• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN PELAYANAN SKPD

2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 7 Tahun 2008 tanggal 7 Juni 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Inspektorat dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Jawa Tengah, yang diperjelas oleh Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 88 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 78 Tahun 2011, Badan Ketahanan Pangan memiliki tugas pokok membantu Gubernur dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang Ketahanan Pangan. Untuk menyelenggarakan tugas pokok dimaksud, BKP mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. perumusan kebijakan teknis di bidang ketahanan pangan;

2. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang ketahanan pangan;

3. pembinaan, fasilitasi dan pelaksanaan tugas di bidang ketersediaan pangan, distribusi pangan, konsumsi dan penganekaragaman pangan, dan keamanan pangan lingkup provinsi dan kabupaten/kota;

4. pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang ketahanan pangan; 5. pelaksanaan kesekretariatan badan;

6. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Organisasi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, didukung oleh 5 (lima) Unit Kerja Eselon III yang dibantu oleh 2 atau 3 eselon IV sebagaimana terlihat pada Gambar 2.1. Tugas pokok dan fungsi setiap bidang dan sekretariat adalah sebagai berikut.

(2)

Gambar 2.1. Struktur Organisasi

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah

Ir. LILIS DWIKARTIKAWATI KA.SUBAG KEUANGAN KA. BIDANG KETERSEDIAAN PANGAN KEPALA BADAN KA.SUBAG PROGRAM SEKRETARIS KA.SUBAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN

KA. BIDANG KONSUMSI & PENGANEKARAGAMAN PANGAN KA. BIDANG DISTRIBUSI PANGAN KA. BIDANG KEAMANAN PANGAN KA. SUBID KETERSEDIAAN DAN CADANGAN PANGAN KA. SUBID KEMANDIRIAN PANGAN KA. SUBID DISTRIBUSI DAN PEMASARAN PANGAN KA. SUBID ANALISA AKSES DAN HARGA PANGAN KA. SUBID KONSUMSI PANGAN KA. SUBID PENGOLAHAN & PENGANEKA RAGAMAN PANGAN KA. SUBID PEMBINAAN MUTU HASIL KA. SUBID SERTIFIKASI DAN PELABELAN PRODUK PANGAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL KEPALA BPCP KA.SEKSI DISTRIBUSI CADANGAN PANGAN KA.SEKSI PENGADAAN CADANGAN PANGAN KASUBAG TATA USAHA KA.SUBAG KEUANGAN

(3)

A. Sekretariat

Sekretariat mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan penyiapan

perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian

penyelenggaraan secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang program, keuangan, umum dan kepegawaian.

Sekretariat membawahi 3 (tiga) subag yaitu: Sub bagian Program, Sub bagian Keuangan serta Sub bagian Umum dan Kepegawaian:

a. Sub bagian Program mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian

penyelenggaraan secara terpadu, pelayanan administrasi, dan

pelaksanaan di bidang program, meliputi: koordinasi dan penyusunan program, dan pengelolaan sistem informasi di lingkungan Badan.

b. Sub bagian Keuangan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian

penyelenggaraan secara terpadu, pelayanan administrasi, dan

pelaksanaan di bidang keuangan, meliputi: pengelolaan keuangan, verifikasi, pembukuan dan akuntansi di lingkungan Badan.

c. Sub bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,

pengkoordinasian penyelenggaraan secara terpadu, pelayanan

administrasi, dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian, meliputi: pengelolaan administrasi kepegawaian, hukum, humas, organisasi dan tatalaksana, ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan di lingkungan Badan.

B. Bidang Ketersediaan Pangan

Bidang Ketersediaan Pangan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang ketersediaan dan cadangan pangan, dan kemandirian pangan. Bidang Ketersediaan Pangan mempunyai fungsi :

1) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

pelaksanaan di bidang ketersediaan dan cadangan pangan;

2) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

(4)

3) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Ketersediaan Pangan membawahi Sub Bidang Ketersediaan dan Cadangan Pangan dan Sub Bidang Kemandirian Pangan:

a. Sub Bidang Ketersediaan dan Cadangan Pangan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang ketersediaan dan cadangan pangan, meliputi: indentifikasi ketersedian dan keragaman produk pangan, koordinasi pencegahan dan pengendalian masalah pangan sebagai akibat

menurunnya ketersediaan pangan karena berbagai sebab,

pengembangan dan pengaturan cadangan pangan pokok tertentu provinsi.

b. Sub Bidang Kemandirian Pangan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang kemandirian pangan, meliputi: koordinasi penanganan kerawanan pangan provinsi, pengendalian kerawanan pangan wilayah provinsi, identifikasi lembaga swadaya masyarakat dan tokoh masyarakat provinsi, pengembangan dan fasilitasi forum masyarakat provinsi, pengembangan trust fund provinsi.

C. Bidang Distribusi Pangan

Bidang Distribusi Pangan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang distribusi dan pemasaran pangan, dan analisis akses dan harga pangan. Bidang Distribusi Pangan mempunyai fungsi:

1) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan distribusi dan pemasaran pangan;

2) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan analisis akses dan harga pangan;

3) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(5)

Bidang Distribusi Pangan, membawahkan Sub Bidang Distribusi Dan Pemasaran Pangan dan Sub Bidang Analisis Akses Dan Harga Pangan.

a. Sub Bidang Distribusi Dan Pemasaran Pangan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang distribusi dan pemasaran pangan, meliputi: identifikasi infrastruktur distribusi pangan, pengembangan infrastruktur distribusi pangan dan koordinasi pengembangan infrastruktur pangan provinsi.

b. Sub Bidang Analisis Akses Dan Harga Pangan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang analisis akses dan harga pangan, meliputi: koordinasi pencegahan penurunan akses pangan masyarakat dan peningkatan akses pangan masyarakat, informasi harga di provinsi, dan pengembangan jaringan pasar di wilayah provinsi.

D. Bidang Konsumsi Dan Penganekaragaman Pangan

Bidang Konsumsi Dan Penganekaragaman Pangan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

pelaksanaan di bidang konsumsi pangan, dan pengolahan dan

penganekaragaman pangan. Bidang Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan mempunyai fungsi:

1) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan konsumsi pangan;

2) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan pengolahan dan penganekaragaman pangan;

3) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan, membawahkan Sub Bidang Konsumsi Pangan serta Sub Bidang Pengolahan dan Penganekaragaman Pangan.

a. Sub Bidang Konsumsi Pangan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang konsumsi pangan, meliputi: identifikasi pangan pokok masyarakat,

(6)

koordinasi pencegahan dan penanggulangan masalah pangan sebagai akibat menurunnya mutu gizi dan keamanan pangan.

b. Sub Bidang Pengolahan Dan Penganekaragaman Pangan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,

pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengolahan dan

penganekaragaman pangan, meliputi: identifikasi kebutuhan produksi dan

konsumsi masyarakat, pembinaan peningkatan mutu konsumsi

masyarakat menuju gizi seimbang berbasis bahan baku lokal.

E. Bidang Keamanan Pangan

Bidang keamanan pangan mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pembinaan mutu hasil pangan, dan sertifikasi dan pelabelan produk pangan. Bidang Keamanan Pangan mempunyai fungsi:

1) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan pembinaan mutu hasil pangan;

2) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan sertifikasi dan pelabelan produk pangan;

3) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Keamanan Pangan, membawahkan Sub Bidang Pembinaan Mutu Hasil Pangan dan Sub Bidang Sertifikasi Dan Pelabelan Produk Pangan.

a. Sub Bidang Pembinaan Mutu Hasil Pangan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pembinaan mutu hasil pangan, meliputi: pembinaan mutu dan keamanan pangan pabrikan di provinsi, pembinaan sistem manajemen laboratorium uji mutu dan keamanan pangan provinsi.

b. Sub Bidang Sertifikasi Dan Pelabelan Produk Pangan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang sertifikasi dan pelabelan produk pangan, meliputi: pengembangan kelembagaan sertifikasi produk pangan segar dan pabrikan skala kecil/rumah tangga, pelaksanaan sertifikasi dan pelabelan prima wilayah provinsi, pelatihan inspektur, fasilitator, PPNS

(7)

keamanan pangan wilayah provinsi, pembinaan penerapan standar batas maksimum residu di wilayah provinsi (BMR) dan monitoring otoritas kompeten kabupaten/kota.

F. Balai Pengembangan Cadangan Pangan

Balai mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknis operasional dan atau kegiatan teknis penunjang Badan Bidang Cadangan Pangan. Balai Pengembangan Cadangan Pangan, mempunyai fungsi:

1) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pengembangan, pengadaan, pendistribusian, serta pengelolaan cadangan pangan;

2) Penyusunan rencana teknis operasional di bidang pengembangan, pengadaan, pendistribusian, dan pengelolaan cadangan pangan;

3) Penyusunan bahan dan pelaksanaan teknis operasional di bidang pengembangan cadangan pangan, pengadaan, pendistribusian, dan pengelolaan cadangan pangan;

4) Pelaksanaan kegiatan teknis operasional di bidang pengembangan,

pengadaan, pendistribusian dan pengelolaan cadangan pangan

pemerintah;

5) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang pengembangan, pengadaan, pendistribusian dan pengelolaan cadangan pangan;

6) Pelaksanaan ketatausahaan Balai;

7) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Balai Pengembangan Cadangan Pangan, membawahkan Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Pengadaan Cadangan Pangan, Seksi Distribusi Cadangan Pangan, Kelompok Jabatan fungsional sebagimana disebutkan dalam Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 52 Tahun 2008 tanggal 20 Juni 2008 dan disempurnakan dengan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 75 Tahun 2011 tanggal 19 Desember 2011.

(8)

G. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas sesuai dengan Jabatan Fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang yang berlaku.

1) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.

2) Jumlah Jabatan Fungsional ditentukan berdasar kebutuhan dan beban kerja.

3) Jenis dan jenjang Jabatan Fungsional, diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4) Pembinaan terhadap Pejabat Fungsional, dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.2. Sumber Daya SKPD

A. Sumber Daya Manusia

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah didukung oleh kekuatan sumberdaya manusia sebanyak 107 orang. Terdiri dari 20 pejabat eselon, yaitu: 1 orang pejabat eselon II, 6 orang pejabat eselon III, 13 orang eselon IV dan 87 orang staf, yang berdasarkan kepangkatan dan golongan terinci sebagai berikut (Gambar 2.2.).

Gambar 2.2. PNS Berdasar Golongan

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 0 5 10 15 20 25 30 35

IVE IVD IVC IVB IVA IIID IIIC IIIB IIIA IID IIC IIB IIA ID IC IB IA

0 1 0 3 5 28 9 31 12 1 3 5 7 1 0 1 0

(9)

Berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah pegawai pada Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

Gambar 2.3. Tingkat Pendidikan PNS Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013

B. Sarana dan Prasarana

Peningkatan kualitas sarana dan prasarana mutlak diperlukan sebagai sarana pendukung pelaksanaan tugas. Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi di Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah didukung oleh sarana dan prasarana sebagai berikut :

1) Bangunan gedung 3 (tiga) lantai di Komplek Pertanian Tarubudaya Ungaran Jawa Tengah, 1 (satu) gedung kantor, gudang cadangan pangan pemerintah (kapasitas 200 ton GKG) dan lantai jemur (kapasitas 10 ton GKG) Balai Pengembangan Cadangan Pangan di Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang.

2) Ruang rapat kecil 1 buah, kapasitas kurang lebih 100 orang dimanfaatkan untuk kegitan koordinasi internal maupun eksternal dalam rangka efektivitas dan efisiensi pelaksanaan tugas.

3) Mesin komputer sebanyak 40 (empat puluh) dan 17 (tujuhbelas)

Notebook, 25 (dua puluh lima) UPS, 47 (empat puluh tujuh) printer.

4) Jaringan mesin telepon/fax 9 (sembilan) dengan perincian sebagai berkut: mesin fax 6921997; mesin telepon 6925554, 6921046, 6921972, 6923158, 6922411, 6923412, 6921159 dan 6925268.

5) Televisi sebanyak 15 (lima belas) unit. 4% 48% 4% 37% 4% 3% S2 S1 D3 SLTA SLTP SD

(10)

6) Sebanyak 39 (tiga puluh sembilan) AC split, 5 (lima) AC floor dan 10 (sepuluh) kipas angin yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung kenyamanan ruangan.

7) LCD sebanyak 7 (tujuh) unit. 8) Camcoder DVD 1 (satu) unit.

9) Mobil operasional 11 (sebelas) unit. 10) Sepeda Motor 14 (empatbelas) unit. 11) 1 (satu) unit Rice Mile Unit (RMU).

2.3. Kinerja Pelayanan SKPD

Rencana strategis Badan Ketahanan Pangan Jawa Tengah Tahun 2008 – 2013 merupakan bagian integral dari kebijakan dan program pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan merupakan landasan dan pedoman bagi seluruh aparat dalam pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan selama kurun waktu 5 (lima) tahun tersebut. Pengukuran kinerja kegiatan adalah untuk mengetahui tingkat capaian dari target yang telah ditetapkan pada Badan Ketahanan Pangan dan kinerja masing-masing program.

Tabel 2.1. Evaluasi Rencana Strategis Tahun 2008-2013

No Program dan Indikator Kinerja

Target

2008-2013

Satuan Realisasi Capaian

Kinerja 2008 s/d 2013 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1 Program Peningkatan Ketahanan Pangan

Terbentuknya sistem distribusi pangan yg efisien & mudah terjangkau oleh masyarakat

123 Gapoktan 0 54 24 30 31 15 154

Mempertahankan ketersediaan energi perkapita minimal 2.200 Kkal/Kap/Hari dan penyediaan protein perkapita minimal 57 gr/kap/hr sesuai WNPG VIII tahun 2004

2200 Kkal/Kap/ Hr

2.458 3.010 3.277 3.886 3.592,02 4.057 4.057

57 Gr/Kap/Hr 73,48 80,7 86,28 109,82 92,24 93,36 93,36

Tercapainya skor PPH sebesar 90 dari target skor ideal 100 pada tahun 2020 dengan sasaran tahunan

90 83,26 83,7 86,02 88,66 89,87 90,35 90,35

- Konsumsi beras turun 1 % per-tahun

95 Kg/Kap/Th 100,57 96,93 108,43 102,48 90,49 89,49 -2,01% pertahun

- Konsumsi umbi-umbian naik 1 % per-tahun

24 Kg/Kap/Th 19,36 12,61 21,99 27,52 32,31 24,24 11,42% pertahun

- Konsumsi pangan hewani naik 2% per-tahun

175 Kkal/Kap/ Hr

145,3 184,0 121,87 178,8 178,52 176,21 7,63% per tahun

- Konsumsi sayur dan buah naik 1% per-thn

115 Kkal/Kap/ Hr

101 115 91,3 100,7 97,29 116,25 3,93% per tahun

- Meningkatnya konsumsi energi minimal 2000 Kkal/Kap/Hari sesuai rekomendasi WNPG VIII 2004

2.000 Kg/Kap/Th 1.992 2.398 2.015 2.003,51 2.002,39 2.005,14 2.005,14

Terwujudnya 210 unit Desa Mandiri Pangan pada tahun 2013

(11)

Berdasarkan pada matrik pengukuran pencapaian sasaran maka dapat diketahui bahwa tingkat pencapaian target kinerja dari Badan Ketahanan Pangan dari seluruh indikator kinerja kegiatan secara fisik lebih dari 100% atau semua kegiatan dapat dilaksanakan dengan kategori Sangat Baik. Adapun evaluasi rencana strategis tahun 2008-2013 disajikan pada Tabel 2.1.

Secara umum, kondisi ketahanan pangan Jawa Tengah 2008-2013 semakin baik dan kondusif. Hal tersebut ditunjukkan oleh beberapa indikator berikut:

a. Produksi komoditas pangan strategis menunjukkan pertumbuhan yang positif. b. Ketersediaan pangan cukup mantap dan mampu mencukupi kebutuhan bagi

seluruh penduduk Jawa Tengah.

c. Harga pangan relatif stabil dan terjangkau masyarakat baik secara umum maupun menjelang hari besar keagamaan.

d. Peran serta masyarakat dalam upaya pemantapan ketahanan pangan semakin meningkat.

A. Ketersediaan Pangan

Produksi komoditas pangan penting Jawa Tengah selama tahun 2008-2013 secara umum mengalami pertumbuhan positif (Tabel 2.2.). Produksi pangan hewani dan nabati mengalami peningkatan kecuali kedelai dan kacang hijau.

Tersedianya peta ketahanan dan kerentanan pangan di 29 Kabupaten 29 Peta tingkat kecamatan 0 0 0 29 29 29 29 2 Program Pengembangan Diversifikasi dan Pola Konsumsi Pangan

Berkembangnya diversifikasi konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal dimasyarakat

888 Desa 17 44 250 290 80 772 1.453

3 Program Peningkatan Mutu

dan Keamanan Pangan

Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pangan yang aman dan bermutu sesuai dengan standar mutu pangan.

60 Warung sekolah

13 8 6 10 5 30 72

Tersertifikatnya produk PRIMA 3 (aman dikonsumsi) untuk 17 komoditas di 29 Kabupaten.

17 Komoditas 0 3 4 6 3 3 19

4 Program Peningkatan

Kesejahteraan Petani

Meningkatnya fungsi kelembagaan dan unit usaha pertanian, usaha pelayanan jasa alsin (UPJA) lumbung distribusi pangan masyarakat (LDPM) rice mill

93 Lumbung pangan

(12)

Tabel 2.2. Perkembangan Produksi Beberapa Komoditas Pangan Penting Tahun 2008-2013

Komoditas Produksi Per Tahun (Ton) Rata2

Pertum-buhan (%) 2008 2009 2010 2011 2012 2013 I. Pangan Nabati 1 Padi 9.136.405 9.600.415 10.110.830 9.391.959 10.232.934 10.295.494 2,57 2 Jagung 2.679.914 3.057.845 3.058.710 2.772.575 3.041.630 3.042.420 2,90 3 Kedelai 167.351 175.156 187.992 112.273 152.416 112.247 (3,78) 4 K. Tanah 171.385 162.430 161.222 122.306 143.687 181.983 2,81 5 K. Hijau 90.480 104.352 77.803 116.518 111.495 70.951 (0,20) 6 Ubi Kayu 3.325.099 3.676.809 3.876.242 3.501.458 3.848.462 3.771.334 2,85 7 Ubi Jalar 117.159 147.083 137.724 157.972 166.978 185.605 10,15 8 Gula 272.007 227.214 242.666 244.192 329.191 370.814 8,93 II. Pangan Hewani

9 Ikan 320.824 358.312 421.069 513.589 535.093 535.093 11,07

10 Daging 183.770 203.841 228.189 239.459 252.218 263.468 6,67

11 Telur 191.355 249.804 250.227 257.175 271.819 277.980 2,73

12 Susu 89.916 91.762 100.149 104.141 105.516 107.981 3,77

Sumber :

Produksi Padi dan Palawija (ATAP 2008 - 2012), ARAM 2 - 2013, BPS-DINPERTAN Produksi Ikan (ATAP 2008 -2012); 2013 ASEM - Dinas Kelautan dan Perikanan Produksi Gula (ATAP 2009-2012); 2013 ASEM - Dinas Perkebunan

Produksi Daging, Telur, Susu (ATAP 2008 - 2012), ASEM 2013 - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan

Pertumbuhan ketersediaan komoditas pangan nabati selama tahun 2008-2013 mengalami peningkatan (Gambar 2.4. s.d. 2.6.). Ketersediaan tersebut merupakan produksi pangan Jawa Tengah setelah dikurangi kebutuhan untuk benih, pakan dan tercecer dari setiap komoditas yang nilai konversinya berbeda untuk masing-masing komoditas.

Gambar 2.4. Perkembangan Ketersediaan Padi, Jagung, Ubi Kayu Tahun 2008-2013

Sumber :

Data Produksi lingkup Pertanian diolah BKP Ketersediaan beras dihitung:

*) GKG tersedia = GKG dikurangi penggunaan gabah 7,3%, untuk benih 0,9%; pakan 0,44%; industri non makanan 0,56%; tercecer/susut 5,4%; Konversi GKG tersedia ke beras (62,7%), dikurangi penggunaan beras 3,33 %, untuk pakan ternak/unggas 0,17%; industri non makanan 0,66%; tercecer/susut 2,5%.

5.1 3 5.39 5.68 5.28 5.75 5.78 2.44 2.83 2.78 2.78 2.52 2.77 2.71 3.13 3.29 2.98 3.27 3.62 - 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 2008 2009 2010 2011 2012 2013 K e te rsed iaan (J u ta To n ) Padi Jagung Ubi Kayu

(13)

Gambar 2.5. Perkembangan Ketersediaan Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Tanah, Ubi Jalar dan Gula Tahun 2008-2013

Sumber : Data Produksi lingkup Pertanian diolah BKP

Gambar 2.6. Perkembangan Ketersediaan Daging, Susu, Telur Tahun 2008-2013

Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah

Gambaran ketersediaan bahan pangan untuk dikonsumsi oleh masyarakat Jawa Tengah dapat ditunjukkan dari hasil Neraca Bahan Makanan (NBM). Ketersediaan pangan yang dihitung berdasarkan penjumlahan produksi domestik, impor neto, perubahan stok, dikurangi kebutuhan nonkonsumsi untuk benih, industri non pangan, dan penggunaan lainnya. Berdasarkan hasil analisis NBM Jawa Tengah dari tahun 2008-2013 diketahui angka ketersediaan energi tahun 2007-2012 (Gambar 2.7.) rata-rata 3.380 kkal/kap/hari dan angka ketersediaan protein (Gambar 2.8.) rata-rata-rata-rata 89,31 gram/kap/hari sudah melebihi angka rekomendasi hasil Widya Karya Pangan dan Gizi (WKNPG) VIII tahun 2004 untuk ketersediaan energi 2.200 kilokalori dan protein 57 gram. Pada periode tersebut, ketersediaan energi naik rata-rata 10,59 persen per tahun dan protein naik rata-rata 7,00 persen per tahun.

142.25 148.88 159.79 95.43 129.55 106.25 154.25 146.19 145.10 110.08 129.32 157.40 81.43 93.92 70.02 104.87 100.35 65.98 103.10 129.43 121.20 139.02 146.94 163.33 272.01 227.21 242.67 244.19 329.19 370.81 - 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00 400.00 2008 2009 2010 2011 2012 2013 K e te rsed iaan (R ib u To n ) Kedelai K. Tanah K. Hijau Ubi Jalar Gula 265 303 306 319 337 337 198 282 266 273 288 288 220 317 383 446 498 498 - 100 200 300 400 500 600 2008 2009 2010 2011 2012 2013 ke te rsed iaan (r ib u to n ) Daging Telur Susu

(14)

Gambar 2.7. Ketersediaan Energi per Kapita 2008-2013

Sumber : Neraca Bahan Makanan (BKP)

Gambar 2.8. Ketersediaan Protein per Kapita 2008-2013

Sumber : Neraca Bahan Makanan (BKP)

Meski angka ketersediaan per kapita bahan makanan di Jawa Tengah sudah melebihi target yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2008-2013 dan Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Jawa Tengah dalam aspek ketersediaaan pangan, akan tetapi perlu diperhatikan kualitas konsumsi pangan masyarakat sehingga pola konsumsi yang beragam, bergizi, seimbang dan aman dapat terus dikembangkan. Tingginya ketersediaan bahan makanan di Jawa Tengah jangan sampai membuat terlena pemerintah daerah, karena ada beberapa sumber bahan makanan yang dipenuhi dari pihak luar. Hal ini bila diperhatikan dan diusahakan oleh masyarakat Jawa Tengah akan memberikan peluang usaha bagi masyarakat dan secara tidak langsung akan mengurangi pengangguran yang akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 2,458 3,010 3,277 3,886 3,592.02 4,057 2,200 0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 2008 2009 2010 2011 2012 2013 ket er sed iaan En er gi (K kal /h ar i) 73.48 80.70 86.28 109.82 92.24 93.36 57 - 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 2008 2009 2010 2011 2012 2013 K e te rsed iaan Pr o te in (Gr am /H ar i)

(15)

Untuk mewujudkan kemandirian pangan masyarakat di desa, dilaksanakan Program Aksi Desa Mandiri Pangan. Program Aksi Desa Mandiri Pangan merupakan program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan di desa dengan prosentase KK miskin >30%, dengan karakteristik kualitas sumberdaya masyarakat rendah, terbatasnya sumber daya modal, akses teknologi, dan infrastruktur pedesaan. Desa Mandiri Pangan adalah desa yang masyarakatnya mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi melalui pengembangan subsistem ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan dengan memanfaatkan sumber daya setempat secara berkelanjutan. Pengembangan Desa Mandiri Pangan dari tahun 2006 sampai 2013 sebanyak 285 desa.

B. Distribusi, Harga dan Cadangan Pangan

Sebaran wilayah sentra produksi yang berbeda dengan sebaran wilayah pasar dan sentra konsumen mengharuskan distribusi bahan pangan agar tersedia bagi semua konsumen. Pembangunan aspek distribusi pangan berfungsi mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan efisien, sebagai prasyarat untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu dengan harga terjangkau. Pembangunan distribusi pangan dilakukan dengan berkoordinasi dengan instansi lain dalam hal untuk mendukung perbaikan distribusi pangan seperti perbaikan sarana jalan, transportasi dan pengaturan sistem pemasaran pangan yang lebih efisien dan berkeadilan.

1. Distribusi Pangan

Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya di bidang distribusi pangan, BKPJawa Tengah telah melaksanakan pemantauan harga dan distribusi pangan untuk menjamin ketersediaan dan harga yang terjangkau khususnya menjelang HBKN, pemantauan cadangan pangan masyarakat dan pemerintah, peningkatan akses pangan melalui kegiatan padat karya serta penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat.

Kegiatan Penguatan–LDPM merupakan kegiatan yang berkelanjutan mulai dari Tahap Penumbuhan, Tahap Pengembangan, Tahap Kemandirian dan Tahap Pasca Kemandirian.Kegiatan Penguatan–LDPM dibiayai melalui APBN dengan mekanisme dana Bantuan Sosial (Bansos) yang disalurkan langsung kepada rekening Gapoktan. Tujuan dari kegiatan Penguatan–LDPM adalah Memberdayakan Gapoktan agar mampu Mengembangkan sarana penyimpanan (gudang); Menyediakan cadangan pangan (gabah/beras/jagung/pangan spesifik lainnya) minimal bagi anggotanya disaat paceklik;

(16)

Menjaga stabilitas harga gabah/beras/jagung di tingkat petani di saat panen raya melalui kegiatan pembelian-penjualan; Mengembangkan usaha ekonomi di wilayah, melalui Usaha pembelian-penjualan gabah/beras/ jagung; Meningkatkan nilai tambah produk melalui kegiatan penyimpanan/ pengolahan/pengepakan; Memperluas jejaring kerja sama distribusi/pemasaran yang saling menguntungkan dengan mitra usaha di dalam maupun di luar wilayahnya. Sasaran Kegiatan Penguatan LDPM adalah untuk gapoktan yang berlokasi di daerah sentra produksi padi dan jagung; Memiliki unit usaha distribusi/ pemasaran/pengolahan dan unit pengelola cadangan pangan; Memiliki lahan sendiri untuk membangun sarana penyimpanan (gudang).

Jumlah gapoktan yang sudah difasilitasi sampai dengan tahun 2013 sebanyak 143 gapoktan LDPM dengan perincian : (a). Pasca Mandiri 78 gapoktan; (b). Kemandirian 26 gapoktan; (c). Pengembangan 29 Gapoktan dan (d). Penumbuhan 2012 2 gapoktan dan penumbuhan 2013 8 gapoktan. Akumulasi pemanfaatan dana bansos Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) tahun 2009 s/d 2012 pada 29 Kabupaten disajikan dalam Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Akumulasi Pemanfaatan Dana Bansos LDPM 2009-2012

No Uraian Jumlah

1 Pembangunan Gudang Rp. 6.389.430.446,-

2 Pengembangan Cadangan Pangan Rp. 3.220.467.500,-

3 Unit Distribusi dan Pemasaran Rp. 18.440.102.054,-

Jumlah Rp. 28.050.000.000,-

Akumulasi pembelian dan penjualan gabah, beras dan jagung untuk kegiatan Penguatan LDPM tahun 2009 s/d 2012 di 135 Gapoktan pada 29 Kabupaten untuk unit

distribusi dan pemasaran pembelian gabah sebesar 20,884,214 Kg

(Rp. 68,155,153,756) dan penjualan sebesar 24,949,167 Kg (Rp. 32,410,245,517). Pembelian beras sebesar 2,953,109 Kg (Rp. 18,515,489,785) penjualan sebesar 8,702,560 Kg (Rp. 53,810,729,755). Pembelian jagung sebesar 1,929,415 Kg (Rp. 4,386,816,682) dan penjualan sebesar 1,496,303 Kg (Rp. 3,748,709,185).

(17)

2. Harga Pangan

Berdasarkan pemantauan harga pangan strategis tahun 2009-2013 yang dilakukan diketahui bahwa perkembangan harga komoditas strategis cukup stabil.

2.1. Beras

Dalam upaya menjaga kestabilan harga beras Pemerintah telah menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah dan beras, kebijakan ini menjadi titik terang dalam upaya menjaga kestabilan harga beras. Selama kurun waktu 2009-2013 harga beras memang cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan HPP dan rata-rata diatas HPP. Sebaran harga per bulan menunjukkan data yang cukup stabil.

Gambar 2.9. Perkembangan Harga Beras 2009-2013

2.2. Jagung, Kedelai dan Ketela Pohon

Harga jagung terjadi kenaikan yang signifikan pada tahun 2011, pada tahun 2011-2013 harga jagung cukup stabil, demikian juga untuk harga jagung per bulan pada setiap tahunnya. Harga kedelai sangat rentan terhadap peningkatan harga karena masih tingginya impor kedelai. Peningkatan harga kedelai yang cukup signifikan mulai terjadi pada Juli 2012 sebagai akibat dari gejolak harga di pasar internasional karena terjadinya musim kering di Amerika Serikat yang berdampak pada penurunan produksi. Harga ubi kayu terus mengalami peningkatan dari tahun 2009-2013, sebagai akibat meningkatnya permintaan ubikayu sebagai bahan industri (tepung, etanol, dan lain-lain). 5,233 6,015 6,329 7,666 8,042 4,300 5,060 5,060 6,600 6,600 - 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 2009 2010 2011 2012 2013 R p /K g

(18)

Gambar 2.10. Perkembangan Harga Jagung, Kedele & Ketela Pohon Tahun 2009-2013

2.3. Cabe Merah dan Bawang Merah

Harga cabe merah dan bawang merah cenderung fluktuatif mengikuti musim panen dan perubahan permintaan maupun penawaran, tradisi Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) menjadi faktor lain yang mempengaruhi fluktuasi harga setiap tahunnya. Isu lain yang berpengaruh adalah kenaikan bahan bakar minyak bulan Februari-Maret 2012 dan awal tahun 2013 juga mempengaruhi perubahan harga cabe dan bawang merah. Harga cabe merah dan bawang merah yang cukup tinggi dimulai sejak awal tahun 2013.

Gambar 2.11. Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah Tahun 2009-2013

2009 2010 2011 2012 2013

Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

Cabe Merah Keriting 12,968 13,010 17,848 16,513 23,559

Cabe Merah Besar Biasa 12,284 18,756 16,727 16,298 21,056

Bawang Merah 9,146 11,707 14,165 9,659 28,410 - 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 R p /K g 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

Jagung 2,858 3,059 3,923 3,757 4,229 Kedelai 6,621 6,427 7,189 7,187 8,731 Ketela Pohon 1,180 1,467 1,829 2,163 2,700 - 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 10,000 R p /kg

(19)

2.4. Gula Pasir, Minyak Goreng dan Tepung Terigu

Harga gula pasir cenderung mengalami peningkatan sebagai akibat dari meningkatnya biaya usaha tani tebu, sedangkan minyak goreng curah terus meningkat pada periode 2009-2011, pada tahun 2012-2013 mengalami penurunan. Untuk komoditas terigu yang bahan bakunya 100% impor harga cenderung stabil pada periode 2009-2013.

Gambar 2.12. Perkembangan Harga Gula Pasir, Minyak Goreng & Terigu Tahun 2009-2013

2.5. Daging Sapi, Daging Ayam Dan Telur

Kenaikan harga daging sapi yang signifikan dimulai sejak menjelang bulan puasa 2012, mencapai puncaknya pada November 2012 dan bertahan harga tinggi sampai tahun 2013. Adanya efek situasional HBKN dan kebijakan pengurangan quota impor daging diduga menjadi penyebab kenaikan harga daging sapi. Serupa dengan daging sapi, harga telur dan daging ayam mengalami kenaikan setiap tahunnya pada HBKN.

2009 2010 2011 2012 2013

Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

Gula Pasir 8,309 9,840 10,288 11,154 11,353

Minyak Goreng Curah 8,756 9,864 11,588 10,654 9,759

Tepung Terigu 6,725 6,690 7,358 6,725 7,167 - 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 R R p /K g

(20)

Gambar 2.13. Perkembangan Harga Daging sapi, Daging Ayam, Telur, Ikan Asin Tahun 2009-2013

3. Cadangan Pangan

Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk kelanjutan hidupnya. Oleh karena itu terpenuhinya pangan menjadi hak asasi bagi setiap orang. Ketahanan pangan didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Dalam rangka mewujudkan pemenuhan kebutuhan akan pangan bagi seluruh penduduk di suatu wilayah, maka ketersediaan pangan menjadi sasaran utama dalam kebijakan pangan bagi pemerintahan suatu negara. Ketersediaan pangan tersebut dapat dipenuhi dari tiga sumber, yaitu:

(1) produksi dalam negeri; (2) pemasukan pangan; dan (3) cadangan pangan.

Bila terjadi kesenjangan antara produksi dengan kebutuhan pangan di suatu wilayah dapat diatasi dengan melepas cadangan pangan, oleh sebab itu cadangan pangan merupakan salah satu komponen penting dalam ketersediaan pangan. Beberapa alasan yang mendasari Pengembangan Cadangan Pangan adalah :

(a) Bank Dunia pada tahun 2008 memperingatkan bahwa cadangan pangan Indonesia berada dalam titik terendah sehingga bisa menjadi masalah serius jika tidak diatasi sejak awal mengingat cadangan pangan dunia turun hampir setengahnya;

2009 2010 2011 2012 2013

Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

Daging Sapi 50,018 58,564 59,737 63,245 85,547

Daging Ayam 20,818 21,825 22,127 23,405 27,547

Telur Ayam Ras 12,027 12,465 13,951 15,050 16,817

Ikan Asin (Teri Nasi) 27,666 29,309 37,187 35,951 51,852

- 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000 90,000 R p /K g

(21)

(b) Situasi iklim di Indonesia saat ini tidak menentu dan kurang bersahabat telah menyebabkan bencana (longsor, banjir, kekeringan), sehingga menuntut manajemen cadangan pangan yang efektif dan efisien agar dapat mengatasi kerawanan pangan; (c) masa panen tidak merata antar waktu dan daerah mengharuskan adanya cadangan pangan; dan

(d) banyaknya kejadian darurat memerlukan adanya cadangan pangan untuk penanganan pasca bencana, penanganan rawan pangan, dan bantuan pangan wilayah. Untuk itulah diperlukan adanya cadangan pangan yang di kelola oleh Pemerintah (Pusat, Provinsi, Kab/Kota dan Desa), maupun Cadangan Pangan yang dikelola oleh masyatakat.

Keberadaan cadangan pangan sangat penting sesuai UU Pangan Nomor 18 Tahun 2012 dan Permendagri No 30 Tahun 2008. Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang dikelola Balai Pengembangan Cadangan Pangan 2009 – 2013 mengalami peningkatan (Tabel 2.4.). Cadangan pangan yang ada di BPCP telah disalurkan ke daerah rawan pangan transien di beberapa wilayah kabupaten/kota yang terkena bencana tanah longsor, banjir, angin puting beliung dan kekeringan.

Tabel 2.4. Perkembangan Pengadaan Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi di BPCP Tahun 2009-2013 Tahun Anggaran Sumber Dana R Reeaalliissaassii((TToonn) ) G Gaabbaahh SSeettaarraaBBeerraass 2009 APBD 110 64,77 APBN 18,38 11,03 2010 APBD 110,77 70,196 2011 APBD 118,392 71,035 2012 APBD 227,361 125,05 2013 APBD 190,015 113,053 JUMLAH 774,918 455,134

Untuk meningkatkan cadangan pangan dan menjamin stabilitas harga pangan di masyarakat telah Badan Ketahanan Pangan Jawa Tengah mengembangkan lumbung pangan. Idealnya setiap desa ada 1 lumbung pangan, pada tahun 2002-2007 melalui Bangdes telah dibentuk lumbung desa sebanyak 7.463 lumbung, karena satu dan lain hal pada tahun 2008 tinggal 1.663 lumbung itupun yang tercatat aktif hanya 1.220 lumbung berada di (29 kab dan 1 kota). Sejak tahun 2009 Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah mulai melakukan revitalisasi terhadap lumbung-lumbung yang masih aktif melalui anggaran APBD dan APBN dengan memberikan stimulan berupa:

(22)

Pembangunan Lumbung DAK, Pengisian Cadangan Pangan berupa gabah, Renovasi Lumbung, Pembuatan Lantai Jemur dan Pemberian Alat (Timbangan, Test Kadar Air, Gerobag dorong), sampai dengan tahun 2013 telah dapat direvitalisasi sebanyak 335 lumbung (4,28%) dari jumlah lumbung yang seharusnya berada di 7.810 desa. Tentunya hal ini masih sangat kecil sehingga kita harus bekerja keras untuk terus mengembangkan lumbung agar dapat mewujudkan cadangan pangan di Jawa Tengah yang benar-benar kuat.

Kepulauan Karimun Jawa adalah wilayah Jawa Tengah yang cukup rentan pangan, maka Badan Ketahanan Pangan pada tahun 2010 telah memfasilitasi cadangan pangan sebanyak 12 ton beras. Pada tahun 2011 dibantu 22 ton beras, ternak kambing jawa randu 100 ekor, dibangun lumbung seluas 4 x 8 m2 dan lantai jemur seluas 100 m2, pada tahun 2012 dibantu bahan pangan 19 ton beras dan 3 unit hand tractor. Pada tahun 2013 telah direalisasi bantuan pangan sebanyak 11 ton beras dan akan ditambah 10 ton beras serta 2 unit hand tractor.

C. Konsumsi Pangan

Berbagai upaya dan strategi dilakukan Pemerintah untuk mencapai keadaan masyarakat dengan pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman menuju Pola Konsumsi Pangan yang ideal, guna meningkatkan kualitas SDM. Pengembangan diversifikasi dan pola konsumsi pangan diupayakan untuk meningkatkan kualitas konsumsi pangan masyarakat yang beragam, bergizi seimbang dan aman berbasis sumber daya lokal, melalui pemberdayaan kelompok wanita, optimalisasi pemanfaatan pekarangan, pengembangan pengolahan pangan dan sosialisasi serta promosi penganekaragaman pangan. Optimalisasi pemanfaatan pekarangan dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan dan cadangan pangan serta penganekaragaman konsumsi pangan di tingkat rumah tangga sebagai sumber pangan keluarga, yang beragam, bergizi, seimbang dan aman, dapat meningkatkan perekonomian keluarga, serta dalam rangka mewujudkan kemandirian pangan di tingkat rumah tangga. Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan sampai dengan tahun 2013 sebanyak 1.453 desa/kelompok

Beberapa kegiatan yang dilaksanakan:

- Optimalisasi pemanfaatan pekarangan sebagai sumber pangan keluarga;

- Pengembangan Kebun Bibit Desa sebagai sumber penyediaan bibit ditingkat desa;

(23)

meningkatkan citra pangan lokal yang sudah dianggap inferior menjadi sejajar dengan kelompok pangan yang lain dan penyusunan menu B2SA;

- Pengembangan kebun sekolah sebagai sarana pengenalan dan pembelajaran anak sejak usia dini agar kenal dan cinta pada dunia pertanian;

- Pengembangan penyusunan menu B2SA berbasis sumberdaya lokal

Keberhasilan yang sudah dicapai antara lain :

- Tumbuhnya kesadaran, peran, dan partisipasi masyarakat dan anak sejak usia dini dalam mewujudkan pola konsumsi pangan yang B2SA serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan pokok beras melalui Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP);

- Meningkatnya partisipasi kelompok wanita dalam penyediaan sumber pangan dan gizi keluarga melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan sebagai penghasil sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral untuk konsumsi keluarga;

- Mendorong pengembangan usaha pengolahan pangan skala Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sumber karbohidrat selain beras dan terigu yang berbasis sumber daya dan kearifan lokal;

- Meningkatnya kualitas konsumsi pangan masyarakat melalui penghitungan skor PPH;

- Adanya Kelompok Wanita Tani yang berhasil meraih penghargaan tingkat nasional, antara lain Adikarya Pangan Nusantara Tahun 2012 yaitu KWT Melati, Desa Semin, Kec. Nguntoronadi, Kab. Wonogiri dan penghargaan KWT Teladan Tingkat Nasional 2013 yaitu KWT Melati Desa Wonogiri, Kec. Kajoran, Kab. Magelang;

- Sebagai model percontohan optimalisasi pemanfaatan pekarangan yang disiarkan pada 29 stasiun TV nasional dan 9 stasiun TV swasta.

Kualitas konsumsi pangan masyarakat dapat diukur dari skor Pola Pangan Harapan (PPH), yaitu komposisi kelompok pangan utama yang dikonsumsi berdasarkan atas proporsi keseimbangan energi dari berbagai kelompok pangan untuk dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya. Kualitas konsumsi pangan mayarakat Jawa Tengah dari tahun 2008-2013 yang ditunjukkan dengan meningkatnya skor PPH, merupakan salah satu indikator keberhasilan ketahanan pangan di Jawa Tengah dari aspek konsumsi.

(24)

Tabel 2.5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Jawa Tengah Tahun 2008-2013 No. Kelompok Pangan Standar 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1 Padi-padian 25,0 25,0 25,0 25,00 25,00 25,00 25,00 2 Umbi-umbian 2,5 1,9 2,0 1,93 2,40 2,50 2,19 3 Pangan Hewani 24,0 14,3 16,0 12,10 17,88 17,85 17,62

4 Minyak & lemak 5,0 4,8 4,6 5,50 4,95 5,00 3,91

5 Buah/biji berminyak

1,0 1,0 1,0 1,42 0,97 1,00 0,79

6 Kacang-kacangan 10,0 8,9 8,0 9,21 10,00 10,00 10,00

7 Gula 2,5 2,4 2,1 1,79 2,27 2,48 1,78

8 Sayur & buah 30,0 24,9 25,0 22,67 25,18 26,00 29,06

9 Lain-lain 0,0 0,0 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00

Skor PPH Jateng 100,0 83,2 83,7 86,02 88,66 89,87 90,35 Skor PPH Nasional 81,9 75,7 77,5 77,3 75,4 88,3 Sumber: Hasil survey PPH Kab/Kota Tahun 2008-2013 diolah BKP Prov.Jateng

Dokumen RPJMD Jawa Tengah 2008-2013 menyatakan bahwa sasaran tahunan yang ingin dicapai dari komposisi kelompok pangan adalah menurunkan konsumsi beras 1% per tahun, menaikkan konsumsi umbi-umbian, sayur dan buah 1% per tahun serta menaikan konsumsi pangan hewani 2% per tahun. Capaian konsumsi kelompok pangan tersebut disajikan pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6. Capaian Konsumsi Kelompok Pangan Tahun 2008-2013

No. Indikator 2008 2009 2010 2011 2012 2013

1 Beras (Kg/Kap/Th) 100,57 96,93 108,43 102,48 90,49 89,49

2 Umbi-umbian (Kg/Kap/Th) 19,36 12,61 21,99 27,52 32,31 24,24

3 Pangan hewani (Kg/Kap/Th) 33,15 41,98 21,10 38,44 37,21 36,19

4 Sayur dan buah (Kg/Kap/Th) 76,80 87,45 69,43 76,57 73,98 67,70

Sumber : Hasil survey PPH Kab/Kota Tahun 2008-2013 diolah BKP Prov.Jateng

Mengacu pada Permentan Nomor 43 Tahun 2009 bahwa :

 Angka sasaran Konsumsi beras yaitu 91,0 kg/kap/th. Capaian konsumsi beras tahun 2008-2013 rata-rata konsumsi 98,065 kg/kap/th, mengalami penurunan menuju ideal rata-rata 1%/th.

 Angka sasaran kecukupan Konsumsi umbi-umbian yaitu 35,6 kg/kap/th setara dengan 120 kkal/kap/hr, capaian konsumsi umbi-umbian tahun 2008-2013 rata-rata konsumsi 23,005 kg/kap/tahun atau 102,76 kkal/kap/hr bila ditinjau dari konsumsi tiap tahun menunjukkan peningkatan konsumsi menuju ideal rata-rata 1%/th.

(25)

 Angka sasaran kecukupan Konsumsi pangan hewani yang ideal 240 Kkal/kap/hr atau 54,8 kg/kap/th, capaian tahun 2008-2013 rata-rata 179,9 Kkal/kap/hari setara dengan 34,68 kg/kap/th, bila ditinjau dari konsumsi tiap tahun menunjukkan peningkatan konsumsi pangan hewani sebesar 2%/th.

 Angka sasaran kecukupan Konsumsi sayur dan buah ideal yaitu 91,3 kg/kap/th atau setara dengan 240 gr/kap/hr, konsumsi buah dan sayur tahun 2008-2013 rata-rata 106,76 Kkal/kap/hr setara dengan 75,32 kg/kap/th bila ditinjau dari konsumsi tiap tahun menunjukkan peningkatan konsumsi sebesar 1%/th.

Konsumsi energi tahun 2008-2013 mengarah pada konsumsi ideal sebesar 2.000 kkal/kap/hari tersaji pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7. Konsumsi Energi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013

No. KelompokPangan/ Komoditas

Konsumsi Ideal (Kkal/kap/hr)

Capaian Konsumsi (Kkal/kap/hr)

2009 2010 2011 2012 2013 1 Padi-padian 1.000,00 1.550,3 1.228,84 1.094,80 1.033,02 1003,1 2 Umbi2-an 120,00 90,7 98,75 100,51 118,89 87,7 3 PanganHewani 240,00 184 121,87 178,8 178,52 176,21 4 Minyak&lemak 200,00 210,1 200 188,1 200,18 156,48 5 Buah/biji berminyak 60,00 45 39,99 37,9 46,97 31,55 6 Kacang2-an 100,00 93 99,78 137,6 158,99 261,15 7 Gula 100,00 95 97,61 97,8 99,24 71,2 8 Sayuran&buah 120,00 115 91,3 100,7 97,29 116,25 9 Lain-lain 60,00 14,9 36,86 67,31 69,28 101,5 JUMLAH 2.000,00 2.398,0 2.015,00 2.003,52 2.002,38 2.005,14

Sumber : Hasil survey PPH Kab/Kota Tahun 2008-2013 diolah BKP Prov.Jateng

Berdasarkan data pada Tabel 2.7. dapat dilihat bahwa konsumsi padi-padian sebagai sumber karbohidrat semakin menurun menuju angka konsumsi ideal. Untuk meningkatan konsumsi pangan lokal kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan antara lain :

1. Peningkatan Preferensi Pangan Masyarakat

Bertujuan untuk mempertahankan pangan pokok masyarakat selain beras, misalnya sekelan/jagung instant di Temanggung, tiwul di Wonogiri.

2. Model Pengembangan Pangan Alternatif

Bertujuan untuk mengurangi konsumsi beras dan terigu, misalnya di Cilacap aneka olahan berbahan dasar sukun seperti egg roll sukun, kroket sukun, di Kabupaten Semarang, aneka olahan dari waluh seperti egg roll waluh, stick waluh, dan lain-lain

(26)

di Magelang, aneka olahan dari singkong seperti kripik singkong aneka rasa, brownis singkong, dan lain-lain.

3. Model Pengembangan Pengolahan Pangan Lokal (MP3L)

Bertujuan untuk mengurangi konsumsi beras dan terigu lebih kearah pangan pokok bukan kudapan. Berada di kabupaten Temanggung, Wonogiri dan Kebumen. Jenis produk yang akan dihasilkan adalah beras sehat (beras dari singkong ditambah kacang-kacangan untuk penambah protein), mie sehat dan macaroni semua dari singkong dan jagung.

4. Promosikan penganekaragaman pangan dan meningkatkan citra pangan lokal antara lain dengan mengadakan festival pangan lokal, lomba cipta menu berbasis sumber daya lokal dan mengikuti pameran-pameran yang diselenggarakan tingkat provinsi maupun nasional.

Jumlah kelompok pengembangan pangan lokal yang sudah dibina oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah mulai tahun 2008 sampai dengan 2013 sejumlah 71 kelompok yang berada di 26 Kabupaten. Pembinaan berupa fasilitasi stimulan alat pengolah pangan sesuai kebutuhan kelompok. Jenis olahan pangan antara lain aneka tepung-tepungan lokal, aneka kue kering dan kue basah berbahan sukun, waluh, singkong, ubi jalar, jagung.

Pengembangan makanan tradisional/ pangan khas Jawa Tengah juga dilaksanakan melalui kegiatan lomba cipta menu di tingkat kabupaten/kota maupun Provinsi, Demonstrasi masakan 3B Plus (Beragam, Bergizi, Berimbang dan Aman). Pengembangan makanan tradisional didukung dengan ketersediaan bahan pangan nabati dan hewani yang dapat diolah menjadi aneka pangan olahan.

D. Keamanan Pangan

Dalam rangka pembinaan dan fasilitasi mutu dan keamanan pangan, salah satu kegiatan prioritas BKP adalah pembinaan dan pengelolaan warung sekolah. Pembinaan dan pengelolaan warung sekolah bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan pangan yang aman dan bermutu bagi anak sekolah sebagai generasi penerus bangsa, meningkatkan kemampuan dan keterampilan pengelola warung sekolah dalam memproduksi pangan yang aman dan bermutu bagi anak sekolah. Sampai dengan tahun 2013 pembinaan warung sekolah dilaksanakan pada 70 warung sekolah. Selain pembinaan, BKP juga memfasilitasi stimulan peralatan warung sekolah berupa sarana peralatan penunjang sanitasi dan higienitas dalam keamanan pangan warung sekolah.

(27)

Tabel 2.8. Perkembangan Jumlah Kantin Sekolah Binaan Badan Ketahanan Pangan

Kegiatan 2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah

Pembinaan Pengelolaan

Warung Sekolah Yang

Aman dan Bermutu

8 7 10 15 30 70

Keterangan : Stimulan berupa peralatan penunjang higiene sanitasi pangan

Setelah melakukan pembinaan dan memberikan bantuan terhadap warung sekolah, diharapkan warung-warung sekolah tersebut termotivasi untuk selalu menyediakan pangan jajanan anak sekolah yang aman, Sebagai bentuk motivasi tersebut dari BKP telah mengupayakan untuk menyeleksi warung-warung sekolah yang sudah dikelola secara baik dan benar sesuai kaidah keamanan pangan untuk memperoleh Piagam Pra Bintang Keamanan Pangan, dan selanjutnya bagi warung sekolah yang sudah mendapatkan penghargaan Pra Bintang akan diikutkan dalam seleksi Piagam Bintang Keamanan Pangan yang diselenggarakan oleh BBPOM.

Koordinasi Jejaring Sistem Keamanan Pangan Terpadu dan Sosialisasi Mutu dan Keamanan Pangan dilaksanakan dengan membentukTim Sistem Keamanan Pangan Terpadu(SKPT) dengan SK Gubernur Nomor 525/9/2010, tanggal 10 Maret 3010. Susunan Tim SKPT sebagai berikut :

1. Ketua : Badan Ketahanan Pangan Prov Jateng;

2. Wakil Ketua :Balai Besar POM Semarang;

3. Sekretaris : BKP dan BBPOM;

4. Anggota : Dinas Kesehatan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan,

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perkebunan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Biro Bina Produksi dan Biro Bina Sosial SETDA Jateng.

Pembentukan Tim SKPT tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, kepercayaan masyarakat terhadap keamanan dan pengawasan pangan serta menekan kasus-kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan di Provinsi Jawa Tengah. Mengingat sangat pentingnya peran Tim SKPT tersebut dalam pengawasan keamanan pangan yang beredar di masyarakat, maka SK tersebut oleh Tim SKPT diharapkan untuk bisa dirubah menjadi Peraturan Gubernur (Pergub). Gubernur juga telah membuat surat edaran kepada Bupati/Walikota agar supaya kabupaten/kota juga

(28)

membentuk Tim SKPT, sehingga kasus-kasus keracunan bisa ditekan (Tabel 2.9). Sampai saat ini baru ada 11 kabupaten/kota yang sudah membentuk Tim SKPT yaitu Banyumas, Tegal, Kendal, Boyolali, Pemalang,Kebumen, Wonosobo, Demak, Kota Pekalongan, Kota Surakarta dan Kota Semarang.

Kebijakan pemerintah tentang pangan di Indonesia sudah dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Salah satu kebijakan Pemerintah terkait dengan Undang-Undang tersebut adalah pengawasan terhadap keamanan pangan melalui Sertifikasi dan Pelabelan terhadap produk pangan segar dalam rangka menjamin keamanan pangan.

Sesuai dengan kewenangan Departemen Pertanian dalam PP 28 tahun 2004 tentang keamanan mutu dan gizi pangan, bahwa Menteri Pertanian berwenang untuk mengatur, membina dan /atau mengawasi kegiatan atau proses produksi Pangan dan peredaran pangan segar. Untuk itu berbagai aspek perlu dipersiapkan dalam rangka mengemban kewenangan yang diberikan untuk membangun sistem keamanan pangan tersebut, atara lain aspek kelembagaan yang merupakan bagian penting sebagai wadah dalam implementasi sistem tersebut yakni Otoritas Kompeten Keamanan Pangan (OKKP) baik yang berada di pusat Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Pusat P) maupun di Provinsi Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D), yang berfungsi melakukan Pengawasan, Sertifikasi, Registrasi terhadap produk pangan segar hasil pertanian.

Untuk melaksanakan fungsi tersebut Provinsi Jawa Tengah sudah membentuk OKKP-D melalui Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 97 tahun 2009 Tentang OKKP-D Provinsi Jawa Tengah dan sebagai Ketua OKKP-D adalah Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah.

OKKP-D Jawa Tengah dalam kurun waktu tahun 2009 – 2013 telah menerbitkan 39 sertifikat Prima 3 untuk 19 komoditas untuk kelompok tani/pelaku usaha dan 44 sertifikat PSAT untuk 8 komoditas pangan segar.

(29)

Tabel 2.9. Kinerja OKKPD Jawa Tengah Tahun 2009-2013

Tahun Komoditas Kab/Kota

Sertifikat Prima 3

2009 Salak Magelang

Mangga Arum Manis Pemalang

Melon Orange Pekalongan

2010 Salak (4 Kelp) Banjarnegara

Melon Sky Roket Sragen

Jambu Air Merah Delima Demak

Semangka Kebumen

2011 Buah Naga Sragen

Melon Sky Roket Karanganyar

Brokoli Boyolali

Tomat Boyolali

Jambu Biji Getas Merah Kendal

Kelengkeng Kendal

Kentang Banjarnegara

2012 Salak (4 kelompok) Banjarnegara

Salak (4 kelompok) Magelang

Buah Naga Sragen

Jeruk Pamelo Bageng Taji (3 kelompok)

Pati

Cabe Merah Keriting Pati

Cabe Merah Besar Pati

2013 Nanas Queen Bawang Merah Cabe Merah Cabe Keriting Pepaya Salak Melon Orange Pemalang Pati Blora Boyolali Boyolali Wonosobo Wonogiri

Pendaftaran Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT)

2010 Panili, Cengkeh, Kayu Manis, Fuli

Pala, Lada

Klaten

Telur Asin Semarang

2011 Beras Kota Semarang, Karanganyar,

Magelang, Batang, Demak, Kendal, Pekalongan

2012 Beras Cilacap, Boyolali, Magelang (msg-msg:

2 kelompok), Solo (4 kelompok), Kendal (1 kelompok)

Tomat Semarang

2013 Beras Kota Semarang (5 klp), Kendal,

Grobogan, Pati (msg-msg : 2 klp), Demak, Karanganyar (3 klp)

Cabe Jawa (Long Peper) Klaten

(30)

Manfaat dari Sertifikasi Prima 3 dan Pendaftaran PSAT:

Sertifikasi Prima 3 dan Pendaftaran PSAT merupakan salah satu bentuk pengakuan atau jaminan bahwa pangan tersebut aman untuk dikonsumsi disamping kualitas/mutu yang terjamin. Jaminan tersebut sesuai dengan permintaan pasar baik pasar Luar Negeri maupun pasar dalam negeri. Dampak dari bentuk jaminan tersebut, maka produk pangan segar yang sudah bersertifikat mampu bersaing dengan produk impor dan mampu menembus pasar-pasar modern, sehingga ada perbaikan harga dibanding pangan yang belum bersertifikat. Selain itu juga ada dampak peningkatan kualitas produksi pada kelompok yang sudah disertifikasi. Karena kelompok yang telah disertifikasi harus menerapkan GAP (penanganan produksi yang baik dan benar).

E. Penerapan Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan

Penerapan Standar Pelayanan Minimal bidang ketahanan pangan sesuai kewenangan provinsi sebagaimana dimaksud Pasal 5 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65/Permentan/OT.140/12/2010 dilaksanakan secara bertahap sampai dengan tahun 2015. Pelayanan yang telah dilaksanakan sampai dengan tahun 2013 yaitu disajikan pada Tabel 2.10.

Tabel 2.10. Penerapan Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan sesuai Kewenangan Provinsi Tahun 2010 – 2013

Indikator Persentase Capaian Target Nasional

2015

2010 2011 2012 2013

Penguatan Cadangan Pangan 29 44,74 70,95 83,93 60

Ketersediaan Informasi Pasokan, Harga dan Akses Pangan

90,5 92,07 93,65 95,19 100

Pengawasan dan Pembinaan

Keamanan Pangan

78 80 80 80,33 80

Penanganan Daerah Rawan Pangan

35 40 45 50 60

1. Pelayanan Ketersediaan dan Cadangan Pangan – Indikator Penguatan Cadangan Pangan

Pemerintah tingkat provinsi wajib memiliki lembaga cadangan pangan pemerintah provinsi dan menyediakan cadangan pangan pemerintah sebesar 200 Ton Ekuivalen Beras yang menurut target nasional diharapkan pada Tahun 2015 terpenuhi sebesar 60% (120 Ton Ekuivalen Beras). Balai Pengembangan

(31)

Cadangan Pangan (BPCP) dibawah koordinator Badan Ketahanan Pangan telah menyediakan cadangan pangan yang dimanfaatkan untuk intervensi rawan pangan transien maupun kronis. Jumlah Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang dikelola BPCP Tahun 2010 – 2013 semakin berkembang sebagaimana terlihat pada Tabel 2.11.

Tabel 2.11. Capaian Pelayanan Ketersediaan dan Cadangan Pangan

Uraian Target Nasional (2015) Realisasi Capaian 2010 2011 2012 2013 Jumlah cadangan pangan pemerintah 120 ton ekivalen beras 58 89,475 141,894 167,825

Cadangan pangan tersebut telah disalurkan ke daerah rawan pangan transien di beberapa wilayah kabupaten/kota yang terkena bencana tanah longsor, banjir, angin puting beliung, kekeringan, dan lain-lain.

2. Distribusi dan Akses Pangan – Indikator Ketersediaan Informasi Pasokan, Harga dan Akses Pangan

Tujuan dari pelayanan dasar distribusi pangan adalah untuk menjamin agar seluruh wilayah dan rumahtangga dapat memperoleh pasokan pangan yang cukup dengan harga yang stabil dan terjangkau. Untuk menjaga stabilitas harga pangan agar pangan dapat terjangkau oleh masyarakat dilaksanakan berbagai upaya seperti koordinasi lintas sektor untuk merumuskan kebijakan yang menyangkut stabilisasi harga dan pemantauan harga, ketersediaan dan distribusi pangan untuk menjamin ketersediaan dan pasokan pangan serta harga yang terjangkau terutama menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Informasi harga, pasokan dan akses pangan dikumpulkan secara rutin atau periodik oleh provinsi dan kabupaten kota untuk dapat digunakan sebagai bahan pembuatan analisis perumusan kebijakan yang terkait dalam distribusi pangan yang mencakup komoditas beras, jagung, kedelai, daging sapi, daging ayam, telur,minyak goreng, gula pasir, cabe merah yang disajikan mingguan/bulanan yang berada di tingkat produsen dan konsumen. Persentase capaian Ketersediaan Informasi Pasokan, Harga dan Akses Pangan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2013 semakin meningkat, namun masih belum mencapai target SPM sebesar 100% pada tahun 2015.

(32)

3. Penganekaragaman dan Keamanan Pangan – Indikator Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan

Untuk memberikan jaminan mutu dan keamanan pangan yang beredar di masyarakat perlu dilakukan pemantauan sehingga dapat mencegah terjadinya pencemaran pada pangan di semua rantai. Badan Ketahanan pangan telah melakukan pengawasan dan pembinaan keamanan pangan baik pangan segar maupuk pangan olahan sesuai dengan kewenangannya. Persentase jumlah sampel pangan yang aman dikonsumsi tahun 2010-2013 semakin meningkat (Tabel 2.11.). Pelayanan dilaksanakan melalui pembinaan pada kantin sekolah, retail pangan dan produsen pangan segar. Jumlah sampel pangan yang diuji juga semakin meningkat, berturut-turut pada tahun 2010-2013 sebanyak 9, 15, 50, dan 61 sampel. Untuk meningkatkan pelayanan pengawasan masih perlu ditingkatkan jumlah sampel pangan segar yang diuji.

4. Penanganan Kerawanan Pangan – Indikator Penanganan Daerah Rawan Pangan

Penanganan daerah rawan pangan dilaksanakan melalui penyediaan data dan informasi situasi pangan dan gizi, analisis dan pemetaan ketahanan dan kerentanan pangan melalui FSVA, penanggulangan kerawanan pangan melalui intervensi bantuan sosial pada daerah rawan pangan, penyediaan stok pangan melalui pengembangan lumbung pangan masyarakat, dan menggerakkan pemberdayaan masyarakat rawan pangan, melalui program desa mandiri pangan, serta penanganan rawan pangan melalui intervensi rawan pangan kronis dan transien.

F. Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Badan Ketahanan Pangan

Pelayanan Badan Ketahanan Pangan 2008-2013mendapat dukungan pendanaan dari APBD I. Realisasi anggaran yang digunakan disajikan dalam Tabel 2.13.

(33)

Tabel 2.12. Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Badan Ketahanan Pangan Tahun 2008 - 2013

PROGRAM TARGET ANGGARAN (Rp Milyar) REALISASI ANGGARAN (Rp Milyar)

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

2,52 3,04 2,78 2,99 3,25 3,63 2,15 2,70 2,73 2,88 3,18 3,53

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 0,59 3,69 2,25 1,65 1,49 1,92 0,52 3,11 2,21 1,63 1,48 1,88 Program Peningkatan Disiplin Aparatur 0, 06 0,08 0,09 0,06 0,09 0,09 0, 06 0,08 0,09 0,06 0,09 0,09 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

0,20 0,38 0,04 0,06 0,06 0,07 0,19 0,38 0,03 0,05 0,05 0,07

Program Pendidikan Non Formal dan Informal

1,15 1,38 1.00 0,75 0,60 1,10 0,95 1,32 0,99 0,74 0,59 1,09

Program Peningkatan Ketahanan Pangan

2,98 4,19 5,75 7,08 7,16 5,95 2,59 4,05 5,60 6,99 7,10 5,91

Program Pengembangan Diversifikasi dan Pola Konsumsi Pangan

- - 1,63 1,50 1,80 2,61 - - 1,61 1,49 1,78 2,52

Program Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan - - 0,83 1,20 1,95 1,70 - - 0,82 1,20 1,94 1,69 Program Pengembangan Agribisnis 2,54 0,75 0,63 0,34 1,25 0,62 2,33 0,67 0,62 0,33 1,20 0,61 Program Peningkatan Kesejahteraan Petani 1,70 3,40 0,72 1,34 0,97 1,00 1,49 3,19 0,65 1,28 0,92 0,99 Jumlah 11,29 16,93 15,77 17,35 18,64 18,70

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD A. Tantangan

1) Laju alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian yang cukup tinggi mengancam ketersediaan pangan daerah;

2) Masih ada beberapa daerah yang mengalami kerawanan pangan baik kronis akibat kondisi yang marginal, miskin struktural maupun kerawanan pangan transien akibat bencana alam mengakibatkan kondisi ketahanan pangan menjadi sangat rentan;

3) Belum efisiennya distribusi pangan;

4) Skor pola pangan harapan belum maksimal (capaian sampai dengan 2013, 90,35) sehingga pola konsumsi masyarakat belum ideal;

5) Kemampuan produksi dan pelaku usaha pangan di dalam menjamin mutu dan keamanan pangan segar dan olahan yg dihasilkan belum optimal; 6) Masih besarnya potensi dan peluang pasar lokal maupun luar negeri yang

belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena mutu dan keamanan produk belum memenuhi standar mutu pangan.

(34)

B. Peluang

1) Revitalisasi cadangan pangan masyarakat;

2) Potensi yang dikuasai oleh masyarakat yang berusaha dibidang jasa pemasaran, pengangkutan, pengolahan dan penyimpanan cukup besar, namun masih perlu ditingkatkan dan diberdayakan untuk menjadi usaha yang efisien, berdaya saing dan berkelanjutan;

3) Peluang yang besar untuk mengembangkan sistem distribusi pangan yang efisien dengan meningkatkan sarana dan prasarana distribusi pangan; 4) Jawa Tengah memiliki potensi pangan yang sangat besar dan beragam

dan tersedianya lahan pekarangan yang cukup luas di pedesaan dan belum dikelola secara optimal untuk penyediaan bahan pangan yang beragam, bergizi dan aman;

Gambar

Gambar 2.1. Struktur Organisasi
Gambar 2.2. PNS Berdasar Golongan
Gambar 2.3. Tingkat Pendidikan PNS Badan Ketahanan Pangan        Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013
Tabel 2.1. Evaluasi Rencana Strategis Tahun 2008-2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Joyce, Weil, dan Calhoun (2000), model Penelitian Ilmiah beorientasi mengajarkan peserta didik untuk memproses informasi dengan menggunakan teknik- teknik yang pernah

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Untuk mengetahui gambaran umum tentang hadist perintah memukul anak yang tidak melaksanakan shalat. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas

Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan; Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas; Kementerian Keuangan; Kementerian Komunikasi dan Informatika;

This document contains certain financial information and results of operation, and may also contain certain projections, plans, strategies, and objectives of Indosat, that are

Dengan menggunakan sistem komputerisasi, kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pencatatan pemesanan menu semakin kecil, dan informasi mengenai volume transaksi

Sebagaimana telah dikemukakan dalam butir sebelumnya, karena universitas adalah lembaga riset, dengan demikian dalam siklus industri universitas dapat memerankan dirinya

Laporan Kinerja ini disusun dengan melakukan analisa dan mengumpulkan bukti untuk menjawab pertanyaan, sejauh mana sasaran pembangunan yang ditunjukkan

Atau dengan kata lain basa kuat akan diubah menjadi air oleh garam buffer fosfat yang mengalami perubahan bentuk dari asam lemah menjadi basa