• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TAISIRUL KHALAK KARYA HAFIDZ HASAN AL MAS’UD SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TAISIRUL KHALAK KARYA HAFIDZ HASAN AL MAS’UD SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM KITAB TAISIRUL KHALAK

KARYA HAFIDZ HASAN AL MAS’UD

SKRIPSI

Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

M. NUR FAIZIN

111 11 057

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM KITAB TAISIRUL KHALAK

KARYA HAFIDZ HASAN AL MAS’UD

SKRIPSI

Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

M. NUR FAIZIN

111 11 057

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(4)
(5)

SKRIPSI

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TAISIRUL KHALAK

KARYA HAFIDZ HASAN AL MAS’UD

disusun oleh

M. NUR FAIZIN 111-11-057

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan

Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, Pada Tanggal 31 Maret 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Susunan Panitia Penguji

Ketua penguji : Achmad Maimun, M.Ag. ...

Sekertaris Penguji : Dr. M. Ghufron, M.Ag. ...

Penguji I : Dra. Ulfah Susilawati, M.SI. ...

Penguji II : Sutrisna, S.Ag, M.Pd. ...

Salatiga, 31 Maret 2017 Dekan

Suwardi, M.Ag.

(6)
(7)

MOTTO

“Mengajak kepada kebaikan adalah baik, tetapi memaksa orang lain

kepada suatu yang kita an

ggap baik adalah tidak baik”

KH. Ahmad

(8)

PERSEMBAHAN

1.

Kedua orang tua tersayang Bapak Ahmad dan Ibu Harmini yang

senantiasa mencurahkan kasih sayangnya, dukungan serta

do

anya sehingga skripsi ini akhirnya selesai.

2.

Adik tersayang M. Nur Kholis yang selalu mendukung dan

mensuport setiap langkahku.

3.

Abah yai Muhlasin dan Umi Khoiriyatik yang senantiasa

mencurahkan kasih sayangnya, dukungan serta do

anya sehingga

skripsi ini akhirnya selesai.

4.

Teman-teman kepengurusan PP.Pancasila yang selalu

memberikan semangat dan dukungan .

5.

Sahabat-sahabati Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)

Kota Salatiga.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat

dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dan Sholawat

serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam

di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh bimbingan dan

pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan

segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Ruchayati, M. Ag. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

IAIN Salatiga.

4. Bapak Dr. M. Ghufron, M.Ag. Selaku dosen pembimbing yang selalu

sabar dalam membimbing penulis.

5. Ibu Maslikhah, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik selama kuliah

di IAIN Salatiga.

6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah menjadi perantara ilmu.

7. Segenap ustad, pengurus, dan santri Pondok Pesantren Pancasila.

(10)

9. Ayah Ibu, Adikku yang selama ini selalu memberikan do‟a, serta selalu

memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Sahabat-sahabati Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota

Salatiga.

11.Sahabat-sahabati Gerakan Angkatan Dua Ribu Sebelas (GANAS) PMII

Kota Salatiga.

12.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi

ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya,

khususnya kepada penulis sendiri dan umumnya bagi para pembaca. Dan pada

akhirnya penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan

skripsi ini.

Salatiga, 09 Maret 2017 Penulis

(11)

ABSTRAK

Faizin. M. Nur. 2017. Konsep Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Taisirul Khalak

Karya Hafidz Hasan Al Mas‟ud. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dr. M. Ghufron, M.Ag.

Kata kunci : Konsep Pendidikan Akhlak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep pendidikan akhlak

menurut Hafidz Hasan Al Mas‟ud dalam karyanya yaitu kitab Taisirul Khalak.

Beberapa hal yang akan disampaikan dalam penelitian ini adalah: (1)

Bagaimanakah konsep pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab Taisirul

Khalak. (2) Bagaimanakah relevansi konsep pendidikan akhlak kitab Taisirul Khalak karya Hafidz Hasan Al Mas‟ud terhadap kehidupan saat ini.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka peneliti menggunakan

pendekatan Library research. Sumber utama dalam penelitian adalah kitab

Taisirul Khalak, serta terjemahan dari kitab Taisirul Khalak, adapun sumber pendukungnya adalah buku-buku lain yang bersangkutan dengan materi.

Temuan ini menunjukkan bahwa Konsep Pendidikan Akhlak yang terdapat

dalam kitab Taisirul Khalak adalah kesempurnaan seseorang dalam berbuat baik

terhadap Allah SWT, sesama manusia, dan Alam sekitar. Relevansi pendidikan

akhak dalam kitab Taisirul Khalak bahwa seorang guru harus dapat menyiapkan

peserta didik yang dapat menjadi manusia yang sempurna dan dapat

menyesuaikan diri dengan masyarakat sekarang dan akan datang. Konsep

pendidikan akhlak dalam kitab Taisirul Khalak sangat praktis dan didasarkan pada

Al-Qur‟an dan Hadits. Dengan demikian, memberikan motivasi untuk

melaksanakan kebaikan dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

Keberadaan kitab Taisirul Khalak dapat membentuk manusia yang

memiliki ketaqwaan sejak dini serta dapat mengarungi kehidupan yang kompleks

dan penuh dengan tantangan zaman yang semakin hari semakin rusak. Manusia

yang menerima ajaran dari kitab Taisirul Khalak akan dapat menguasai tiga

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN KEASLIAN... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR... vii

ABSTRAK... ix

DAFTAR ISI... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Kegunaan Penelitian... 6

E. Metode Penelitian... 6

F. Penegasan Istilah... 8

G. Sistematika Penulisan... 11 BAB II BIOGRAFI A. Profil Hafidz Hasan Al Mas‟ud... 13

B. Faktor-faktor Hafidz Hasan Al Mas‟ud melakukan penelitian... 14

C. Catatan Perjalanan Hafidz Hasan Al Mas‟ud... 15

D. Karya-karya Hafidz Hasan Al Mas‟ud... 18

BAB III KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TAISIRUL KHALAK KARYA HAFIDZ HASAN AL MAS’UD A. Hubungan dengan Allah SWT ... 22

B. Hubungan Guru dan Murid... 24

(13)

2. Tatakrama (adab) seorang pelajar/siswa (Adabul Muta‟allimi)...

25

C. Hubungan dengan sanak family 26

1. Hak-hak dan kewajiban kepada kedua orang tua (Huququl

Walidaini)... 26

2. Hak-hak kepada kerabat (Huququl Qorobati) ... 27

D. Hubungan dengan sesama manusia... 28

1. Hak-hak dan kewajiban kepada tetangga (Huququl Jironi) ... 28

2. Tatakrama (adab) dalam pergaulan (Adabul Mu‟asyaroti)... 29

3. Kerukunan... 29

4. Persaudaraan... 30

5. Tatakrama (adab) dalam pertemuan (Adabul Majalisi)... 31

E. Hubungan dengan diri sendiri... 32

1. Tatacara Makan ( Adabu Akli)... 32

2. Tatacara Minum (Adabu Syurbi)... 34

3. Tatacara Tidur (Adabu Naumi)... 34

4. Tata krama (Adab) di dalam masjid (Adabul Masjidi)... 35

5. Kebersihan (An-Nadhofatu)... 36

6. Jujur dan dusta( Ash-Sidqu wal Kadzibu)... 36

7. Amanah ( Al-Amanatu)... 38

8. Terjaga ( Al-‟Iffah)... 39

9. Harga diri ( Al-Muru‟ah)... 39

10.Kesabaran( Al-Hilmu)... 40

11.Kemurahan atau dermawan ( As-Sakhou)... 40

12.Merendahkan diri( Tawadlu‟)... 41

13.Ketinggian Jiwa („Izzatun Nafsi)... 42

14.Keadilan ( Al-„Adlu)... 42

F. Akhlak yang harus dihindari... 43

1. Dendam( Al-Hiqdu)... 44

2. Dengki ( Al-Hasadu)... 44

(14)

4. Adu domba( An-Namimatu)... 45

5. Sombong ( Al-Kibru)... 46

6. Tertipu oleh diri sendiri ( Al-Ghururu)... 46

7. Aniaya atau Dholim (Adh-Dhulmu)... 47

BAB IV PEMBAHASAN A. Konsep Pendidikan Aakhlak dalam Kitab Taisirul Kholak... 48

1. Hubungan Makhluk dengan Tuhannya... 49

2. Hubungan antara Guru dan Murid... 3. Hubungan antara orang tua dan anak... 51 54 4. Hubungan dengan keluarga... 56

5. Hubungan dengan Masyarakat... 58

6. Hubungan dengan Diri Sendiri... 62

B. Relevensi Pendidikan Akhlak dalam Kitab Taisirul Khalak... 72

1. Tujuan Pendidikan Akhlak... 73

2. Materi Pendidikan... 3. Pendidikan dan Peserta Didik... 74 75 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 77 B. Saran... C. Penutup...

78 78 DAFTAR PUSTAKA

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akhlak sebagai ilmu merupakan bahasan pokok dan subtansial dalam

Islam, yang kajiannya tidak terbatas pada tingkah laku manusia dari aspek

fisik, tetapi terikat pula dengan aspek batin dan kebahagiannya. Kajian yang

menyangkut dimensi penting yang meliputi persoalan kebaikan dan

keburukan hidup manusia di dunia, bahkan menyangkut pula dengan

kehidupannya di hari kemudian. Dalam sejarah umat manusia, antara lain

sebagian diungkapkan dalam Al-Qur‟an, bahwa bangsa yang kokoh adalah

bangsa yang baik akhlaknya, sebaliknya suatu bangsa menjadi runtuh disaat

akhlaknya rusak. Firman Allah SWT:



Artinya:”Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”( Al- Maidah: 8).

Manakala hal ini dikaitkan dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini,

yang bisa dikatakan dalam kondisi krisis moral, apakah suatu saat kehancuran

juga akan melanda bangsa ini. Hal ini tentu saja tidak diinginkan oleh seluruh

masyarakat Indonesia.

Krisis moral dalam kehidupan umat manusia khususnya bangsa

(16)

manusia. Krisis itu menunjukan adanya perpecahan antara nilai-nilai moral

dengan sains yang berkembang dalam kerangka netralitis akhlak yang

memiliki nilai spiritual tinggi. Akibatnya akhlakmasyarakat modern merosot,

kehidupan mereka menjadi kacau balau yang disebut dis-orientasi.

Tidak hanya itu, pengaruh arus globalisasi dan modernisasi yang

semakin marak juga menambah buruknya krisis moral bagi masyarakat

Indonesia. Hal ini dikarenakan laju globalisasi dan modernisasi tidak

diimbangi dengan penguatan akhlaknya. Budaya globalisasi yang melanda

kehidupan masyarakat juga merambah ke kehidupan para pelajar, sehingga

para pelajar ikut terpengaruh oleh budaya globalisasi yang merusak moral.

Adanya kemerosotan akhlak yang terjadi pada masyarakat ini dapat

dilihat dengan adanya kenakalan remaja yang menyebabkan rusaknya

lingkungan masyarakat. Kenakalan remaja itu dapat berupa perbuatan

kejahatan, ataupun penyiksaan terhadap diri sendiri, seperti perampokan,

narkoba, dan minuman keras, yang semua itu merupakan imbas dari

modernisasi industri dan pergaulan.

Dalam mengatasi berbagai problematika di atas, nampaknya

perbaikan akhlak menduduki peringkat yang pertama. Relevansi ajaran agama

merupakan suatu penerapan proses, ide, konsep, kebijakan, atau inovasi

dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa

perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap. Relevansi

penanaman nilai religious atas agama tersebut diharapkan mampu

(17)

mentransfer dan transmisi ilmu pengetahun juga merupakan proses yang

sangat strategis dalam menanamkan nilai dalam rangka membentuk muslim

anak.

Pendidikan akhlak merupakan bagian besar dari isi pendidikan

Islam, posisi ini terlihat dari kedudukan Al-Qur‟an sebagai referensi paling

penting tentang akhlak bagi kaum muslimin: individu, keluarga,

masyarakat, dan umat. Firman Allah SWT:

Artinya:”dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”(Al

Qalam: 4).

Akhlak merupakan buah ajaran Islam yang bermanfaat bagi

manusia dan kemanusiaan serta membuat hidup dan kehidupan menjadi

baik. Akhlak merupakan alat kontrol psikis dan sosial bagi individu dan

masyarakat. Tanpa akhlak, manusia tidak akan berbeda dari binatang.

Salah seorang ulama yang mengkaji dan memberikan pendidikan

akhlak secara mendalam adalah Hafidz Hasan Al Mas‟ud yang nama

lengkapnya adalah Abu Al-Hasan Ali Ibn Al Husayn Ibn Ali Al-Mas‟udi

salah satu guru senior di Darul Ulum, Al-Ahzar Mesir. Dia dilahirkan di

Baqdad, Iraq dan meninggal dunia di Fustat Mesir pada tahun 345 H/956 M.

Al-Mas‟udi adalah ahli sejarah, geografi, geologi, zoologi, ensiklopedi dalam

bidang ilmu Islam. Salah satu karya dari Hafidz Hasan Al Mas‟ud dalam

bidang pendidikan adalah kitab Taisirul Khalak yang banyak dikaji di

(18)

Kitab Taisirul Khalak adalah kitab yang berisi ringkasan ilmu akhlak

untuk pelajar tingkat dasar. Sedangkan pendidikan akhlak sebagaimana

dirumuskan oleh ibnu Maskawaih dan dikutip oleh Abudin Nata, merupakan

upaya ke arah terwujudnya sikap batin yang mendorong secara spontan

lahirnya perbuatan-perbuatan yang bernilai baik dari seseorang. Dalam

pendidikan akhlak ini, kriteria benar dan salah untuk menilai perbuatan yang

muncul merujuk pada Al-Qur‟an dan Sunah sebagai sumber hukum tertinggi

Islam .

Di dalam Kitab Taisirul Khalak berisi tentang konsep-konsep akhlak

yang merupakan hasil pemikiran Hafidz Hasan Al Mas‟ud yang bertujuan

untuk disyiarkan ke masyarakat luas agar mampu mempunyai akhlak yang

baik. Kitab ini tergolong praktis, di dalamnya terdapat berbagai

ulasan-ulasan yang berhubungan dengan pendidikan akhlak beserta dalil-dalilnya

(dasar-dasarnya), yang bisa dijadikan acuan untuk mempengaruhi dan

memformulasikan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kehidupan sehari-hari

para siswa (pelajar).

Dalil-dalil di dalam Al-Qur‟an, Hadits Nabi, serta perumpamaan dan

keutamaan bagi orang yang berakhlak juga diikutsertakan dalam memberikan

dasar dalam pendidikan akhlak. Konsep pendidikan akhlak dalam Kitab

Taisirul Khalak menggabungkan tasawuf dan akhlak. Sehingga akan

membentuk manusia dengan akhlak yang baik dan dibaluti dengan kebersihan

(19)

Dari latar belakangdi atas, penulis tertarik untuk menggali konsep

pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab Taisirul Khalak, yang memuat

ulasan-ulasan pemikiran dari Hafidz Hasan Al Mas‟ud. Untuk itu, maka

dalam penelitian ini penulis memberi judul: “KONSEP PENDIDIKAN

AKHLAK DALAM KITAB TAISIRUL KHALAK KARYA HAFIDZ

HASAN AL MAS‟UD”. Penulis akan berusaha mengulas konsep pendidikan

akhlak yang ada dalam kitab Taisirul Khalak dan bagaimana relevansinya

terhadap kehidupan saat ini.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah konsep pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab

Taisirul Khalak?

2. Bagaimanakah relevansi konsep pendidikan akhlak kitab Taisirul Khalak

karya Hafidz Hasan Al Mas‟ud terhadap kehidupan saat ini?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui bagaimanakah konsep pendidikan akhlak yang terdapat dalam

kitab Taisirul Khalak.

2. Mengetahui bagaimana relevansi konsep pendidikan akhlak kitab Taisirul

(20)

D. Kegunaan Penelitian

1. Teoritis

a. Memperkaya khasanah keilmuan tentang konsep pendidikan akhlak

yang terkandung di dalam kitab Taisirul Khalak.

b. Memperkaya pemahaman ajaran agama Islam sebagai agama yang

berwawasan luas cakupanya.

2. Praktis

a. BagiPeneliti

Penelitian ini merupakan salah satu bentuk pelatihan bagi

peneliti dalam menganalisis kandungan khususnya konsep pendidikan

akhlak yang terkandung dalam kitab Taisirul Khalak untuk dijadikan

sebagai salah satu karya ilmiah (Skripsi).

b. Bagi Masyarakat Umum

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam

pembuatan karya ilmiyah yang berkaitan dengan pendidikan akhlak dan

mempermudah masyarakat umum untuk mengetahui isi kandungan

kitab Taisirul Khalak kususnya konsep pendidikan akhlak yang

terkandung pada kitab tersebut.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan Library

research. Yaitu pendekatan yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan

(21)

pendidikan akhlak dalam Kitab Taisirul Khalak dan relevansinya terhadap

kehidupan saat ini.

2. Sumber Data

Dalam pengambilan dan pengumpulan data penelitian ini

menggunakan metode pencarian data berupa buku, artikel, dan dokumen

lain yang sinergis dengan penelitian ini. Penelitian ini berisi

kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan. Kemudian

data-data tersebut terdiri dari dua sumber yaitu:

a. Sumber utama, adalah sumber yang langsung berkaitan dengan

permasalahan yang didapat yaitu: Kitab Taisirul Khalak beserta

terjemahannya.

b. Sumber pendukung, adalah data yang diperoleh dari sumber

pendukung untuk memperjelas data utama. Yaitu buku-buku lain

yang ada hubungannya dengan pendidikan akhlak.

3. Analisis data

Analisis data menurut Patton yang dikutip oleh Moloeng

(2003:103) dalam bukunya “Metode Penelitian Kualitatif“ yaitu proses

mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,

kategori dan satuan uraian dasar. Dalam penelitian ini peneliti berusaha

menganalisa isi Kitab Taisiru Khalak dengan cara memilah-milah (seleksi)

data atau materi-materi dalam yang sesuai dengan fokus pembahasan

dalam penelitian ini, yaitu yang berkaitan dengan konsep pendidikan

(22)

induktif. Menurut Sutrisno Hadi dalam bukunya Metode Research

menyatakan bahwa metode deduktif adalah merupakan alur pembahasan

yang berangkat dari realita yang bersifat umum menuju sebuah

pemahaman yang bersifat khusus. Dengan kata lain peneliti berusaha

menganalisa materi yang bersifat umum (isi Kitab Taisirul Khalak)

kemudian mengkhususkannya dengan cara menseleksi materi-materi yang

sesuai dengan pembahasan (konsep pendidikan akhlak menurut Hafidz

Hasan Al Mas‟ud).

Selain itu peneliti juga menggunakan Metode induktif menurut

Sutrisno Hadi, bahwa berfikir induktif berangkat dari fakta-fakta yang

khusus atau kongkrit, kemudian peristiwa-peristiwa yang kongkrit itu

ditarik generalisasi yang mempunyai sifat umum. Metode ini digunakan

untuk mengambil garis besar dari hal-hal yang bersifat khusus menjadi

hal-hal yang bersifat umum. Dalam hal ini peneliti akan mengungkapkan

konsep pendidikan akhlak dalam kitab Taisirul Khalak dan menganalisa

konsep pendidikan akhlak karya Hafidz Hasan Al Mas‟ud dan

relevansinya dalam kehidupan saat ini, kemudian dilakukan penyimpulan.

F. Penegasan Istilah

Skripsi ini berjudul “Konsep Pendidikan Akhlak dalam Kitab Taisirul

Khalak karya Hafidz Hasan Al Mas‟ud” Untuk menghindari kekeliruan dan

kesalah pahaman dalam penafsiran judul yang dimaksudkan, ada beberapa

(23)

1. Konsep Pendidikan akhlak

Konsep adalah rancangan ide atau pengertian yang diabstrakan dari

peristiwa konkret. Pengertian disini adalah ruang lingkup tentang suatu

nilai tentang pendidikan, dengan kata lain konsep disini adalah gambaran

besar atau suatu gagasan besar tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang

terdapat pada kitab Taisirul Khalak karya Hafidz Hasan Al Mas‟ud.

Sedangkan pendidikan menurut UUD 1945 yakni terdapat pada

pasal31 ayat 1 yang berbunyi, tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan

pengajaran. Ayat 2 menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan

Undang-undang. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem

Pendidikan Nasional, Peraturan pemerintah nomor 19 tahun tentang

Standar Nasional Pendidikan.

Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem

Pendidikan Nasional BAB I pasal 1 pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, ahklak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.

Secara etimologi, pengertian pendidikan yang diberikan oleh ahli

John Dewey, menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai suatu proses

(24)

pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju kearah tabiat

manusia dan manusia biasa.

Sedangkan pengertian akhlak secara etimologi dapat diartikan

sebagai budi pekerti, watak dan tabiat. Kata akhlak berasal dari bahasa

arab, jamak dari khuluqun (قلخ) yang menurut lughot diartikan sebagai

budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat (KBBI, 1994:15).

Sedangkan pendidikan akhlak sebagaimana dirumuskan oleh ibnu

Maskawaih dan dikutip oleh Abudin Nata, Merupakan upaya kearah

terwujudnya sikap batin yang terwujudnya sikap batin yang mendorong

secara spontan lahirnya perbuatan-perbuatan yang bernilai baik dari

seseorang. Dalam pendidikan akhlak ini, kriteria benar dan salah untuk

menilai perbuatan yang muncul merujuk pada Al-Qur‟an dan Sunah

sebagai sumber hukum tertinggi islam.

Sehingga dari gambaran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pendidikan akhlak adalah usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang

untuk membentuk tabiat yang baik pada seorang peserta didik, sehingga

membentuk pribadi yang taat kepada Allah SWT. Pendidikan akhlak harus

dilakukan dengan kesinambungan dengan tidak ada paksaan dengan pihak

manapun.

2. Kitab Taisirul Khalak

Kitab Taisirul Khalak adalah kitab karangan Hafidz Hasan Al

Mas‟ud dalam bidang pendidikan khususnya ilmu akhlak. Dalam Kitab

(25)

Alasan penulis menggunakan kitab Taisirul Khalak karangan Hafidz

Hasan Al Mas‟ud dan tidak menggunakan kitab-kitab akhlak lain sebagai

objek penelitian adalah karena penulis beranggapan bahwa kitab Taisirul

Khalak karya dari seorang ulama yang hebat yang berisikan materi-materi

dasar ilmu akhlak yang ditulis secara ringkas sehingga di anggap pas

sebagai bahan penelitian. Kemudian penulis juga melihat bahwa kitab

Taisirul Khalak sendiri banyak diajarkan pada pesantren-pesantren di

Indonesia, sehingga perlu dilakukan sebuah penelitian dan pendalaman

kitab Taisirul Khalak itu sendiri khususnya dalam konsep pendidikan

akhlak yang terkandung di dalamnya.

Harapanya hasil dari penelitian ini dapat mempermudah bagi

masyarakat untuk memahami isi kitab Taisirul Khalak.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang penulis maksud di sini adalah

sistematika penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini

menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal ini

bertujuan agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud

penulisan skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai

berikut:

Bab Pertama. Pendahuluan, menguraikan tentang : Latar Belakang

Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian,

Metode Penelitian, Penegasan Istilah, dan sistematika Penulisan sebagai

(26)

Bab Kedua: Biografi yang memuat: Biografi Hafidz Hasan Al

Mas‟ud, dan karya-karyanya.

Bab Ketiga: Deskripsi pemikiran yang memuat: konsep pendidikan

akhlak dalam kitab Taisirul Khalak karangan Hafidz Hasan Al Mas‟ud.

Bab Keempat: Pembahasan yang memuat analisis: konsep pendidikan

akhlak kitab Taisirul Khalak dan relevansinya dalam kehidupan saat ini.

(27)

BAB II

BIOGRAFI HAFIDZ HASAN AL MAS’UD

A.Profil Hafidz Hasan Al Mas’ud

Hafidz Hasan Al Mas‟ud adalah seorang ulama‟ yang hidup kisaran

abad 9 Masehi. Nama lengkap Hafidz Hasan Al Mas‟ud adalah Abu Hassan

Ali Bin Husayn Bin Ali Al Mas‟udi atau Abu Hasan Ali Bin Al Husyn Bin

Abdullah Al Mas‟udi. Beliau dilahirkan di Baqdad, Iraq dan meninggal dunia

di Fustat Mesir pada tahun 345 H/956 M. Beliau adalah keturunan Arab yaitu

dari keturunan Abdullah Bin Mas‟udi seorang sahabat Nabi Muhammad SAW

yang dihormati. Hal ini sama dengan pernyataan dalam Ad-Dhahabi dan surat

tulisan Al-Musabihi yang menyatakan Hafidz Hasan Al Mas‟ud meninggal

dunia pada bulan Jumadil Akhir 345 H.

Sebagaimana anak-anak pada umumnya Hafidz Hasan Al Mas‟ud pada

waktu kecil hidup dengan kedua orang tuanya dan mendapat pendidikan

pertama kali langsung dari kedua orang tuanya. Kemudian setelah dewasa

Hafidz Hasan Al Mas‟ud melalukan pelayaran. Pada waktu dewasa, rancangan

pertama yang dicanangkan ialah beralih kebidang sejarah dan adat istiadat dan

cara hidup setiap negeri. Hafidz Hasan Al Mas‟ud juga banyak mempelajari

ajaran Kristen dan Yahudi, serta sejarah barat dan timur yang berlatar belakang

Kristen dan Yahudi (Tayibah, “Tokoh Islam (Hafid Hasan Al Mas‟udi)”

.http://tayibah.e.Islam.com. diakses pada tanggal 04 februari 2017, Pukul 01.17

WIB).

Dia adalah tipe orang yang bercita-cita tinggi. Atas dasar itu Hafidz

(28)

keseluruh pelosok negeri. Dan ketika diperjalanan Hafidz Hasan Al Mas‟ud

sempat berguru kepada sejumlah ulama besar. Ketika di Hammah ia berguru

kepada Syaikh Asy-Syuyukh bin Izzun, dan ketika di Damaskus ia berguru

kepada Abi Al-Yasr, Ibnu „Ilaq Ad-Dimasyqi, dan lain-lain, ketika di Kairo ia

berguru kepada Taqiyuddin bin Razim, Jamaluddin bin Malik, Rasyid Al-Athar,

dan lain-lain.

B.Faktor-faktor Hafidz Hasan Al Mas’ud melakukan pelayaran dan

penyelidikan

Adapun faktor-faktor yang mendorong Hafidz Hasan Al Mas‟ud

melakukan pelayaran dan penyelidikan yang pertama yaitu karena Hafidz

Hasan Al Mas‟ud mempunyai cita-cita yang tinggi, dan juga ada hubungannya

dengan kebiasaan (adat istiadat) para leluhurnya yaitu para bangsa Arab.

Hubungan antara ilmu geografi dan pelayaran dalam masyarakat Arab tidak

bisa dipisahkan. Berlayar merupakan asas yang harus dilakukan karena hal ini

sangat penting untuk mendukung perdagangan mereka. Oleh karena itu ilmu

geografi pun menjadi sesuatu yang harus dipelajari untuk menunjang

pelayarannya. Dalam masyarakat arab hal ini telah menjadi tradisi. Selain

bertujuan untuk berdagang mereka juga mengambil kesempatan untuk

melakukan penelitian. Berikut adalah faktor-faktor yang menggalakan

melakukan pelayaran dan juga penyelidikan:

1. Faktor geografis, yaitu karena kebanyakan kawasan bangsa Arab meliputi

padang pasir. Oleh sebab itu setiap perjalanan haruslah dilakukan pada

(29)

ilmu geografis, ilmu astronomi, cuaca yang kemudian dapat menunjang

perjalanan mereka dan juga karena daerah mereka merupakan kawasan

jalan perdagangan antara timur dan barat.

2. Faktor budaya, faktor pekerjaan (dagang) dan juga adat istiadat mereka

dan juga kegiatan keagamaan mereka yang mengharuskan mereka

mengetahui ilmu astronomi dan melakukan penyelidikan.

3. Faktor nilai dan sikap, dimasa peradaban Yunani kuno aktifitas pelayaran

dan geografi berada ditaraf yang rendah. Kemudian setelah Islam datang

kedua bidang ini mengalami peningkatan, sebab Islam menyerukan

umatnya untuk melakukan penyelidikan (mencari ilmu) dan pelayaran

(sebagai media dakwah ke berbagai negeri) (http://eprints.stainkudus.ac.id/

diakses pada tanggal 07 februari 2017).

C.Catatan perjalanan Hafidz Hasan Al Masud

Hafidz Hasan Al Mas‟ud lahir di Baqdad pada tahun 895 M. Setelah

menyelesaikan pendidikan pertama yang diterima dari ayahnya, Hafidz Hasan

Al Mas‟ud merencanakan segera untuk mendalami sejarah, adat istiadat,

kebiasaan, dan cara hidup setiap negeri. Hafidz Hasan Al Mas‟ud juga banyak

mempelajari ajaran Kristen dan Yahudi, serta sejarah barat dan timur yang

berlatar belakang Kristen dan Yahudi.

Catatan terawal menegaskan bahwa Hafidz Hasan Al Mas‟ud memulai

perjalanannya kisaran tahun 914-915 M. Perjalanan intelektual Hafidz Hasan

Al Mas‟ud dimulai dengan mengunjungi Persia (Iran) dan Kirman pada tahun

(30)

Ketika di India Hafidz Hasan Al Mas‟ud mengunjungi Mutan dan Al

Manshura, kemudian beliau pergi lagi bersama rombongan pedagang ke daerah

Ceylon, Srilangka. Hafidz Hasan Al Mas‟ud juga ikut pergi mengarungi laut

Cina. Dalam perjalanan pulang, Hafidz Hasan Al Mas‟ud juga sempat

mengelilingi samudra Hindia dan juga mengunjungi Oman, Zanzibar, pesisir

Afrika Timur, Sudan, dan Madagaskar.

Pada tahun 926 M, Hafidz Hasan Al Mas‟ud mengadakan perjalanan

keduanya. Pada perjalanan ini Hafidz Hasan Al Mas‟ud mengunjungi Tiberias,

Suriah dan Palestina. Kemudian pada tahun 943 M, Hafidz Hasan Al Mas‟ud

mengadakan perjalanan ke Antioch, Suriah. Hafidz Hasan Al Mas‟ud sempat

mengelilingi Irak dan kawasan Arab Selatan. Kemudian ia menetap di Suriah

dan Mesir, kemudian tinggal di Mesir serta meninggal dunia disana.

Mansura pada zaman Hafidz Hasan Al Mas‟ud adalah kota yang paling

maju di India Barat dan menjadi Ibu Kota negeri bagian Sind dalam karyanya

Muruj Ad-Dhahab Wa Ma‟adin Al-Jawahir, dia menceritakan bahwa kota

tersebut terletak ditepi sungai Indus (dekat Hyderabad Slang). Nama daerah itu

diambil dari nama Mansur Bin Jumhur (Gubernur pemerintahan dimasa Bani

Umayyah di Sind). Di india Hafidz Hasan Al Mas‟ud juga meneliti tentang

flora dan fauna. Penelitiannya dilakukan di tepi laut dekat dengan Bombay.

Objek dari penelitian Hafidz Hasan Al Mas‟ud antara lain gajah, burung

merak, burung kakatua, jeruk, kelapa, dan lain-lain.

Kemudian Hafidz Hasan Al Mas‟ud melanjutkan perjalannya bersama

(31)

dan Sri Langka serta berlayar ke Asia Tenggara, Indocina dan negeri Cina.

Dalam perjalanan pulang Hafidz Hasan Al Mas‟ud singgah di Madagaskar,

Zanzibar, Oman, dan sampai di Basroh. Di Basrah Hafidz Hasan Al Mas‟ud

menetap beberapa waktu untuk menulis karya besarnya yang berjudul Muruj

Ad-Dhahab, buku ini menceritakan perjalanan pribadinya di berbagai negeri.

Buku ini menyebutkan beberapa tempat di Asia Tenggara, termasuk di

dalamnya semenanjung Malaya, Sumatera, dan Jawa. Dalam tulisanya Hafidz

Hasan Al Mas‟ud menyebutkan kekayaan dan kejayaan kerajaan Sribuza yang

tak lain adalah Sriwijaya. Digambarkan Sriwijaya adalah sebuah kerajaan besar

yang kaya raya, dengan tentara yang sanagat banyak. Disebutkan pula bahwa

kapal yang tercepat saja tidak akan mampu untuk mengelilinginya dalam

jangka waktu 2 tahun. Ada kemungkinan Hafidz Hasan Al Mas‟ud singgah di

Sriwijaya pada waktu ia akan melakukan perjalanan ke Cina (

http://hal-kita.blogspot.co.id/2014/03/biografi-al-masudi.html diakses pada tanggal 2

februari 2017, Pukul 01:05 WIB).

Hafidz Hasan Al Mas‟ud juga mengunjungi pantai laut Kaspia, dan

berkelana mengelilingi Asia tengah dan Tukistan. Dia juga mengunjungi

Tiberias, dan disini ia memperoleh kesan-kesan relief Kristen. Setelah itu ia

mengunjungi Gujarat (303 H) dan menemukan Chamur, pelabuhan Gujarat

yang dihuni 10 ribu orang Arab dan sisanya keturunan mereka. Di sini ia

mendapat keterangan dari orang-orang Yahudi, Persia, dan uskup-uskup

Kristen. Setelah meninggalkan Basrah dan Suriah ia kembali ke Fusat, Mesir

(32)

berjudul Qoran Al-Zaman (cerita-cerita sejarah) yang terdiri dari 30 jilid. Dua

puluh jilid diantaranya tersimpan di perpustakaan Aya Sofia Instanbul Turki,

dan satu jilid di temukan di Aleppo dan dibawa ke Wina Austria. Karyanya

yang terakhir ditulis ditahun kematianya (956 M) adalah kitab At-Tanbih

Waal-Insaf. Dalam kitab ini diamembuat dan melengkapi karya-karyanya

sebelumnya.

D.Karya-karya Hafidz Hasan Al Mas’ud

Hafidz Hasan Al Mas‟ud merupakam ulama yang ahli dalam berbagai

bidang ilmu, seperti geografi, pelayaran, sampai dalam bidang ilmu

keagamaan. Selain dikenal sebagai ahli dalam bidang geografi Hafidz Hasan

Al Mas‟ud terkenal juga sebagai ahli pelayaran. Sumbangsih karya-karyanya

dalam dunia pelayaran diantaranya yaitu cacatan perjalanan pribadi Hafidz

Hasan Al Mas‟ud yang banyak memberi manfaat bagi dunia pelayaran. Selain

itu, Hafidz Hasan Al Mas‟ud telah dapat menyelesaikan permasalahan yang

timbul dikalangan pelaut dan ahli pelayaran yang keliru menyebutkan

nama-nama sungai yang mereka lalui dalam pelayaran. Hafidz Hasan Al Mas‟ud

memberikan gambaran yang jelas jalur dari Teluk Persia pergi ke Laut Cina.

Sungai pertama yang disebut adalah bahr al fars khasybah al basrah. Di pantai

Larwi terdapat bandar-bandar lama di Gujarat dan Konkan yaitu Cemur,

Surbarh, Thana dan Khambayat. Lautan Hargind, Kalah, Sruff (sungai Campa),

(33)

Selain mahir dalam ilmu geografi dan pelayaran Hafidz Hasan Al

Mas‟ud juga banyak menyumbangkan pemikiranya di dalam kajian Islam.

Diantara karya-karyanya, bidang akhlak adalah kitab Taisirul Khalak, dalam

ilmu hadis beliau berhasil menulis sebuah kitab yang berjudul Minhah

al-Mugis, sedangkan kitab Akhbar az-Zaman dan al-Ausat adalah karyanya dalam

bidang sejarah. Tidak banyak para pendahulu yang mengulas sejarah Hafidz

Hasan Al Masud, para ahli waris juga sangat sulit untuk dilacak karena

keberadaan penyusun yang tidak memungkinkan melacaknya sampai negara

asal atau tempat dimana beliau berkiprah. Hafidz Hasan Al Mas‟ud banyak

menghasilkan karya diantaranya:

a. Taisirul Khalak (ilmu akhlak)

b. Zakha'ir Al-Ulum Wa Ma Kana Fi Sa'ir Ad Duhur (Khazanah Ilmu pada

Setiap Kurun).

c. Al-Istizhar Lima Marra Fi Salif Al-A'mar tentang peristiwa-peristiwa

masa lalu. Buku ini telah diterbitkan kembali di Najaf pada tahun 1955.

d. Tarikh Al-Akhbar Al-Umam min Al-Arab Wa Al'ajam (sejarah Bangsa

Arab dan Persia)

e. Akhbar Az-Zaman Wa Man Abadahu Hidsan Min Umam

Al-Madiyan Wa Al-Ajyal al-Haliyah Wa Al-Mamalik Al-Dasirah.

f. Al-Ausat, berisi kronologi sejarah Umum.

g. Muruj Az-Zahab Wa Ma'adin Al-Jawahir (Padang Rumput Emas dan

Tambang Batu Permata) disusun tahun 947 M.

(34)

i. Al-Qadaya Wa At-Tajarib (Peristiwa dan Pengalaman).

j. Mazahir Al-Akhbar Wa Tara'if Al-Asar (Fenomena dan Peninggalan

Sejarah) (https://id.wikipedia.org/wiki/Al-Mas'udi diakses pada tanggal 5

(35)

BAB III

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TAISIRUL KHALAK

KARYA HAFIDZ HASAN AL MAS’UD

Pada hakikatnya konsep pendidiikan akhlak, adalah petunjuk yang sangat

diperlukan oleh seorang muslim khususnya generasi muda yang seharusnya

semenjak dini harus diajarkan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak. Hal ini

supaya para generasi muda sejak dini sudah kuat pondasi akhlaknya. Hal ini

sejalan dengan tujuan mempelajari akhlak, yaitu dengan ilmu akhlak diharapkan

manusia menyadari bagaimana wajib mereka hidup, bukan bagaimana mereka

hidup. Manusia mampu mempelajari gerak jiwanya, perkataan dan perbuatan apa

yang biasanya, sampai mampu menemukan mana yang benar dan mana yang

salah, dan mampu menemukan mana yang baik dan mana yang buruk. Semua hal

itu akan tercapai mana kala pendidikan akhlak sudah diajarkan sejak dini

(zainudin, 2014:49).

Kitab Taisirul Khalak adalah salah satu kitab yang dimana isinya

membahas pendidikan akhlak. Baik itu akhlak yang harus dilakukan (baik)

ataupun sebaliknya yaitu perilaku akhlak yang harus ditinggalkan (buruk). Kitab

Taisirul Khalak” ditulis oleh Hafidz Hasan Al Mas‟ud seorang guru senior di

Darul Ulum, Al Ahzar, Mesir berisi ringkasan dalam kajian akhlak praktis yang

sangat mendasar, sebuah petunjuk yang sangat diperlukan oleh seorang

muslim terlebih generasi muda yang seharusnya semenjak dini sudah

diajarkan dengan nilai-nilai aqidah dan akhlak Islam. Kitab ini sejak puluhan

tahun telah diajarkan di pondok pesantren di seluruh Indonesia untuk santri

(36)

Kitab “Taisirul Khalak” terdiri dari 31 bab yang meliputi sikap dan

perilaku akhak yang berkaitan dengan keseharian baik dalam hubungannya

dengan Allah SWT, diri sendiri, guru, keluarga, masyarakat dan, alam sekitar.

Konsep pendidikan akhlak yang disusun oleh Hafidz Hasan Al Mas‟ud berupa

pengajaran nilai-nilai akhlak mengenai perilaku sehari-hari dan berisi pengajaran

sikap yang harus dilakukan oleh setiap muslim yaitu ketika berhubungan dengan

Allah SWT, diri sendiri, guru, keluarga, masyarakat, dan, alam sekitar. Hafidz

Hasan Al Mas‟ud membaginya menjadi 31 nilai-nilai akhlak, adapun rinciannya

sebagai berikut:

A. Hubungan dengan Allah SWT

Taqwa (At-Taqwa)

Artinya: Taqwa ialah menjalankan segala perintah Allah SWT. serta

menjauhi segala larangan Allah SWT, baik dalam keadaan sendiri atau di hadapan orang banyak. Takwa seseorang belum bisa dikatakan sempurna, sebelum dia dapat membersihkan dirinya dari sifat-sifat tercela dan menghias dirinya dengan sifat-sifat terpuji.

Dalam konsep pendidikan akhlak, Hafidz Hasan Al Mas‟ud

berusaha menjelaskan atau mengajarkan sikap seseorang muslim dalam

berhubungan dengan Tuhan-Nya seperti, keharusan senantiasa bertaqwa

kepada-Nya. Dalam hal ini taqwa yang dimaksud yaitu seorang muslim

senantiasa menjalankan perintah Allah SWT, dan senantiasa menjauhi

larangan-Nya. Tidak hanya itu, Hafidz Hasan Al Mas‟ud juga menjelaskan

(37)

tercela dan senantiasa melakukan sifat-sifat terpuji sebagai upaya

menyempurnakan ketaqwaanya.

Taqwa merupakan jalan mencapai hidayah, barang siapa

menjalankanya pasti akan mendapatkan petunjuk. Selain itu, taqwa bisa

diibaratkan sebagai tali, barang siapa yang yang senantiasa berpegang

teguh pasti akan selamat. Adapun sebab-sebab yang memudahkan

seseorang dapat melakukan taqwa, diantaranya:

1. Memandang dirinya sebagai hamba yang hina, dan meyakini, bahwa

Tuhannya sebagai Yang Maha Kuat dan Maha Mulia. Tentu saja

sebagai seorang yang hina tidak boleh membangkang dari yang

Maha Mulia, karena segala persoalan berada dalam kekuasaan-Nya.

2. Mengingat kebaikan atau nikmat yang telah diberikan oleh Allah

SWT, yang berupa hal apa saja. Siapapun yang berpikir demikian,

tentu dia tidak akan mengingkari nikmat-Nya.

3. Yang selanjutnya yaitu mengingat mati, karena siapa saja yang

menyadarinya, bahwa dirinya akan mati, dan di hadapanya nanti

hanya ada surga dan neraka, maka dirinya akan berusaha mendorong

melakukan perbuatan baik semaksimal mungkin. Seperti halnya,

menolong sesama orang muslim dan sesama manusia, menghormati

serta menyayanginya.

Adapun buah taqwa, ialah kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

(38)

kedudukan yang tinggi baik namanya dan mendapat simpati dari banyak

orang.

B. Hubungan guru dan murid

1. Tatakrama (adab) Seorang Guru (Adabul Mu’allimi)

ةِ ةِ اةَ ةَ ةْلاةَو ةِ ةْوةُلةْ ةَ ةْلا ةَنةِم ةُ ةُل اةَ ةَ ةِ ةِب ةُ ةْوةُ ةَ اةَم اا ةِ ةِ ةْلةّةِت لا ةُلةْ ةِلةَ ةُمةِةّلةَ ةُ ةْلةَا

.

Artinya: guru adalah penuntun murid dalam mencapai ilmu pengetahuan,

yang menyebabkan ia menjadi orang yang sempurna.

Seorang guru diharuskan menjunjung nilai ketaqwaan, kerendahan

hati, lemah lembut kepada murid, tegas, dan berwibawa. Selain itu seorang

guru haruslah mempunyai sifat terpuji, mengingat jiwa murid itu lemah bila

dibandinghkan dengan jiwa Seorang gurunya. Seorang murid bila

diibaratkan bagaikan kertas putih yang siap menerima warna apapun yang

akan dicatat ke dalam hati dan pikirannya. Sementara kita juga tahu bahwa

setiap anak yang lahir ke dunia membawa karakter yang sungguh kian

komplek, dalam pembentukan akhlak tidak bisa hanya dibebankan kepada

guru yang sangat terbatas bersama para murid. Peran orang tua juga sangat

dibutuhkan di dalam mengawasi gerak keseharian setiap anak.

Seorang guru tidak hanya pandai dalam bertutur kata saja, akan

tetapi juga harus bisa memberikan contoh dalam berprilaku. Karena pada

hakikatnya jiwa seorang murid terpaut sangat dekat dengan seorang

gurunya, terlebih guru favorit bagi sang murid, seakan menjelma menjadi

seorang motifator dan percontohan bagi pribadi sang murid, jika seorang

guru tidak merasa jiwanya terpaut dengan murid-muridnya maka sudah

(39)

2. Tata krama (adab) Murid (Adabul Muta’allimi).

Seorang peserta didik atau murid sudah sewajarnya bahkan

dianjurkan mempunyai adab dan tata krama, baik bersama teman, diri

sendiri terlebih lagi bersama gurunya. Karena adab itulah seseorang akan

dihormati, akan tetapi jika seseorang tidak beretika niscaya tidak lagi ada

yang akan menghormatinya lagi. Sebagaimana konsep pendidikan akhlak

yang diterangkan dalam kitab Taisirul Khalak sebagai berikut:

ةٌ ةَرةْ ةِ ةَ ةَف ةِ ةِ ةْ ةَ ةْةِ ةُ ةُباةَ ةَا اَّمةَا

Artinya: Adapun adab murid yang berhubungan dengan dirinya sendiri

antara lain: meninggalkan sifat ujub, tawadhu atau ramah, jujur, tenang, berwibawa, tidak banyak menoleh saat berjalan dan tidak memandangi hal-hal yang dilarang agama, jujur dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki dalam artian tidak asal menjawab persoalan yang belum dia ketahui.

Dalam bab adab yang harus dipenuhi oleh seorang murid Hafidz

Hasan Al Mas‟ud menerangkan bahwa seorang murid haruslah mempunyai

tatakrama, dan tatakrama yang dimaksudkan ialah tatakrama seorang murid

yang berhubungan dengan dirinya sendiri sebagai mana yang sudah tertera

di atas, selanjutnya tatakrama seorang murid yang berkaitan dengan gurunya

atau perilaku yang harus diterapkan seorang murid terhadap gurunya yaitu:

a. Yakin bahwa guru kita mempunyai kedudukan seperti orang tua kita,

bahkan bisa lebih tinggi, karena orang tua kita memelihara jasad kita,

tapi guru berusaha memelihara jiwa kita dari segala keburukan batin.

b. Duduk dengan khikmat, sopan, dan mendengarkan apa yang

(40)

c. Tidak membicarakan kelebihan guru lain dihadapannya, tidak juga

merendahkan kedudukan guru.

d. Tidak menanyakan hal yang di luar kemampuan guru (dengan maksud

melecehkan).

Selain itu dalam kitab Taisirul Khalak juga menjelaskan mengenai

tatakrama seorang murid dengan sesama temannya antara lain:

a. Menghormati teman.

b. Tidak merendahkan teman yang lain.

c. Tidak membanggakan diri dihadapan teman-teman yang lain (secara

berlebihan).

d. Tidak merendahkan teman saat mereka tidak mampu menjawab.

e. Tidak menunjukkan sikap sinis saat teman mendapat teguran dari guru,

(41)

Mengingat jasa baik yang telah dilakukan oleh kedua orang tua,

sudah sepatutnya bagi seorang anak berterima kasih kepada kedua orang

tuanya dengan cara: mematuhi segala perintah yang diberikan oleh kedua

orang tua, kecuali perintah bermaksiat. Tidak pernah menyakiti perasaan

kedua orang tua meskipun berkata cih dan hus. Tidak berjalan di depan

kedua orang tua kecuali ketika sedang melayani mereka. Senantiasa

mendoakan kedua orang tua supaya senantiasa mendapatkan rahmat dan

ampunan dari Allah SWT. Mendorong kedua orang tua untuk selalu berbuat

kebaikan dan mencegahnya ketika berbuat kemungkaran.

2. Hak-hak kepada Kerabat (Huququl Qorobati)

ةِ اةَ ةْ ةِلاا ةُاةِ ااةَوةَا

Artinya: Sanak kerabat seseorang ialah orang-orang yang mempunyai

hubungan famili dengannya. Allah swt. Telah memerintahkan menyambung hubungan sanak famili dan melarang memutusnya. Rasulullah saw. bersabda: Allah swt. Berfirman dalam (hadis qudsi):

“Aku adalah Ar-Rahman (Dzat yang maha pengasih) dan kata Ar-Rohim, itu Aku keluarkan dari nama ku. Karena itu, barangsiapa menyambung hubungan famili, maka Aku menyambungnya. Tetapi barangsiapa yang memutus hubungan kefamilian, maka Aku akan memutus hubungan dengannya.”

Karena itu, setiap orang wajib menjaga hak-hak sanak famili, dan

memenuhinya. Tidak menyinggung perasaan salah seorang famili, baik

dengan tindakan maupun ucapan, Ramah kepada sanak famili, Menanyakan

famili yang tidak tampak, Membantu famili dalam mendapatkan

(42)

D. Hubungan dengan sesama manusia

1. Hak-hak dan Kewajiban kepada Tetangga (Huququl Jironi)

ةُ اةَةْ ةَا

Artinya: Tetangga ialah tiap-tiap orang yang tempat tinggalnya dekat

dengan tempat tinggalmu, dengan jarak 40 rumah dari semua arah. Tetangga itu memiliki hakyang harus engkau penuhi, antara lain: Memberi salam terlebih dahulu kepadanya, berbuat baik kepadanya, membalas kebaikan tetangga yang telah lebih dahulu berbuat baik kepadamu, memberikan hak-haknya yang bersifat materi yang menjadi tanggunganmu, menjenguknya tatkala sakit dan memberi ucapan selamat kepadanyaketika ia mendapat kesenangan. Turut berduka cita, apabila tetangga sedang tertimpa bencana. Tidak memandang istri-istri,anak perempuan maupun pembantu-pembantu perempuan tetangga, sekuat kemampuan. Menerima atau menyambut tetangga dengan berseri-seri dan penuh hormat.

Konsep pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab Taisirul

Khalak berusaha mengajarkan kita sebagi umat Islam agar senantiasa

berbuat dan bersikap baik dengan tetangga. Rasulullah SAW bersabda: “

barang siapa mengaku beriman kepada Allah dan hari pembalasan, maka

hendaklah memuliakan tetangganya”. Oleh karena itu, sepatutnya kita

sebagai mahluk sosial hendaklah kita selalu memuliakan dan berprilaku baik

(43)

2. Tata krama (adab) dalam Pergaulan (Adabul Mu’asyaroti)

Artinya: Etika pergaulan itu banyak, antara lain: Bermuka menyenangkan,

ramah, mendengar ucapan orang lain, tidak angkuh, diam tatkalateman pergaulan sedang bergurau, memaafkan teman yang sedang khilaf, santun dan tidak membanggakan (menyombongkan) diri dengan pangkat atau kekayaan. Sebab menyombongkan diri dengan cara ini dapat menjatuhkan harga diri.

Dalam pergaulan sudah sekiranya menjaga prilaku, sebab seseorang

akan merasa nyaman apabila kita bersikap yang menyenangkan. Seperti

halnya tidak membanggakan diri terhadap harta kekayaan dan kedudukan

yang kita miliki. Sebab, prilaku seperti itu akan membuat teman kita

menjadi tidak nyaman, dan juga akan menjatuhkan kedudukan kita di mata

teman sepergaulan kita.

3. Kerukunan (Al-Ulfatu)

ةْم ااقةِلب ةُاةَر لاو ةِااةّ لاب ةُاا ةْئةِتةْ ةِلاا يه

.

Artinya: Kerukunan adalah perasaan tentram ketika hidup bersama orang

banyak dan senang ketika bertemu mereka.

Adapun sebab-sebab terciptanya kerukunan itu ada lima:

a. agama, sebab iman yang sempurna akan melahirkan rasa kasih sayang

terhadap sesama.

b. Ada hubungan nasab, karena pada dasarnya manusia itu cenderung

kepada familinya cinta kepada mereka dan akan berusaha

(44)

c. Ada ikatan perkawinan, sebab apabila seseorang mencintai istri dan

suaminya, tentu menyukai juga setiap seseorang yang ada hubunganya

denganya.

d. Sikap baik, yaitu tindakan atau ucapan baik kepada sesama manusia.

e. Ada ikatan persaudaraan, sebagaimana sikap Rasullullah SAW,

mempersaudarakan muhajirin dengan orang-orang Ansor.

4. Persaudaraan (Al-Akhou)

ةُ َّ ةَواا ا ب ةُ ةّقو ةِ صخَّ لا ب ةٌلطبا وه

Artinya: Persaudaraan adalah pertalian hubungan cinta kasih antara dua

orang. Masing-masing mereka berusaha berbuat baik kepada lainnya, dengan cara memberi bantuan kepada lainnya. Baik berupa harta, tenaga, sikap memaafkan, ketulusan, kesetiaan, usaha meringankan bebannya, tidak saling membebani, selalu baik sesuai ajaran agama, menganjukan berbuat baik dan menghindarkannya dari kemungkaran serta saling memohon kebaikan kepada Allah.

Adapun manfaat ikatan persaudaran sangatlah luas, manusia

diciptakan dengan karakter sosial/humanism tinggi sehingga ikatan

persaudaraan menjadi sangat penting untuk menopang hubungan tersebut,

manusia diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna, Allah SWT Juga

melunakkan hati manusia dengan rahmat-Nya serta kasih sayang sehingga

(45)

5. Tata krama (adab) dalam Pertemuan (Adabul Majalisi)

Artinya: Orang yang menghadiri majelis-majelis pertemuan, hendaknya

mengucapkan salam kepada pada hadirin yang telah ada dimajelis. Duduk di deretan terakhir, sesuai urutan. Tidak menghiraukan omongan-omongan yang tidak bermanfaat.

Etika yang ditanamkan Islam disetiap kita memasuki majelis ilmu

(kumpulan orang) (mengaji/sekolah) hendaknya kita mengucapkan salam.

Selanjutnya duduklah ditempat yang kosong berdampingan dengan peserta

terakhir (jangan melangkahi orang lain), kita sebaiknya tidak mendengarkan

perkataan teman-teman yang tidak bermanfaat, apalagi ikut-ikutan (sangat

tidak bermanfaat). Jika kita melihat suatu kemunkaran (hal yang tidak baik)

maka hendaknya dicegah dengan tangan, jika tidak mampu maka dengan

ucapan kita, jika masih tidak mampu maka gunakan hati kita yaitu dengan

berdoa supaya hal tersebut dihentikan oleh Allah SWT.

Berikutnya segeralah meninggalkan majelis/sekolah jika

sekiranya sudah tidak ada suatu kepentingan lagi, kita tidak boleh

merendahkan apalagi menghina salah seorang di majelis tersebut karena

barangkali dimata Allah orang yang kita rendahkan lebih baik dari diri kita.

Pada saat kita di dalam majelis janganlah kita melebih-lebihkan seorangpun

dengan hartanya, karena hal itu dapat melemahkan agama seseorang dimata

Allah. Disaat kita telah meninggalkan majelis dan berada di jalan maka

jagalah pandangan kita dari sesuatu yang seharusnya tidak pantas dilihat,

(46)

Selanjutnya, jika ada yang bertanya maka jawablah jika mampu

menjawab. Jika ada yang mengucapkan salam maka jawablah dengan sopan,

dan sebaiknya kitalah yang dianjurkan mengucapkan salam ketika bertemu

orang lain. Jika ada orang yang membutuhkan dan meminta-minta

(pengemis) maka berikanlah sebagian dari yang kamu punya meskipun

sedikit, selanjutnya berusahalah untuk selalu duduk sopan saat berada

didalam majelis, karena seseorang akan menghormati orang jika dia

berwibawa.

E. Hubungan terhadap diri sendiri

1. Tata cara Makan (Adabul Akli)

Artinya: Tata cara sebelum makan ialah: Membasuh tangan. Meletakkan

makanan yang hendak dimakan diatas tikar (alas) atau meja duduk. Niat mendapatkan kekuatan untuk menjalankan ibadah. Tidak terlalu kenyang. Menyukai terhadap makanan yang ada. Tidak menghina makanan yang ada dan mencari teman untuk diajak makan bersama.

Sebagai agama yang sempurna Islam tidak hanya mengajarkan

umatnya beribadah secara ritual saja, akan tetapi mempunyai cara

tersendiri untuk mengatur secara jelas dalam tatacara makan, hal ini akan

sangat bermanfaat jika memang betul-betul dikerjakan.

Etika makan dalam Islam yang pertama adalah mencuci tangan

hingga bersih sampai tidak ada bekas kotoran yang tersisa lagi, lalu

(47)

usahakanlah duduk serta berniat makan supaya kuat untuk beribadah

sehingga mendapatkan nilai pahala disisi Allah SWT. Jangan makan jika

masih merasa kenyang, selanjutnya adalah menerima menu apa saja yang

telah dihidangkan serta tidak merendahkan makanan yang telah disiapkan.

Terakhir sebaiknya mencari teman untuk diajak makan bersama.

Adapun hal lain harus dilakukan adalah membaca basmalah

agak keras supaya orang yang ikut makan ikut membacanya, selanjutnya

makan dengan tangan kanan, lalu mengurangi porsi suapan (jika memakai

sendok hendaknya sedikit-sedikit saja, jangan terlalu). Selanjutnya

adalah mengunyah sampai lembut, termasuk etika makan adalah jangan

mengambil makanan lain jika porsi kita belum habis. Makanlah makanan

yang ada di dekat kita (kecuali buah/hidangan pencuci mulut), sebaiknya

jangan meniup makanan yang masih panas (tunggu agak sedikit dingin).

Berikutnya jangan membelah makanan yang telah dihidangkan

dengan pisau (makanan yang sudah dipiring memakai sendok), jangan

menyentuh (memegang-megang) makanan yang dihidangkan dengan tangan

(seharusnya pakai sendok), jangan membuang kulit/biji buah yang

dimakan dalam satu tempat bersama buahnya. Adapun yang dilakukan

setelah makan adalah berdiri setelah merasa cukup kenyang, lalu mencuci

2 tangan dengan bersih, membersihkan sisa-sisa makanan dan berdoa

(48)

2. Tatacara Minun (Adabu Syurbi)

minum dengan tangan kanan. Melihat air minum sebelum meminumnya. Membaca bismillah. Duduk dan menghirupnya, dan tidak menenggak-ngelonggok (jawa), karena menenggak air minum itu dapat membahayakan hati. Rasululloh saw. bersabda: “Jika engkau minum, maka hendaklah kalian menghirupnya dan jangan sekali-kali kalian menenggaknya”.

Rasulullah SAW, telah mengajarkan kepada umatnya bagaimana

etika minum yaitu sebanyak tiga kali hirupan dengan membaca bismillah

pada setiap kali hirupan. Membaca Alhamdulilah ketika selesai minum.

Tidak bernafas di dalam tempat minum dan tidak bersenda tawa di tempat

(berwudhu). Berbaring menghadap kiblat. Berniat mengistirahatkan badannya, agar nantinya kuat menjalankan ibadah dan berdzikir kepada Allah sebelum dan sesudahnya.

Rasulullah SAW, apabila hendak tidur malam hari, maka beliau

meletakan tangan di bawah pipinya, kemudian berdo‟a.

(49)

4. Tata krama (adab) di dalam Masjid (Adabul Masjidi)

Artinya: Masjid adalah rumah-rumah milik Allah, karena itu barang siapa

yang hatinya selalu teringat kepada mesjid, maka Allah akan memberinya naungan kepada orang tersebutkelak pada hari kiamat. Sebagaimana tersebut dalam hadis Rasulllah saw. Oleh karena itu, setiap orang dianjurkan agar sering-sering pergi ke masjid. Adapun tatacaranya ialah berjalan dengan tenang. Mendahulukan kaki kanan ketika memasukinya. Meletakkan sandal diluarnya.

Etika ketika akan masuk masjid hendaklah membaca do,a:

ةَ ت ااوبا ا ةْ تفا َّم ةّللا

.

Artinya: “Ya, Allah, bukakanlah pintu-pintu rahmat-Mu untukku”

Setelah itu usahakan duduk dengan tenang serta berniat

taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah dengan dzikir dsb), selanjutnya

hendaknya menahan diri dari segala nafsu dan keinginan buruk. Berikutnya

janganlah sampai berdebat dengan hal yang tidak pantas dibicarakan,

dan janganlah berpindah-pindah tempat (dari tempat duduk jika tidak ada

kepentingan).

Selanjutnya janganlah bersyair atau bernyanyi dengan lagu yang

tidak pantas dilagukan. Kita juga tidak boleh bersuara keras-keras jika ada

yang sedang sholat, juga tidak boleh berjalan melewati orang yang sedang

sholat. Selain itu kita juga tidak diperbolehkan bermain-main di masjid,

selanjutnya hindarilah memperbincangkan masalah dunia karena biasanya

(50)

5. Kebersihan (An-Nadhofatu)

Artinya: Sesungguhnya kebersihan badan, pakaian dan tempat, itu

merupakan tuntutan syariat. Oleh karena itu, setiap orang seharusnya selalu membersihkan badannya, merapikan rambutnya, menyisir dan meminyakinya.

Kebersihan adalah sesuatu yang utama, sebab ketika akan

melaksanakan ibadah haruslah bersuci terlebih dahulu, dengan kata lain

harus membersikan anggota badan dari hadas maupun najis. Dalam kitab

Taisirul Khalak telah dijelaskan bahwa kebersihan merupakan bagian dari

syari‟at. Selain itu setiap orang harus membersihkan pakaianya, dengan cara

mencucinya, denagan air atau dicampur denagan sabun. Kebersihan itu

diperintahkan, demi menjaga kesehatan, menghilangkan rasa sedih,

menimbulkan keriangan, Menyenangkan teman dan untuk melahirkan

nikmat Allah SWT.

6. Jujur dan Dusta (Ash-Shidqu Wal Kadzibu)

ةُقدةّةِصلا

:

ةَعةِواولاةُقةِباةَطةُ ا ةُ اب لااوه

.

Artinya: Jujur adalah memberitakan sesuatu sesuai dengan kenyataanya.

sedangkang dusta adalah memberitakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataanya.

Sebab-sebab Kejujuran adalah : akal agama dan harga diri.

a. Akal menjadi sebab seseorang bertindak jujur karena orang yang

berakal memahami manfaat kejujuran dan bahaya berdusta. Tentu saja

orang yang berakal akan memilih bertindak jujur karena dia tidak akan

(51)

b. Agama menjadi sebab seseorang bertindak jujur karena dalam agama

sendiri memerintahkan umatnya untuk senantiasa bertindak jujur, dan

melarang umatnya bertindak dusta. Tentu saja orang yang mempelajari

agama akan senantiasa berbuat jujur karena dia telah paham dengan

perintah agama dan akan takut mendapatkan dosa.

c. Demikian pula seseorang yang mempunyai harga diri, dia tidak akan

senang berbuat dusta karena dia akan senantiasa menghias dirinya

dengan prilaku yang baik dalam hal ini adalah berbuat jujur.

Lawan kata dari jujur adalah dusta atau bohong, prilaku ini adalah

prilaku yang harus dihindari. Adapun sebab-sebab seseorang bertindak dusta

ialah keinginan mendapat keuntungan dan menghindari bahaya. Karena

terkadang seseorang beranggapan bahwa dengan berdusta (berbohong

mereka akan selamat) meskipun hanya sementara mereka tetap akan

melakukanya. Sedangkan ketika mereka bertindak jujur akan mendapatkan

kesialan dan merugikan mereka.

Adapun bahaya berdusta itu akan menimpa pelakunya sendiri dan

dirinya akan tercela, terhina, dan kehilangan kepercayaan dari orang lain.

Selain merugikan dirinya berbuat dusta juga akan memberikan bahaya atau

kerugian bagi orang lain. Misalnya, bagi seseorang yang sudah menjanjikan

(52)

7. Amanah (Al-Amanatu)

Artinya: Amanah adalah melaksanakan hak-hak kewajiban kepada Allah SWT. Dengan adanya amanah (kejujuran), maka agama atau iman menjadi sempurna, harga diri terpelihara dan harta kekayaan akan terjaga. Sebab melaksanakan hak-hak kewajiban kepada Allah, berrti mengamalkan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Seseorang dapat memiliki sifat amanah dikarenakan beberapa hal

penting di antaranya, kuatnya keinginan baik dalam hidup (motifasi hidup),

seorang muslim yang mempunyai motifasi tinggi pastinya mengerti betul

makna amanat, dia akan menjaga kepercayaan yang telah diberikan

kepadanya serta tidak menyia-nyiakannya, dia akan menjalani kehidupan

dengan penuh rasa tanggung jawab dan kehati-hatian. Salah satu hal

terpenting yang harus dijaga oleh seorang yang mempunyai sifat amanah

adalah menjaga dirinya dari hal yang dapat mengancam sifat amanahnya,

dia akan tumbuh sebagai pribadi pemaaf, serta menjauhi segala hal yang

tidak bermanfaat dalam hidupnya.

Oleh sebab semua itulah sesungguhnya dapat kita melihat bagaimana

dia menerima kehidupan dan karunia dari Allah SWT. di sisi lain juga

selalu berusaha maksimal, apa yang dilakukannya semata-mata karena Allah

SWT, bukan karena ingin dipuji oleh sesama manusia saja. Lawan dari sifat

amanah adalah khianat, yaitu menentang kebenaran dengan cara merusak

(53)

Adapun bahaya yang dapat ditimbulkan dari sifat khianat antara lain:

a. Pelakunya akan dicap sebagai penipu

b. Tidak beragama secara sempurna

c. Rendah cita-citanya

d. Hina jiwanya

e. Dijauhi oleh manusia disebabkan prilaku yang disebabkannya

f. Dipotong tangannya apabila sampai mencuri barang orang lain

g. Menyebabkan Allah murka kepada pelakunya, karena telah mengabaikan

perintah Allah.

yang tidak terpuji. Ia termasuk sifat dan peranggai yang amat mulia. Dari sifat inilah timbul banyak sifat mulia, misalnya sabar, hidup sederhana, suka memberi, cinta damai, taqwa, tenang, berwibawa, sayang kepada orang lain dan malu.

Hal yang dapat membantu seseorang agar dapat memiliki sifat „ifah

antara lain:

a. Menjauhkan diri dari ketamaan (kerakusan).

b. Meninggalkan kesukaan mencari harta kekayaan dan hidup apaadanya.

9. Harga Diri (Al-Muru’ah)

ةِاا ا لا ةِن امَو ةِق لاا ةِ ةِ ا ةِ ُّ ةّتلا ااوعدتةٌل ىه

.

Artinya: Muru‟ah ialah sifat yang mendorong untuk berpegang pada akhlak

(54)

Hal yang dapat menimbulkan sifat muru‟ah antara lain:

a. Cita-cita yang tinggi.

b. Kemuliaan jiwa.

Sesungguhnya orang yang memiliki cita-cita yang tinggi dan mulia

jiwanya itu, pasti mempunyai tujuan mencapai kemulian, mendapatkan

kelebihan-kelebihan, membangun kemulian-kemulian, membagi kesenangan

dan menyingkirkan gangguan-gangguan.

Artinya: Sabar ialah yang mendorong seseorang untuk meninggalkan

dendam terhadap orang yang menjengkelkannya, meskipun orang tersebut mampu membalasnya. Hal-hal yang menyebabkan seseorang dapat sabar ialah: Sayang kepada orang yang bodoh. Menghindari pertengkaran (permusuhan). Merasa malu atau risih untuk membalas. Ingin berbuat baik kepada orang yang berbuat jelek kepadanya. Memelihara nikmat yang disarankan, dan menunggu kesempatan yang tepat.

Sesungguhnya menghindari permusuhan dengan orang lain

merupakan jiwa yang sempurna dan jiwa yang luhur. Sedangkan malu

merupakan usaha menyelamatkan diri dan tanda kesempurnaan harga diri.

Sedangkan upaya memelihara nikmat merupakan bukti kesetiaan. Adapun

merekayasa kesempatan merupakan bagian dari kelicikan.

11. Kemurahan atau dermawan (As-Sakhou)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan perjuangan yang tak kenal menyerah serta diiringi doa maka skripsi yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA IKLIM SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK NEGERI 44 JAKARTA”

Karakter tempat mereka tinggal sangat berhubungan dengan ketersediaan material yang menjadi bahan dasar pembuatan produk mereka (Suzuki, 2007: 72), disisi lain konsumen

membahas “Pengaruh Asset Growth , Likuiditas dan ROA terhadap Risiko Sistematis pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index ( JII) ”.

Menurut Swastha (2009:234), “K omunikasi pemasaran adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pembeli dan penjual, dan merupakan kegiatan yang membantu dalam

H3 = Tingkat suku bunga berpengaruh positif terhadap keputusan pengambilan modal pada lembaga kredit informal. Budaya

Mindset financial merupakan sikap mental atau keyakinan yang menjadi dasar menginterpretsai informasi keuangan untuk membuat.. keputusan keuangan yang tepat sasaran

Merupakan tembusan surat order pengiriman yang dikirim ke fungsi gudang untuk menyiapkan jenis barang dengan jumlah seperti yang tercantum di dalamnya, agar

Tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah untuk menganalisis pengendalian internal sistem informasi aplikasi pembelian dan persediaan yang sedang berjalan guna