• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PEGAWAI PENCATAT NIKAH DALAM PENCEGAHAN PERNIKAHAN SIRRI ( Stadi kasus Desa Sumogawe Kecamatan Getasan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERAN PEGAWAI PENCATAT NIKAH DALAM PENCEGAHAN PERNIKAHAN SIRRI ( Stadi kasus Desa Sumogawe Kecamatan Getasan)"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PEGAWAI PENCATAT NIKAH DALAM

PENCEGAHAN PERNIKAHAN SIRRI

(Stadi kasus Desa Sumogawe Kecamatan Getasan)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

Dalam Ilmu Syari’ah

Oleh :

MULIYAH

21209012

JURUSAN SYARI’AH

PROGRAM STUDI AHWAL AS – SYAKHSHIYYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(2)

SKRIPSI

PERAN PEGAWAI PENCATAT NIKAH DALAM PENCEGAHAN PERNIKAHAN SIRRI

Disusun Oleh MULIYAH

2120901

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Syari’ah

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 24 September 2014 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh

gelar

Sarjana S1 Kependidikan Hukum Islam

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Ilyya Muhsin, M.Si. ___________________ Sekretaris Penguji : Sukron Ma’mun, M.Si. ___________________ Penguji I : Munajat, Ph.D. ___________________ Penguji II : Drs. Machfudz, M.Ag. ___________________ Penguji III : Drs. Mubasirun, M.Ag. ___________________

Salatiga, 24 September 2014 Ketua STAIN Salatiga

(3)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi sering ketakutanlah yang membuatnya jadi sulit, jadi jangan mudah menyerah !

PERSEMBAHAN:

1. Skripsi ini saya persembahkan untuk Suamiku tercinta Widiyanto dan anak-anakku Enggar dan Iqlima yang selalu meyakinkan kalau aku pasti bisa.

2. Ayah dan Ibu yang membimbingku dalam setiap doa.

3. Bapak dan Ibu Dosen Al-ahwal

asyakhsiyyah, yang begitu menoleransi kekuranganku.

(4)

KEMENTERIAN AGAMA RI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 TELP 0298323433 Salatiga 50721

Website: www.stainsalatiga.ac.id

Email administrasi @ stainsalatiga.ac.id Muh Zuhri, H. Frof. Dr. M.A.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudari :

Nama : Muliyah

NIM : 21209012

Jurusan / Prodi : Syari’ah / ahwal Al-Syakhsiyyah

Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 4 September 2014 Pembimbing

(5)

KEMENTERIAN AGAMA RI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 TELP 0298323433 Salatiga 50721

Website: www.stainsalatiga.ac.id Email administrasi @ stainsalatiga.ac.id

DEKLARASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Muliyah

NIM : 21209012

Jurusan / Prodi : Syari’ah / ahwal Al-Syahkhsiyyah

Judul : Peran Pegawai Pencatat Nikah Dalam Pencegahan Pernikahan Sirri

Menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan keaslian skripsi ini dihadapan sidang munaqasyah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 4 September 2014 Yang Menyatakan

(6)

ABSTRAK

Muliyah 2014. Peran Pegawai Pencatat Nikah dalam Pencegahan Pernikahan Sirri. Skripsi. Jurusan Syari’ah. Program Studi Ahwal al-Syakhsiyyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Prof.Dr. H. Muh Zuhri, M.A.

Kata Kunci : Pegawai Pencatat Nikah, Nikah Sirri

Skripsi ini membahas tentang Peran PPN dalam pencegahan Pernikahan Sirri.Skripsi ini di tulis berrawal dari kekawatiran penulis akan banyaknya kasus nikah sirri di Desa Sumogawe. Masih banyak warga Sumogawe yang tidak mencatatan pernkahan mereka di lembaga yang berwenang untuk mencatatat dalam hal ini adalah KUA. Hal ini menghawatirkan mengingat konskwensi Hukum baik menurut Undang-Undang maupun masyarakat, secara Hukum pernkahan sirri itu tidak sah dan di anggap tidak pernah terjadi. Hal inilah yang menarik minat penulis untuk meneliti lebih jauh bagaimana peran Pegawai Pencatat Nikah dalam pencegahan perrnikahan sirri di Desa Sumogawe.

Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian lapangan, adapun langkah-langkah yang di tempuh penulis yaitu melalui observasi,mengumpulkan data para pelaku nikah sirri, serta wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, tokoh agama dan pelaku nikah sirri.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada nabi Akhir zaman Muhammad SAW, sahabat, dan pengikut beliau pada akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran penulis harapkan untuk sempurnanya penelitian ini. Keberhasilan penyusunan penelitian ini, selain atas ridho dari Allah SWT, juga tak lepas dari bantuan, dorongan, dan bimbingan dari semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr.H. Rahmat Hariyadi,M.Pd. selaku ketua STAIN Salatiga. 2. BapakBeny Ridwan M.Hum, selaku ketua jurusan STAIN Salatiga.

3. Bapak Sukron Makmun,M.Si. selaku ketua Progdi studi Ahwal al-Syakhsiyyah STAIN Salatiga.

4. Bapak Frof.Dr.H. Muh Zuhri, M.A selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen dan para akademika lingkungan Jurusan Syari’ah yang telah dengan sabar dan ikhlas membagi ilmunya.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

NOTA PEMBIMBING ... iv

DEKLARASI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian... 5

E. Penegasan Istilah ... 6

F. Metode Penelitian... 7

G. Sistematika Penulisan... 10

BAB II. TINJAUAN UMUM MENGENAI PERNIKAHAN SIRRI... 12

A. Pernikahan Sirri menurut Pandangan masyarakat Desa Sumogawe 1. Konsep nikah sirri masyarakat Desa Sumogawe . ... 12

2. Pandangan tokoh masyarakat Desa Sumogawe...15

(9)

1. Undang-Undang No 1 Tahun 1974...22

2. KHI No. 1 Tahun 1991...25

BAB III. GAMBARAN UMUM PELAKSANAAN NIKAH SIRRI... DESA SUMOGAWE KEC. GETASAN... 30

A. Kondisi Alam di Desa Sumogawe ... 30

B. Kondisi Umum KUA Kecamatan Getasan ... 37

C. Hasil wawanara dengan Pelaku Nikah Sirri ... 39

D. Upaya Pegawai Pencatat Nikah Dalam Pencegahan Pernikahan Sirri ... 47

BAB IV. ANALISA HASIL PENELIIAN... 48

A. Alasan Nikah Sirri di Desa Sumogawe ... 48

B. Status Hukum Nikah Sirri ... 51

C. Status Anak yang lahir dari Pernikahan Sirri... 52

D. Upaya Pegawai Pencatat Nikah (PPN) dalam Pencegahan Pernikahan Sirri ... 62

BAB V. PENUTUP ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Allah menciptakan makhluk di dunia ini dengan berpasang-pasangan dengan sumber pokok yang sama. Hal ini mengisyaratkan bahwa sesungguhnya keduanya adalah bermitra dan sejajar, yang harus saling membutuhkan, saling melengkapi, saling menghormati satu sama lain. Salah satu bentuk hidup bersama yang terkecil adalah keluarga. Keluarga ini dapat terbentuk karena adanya suatu ikatan pernikahan.

Suatu pernikahan dimaksudkan untuk mewujudkan keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal yang diliputi peasaan cinta kasih dan sayang. Karena dalam pernikahan tidak hanya menyatukan dua insan yang dalam sebuah rumah tangga, pernikahan merupakan sebuah ritual yang sangat sakral yang menjadi tempat bertemunya dua insan yang saling mencintai, dua keluarga yang sebelumnya belum saling mengenal antara satu dengan yang lainnya tanpa ada lagi batasan yang menghalangi.”Pernikahan adalah satu sunatullah yang umum berlaku pada semua makhluk Tuhan baik manusia, hewan, tumbuhan”. (Sabiq, 1990:6). Dengan pernikahan manusia dapat membentuk keluarga dan memgembangkan keturunan yang baik.

(11)

melaksanakannya merupakan ibadah. Sedangkan Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan (UUP) memberikan pengertian perkawinan sebagai ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Tujuan pernikahan adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah tangg yang sakinah, mawaddah, dan warahmah. Meskipun demikian banyak pihak-pihak yang dengan sengaja mencoba untuk mengotori dan memanfaatkan sesuatu yang sakral ini hanya untuk mendapatkan keuntungan baik yang berupa materi maupun hanya untuk sekedar dapat terpenuhi hasrat biologisnya semata, atau mungkin dengan alasan-alasan yang lain. Oleh karena itu berbagai permasalahanpun akhirnya muncul.

Dalam suatu pernikahan, syarat sah pernikahan harus diperhatikan baik menurut agama maupun hukum negara .Dalam fiqh sunnahnya,Sayyid Sabiq menyebutkan ada dua sarat sah nya pernikahan.Pertama,perempuannya halal di kawin oleh laki-laki yang ingin menjadikannya istri.Kedua,aqad nikahnya dihadiri para saksi ( Sabiq,1990:78).Dalam Kitab al-Fiqh ‘Ala al- Al-Arba’ah.Imam Safi’i mengemukakan bahwa rukun nikah ada lima yaitu calon mempelai laki-laki,calon mempelai perempuan,wali,dua orang saksi,dan sighat (ijab qabul) (Al Jaziri,1999:12).

(12)

Islam sesuai dengan pasal dua ayat satu Undang-Undang No 1 tahun 1974 tentang pernikahan.

Syarat sah pernikahan di Indonesia selanjutnya tentang pencatatan nikah yang sesuai dengan Undang-Undang No 1 tahun 1979 pasal 2 ayat 2 yang berbunyi: Tiap-tiap perkawinan di catat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pernikahan yang dilakukan hanya sesuai dengan syarat rukun nikah dalam Islam,tetapi tidak dicatatkan di hadapan Pegawai Pencatat Nikah (PPN) dinamakan sirri.(Nurhaidi,2003:5).Penikahan sirri adalah sah menurut agama tetapi “cacat” menurut hukum positif di Indonesia karna pernikahan mereka tidak di catat oleh Pegawai Pencatat Nikah (PPN) di KUA bagi yang beragama Islam dan di Kantor Catatan Sipil bagi yang non muslim,sehingga tidak mempunyai bukti yang otentik.Padahal jika mereka tau dan sadar aan hukum pernikahan sirri ini akan banyak menimbulkan persoalan-persoalan yang kelak mungkin terjadi bukan hanya bagi istri tetapi akan mungkin berdampak pula dengan anak yang dilahirkannya.

(13)

spikologis yang mana anak yang belum siap dan mengerti tentang apa yang terjadi akibat nikah sirri.

Namun pada prakteknya yang terjadi di masyarakat Desa Sumogawe Kecamatan Getasan masih sering terjadi pernikahan yang tidak sesuai dengan ketetapan yang telah ditentukan dalam KHI pasal 5 ayat 1 dan Undang-Undang No 1 tahun 1974 pasal 2 ayat 2. Mereka biasanya memanggil seorang sesepuh desa atau biasa disebut dengan istilah “modin” untuk mereka tunjuk sebagai penghulu guna menikahkan mereka. Masyarakat sekitarpun sudah menganggap nikah sirri sebagai sesuatu yang wajar. Mereka menerima dan tidak mempermasalahkannya. Hal ini karena minimnya akses informasi dan pendidikan.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji dan mendalami lebih lanjut fenomena yang terjadi di Desa Sumogawe Kecamatan Getasan dalam skripsi yang berjudul “ Peran Pegawai Pencatat Nikah (PPN) dalam Pencegahan Pernikahan Sirri di Desa Sumogawe Kecamatan Getasan.’’

B. Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah pokok yang akan diteliti dan diuraikan dalam skripsi ini adalah :

1. Bagaimana pandangan masyarakat Desa Sumogawe tentang nikah sirri? 2. Bagaimana kedudukan pernikahan sirri dalam per-Undang-Undangan No. 1

(14)

3. Upaya yang dilakukan Pegawai Pencatat Nikah (PPN) dalam pencegahan pernikahan sirri?

C. Tujuan Penelitian

Dalam mmelakukan penelitian ini ada hal-hal yang menjadi tujuan penulis yaitu :

1. Mengetahui pandangan masyarakat Desa Sumogawe tentang nikah sirri. 2. Untuk memperdalam pemahaman terhadap nikah sirri dalam

Per-Undang-Undangan No 1 Tahun 1974 dan KHI No 1 Tahun 1991.

3. Mengetahui tugas dan peran Pegawai Pencatat Nikah dalam Pencegahan pernikahan sirri di Desa Sumogawe Kecamatan Getasan.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dan manfaat dari penelitian ini di antaranya sebagai berikut:

1. Wawasan masyarakat yang lebih luas tentang pernikahan sirri.

2. Memberikan informasi tentang tugas dan peran PPN di Desa Sumogawe Kecamatan Getasan.

(15)

E. Penegasan Istilah

Agar terdapat kejelasan tentang judul skripsi diatas dan tidak terjadi beda penafsiran kata-kata dalam judul maka penulis perlu menjelaskan makna yang terdapat dalam judul.

1. Pegawai Pencatat Nikah

Menurut peraturan mentri agama tahun 2007 pasal 2 ayat 1 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Pegawai Pencatat Nikah (PPN) adalah pejabat yang melakukan pemeriksaan persyaratan pengawasan dan pencatatan peristiwa nikah / rujuk, pendaftaran cerai talak, cerai gugat, dan melakukan bimbingan perkawinan.

2. Nikah Sirri

Pernikahan Sirri adalah pernikahan yanng dilakukan sesuai dengan syarat rukun nikah dalam islam, tetapi tidak dicatatkan di Kantor Urusan Agama (KUA) oleh Petugas Pencatat Nikah (PPN) ( Nurhaidi, 2003:5 ).

3. Peran Pegawai Pencatat Nikah

(16)

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelian ini adalah penelitian lapangan yang menggunakan deskriftif kualitatif dengan menggunakan pedekatan normatif sosiologis. Penelian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deeskriftif ,ucapan atau tulisan perilaku yang dapat di amati dari orang-orang (subyek ) itu sendiri . ( Salim ,1991:781 ) Penelitian deskriftif yang bertujuan menggabarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik meengenai populasi atau bidang tertentu. ( Azwar, 2007 : 7 ).Pendkatan sosiologis di gunakan untuk mengetahui bagaimana pernikahan sirri di laksanakan di lapangan. Pendekaan normatif di gunakan untuk mengatahui praktik nikah sirri.

2.Lokasi Penelitian

Penelitian di lakukaan di wilayah Desa Sumogawe Kecamatan Getasan. Peneliti memilih lokasi ini karena di wilayah ini masih terdapat praktik nikah sirri.

3.Sumber Data

Adapun jenis data yang penulis gunakan dalam penulisan skrifsi ini meliputi :

(17)

dari subyek sebagai sumber informasi yang di cari.( Azwar, 2007:91 ) dalam hal ini keterangan diperoleh dari pelaku nikah sirri, tokoh masyarakat, modin yang menikahkan, serta pihak-pihak yang terkait.

b. Data Sekunder yaitu data yang di peroleh dari pihak lain , tidak langsung di peroleh oleh peneliti dari subyek penelitian (Azwar,2007 : 91) Dalam memperoleh data sekuder biasanya berwujut data dokumentasi atau laporan yang tersedia. Peneliti menggunakan Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan KHI No 1 tahun 1991 sebagai sumber resmi serta buku-buku yang membahas tentang perkawinan. Dalam hal ini data sekunder juga bisa diperoleh dari keluarga, masyarakat sekitar, tokoh masyarakat tempat tinggal pelaku nikah sirri.

4. Prosedur Pengumpulan Data a. Metode Wawancara

(18)

Metode Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya.Metode ini sumber datanya masih tetap, dan belum berubah. Dengan metode Dokumentasi yang benda mati adalah bukan benda hidup tetapi benda mati.( Arikunto, 1998: 236)

Dokumen-dokumen yang ada dipelajari untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini. Dokumen tersebut yang berkaitan dengan Tugas Pokok PPN, struktur organissi, data pelaku nikah, serta para pelaku nikah sirri.

c. Analisis Data

Analisis Data merupakan hal yang penting dalam metode ilmiah karena dengan analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna untuk menyelesaikan masalah penilitian .Dalam analisis ini penulis menggunakan anilisis Deskriptif yang mendeskripsikan tinjauan hukum islam dan perundang-undangan di Indonesia, tentang pencatatan nikah

d. Tahap-Tahap Penelitian

(19)

pelaku nikah sirri, modin,masyarakat sekitar dan tetangga terdekat pelaku nikah sirri. Tahap terakhir yaitu penyusunan laporan penelitian dengan cara menganalisis data temuan kemudian memaparkannya degan narasi disktriptif dengan pendekatan normatif.

G. Sistematika Penulis

Untuk memudahkan dalam pembahasan dan pemahaman yang lebih lanjut dan jelas dalam membaca penelitian ini maka disusunlah sistematika penulisan penelitian ini sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan; Bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah Metode Peneli-tian yang berisi tentang Pendekatan dan Jenis Penelitisn, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data, Tahap-tahap Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab II membahas pembahasan tentang : Kosep pernikahan Sirri menurut pandangan masyarakat Desa Sumogawe, Pernikahan Sirri menurut per- Undang-Undangan di Indonesia yaitu UU Perkawinan No.1 Tahun 1974 dan KHI No.1 Tahun 1991.

(20)

Pencegahan nikah sirri, Pelaku Nikah Sirri beserta faktor-faktor yang melatar belakanginya.

Bab IV Analisa terhadap banyaknya Nikah Sirri. Bab ini berisi tentang status hukum bagi para pelaku nikah sirri, status anak yang terlahir dari Nikah Sirri, Upaya-upaya yang di lakukan PPN dalam Pencegahan Pernikahan Sirri.

(21)

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI PERNIKAHAN SIRRI

A. Pernikahan Sirri menurut pandangan masyarakat Desa Sumogawe 1. Konsep Nikah Sirri dalam masyarakat Desa Sumogawe.

Nikah sirri adalah nikah rahasia, terkadang ada juga yang sirri menurut pandangan masyarakat Desa Sumogawe nikah rahasia atau sembunyi-sembunyi. Konsep pernikahan sirri di desa Sumogawe tidak jauh beda dengan pernikahan pada umumnya, yaitu dengan mengundang para tetangga, pemuka agama setempat dan ada juga yang mengadakan walimahan secara besar-besaran (mantu) hanya saja tidak mengundang Pegawai Pencatat Nikah dan pernikahan mereka tidak tercatatkan di KUA setempat. Karna berbagai faktor yang melatar belakangi mengapa pernikahan sirri itu terjadi tetapi yang pasti masyarakat menerima dan mengakui pasangan nikah sirri.

Tujuan daripada nikah sirri adalah untuk melegalkan perbuatan-perbuatan yang semula di anggap maksiat dan dosa dapat di ubah menjadi perbuatan yang sah menurut agama,selama syarat dan rukunnya terpenuhi dan sesuai dengan syari’at agama.

(22)

dan tidak ada halangan untuk menikah. Masyarakat juga beranggapan lebih baik mereka menikah secara sirri daripada mereka berzina atau kumpul kebo. Selain itu masyarakat juga menganggap dengan mereka menikah secara sirri dulu maka status anak yang nantinya dilahirkan akan memiliki status yang jelas siapa orang tuanya, walaupun secara hukum status anak yang terlahir dari pernikahan sirri tidak termasuk anak sah. Karna anak sah adalah anak yang terlahir dari atau akibat perkawinan yang

Dalam proses pernikahan sirri yang dilaksanakan adalah rukun atau wajibnya nikah, sedangkan untuk sunnah nikah tidak dilaksanakan, khususnya mengenai pengumuman nikah atau biasa disebut dengan walimah. Dengan demikian pernikahan tersebut hanya diketahui oleh orang-orang tertentu atau kalangan terbatas saja.

Dalam perkembangan lebih lanjut istilah sirri bermakna kawin atau nikah yang tidak dicatatkan di KUA oleh Pegawai Pencatat Nikah, sehingga tidak sesuai dengan aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

(23)

calon mempelai laki-laki, colon mempelai perempuan, wali, dua orang saksi dan siqhat (ijab qobul) (Al-jaziri,1999:12). Menurut jumhur ulama rukun pernikahan ada lima yang masing-masing rukun tersebut memiliki syarat tertentu (Nuridin,2006:62). Syarat untuk calon suami adalah beragama Islam, laki-laki, jelas orangnya, dapat memberikan persetujuan dan tidak terdapat halangan perkawinan. Sedangkan syarat untuk mempelai perempuan adalah beragama, perempuan, jelas orangnya, dapat dimintai persetujuan dan tidak terdapat halangan pernikahan.

Syarat yang ketiga adalah wali nikah, syarat untuk menjadi wali dalam pernikahan adalah laki-laki dewasa atau balig, mempunyai hak perwalian dan tidak terdapat halangan perwalian. Syarat selanjutnya adalah saksi: Berakal sehat, minimal 2 orang laki-laki dewasa atau balig yang beragama Islam, hadir dalam ijab qobul dan dapat mengerti maksud akad.

(24)

2. Pandangan Tokoh Masyarakat Desa Sumumogawe Terhadap Nikah Sirri

Isu tentang nikah sirri menimbukan pro dan kontra di masyarakat, seperti halnya dengan Undang-Undang tentang nikah sirri, tak sedikit pula yang menentang. Anggapan bahwa Negara terlalu ikut campur dalam kehidupan pribadi masyarakatnya tak urung menimbulkan keresahan di masyarakat. Sebagian orang berpendapat bahwa Undang-Undang nikah sirri bertentangan dengan hukum Islam, kerena dalam hukum Islam

pernikahan dikatakan sah apabila telah terpenuhi syarat dan rukunnya. Berangkat dari sini maka penulis mencoba menggali beberapa tokoh masyarakat Sumogawe tentang pandangan mereka terkait soal nikah sirri, baik dari segi pengertian nikah sirri, pendapat mereka tentatang para pelaku nikah sirri, hingga tanggapan mereka mengenai Undang-Undang nikah sirri

a. Al-ustadz Muhammad Munir (Kyai)

(25)

memadai terutama dalam ilmu agama. Dalam menjawab pertanyaan tentang nikah sirri beliau mengemukakan pengertian nikah sirri adalah nikah yang tersembunyi (mumpet) dan kusus untuk agama Islam, pernikahan yang dilakukan sesuai dengan hukum Islam, syarat dan rukunnya jelas disebutkan tetapi tidak dicatatkan di KUA. Selanjutnya beliau juga menambahkan di dalam agama Islam sesuatu sing biso merubah hukum dari yang dilarang agama menjadi sesuatu yang sah menurut agama.

Mbah Munir juga menambahkan biasanya mereka yang melakukan pernikahan sirri itu untuk menghindari dosa daripada mereka berbuat zina. Perbuatan semacam itu belum bisa menjadi tanda bukti artinya selesai nikah menurut agama, namun para pelaku nikah sirri harus betanggung jawab dan melakukan pernikahan itu dengan

iman percoyo karo Gusti Allah. Selanjutnya penulis juga bertanya tentang pendapatnya tentang hukum nikah sirri dan beliau menjawab secara gamblang, yaitu:

“tergantung pribadine dewe tekan endi imane, sing klakoni nikah sirri kuwi kudu adue roso tanggung jawab lan iman,

percoyo karo Gusti Allah, lan roso tanggung jawabe marang

bojone mestine yo ora sepiro bakal klarani bojone utowo

(26)

Mbah Munir juga memaparkan bahwa dalam Agama Islam yang berhak untuk menikahkan adalah wali calon mempelai putri, tugas KUA hanyalah mewakili, mencatat, dan menguatkan. Mbah Munir juga menambahkan mengenai pandangan mayarakat khususnya wilayah Desa Sumogawe, kata beliau tergantung masyarakatnya sudah paham atau belum tentang nikah sirri jangan hanya manut-manut saja sama modinnya, dan membiarkan saja terhadap nikah sirri. Selain itu karena masyarakat sudah tawaduk dengan Mbah Munir mengenai nikah sirri, biasanya masyarakat akan berkata”anggere Mbah Munir entok yo ra popo”.

b. Ibu Hj. Latifah (Tokoh Ibu Desa Sumogawe)

Pendapat berbeda dikemukakan oleh Bu Latifah, yaitu:

” Pengertian nikah sirri adalah pernikahan yang terjadi karena

dua kemungkinan yaitu pernikahan yang terjadi tanpa seijin walinya

atau nikah tanpa sepengetahuan pihak yang berwenang nikah dalam hal

ini adalah KUA, pernikahan semacam jelas tanpa disertai dengan

surat”.

Adapun peryataan Bu Latifah terkait pertanyaan penulis tentang nikah sirri adalah “Saya selaku pribadi mendukung dengan undang-undang nikah sirri, bukan berarti Negara ikut campur dengan masalah

(27)

diundangkanya Undang-Undang nikah sirri maka dapat memberikan

perlindungan bagi korban pelaku nikah sirri. Misalnya jika ternyata

dikemudian hari kehidupan pasangan nikah sirri tak lagi bahagia,

rukunseperti yang diharapkan, maka salah satu pasanganya tidak bisa

meninggalkan pasangaan lainnya tanpa memenuhi kewajibanya

seperti terhadap pemeliharaan anak, dan kewajiban memberi nafkah

bagi pasangannya seperti yang ditetapkan dalam hukum Islam”.

Selanjutnya Bu Latifah menambahkan “Saya tidak menpunyai keberatan moral terhadap para pelaku nikah sirri, namun alangkah

baiknya jika pernikahan di lakukan secara sah baik secara agama

maupun negara, bukankah pernikahan di KUA itu sebenarnya murah?

Tapi ndak tau juga ya mbak kalau prakteknya di luar”. Penulis juga

menanyakan faktor yang menyebabkan maraknnya pernikaahan sirri di Desa Sumogawe terkait pertanyaan ini beliau menjawab ”Mungkin salah satu pasangan masih terkait dengan pasangan yang lain, atau mungkin karena pendidikan mereka yang rendah sehingga mudah di bohongi oleh laki-laki, beribu alasan mbak tapi yang pasti mereka mencari jalan yang gampang dan sah menurut agama.

c. Bapak Marsudi Mulyo Utomo,SE (Lurah Desa Sumogawe)

(28)

memaparkan “Sepengetahuan saya nikah sirri itu adalah nikah yang tidak dicatatkan di KUA setempat, biasanya faktor yang mendasari cukup banyak , namun yang sering saya temui biasanya karena laki-laki dan perempuannya masih dibawah umur/salah satunya terutama untuk laki-lakinya, urusan admiministrasi yang mengalami hambatan, suami masih memiliki hubungan dengan orang lain, sehingga menurut Undang-Undang tidak memenuhi syarat untuk menikah. Biasanya Mbak...kalau terjadi ” kecelakaan” sebagai bentuk dari tanggung jawab dari pihak laki-laki mereka harus di nikahkan.

Menjawab pertanyaan penulis mengenai Undang-Undang nikah sirri Pak Lurah menjawab “ secara pribadi saya setuju Mbak, agar supaya pernikahan itu tertip sesuai dengan hukum yang berlaku dan syarat yang telah ditentukan baik secara agama maupun pemerintah, dengan maksud agar tidak ada lagi pasangan yang menikah secara sirri kususnya di Desa Sumogawe.

d. Slamet (Modin)

(29)

menikah secara sah. Beliau menjawab “ Biasanya yang datang kerumah beliau tidak hanya masyarakat Sumogawe saja tapi terkadang ada juga penduduk dari luar daerah yang sengaja datang untuk melakukan nikah sirri, biasanya yang seperti itu karena perempuannya dijadikan istri kedua. Karena mereka ada saksi saya berani menikahkan to Mbak,,,tetapi setelah menikah biasanya saya sarankan kalau bisa untuk secepatnya menikah secara sah. Sedangkan untuk masyarakat Desa Sumogawe sendiri biasanya yang menikah sirri karena faktor umur yang masih kurang, karena salah satu pihak masih ada hubungan dengan orang lain, administrasi yang belum selesai.

e. Bapak Molyoko, S.Ag (Kepala KUA Kec. Getasan)

Wawancara di lakukan di Kantor KUA Kecamatan Getasan pada tanggal 23 pebruari 2014 . Menjawab pertanyaan tentang nikah sirri beliau mengemukakan bahwa nikah sirri itu nikah yang sembunyi-sembunyi yang tidak di catatatkan di Kantor Urusan Agama (KUA) setempat dalam hal ini KUA Kecamatan Getasan. Terkait pertanyaan penulis tentang nikah sirri beliau tidak setuju, kerena sebagai Kepala KUA Pak Mulyoko mengharapkan agar setiap pernikahan itu harus sah menurut agama maupun pemerintah.

(30)

memperoleh informasi seputar nikah sirri dari beberapa tokoh yang kompeten mengenai nikah sirri diantaranya :

1) Ahmad Zuhdi

Menurut Ahmad Zuhdi Nikah Sirri adalah pernikahan yang di langsungkan di luar pengetahuan resmi Pegawai Pencatat Nikah (PPN) karenanya pernikahan itu tidak tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA), sehingga suami istri tersebut tidak mempunyai surat nikah.

Dalam prakteknya pernikahan sirri adalah suatu pernikahan yang dilakukan oleh orang-orang Islam di Indonesia yang memenuhi rukun dan syarat pernikahan tetapi tidak di daftarka atau dicatatkan PPN seperti yang di atur dan ditentukan oleh Undang-Undang No.1 Tahun1974 dan Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975.

(31)

pernikahan semacam itu tidak sakarena tidak ada saksi. Hadis Nabi yang A’mran ibn Husein menurut riwayat Ahmad (Syarifudin,2006 : 86)” Tidak ada nikah kecuali dengan adanya wali dan dua saksi yang adil”.

Kedua, Konsep nikah sirri yang biasa dilakukan berdsarkan

cara – cara Islam, semacam ini pada umumnya di anggap sah karena telah memenuhi rukun nikah dalam Islam. Dari aspek pernikahanya, nikah sirritetap dianggap sah menurut maksiat. Karena pernikahan yang dilakukantelah memenuhi rukun- rukun pernikahan yang sudah ditetapkan oleh Alla SWT.

Ketiga, Nikah Sirri yang mengikuti ketentuan agama Islam

dan tercatat di Kantor Urusan Agama tetapi belum diadakan resepsi/walimah secara terbuka dan luas.

B. Pernikahan Sirri menurut Perundang-Undangan di Indonesia 1. Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974

a. Pengertian Perkawinan

(32)

Perkawinan. Dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal 1 disebutkan bahwa:

“Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan

seorang wanita sebagai suami istri dengantujuan untuk membentuk keluarga ( rumah tangga ) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Mengenai sahnya pernikahan dan pencatatan nikah terdapat dalam pasal 2 UU Perkawinan, yang berbunyi :

“(1) Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing- masing agamanya dan kepercayaanya itu“

Dalam pasal 2 ayat 2 UU Perkawinan disebutkan bahwa “ tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangaan yang berlaku”.

Dari pasal 2 ayat 1 Undang-undang No 1 tahun 1974 dapat diketahui bahwa jika suatu perkawinan telah memenuhi syarat dan rukun sesuai dengan ketentuan syar’iat Islam maka pernikahantersebut dianggap sah di mata agama dan kepercayaan masyarakat. Tetapi sahnya suatu pernikahan tidak hanya sah menurut agama dan masyarakat tetapi juga harus sah menurut hukum Negara.

(33)

ini dijelaskan bahwa mereka yang melakukan pernikahan agama Islam maka pencatatan pernikahanya di Kantor Urusan Agama (KUA). Tata cara pencatatan pernikahan sebagai mana sesuai dengan Pasal 3 sampai Pasal 9 PP No. 9 tahun 1975 ini antara lain menyebutkan bahwa setiap orang yang akan melangsungkan perkawinannya memberitahukan secara lisan atau tertulis rencana perkawinanya kepada pegawai pencatat nikah di tempat perkawinnya tersebut di langsungkan, selambat-lambatnya 10 hari kerja sebelum perkawinan tersebut di langsungkan. Selanjutnya oleh Petugas Pencatat Nikah mengumumkan dan menandatangani pengumuman tentang pemberitahuan kehendak nikah dengan cara menempel surat pengumuman tersebut pada tempat dimana pegumuman mudah terbaca dan dilihat oleh umum.

b. Pernikahan Sirri

Istilah Pernikahan Sirri muncul setelah Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan berlaku secara efektif tanggal 1 oktober 1975. Pernikahan Sirri adalah perkawinan yang tidak dilakukan menurut hukum yang berupa pengakuan hukum dan perlindungan hukum terhadap perkawinan tersebut (Zuhdi,1996:11)

(34)

Dengan demikian, pernikahan sirri membawa akibat atau dampak hukum. Karena walaupun secara agama pernikahan tersebut telah sah, namun karena belum dicatatkan oleh PPN maka pernikahan tersebut tidak memiliki kekuatan hukum karena tidak ada tanda bukti yang kuat maka pernikahan tersebut dianggab tidak ada.

2. Kompilasi Hukum Islam (KHI) a. Pengertian Pernikahan

Pada tanggal 10 juni 1991, Presiden RI Soeharto mengeluarkan Instruksi presiden (Inpres).

RI No. 1 tahun 1991 yang berisi menyebar luaskan Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang terdiri dari tiga (3) buku. Buku pertama tentang hukum pernikahan, buku kedua tentang kewarisan, buku ketiga tentang perwakafan. KHI menjadi pedoman dalam menetapkan perkara-perkara yang berhubungan dengan tiga masalah tersebut yang diperuntukkan bagi orang yang beragama Islam. KHI menjadi sesuatu bagian yang penting, karena KHI menjadi satu-satunya produk hukum di Indonesia terutama orang Islam.

(35)

untuk melaksanaknya pernikahan harus ada: calon suami, calon istri, wali

nikah, dua orang saksi dan ijab qabul. b. Pencatatan Pernikahan

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 5 ayat 1 disebutkan bahwa “agar terjamin ketertiban bagi masyarakat Islam maka setiap perkawinan harus dicatat”. Dalam KHI pasal 6 ayat 1 bahwa setiap perkawinan harus dilangsungkan di bawah pengawasan Pegawai Pencatat Nikah. Dalam ayat 2 juga ditegaskan bahwa perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan Pegawai Pencatat Nikah (PPN) tidak mempunyai kekuatan hukum. Dalam pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa: “ perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan akta nikah yang dibuat oleh PPN “

Pencatatan pernikahan ini mempunyai kedudukan yang sangat penting yaitu untuk menjamin ketertiban dan kepastian hukum bagi masyarakat (Nuruddin,2004:136 ). Untuk membuat kartu keluarga, akta kelahiran untuk anaknya dan untuk kepentingan-kepentingan yang lain maka seorang yang telah menikah harus menyerahkan atau menunjukan akta nikah sebagai salah satu syaratnya.

c. Akibat Hukum Pernikahan Sirri

(36)

terjadi suatu hal yang tidak diharapkan atau terjadi ketidak cocokan hingga harus terjadi perpisahan atau perceraian maka perceraiannya tidak bisa dilakukan dihadapan Pengadilan, karena pernikahannya tidak dicatatkan sehingga tidak ada bukti yang menguatkan bahwa diantara mereka pernah atau telah terjadi suatu pernikahan, maka mereka tidak dianggap sebagai pasangan suami istri.

Secara hukum, istri dari pernikahan sirri tidak dianggap sebagai istri yang sah. Apabila suami meninggal maka istri tidak mempunyai kekuatan hukum sebagai ahli waris. Disamping itu istri tidak berhak atas harta gono-gini jika terjadi perpisahan atau perceraian, karena secara hukum pernikahan itu tidak pernah terjadi. Tidak hanya secara hukum tetapi dampak sosial di masyarakat yang sering memandang sebelah mata untuk passangan nikah sirri.

(37)

pasal 42 bahwa anak yang sah adalah anak yang terlahir dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah.

Dalam UU No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak disebutkan hak-hak anak yang antara lain memperoleh nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan, hak memperoleh pendidikan dan pengajaran, hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial serta hak mendapat perlindungan dari perlakuan deskriminasi dan eksploitasi.

Anak yang terlahir dari pernikahan yang tidak sah (sirri) tetap diakui kewarganegaraannya oleh pemerintah seperti yang tertuang dalam pasal 4 UU No.12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan. Tetapi untuk memperoleh kewarganegaraan harus memiliki akta kelahiran, dan untuk mendapatkanya harus memiliki akta nikah orang tuanya.

Anak yang terlahir dari pernikahan sirri dalam akta kelahirannya hanya akan tercantum nama ibu yang melahirkannya. Keterangan sebagai anak yang terlahir dari pernikahan sirri dan dalam aktanya tidak tercantum nama ayah maka akan berdampak sangat mendalam secara sosial dan psikologis bagi anak dan ibunya, karena di masyarat anak sering dipandang sebagai anak haram.

(38)

diantaranya harus melampirkan akta kelahiran anak yang bersangkutan. Sementara untuk bisa mendapatkkan akta kelahiran sendiri syarat yang diperlukan diantaranya: Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), dan Akta Nikah.

Ketidak jelasan status anak di mata hukum, mengakibatkan hubungan antara anak dan ayah menjadi tidak kuat sehingga bisa saja suatu waktu ayahnya menyangkal bahwa anak tersebat adalah anak kandungnya karena dalam akta tidak tercantum nama ayahnya. Jadi, anak tidak berhak atas biaya-biaya kehidupan, pendidikan maupun warisan ayahnya.

(39)

BAB III

GAMBARAN UMUM PELAKSANAAN NIKAH SIRRI

DESA SUMOGAWE KEC. GETASAN

A. Kondisi Alam di Desa Sumogawe 1. Letak Geografis Desa Sumogawe

Desa Sumogawe adalah sebuah Desa yang berada di Kec. Getasan Kab Semarang dari Kota Salatiga berjarak ± 7 KM, Kec. Getasan memiliki 13 Desa yaitu : Sumogawe, Polobugo, Getasan, Jetak, Tajuk, Batur, Kopeng, Tolokan, Krawan, Wates, Manggihan, Nogosaren, Samirono.

Desa Sumogawe sendiri terdiri dari 15 Dusun yaitu : Pendingan, Wates, Sumogawe, Pringapus, Piji, Gawemukti, Kenteng, Mujo, Bumiayu, Kroto, Kembang, Tambangan,Dalangan, Bumiharjo,Magersari. Desa Sumogawe merupakan sebuah desa dengan jumlah penduduk terbanyak dan memiliki wilayah terluas No. 2 di Kec. Getasan setelah Desa Batur. Desa Sumogawe memiliki batas wilayah yaitu : Disisi sbelah utara berbatasan dengan Desa Polobugo, disisi sebelah selatan berbatasan dengan Desa Batur, disisi seblah barat berbatasan dengan Desa Getasan dan Desa Manggihan, disisi sebelah Timur berbatasan dengan Kota Madya Salatiga.

(40)

Sumogawe masih bisa dibilang sejuk dan tidak panas juga tidak terlalu dingin, karena desa Sumogawe merupakan Desa yang berbatasan langsung dengan wilayah Kotamadya Salatiga. Hal ini memungkinkan karena jika titik berdasarkan ketinggian wilayah dari permukaan laut, Desa Sumogawe berada pada ketinggian 750 m dari permukaan laut.

DATA MONOGRAFI DESA SUMOGAWE Tabel

NO URAIAN JUMLAH KETERANGAN

(41)

-Gereja -Vihara

14 buah 7 buah 5 Penduduk menurut usia

-0-5 Tahun 6 Mata pencaharian

(42)

-TNI/POLRI

(43)

-S2 5 orang

2. Luas Penggunaan Lahan dan Sumber Ekonomi

Wilayah Desa Sumogawe seluas ± 840 Ha sebagian besar wilayah tersebut merupakan lahan pertanian (Tegalan) = 540 Ha, Pekarangan = 285 Ha Kuburan = 2,5 Ha, fasilitas umum = 0,5 Ha, tanah kering = 6 Ha.

(44)

ini merupakan suatu bukti betapa tingginya produksi susu di wilayah tersebut . Potensi yang ada di Desa Sumogawe tidak hanya produksi susu perah saja tetapi juga kesenian rakyat, karena hampir di setiap dusun memiliki kesenian sendiri-sendiri di antaranya : Tarian rodad, reog, prajuritan yang pada setiap even-even tertentu ditampilkan bersama dilapangan desa.

3. Islam dan Sosial Keagamaan di Desa Sumogawe

Masyarakat Desa Sumogawe bukanlah masyarakat yang Agamis karena di wilayah Desa Sumogawe tidak ada pondok pesantren dan tidak banyak warga atau anak yang menuntut ilmu di pondok-pondok pesantren dikarenakan kesadaran orang tuanya yang masih kurang akan pentingnya ilmu agama.

(45)

pengajian kecil dari kampung ke kampung, mengajarkan sholawat al-berzanji, membaca tahlil, dan pengenalan akan pentingnya ilmu agama yang dilakukansecara perlahan-lahan akhirnya sedikit demi sedikit dapat merubah pola pikir masyarakat yang dulunya mereka masih percaya dengan hal-hal yang berhubungan dengan Animisme dan suka melakukan sesaji,tetapi kini kebiasaan itu lama- kelamaan mereka tinggalkan,walau belum sepenuhnya karena untuk acara-acara tertentu mereka masih menggunakan sesaji. Selain itu mereka yang dulunya penganut kepercayaan kini sudah mau beragama. Sampai saat ini Mbah munir masih tetap mengajarkan ilmu agama dan beliau sekarang mendirikan pusat pendidikan Islam di Dusun Pendingan dari mulai TK-IT, SD-IST, dan mengajar MADIN di rumahnya.

Di Desa Sumogawe sendiri,terdapat 4 agama yang terjalin kerukunan secara baik, dan mereka hidup rukun dalam bermasyarakat. Untuk mayoritas penduduk Sumogawe adalah beragama Islam, hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah masjid dan mushola di bandingkan dengan jumlah gereja dan vihara.

(46)

B. Kondisi Umum KUA Kecamatan Getasan 1. Tugas Pokok Pegawai Pencatat Nikah

Kantor Urusan Agama Kecamatan Getasan terletak di JL. Merbabu

Raya No.57. Jalan ini merupakan penghubung antara Kota Salatiga Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang, sehingga lokasi KUA dapat dikatakan strategis terutama dalam hal pelayanan kepada masyarakat Kecamatan Getasan. Selain itu KUA Kecamatan Getasan letaknya berdekatan dengan Kantor Camat Getasan, Polsek Getasan, Dinas Pendidikan, Puskesmas dan kantor dinas/instansi lainnya, sehingga memudahkan dalam hal koordinasi dan kegiatan lintas sektoral.

Kantor Urusan Agama Kecamatan Getasan mewilayai 13 Desa dengan jarak tempuh cukup jauh antara desa yang satu dengan desa yang lainnya bahkan jarak antara RW dalam satu desa agak jauh dibatasi tegalan dan perbukitan milik warga dengan jumlah penduduk yang belum padat.

Hal ini akan berpengaruh kepada operasional semua bidang kegiatan kegiatan KUA.

(47)

sebuah kebutuhan bagi setiap daerah. Secara umum tugas pokoknya adalah melaksanakan tugas Kantor Kementrian Agama Kabupaten/Kota.

Sebagai aparatur Kementrian Agama paling bawah bidang kerja yang harus ditangani Kantor Urusan Agama Kecamatan Getasan adalah:

1. Menangani administrasi nikah dan rujuk 2. Menangani administrasi kemasjidan 3. Menangani administrasi Haji 4. Menangani administrasi Zakat 5. Menangani administrasi Wakaf 6. Menangani administrasi produk halal 7. Menangani administrasi keluarga sakinah 8. Menangani bidang organisasi semi resmi 9. Bidang lintas sektoral

10.Bidang administrasi umum

2. Struktur Organisasi KUA Kecamatan Getasan

KEPALA

AMAT MULYOKO, S.Ag NIP. 197505222003121003

TATA USAHA & ADM UMUM

(48)

C. Hasil Wawancara dengan Pelaku Nikah Sirri

Untuk menjamin kenyamannan pelaku nikah sirri maka namanya nama-nama informan sengaja di samarkan.

1. Bapak Srd dan Ibu Swn

(49)

sedangkan Ibu Swn kelas 4 SD,jadi keduanya sama-sama tidak lulus SD untuk memenuhi kebutuan sehari-hari mereka bapak Srd bertani sedangkan ibu Suwarni berjualan di pasar. Menanggapi pernikahan Sirri mereka masyarakat Dusun setempat menerima dan tidak mempermasalahkanya karena daripada mereka tidak ada ikatan sama sekali (kumpul kebo) maka lebih baik mereka menikah sirri, dengan begitu hubungan mereka sudah sah menurut agama walaupun di mata hukum negara belum.

2. Edi dan Yn

(50)

3. Pty dan Psd

Data diperoleh melalui wawancara dengan tetanggga pelaku di kediamannya di Dusun Pringapus tertanggal 6 April 2014. Parti dan Pasidi keduanya sama-sama tinggal dalam satu Desa bahkan kalau dihubung-hubungkan keduanya masih ada hubungan kekeluargaan. Usia Pty kini sudah 39 tahun sedangkan Psd kini berusia 47 tahun. Sebelum menikah dengan Psd, Pty sudah menikah dengan orang lain yang dikaruniai satu orang anak laki-laki yang kini sudah duduk di bangku SMP, bahkan status keduanya sampai kini belum resmi bercerai. Sedangkan status Psd adalah duda, keduanya dinikahkan secara sirri oleh masyarakat untuk mempertanggung jawabkan perbuatanya , karna sudah berbuat yang tidak sepantasnya padahal Parti masih sah menjadi istri orang. Dari pernikahan sirri keduanya mereka dikaruniai seorang anak yang kini sudah duduk dibangku Sekolah Dasar, karena pernikahanya tidak catatkan di KUA oleh PPN maka dia tidak memiliki Akta Nikah sebagai syarat untuk membuat Akta Kelahiran anaknya.

4. Tari dan Moko

(51)

sama-sama bekerja di perusaan yang sama-sama. Status Moko saat itu adalah duda sedangkan tari statusnya masih menggantung karena dari pernikahan yang sebelumnya masih belum ada kejelasan hanya saja antara dirinya dan suaminya yang dulu sudah tidak ada komunikasi dan tinggal dalam satu rumah. Dari pernikahanya yang dulu Moko di karuniai dua anak 1 perempuan dan 1 laki-laki, anak perempuuanya ikut moko sedangkan anaknya yang laki-laki dibawa ibunya pulang ke Wonogiri. Sedangkan Tari dari pernikahanya dengan suami yang dulu dikaruniai 2 orang anak laki-laki yang masing-masing bernama: Aryo dan Bima. Alasan mereka menikah secara sirri karena bukti cerai dari Pengadilan Agama yang menjelaskan kalau tari sudah bercerai dengan suaminya tidak ada, sehingga dari pada mereka sudah hidup bersama dan tidak ada status yang jelas maka oleh orang tua Moko akirnya mereka dinikahkan secara sirri. Walaupun hanya sah menurut hukum agama saja menurut orang tuanya dan masyarat itu lebih baik dari pada mereka berzina.

5. Nar dan Pt

(52)

dikaruniai dua orang anak masing-masing satu laki-laki dan satu perempuan. Naryang bekerja sebagai sopir di Salatiga dan Siti yang tinggal di Tegal karena komunikasi yang tidak baik akirnya pernikahan yang keduapun tidak dapat dipertahankan dan mereka berpisah tanpa ada putusan cerai dari pengadilan.

Nar akirnya menikah lagi secara sirri dengan Pt yang berstatus gadis, dari pernikahan itu mereka dikaruniai satu orang anak laki-laki yang bernama Leo yang kini berusia 3 tahun. Alasan mereka menikah secara sirri karena status Nar yang belum resmi bercerai dengan Ibu Siti. Jadi, mereka tidak dapat menikah secara resmi dikarenakan tidak adanya persetujuan dari ibu Siti. Sehingga mereka hanya bisa menikah secara sirri dan tidak bisa menikah secara resmi dan teercatat di KUA. Sampai saat ini hubungan mereka masih belum sah menurut hukum pemeritah hanya sah menurut hukum agama dan masyarakat. ( Data di dapat dari saudara dekat Nar pada tanggal 5 januari 2014)

6. Rus dan Limin

(53)

juga sudah punya suami tetapi status mereka belum resmi bercerai. Setelah pernikahanya dengan Pak Min dirasa tidak harmonis, mbak suprih pergi ikut orang tuanya tranmigrasi ke Sumatra tanpa ada kepastian status yang jelas sampai bertahun-tahun sehingga pak Min memutuskan untuk menikah dengan Rus. Dari pernikahannya dengan Rus mereka dikaruniai tiga orang anak masing-masing 1 laki-laki dan 2 perempuan. Walaupun sebenarnya mbak suprih sudah memberikan ijin dan mau untuk tanda tangan tetapi karena jarak yang jauh antara Sumogawe dan Sumatra dan karena faktor biaya akirnya Pak Min memilih untuk menikah dengan Rus secara sirri. 7. Asih dan Arul

(54)

8. Yah dan Mono

(55)

kelahiran,lain karena status pernikahannya yang sirri tapi juga karena hingga kini suaminya tidak pernah kembali.

9. Yusmi dan Rmd

Ibu Yus menikah dengan Bp Rmd secara sirri pada tahun 2009 dari pernikahan itu mereka dikaruniai seorang anak yang bernama ayd yang kini berusia 5 tahun. Mereka memilih menikah secara sirri dikarenakan istri pertama dari bapak Rhm tidak bersedia memberi ijin kepada Pak Rmd untuk menikah secara resmi di KUA, walaupun merelakan bapak Rmd untuk beristri lagi karena antara istri-istri mereka masih ada hubungan keluarga kerena mereka masih satu kampung. Oleh karena itulah maka dalam Kutipan Akta Kelahiran anaknya hanya tercantum nama ibu tanpa ada nama ayahnya. 10.STN dan Skr

(56)

D. Upaya Pegawai Pencatat Nikah (PPN) Dalam Pencegahan Pernikahan Sirri di Desa Sumogawe Kec.Getasan

Dalam wawancara yang dilakukan dengan Bapak Mulyoko,SAg. Di Kantor KUA Kecamatan Getasan tertanggal 6 Pebruari 2014, dalam rangka untuk meminimalisir pernikahan sirri di Kecamatan Getasan kususnya untuk Desa Sumogawe PPN Kecamatan Getasan melakukan upaya-upaya diantaranya adalah:

1) Mengadakan sosialisasimelalui rapat koordinasi di Kecamatan yangdihadiri oleh tokoh Agama dan masyarakat, pejabat-pejabat terkait baik yang ada di Kecamatan, Desa, setelah itu dari Desa disosialisakan lagi ke Dusun melalui Kadus di Dusun masing-masing

2) Memberikan penjelasan tentang hukum nikah, syarat mendaftarkan nikah yang sesuai dengan ketentuan agama dan peraturan pemerintah melalui rapat koordinasi di Keamatan dengan petugas-petugas yang terkait.

3) Mengadakan penyuluhan melalui pengajian-pengajian yang ada diDesa-desa kusus untuk Desa Sumogawe melalui pengajian MUIS (Majelis Umat Islam Sumogawe) yang diadakan setiap selapan sekali setiap minggu pon.

4) Mengadakan nikah gratis untuk pasangan yang tidak mampu.

(57)

BAB IV

ANALISA HASIL PENELITIAN

A.Alasan Nikah Sirri di Desa Sumogawe

(58)

Urusan Agama setempat, karena status Pty yang masih sah menjadi istri orang dan tidak adanya surat putusan cerai suaminya dari Pengadilan Agama.

Begitu pula hal yang dilakukan oleh Tari, karena hubungan dengan suaminya yang terdahulu belum ada keterangan yang pasti maka menikah secara sirri memang harus dia lakukan karena tidak ada yang mau menjadi wali dalam pernikahannya. Maka daripada mereka sudah hidup bersama dan untuk menghindari perbuatan yang terlarang menjadi boleh maka oleh orang tua Moko mereka dinikahkan secara sirri dan masyarakat mau menerima keadaan mereka. Sama halnya pasangan Nar dan Pt, pernikahan sirri memang jadi pilihan akir kerena status Nar yang belum resmi bercerai dari istrinya yang ke dua.

Mbak Mini dan Limin juga mempunyai alasan yang hampir sama, kalau istrinya pak limin sudah memberikan ijin pak Limin untuk menikah lagi hanya saja karena jarak yang jauh istrinya kini tinggal di Sumatra sedangkan Pak Limin disini untuk mengurus administrasi ada kesulitan maka pak limin lebih memilih untuk menikah secara sirri dan istrinya juga menerima dan tidak mempermasalakannya.

(59)

sudah pergi meninggalkan dirinya. Sebagai istri dari pernikahan sirri dia tidak mampu menuntut dan berbuat apa-apa karena dia tidak memiliki bukti yang kuat karena pernikahannya tidak secara resmi dan tercatat di Kantor Urusan Agama setempat.

Kasus mbak Ynhampir sama dengan yang dialami oleh Yah hanya saja status mbak Yn disini sengaja tidak mencantumkan nama ayah dalam akta kelahirran anaknya dan dengan sengaja mencantumkan anaknya dalam KK kakeknya karena selain menikah secara sirri sebelum anaknya masuk sekolah suaminya meninggal karena sakit dan pernikahan mereka belum dicatatkan di Kantor urusan Agama. Lain halnya dengan Ibu Yusmi walaupun pernikahanya dengan Bapak Rmd telah diketahui oleh istri pertama Bapak Rmd tetapi dia tidak dapat mencatatkan pernikahannya itu secara sah di Kantor Urusan Agama, karena istri pertama Bapak Rmd tidak mengijinkan mereka menikah secara sah.Lain halnya yang dilakukan oleh ibu Stn suami yang tidak bertanggung jawab membuatnya sengaja tidak mencantumkan nama ayah kedalam Akta kelahiran anaknya.

(60)

dan karena faktor umur mereka yang belum memenuhi syarat untuk mendaftarkan nikah secara resmi.

Ada yang memiliki alasan tersendiri, bahwa tidak masalah jika mereka menikah secara sirri dengan anggapan bahwa melakukan pernikahan itu tidak harus dicatatkan di KUA dan tidak harus dihadapan Pegawai Pencatat Nikah.Mereka meyakini bahwa nikah sirri tidak ada masalah secara syar’iyah karena para pelaku nikah sirri sudah memenuhi rukun dan syarat nikah. Tidak ada hal yang menghalangi mereka untuk melakukan pernikahan, dan yang paling peting karena antara suami istri sudah sepakat untuk melakukan pernikahan.Adapun keluarga, tetangga, masyarakat sudah mengetahui , menerima keadaan mereka dan menganggap pernikaan mereka telah sah menurutagama walaupun pernikahan mereka tidak dicatatkan di KUA.

B. Status Hukum Pernikahan Sirri

(61)

Secara hukum, istri dari pernikahan sirri tidak dianggap istri yang sah. Apabila suami meninggal maka istri tidak mempunyai kekuatan hukum jika terjadi perselisihan mengenaipembagian harta waris. Disamping itu, istri tidak berhak atas harta gono-gini jika terjadi perpisahan, karena secara hukum pernikahandianggap tidak pernah terjadi. Tidak hanya secara hukum tetapi akibat dari pernikahan sirri adalah dampak sosial masyarakat, istri akan sulit bersosialisasi karena mereka sering di anggap sebagai istri simpanan atau yang lebih menyakitkan kadang mereka di anggap sebagai pasangan kumpul kebo.

C . Status Anak yang lahir dari pernikahan sirri

(62)

anak tersebut tidak mengetahui orang tuanya, anak yang lahir dari perkawinan yang tidak dicatatkan di Kantor Urusan Agama atau Kantor Catatan Sipil, anak yang lahir dari perkawinan adat, tidak dilaksanakan secara adat, tidak di daftar Kantor Catatan Sipil atau Kantor Urusan Agama Kecamatan.

Perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada anak luar kawin sebagaimana tersebut di atas agar terlepas dari beban kehidupan yang berat adalah dengan jalan pengakuan atau pengesahan dan pengangkatan.

Lembaga pengakuan anak dalam hukun perdata di atur dalam Pasal 272 Kitab Undang-Undang hukum Perdata di mana dikemukakan bahwa anak di luar kawin (natuurlijk kind), kecuali yang dilahirkan dari perzinaan atau penodaan darah, tiap-tiap anak yang lahir di luar perkawinan apabila bapak dan ibunya melaksanakan perkawinan, maka anak tersebut menjadi anak sah jika bapak dan ibunya sebelum melaksanakan perkawinan mengakuinya menurut ketentuan undang- undang atau pengakuan itu dilakukan dalam akta tersendiri.

(63)

Begitu pula dalam Undang-Undang Perkawinan pasal 42 bahwa anak yang sah adalah anak yang terlahir dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah. Dalam pernikahan sirri adalah anak, ketika anak bergaul dengan teman-teman sebayanya kadang kala ditanyakaan keberadaan ayahnya. Dan apabila anak itu terlahir perempuan maka ketika menikah akan ditanyakan keberadaan ayah kandungnya sebagai wali, dengan begitu akan memberikan dapak yang mendalam secara sosial dan spikologis bagi anak dan ibunya. Karena status anak bukanlah anak yang sah menurut hukum negara.

Jaminan dan Identitas Diri Kewarganegaraan .

Jaminan Kewarganegaraan dapat dibuktikan dengan adanya akta kelahiran . NO Informan Jumlah Anak Identitas Anak Keterangan

1 Swn dan Srd 1 Nur S Terkendala

Akta Nikah

2 Edi dan Ynt 1 Rizki Terkendala

Akta Nikah dan KK

3 Prt dan Psd 1 Tio Terkendala

Akta Nikah

4 Tari dan Mko - - Terkendala

Akta Nikah

(64)

Akta Nikah

6 Ash dan Arl 1 Dio Terkendala

Akta Nikah

7 Yah dan Dmr 1 Joko Akta atas

Nama Ibu

8 Mini dan Limin 3 Novi,Madi,

Aira

Terkendala Akta Nikah

9 Ysm dan Rmd 1 Ayda Akta Atas

Nama Ibu

10 Stn dan Skr 1 Pasya Akta Atas

Nama Ibu

Dalam Undang-Undang No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak disebuttkan hak-hak anak yang antara lain memperoleh nama sebagai identitas diri dan sratus kewarganegaraan, hak memperoleh pendidikan dan pengajaran, hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan soial serta hak mendapatkan perlindungan dari perlakuan diskriminasi dan eksploitasi.

(65)

kelahiran, maka didalam akta kelahirannyapun statusnya dianggap sebagai anak luar nikah, sehingga hanya dicantumkan nama ibu yang melahirkannya.

Bisa dikatakan bahwa semua kebutuhan anak berawal dari bukti perkawinan orang tuanya. Anak yang terlahir dari pernikahan yang tidak sah tetap diakui sebagai warga Negara Indonesia oleh pemerintah seperti yang tertuang dalam pasal 4 UU No 12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan.

Identitas adalah seuatu hal yang penting dalam kehidupan manusia slain nama pemberian orang tuanya adalah akta kelahian. Akta kelahiran adalah akta hasil pencatatan sipil hasil pencatatan terhadap peristia kelahiran seseorang. Manfaat dari kepimilikan akta kelahian yaitu: menjadi bukti bahwa negara mengakui atas identitas seseorang yang menjadi warganya.Sebagai alat bukti dan data dasar bagi pemeritas untuk menyusun anggaran pemeritah diantaranya: anggaran pendidikan, sosial, pendidikan,pendidikan, kesehatan perlindungan anak dan lain-lain. Identitas diri anak dapat dijadikan alat bukti bagi anak untuk mendapatkanhak waris dari orang tuanya, untuk mencegah pemalsuan umur, tindak kekerasanterhadap anak dan hak-hak lainnya sebagai warga negara.

Akta kelahiran bagi negara berfungsi untuk mengetahui data anak secara akurat di seluruh Indonesia untuk kepentingan perencanaan dan gua menyusun data statistk negara yang dapat menggambarkan demografi kecenderungan dan karakteristik penduduk serta arah perubahan sosial yang terjadi.

(66)

pengantar dari RT setelah itu dibawa kekelurahan dan dari kelurahan diberi surat pengantar dari keurahan, membawa surat kelahiran, membawa foto kopi Kartu Keluarga, foto kopi KTP kedua orang tuanya dan yang pentun membawa akta nikah kedua orang tuanya, untuk peraturan yang sekarang persyaratan yang tersebut diatas ditambah dengan mendatangkan dua saksi beserta foto kopi KTP yang masih berlaku.

Dari ketentuan yang biasa berlaku diatas untuk pasangan nikah sirri sadar akan dampak dari pernikahan mereka bagi status anak yang dilahirkanya adalah akta kelahiran tidak mencantumkan nama ayah dari anak tersebut. Mereka yang hanya mencantumkan nama ibunya saja dalam akta kelahiran anaknya harus menggunakan KK dan surat kelahiran dari bidan atau kelurahan.

(67)

Setiap Warga Negara Berhak mendapatkan Pendidikan hal ini erat kaitannya dengan masa depan anak, begitu pula dengan anak yang lahir dari pernikahan sirri,

No Informan Pendidkan Anak Keterangan

1 Swn dan Srd Sudah Sekolah Daftar dengan

Surat Ket dari Desa

2 Edi dan Ynt - Balita

3 Prt dan Psd SD Daftar dengan

Surat Kelahiran

4 Tari dan Mko - -

5 Nrm dan Prt - Balita

6 Ash dan Arl - Balita

7 Yah dan Dmr SD Daftar dengan

Akta

8 Mini dan Limin SD, SMA Surat Kelahiran

9 Ysm dan Rmd TK Daftar dengan

Akta atas nama Ibu

10 Stn dan Skr TK Daftar dengan

(68)

Namun ada juga pasangan yang dengan sengaja ikut dalam KK orang tuanya sehingga untuk mengurus KTP, Akta Kelahiran untuk anak, mereka sengaja membawa Kartu Keluarga dari orang tuanya. Sedangkan bagi anak mereka yang sudah dewasa, dalam membuat KTP biasanya tidak mengalami kesulitan. Kartu Tanda Penduduk merupakan identitas resmiseorang sebagai warga Indonesia.Kartu Tanda Penduduk wajib dimiliiki oleh seluruh penduduk yang telah beruia 17 tahun dan atau telah menikah. Syarat untuk membuat KTP adalah dengan membawa surat pengantar dari RT atau kelurahan, foto kopi KK, foto kopi surat kelahiran yang bersangkutan. Seorang anak yang terlahir dari pernikahan sirri yang tidak mempunyai Akta Kelahiran ini bisa membuat KTP, dikarenakan biasanya mereka dekat dengan pegawai kelurahan atau dengan pegawai kecamatan.

(69)

Anak yang terlahir dari pernikahan sirri mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pendidikan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi : Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Sekolah adalah sarana pendidikan di Indonesia yang dibuat oleh pemeritah.Syarat-syara pendaftaran sekolah pada umumnya adalah Surat Kelahiran/akta kelahiran, foto kopi KK, ijazah terakhir dan mengisi blangko pendaftaran yang disediakan oleh pihak sekolah. Sehingga bagi calon siswa yang syaratnya belum memenuhi biasanya akan mengalami kesulitan dalam mendaftar sekolah.

Untuk mendaftar sekolah terutama jenjang TK biasanya bagi calon siswa yang tidak memiliki persyaratan seperti yang tersebut diatas, biasanya mereka hanya menyerahkan surat kelahiran dan mengisi blangko pendaftaran. Selebihnya untuk jenjang–jenjang berikutnya mereka membawa ijazah dari sekolah yang sebelumya dan kalaupun dari pihak sekolah menyuruh mengumpulkan KK biasanya mereka akan mengikutkan dalam KK kakeknya

(70)

mungkin, maka secara otomatis mengurangi biaya pengobatan. Selain itu anak balita memerlukan asupan gizi yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan otak dan badannya untuk masa depannya kelak.

Perlindungan sosial merupakan sarana yang didalamnya terdapat jaminan sosial dan asuransi kesehatan sosial. Jadi perlindungan sosial adalah dasar dari seluruh bentuk jaminan sosial yang memayungi semua kegiatan. Wujud dari jaminan sosial itu sendiri mencankup jaminan kesehatan, jaminankecelakaan kerja, jaminan haari tua, jaminan pesiun, dan jaminan kematian.

Di wilayah Getasan sendiri untuk jaminan kesehatan menggunakan jamkesmas dan ada juga jampersal untuk ibu hamil. Untuk dapat memperoleh jamkesmas dan jampersal biasanya warga didata oleh RT setempat selanjutnya warga diminta mengumpulkan fotokopi kartu keluarga dan KTP sama halnya dengan jampersal ibu hamil didata langsung oleh petugas atau kader posyandu.Kartu jamkesmas biasanya digunakan untuk berobat ke puskesmas dan untuk rujukan ke rumah sakit, sehingga dengan membawa jamkesmas atau kartu jampersal maka mereka akan mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis tanpa di pungut biaya.

(71)

untuk pegobatan yang selanjutnya mereka hanya akan dikenai biaya Rp 1000 untuk dana PMI.

Bagi anak pasangan nikah sirri yang masih balita bisanya memperoleh pelayanan kesehatan dan asupan gizi dari posyandu yang umumnya diadakan sebulan sekali yang bertempat di rumah bapak kadus masing-masing. Untuk pelayanan kesehatan ini ibu balita hanya akan di tanya tentang identitas anak dan nama orang tua tanpa harus menyerahkan akta kelahiran dan sebagainya.

Anak yang terlahir dari pernikahan sirri ketika telah dewasa pasti akan berinteraksi sosial dengan masyarakat sekitar, baik itu ketika bekerja ataupun ketika kelak dia akan kerumah tangga. Maka dia akan mengalami kesulitan ketika harus melengkapi syarat-syarat administrasi yang dibutuhkan seperti contoh untuk mendaftarkan nikah pastinya akan akan ditanyakan akta nikah orang tuanya, akta kelahirannya dan KK orang tuanya.

D. Upaya Pegawai Pencatat Nikah (PPN) dalam Pencegahan Pernikahan

Sirri

(72)

Dalam wawancara yang dilakukan dengan Kepala KUA Kecamatan Getasan tertanggal 6 pebruari 2014, dalam upaya untuk meminimalisir banyaknya pernikahan sirri di kecamatan Getasan kususnya Desa Sumogawe, maka Pegawai Pencatat Nikah senantiasa mengadakan penyuluhan hukum tentang nikah sirri serta memberikan penjelasan tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam mendaftarkan nikah, agar tidak ada lagi alasan-alasan bagi pasangan pengantin yang menikah secara sirri karna faktor administrasi.

Selain itu Pegawai Pencatat Nikah juga mengadakan sosialisasi nikah melalui rapat koordinasi di kecamatan yang menghadirkan tokoh agama,dan masyarakat serta pejabat-pejabat terkait baik yang ada di Kecamatan,Desa, selanjutnya oleh pejabat desa (Kades) di sosialisasikan ke dusun-dusun di wilayah desa masing-masing. Untuk Desa Sumogawe biasanya Kepala Desa atau pejabat yang terkait akan mensosialisasikan nikah beserta dampak-dampak daripada pernikahan sirri atau pernikahan yang tidak dicatatkan secara resmi di KUA baik terhadap anak maupun ibunya. Dalam mensosialisasikan hal-hal yang berhubungan dengan pemeritahan dan agama pejabat Desa (lurah) melalui pengajian-pengajian seperti di MUIS (Majlis Umat Islam Sumogawe) yang diadakan selapan sekali setiap minggu pon.

(73)

termasuk dalam katagori warga yang tidak mampu.Selain nikah secara gratis PPN Kecamatan Getasan bekerja sama dengan Forum Pegawai Dan Karyawan Muslim (FKPM) mengadakan nikah masal yang mana untuk administrasinya nikah biasanya masing-masing pasangan berbeda tanggal penetapan nikah, walaupun pelaksanaannya dalam satu hari.

Banyaknya praktek nikah sirri di Desa Sumogawe biasanya karena faktor kurangnya pengetahuan masyarakat tentang dampak daripada pernikahan sirri baik terhadap anak yang dilahirkan maupun dampak untuk ibunya. Selain itu kehadiran pasangan nikh sirri juga diterima oleh masyarakat karena mereka beranggapan bahwa pernikahan sirri itu sudah sah menurut agama walaupun tidak tercatat di KUA setempat. Masyarakat dan orang tua mempelai lebih memilih menikahkan anak-anaknya secara sirri dari pada diantara mereka tidak ada hubugan yang jelas setidaknya mereka tidak lagi zina, dan pernikahan itu telah sah menurut agama.

Banyaknya pernikahan sirri yang terjadi di Desa Sumogawe lebih karena faktor suami atau istri yang masih dalam status belum resmi bercerai dengan pasangan yang sebelumnya, administrasi yang belum memenuhi syarat, dan umur yang belum sesuai dengan Undang-Undang Perkawinan.

(74)

bahwa tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pernikahan sirri untuk wanita yang sratusnya masih belum resmi cerai dengan tetapi melukan pernikahan sirri maka secara hukum pemerintah pernikahannya tersebut tidak sah, karena ukuran jatuhnya talak apabila telah ada Akta talak yang di keluarkan oleh Pengadilan Agama. Akta talak itulah yang nantinya menjadi awal dimulainya penghitungan iddah seorang wanita yang telah dicerai. Tetapi menurut agama apabila seorang suami telah menjatuhkan ucapan talak (pegat) untuk istrinya maka secara agama maka istri tersebut sudah bukan lagi isrinya.

Untuk kasus yang terjadi di Sumogawe ada sebagian dari pasangan nikah sirri yang mana status mereka secara hukum belum resmi bercerai dari suami atau istri mereka yang sebelunya tetapi dalam pasal 116 KHI alasan-alasn perceraian di antaranya adalah:(1) Salah satu pihak berbuat zina atau pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar di sembuhkah. (2) Salah satu pihak meniggalkan pihak lain selama 2 (dua tahun) berturut-turut tanpa izin pihak lain tanpa alasan yang sah atau kkarena hal lain diluar kemampuannya.

(75)
(76)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian ini, minimal akan menjawab semua pertanyaan yang ada pada rumusan masalah. Adapun simpulan yang dimaksud, adalah sebagai berikut :

1. Adapun pandangan Warga Desa Sumogawe tentang nikah sirri adalah : a. Keyakinan masyarakat di Desa Sumogawe “ daripada melakukan Kumpul

Kebo lebih baik nikah secara sirri”.

b. Pernikahan sirri menurut mereka sah sepanjang telah terpenuhi syarat dan rukunnya.

c. Nikah sirri biayanya lebih murah selain itu tidak berbelit-belit.

(77)

a. Jika ada anak yang terlahir dalam pernikahan sirri, itu maka status anak itu di pertanyakan, pasalnya anak sah adalah anak yang terlahir dari hubungan pernikahan antara suami dan istri yang dicatatkan.

b. Jika terjadi perceraian, baik suami ataupun isteri tidak dapat menuntut harta gono-gini diantara mereka.

c. Jika salah satu diantara mereka ada yang meninggal, maka mereka tidak saling mewarisi.

3. Upaya PPN dalam pencegahan maraknya nikah sirri di Desa Sumogawe diantaranya adalah:

a. Memberikan penyuluhan dan sosialisasi hukum nikah, syarat-syarat mendaftarkan nikah yang sesuai dengan ketentuan agama dan Peraturan Pemerintah melalui rapat koordinasi di Kecamatan dengan petugas-petugas yang terkait.

b. PPN dengan bekerjasama dengan pihak-pihak yang terkait mengadakan nikah massal dan nikah gratis

B. Saran

Berbagai masalah akan timbul dari Pernikahan sirri, maka penulis mencoba memberikan saran kepada semua pihak yang terkait dengan pernikahan sirri.

(78)

memberikan penyuluhan kepada tokoh masyarakat, seperti kyai, modin,dan yang lainnya. Penyuluhan ini dimaksudkan agar mereka tidak lagi menikahkan pasangan yang ingin menikah secara sirri mengingat akibat yang ditimbulkan oleh pernikahan secara sirri.

2. Pegawai Pencatat Nikah hendaknya selalu aktif dalam melakukan sosialisasi secara rutin agar pasangan yang belum menikah ataupun sudah terlanjur menikah secara sirri untuk segera mencatatkan pernikahan mereka secara sah di Kantor Urusan Agama setempat. Pegawai Pencatat Nikah juga harus melakukan penertiban bagi pasangan nikah sirri dengan menyelengarakan nikah gratis dan nikah masal untuk pasangan yang tidak mampu.

3. Bagi pasangan yang ingin menikah sirri hendaknya mempertimbangkan lagi mengingat dampak yang akan terjadi baik terhadap istri maupun anak yang dilahirkan.

(79)

DAFTAR PUSTAKA

Sabiq, Sayyid. 1990. Fiqih Sunnah Jild 6, Bandung : Al Ma’arif

Al Jaziri, Abdurrahman. 1999. Kitab al Fiqih ‘Ala al Madzahib Al Arba’ah juz IV. Beirut, Lebonan : Darl Fikr.

Nurhadi, Dedi. 2003. Perkawinan Di Bawah Tangan Praktik Nikah Siri Mahasiswa Jogja. Jogjakarta : Saujana

Azwar, Saifuddin. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Arikunto, Suharsimi. 1998. Produser Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Syarifuddin, Amir. 2006. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan Undang Perkawinan. Jakarta : Pranada Media

Nurhaedi, Deni. 2003. Perkawinan dan Azhari Akmal Tarigan. 2006. Hukum

Perdata Islam di Indonesia Studi Kritis Perkembangan hokum Islam dari

Fikih UU No 1/1974 sampai KHI. Jakarta: Kencana.

Badan Pusat Statistik. Kabupaten Semarang Dalam Angka 2013.

Departemen Agama. 2000. Komplikasi Hukum Islam di Indonesia

(80)

Zuhdi, Masjfuk. 1996. Nikah Siri, Nikah Di Bawah Tangan Dan Status Anaknya Menurut Hukum Islam Dan Hukum Positif. Mimbar Hukum. No 28 thn.VII. Jakarta: Al Hikmah & DITBINBAPERA Islam

Undang-Undang Perkawinan no 1 tahun 1974

Undang-Undang Perlindungan Anak no 23 tahun 2002

(81)
(82)
(83)
(84)

Gambar

Tabel

Referensi

Dokumen terkait

Ketiga , tinjauan mashlahah terhadap tiga kasus perkawinan yang dilangsungkan tidak di hadapan dan di bawah pengawasan Pegawai Pencatat Nikah, sebagai berikut : Dari segi

berarti secara rahasia, secara sembunyi-sembunyi atau misterius.Nikah bawah tangan, nikah agama, kawin sirri, atau lebih popular dengan nikah sirri merupakan pernikahan yang

rukun dan syarat perkawinan yan g sesuai dengan syari’at Islam yang dilakukan di hadapan pegawai pencatat nikah Kantor Urusan Agama

Sebagian masyarakat terutama calon pengantin di wilayah KUA kecamatan candi belum mengetahui mengenai dihapuskannya Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) sehingga masih

Dampak dari pernikahan sirri banyak yang akan ditimbulkan di kemudian hari akibat nikah sirri ini, bagi istri tidak sah dimata hukum kalau tidak dikasih nafkah

Untuk dapat menanggulangi perkawinan di bawah umur tersebut Peran Pegawai Pencatat Nikah (PPN) sangat di butuhkan karena dalam menanggulangi perkawinan dibawah umur bisa

Dalam pelaksanaan pernikahan, khususnya yang masih menggunakan pernikahan adat tumpeng masih menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab

Tetapi, pernikahan yang tidak dicatatkan oleh Pegawai Pencatat Nikah, maka sesungguhnya tidak sesuai dengan tujuan dari pernikahan itu sendiri, dan tidak sesuai dengan maqashid syariah