil Hafidz Hasan Al Mas‟ud... 13
B. Faktor-faktor Hafidz Hasan Al Mas‟ud melakukan penelitian... 14
C. Catatan Perjalanan Hafidz Hasan Al Mas‟ud... 15
D. Karya-karya Hafidz Hasan Al Mas‟ud... 18
BAB III KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TAISIRUL KHALAK KARYA HAFIDZ HASAN AL MAS’UD A. Hubungan dengan Allah SWT ... 22
B. Hubungan Guru dan Murid... 24
2. Tatakrama (adab) seorang pelajar/siswa (Adabul Muta‟allimi)...
25
C. Hubungan dengan sanak family 26
1. Hak-hak dan kewajiban kepada kedua orang tua (Huququl
Walidaini)... 26
2. Hak-hak kepada kerabat (Huququl Qorobati) ... 27
D. Hubungan dengan sesama manusia... 28
1. Hak-hak dan kewajiban kepada tetangga (Huququl Jironi) ... 28
2. Tatakrama (adab) dalam pergaulan (Adabul Mu‟asyaroti)... 29
3. Kerukunan... 29
4. Persaudaraan... 30
5. Tatakrama (adab) dalam pertemuan (Adabul Majalisi)... 31
E. Hubungan dengan diri sendiri... 32
1. Tatacara Makan ( Adabu Akli)... 32
2. Tatacara Minum (Adabu Syurbi)... 34
3. Tatacara Tidur (Adabu Naumi)... 34
4. Tata krama (Adab) di dalam masjid (Adabul Masjidi)... 35
5. Kebersihan (An-Nadhofatu)... 36
6. Jujur dan dusta( Ash-Sidqu wal Kadzibu)... 36
7. Amanah ( Al-Amanatu)... 38
8. Terjaga ( Al-‟Iffah)... 39
9. Harga diri ( Al-Muru‟ah)... 39
10.Kesabaran( Al-Hilmu)... 40
11.Kemurahan atau dermawan ( As-Sakhou)... 40
12.Merendahkan diri( Tawadlu‟)... 41
13.Ketinggian Jiwa („Izzatun Nafsi)... 42
14.Keadilan ( Al-„Adlu)... 42
F. Akhlak yang harus dihindari... 43
1. Dendam( Al-Hiqdu)... 44
2. Dengki ( Al-Hasadu)... 44
4. Adu domba( An-Namimatu)... 45
5. Sombong ( Al-Kibru)... 46
6. Tertipu oleh diri sendiri ( Al-Ghururu)... 46
7. Aniaya atau Dholim (Adh-Dhulmu)... 47
BAB IV PEMBAHASAN A. Konsep Pendidikan Aakhlak dalam Kitab Taisirul Kholak... 48
1. Hubungan Makhluk dengan Tuhannya... 49
2. Hubungan antara Guru dan Murid... 3. Hubungan antara orang tua dan anak... 51 54 4. Hubungan dengan keluarga... 56
5. Hubungan dengan Masyarakat... 58
6. Hubungan dengan Diri Sendiri... 62
B. Relevensi Pendidikan Akhlak dalam Kitab Taisirul Khalak... 72
1. Tujuan Pendidikan Akhlak... 73
2. Materi Pendidikan... 3. Pendidikan dan Peserta Didik... 74 75 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 77 B. Saran... C. Penutup...
78 78 DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akhlak sebagai ilmu merupakan bahasan pokok dan subtansial dalam
Islam, yang kajiannya tidak terbatas pada tingkah laku manusia dari aspek
fisik, tetapi terikat pula dengan aspek batin dan kebahagiannya. Kajian yang
menyangkut dimensi penting yang meliputi persoalan kebaikan dan
keburukan hidup manusia di dunia, bahkan menyangkut pula dengan
kehidupannya di hari kemudian. Dalam sejarah umat manusia, antara lain
sebagian diungkapkan dalam Al-Qur‟an, bahwa bangsa yang kokoh adalah
bangsa yang baik akhlaknya, sebaliknya suatu bangsa menjadi runtuh disaat
akhlaknya rusak. Firman Allah SWT:
Artinya:”Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”( Al- Maidah: 8).
Manakala hal ini dikaitkan dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini,
yang bisa dikatakan dalam kondisi krisis moral, apakah suatu saat kehancuran
juga akan melanda bangsa ini. Hal ini tentu saja tidak diinginkan oleh seluruh
masyarakat Indonesia.
Krisis moral dalam kehidupan umat manusia khususnya bangsa
manusia. Krisis itu menunjukan adanya perpecahan antara nilai-nilai moral
dengan sains yang berkembang dalam kerangka netralitis akhlak yang
memiliki nilai spiritual tinggi. Akibatnya akhlakmasyarakat modern merosot,
kehidupan mereka menjadi kacau balau yang disebut dis-orientasi.
Tidak hanya itu, pengaruh arus globalisasi dan modernisasi yang
semakin marak juga menambah buruknya krisis moral bagi masyarakat
Indonesia. Hal ini dikarenakan laju globalisasi dan modernisasi tidak
diimbangi dengan penguatan akhlaknya. Budaya globalisasi yang melanda
kehidupan masyarakat juga merambah ke kehidupan para pelajar, sehingga
para pelajar ikut terpengaruh oleh budaya globalisasi yang merusak moral.
Adanya kemerosotan akhlak yang terjadi pada masyarakat ini dapat
dilihat dengan adanya kenakalan remaja yang menyebabkan rusaknya
lingkungan masyarakat. Kenakalan remaja itu dapat berupa perbuatan
kejahatan, ataupun penyiksaan terhadap diri sendiri, seperti perampokan,
narkoba, dan minuman keras, yang semua itu merupakan imbas dari
modernisasi industri dan pergaulan.
Dalam mengatasi berbagai problematika di atas, nampaknya
perbaikan akhlak menduduki peringkat yang pertama. Relevansi ajaran agama
merupakan suatu penerapan proses, ide, konsep, kebijakan, atau inovasi
dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa
perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap. Relevansi
penanaman nilai religious atas agama tersebut diharapkan mampu
mentransfer dan transmisi ilmu pengetahun juga merupakan proses yang
sangat strategis dalam menanamkan nilai dalam rangka membentuk muslim
anak.
Pendidikan akhlak merupakan bagian besar dari isi pendidikan
Islam, posisi ini terlihat dari kedudukan Al-Qur‟an sebagai referensi paling
penting tentang akhlak bagi kaum muslimin: individu, keluarga,
masyarakat, dan umat. Firman Allah SWT:
Artinya:”dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”(Al
Qalam: 4).
Akhlak merupakan buah ajaran Islam yang bermanfaat bagi
manusia dan kemanusiaan serta membuat hidup dan kehidupan menjadi
baik. Akhlak merupakan alat kontrol psikis dan sosial bagi individu dan
masyarakat. Tanpa akhlak, manusia tidak akan berbeda dari binatang.
Salah seorang ulama yang mengkaji dan memberikan pendidikan
akhlak secara mendalam adalah Hafidz Hasan Al Mas‟ud yang nama
lengkapnya adalah Abu Al-Hasan Ali Ibn Al Husayn Ibn Ali Al-Mas‟udi
salah satu guru senior di Darul Ulum, Al-Ahzar Mesir. Dia dilahirkan di
Baqdad, Iraq dan meninggal dunia di Fustat Mesir pada tahun 345 H/956 M.
Al-Mas‟udi adalah ahli sejarah, geografi, geologi, zoologi, ensiklopedi dalam
bidang ilmu Islam. Salah satu karya dari Hafidz Hasan Al Mas‟ud dalam
bidang pendidikan adalah kitab Taisirul Khalak yang banyak dikaji di
Kitab Taisirul Khalak adalah kitab yang berisi ringkasan ilmu akhlak
untuk pelajar tingkat dasar. Sedangkan pendidikan akhlak sebagaimana
dirumuskan oleh ibnu Maskawaih dan dikutip oleh Abudin Nata, merupakan
upaya ke arah terwujudnya sikap batin yang mendorong secara spontan
lahirnya perbuatan-perbuatan yang bernilai baik dari seseorang. Dalam
pendidikan akhlak ini, kriteria benar dan salah untuk menilai perbuatan yang
muncul merujuk pada Al-Qur‟an dan Sunah sebagai sumber hukum tertinggi
Islam .
Di dalam Kitab Taisirul Khalak berisi tentang konsep-konsep akhlak
yang merupakan hasil pemikiran Hafidz Hasan Al Mas‟ud yang bertujuan
untuk disyiarkan ke masyarakat luas agar mampu mempunyai akhlak yang
baik. Kitab ini tergolong praktis, di dalamnya terdapat berbagai
ulasan-ulasan yang berhubungan dengan pendidikan akhlak beserta dalil-dalilnya
(dasar-dasarnya), yang bisa dijadikan acuan untuk mempengaruhi dan
memformulasikan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kehidupan sehari-hari
para siswa (pelajar).
Dalil-dalil di dalam Al-Qur‟an, Hadits Nabi, serta perumpamaan dan
keutamaan bagi orang yang berakhlak juga diikutsertakan dalam memberikan
dasar dalam pendidikan akhlak. Konsep pendidikan akhlak dalam Kitab
Taisirul Khalak menggabungkan tasawuf dan akhlak. Sehingga akan
membentuk manusia dengan akhlak yang baik dan dibaluti dengan kebersihan
Dari latar belakangdi atas, penulis tertarik untuk menggali konsep
pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab Taisirul Khalak, yang memuat
ulasan-ulasan pemikiran dari Hafidz Hasan Al Mas‟ud. Untuk itu, maka
dalam penelitian ini penulis memberi judul: “KONSEP PENDIDIKAN
AKHLAK DALAM KITAB TAISIRUL KHALAK KARYA HAFIDZ
HASAN AL MAS‟UD”. Penulis akan berusaha mengulas konsep pendidikan
akhlak yang ada dalam kitab Taisirul Khalak dan bagaimana relevansinya
terhadap kehidupan saat ini.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah konsep pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab
Taisirul Khalak?
2. Bagaimanakah relevansi konsep pendidikan akhlak kitab Taisirul Khalak
karya Hafidz Hasan Al Mas‟ud terhadap kehidupan saat ini?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui bagaimanakah konsep pendidikan akhlak yang terdapat dalam
kitab Taisirul Khalak.
2. Mengetahui bagaimana relevansi konsep pendidikan akhlak kitab Taisirul
D. Kegunaan Penelitian
1. Teoritis
a. Memperkaya khasanah keilmuan tentang konsep pendidikan akhlak
yang terkandung di dalam kitab Taisirul Khalak.
b. Memperkaya pemahaman ajaran agama Islam sebagai agama yang
berwawasan luas cakupanya.
2. Praktis
a. BagiPeneliti
Penelitian ini merupakan salah satu bentuk pelatihan bagi
peneliti dalam menganalisis kandungan khususnya konsep pendidikan
akhlak yang terkandung dalam kitab Taisirul Khalak untuk dijadikan
sebagai salah satu karya ilmiah (Skripsi).
b. Bagi Masyarakat Umum
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam
pembuatan karya ilmiyah yang berkaitan dengan pendidikan akhlak dan
mempermudah masyarakat umum untuk mengetahui isi kandungan
kitab Taisirul Khalak kususnya konsep pendidikan akhlak yang
terkandung pada kitab tersebut.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan Library
research. Yaitu pendekatan yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan
pendidikan akhlak dalam Kitab Taisirul Khalak dan relevansinya terhadap
kehidupan saat ini.
2. Sumber Data
Dalam pengambilan dan pengumpulan data penelitian ini
menggunakan metode pencarian data berupa buku, artikel, dan dokumen
lain yang sinergis dengan penelitian ini. Penelitian ini berisi
kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan. Kemudian
data-data tersebut terdiri dari dua sumber yaitu:
a. Sumber utama, adalah sumber yang langsung berkaitan dengan
permasalahan yang didapat yaitu: Kitab Taisirul Khalak beserta
terjemahannya.
b. Sumber pendukung, adalah data yang diperoleh dari sumber
pendukung untuk memperjelas data utama. Yaitu buku-buku lain
yang ada hubungannya dengan pendidikan akhlak.
3. Analisis data
Analisis data menurut Patton yang dikutip oleh Moloeng
(2003:103) dalam bukunya “Metode Penelitian Kualitatif“ yaitu proses
mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,
kategori dan satuan uraian dasar. Dalam penelitian ini peneliti berusaha
menganalisa isi Kitab Taisiru Khalak dengan cara memilah-milah (seleksi)
data atau materi-materi dalam yang sesuai dengan fokus pembahasan
dalam penelitian ini, yaitu yang berkaitan dengan konsep pendidikan
induktif. Menurut Sutrisno Hadi dalam bukunya Metode Research
menyatakan bahwa metode deduktif adalah merupakan alur pembahasan
yang berangkat dari realita yang bersifat umum menuju sebuah
pemahaman yang bersifat khusus. Dengan kata lain peneliti berusaha
menganalisa materi yang bersifat umum (isi Kitab Taisirul Khalak)
kemudian mengkhususkannya dengan cara menseleksi materi-materi yang
sesuai dengan pembahasan (konsep pendidikan akhlak menurut Hafidz
Hasan Al Mas‟ud).
Selain itu peneliti juga menggunakan Metode induktif menurut
Sutrisno Hadi, bahwa berfikir induktif berangkat dari fakta-fakta yang
khusus atau kongkrit, kemudian peristiwa-peristiwa yang kongkrit itu
ditarik generalisasi yang mempunyai sifat umum. Metode ini digunakan
untuk mengambil garis besar dari hal-hal yang bersifat khusus menjadi
hal-hal yang bersifat umum. Dalam hal ini peneliti akan mengungkapkan
konsep pendidikan akhlak dalam kitab Taisirul Khalak dan menganalisa
konsep pendidikan akhlak karya Hafidz Hasan Al Mas‟ud dan
relevansinya dalam kehidupan saat ini, kemudian dilakukan penyimpulan.
F. Penegasan Istilah
Skripsi ini berjudul “Konsep Pendidikan Akhlak dalam Kitab Taisirul
Khalak karya Hafidz Hasan Al Mas‟ud” Untuk menghindari kekeliruan dan
kesalah pahaman dalam penafsiran judul yang dimaksudkan, ada beberapa
1. Konsep Pendidikan akhlak
Konsep adalah rancangan ide atau pengertian yang diabstrakan dari
peristiwa konkret. Pengertian disini adalah ruang lingkup tentang suatu
nilai tentang pendidikan, dengan kata lain konsep disini adalah gambaran
besar atau suatu gagasan besar tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang
terdapat pada kitab Taisirul Khalak karya Hafidz Hasan Al Mas‟ud.
Sedangkan pendidikan menurut UUD 1945 yakni terdapat pada
pasal31 ayat 1 yang berbunyi, tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan
pengajaran. Ayat 2 menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan
Undang-undang. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional, Peraturan pemerintah nomor 19 tahun tentang
Standar Nasional Pendidikan.
Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional BAB I pasal 1 pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, ahklak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Secara etimologi, pengertian pendidikan yang diberikan oleh ahli
John Dewey, menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai suatu proses
pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju kearah tabiat
manusia dan manusia biasa.
Sedangkan pengertian akhlak secara etimologi dapat diartikan
sebagai budi pekerti, watak dan tabiat. Kata akhlak berasal dari bahasa
arab, jamak dari khuluqun (قلخ) yang menurut lughot diartikan sebagai
budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat (KBBI, 1994:15).
Sedangkan pendidikan akhlak sebagaimana dirumuskan oleh ibnu
Maskawaih dan dikutip oleh Abudin Nata, Merupakan upaya kearah
terwujudnya sikap batin yang terwujudnya sikap batin yang mendorong
secara spontan lahirnya perbuatan-perbuatan yang bernilai baik dari
seseorang. Dalam pendidikan akhlak ini, kriteria benar dan salah untuk
menilai perbuatan yang muncul merujuk pada Al-Qur‟an dan Sunah
sebagai sumber hukum tertinggi islam.
Sehingga dari gambaran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pendidikan akhlak adalah usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang
untuk membentuk tabiat yang baik pada seorang peserta didik, sehingga
membentuk pribadi yang taat kepada Allah SWT. Pendidikan akhlak harus
dilakukan dengan kesinambungan dengan tidak ada paksaan dengan pihak
manapun.
2. Kitab Taisirul Khalak
Kitab Taisirul Khalak adalah kitab karangan Hafidz Hasan Al
Mas‟ud dalam bidang pendidikan khususnya ilmu akhlak. Dalam Kitab
Alasan penulis menggunakan kitab Taisirul Khalak karangan Hafidz
Hasan Al Mas‟ud dan tidak menggunakan kitab-kitab akhlak lain sebagai
objek penelitian adalah karena penulis beranggapan bahwa kitab Taisirul
Khalak karya dari seorang ulama yang hebat yang berisikan materi-materi
dasar ilmu akhlak yang ditulis secara ringkas sehingga di anggap pas
sebagai bahan penelitian. Kemudian penulis juga melihat bahwa kitab
Taisirul Khalak sendiri banyak diajarkan pada pesantren-pesantren di
Indonesia, sehingga perlu dilakukan sebuah penelitian dan pendalaman
kitab Taisirul Khalak itu sendiri khususnya dalam konsep pendidikan
akhlak yang terkandung di dalamnya.
Harapanya hasil dari penelitian ini dapat mempermudah bagi
masyarakat untuk memahami isi kitab Taisirul Khalak.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang penulis maksud di sini adalah
sistematika penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini
menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal ini
bertujuan agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud
penulisan skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai
berikut:
Bab Pertama. Pendahuluan, menguraikan tentang : Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian,
Metode Penelitian, Penegasan Istilah, dan sistematika Penulisan sebagai
Bab Kedua: Biografi yang memuat: Biografi Hafidz Hasan Al
Mas‟ud, dan karya-karyanya.
Bab Ketiga: Deskripsi pemikiran yang memuat: konsep pendidikan
akhlak dalam kitab Taisirul Khalak karangan Hafidz Hasan Al Mas‟ud.
Bab Keempat: Pembahasan yang memuat analisis: konsep pendidikan
akhlak kitab Taisirul Khalak dan relevansinya dalam kehidupan saat ini.
BAB II
BIOGRAFI HAFIDZ HASAN AL MAS’UD
A.Profil Hafidz Hasan Al Mas’ud
Hafidz Hasan Al Mas‟ud adalah seorang ulama‟ yang hidup kisaran
abad 9 Masehi. Nama lengkap Hafidz Hasan Al Mas‟ud adalah Abu Hassan
Ali Bin Husayn Bin Ali Al Mas‟udi atau Abu Hasan Ali Bin Al Husyn Bin
Abdullah Al Mas‟udi. Beliau dilahirkan di Baqdad, Iraq dan meninggal dunia
di Fustat Mesir pada tahun 345 H/956 M. Beliau adalah keturunan Arab yaitu
dari keturunan Abdullah Bin Mas‟udi seorang sahabat Nabi Muhammad SAW
yang dihormati. Hal ini sama dengan pernyataan dalam Ad-Dhahabi dan surat
tulisan Al-Musabihi yang menyatakan Hafidz Hasan Al Mas‟ud meninggal
dunia pada bulan Jumadil Akhir 345 H.
Sebagaimana anak-anak pada umumnya Hafidz Hasan Al Mas‟ud pada
waktu kecil hidup dengan kedua orang tuanya dan mendapat pendidikan
pertama kali langsung dari kedua orang tuanya. Kemudian setelah dewasa
Hafidz Hasan Al Mas‟ud melalukan pelayaran. Pada waktu dewasa, rancangan
pertama yang dicanangkan ialah beralih kebidang sejarah dan adat istiadat dan
cara hidup setiap negeri. Hafidz Hasan Al Mas‟ud juga banyak mempelajari
ajaran Kristen dan Yahudi, serta sejarah barat dan timur yang berlatar belakang
Kristen dan Yahudi (Tayibah, “Tokoh Islam (Hafid Hasan Al Mas‟udi)”
.http://tayibah.e.Islam.com. diakses pada tanggal 04 februari 2017, Pukul 01.17
WIB).
Dia adalah tipe orang yang bercita-cita tinggi. Atas dasar itu Hafidz
keseluruh pelosok negeri. Dan ketika diperjalanan Hafidz Hasan Al Mas‟ud
sempat berguru kepada sejumlah ulama besar. Ketika di Hammah ia berguru
kepada Syaikh Asy-Syuyukh bin Izzun, dan ketika di Damaskus ia berguru
kepada Abi Al-Yasr, Ibnu „Ilaq Ad-Dimasyqi, dan lain-lain, ketika di Kairo ia
berguru kepada Taqiyuddin bin Razim, Jamaluddin bin Malik, Rasyid Al-Athar,
dan lain-lain.
B.Faktor-faktor Hafidz Hasan Al Mas’ud melakukan pelayaran dan
penyelidikan
Adapun faktor-faktor yang mendorong Hafidz Hasan Al Mas‟ud
melakukan pelayaran dan penyelidikan yang pertama yaitu karena Hafidz
Hasan Al Mas‟ud mempunyai cita-cita yang tinggi, dan juga ada hubungannya
dengan kebiasaan (adat istiadat) para leluhurnya yaitu para bangsa Arab.
Hubungan antara ilmu geografi dan pelayaran dalam masyarakat Arab tidak
bisa dipisahkan. Berlayar merupakan asas yang harus dilakukan karena hal ini
sangat penting untuk mendukung perdagangan mereka. Oleh karena itu ilmu
geografi pun menjadi sesuatu yang harus dipelajari untuk menunjang
pelayarannya. Dalam masyarakat arab hal ini telah menjadi tradisi. Selain
bertujuan untuk berdagang mereka juga mengambil kesempatan untuk
melakukan penelitian. Berikut adalah faktor-faktor yang menggalakan
melakukan pelayaran dan juga penyelidikan:
1. Faktor geografis, yaitu karena kebanyakan kawasan bangsa Arab meliputi
padang pasir. Oleh sebab itu setiap perjalanan haruslah dilakukan pada
ilmu geografis, ilmu astronomi, cuaca yang kemudian dapat menunjang
perjalanan mereka dan juga karena daerah mereka merupakan kawasan
jalan perdagangan antara timur dan barat.
2. Faktor budaya, faktor pekerjaan (dagang) dan juga adat istiadat mereka
dan juga kegiatan keagamaan mereka yang mengharuskan mereka
mengetahui ilmu astronomi dan melakukan penyelidikan.
3. Faktor nilai dan sikap, dimasa peradaban Yunani kuno aktifitas pelayaran
dan geografi berada ditaraf yang rendah. Kemudian setelah Islam datang
kedua bidang ini mengalami peningkatan, sebab Islam menyerukan
umatnya untuk melakukan penyelidikan (mencari ilmu) dan pelayaran
(sebagai media dakwah ke berbagai negeri) (http://eprints.stainkudus.ac.id/
diakses pada tanggal 07 februari 2017).
C.Catatan perjalanan Hafidz Hasan Al Masud
Hafidz Hasan Al Mas‟ud lahir di Baqdad pada tahun 895 M. Setelah
menyelesaikan pendidikan pertama yang diterima dari ayahnya, Hafidz Hasan
Al Mas‟ud merencanakan segera untuk mendalami sejarah, adat istiadat,
kebiasaan, dan cara hidup setiap negeri. Hafidz Hasan Al Mas‟ud juga banyak
mempelajari ajaran Kristen dan Yahudi, serta sejarah barat dan timur yang
berlatar belakang Kristen dan Yahudi.
Catatan terawal menegaskan bahwa Hafidz Hasan Al Mas‟ud memulai
perjalanannya kisaran tahun 914-915 M. Perjalanan intelektual Hafidz Hasan
Al Mas‟ud dimulai dengan mengunjungi Persia (Iran) dan Kirman pada tahun
Ketika di India Hafidz Hasan Al Mas‟ud mengunjungi Mutan dan Al
Manshura, kemudian beliau pergi lagi bersama rombongan pedagang ke daerah
Ceylon, Srilangka. Hafidz Hasan Al Mas‟ud juga ikut pergi mengarungi laut
Cina. Dalam perjalanan pulang, Hafidz Hasan Al Mas‟ud juga sempat
mengelilingi samudra Hindia dan juga mengunjungi Oman, Zanzibar, pesisir
Afrika Timur, Sudan, dan Madagaskar.
Pada tahun 926 M, Hafidz Hasan Al Mas‟ud mengadakan perjalanan
keduanya. Pada perjalanan ini Hafidz Hasan Al Mas‟ud mengunjungi Tiberias,
Suriah dan Palestina. Kemudian pada tahun 943 M, Hafidz Hasan Al Mas‟ud
mengadakan perjalanan ke Antioch, Suriah. Hafidz Hasan Al Mas‟ud sempat
mengelilingi Irak dan kawasan Arab Selatan. Kemudian ia menetap di Suriah
dan Mesir, kemudian tinggal di Mesir serta meninggal dunia disana.
Mansura pada zaman Hafidz Hasan Al Mas‟ud adalah kota yang paling
maju di India Barat dan menjadi Ibu Kota negeri bagian Sind dalam karyanya
Muruj Ad-Dhahab Wa Ma‟adin Al-Jawahir, dia menceritakan bahwa kota
tersebut terletak ditepi sungai Indus (dekat Hyderabad Slang). Nama daerah itu
diambil dari nama Mansur Bin Jumhur (Gubernur pemerintahan dimasa Bani
Umayyah di Sind). Di india Hafidz Hasan Al Mas‟ud juga meneliti tentang
flora dan fauna. Penelitiannya dilakukan di tepi laut dekat dengan Bombay.
Objek dari penelitian Hafidz Hasan Al Mas‟ud antara lain gajah, burung
merak, burung kakatua, jeruk, kelapa, dan lain-lain.
Kemudian Hafidz Hasan Al Mas‟ud melanjutkan perjalannya bersama
dan Sri Langka serta berlayar ke Asia Tenggara, Indocina dan negeri Cina.
Dalam perjalanan pulang Hafidz Hasan Al Mas‟ud singgah di Madagaskar,
Zanzibar, Oman, dan sampai di Basroh. Di Basrah Hafidz Hasan Al Mas‟ud
menetap beberapa waktu untuk menulis karya besarnya yang berjudul Muruj
Ad-Dhahab, buku ini menceritakan perjalanan pribadinya di berbagai negeri.
Buku ini menyebutkan beberapa tempat di Asia Tenggara, termasuk di
dalamnya semenanjung Malaya, Sumatera, dan Jawa. Dalam tulisanya Hafidz
Hasan Al Mas‟ud menyebutkan kekayaan dan kejayaan kerajaan Sribuza yang
tak lain adalah Sriwijaya. Digambarkan Sriwijaya adalah sebuah kerajaan besar
yang kaya raya, dengan tentara yang sanagat banyak. Disebutkan pula bahwa
kapal yang tercepat saja tidak akan mampu untuk mengelilinginya dalam
jangka waktu 2 tahun. Ada kemungkinan Hafidz Hasan Al Mas‟ud singgah di
Sriwijaya pada waktu ia akan melakukan perjalanan ke Cina (
http://hal-kita.blogspot.co.id/2014/03/biografi-al-masudi.html diakses pada tanggal 2
februari 2017, Pukul 01:05 WIB).
Hafidz Hasan Al Mas‟ud juga mengunjungi pantai laut Kaspia, dan
berkelana mengelilingi Asia tengah dan Tukistan. Dia juga mengunjungi
Tiberias, dan disini ia memperoleh kesan-kesan relief Kristen. Setelah itu ia
mengunjungi Gujarat (303 H) dan menemukan Chamur, pelabuhan Gujarat
yang dihuni 10 ribu orang Arab dan sisanya keturunan mereka. Di sini ia
mendapat keterangan dari orang-orang Yahudi, Persia, dan uskup-uskup
Kristen. Setelah meninggalkan Basrah dan Suriah ia kembali ke Fusat, Mesir
berjudul Qoran Al-Zaman (cerita-cerita sejarah) yang terdiri dari 30 jilid. Dua
puluh jilid diantaranya tersimpan di perpustakaan Aya Sofia Instanbul Turki,
dan satu jilid di temukan di Aleppo dan dibawa ke Wina Austria. Karyanya
yang terakhir ditulis ditahun kematianya (956 M) adalah kitab At-Tanbih
Waal-Insaf. Dalam kitab ini diamembuat dan melengkapi karya-karyanya
sebelumnya.
D.Karya-karya Hafidz Hasan Al Mas’ud
Hafidz Hasan Al Mas‟ud merupakam ulama yang ahli dalam berbagai
bidang ilmu, seperti geografi, pelayaran, sampai dalam bidang ilmu
keagamaan. Selain dikenal sebagai ahli dalam bidang geografi Hafidz Hasan
Al Mas‟ud terkenal juga sebagai ahli pelayaran. Sumbangsih karya-karyanya
dalam dunia pelayaran diantaranya yaitu cacatan perjalanan pribadi Hafidz
Hasan Al Mas‟ud yang banyak memberi manfaat bagi dunia pelayaran. Selain
itu, Hafidz Hasan Al Mas‟ud telah dapat menyelesaikan permasalahan yang
timbul dikalangan pelaut dan ahli pelayaran yang keliru menyebutkan
nama-nama sungai yang mereka lalui dalam pelayaran. Hafidz Hasan Al Mas‟ud
memberikan gambaran yang jelas jalur dari Teluk Persia pergi ke Laut Cina.
Sungai pertama yang disebut adalah bahr al fars khasybah al basrah. Di pantai
Larwi terdapat bandar-bandar lama di Gujarat dan Konkan yaitu Cemur,
Surbarh, Thana dan Khambayat. Lautan Hargind, Kalah, Sruff (sungai Campa),
Selain mahir dalam ilmu geografi dan pelayaran Hafidz Hasan Al
Mas‟ud juga banyak menyumbangkan pemikiranya di dalam kajian Islam.
Diantara karya-karyanya, bidang akhlak adalah kitab Taisirul Khalak, dalam
ilmu hadis beliau berhasil menulis sebuah kitab yang berjudul Minhah
al-Mugis, sedangkan kitab Akhbar az-Zaman dan al-Ausat adalah karyanya dalam
bidang sejarah. Tidak banyak para pendahulu yang mengulas sejarah Hafidz
Hasan Al Masud, para ahli waris juga sangat sulit untuk dilacak karena
keberadaan penyusun yang tidak memungkinkan melacaknya sampai negara
asal atau tempat dimana beliau berkiprah. Hafidz Hasan Al Mas‟ud banyak
menghasilkan karya diantaranya:
a. Taisirul Khalak (ilmu akhlak)
b. Zakha'ir Al-Ulum Wa Ma Kana Fi Sa'ir Ad Duhur (Khazanah Ilmu pada
Setiap Kurun).
c. Al-Istizhar Lima Marra Fi Salif Al-A'mar tentang peristiwa-peristiwa
masa lalu. Buku ini telah diterbitkan kembali di Najaf pada tahun 1955.
d. Tarikh Al-Akhbar Al-Umam min Al-Arab Wa Al'ajam (sejarah Bangsa
Arab dan Persia)
e. Akhbar Az-Zaman Wa Man Abadahu Hidsan Min Umam
Al-Madiyan Wa Al-Ajyal al-Haliyah Wa Al-Mamalik Al-Dasirah.
f. Al-Ausat, berisi kronologi sejarah Umum.
g. Muruj Az-Zahab Wa Ma'adin Al-Jawahir (Padang Rumput Emas dan
Tambang Batu Permata) disusun tahun 947 M.
i. Al-Qadaya Wa At-Tajarib (Peristiwa dan Pengalaman).
j. Mazahir Al-Akhbar Wa Tara'if Al-Asar (Fenomena dan Peninggalan
Sejarah) (https://id.wikipedia.org/wiki/Al-Mas'udi diakses pada tanggal 5
BAB III
KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TAISIRUL KHALAK
KARYA HAFIDZ HASAN AL MAS’UD
Pada hakikatnya konsep pendidiikan akhlak, adalah petunjuk yang sangat
diperlukan oleh seorang muslim khususnya generasi muda yang seharusnya
semenjak dini harus diajarkan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak. Hal ini
supaya para generasi muda sejak dini sudah kuat pondasi akhlaknya. Hal ini
sejalan dengan tujuan mempelajari akhlak, yaitu dengan ilmu akhlak diharapkan
manusia menyadari bagaimana wajib mereka hidup, bukan bagaimana mereka
hidup. Manusia mampu mempelajari gerak jiwanya, perkataan dan perbuatan apa
yang biasanya, sampai mampu menemukan mana yang benar dan mana yang
salah, dan mampu menemukan mana yang baik dan mana yang buruk. Semua hal
itu akan tercapai mana kala pendidikan akhlak sudah diajarkan sejak dini
(zainudin, 2014:49).
Kitab Taisirul Khalak adalah salah satu kitab yang dimana isinya
membahas pendidikan akhlak. Baik itu akhlak yang harus dilakukan (baik)
ataupun sebaliknya yaitu perilaku akhlak yang harus ditinggalkan (buruk). Kitab
“Taisirul Khalak” ditulis oleh Hafidz Hasan Al Mas‟ud seorang guru senior di
Darul Ulum, Al Ahzar, Mesir berisi ringkasan dalam kajian akhlak praktis yang
sangat mendasar, sebuah petunjuk yang sangat diperlukan oleh seorang
muslim terlebih generasi muda yang seharusnya semenjak dini sudah
diajarkan dengan nilai-nilai aqidah dan akhlak Islam. Kitab ini sejak puluhan
tahun telah diajarkan di pondok pesantren di seluruh Indonesia untuk santri
Kitab “Taisirul Khalak” terdiri dari 31 bab yang meliputi sikap dan
perilaku akhak yang berkaitan dengan keseharian baik dalam hubungannya
dengan Allah SWT, diri sendiri, guru, keluarga, masyarakat dan, alam sekitar.
Konsep pendidikan akhlak yang disusun oleh Hafidz Hasan Al Mas‟ud berupa
pengajaran nilai-nilai akhlak mengenai perilaku sehari-hari dan berisi pengajaran
sikap yang harus dilakukan oleh setiap muslim yaitu ketika berhubungan dengan
Allah SWT, diri sendiri, guru, keluarga, masyarakat, dan, alam sekitar. Hafidz
Hasan Al Mas‟ud membaginya menjadi 31 nilai-nilai akhlak, adapun rinciannya
sebagai berikut:
A. Hubungan dengan Allah SWT
Taqwa (At-Taqwa)
Artinya: Taqwa ialah menjalankan segala perintah Allah SWT. serta
menjauhi segala larangan Allah SWT, baik dalam keadaan sendiri atau di hadapan orang banyak. Takwa seseorang belum bisa dikatakan sempurna, sebelum dia dapat membersihkan dirinya dari sifat-sifat tercela dan menghias dirinya dengan sifat-sifat terpuji.
Dalam konsep pendidikan akhlak, Hafidz Hasan Al Mas‟ud
berusaha menjelaskan atau mengajarkan sikap seseorang muslim dalam
berhubungan dengan Tuhan-Nya seperti, keharusan senantiasa bertaqwa
kepada-Nya. Dalam hal ini taqwa yang dimaksud yaitu seorang muslim
senantiasa menjalankan perintah Allah SWT, dan senantiasa menjauhi
larangan-Nya. Tidak hanya itu, Hafidz Hasan Al Mas‟ud juga menjelaskan
tercela dan senantiasa melakukan sifat-sifat terpuji sebagai upaya
menyempurnakan ketaqwaanya.
Taqwa merupakan jalan mencapai hidayah, barang siapa
menjalankanya pasti akan mendapatkan petunjuk. Selain itu, taqwa bisa
diibaratkan sebagai tali, barang siapa yang yang senantiasa berpegang
teguh pasti akan selamat. Adapun sebab-sebab yang memudahkan
seseorang dapat melakukan taqwa, diantaranya:
1. Memandang dirinya sebagai hamba yang hina, dan meyakini, bahwa
Tuhannya sebagai Yang Maha Kuat dan Maha Mulia. Tentu saja
sebagai seorang yang hina tidak boleh membangkang dari yang
Maha Mulia, karena segala persoalan berada dalam kekuasaan-Nya.
2. Mengingat kebaikan atau nikmat yang telah diberikan oleh Allah
SWT, yang berupa hal apa saja. Siapapun yang berpikir demikian,
tentu dia tidak akan mengingkari nikmat-Nya.
3. Yang selanjutnya yaitu mengingat mati, karena siapa saja yang
menyadarinya, bahwa dirinya akan mati, dan di hadapanya nanti
hanya ada surga dan neraka, maka dirinya akan berusaha mendorong
melakukan perbuatan baik semaksimal mungkin. Seperti halnya,
menolong sesama orang muslim dan sesama manusia, menghormati
serta menyayanginya.
Adapun buah taqwa, ialah kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
kedudukan yang tinggi baik namanya dan mendapat simpati dari banyak
orang.
B. Hubungan guru dan murid
1. Tatakrama (adab) Seorang Guru (Adabul Mu’allimi)
ةِ ةِ اةَ ةَ ةْلاةَو ةِ ةْوةُلةْ ةَ ةْلا ةَنةِم ةُ ةُل اةَ ةَ ةِ ةِب ةُ ةْوةُ ةَ اةَم اا ةِ ةِ ةْلةّةِت لا ةُلةْ ةِلةَ ةُمةِةّلةَ ةُ ةْلةَا
.
Artinya: guru adalah penuntun murid dalam mencapai ilmu pengetahuan,
yang menyebabkan ia menjadi orang yang sempurna.
Seorang guru diharuskan menjunjung nilai ketaqwaan, kerendahan
hati, lemah lembut kepada murid, tegas, dan berwibawa. Selain itu seorang
guru haruslah mempunyai sifat terpuji, mengingat jiwa murid itu lemah bila
dibandinghkan dengan jiwa Seorang gurunya. Seorang murid bila
diibaratkan bagaikan kertas putih yang siap menerima warna apapun yang
akan dicatat ke dalam hati dan pikirannya. Sementara kita juga tahu bahwa
setiap anak yang lahir ke dunia membawa karakter yang sungguh kian
komplek, dalam pembentukan akhlak tidak bisa hanya dibebankan kepada
guru yang sangat terbatas bersama para murid. Peran orang tua juga sangat
dibutuhkan di dalam mengawasi gerak keseharian setiap anak.
Seorang guru tidak hanya pandai dalam bertutur kata saja, akan
tetapi juga harus bisa memberikan contoh dalam berprilaku. Karena pada
hakikatnya jiwa seorang murid terpaut sangat dekat dengan seorang
gurunya, terlebih guru favorit bagi sang murid, seakan menjelma menjadi
seorang motifator dan percontohan bagi pribadi sang murid, jika seorang
guru tidak merasa jiwanya terpaut dengan murid-muridnya maka sudah
2. Tata krama (adab) Murid (Adabul Muta’allimi).
Seorang peserta didik atau murid sudah sewajarnya bahkan
dianjurkan mempunyai adab dan tata krama, baik bersama teman, diri
sendiri terlebih lagi bersama gurunya. Karena adab itulah seseorang akan
dihormati, akan tetapi jika seseorang tidak beretika niscaya tidak lagi ada
yang akan menghormatinya lagi. Sebagaimana konsep pendidikan akhlak
yang diterangkan dalam kitab Taisirul Khalak sebagai berikut:
ةٌ ةَرةْ ةِ ةَ ةَف ةِ ةِ ةْ ةَ ةْةِ ةُ ةُباةَ ةَا اَّمةَا
Artinya: Adapun adab murid yang berhubungan dengan dirinya sendiri
antara lain: meninggalkan sifat ujub, tawadhu atau ramah, jujur, tenang, berwibawa, tidak banyak menoleh saat berjalan dan tidak memandangi hal-hal yang dilarang agama, jujur dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki dalam artian tidak asal menjawab persoalan yang belum dia ketahui.
Dalam bab adab yang harus dipenuhi oleh seorang murid Hafidz
Hasan Al Mas‟ud menerangkan bahwa seorang murid haruslah mempunyai
tatakrama, dan tatakrama yang dimaksudkan ialah tatakrama seorang murid
yang berhubungan dengan dirinya sendiri sebagai mana yang sudah tertera
di atas, selanjutnya tatakrama seorang murid yang berkaitan dengan gurunya
atau perilaku yang harus diterapkan seorang murid terhadap gurunya yaitu:
a. Yakin bahwa guru kita mempunyai kedudukan seperti orang tua kita,
bahkan bisa lebih tinggi, karena orang tua kita memelihara jasad kita,
tapi guru berusaha memelihara jiwa kita dari segala keburukan batin.
b. Duduk dengan khikmat, sopan, dan mendengarkan apa yang
c. Tidak membicarakan kelebihan guru lain dihadapannya, tidak juga
merendahkan kedudukan guru.
d. Tidak menanyakan hal yang di luar kemampuan guru (dengan maksud
melecehkan).
Selain itu dalam kitab Taisirul Khalak juga menjelaskan mengenai
tatakrama seorang murid dengan sesama temannya antara lain:
a. Menghormati teman.
b. Tidak merendahkan teman yang lain.
c. Tidak membanggakan diri dihadapan teman-teman yang lain (secara
berlebihan).
d. Tidak merendahkan teman saat mereka tidak mampu menjawab.
e. Tidak menunjukkan sikap sinis saat teman mendapat teguran dari guru,
Mengingat jasa baik yang telah dilakukan oleh kedua orang tua,
sudah sepatutnya bagi seorang anak berterima kasih kepada kedua orang
tuanya dengan cara: mematuhi segala perintah yang diberikan oleh kedua
orang tua, kecuali perintah bermaksiat. Tidak pernah menyakiti perasaan
kedua orang tua meskipun berkata cih dan hus. Tidak berjalan di depan
kedua orang tua kecuali ketika sedang melayani mereka. Senantiasa
mendoakan kedua orang tua supaya senantiasa mendapatkan rahmat dan
ampunan dari Allah SWT. Mendorong kedua orang tua untuk selalu berbuat
kebaikan dan mencegahnya ketika berbuat kemungkaran.
2. Hak-hak kepada Kerabat (Huququl Qorobati)
ةِ اةَ ةْ ةِلاا ةُاةِ ااةَوةَا
Artinya: Sanak kerabat seseorang ialah orang-orang yang mempunyai
hubungan famili dengannya. Allah swt. Telah memerintahkan menyambung hubungan sanak famili dan melarang memutusnya. Rasulullah saw. bersabda: Allah swt. Berfirman dalam (hadis qudsi):
“Aku adalah Ar-Rahman (Dzat yang maha pengasih) dan kata Ar-Rohim, itu Aku keluarkan dari nama ku. Karena itu, barangsiapa menyambung hubungan famili, maka Aku menyambungnya. Tetapi barangsiapa yang memutus hubungan kefamilian, maka Aku akan memutus hubungan dengannya.”
Karena itu, setiap orang wajib menjaga hak-hak sanak famili, dan
memenuhinya. Tidak menyinggung perasaan salah seorang famili, baik
dengan tindakan maupun ucapan, Ramah kepada sanak famili, Menanyakan
famili yang tidak tampak, Membantu famili dalam mendapatkan
D. Hubungan dengan sesama manusia
1. Hak-hak dan Kewajiban kepada Tetangga (Huququl Jironi)
ةُ اةَةْ ةَا
Artinya: Tetangga ialah tiap-tiap orang yang tempat tinggalnya dekat
dengan tempat tinggalmu, dengan jarak 40 rumah dari semua arah. Tetangga itu memiliki hakyang harus engkau penuhi, antara lain: Memberi salam terlebih dahulu kepadanya, berbuat baik kepadanya, membalas kebaikan tetangga yang telah lebih dahulu berbuat baik kepadamu, memberikan hak-haknya yang bersifat materi yang menjadi tanggunganmu, menjenguknya tatkala sakit dan memberi ucapan selamat kepadanyaketika ia mendapat kesenangan. Turut berduka cita, apabila tetangga sedang tertimpa bencana. Tidak memandang istri-istri,anak perempuan maupun pembantu-pembantu perempuan tetangga, sekuat kemampuan. Menerima atau menyambut tetangga dengan berseri-seri dan penuh hormat.
Konsep pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab Taisirul
Khalak berusaha mengajarkan kita sebagi umat Islam agar senantiasa
berbuat dan bersikap baik dengan tetangga. Rasulullah SAW bersabda: “
barang siapa mengaku beriman kepada Allah dan hari pembalasan, maka
hendaklah memuliakan tetangganya”. Oleh karena itu, sepatutnya kita
sebagai mahluk sosial hendaklah kita selalu memuliakan dan berprilaku baik
2. Tata krama (adab) dalam Pergaulan (Adabul Mu’asyaroti)
Artinya: Etika pergaulan itu banyak, antara lain: Bermuka menyenangkan,
ramah, mendengar ucapan orang lain, tidak angkuh, diam tatkalateman pergaulan sedang bergurau, memaafkan teman yang sedang khilaf, santun dan tidak membanggakan (menyombongkan) diri dengan pangkat atau kekayaan. Sebab menyombongkan diri dengan cara ini dapat menjatuhkan harga diri.
Dalam pergaulan sudah sekiranya menjaga prilaku, sebab seseorang
akan merasa nyaman apabila kita bersikap yang menyenangkan. Seperti
halnya tidak membanggakan diri terhadap harta kekayaan dan kedudukan
yang kita miliki. Sebab, prilaku seperti itu akan membuat teman kita
menjadi tidak nyaman, dan juga akan menjatuhkan kedudukan kita di mata
teman sepergaulan kita.
3. Kerukunan (Al-Ulfatu)
ةْم ااقةِلب ةُاةَر لاو ةِااةّ لاب ةُاا ةْئةِتةْ ةِلاا يه
.
Artinya: Kerukunan adalah perasaan tentram ketika hidup bersama orang
banyak dan senang ketika bertemu mereka.
Adapun sebab-sebab terciptanya kerukunan itu ada lima:
a. agama, sebab iman yang sempurna akan melahirkan rasa kasih sayang
terhadap sesama.
b. Ada hubungan nasab, karena pada dasarnya manusia itu cenderung
kepada familinya cinta kepada mereka dan akan berusaha
c. Ada ikatan perkawinan, sebab apabila seseorang mencintai istri dan
suaminya, tentu menyukai juga setiap seseorang yang ada hubunganya
denganya.
d. Sikap baik, yaitu tindakan atau ucapan baik kepada sesama manusia.
e. Ada ikatan persaudaraan, sebagaimana sikap Rasullullah SAW,
mempersaudarakan muhajirin dengan orang-orang Ansor.
4. Persaudaraan (Al-Akhou)
ةُ َّ ةَواا ا ب ةُ ةّقو ةِ صخَّ لا ب ةٌلطبا وه
Artinya: Persaudaraan adalah pertalian hubungan cinta kasih antara dua
orang. Masing-masing mereka berusaha berbuat baik kepada lainnya, dengan cara memberi bantuan kepada lainnya. Baik berupa harta, tenaga, sikap memaafkan, ketulusan, kesetiaan, usaha meringankan bebannya, tidak saling membebani, selalu baik sesuai ajaran agama, menganjukan berbuat baik dan menghindarkannya dari kemungkaran serta saling memohon kebaikan kepada Allah.
Adapun manfaat ikatan persaudaran sangatlah luas, manusia
diciptakan dengan karakter sosial/humanism tinggi sehingga ikatan
persaudaraan menjadi sangat penting untuk menopang hubungan tersebut,
manusia diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna, Allah SWT Juga
melunakkan hati manusia dengan rahmat-Nya serta kasih sayang sehingga
5. Tata krama (adab) dalam Pertemuan (Adabul Majalisi)
Artinya: Orang yang menghadiri majelis-majelis pertemuan, hendaknya
mengucapkan salam kepada pada hadirin yang telah ada dimajelis. Duduk di deretan terakhir, sesuai urutan. Tidak menghiraukan omongan-omongan yang tidak bermanfaat.
Etika yang ditanamkan Islam disetiap kita memasuki majelis ilmu
(kumpulan orang) (mengaji/sekolah) hendaknya kita mengucapkan salam.
Selanjutnya duduklah ditempat yang kosong berdampingan dengan peserta
terakhir (jangan melangkahi orang lain), kita sebaiknya tidak mendengarkan
perkataan teman-teman yang tidak bermanfaat, apalagi ikut-ikutan (sangat
tidak bermanfaat). Jika kita melihat suatu kemunkaran (hal yang tidak baik)
maka hendaknya dicegah dengan tangan, jika tidak mampu maka dengan
ucapan kita, jika masih tidak mampu maka gunakan hati kita yaitu dengan
berdoa supaya hal tersebut dihentikan oleh Allah SWT.
Berikutnya segeralah meninggalkan majelis/sekolah jika
sekiranya sudah tidak ada suatu kepentingan lagi, kita tidak boleh
merendahkan apalagi menghina salah seorang di majelis tersebut karena
barangkali dimata Allah orang yang kita rendahkan lebih baik dari diri kita.
Pada saat kita di dalam majelis janganlah kita melebih-lebihkan seorangpun
dengan hartanya, karena hal itu dapat melemahkan agama seseorang dimata
Allah. Disaat kita telah meninggalkan majelis dan berada di jalan maka
jagalah pandangan kita dari sesuatu yang seharusnya tidak pantas dilihat,
Selanjutnya, jika ada yang bertanya maka jawablah jika mampu
menjawab. Jika ada yang mengucapkan salam maka jawablah dengan sopan,
dan sebaiknya kitalah yang dianjurkan mengucapkan salam ketika bertemu
orang lain. Jika ada orang yang membutuhkan dan meminta-minta
(pengemis) maka berikanlah sebagian dari yang kamu punya meskipun
sedikit, selanjutnya berusahalah untuk selalu duduk sopan saat berada
didalam majelis, karena seseorang akan menghormati orang jika dia
berwibawa.
E. Hubungan terhadap diri sendiri
1. Tata cara Makan (Adabul Akli)
Artinya: Tata cara sebelum makan ialah: Membasuh tangan. Meletakkan
makanan yang hendak dimakan diatas tikar (alas) atau meja duduk. Niat mendapatkan kekuatan untuk menjalankan ibadah. Tidak terlalu kenyang. Menyukai terhadap makanan yang ada. Tidak menghina makanan yang ada dan mencari teman untuk diajak makan bersama.
Sebagai agama yang sempurna Islam tidak hanya mengajarkan
umatnya beribadah secara ritual saja, akan tetapi mempunyai cara
tersendiri untuk mengatur secara jelas dalam tatacara makan, hal ini akan
sangat bermanfaat jika memang betul-betul dikerjakan.
Etika makan dalam Islam yang pertama adalah mencuci tangan
hingga bersih sampai tidak ada bekas kotoran yang tersisa lagi, lalu
usahakanlah duduk serta berniat makan supaya kuat untuk beribadah
sehingga mendapatkan nilai pahala disisi Allah SWT. Jangan makan jika
masih merasa kenyang, selanjutnya adalah menerima menu apa saja yang
telah dihidangkan serta tidak merendahkan makanan yang telah disiapkan.
Terakhir sebaiknya mencari teman untuk diajak makan bersama.
Adapun hal lain harus dilakukan adalah membaca basmalah
agak keras supaya orang yang ikut makan ikut membacanya, selanjutnya
makan dengan tangan kanan, lalu mengurangi porsi suapan (jika memakai
sendok hendaknya sedikit-sedikit saja, jangan terlalu). Selanjutnya
adalah mengunyah sampai lembut, termasuk etika makan adalah jangan
mengambil makanan lain jika porsi kita belum habis. Makanlah makanan
yang ada di dekat kita (kecuali buah/hidangan pencuci mulut), sebaiknya
jangan meniup makanan yang masih panas (tunggu agak sedikit dingin).
Berikutnya jangan membelah makanan yang telah dihidangkan
dengan pisau (makanan yang sudah dipiring memakai sendok), jangan
menyentuh (memegang-megang) makanan yang dihidangkan dengan tangan
(seharusnya pakai sendok), jangan membuang kulit/biji buah yang
dimakan dalam satu tempat bersama buahnya. Adapun yang dilakukan
setelah makan adalah berdiri setelah merasa cukup kenyang, lalu mencuci
2 tangan dengan bersih, membersihkan sisa-sisa makanan dan berdoa
2. Tatacara Minun (Adabu Syurbi)
minum dengan tangan kanan. Melihat air minum sebelum meminumnya. Membaca bismillah. Duduk dan menghirupnya, dan tidak menenggak-ngelonggok (jawa), karena menenggak air minum itu dapat membahayakan hati. Rasululloh saw. bersabda: “Jika engkau minum, maka hendaklah kalian menghirupnya dan jangan sekali-kali kalian menenggaknya”.
Rasulullah SAW, telah mengajarkan kepada umatnya bagaimana
etika minum yaitu sebanyak tiga kali hirupan dengan membaca bismillah
pada setiap kali hirupan. Membaca Alhamdulilah ketika selesai minum.
Tidak bernafas di dalam tempat minum dan tidak bersenda tawa di tempat
(berwudhu). Berbaring menghadap kiblat. Berniat mengistirahatkan badannya, agar nantinya kuat menjalankan ibadah dan berdzikir kepada Allah sebelum dan sesudahnya.
Rasulullah SAW, apabila hendak tidur malam hari, maka beliau
meletakan tangan di bawah pipinya, kemudian berdo‟a.
4. Tata krama (adab) di dalam Masjid (Adabul Masjidi)
Artinya: Masjid adalah rumah-rumah milik Allah, karena itu barang siapa
yang hatinya selalu teringat kepada mesjid, maka Allah akan memberinya naungan kepada orang tersebutkelak pada hari kiamat. Sebagaimana tersebut dalam hadis Rasulllah saw. Oleh karena itu, setiap orang dianjurkan agar sering-sering pergi ke masjid. Adapun tatacaranya ialah berjalan dengan tenang. Mendahulukan kaki kanan ketika memasukinya. Meletakkan sandal diluarnya.
Etika ketika akan masuk masjid hendaklah membaca do,a:
ةَ ت ااوبا ا ةْ تفا َّم ةّللا
.
Artinya: “Ya, Allah, bukakanlah pintu-pintu rahmat-Mu untukku”
Setelah itu usahakan duduk dengan tenang serta berniat
taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah dengan dzikir dsb), selanjutnya
hendaknya menahan diri dari segala nafsu dan keinginan buruk. Berikutnya
janganlah sampai berdebat dengan hal yang tidak pantas dibicarakan,
dan janganlah berpindah-pindah tempat (dari tempat duduk jika tidak ada
kepentingan).
Selanjutnya janganlah bersyair atau bernyanyi dengan lagu yang
tidak pantas dilagukan. Kita juga tidak boleh bersuara keras-keras jika ada
yang sedang sholat, juga tidak boleh berjalan melewati orang yang sedang
sholat. Selain itu kita juga tidak diperbolehkan bermain-main di masjid,
selanjutnya hindarilah memperbincangkan masalah dunia karena biasanya
5. Kebersihan (An-Nadhofatu)
Artinya: Sesungguhnya kebersihan badan, pakaian dan tempat, itu
merupakan tuntutan syariat. Oleh karena itu, setiap orang seharusnya selalu membersihkan badannya, merapikan rambutnya, menyisir dan meminyakinya.
Kebersihan adalah sesuatu yang utama, sebab ketika akan
melaksanakan ibadah haruslah bersuci terlebih dahulu, dengan kata lain
harus membersikan anggota badan dari hadas maupun najis. Dalam kitab
Taisirul Khalak telah dijelaskan bahwa kebersihan merupakan bagian dari
syari‟at. Selain itu setiap orang harus membersihkan pakaianya, dengan cara
mencucinya, denagan air atau dicampur denagan sabun. Kebersihan itu
diperintahkan, demi menjaga kesehatan, menghilangkan rasa sedih,
menimbulkan keriangan, Menyenangkan teman dan untuk melahirkan
nikmat Allah SWT.
6. Jujur dan Dusta (Ash-Shidqu Wal Kadzibu)
ةُقدةّةِصلا
:
ةَعةِواولاةُقةِباةَطةُ ا ةُ اب لااوه
.
Artinya: Jujur adalah memberitakan sesuatu sesuai dengan kenyataanya.
sedangkang dusta adalah memberitakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataanya.
Sebab-sebab Kejujuran adalah : akal agama dan harga diri.
a. Akal menjadi sebab seseorang bertindak jujur karena orang yang
berakal memahami manfaat kejujuran dan bahaya berdusta. Tentu saja
orang yang berakal akan memilih bertindak jujur karena dia tidak akan
b. Agama menjadi sebab seseorang bertindak jujur karena dalam agama
sendiri memerintahkan umatnya untuk senantiasa bertindak jujur, dan
melarang umatnya bertindak dusta. Tentu saja orang yang mempelajari
agama akan senantiasa berbuat jujur karena dia telah paham dengan
perintah agama dan akan takut mendapatkan dosa.
c. Demikian pula seseorang yang mempunyai harga diri, dia tidak akan
senang berbuat dusta karena dia akan senantiasa menghias dirinya
dengan prilaku yang baik dalam hal ini adalah berbuat jujur.
Lawan kata dari jujur adalah dusta atau bohong, prilaku ini adalah
prilaku yang harus dihindari. Adapun sebab-sebab seseorang bertindak dusta
ialah keinginan mendapat keuntungan dan menghindari bahaya. Karena
terkadang seseorang beranggapan bahwa dengan berdusta (berbohong
mereka akan selamat) meskipun hanya sementara mereka tetap akan
melakukanya. Sedangkan ketika mereka bertindak jujur akan mendapatkan
kesialan dan merugikan mereka.
Adapun bahaya berdusta itu akan menimpa pelakunya sendiri dan
dirinya akan tercela, terhina, dan kehilangan kepercayaan dari orang lain.
Selain merugikan dirinya berbuat dusta juga akan memberikan bahaya atau
kerugian bagi orang lain. Misalnya, bagi seseorang yang sudah menjanjikan
7. Amanah (Al-Amanatu)
Artinya: Amanah adalah melaksanakan hak-hak kewajiban kepada Allah SWT. Dengan adanya amanah (kejujuran), maka agama atau iman menjadi sempurna, harga diri terpelihara dan harta kekayaan akan terjaga. Sebab melaksanakan hak-hak kewajiban kepada Allah, berrti mengamalkan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Seseorang dapat memiliki sifat amanah dikarenakan beberapa hal
penting di antaranya, kuatnya keinginan baik dalam hidup (motifasi hidup),
seorang muslim yang mempunyai motifasi tinggi pastinya mengerti betul
makna amanat, dia akan menjaga kepercayaan yang telah diberikan
kepadanya serta tidak menyia-nyiakannya, dia akan menjalani kehidupan
dengan penuh rasa tanggung jawab dan kehati-hatian. Salah satu hal
terpenting yang harus dijaga oleh seorang yang mempunyai sifat amanah
adalah menjaga dirinya dari hal yang dapat mengancam sifat amanahnya,
dia akan tumbuh sebagai pribadi pemaaf, serta menjauhi segala hal yang
tidak bermanfaat dalam hidupnya.
Oleh sebab semua itulah sesungguhnya dapat kita melihat bagaimana
dia menerima kehidupan dan karunia dari Allah SWT. di sisi lain juga
selalu berusaha maksimal, apa yang dilakukannya semata-mata karena Allah
SWT, bukan karena ingin dipuji oleh sesama manusia saja. Lawan dari sifat
amanah adalah khianat, yaitu menentang kebenaran dengan cara merusak
Adapun bahaya yang dapat ditimbulkan dari sifat khianat antara lain:
a. Pelakunya akan dicap sebagai penipu
b. Tidak beragama secara sempurna
c. Rendah cita-citanya
d. Hina jiwanya
e. Dijauhi oleh manusia disebabkan prilaku yang disebabkannya
f. Dipotong tangannya apabila sampai mencuri barang orang lain
g. Menyebabkan Allah murka kepada pelakunya, karena telah mengabaikan
perintah Allah.
yang tidak terpuji. Ia termasuk sifat dan peranggai yang amat mulia. Dari sifat inilah timbul banyak sifat mulia, misalnya sabar, hidup sederhana, suka memberi, cinta damai, taqwa, tenang, berwibawa, sayang kepada orang lain dan malu.
Hal yang dapat membantu seseorang agar dapat memiliki sifat „ifah
antara lain:
a. Menjauhkan diri dari ketamaan (kerakusan).
b. Meninggalkan kesukaan mencari harta kekayaan dan hidup apaadanya.
9. Harga Diri (Al-Muru’ah)
ةِاا ا لا ةِن امَو ةِق لاا ةِ ةِ ا ةِ ُّ ةّتلا ااوعدتةٌل ىه
.
Artinya: Muru‟ah ialah sifat yang mendorong untuk berpegang pada akhlak
Hal yang dapat menimbulkan sifat muru‟ah antara lain:
a. Cita-cita yang tinggi.
b. Kemuliaan jiwa.
Sesungguhnya orang yang memiliki cita-cita yang tinggi dan mulia
jiwanya itu, pasti mempunyai tujuan mencapai kemulian, mendapatkan
kelebihan-kelebihan, membangun kemulian-kemulian, membagi kesenangan
dan menyingkirkan gangguan-gangguan.
Artinya: Sabar ialah yang mendorong seseorang untuk meninggalkan
dendam terhadap orang yang menjengkelkannya, meskipun orang tersebut mampu membalasnya. Hal-hal yang menyebabkan seseorang dapat sabar ialah: Sayang kepada orang yang bodoh. Menghindari pertengkaran (permusuhan). Merasa malu atau risih untuk membalas. Ingin berbuat baik kepada orang yang berbuat jelek kepadanya. Memelihara nikmat yang disarankan, dan menunggu kesempatan yang tepat.
Sesungguhnya menghindari permusuhan dengan orang lain
merupakan jiwa yang sempurna dan jiwa yang luhur. Sedangkan malu
merupakan usaha menyelamatkan diri dan tanda kesempurnaan harga diri.
Sedangkan upaya memelihara nikmat merupakan bukti kesetiaan. Adapun
merekayasa kesempatan merupakan bagian dari kelicikan.
11. Kemurahan atau dermawan (As-Sakhou)