• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS DALAM INDUSTRI * Oleh: Djoko Santoso Rektor Institut Teknologi Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS DALAM INDUSTRI * Oleh: Djoko Santoso Rektor Institut Teknologi Bandung"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS DALAM INDUSTRI* Oleh:

Djoko Santoso

Rektor Institut Teknologi Bandung

Pendahuluan

Universitas (perguruan tinggi) di Indonesia sekarang ini sering digambarkan hanya sebagai lembaga pendidikan sesudah SMA. Pandangan ini sangat memperkecil arti universitas itu sendiri. Padahal sejak awalnya atau hingga saat ini biasanya perguruan tinggi akan diisi oleh para pakar yang bertugas sebagai pendidik. Bahkan pendidikan mereka di beberapa universitas ada yang sebagaian besar dosennya telah menyelesaikan pendidikan akademik tertinggi (doktor). Undang-undang No. 20/2006 mengamanatkan bahwa pendidik di universitas serendahnya berpendidikan Magister (S2), artinya mereka dapat masuk area para peneliti atau pengembang ilmu pengetahuan sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Sementara, para pemegang gelar doktor adalah penanggung jawab keberlanjutan ilmu pengetahuan sebagai peneliti atau pakar.

Masalah yang kita hadapi ialah bagaimanakah kita dapat memanfaatkan modal insani di universitas ini sebagai modal untuk menjaga keberlanjutan industri melalui inovasi yang mereka hasilkan. Cara terbaik yang harus kita lakukan ialah memandang universitas sebagai bagian dari industri, sehingga memiliki tanggung jawab untuk menjaga keberlanjutan industri pula, karena industri akan memberikan dampak ekonomi. Jika kita memandang universitas sebagai bagian industri, sudah sewajarnya universitas dikelola secara penting sebagai barang modal yang dikemudian hari akan memberikan manfaat bagi perekonomian. Hal ini tidak hanya sekedar dibuat kerjasama antara universitas dan industri, namun terjadi sistem kegiatan industri dimana universitas ada di dalamnya.

Universitas sebagai lembaga riset dan pengembangan

Sejak awalnya sebagaimana dirintis oleh Plato maupun penerusnya Aristoteles (384-322SM), universitas dibangun dengan tujuan untuk mencari kebenaran. Kemudian Cicero (106-43SM) menegaskan orientasi universitas sebagai lembaga yang berguna bagi masyarakat. Kebenaran ini biasa kita kenal sebagai kebenaran ilmiah. Wujud dari pencarian kebenaran ilmu ini berupa berbagai penemuan atau inovasi baru didunia ilmu pengetahuan. Berbagai inovasi inilah yang kemudian digunakan untuk mengembangkan berbagai macam produk industri. Pengembangan masa kini di negara-negara yang telah maju, secara tersruktur memanfaatkan universitas sebagai lembaga riset. Berbagai hasil riset dari perguruan tinggi yang berupa inovasi baru dalam ujud berbagai prototupe produk maupun paten kemudian dikembangkan menjadi industri. Pengembangan menjadi industri dapat dilakukan oleh universitas dengan bermitra dengan fihak pelaku ekonomi lainnya khususnya industri yang ada di masyarakat.

Universitas seharusnya memenuhi syarat untuk berperan sebagai lembaga riset dan pengembangan. Mengapa? Karena agar dapat menjadi lembaga riset dan pengembangan maka yang diperlukan ialah modal insani (periset) dan sarana dan prasarana riset. Sebagai lembaga universitas, untuk melakukan pendidikan tinggi memang sarana riset harus dipenuhi, karena perguruan tinggi berkewajiban untuk melakukan kegiatan pendidikan, riset dan pengabdian kepada masyarakat (UU 20/2003). Modal insani sebagai tulang

*

(2)

punggung universitas adalah para pemegang gelar akademik minimum magister (UU 14/2005), bahkan beberapa universitas telah mensyaratkan pendidikan doktor untuk para dosennya. Semua universitas (yang benar) juga dilengkapi dengan sarana laboratorium sesuai dengan kebutuhannya. Laboratorium tersebut selain digunakan untuk pendidikan juga dimanfaatkan untuk riset oleh para dosennya. Universitas yang mengarah sebagai universitas riset menjadikan laboratorium riset para periset/dosennya digunakan untuk pendidikan terutama pada strata magister dan doktor. Dengan memperhatikan hal tersebut, universitas memenuhi syarat untuk bekerja sebagai lebaga riset dan pengembangan.

Untuk menghasilkan inovasi baru, hanya dapat dilakukan melalui riset. Inovasi baru ini selanjutnya dapat diwujudkan menjadi berbagai produk baru. Produk baru ini biasanya dapat diarahkan kepada pemenuhan produk kebutuhan masa kini atau masa depan yaitu peningkatan efisiensi dan efektifitas dengan tujuan menghasilkan nilai ekonomi bagi kesejahteraan manusia. Oleh karena itu produk yang dihasilkan harus sangat erat kaitannya dengan gaya hidup kita dimasa kini dan masa yang akan datang. Di negara-negara maju produk industri senantiasa selalu berubah dari waktu ke waktu dengan tujuan agar industri yang menghasilkan produk tersebut berlanjut karena harus sesuai dengan jamannya. Caran yang harus dilakukan tiada lain ialah melakukan riset dan pengembangan secara menerus untuk menyesuikan dengan kebutuhan jaman.

Industri dan keberlanjutannya

Industri sebagai penentu perekonomian suatu wilayah atau negara dimulai dengan era revolusi industri. Pada masa itu di negara Amerika Utara maupun Eropa melalui industri produksi barang berkembang dengan cepat. Kecepatan perkembangannya didukung oleh teknologi yang berjalan dengan cepat pula. Sebagai contoh komunikasi antar masyarakat pada saat itu terdukung oleh perkembangan teknologi jalanraya dan perkapalan. Dampaknya, memungkinkan perusahaan swasta tumbuh dan semakin kuat. Manufaktur jelas kemudian menjadi sektor pemroduksi penting dalam perekonomian. Keluaran industri manufaktur diperkirakan mencapai sepertiga ekonomi dunia, lebih besar dari pertanian. Perkembangan pada saat sekarang, industri manufaktur cenderung menurun, karena negara-negara industri telah menuju masyarakat post-industri, yang ditandai oleh kenaikan sektor jasa dan ekonomi berbasis informasi atau disebut pula revolusi informasi atau era informasi. Namun harus dicatat bahwa teknologi informasi hanya mungkin tumbuh karena di dukung oleh teknologi manufaktur khususnya permesinan, sehingga dimungkinkan dibuat berbagai peralatan informasi dan komunikasi.

Industri dapat dibagi dalam beberapa kelompok. Kelompok industri primer yang meliputi pertanian, tambang dan ekstraksi bahan mentah. Kelompok industri sekunder yang biasa disebut sebagai manufaktur yang biasanya dimaksud sebagai industri. Kelompok industri tersier yaitu jasa. Kelompok industri kuarter yaitu jasa intelektual. Pengelompokan ini cenderung menunjukkan tingkat nilai tambah produk dan hasil ekonomi yang berbeda, dimana kelompok industri primer memberikan nilai ekonomi yang terendah. Sementara itu pada saat ini negara industri maju telah masuk ke dalam jaman post-industri (Ritzer, 2007).

Namun demikian kita mengetahui bahwa apapun bentuk industrinya, tidak akan dapat bekerja jika tidak menggunakan peralatan dan mesin. Perangkat-perangkat tersebut pasti dibuat dengan menggunakan mesin. Dengan demikian alasan ini sering digunakan menyampaikan bahwa industri manufaktur disebut sebagai ”industri” itu sendiri.

(3)

Pola kegiatan industri selalu diinginkan berjalan dengan baik, sehingga disetiap negara diperlukan pengaturan penempatan industri, pengelolan polusi/pencemaran akibat industri, pembiayaan/keuangan dan perburuhan. Namun, keberlanjutan industri memerlukan inovasi teknologi dan produk yang berkelanjutan pula. Inovasi hanya akan diperoleh secara struktural melalui riset.

IMF (2007) mencacat beberapa negara telah masuk menjadi negara industri baru sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1. Negara-negara tersebut dianggap telah berhasil membangun ekonominya yang diyakini karena pertumbuhan industrinya.

Tabel 1. Negara-negara industri baru (IMF,2007)

Continent Country GDP (Millions of USD) GDP per capita (USD) Income equality (GINI) HDI (2004)

Africa South Africa 520,948 12,796 57.8 0.653 (medium)

North America Mexico 1,108,281 11,249 49.5 0.821 (high)

South America Brazil 1,566,253 9,108 54 0.792 (medium)

Asia China 8,814,860 7,598 44.7 0.768 (medium) India 3,779,044 3,737 32.5 0.611 (medium) Malaysia 275,830 11,858 49.2 0.805 (high) Philippines 508,546 5,714 46.1 0.763 (medium) Thailand 557,378 9,084 42 0.784 (medium)

Europe Turkey 605,876 9,108 43.6 0.757 (medium)

NOTES:

1. GDP (PPP) (2005 data), and GDP (PPP) per capita (2006 data)[7] figures correspond to the IMF. 2. GINI Coefficient as in the 2006 United Nations survey. The higher the figure, the higher the inequality. 3. Human Development Index (HDI) as in the 2006 United Nations report (data from 2004).

Bagaimanakah dengan posisi Indonesia?: Indonesia GDP $ 364.000 juta, GDP/kapita 1,345, GINI 34.3, dan HDI 0.71.

Bagaimanakah pertumbuhan inovasi teknologi kita?Teknologi merupakan konsep yang lebar yang digunakan oleh manusia dalam pengertian sebagai alat atau pengetahuan untuk menyesuaikan dirinya terhadap lingkungannya. Kata teknologi berasal dari kata Yunani techne (keahlian) dan logia (perkataan). Definisi teknologi secara umum ialah sesuatu yang digunakan untuk kemanusiaan, senagai contoh mesin, perangkat keras, system, dan teknik. Pada mulanya teknologi digunakan oleh manusia untuk mengubah sumberdaya alam menjadi alat sederhana. Misalnya penggunaan api untuk memperbanyak variasi makanan, roda untuk mempercepat hubungan antar mereka, maupun pengelolaan lingkungan. Perkembangan teknologi lain seperti peralatan cetak, telepon maupun sarana komunikasi digital mampu menghilangkan kendala jarak bagi hubungan antar manusia dan masyarakat maupun transfer data hingga pengetahuan hingga secara global.

Perkembangan teknologi ini menumbuhkan industri bagi masyarakat dan terwujud sebagai pertumbuhan ekonomi untuk kesejahteraan umat manusia. Namun demikian ada pengaruh negatif dari pertumbuhan teknologi, misalnya mengakibatkan pencemaran,

(4)

perusakan lingkungan, pengurangan sumberdaya alam, dll. Dengan demikian kita dapat melihat dengan jelas hubungan langsung antara industri dan teknologi, dan pertumbuhan ekonomi, atau ekonomi merupakan wujud dari pertumbuhan industri.

Teknologi pada saat sekarang ini tidak lagi tumbuh secara kebetulan, namun polanya sudah ditumbuhkan. Teknologi hanya dapat ditumbuhkan dengan cara melakukan berbagai riset. Riset-riset yang dilakukan bertujuan untuk memperkuat ilmu pengetahuan manusia, karena penguasaan ilmu pengetahuan memungkinkan pengembangan menuju inovasi teknologi. Hasil dari pengembangan riset bermuara pada inovasi baru. Secara nyata inovasi baru ini akan berwujud sebagai produk industri. Bentuk produk industri ini dapat berupa perangkat keras maupun lunak atau sistem atau bentuk lain yang dapat digunakan dalam industri jasa. Selain itu, kemampuan intelektual para periset juga membentuk industri jasa intelektual khas.

Uraian ini menggambarkan tentang dinamika riset, inovasi dan industri yang tidak dapat dilepaskan dengan pertumbuhan peradaban manusia dan keberlanjutannya. Tanpa ada inovasi baru, industri, manusia dan masyarakat yang telah tumbuh sulit bertahan pada jaman tertentu. Akibatnya kemanusiaan maupun industri akan menurun dan punah. Untuk memperoleh inovasi secara struktural hanya dapat diperoleh melalui riset. Jadi riset adalah pilar penting dalam keberlanjutan industri.

Universitas sebagai komponen Industri

Dengan mengacu kepada pembahasan sebelumnya, universitas juga merupakan lembaga riset, sehingga dapat juga kita sebut sebagai lembaga riset dan pengembangan.

Selain itu fakta sudah menunjukkan bahwa inovasi merupakan faktor kunci yang perting untuk menghasilkan produk. Namun, perlu dinyatakan dengan jelas dari mana inovasi tadi akan dapat muncul. Inovasi hanya dapat muncul jika dilakukan riset-riset secara intensif. Pengalaman negara-negara maju menunjukkan bahwa dari sejumlah riset yang dilakukan dibawah 5% menghasilkan inovasi baru. Jadi, jika dikaitkan antara pertumbuhan industri secara nasional atau di daerah yang kemudian dikaitkan dengan kegiatan riset universitas, akan mendjadi kunci keberhasilan untuk membuat strategi pertumbuhan industri. Strategi tersebut ialah menumbuhkan inovasi teknologi melalui institusi yang kompeten. Salah satu institusi yang kompeten ialah universitas. Universitas dapat ditugaskan untuk melakukan riset yang intensif untuk klaster atau fokus tertentu dan hasilnya wajib mendukung klaster yang ditetapkan untuk pertumbuhan dan keberlanjutan industri dalam klaster tersebut. Konsep yang dapat digunakan misalnya kemitraan antara universitas dan industri atau perguruan tinggi dengan pemerintah (Santoso, 2007).

Strategi Universitas untuk keberlanjutan Industri

Bahwasanya gaya hidup manusia akan berubah dari waktu kewaktu yang dapat disebabkan oleh adaptasi terhadap lingkungannya maupun diakibatkan oleh kesejahteraannya dan juga oleh proporsi variasi umur dalam populasi masyarakat. Dengan demikian produk industri senantiasa harus disesuaikan dengan kebutuhan kita agar dapat terserap oleh masyarakat. Produk yang diinginkan oleh orang Indonesia tahan enampuluhan pasti berbeda dengan masa kini, lingkungan masa kini juga memerlukan produk tertentu agar kita dapat hidup nyaman. Masyarakat yang mayoritas anggotanya terdiri dari usia muda pasti berbeda kebutuhannya dengan mayoritas usia lanjut. Dengan demikian agar produk dapat terserap pasar diperlukan cara khusus untuk memasarkan dan

(5)

menjualnya. Cara ini ialah menyesuaikan dengan kemampuan pasar untuk menyerapnya sesuai dengan kebutuhan penduduk di wilayah tertentu.

Namun demikian selain parameter tersebut, secara garis besar perubahan produk dari waktu kewaktu menuju produk yang lebih efisien jika digunakan dan memiliki dayaguna tinggi atau efektif, selain itu juga bentuknya menjadi ringkas, mudah digunakan dan nyaman dipandang. Untuk membuat produk yang mampu memenuhi multi-kebutuhan ini, diperlukan inovasi baru yang berkelanjutan. Inovasi hanya akan diperoleh melalui riset. Dengan demikian riset harus selalu dilakukan untuk menumbuhkan inovasi. Jika inovasi ini diwujudkan kita akan memperoleh produk baru sesuai dengan kebutuhan kita. Produk baru tersebut kemudian dapat dibuat dalam jumlah besar dipabrik atau difabrikasi. Selanjutnya, produksi yang kita hasilkan harus dipasarkan dan dijual. Seluruh kegiatan ini disebut sebagai siklus industri. Seluruh siklus ini memerlukan pengembangan yang berkelanjutan. Pengembangan yang berkelanjutan hanya dapat dilakukan melalui riset. Sebagaimana telah dikemukakan dalam butir sebelumnya, karena universitas adalah lembaga riset, dengan demikian dalam siklus industri universitas dapat memerankan dirinya sebagai komponen yang melakukan riset dan pengembangan. Karena untuk membuat lembaga riset memerlukan biaya yang mahal, sementara hampir semua industri di Indonesia tidak dilengkapi lembaga riset, maka universitas harus menempatkan dirinya sebagai lembaga riset industri.

Sinergi Universitas dan Industri di daerah

Kegiatan “industri” di daerah dapat berupa industri kecil dan menengah dan industri besar berskala nasional atau global. Jika “industri” tersebut adalah industri Indonesia biasanya tidak dilengkapi dengan lembaga riset dan pengembangan. Namun, jika industri tersebut adalah industri internasional atau negara lain, biasanya lembaga riset dan pengembangannya selalu diletakkan di negara lain itu. Bahwasanya keberadaan lembaga riset dan pengembangan sudah menjadi keharusan bagi industri sebagaimana diuraikan pada butir terdahulu. Masalah yang harus kita selesaikan ialah bagaimanakah kita dapat membuat universitas menjadi lembaga riset industri kita?

Karena dana untuk berbagai industri kita terutama UKM sangat terbatas, sulit untuk membangun lembaga riset dan pengembangan sendiri. Oleh karena itu kerjasama atau sinergi dengan universitas akan sangat bermanfaat, karena universitas adalah lembaga riset. Jika kerjasama ini terjadi tentu masih menimbulkan lagi masalah bagaimanakah dapat membiayari riset dan pengembangan yang dilakukan karena keterbatasan dana kedua belah fihak. Cara yang terbaik ialah memanfaatkan dana fihak ke tiga. Fihak ketiga tersebut ialah Pemerintah (termasuk Deperin?), pemerintah daerah maupun lembaga-lembaga pendonor riset dan pengembangan lainnya. Dalam hal pengembangan riset dan pengembangan industri di daerah, Pemerintah dalam hal ini Deperin dan pemerintah daerah dapat berperan besar dalam kerangka penumbuhan klaster industri yang berkelanjutan (Deperin (2005), (2006)). Dengan demikian setiap daerah hendaknya dapat direncanakan untuk unggul dalam produk industri tertentu dan untuk menjaga keberlanjutan ditopang oleh riset dan pengembangan dari universitas. Sementara dalam keadaan industri belum mampu menopang riset dan pengembangan yang dilakukan, Pemerintah (Deperin) dapat mendukungnya. Jika nantinya Industri telah dapat menopang sendiri riset dan pengemangannya, Deperin berperan dalam mendorong pertumbuhan produk baru yang lebih kompetitif dalam sekala yang lebih tinggi. Kegiatan ini dilakukan secara menerus dan meningkat sehingga kita mampu bersaing secara global. Cara ini

(6)

merupakan implementasi model pengembangan AGI (Academia-Government-Industry). Sering kita terlena bahwa kegiatan bisnis adalah industri, padahal bisnis dilakukan sesudah industri ada. Jadi yang harus ditumbuhkan ialah industri dahulu bisnis kemudian.

Penutup

1. Riset dan pengembangan merupakan kebutuhan bagi industri agar industri tersebut dapat berkelanjutan.

2. Universitas sebagai lembaga riset dapat berperan dan harus diposisikan sebagai lembaga riset dalam industri.

3. Kita harus membiasakan diri terjadi kerjasama sinergis antara perguruan tinggi dan industri pada berbagai sekala (UKM hingga besar) dan wilayah ( daerah, nasional bahkan internasional).

4. Pembiayaan riset untuk keberlanjutan industri harus dapat diusahakan pula dari fihak ketiga, seperti Pemerintah, pemerintah daerah maupun pendonor lainnya.

Daftar Pustaka

Deperin RI, 2005, Kebijakan Pembangun Industri Nasional. Deperin RI, 2006, Industri Indonesia, Catatan 2006.

http://en.wikipedia.org/wiki/Industry http://en.wikipedia.org/wiki/IMF

Inozemtsev V.L., 2001, The Inevitability of a Post-Industrial World: Concerning the Polarity of Today's World Order, Global FOCUS, Vol. 13, No. 2. P. 60-79. Kuncoro, M, www.gadjahmada.edu/index.php?page=rilis&artikel

Santoso, D, 2007, Tata pamong perguruan tinggi Indonesia, Makalah disampaika pada Lokakarya Kopertis Wilayah Jabar dan Tangerang, Lembang, 12 Juli 2006. Santoso, D, 2007, Kemitraan Perguruan Tinggi, Makalah disampaikan pada Acara

Penandatanganan Naskah Kesepahaman antara ITB dan Politeknik Makasar, Makasar, 25 Juni 2007.

Santoso, D, 2007, Kemandirian Industri dan Perguruan Tinggi (Pemikiran kebijakan riset dalam siklus industri), makalah yang disampaikan pada Konvensi Kampus IV, Forum Rektor Indonesia, 16-17 Juli.

Santoso, D, 2008, Membangun industri yang utuh dan Mandiri, Makalah disampaikan pada “Rapat Kerja Departemen Perindustrian RI” dengan tema “Peningkatan Daya Saing Industri Nasional Melalui Konsolidasi Pelaksanaan Pengembangan Klaster dan Kompetensi Inti Industri Daerah”, Jakarta, 27 Februari 2008.

Peraturan Presiden No. 7, 2005 tentang Rencana Pembangunan Industri Jangka Menengah Nasional.

Ritzer, George. The Coming of Post-Industrial Society. Second Edition. New York: McGraw-Hill, 2007.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Gambar

Tabel 1. Negara-negara industri baru (IMF,2007)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini menyatakan, bahwa saya bersedia ditugaskan sebagai pendidik untuk pendidikan anak-anak Indonesia di Malaysia/Mindanao, selama 2 (dua) tahun berturut-turut,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempermudah pendaftaran anggota baru pada perpustakaan serta pengimputan data buku baru,data peminjaman buku,data pengembalian buku, akan

Sesuai dengan hasil evaluasi dokumen penawaran maka Pokja Pekerjaan Konstruksi Unit Layanan Pengadaan (ULP) Pemerintah Kota Bontang menyatakan bahwa Pelelangan

RIMTANC LENCKUAS A&irld

Mahasiswa dapat memahami perbedaan ukuran nilai sentral untuk data yang.. dikelompokkan dan untuk data yang

Sebanyak 100 galur generasi lanjut yang berasal dari 58 persilangan turunan tetua toleran kekeringan hasil seleksi tadah hujan (pedigree disajikan pada Tabel 1)

Namun demikian sejauh ini belum diketahui bagaimanakah kebiasaan atau pola tingkah laku harian anakan kuntul kerbau ( Bubulcus ibis ) yang terdapat di kawasan

We show that economic restrictions of cointegration between asset cash flows and aggregate consumption have important implications for return dynamics and optimal portfolio