• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN BARANG KIRIMAN KONSUMEN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 08 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi Kasus di PT. Pos Indonesia Cabang Ungaran) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERLINDUNGAN BARANG KIRIMAN KONSUMEN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 08 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi Kasus di PT. Pos Indonesia Cabang Ungaran) - Test Repository"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN BARANG KIRIMAN KONSUMEN

DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 08 TAHUN 1999

TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi Kasus di PT.

Pos Indonesia Cabang Ungaran)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Asma’ Rasyidah

NIM: 214 14 064

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI

AH

FAKULTAS SYARI

AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

PERLINDUNGAN BARANG KIRIMAN KONSUMEN

DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 08 TAHUN 1999

TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi Kasus di PT.

Pos Indonesia Cabang Ungaran)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Asma’ Rasyidah

NIM: 214 14 064

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI

AH

FAKULTAS SYARI

AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)

SALATIGA

(4)

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga

di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Asma’ Rasyidah

NIM : 214-14-064

Judul : PERLINDUNGAN BARANG KIRIMAN

KONSUMEN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG

NO. 08 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN

KONSUMEN (Studi kasus di PT. Pos Indonesia

Cabang Ungaran)

Dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan

dalam sidang munaqosyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 25 September 2018 Pembimbing,

(5)
(6)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Asma’ Rasyidah

NIM : 214-14-064

Jurusan : Hukum Ekonomi Syari’ah

Fakultas : Syari’ah

Judul Skripsi : PERLINDUNGAN BARANG KIRIMAN

KONSUMEN DITINJAU DARI

UNDANG-UNDANG NO. 08 TAHUN 1999 TENTANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi kasus

di PT. Pos Indonesia Cabang Ungaran)

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya ini adalah asli karya atau penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi dari karya orang ain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam penelitian ini dan disebutkan acuan daftar pustaka.

Demikian peryataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan boleh dipublikasikan oleh IAIN Salatiga.

Salatiga, 25 September 2018 Penulis

(7)

MOTTO

مِه ِسُفْ نَأِب اَم اوُرِّ يَغُ ي َّتََّح ٍمْوَقِب اَم ُرِّ يَغُ ي لا َهَّللا َّنِإ

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga

mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

(Qs. Ar-Rad ayat 11)

“Jika kau tak tahan dengan lelahny

a belajar,

maka kau harus sanggup menahan perihnya

(8)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini kepada :

1. Kedua orang tuaku, Bapak Rusyadi dan Ibu Nasiyah yang tidak pernah

berhenti untuk mendoakan kesuksesan anaknya ini, segala tenaga dan usaha

yang telah dilimpahkan kepadaku.

2. Kakakku tercinta Indah Rustiawati dan Suami, serta adikku tersayang

Wildan Imaduddin, yang selalu membantu doa, tenaga dan suportnya yang

tak pernah lelah memberi tanpa pamrih.

3. Keluarga besarku, Mbah Nuri (Alm) dan Mbah Sardini (Alm) yang selalu

menjadi penyemangat di dalam proses pertumbuhanku.

4. Ibu Dra. Siti Muhtamiroh, MSI. sebagai dosen pembimbing skripsi, yang

telah banyak membantu dalam memberikan masukan dan ilmunya kepada

saya.

5. Kawan-kawanku, Shofwatul Khasanah, Mifta Chullani, Alfiyah, Apriliani

yang telah memberikan semangat, saran, dukungan serta motivasinya tiada

(9)

KATA PENGANTAR

ِميِحَّرلا ِنَْحَّْرلا ِهَّللا ِمْسِب

Alhamdullilahirobil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat kepada mahluknya yang ada di alam semesta ini. Berkat rahmat, karunia, serta izin-Nyalah penulis bisa menyelesaikan skripsi ini

yang berjudul “PERLINDUNGAN BARANG KIRIMAN KONSUMEN

DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 08 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi kasus di PT. Pos Indonesia Cabang Ungaran)”.

Sholawat serta salam mudah-mudahan dilimpahkan kepada khotamul

anbiya, Nabi Muhammad saw. yang telah menyelamatkan ummat manusia dari

gelap kejahiliyaan kepada cahaya illahiyah yang terang benderang.

Banyak pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyelesaian

penelitian ini. Kami mengucapkan terimakasih yang tulus kepada mereka semua

yang telah berjasa untuk ini semua:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri Salatiga.

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari’ah Institut

Agama Islam Negeri Salatiga.

3. Ibu Heni Satar Nurhaida, MSI. selaku Ketua Program Studi Fakultas

Syari’ah yang telah mengizinkan penulis untuk membahas judul skripsi

ini.

4. Ibu Dra. Siti Muhtamiroh, MSI. selaku pembimbing yang selalu

(10)

5. Para staf administrasi akademik yang begitu sabar mengurusi segala

macam kepentingan dalam skripsi ini.

6. Kepada Bapak Rusyadi dan Ibu Nasiyah, kakak tercinta Indah Rustiawati

beserta Suami, dan adik tersayang Wildan Imaduddin yang telah

mengorbankan segalanya dengan tulus dan ikhlas dengan kebesaran

jiwanya.

7. Kepada Bapak Nurcholis beserta semua pegawai kantor pos yang telah

mau meluangkan waktunya dan membantu dalam segala kepentingan

penulisan penelitian ini.

8. Kepada kawan-kawanku KKN 2018 Posko 09 Kecamatan Candimulyo,

Kabupaten Magelang dan teman-teman seperjuangan khususnya Jurusan

Hukum Ekonomi Syari’ah, yang telah memberikan banyak motivasi,

semangat, dan banyak membantu dalam penulisan skripsi ini.

Harapan bagi penulis semoga apa yang sudah diinginkan dapat bermanfaat

bagi semua orang khusunya penulis. Walaupun jauh dari kata sempurna, semoga

Allah SWT bisa meridhai dengan apa yang kita lakukan. Aminnn

Salatiga, 25 September 2018

Penulis

Asma’ Rasyidah

(11)

ABSTRAK

Rasyidah, Asma’ (2018). Perlindungan Barang Kiriman Konsumen Ditinjau dari Undang-Undang No. 08 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi Kasus di PT. Pos Indonesia Cabang Ungaran). Skripsi. Fakultas Syariah. Jurusan Hukum Ekonomi Syariah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Muhtamiroh, MSI.

Kata Kunci: Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 08 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen telah menyebutkan bahwa yang di maksud perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Sebagaimana PT. Pos Indonesia Cabang Ungaran yang merupakan pelaku usaha dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pelayanan, harus selalu berusaha untuk melindungi barang kiriman konsumen dan mengedepankan kepentingan konsumen daripada mengejar keuntungan. Dengan komitmen pelayanan yang diberikan, maka dari latar belakang tersebut penulis fokus meneliti tentang: 1. Bagaimana bentuk pertanggungjawaban PT. Pos Indonesia Cabang Ungaran terhadap pengiriman barang? 2. Bagaimana tinjauan Undang-Undang No. 08 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen terhadap pengiriman barang pada PT. Pos Indonesia Cabang Ungaran?.

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang dipakai penulis adalah penelitian kualitatif yang menggunakan jenis pendekatan field research, yaitu jenis penelitian yang terjun langsung ke lapangan guna mengadakan penelitian pada obyek yang dibahas. Serta menggunakan pendekatan yuridis normatif yang dilakukan dengan hanya meneliti bahan pustaka atau data sekunder, yang mungkin mencakup bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi serta dokumentasi.

(12)

DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...4

C. Tujuan ...4

D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian...5

E. Penegasan Istilah ...6

F. Tinjauan Pustaka ...7

G. Metode Penelitian ...9

H. Sistematika Penulisan ...13

BAB II BENTUK-BENTUK PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Tinjauan Perjanjian Pengangkutan 1. Pengertian Perjanjian Pengangkutan ...15

2. Dasar Hukum ...15

3. Jenis-jenis Perjanjian Pengangkutan ...16

4. Pertanggungjawaban Pengangkutan ...17

(13)

2. Hak dan Kewajiban Konsumen ...21

3. Pengertian Perlindungan Konsumen...22

4. Asas-asas Perlindungan Konsumen...24

5. Pengertian Pelaku Usaha...25

6. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha...25

7. Perbuatan yang Dilarang Pelaku Usaha...26

8. Tanggungjawab Pelaku Usaha...28

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PT. POS INDONESIA CABANG UNGARAN A. Gambaran Umum PT. Pos Indonesia Cabang Ungaran ...32

1. Sejarah PT. Pos Indonesia...32

2. Motto, Visi dan Misi PT. Pos Indonesia Cabang Ungaran...33

3. Stuktur Organisasi PT. Pos Indonesia Cabang Ungaran...35

4. Layanan PT. Pos Indonesia Cabang Ungaran...41

B. Bentuk Perlindungan Barang Kiriman PT. Pos Indonesia Cabang Ungaran ...57

BAB IV ANALISIS UNDANG-UNDANG NO. 08 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP BARANG KIRIMAN PADA PT. POS INDONESIA CABANG UNGARAN Analisis Undang-Undang No. 08 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dalam Pertanggungjawaban Pengiriman Barang di PT. Pos Indonesia Cabang Ungaran...64

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...69

B. Saran ...70

DAFTAR PUSTAKA ...71

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di zaman yang sudah serba modern ini, banyak masyarakat ingin

melakukan segala pekerjaannya secara cepat agar dapat memanfaatkan

waktu dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, waktu untuk melakukan

pekerjaan yang lain pun tidak akan ikut terganggu meskipun sedang

berhadapan dengan banyaknya pekerjaan. Kemajuan pesat ilmu

informatika dan teknologi juga sangat mempengaruhi dalam kehidupan di

masyarakat saat ini, terutama dalam bidang pelayanan barang dan jasa.

Pemenuhan barang dan jasa menjadi pokok terpenting dalam

kehidupan bermasyarakat. Mereka rela melakukan berbagai cara agar

kebutuhannya bisa terpenuhi, entah itu mereka mencarinya sendiri ataupun

melalui pengiriman. Pada zaman dahulu pun sudah dikenal berbagai

sarana untuk mendukung pengiriman tersebut, diantaranya pemenuhan

tersebut adalah pemenuhan pertukaran informasi adalah melalui email, fax, SMS (Short Message Service) dan pos. Sedangkan pemenuhan barang bisa dilakukan pengiriman melalui kapal dan kereta api. Dan seiring

perkembangan teknologi pengiriman barang-barang tersebut bisa

dilakukan dengan menggunakan pesawat terbang, sehingga lebih cepat dan

(15)

merta menghapus peranan pos hingga saat ini, mengingat perkembangan

pos sekarang semakin pesat dan semakin luas jangkauannya.

Di Indonesia, nama besar PT. Pos Indonesia telah lama dikenal

oleh masyarakat. PT. Pos Indonesia ini juga telah beberapa kali mengalami

perubahan status mulai dari Jawatan PTT (Post, Telegraph, dan

Telephone). Lalu berubah status menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel). Seiring berkembangnya waktu, pada tahun

1965 berganti menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos dan

Giro) dan pada tahun 1978 berubah menjadi Perum Pos dan Giro. Hingga

pada tahun 1995 tepatnya tanggal 20 Juni, berubah menjadi Perseroan

Terbatas dengan nama PT. Pos Indonesia (Persero) sampai sekarang.

PT. Pos Indonesia juga mempunyai visi dan misi tersendiri. Visi

PT. Pos Indonesia yaitu menjadi raksasa logistik dari timur. Misi PT. Pos

Indonesia diantaranya adalah berperan penting sebagai aset yang berguna

bagi bangsa dan negara, menciptakan tempat berkarya yang

menyenangkan guna berkontribusi secara maksimal dan menyediakan

layanan prima yang menjadi pilihan pertama bagi para pelanggan. Produk

PT. Pos Indonesia antara lain, surat dan paket meliputi:pos express, surat pos biasa (standar), paket pos, pos kilat khusus,express mail service

(EMS) dan admail pos, jasa keuangan meliputi: pospay, weselpos, giropos, fund distribution,bankchaneling, integrasi logistik dan ritel.

Salah satu tugas PT. Pos Indonesia adalah melakukan pengiriman

(16)

perjanjian adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Sedangkan

perjanjian pengangkutan adalah suatu perjanjian dimana satu pihak

menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang dari satu

kelain tempat, sedangkan pihak yang lainnya menyanggupi akan

membayar ongkosnya (Subekti, 1995:69). Dalam perjanjian pengangkutan

itu pihak pengangkut dapat dikatakan sudah mengakui menerima

barang-barang dan menyanggupi untuk membawanya ketempat yang telah

ditunjuk dan menyerahkannya kepada orang yang dialamatkan. Apabila si

pengangkut melalaikan tugas dan kewajibannya, maka pada umumnya

akan berlaku peraturan-peraturan yang untuk itu telah ditetapkan dalam

Buku III dari KUHPerdata, yaitu dalam Pasal 1234 dan selanjutnya.

Selama pengiriman dan pengangkutan yang dilakukan oleh PT. Pos

Indonesia, masih sering terjadi beberapa kelalaian yang mengakibatkan

kualitas pelayanan PT. Pos Indonesia menjadi buruk dimata konsumen.

Diantara kelalaian-kelalaian yang sering terjadi adalah keterlambatan

pengiriman, kerusakan barang kiriman, bahkan sampai terjadihilangnya

barang kiriman. Kelalaian seperti itu semakin hari bukannya semakin

berkurang, malah bisa semakin bertambah karena semakin banyaknya

barang yang akan dikirim melalui PT. Pos Indonesia tersebut.

Mengetahui kejadian-kejadian tersebut, perlu dipertanyakan lagi

bagaimana pertanggungjawaban barang kiriman yang disebabkan oleh

(17)

tinjauan Undang-Undang No. 08 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen mengenai kejadian tersebut.

Dari uraian latar belakang diatas, peneliti bermaksud membahas

lebih jauh tentangperlindungan barang kiriman konsumen yang

menggunakan jasa kantor pos. Berdasarkan alasan-alasannya dan

relevansinya dalam bentuk penelitian berupa: “PERLINDUNGAN

BARANG KIRIMAN KONSUMEN DITINJAU DARI

UNDANG-UNDANG NO. 08 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN

KONSUMEN (Studi Kasus di PT. Pos Indonesia Cabang Ungaran)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang timbul dalam

penilitian ini adalah:

1. Bagaimana bentuk pertanggungjawaban pada PT. Pos

Indonesia Cabang Ungaran terhadap pengiriman barang?

2. Bagaimana tinjauan Undang-Undang No. 08 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen terhadap pengiriman barang

pada PT. Pos Indonesia Cabang Ungaran?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok bahasan diatas, maka yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bentuk pertanggungjawaban pada PT. Pos

(18)

2. Untuk mengetahui tinjauan Undang-Undang No. 08 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen terhadap pengiriman

barang pada PT. Pos Indonesia Cabang Ungaran.

D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Untuk memberikan hasil yang bermanfaat, serta diharapkan

mampu menjadi dasar secara keseluruhan untuk dijadikan pedoman bagi

pelaksanaan secara teoritis maupun praktis, maka penelitian ini dapat

berguna diantaranya:

1. Kegunaan Teoritis

Sebagai upaya dalam pengembangan ilmu pengetahuan,

khususnya yang berkaitan dengan perlindungan konsumen

terhadap pengiriman barang dengan menggunakan layanan jasa

pengiriman melalui kantor pos.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah

Untuk menambah ilmu pengetahuan dan sebagai rujukan

bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang

perlindungan konsumen terhadap pengiriman barang dengan

menggunakan layanan jasa pengiriman melalui kantor pos.

b. Bagi Masyarakat

Untuk memberikan wawasan dan pengetahuan kepada

masyarakat yang tinggal disekitarnya, serta masyarakat luas

(19)

dengan menggunakan layanan jasa pengiriman melalui kantor

pos.

E. Penegasan Istilah

Berikut bebepara istilah yang sering ditemui didalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Konsumen

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

konsumen adalah pemakai barang-barang hasil industri, bahan

makanan, dan sebagainya (Poerwadarminta, 1976:521).

2. Perlindungan Konsumen

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 08 Tahun 1999

tentang perlindungan konsumen telah menyebutkan bahwa

yang di maksud perlindungan konsumen adalah segala upaya

yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi

perlindungan kepada konsumen.

3. PT. Pos Indonesia (Persero)

PT. Pos Indonesia (Persero) merupakan salah satu

perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak

di bidang layanan. PT. Pos Indonesia (Persero) melayani

berbagai pengiriman dan pengangkutan barang ke seluruh

(20)

F. Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai perlindungan konsumen terhadap pengiriman

barang ini bukanlah yang pertama dilakukan, namun terdapat beberapa

penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain, antara lain sebagai berikut:

Penelitian yang dilakukan oleh Eni Muslimahpada tahun 2009dari

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Fakultas Syari’ah

dengan judul Pandangan Hukum Islam terhadap Perlindungan Konsumen

dalam Jual Beli Perumahan di PT. Merapi Arsitagraha Yogyakarta. Dalam

penelitiannya tersebut, perlindungan konsumen dalam jual beli perumahan

di PT. Merapi Arsitagraha Yogyakarta berupa pemberian garansi dalam

waktu yang ditentukan pada Perjanjian Pendahuluan Jual Beli (PPJB)

sudah dilaksanakan dengan baik, karena perusahaan ini mengutamakan

kepuasan konsumen dan bukan hanya mengejar keuntungan.

Penelitian oleh Lupita Faradiba dari Universitas Jember, Fakultas

Hukum pada tahun 2015yang berjudul Perlindungan Konsumen Melalui

Gambar Peringatan dalam Iklan Rokok Ditinjau dari Undang-Undang No.

32 Tahun 2002 tentang Penyiaran dan Undang-Undang No. 08 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen. Hasil penelitiannya

yaitupemberian informasi peringatan kesehatan pada kemasan rokok dan

juga media periklanan yang dilakukan oleh pemerintah untuk membatasi

bahkan di indikasikan untuk membuat para konsumen rokok berhenti

(21)

kesehatan yang harus ditampilkan pada iklan perlu dipertanyakan suatu

kebenaran terkait dengan informasi tersebut.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Bagus Hanindyo Mantritahun

2007dari Universitas Diponegoro Semarang, Program Magister Ilmu

Hukum dengan judul Perlindungan Hukum terhadap Konsumen dalam

Transaksi E-Commerce. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, bahwa Undang-Undang No. 08 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen belum dapat melindungi konsumen dalam transaksi e-commerce, karena keterbatasan pengertian pelaku usaha yang hanya khusus berada di wilayah negara Republik Indonesia serta keterbatasan

akan hak-hak konsumen yang diatur di dalamnya.

Penelitian lain dilakukan oleh Pricilla Natalia Atomdari

Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Fakultas Hukum tahun 2014 dengan

judul Perlindungan terhadap Konsumen Bahan Makanan dan Minuman

Kadaluwarsa di Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pertanggungjawaban pelaku

usaha terhadap konsumen bahan makanan dan minuman kadaluwarsa di

Kabupaten Manggarai berupa permintaan maaf dan ganti kerugian dalam

bentuk uang dan pengembalian sejumlah barang dengan kualitas yang

lebih baik serta pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh

Disperindagkop Kabupaten Manggarai sampai saat ini belum terlaksana

dengan baik, karena masih banyaknya pelaku usaha yang mengedarkan

(22)

Dari beberapa hasil penelitian yang ada, terlihat bahwa ada

kedekatan judul dengan judul penulis teliti. Namun penelitian yang penulis

lakukan berbeda dengan penelitian yang sudah diteliti oleh peneliti

lainnya. Letak perbedaannya pada permasalahan yaitu, pertama, penulis

menitikberatkan pada bentuk pertanggungjawabanPT. Pos Indonesia

Cabang Ungaran terhadap pengiriman barang, dan kedua, bagaimana

tinjauan Undang-Undang No. 08 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen mengenai pengiriman barang pada PT. Pos Indonesia Cabang

Ungaran.

G. Metode Penelitian

Didalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode dan

jenis penilitian diantaranya sebagai berikut:

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah field research, yaitu jenis penelitian yang terjun langsung ke lapangan guna

mengadakan penelitian pada obyek yang dibahas.Fakta-fakta

yang ditemukan dilapangan sewaktu melakukan penelitian akan

dikaji dan dianalisis. Serta menggunakan jenis penelitian

kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami

keadaan atau fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek

penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah

(23)

Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan berdasarkan

pada penelitian hukum dengan memakai pendekatan yuridis

normatif, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan hanya

meneliti bahan pustaka atau data sekunder, yang mungkin

mencakup bahan hukum primer, sekunder, dan tersier (Saebani,

2008:51).

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul

data dan instrumen atau alat penelitian yang aktif dalam

pengumpulan data.Selain peneliti adalah sebagai

dokumen-dokumen yang menunjang keabsahan hasil penelitian, serta

alat-alat bantu lain yang dapat mendukung terlaksananya

penelitian, alat bantu memahami masalah yang ada, serta

hubungan dengan informan menjadi lebih dekat, sehingga

informasi yang didapat menjadi lebih jelas dan akurat. Maka

kehadiran peneliti menjadi sumber data yang mutlak.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana lokasi penelitian

itu akan dilakukan. Penelitian mengenai pertanggungjawaban

kantor pos terhadap pengiriman barang ini akan dilakukan di

PT. Pos Indonesia Cabang Ungaran karena disana merupakan

salah satu kantor pusat yang ada di Kabupaten Semarang dan

(24)

pengiriman barang melalui kantor pos. Maka dari itu, peneliti

memilih lokasi tersebut sebagai lokasi penelitiannya.

4. Metode Pengumpulan Data

Sebagai upaya untuk memperoleh data yang valid tentang pertanggungjawaban kantor pos terhadap pengiriman barang

dan perlindungan hukum terhadap pengguna jasa kantor pos,

maka peneliti menggunakan metode sebagai berikut:

a. Wawancara/interview

Dalam metode ini, peneliti menggunakan teknik

wawancara, yaitu salah satu instrumen yang digunakan

untuk menggali data secara lisan. Hal ini haruslah

dilakukan secara mendalam agar kita mendapatkan

data yang valid dan detail (Sujarweni, 2014:74). Wawancara ini dilakukan dengan sistem tanya jawab

yang dilakukan oleh dua orang, meliputi pewawancara

(orang yang mengajukan pertanyaan), serta

narasumber (orang yang memberikan jawaban dari

pertanyaan pewawancara). Wawancara ini dilakukan

untuk mengetahui bagaimana pertanggungjawaban

kantor pos terhadap pengiriman barang.

b. Metode Observasi

Metode observasi adalah teknik pengumpulan data

(25)

Metode ini digunakan untuk mengetahui situasi dan

kondisi di wilayah kantor pos Ungaran. Observasi ini

dilakukan dengan menggunakan alat indera

penglihatan dan pendengaran secara langsung terhadap

obyek yang diteliti.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data

untuk menambah bukti suatu kejadian, biasanya

dokumentasi ini dalam bentuk foto, video bahkan

audio yang berkaitan dengan pengiriman barang di

kantor pos.

5. Analisis Data

Analisis data adalah data yang berhasil dihimpun, akan

dikumpulkan menjadi satu dan dianalisis secara kualitatif, yaitu

salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang

yang diamati. Analisis data di maksud adalah untuk

mengorganisasikan data, gambaran, foto, dokumentasi dan

sebagainya (Moleong, 2004:85). Teknik analisis ini bisa

menghasilkan kesimpulan yang objektif, logis, dan sistematis

(26)

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan uraian singkat mengenai hal-hal

yang akan dilaporkan secara sistematis, dengan tujuan agar mempermudah

dalam memperoleh suatu gambaran secara menyeluruh

mengenaiPerlindungan Barang Kiriman Konsumen Ditinjau dari

Undang-Undang No. 08 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen(Studi Kasus

di PT. Pos Indonesia Cabang Ungaran). Adapun sistematika penulisan

penelitian ini meliputi:

BAB I: Bab ini merupakan bab pendahuluan yang menguraikan

tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat dan kegunaan penelitian, penegasan

istilah, tinjauan pustaka, dan metodologi penelitian.

BAB II: Bab ini merupakan bab yang berisi tentang landasan teori,

yang membahas tentang tinjauan umum perjanjian

pengangkutan, serta tinjauan tentang perlindungan barang

konsumen menurut Undang-Undang No. 08 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen.

BAB III: Bab ini merupakan bab yang berisi tentang pemaparan data

dan hasil penelitian, dalam bab ini berisi mengenai lokasi PT.

Pos Indonesia Cabang Ungaran, dan bentuk perlindungan

barang kiriman konsumen.

BAB IV: Bab ini merupakan bab yang berisi hasil penelitian dan

(27)

konsumen ditinjau dari Undang-Undang No. 08 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen.

BAB V: Bab ini merupakan bab penutup, dalam bab ini berisi

mengenai kesimpulan dan saran yang mungkin berguna bagi

masyarakat luas khususnya masyarakat disekitar Ungaran

yang menggunakan layanan jasa pengiriman melalui kantor

(28)

BAB II

BENTUK-BENTUK PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. Tinjauan Perjanjian Pengangkutan

1. Pengertian Perjanjian Pengangkutan

Adapun yang dimaksud dengan perjanjian pengangkutan adalah

suatu perjanjian dimana satu pihak menyanggupi untuk dengan aman

membawa orang atau barang dari satu ke tempat lain (Subekti,

1995:69).

Menurut ketentuan perundang-undangan bahwa seorang

pengangkut hanya bertanggungjawab untuk melaksanakan

pengangkutan saja, jadi tidak mutlak harus ia sendiri yang

menyediakan alat angkutan, namun lazimnya dalam praktik dewasa ini

bahwa pengangkutlah yang menyediakan alat angkutan tersebut

(Pasaribu, 1996:160).

2. Dasar Hukum

Dasar hukum yang dapat dijadikan sebagai landasan perjanjian

pengangkutan ini adalah sebagai bertikut:

a. QS. Al-Baqarah ayat 164

(29)

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia....”

b. QS. Al-Mu’min ayat 79-80

1) QS. Al-Mu’min ayat 79

اَعْنَ ْلْا ُنُكَل َلَعَج يِذَّلا ُ َّاللَّ

اَهْنِهَو اَهْنِه اىُبَك ْزَتِل َم

َىىُلُكْأَت

Artinya:“Allahlah yang menjadikan binatang ternak untuk kamu, sebagiannya untuk kamu kendarai dan sebagiannya untuk kamu makan.”

2) QS. Al-Mu’min ayat 80

ة َجاَح اَهٍَْلَع اىُغُلْبَتِل َو ُعِفاَنَه اَهٍِف ْنُكَلَو

ًِف

َىىُلَو ْحُت ِكْلُفْلا ىَلَعَو اَهٍَْلَعَو ْنُكِروُدُص

Artinya: “Dan (ada lagi) manfaat-manfaat yang lain pada

binatang ternak itu untuk kamu dan supaya kamu mencapai suatu keperluan yang tersimpan dalam hati dengan mengendarainya. Dan kamu dapat diangkut dengan mengendarai binatang-binatang itu dan dengan mengendarai bahtera.”

3. Jenis-jenis Perjanjian Pengangkutan

Secara garis besarnya jenis-jenis perjanjian pengangkutan yang

ada pada saat ini dapat diklasifikasikan kepada (Pasaribu, 1996:162):

a) Perjanjian Pengangkutan di Darat

b) Perjanjian Pengangkutan di Laut/Sungai

(30)

Dan dapat juga diklasifikasikan kepada Angkutan Penumpang

(orang) dan Angkutan Barang.

Perjanjian pengangkutan ini merupakan hal yang menyangkut

kepentingan umum (publik). Oleh karena itu, untuk melaksanakan

peran publik inilah telah dikeluarkan beberapa peraturan

perundang-undangan menyangkut masing-masing pengangkutan tersebut diatas,

terutama sekali mengenai tanggungjawab pengangkut dan

kerugian-kerugian yang timbul dari pengangkutan tersebut.

4. Pertanggungjawaban Pengangkutan

Didalam ketentuan Undang-Undang Nomor 14 tahun 1992

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan khususnya dalam Bagian

keenam tentang Tanggung Jawab Pengangkut dikemukakan bahwa:

a) Pengusaha angkutan umum bertanggungjawab atas kerugian

yang diderita oleh penumpang pengiriman barang atau pihak

ketiga, karena kelalaiannya dalam melaksanakan angkutan.

b) Besar ganti rugi atas kerugian tersebut, adalah sebesar

kerugian yang nyata diderita oleh penumpang, pengirim

barang atau pihak ketiga.

c) Tanggungjawab pengangkut sebagaimana diungkapkan pada

(31)

d) Sedangkan tanggungjawab pengangkutan barang, dimulai

pada saat diterimanya barang sampai diserahkannya barang

kepada pengirim dan/atau penerima barang.

Selain apa yang dikemukakan di atas, dalam Undang-undang ini

juga diatur bahwa pihak pengusaha angkutan diwajibkan untuk

mengasuransikan tanggungjawabnya tersebut di atas.

Undang-undang ini juga menentukan, bahwa apabila pihak

pengirim dan/atau penerima barang tidak mengambil barangnya di

tempat tujuan pada waktu dan tempat yang telah ditentukan, maka

pihak pengusaha angkutan dapat mengenakan tambahan biaya

penyimpanan barang kepada pemilik barang (Pasaribu, 1996:164).

B. Tinjauan Undang-Undang No. 08 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen

1. Pengertian Konsumen

Pasal 1 ayat (2) telah menjelaskan pengertian dari konsumen, yaitu

setiapa orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain

maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mendefinisikan

konsumen sebagai lawan produsen, yakni pemakai barang-barang hasil

industri, bahan makanan, dan sebagainya.

Inosentius Samsul (2004:34) menyebutkan konsumen adalah

(32)

maupun diperoleh melalui cara lain, seperti pemberian, hadiah, dan

undangan. Sedangkan menurut Muhammad dan Alimin (2004:129)

mendefinisikan konsumen berangkat dari pandangan atau konsep

Islam terhadap harta, hak dan kepemilikan dengan transaksi atau tidak,

yang sesuai dengan prinsip-prinsip perlindungan konsumen dalam

Islam. Definisi tersebut adalah konsumen merupakan setiap orang,

kelompok atau badan hukum pemakai suatu harta benda atau jasa

karena adanya hak yang sah, baik ia dipakai untuk pemakai akhir

ataupun untuk proses produksi selanjutnya.

Berdasarkan dari beberapa pengertian konsumen yang

dikemukakan di atas, maka konsumen dapat dibedakan menjadi 3

(tiga) macam, yaitu (Nasution, 2002:13):

a. Konsumen komersial (commercial costumer), adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/atau jasa yang digunakan

untuk memproduksi barang dan/atau jasa lain dengan tujuan

mendapatkan keuntungan.

b. Konsumen antara (intermediate costumer), yaitu setiap orang yang mendapatkan barng dan/atau jasa yang digunakan untuk

diperdagangkan kembali juga dengan tujuan mencari

keuntungan.

c. Konsumen akhir (ultimate costumer/end user), adalah setiap orang yang mendapatkan dan menggunakan barang dan/atau

(33)

keluarga, orang lain, dan makhluk hidup lainnya dan tidak

untuk diperdagangkan kembali dan/atau untuk mencari

keuntungan kembali.

Dalam ekonomi Islam, konsumen dikendalikan oleh 5 (lima)

prinsip dasar, yaitu (Mannan, 1980:80):

a. Prinsip kebenaran, prinsip ini mengatur agar konsumen untuk

menggunkan barng dan/atau jasa yang dihalalkan oleh Islam,

baik dari segi zat, proses produksi, distribusi, hingga tujuan

mengkonsumsi barang dan/atau jasa tersebut.

b. Prinsip kebersihan, bahwa konsumen berdasarkan ajaran Islam

harus mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang bersih, baik,

tidak kotor atau menjijikkan, serta tidak bercampur dengan

najis.

c. Prinsip kesederhanaan, Islam memberikan standarisasi bagi

konsumen untuk tidak berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa, serta mampu mengekang hawa nafsu dari

pemborosan dan keinginan yang berlebihan.

d. Prinsip kemaslahatan, bahwa Islam membolehkan konsumen

untuk menggunakan barang dan/atau jasa tersebut memberikan

kebaikan serta kesempurnaan dalam mengabdikan diri kepada

Allah SWT.

e. Prinsip moralitas atau akhlak, seorang Muslim diajarkan untuk

(34)

menyatakan terimakasih kepada-Nya setelah melakukan

sesuatu.

2. Hak dan Kewajiban Konsumen

Hak-hak konsumen dituangkan dalam Pasal 4 yaitu sebagai

berikut:

a. Hak atas kenyaman, keamanan, dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa.

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan

barang dan/jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi

serta jaminan yang dijanjikan.

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai

kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang

dan/atau jasa yang digunakan.

e. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.

f. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur

serta tidak diskriminatif.

Selanjutnya kewajiban konsumen dalam Pasal 5 UUPK yaitu

sebagai berikut:

a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur

pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi

(35)

b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang

dan/atau jasa.

c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan

konsumen secara patut.

3. Pengertian Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen menurut Pasal 1 ayat (1) adalah segala

upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi

perlindungan kepada konsumen.

Menurut Zulham (2016:21) perlindungan konsumen adalah istilah

yang dipakai untuk menggambarkan perlindungan hukum yang

diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk memenuhi

kebutuhannya dari hal-hal yang merugikan konsumen itu sendiri.

Perlindungan yang dimaksud oleh UUPK ini adalah perlindungan

yang sesuai dengan Pasal 3, yaitu perlindungan bertujuan untuk:

a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian untuk

melindungi diri.

b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang

dan/atau jasa.

c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,

(36)

d. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan

bertanggungjawab dalam berusaha.

Cakupan perlindungan konsumen dapat dibedakan dalam 2 (dua)

aspek, yaitu (Meliala, 1993:152):

a. Perlindungan terhadap kemungkinan barang yang diserahkan

kepada konsumen tidak sesuai dengan apa yang telah

disepakati.

b. Perlindungan terhadap diberlakukannya syarat-syarat yang

tidak adil kepada konsumen.

Keinginan yang hendak dicapai dalam perlindungan konsumen

adalah menciptakan rasa aman bagi konsumen dalam memenuhi

kebutuhan hidup. Maka pengaturan perlindungan konsumen dilakukan

dengan (Syawali, 2000:7):

a. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang

mengandung unsur keterbukaan akses informal, serta

menjamin kepastian hukum.

b. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan

kepentingan seluruh pelaku usaha.

c. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa.

d. Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktik

(37)

e. Memadukan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan

perlindungan konsumen dengan bidang-bidang perlindungan

pada bidang-bidang lainnya.

4. Asas-asas Perlindungan Konsumen

Asas-asas yang dianut dalam perlindungan konsumen menurut

Pasal 2 UUPK ini adalah:

a. Asas manfaat, bahwa penerapan Undang-undang ini harus

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kedua

pihak, yaitu konsumen dan pelaku usaha.

b. Asas keadilan, melalui asas ini, konsumen dan pelaku usaha

dapat memperoleh keadilan dalam mendapatkan hak-hak dan

kewajibannya secara seimbang.

c. Asas keseimbangan, asas ini dimaksudkan bahwa kepentingan

konsumen dan pelaku usaha dapat terwujud secara seimbang

tanpa ada salah satu pihak yang lebih dilindungi.

d. Asas keamanan dan keselamatan, dengan adanya asas ini,

penerapan Undang-undang akan memberikan jaminan atas

keamanan dan keselamatan konsumen dalam penggunaan,

pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang

digunakan atau dikonsumsi.

e. Asas kepastian hukum, asas ini di maksudkan agar konsumen

maupun pelaku usaha mentaati hukum dan memperoleh

(38)

serta negara menjamin kepastian hukum masing-masing

pihak.

5. Pengertian Pelaku Usaha

Pasal 1 ayat (3) yang di maksud pelaku usaha yaitu setiap orang

perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum

maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau

melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik

Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian

menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

6. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha

Selain konsumen, pelaku usaha juga perlu dilindungi hak-hak dan

kewajibannya agar dapat tercipta pelayanan dengan nyaman, aman,

dan terpercaya. Oleh karena itu di dalam UUPK juga mengatur

mengenai hak dan kewajiban pelaku usaha dalam menjalankan

usahanya. Hak-hak pelaku usaha diatur dalam Pasal 6, yaitu:

a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan

kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau

jasa yang diperdagangkan.

b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan

konsumen yang beritikad tidak baik.

c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam

(39)

d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum

bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang

dan/atau jasa yang diperdagangkan.

Selanjutnya kewajiban pelaku usaha yang juga harus dipenuhi

dicantumkan dalam Pasal 7 UUPK, yaitu:

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.

b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai

kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi

penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan

jujur serta tidak diskriminatif.

d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi

dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu

barang dan/atau jasa yang berlaku.

e. Memberi kesempatan konsumen untuk menguji, dan/atau

mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan

dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang

diperdagangkan.

7. Perbuatan yang Dilarang Pelaku Usaha

Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan

barang dan/atau jasa yang (Pasal 8 ayat (1)):

a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang

(40)

b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau neto, dan

jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam

label atau etiket barang tersebut.

c. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah

dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya.

d. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau

kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau

keterangan barang dan/atau jasa tersebut.

e. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses

pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu

sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang

dan/atau jasa tersebut.

Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak,

cacat atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara

lengkap dan benar atas barang dimaksud. Pelaku usaha juga dilarang

untuk memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang rusak,

cacat atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara

lengkap dan benar. Maka, bagi pelaku Usaha yang melakukan

pelanggaran tersebut, dilarang memperdagangkan barang dan/atau

jasa tersebut dan wajib menariknya dari peredaran (Pasal 8 ayat

(2)-(4)).

Menurut Janus Sidabalok (2006:3), paling tidak ada 4 (empat)

(41)

a. Menaikkan harga

Hal ini dapat terjadi apabila pelaku usaha atau beberapa

pelaku usaha memonopoli suatu produk sehingga konsumen

tidak memiliki pilihan lain selain mengkonsumsi produk

tersebut.

b. Menurunkan mutu

Hal ini juga dapat terjadi apabila pelaku usaha memonopoli

suatu produk.

c. Dumping

Yaitu menurunkan harga jual produk sampai pada harga di

bawah biaya produksi sehingga harga jual di luar negeri lebih

rendah dibandingkan harga jual di dalam negeri. Hal ini

dilakukan untuk menjatuhkan pelaku usaha lain.

d. Memalsukan produk

Adalah melakukan produksi barang dengan merek yang sudah

terkenal di masyarakat dan dipasarkan seolah-olah produk

tersebut asli.

8. Tanggungjawab Pelaku Usaha

Munir Fuady (2003:76) merumuskan bahwa kontrak baku adalah

suatu kontrak tertulis yang dibuat hanya oleh salah satu pihak dalam

kontrak tersebut, bahkan sering kali kontrak tersebut sudah tercetak

dalam bentuk formulir-formulir tertentu oleh salah satu pihak, yang

(42)

pihak hanya mengisikan data-data informatif tertentu dengan sedikit

atau tanpa perubahan dalam klausul-klausulnya, di mana pihak lain

dalam pihak lain dalam kontrak tersebut tidak mempunyai kesempatan

untuk menegosiasikan dan berada pada proses “take it or leave it”.

Tanggungjawab pelaku usaha ditinjau dari prinsip keseimbangan

dengan konsumen, merupakan bentuk intervensi yang bertujuan untuk

memberikan perlindungan hukum kepada konsumen dengan cara

membatasi sekaligus menyeimbangkan posisi tawar-menawar para

pihak, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 18 Undang-Undang No.

08 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Substansi pasal

tersebut mengatur pencantuman klausula baku yang harus

diperhatikan oleh produsen (pelaku usaha) agar tidak merugikan

konsumen (Hernoko, 2008:67).

Pertanggungjawaban pelaku usaha ini dapat diminta oleh

konsumen apabila konsumen dapat membuktikan 4 (empat) hal

berikut (Konoras, 2017:28):

a. Produsen telah melakukan perbuatan melawan hukum.

b. Produsen telah melakukan kesalahan.

c. Konsumen telah mengalami kerugian.

d. Kerugian yang dialami konsumen merupakan akibat dari

perbuatan melawan hukum yang telah dilakukan oleh

(43)

Selain UUPK ini mengatur mengenai hak-hak dan kewajiban

konsumen, undang-undang tersebut juga mengatur mengenai

tanggungjawab pelaku usaha dalam menjalankan usahanya.

Tanggungjawab pelaku usaha juga perlu diatur untuk tercapainya

keseimbangan serta kepastian hukum kedua belah pihak, yaitu antara

konsumen dan pelaku usaha. Tanggungjawab pelaku usaha diatur

dalam Bab VI UUPK.

Berikut Pasal 19 yang mengatur tanggungjawab pelaku usaha,

yaitu:

a. Pelaku usaha bertanggungjawab memberikan ganti rugi atas

kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat

mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau

diperdagangkan.

b. Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa

pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa

yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan

dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7

(tujuh) hari setelah tanggal transaksi.

d. Pemberian ganti rugi sebagaimana yang dimaksud pada ayat

(44)

tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut

mengenai adanya unsur kesalahan.

e. Ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dan (2)

tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa

kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen.

Pelaku usaha yang memproduksi barang dibebaskan dari

tanggungjawab atas kerugian yang diderita konsumen apabila (Pasal

27):

a. Barang tersebut terbukti seharusnya tidak diedarkan atau tidak

dimaksudkan untuk diedarkan.

b. Cacat barang timbul pada kemudian hari.

c. Cacat timbul akibat ditaatinya akibat ketentuan mengenai

kualifikasi barang.

d. Kelalaian yang diakibatkan oleh konsumen.

e. Lewatnya jangka waktu penuntutan 4 (empat) tahun sejak

(45)

BAB III

PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PT. POS INDONESIA CABANG

UNGARAN

A. Gambaran Umum PT. Pos Indonesia Cabang Ungaran

1. Sejarah PT. Pos Indonesia

Kantor pos pertama didirikan di Batavia (sekarang Jakarta) oleh

Gubernur Jenderal G.W Baron van Imhoff pada tanggal 26 Agustus

1746 dengan tujuan untuk lebih menjamin keamanan surat-surat

penduduk, terutama bagi mereka yang berdagang dari kantor-kantor di

luar Jawa dan bagi mereka yang datang dari dan pergi ke Belanda.

Setelah kantor pos Batavia didirikan, maka 4 (empat) tahun kemudian

didirikan kantor pos Semarang untuk mengadakan perhubungan pos

yang teratur antara kedua tempat tersebut dan untuk mempercepat

pengirimannya.

Pada tahun 1875 dinas pos disatukan dengan dinas telegrap

dengan status jawatan dengan nama Posten Telegrafdienst. Sejak pemerintahan kolonial, dinas pos pemerintahan Belanda sudah

berhubungan dalam pengiriman surat dan barang secara internasional,

sehingga tercatat sebagai anggota Union Postale Universelle (UPU) pada tahun 1877. Pada saat pendudukan Jepang di Indonesia, jawatan

(46)

kekuasaan PTT dan secara resmi berubah menjadi Jawatan PTT

Republik Indonesia. Peristiwa tersebut diperingati menjadi Hari Bakti

PTT atau Hari Bakti Postel.

Sejak saat itu, perkembangan pos pun semakin meningkat, yakni

pada tahun 1965 nama Jawatan PTT Republik Indonesia berganti

menjadi Perusahaan Negara dan Giro (PN Pos dan Giro). Selanjutnya

pada tahun 1978 berubah lagi menjadi Perusahaan Umum Pos dan

Giro yang berperan sebagai badan usaha tunggal dalam

menyelenggarakan dinas pos dan giropos baik hubungan dalam

maupun luar negeri. Pada akhirnya pada tanggal 20 Juni 1995, yang

tadinya berstatus Perusahaan Umum selama 17 tahun, berubah menjadi

Perseroan Terbatas dengan nama PT. Pos Indonesia (Persero) hingga

sampai saat ini dan sudah tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia

termasuk di Ungaran dengan nama PT. Pos Indonesia Cabang

Ungaran.

PT. Pos Indonesia Cabang Ungaran merupakan Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pelayanan barang dan

memiliki kantor di Jalan Letjen MT Haryono No. 07-10, Kuncen,

Ungaran Timur, Kab. Semarang. Telepon (024) 6921002 dan (024)

6925502. Fax (024) 6925501. Kodepos 50511.

2. Motto, Visi dan Misi PT. Pos Indonesia Cabang Ungaran

PT. Pos Indonesia Cabang Ungaran mempunyai motto, visi dan

(47)

memberikan pelayanannya. Motto, visi dan misinya adalah sebagai

berikut:

a. Motto : Terus Bergerak Maju

b. Visi : Senantiasa berupaya untuk menjadi penyedia sarana

komunikasi kelas dunia yang peduli terhadap lingkungan

yang dikelola oleh SDM yang profesional sehingga

mampu memberikan layanan yang terbaik bagi masyarakat

serta tumbuh dan berkembang sesuai konsep bisnis yang

sehat.

c. Misi:

1) Berkomitmen kepada pelanggan untuk menyediakan layanan

yang selalu tepat waktu dan nilai terbaik.

2) Berkomitmen kepada karyawan untuk memberikan iklim kerja

yang aman, nyaman, dan menghargai kontribusi.

3) Berkomitmen kepada pemegang saham untuk memberikan

hasil usaha yang menguntungkan dan terus tumbuh.

4) Berkomitmen untuk berkontribusi positif kepada masyarakat.

5) Berkomitmen untuk berperilaku transparan dan terpercaya

kepada seluruh pemangku kepentingan.

6) Penyedia sarana komunikasi yang andal dan terpercaya bagi

masyarakat dan pemerintah yang berguna untuk menunjang

pembangunan Nasional serta memperkuat persatuan dan

(48)

7) Mengembangkan usaha bertumpu pada peningkatan mutu

pelayanan melalui penerapan IPTEK tepat guna untuk

mencapai kepuasan pelanggan serta memberikan nilai tambah

yang optimal untuk karyawan, pemegang saham, masyarakat,

dan mitra kerja.

3. Stuktur Organisasi PT. Pos Indonesia Cabang Ungaran

Berikut adalah bagan struktur organisasi di PT. Pos Indonesia

Cabang Ungaran, yaitu:

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Pos Indonesia Cabang Ungaran

Seperti yang telah dicantumkan di atas, pada setiap bagian

mempunyai tugas dan tanggungjawabnya masing-masing, antara lain:

a. Kepala kantor

1) Memimpin dan mengendalikan semua aktivitas kantor.

2) Koordinasi tugas dengan wakil.

(49)

4) Tanggungjawab perusahaan dalam bidang keuangan.

5) Konsep dan kerangka kerja, baik jangka pendek maupun

jangka panjang.

6) Menargetkan kinerja perusahaan atau kantor.

b. Manager Sumber Daya Manusia (SDM)

1) Membuat data base pegawai.

2) Perencanaan mutasi.

3) Mengawasi tata usaha perkantoran.

c. Manajer Pelayanan

1) Melaksanakan administrasi data dan laporan pelaksanaan

kegiatan pelayanan.

2) Mengawasi operasional pelayanan seluruh counter (loket) di kantor.

3) Memberikan pelayanan terhadap berbagai program

kegiatan penyaluran dana kecuali pembayaran pensiun

sesuai Standar Operasional Perusahaan (SOP) yang

ditetapkan termasuk pelaporannya.

4) Mengawasi dan menjaga tercapainya program di bagian

pelayanan.

5) Melaksanakan pengisian Sistem Manajemen Kinerja

Individu (SMKI).

d. Manajer Pelayanan Pengawasan Unit Luar dan Agenpos

(50)

1) Memeriksa dan mencocokkan data perhitungan dengan

naskah-naskah yang berkaitan.

2) Mencatat permintaan panjar Kantor Pos Cabang (KPC).

3) Membuat buku pengawasan keuangan atau rekening koran

KPC

4) Membuat laporan kinerja KPC berupa pendapatan,

pertumbuhan, dan operating ratio.

5) Memberikan informasi dan laporan perihal kinerja KPC

kepada kepala kantor.

e. Asisten (Staff) Manajer PPLA

1) Mencocokkan kebenaran pengiriman laporan transaksi

harian.

2) Menjawab email dan mengerjakan tugas-tugas dari kepala kantor.

3) Menyerahkan kantung arsip ke bagian sarana (pengelola

gudang arsip).

f. Manajer Keuangan

1) Mengawasi alur keluar masuk kas.

2) Membuat rencana permintaan Benda Pos dan Materai

(BPM).

3) Mendistribusikan kebutuhan BPM untuk counter (loket) termasuk KPC.

(51)

5) Membina hubungan baik dengan mitra usaha (Bank).

6) Memeriksa dan menandatangani laporan pensiun.

g. Asisten (Staff) Manajer Keuangan

1) Orang yang memberikan panjar kepala loket BPM, PP,

dan EMS.

2) Memberikan panjar ke KPC.

3) Menyetorkan uang kepada Manajer Keuangan.

h. Manajer Akuntansi

1) Mengawasi dan mengendalikan biaya dan pendapatan.

2) Menganalisis pertumbuhan dan pendapatan.

3) Mempersiapkan laporan laba dan rugi.

4) Menyediakan laporan bulanan.

i. Asisten (Staff) Manajer Akuntansi

1) Orang yang membantu dalam memposting data

penerimaan dan pengeluaran pada Buku Kas Harian

(BKH).

2) Membuat jurnal kas masuk dan jurnal kas keluar.

3) Menggantikan tugas Manajer Akuntansi jika berhalangan

hadir.

j. Manajer Prostrans (Pengolahan)

1) Mengawasi operasional pengiriman dan penerimaan

(52)

2) Bertanggungjawab terhadap kelancaran lalu lintas

kiriman.

3) Penjadwalan alat angkut.

4) Pelaporan kepada kepala kantor pos.

k. Manajer Pengembangan Outlet

1) Membuat rencana program aksi pemasaran.

2) Schedulling perluasan pasar. 3) Strategi promosi.

4) Memberikan keterangan pers.

l. Manajer Sarana

1) Melayani permintaan BBM (Bahan Bakar Minyak)

kendaraan operasional kantor.

2) Menata arsip dan pemusnahan arsip serta laporannya.

3) Mengelola formulir-formulir (tabungan, giro).

4) Membuat laporan-laporan baik bulanan, triwulan,

semester dan akhir tahun.

m. Manajer Teknologi Informatika (TI)

1) Mengelola pemenuhan kebutuhan UPT terkait dengan

layanan TI (demind management).

2) Mengelola tingkat layanan TI (services level management).

(53)

4) Mengelola kesinambungan layanan TI (services continuity management).

5) Mengelola pencatatan konfigurasi sistem layanan TI serta

tata cara perubahan konfigurasi yang diperlukan

(configuration management).

n. Manajeman Antaran

1) Mengawasi dan mengendalikan proses antaran surat pos.

2) Membagi kinerja setiap petugas antaran.

3) Evaluasi setiap pekerja antaran.

4) Mengikuti perkembangan lingkungan khususnya dalam

perkembangan pemukiman.

5) Mengatur mutasi atau rolling petugas antaran. o. Manajer Jasa Keuangan

1) Membina hubungan baik dengan mitra usaha.

2) Merencanakan dan mengendalikan penyelenggaraan jasa

keagenan.

3) Statistik pertumbuhan jasa keagenan.

4) Pelaporan.

p. Manajer Audit

1) Membuat perencanaan pengendalian atau pengawasan

bidang operasional.

2) Mutu serta bidang keuangan, baik jangka panjang maupun

(54)

3) Melaksanakan audit bidang keuangan secara rutin.

4) Sebagai data pusat operasional.

5) Melaporkan seluruh kegiatan kepada kepala kantor.

4. Layanan PT. Pos Indonesia Cabang Ungaran

Layanan-layanan yang terdapat dalam PT. Pos Indonesia Cabang

Ungaran, di antaranya adalah:

a. Layanan Pos Standar

Layanan Pos Standar ini terbagi menjadi dua, yaitu:

1) Layanan surat pos standar dalam negeri untuk segmen

pelayanan ritel dan institusi pemerintah.

2) Layanan paket pos standar dan paket pos prioritas dalam negeri

untuk segmen pelayanan ritel dan bisnis.

Jenis-jenis produk dalam layanan pos standar ini antara lain:

1) Surat Pos Standar

Produk Surat Pos Standar ini melayani pengiriman dokumen,

surat, dan kartu pos untuk semua lapisan masyarakat

menggunakan prangko sesuai engan tarif yang berlaku untuk

wilayah tertentu. Surat Pos Biasa ini dapat dikirim melalui loket

kantor pos dimana saja.

Keunggulan produk ini adalah:

a) Jaringan nasional terluas hingga ke seluruh wilayah

Indonesia.

(55)

c) Memiliki tarif ekonomis.

Kemudian karakteristik dari produk ini sebagai berikut:

a) Berat barang kiriman maksimum 2 kg.

b) Dimensi ukuran barang kiriman:

(1) Bentuk persegi: jumlah ukuran panjang, lebar, dan tebal

tidak lebih dari 600 mm.

(2) Bentuk gulungan: jumlah ukuran panjang dan diameter

tidak lebih dari 1.040 mm.

c) Cara pelunasan dengan menggunakan prangko sesuai tarif

yang berlaku.

d) Tidak disediakan nomor resi untuk lacak kiriman.

e) Standar Waktu Penyerahan (SWP) H + 14 hari.

2) Paket Pos Biasa

Paket Pos Biasa adalah layanan pengiriman paket dengan tarif

paling ekonomis. Pengiriman barang melalui Paket Pos Biasa

menjangkau seluruh wilayah Indonesia.

Paket Pos Biasa ini mempunyai karakteristik:

a) Klasifikasi tingkat berat kiriman Paket Pos Biasa ini diatas

3 kg sampai dengan 20 kg. Ukuran dimensi maksimal

kiriman, baik yang berbentuk kotak, gulungan, dan yang

tidak beraturan adalah mempunyai ukuran maksimal

panjang + 2 (lebar + tinggi) = 400 cm, dimensi terpanjang

(56)

b) Tarif kiriman ditentukan dengan cara berikut ini:

(1) Mempergunakan berat kiriman aktual (actual weight)

(2) Mempergunakan perhitungan volumetrik untuk kontak

atau gulungan yang dikonversikan menjadi berat dengan

rumusan: (panjang x lebar x tinggi x 1 kg) : 6000.

c) Standar Waktu Penyerahan (SWP) maksimal H + 4 diantar

ke alamat penerima.

3) Kotak Pos (PO BOX)

Kotak Pos atau yang sering dikenal dengan sebutan PO BOX

adalah singkatan dari Post Office Box yang disewa dari kantor pos dengan tujuan untuk menyembunyikan alamat penerima

ketika mengirim surat. Disamping itu PO BOX juga dibutuhkan

saat perusahaan sedang dalam proses perpindahan, sehingga

tidak menimbulkan salah kirim. Selain perusahaan yang

menggunakannya, setiap orang atau individu juga bisa

menyewa PO BOX tersebut ketika sedang berada di luar kota

dan tidak ada siapapun dirumah untuk mempermudah pengirim

untuk mengirimkan surat kepada orang tersebut.

Untuk menyewa PO BOX caranya cukup mudah, yaitu dengan

datang langsung ke kantor pos dan membawa beberapa syarat

dan ketentuannya meliputi Kartu Tanda Penduduk (KTP) asli

dan melakukan pembayaran tiap bulan. Setiap 1 (satu) PO BOX

(57)

Bentuk dari PO BOX sendiri adalah kotak besi berbentuk

persegi yang diletakkan di kantor pos dan dilengkapi dengan

nomor berupa alamat PO BOX. Contohnya PO BOX Jakarta

6000, itu berarti menggunakan kantor pos yang terletak di

Jakarta dengan nomor kota 6000.

b. Layanan Pos Prima

Jenis produk dari layanan Pos Prima ini antara lain:

1) Pos Express

Layanan Pos Express ini melayani layanan premium milik pos Indonesia untuk pengiriman cepat dan aman dengan jangkauan

luas ke seluruh wilayah Indonesia. Layanan ini menjadi pilihan

tepat dan terpercaya untuk mengirim dokumen, surat, paket

serta barang dagangan online.

Produk Pos Express memiliki keunggulan yaitu:

a) Layanan premium yang tersedia di semua kantor pos

seluruh Indonesia.

b) Waktu tempuh kiriman maksimal sehari sampai sejak

barang diposkan.

c) Tarif kompetitif.

d) Jaminan kehilangan atau kerusakan diberikan ganti rugi.

e) Jejak lacak status kiriman melalui www.posindonesia.co.id

atau HaloPOS 161.

(58)

Pos Express juga mempunyai karakteristik:

a) Berat maksimal kiriman sampai dengan 50 kg. Ukuran

dimensi maksimal kiriman, baik yang berbentuk kotak,

gulungan, dan yang tidak beraturan adalah panjang + 2

(lebar + tinggi) = 400 cm, dimensi terpanjang maksimal

150 cm.

b) Tarif kiriman ditentukan dengan cara berikut ini:

(1) Mempergunakan berat kiriman aktual (actual weight)

(2) Mempergunakan perhitungan volumetrik untuk kontak

atau gulungan yang dikonversikan menjadi berat

dengan rumusan: (panjang x lebar x tinggi x 1 kg) :

6000.

c) Penyerahan kiriman diantarkan ke alamat penerima

d) Standar Waktu Pengiriman (SWP) H + 1 hari.

2) Pos Kilat Khusus

Layanan ini milik Pos Indonesia untuk pengiriman aman dan

cepat dengan jangkauan luas ke seluruh wilayah Indonesia.

Menjadi pilihan tepat dan terpercaya untuk mengirim dokumen,

surat, paket serta barang dagangan online.

Keunggulan dari Pos Kilat Khusus adalah:

a) Layanan tersedia di semua kantor pos seluruh Indonesia.

(59)

c) Jaminan kehilangan atau kerusakan kiriman diberikan ganti

rugi.

d) Jejak lacak status kiriman melalui www.posindonesia.co.id

atau HaloPOS 161.

e) Fasilitas jemput kiriman untuk pelanggan khusus.

Layanan ini memiliki karakteristik:

a) Berat maksimal kiriman sampai dengan 50 kg. Ukuran

dimensi maksimal kiriman, baik yang berbentuk kotak,

gulungan, dan yang tidak beraturan adalah panjang + 2

(lebar + tinggi) = 400 cm, dimensi terpanjang maksimal

150 cm.

b) Tarif kiriman ditentukan dengan cara berikut ini:

(1) Mempergunakan berat kiriman aktual (actual weight)

(2) Mempergunakan perhitungan volumetrik untuk kontak

atau gulungan yang dikonversikan menjadi berat

dengan rumusan: (panjang x lebar x tinggi x 1 kg) :

6000.

c) Penyerahan kiriman paket pos diantarkan ke alamat

penerima.

3) Admail Pos

Layanan ini hadir untuk memberikan solusi terintegrasi dalam

(60)

business-process-outsourcing secara total mencakup proses produksi, distribusi atau delivery dan pelaporannya, serta layanan penunjang lainnya.

Berikut layanan yang diberikan oleh Admail Pos:

a) Personalized Printing, adalah percetakan secara digital, untuk billing atau account statement, rekening koran,

invoice tagihan, juga percetakan untuk solo mail.

b) Integrated and Wide Delivery Coverage, yaitu proses distribusi dan delivery dokumen dari Pos Indonesia yang menjangkau hampir seluruh pelosok Indonesia.

c) Data Processing and Supporting Service, atau pemrosesan dan pengolahan data cetakan serta penyediaan raw material

untuk pencetakan.

c. Layanan Filateli

Layanan filateli (koleksi prangko dan benda filateli lainnya), baik

di dalam negeri maupun di luar negeri dengan menerapkan

prinsip-prinsip bisnis.

Jenis-jenis layanan filateli antara lain:

a) Prangko.

b) Prangko Prisma (prangko identitas milik pribadi).

c) Benda filateli (cap khusus, cap non khusus).

(61)

e) Merchandising (poster, t-shirt, mug). Karakteristik layanan filateli ini adalah:

a) Untuk memenuhi para filatelis yang menginginkan koleksinya

menjadi unik dan spesial.

b) Prangko dan benda filateli tersedia di kantor pos seluruh

wilayah Indonesia.

d. Layanan Keuangan

Jenis layanan keuangan ini terbagi menjadi beberpa produk

layanan, seperti berikut ini:

1) Pospay

Layanan Pospay ini memberikan kemudahan pelayanan pembayaran berbagai tagihan dan angsuran apapun dengan

mudah, aman, dan lebih cepat karena sudah menggunakan

Sistem Online Payment Point (SOPP) yang telah menjangkau hingga 4.800 jaringan kantor pos di seluruh Indonesia dan di

40.000 agen pos yang akan terus dikembangkan menyesuaikan

dengan kebutuhan dan harapan masyarakat.

Layanan pospay melayani pembayaran dan sudah bekerjasama dengan mitra kerja antara lain:

a) Perusahaan Listrik Negara (PLN), yang melayani

pembayaran rekening listrik.

b) Multi Finance (Angsuran Kredit), meliputi ADIRA

Gambar

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Pos Indonesia Cabang Ungaran
Tabel 3.1 Jenis Pengaduan Selama Bulan Juni – Agustus 2018

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perjanjian dimaksud telah dimuat juga pengaturan terkait dengan larangan bagi kedua belah pihak untuk melakukan pelanggaran yang menyatakan “kedua belah

Mikrostruktur kamaboko tanpa penambahan karaginan komersil (K(-)) (Gambar 6) terlihat matriks gel protein yang terbentuk seperti serabut yang kasar, hal ini disebabkan

Kajian ini mencakup tentang teknik budidaya bunga gerbera dan bauran pemasaran yang meliputi empat aspek yaitu produk, harga, tempat dan promosi dalam pemasaran bunga gerbera

Citra Gilang Pariwisata Semarang dalam mengajak wisatawan untuk bergabung melakukan wisata religi melalui b biro PT.. Citra Gilang

Dari hasil penelitian mengenai hubungan terpaan pesan persuasif Nusatrip di media sosial (Facebook, Twitter, Instagram, dan Pinterest) dan persepsi kualitas website

Program Keluarga Berencana, adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan dan perorangan dalam mencapai tujuan reproduksi mereka; mencegah kehamilan yang

2016 tentang Paten berawal dari ratifikasi Ketentuan TRIPs Agreement yang mengatur mengani ketentuan dasar dari Hak Kekayaan Intelektual, sehingga dapat memberikan

Dengan demikian, pemilihan subjek foto para fotografer sebagai pelaku bisnis studio foto dengan menyertakan alat ataupun benda yang paling berpengaruh