• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN RELIGIUSITAS SISWA DI SDN KETAWANG 1 DAN SDN BANARAN KECAMATAN GRABAG KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2017 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN RELIGIUSITAS SISWA DI SDN KETAWANG 1 DAN SDN BANARAN KECAMATAN GRABAG KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2017 - Test Repository"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

i

STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM MENINGKATKAN RELIGIUSITAS SISWA

DI SD KETAWANG 1 DAN SD BANARAN

KECAMATAN GRABAG KABUPATEN MAGELANG

TAHUN 2017

Disusun Oleh:

NURUL ISA 12010150030

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan

meraih gelar Magister Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

ABSTRAK

“Strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Religiusitas Siswa di SDN Ketawang 1 dan SDN Banaran 1 Kecamatan Grabag

Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2017.” Tesis Program Studi

Pendidikan Agama Islam (PAI), Program Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri Salatiga, Pembimbing Dr. Budiyono Saputra M.Pd.

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan dimensi religius siswa menurut teori Glock dan Stark di SDN Ketawang 1 dan SDN Banaran 1 (1) mendeskripsikan strategi guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan religiusitas siswa, (3) mendeskripsikan solusi yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam menghadapi kendala yang dihadapinya.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, pengumpulan data dengan metode observasi, wawancara, atau penelaahan dokumen. Data yang disajikan dalam bentuk verbal bukan dalam bentuk angka.

(6)

v

ABSTRACT

Strategies in Improving Student’s Religiosity at the SDN Ketawang1 adn SDN Banaran 1 Grabag Districk School Year 2017. Thesis Studies Islamic University of Salatiga, supervisor Dr. Budiyono Saputra, M.Pd.

The purpose of the study was to : (1)describe the dimension religius according to theory Glock and Strack at the students SDN Ketawang 1 and SDN Banaran 1, (2) describe of islamic education theacher strategies in increasing religiosity, (3) describe the solution islamic education teachers in over coming the obtacles that it faces.

This type of research is qualitative research, data collection by observation method, interview, or document review. The data presented in the form of verbal rather than in the form number.

Based on the result of research can be summarized as follows (1) according to Glock and Strack in SDN Ketawang 1 and SDN Banaran 1 has been achieved in elementery school. (2) the strategy of islamic religiousity are (a) to increase the quality learning of islamic education in the clasroom, (b) develop learning islamic throught the activities of islamic religius. (c) soution in dealing with those constraints do in optimizing the school fasilities as place of workship, maximizing spiritual guaidance, monitoring program and establish cooperation with the people who affect the education of students.

(7)

vi

PRAKATA

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah Swt, yang telah memberi rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis sebagai salah satu pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam. Sholawat serta salam semoga tercurahkan atas tauladan umat akhir zaman, Nabi Muhammad Saw. Penulis menyadari

dalam proses penulisan tesis ini tidak lepas dari hambatan, namun, berkat bimbingan, bantuan berbagai pihak, serta ridha dari Allah Swt, penulisan

tesis ini dapat selesai dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang

terhormat :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Direktur Program

Pascasarjana IAIN Salatiga.

3. Bapak Hammam, Ph. D selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Agama Islam IAIN Salatiga.

4. Bapak Dr. Budiyono Saputra M.Pd. yang telah memberikan bimbingan

dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Guru besar dan Dosen besserta Staff Pascasarjana IAIN Salatiga.

6. Ibu Budimah S.Pd. SD selaku kepala SDN Ketawang 1 Kecamatan

(8)

vii

7. Bapak Muh Ikhwan S.Pd. selaku kepala SDN Banaran 1 kecamatan

Grabag Kabupaten Magelang.

8. Rekan-rekan guru di SDN Ketawang 1 Kecamatan Grabag Kabupaten

Magelang.

9. Rekan-rekan guru di SDN Banaran 1 kecamatan Grabag Kabupaten

Magelang.

10.Ayah, Ibu dan Istriku tercinta, keluarga serta anakku atas doa restu dan

motivasinya.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari terdapat

kekurangan tesis ini, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Grabag, 23 September 2017

(9)

viii

DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PENGESAHAN ...ii

HALAMAN ...iii

ABSTRAK ...iv

PRAKATA ...vii

DAFTAR ISI ...ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...4

C. Signifikasi penelitian ...4

D. Kajian Pustaka ...5

E. Kerangka Teori...7

F. Metode penelitian ...9

G. Sistematika Penulisan ...13

BAB II PROFIL SEKOLAH DAN DIMENSI RELIGIUSITAS SISWA A. Profil Sekolah ...14

B. Dimensi Religiusitas Siswa ...16

(10)

ix

B. Pengembangan pembelajaran PAI ...26

BAB IV SOLUSI GURU PAI DALAM MENGHADAPI

HAMBATAN DALAM MENINGKATKAN RELIGIUSITAS SISWA

A. Kendala-kendala yang dihadapi guru PAI dalam

meningkatkan religiusitas siswa...31

B. Usaha guru PAI dalam menghadapi kendala-kendala yang

dihadapinya...35

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ...40

B. Saran ...43

DAFTAR PUSTAKA

(11)

1

STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM MENINGKATKAN RELIGIUSITAS SISWA

DI SD KETAWANG 1 DAN SD BANARAN

KECAMATAN GRABAG KABUPATEN MAGELANG

TAHUN 2017

Disusun Oleh:

NURUL ISA 12010150030

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan

meraih gelar Magister Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA

(12)

2

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era globalisasi banyak memberikan dampak bagi kehidupan sosial, terutama di kalangan siswa. Banyak siswa yang merasakan dampak positif

globalisasi terutama dalam bidang teknologi. Salah satunya adalah adanya internet yang memberikan kemudahan untuk mengakses dan berbagi informasi maupun ilmu pengetahuan secara cepat dan luas. Sejalan hal

tersebut bagi remaja munculnya kemajuan globalisasi di bidang teknologi disamping memberikan kemudahan dalam segala aspek kehidupannya, juga

akan membuka peluang penyalahgunaan fungsi dari teknologi tersebut. Banyak media sosial yang memberitakan pelanggaran norma-norma yang seharusnya tidak dilakukan dia diantaranya pornografi, praktek perjudian

game, jual beli yang menipu konsumen dan lain sebagainya.

Lembaga pendidikan (sekolah) memberikan bimbingan kepada siswa

baik didalam kelas maupun diluar kelas terutama pada pendidikan agama. Pendidikan agama di lembaga pendidikan bagaimanapun akan memberikan

pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan pada anak.1 Pendidikan agama

biasanya diartikan pendidikan yang yang materi bahasanya berkaitan dengan

keimanan, ketakwaan, akhlak, dan ibadah kepada Tuhan.2 Dengan demikian

pendidikan agama berkaitan dengan pembinaan sikap mental spiritual yang

1

Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta : Raja Grafindo, 2005, 232. 2

(13)

3

selanjutnya dapat mendasari tingkah laku manusia dalam berbagai bidang kehidupan.

Guru PAI dituntut untuk melakukan pendekatan-pendekatan pembelajaran yang menarik perhatian siswa sehingga mereka memiliki

semangat untuk mendalami agamanya. Salah satu pendekatan yang dilakukan oleh guru PAI diantaranya adalah menyusun dan memilih strategi kegiatan pemelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas. Strategi pembelajaran

adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa

agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien.3 Dengan

menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dan kondisi lingkungan, maka tujuan pembelajaran akan mudah dicapai oleh guru terutama dalam penanaman nilai-nilai religiusitas siswa terhadap agamanya.

Alasan pemilihan SD Ketawang 1 dan SD Banaran Kecamatan Grabag kabupaten Magelang sebagai objek penelitian karena kedua sekolah

tersebut dinilai oleh sebagian orang berhasil dalam membentuk perilaku religius terhadap para siswanya. Hal ini dibuktikan dengan kegiatan sholat dhuhur berjama’ah, pesantren kilat, kantin kejujuran dan kegiatan keagamaan

lainnya. Hal ini yang melatarbelakangi keinginan peneliti untuk mengetahui lebih jauh bagaimana strategi guru PAI dalam meningkatkan religiusitas para

siswanya sehingga para siswa menjalankan kegiatan ritual keagamaan yang didasari dengan kesadaran dan kemauan dari para siswanya, dan merupakan pembiasaan dari para gurunya. Berdasarkan latar belakang di atas maka

3

(14)

4

penelitian ini diberikan judul “Strategi Guru Agama Islam dalam

Meningkatkan Religiusitas Siswa di SD Ketawang 1 dan SD Banaran

Kecamatan Grabag kabupaten Magelang Tahun 2017.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana dimensi religiusitas siswa menurut teori Glock dan Stark di SD

Ketawang 1 dan SD Banaran 1?

2. Bagaimana strategi guru PAI dalam meningkatkan religiusitas siswa di SD

Ketawang 1 dan SD Banaran 1?

3. Bagaimana solusi guru PAI dalam mengatasi hambatan yang dihadapinya

dalam meningkatkan religiusitas siswa di SD Ketawang 1 dan SD Banaran 1 ?

C. Signifikansi Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui dimensi religiusitas siswa menurut teori Glock dan

Stark di SD Ketawang 1 dan SD Banaran 1

b. Untuk mengetahui strategi guru PAI dalam meningkatkan religiusitas

siswa di SD Ketawang 1 dan SD Banaran 1

c. Untuk mengetahui solusi guru PAI dalam mengatasi hambatan yang

dihadapinya dalam meningkatkan religiusitas siswa di SD Ketawang 1 dan SD Banaran 1.

(15)

5

a. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi

pemikiran Pendidikan Agama Islam terutama tentang strategi guru PAI dalam meningkatkan religiusitas siswa di lingkungan sekolah.

b. Secara Praktis

1) Memudahkan siswa dalam meningkatkan religiusitasnya.

2) Menambah khazanah ilmiah bagi guru dalam meningkatkan

religiusitas siswa.

3) Memberikan bahan pertimbangan bagi sekolah untuk meningkatkan

religiusitas para siswa yang dibimbingnya.

4) Menambah khazanah ilmiah berkenaan dengan penelitian pendidikan

islam yang mampu menambah wawasan, pengetahuan serta

pengalaman peneliti.

D. Kajian Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Penelitian Evi Avivah memaparkan secara parsial, ditemukkan t

antara religiusitas dengan kenakalan remaja = 3,632, dan r parsial = -0,346, dengan p = 0,000 (pc 0,01). Hal ini menunjukkan ada hubungan

(16)

6

diri dengan kenakalan remaja. Sumbangan efektif variabel religiusitas

dan kontrol diri sebesar 27% (R square 0,270).4

Penelitian Miftah Aulia Andisti menunjukkan ada hubungan yang signifikansi antara religiusitas dengan perilaku sex bebas. Hasil koefisien

korelasi yang negatif sangat negatif menunjukkan arah korelasi kedua variabel adalah negatif, bahwa semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah perilaku sex bebasnya. Dan sebaliknya semakin rendah

religiusitasnya maka semakin tinggi perilaku sex bebasnya.5

Penelitian Irendho Fani Reza menunjukkan ada hubungan yang

sangat segnifikan antara religiusitas dengan moralitas remaja di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Kota Palembang. Dengan hasil penelitian ini diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,775 dengan

signifikasi (p) sebesar 0,000, dimana p < 0,01.6

Penelitian Paulson menunjukkan bahwa individu yang memiliki

tingkat tinggi religiusitasnya cenderung terlibat perilaku berisiko dibandingkan orang yang memiliki tingkat rendah religiusitasnya. Siswa yang terlibat dalam perilaku berisiko sering tidak memiliki tingkat yang

sama pada prestasi akademik siswa yang tidak terlibat dalam perilaku berisiko. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa ketika seorang siswa

terlibat dalam perilaku berisiko, seperti penggunan narkoba, hal ini dapat

4

Evi Afifah, “Religiousity Control Self, Juvenile Delinquency in SMA N 1 Jatirogo”, Jurnal Psikologi Indonesia, Volume 3, Number 2 (Mei 2014), 126-129.

5Miftah Aulia Andisti, “Religiousity and Premarital Sex Behavior in Young Adult”, Jurnal

Psikologi, Volume 1, Number 2 (Juni 2008), 170-177.

6Irendho Fani Reza, “Relationship between Religiousity and Morality Teen Madrasah Aliyah

(17)

7

mempengaruhi waktu dan konsentrasi mahasiswa untuk menyelesaikan

tugas-tugas akademiknya.7

Penelitian Jeynes menyatakan bahwa siswa sekolah menengah atas yang berbasis religiusitas yang ada di kota mempunyai hasil belajar

yang tinggi pada bidang pelajaran membaca dan tes matematika.8

Dari beberapa hasil penelitian yang dideskripsikan diatas, memang cukup banyak tulisan yang relevan dengan tema religiusitas

siswa, sehingga saling melengkapi satu sama lain. Peneliti berpandangan bahwa penelitian tentang Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam

meningkatkan Religiusitas siswa di SD Ketawang 1 dan SD Banaran Kecamatan Grabag kabupaten Magelang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaannya terletak pada fokus kajiannya dan lokasi yang

digunakan dalam penelitiannya.

2. Kerangka Teori

a. Strategi Pembelajaran

Menurut kamp, strategi adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran

dapat dicapai secara efektif dan efesien.9 Kemudian Abudin Nata

mendefinisikan strategi pembelajaran pada intinya adalah kegiatan

yang terencana secara sistematis yang ditunjukkan untuk

7Paulson, “Alcohol Consumption Stren

ght of Religious Beliefs, and Risk Sexual Behavior in

collage Students”, Journal of American Collage, Volume 46, Number 5 (Maret 1998), 277-232. 8Jeynes, “The Effects of Religious Commitment on the Academic Achievement of Urban

and Other Children”. Education and Urban Society, Volume 36, Number 1 (November 2000), 44-62.

9

(18)

8

mengerakkan peserta didik agar mau melakukan kegiatan belajar

dengan kemauan dan kemampuannya sendiri.10

b. Guru

Zakiyah Darajat memaknai guru sebagai seorang profesional,

karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul tanggung jawab pendidikan yang dipikulkan di pundak orang

tua.11 Sosok seorang guru adalah orang yang identik dengan pihak

yang memiliki tugas dan tanggung jawab membentuk karakter generasi bangsa. Di tangan para gurulah tunas-tunas bangsa ini

terbentuk sikap dan moralitasnya sehingga mampu memberikan yang

terbaik untuk anak negeri ini di masa datang.12

c. Religiusitas

Menurut Reyes, G.M., religiusitas berasal dari kata latin religere, yang berarti berhubungan kembali dengan sumber yang lebih

mendalam.13 Sedangkan menurut Fuad Anshori religiusitas ;

mengukur seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa banyak pelaksanaan ibadah dan aqidah, dan seberapa dalam

penghayatan atas agama yang dianutnya sehingga religiusitas dapat

diartikan sebagai kualitas keagamaan.14 Menurut Djamaluddin Ancok,

religiusitas adalah suatu kesatuan unsur-unsur yang komprehensif

10

Abudin Nata, Prespektif Islam tentang Strategi Pemelajaran, Jakarta: Kencana, 2009, 215. 11

Novan Ardy wiyani, Etika Profesi Keguruan, Yogyakarta: Gajah Mada, 2015.27. 12

Isjono, Guru Sebagai Motivator Perubahan, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 3.

13Reyes G.M., “Spirituallty and Religiousity; The Relation to Academic Achievement of Undergraduate Collage Student”, Dissertation, Northern Arizona University, 2006, 12.

14

(19)

9

yang menjadikan seseorang disebut sebagai orang beragama (being religious) dan bukan sekedar mengaku mempunyai agama, (having

religious).15 Perilaku religiusitas menurut Glock dan Stark dalam

Mulyani16 disebutkan ada 5 macam dimensi, yaitu :

1) Dimensi keyakinan (belief), berisi seperangkat keyakinan yang

terpusat adanya Allah.

2) Dimensi peribadatan atau praktek agama (pratical). Dimensi ini

merupakan refleksi langsung dari dimensi pertama.

3) Dimensi pengalaman dan penghayatan (the experiential

dimension/religious feeling) adalah bentuk respon kehadiran Tuhan yang dirasakan oleh seseorang atau komunitas keagamaan.

4) Dimensi pengamalan dan konsekuensi (the consequential

dimensions/religious effect) ini berupa pelaksanaan secara kongkrit dari ketiga dimensi diatas.

5) Dimensi pengetahuan agama (intellectual). Dimensi ini memuat

konsep-konsep yang terdapat dalam suatu agama.

3. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian lapangan (field

research). Jenis penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan

15

Djamaluddin Ancok, Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994, 77. 16

(20)

10

secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu objek tertentu

dengan mempelajarinya sebagai suatu kasus.17

b. Pendekatan Penelitian

Penelitian yang pengumpulan datanya di lapangan, seperti di

lingkungan masyarakat dan pendidikan adalah merupakan penelitian

deskriptif kualitatif.18 Maka metode yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah studi deskriptif, yang mana disitu peneliti

membangun penelitiannya melewati fenomena-fenomena yang ada dan dikaitkan dengan teori yang berkaitan.

c. Lokasi Penelitian

Pemusatan penelitian yang dilakukan menunjuk sebuah sekolah yang mempunyai posisi geografis di SD Ketawang 1 dan SD Banaran

Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang.

d. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat mengenai obyek penelitian, maka penulis akan menggunakan ciri khas penelitian kualitatif, yaitu

melaui hasil wawancara, pengamatan, dan dokumentasi.19Wawancara

ditujukan kepada Guru PAI untuk memperoleh data tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang beliau lakukan dalam

meningkatkan religiusitas siswa meliputi metode, sumber dan media

17

Hamdan Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995,72.

18

Sarjono, dkk. Panduan Penulisan Skripsi, Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004,21.

19

(21)

11

pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas selama mengajar di

sekolah tersebut.

Wawancara juga ditujukan kepada kepala sekolah yang berfungsi untuk mengecek dan menguji keabsahan/kebenaran data yang diperoleh

dari hasil wawancara kepada guru PAI. Juga untuk mengetahui sejauh mana upaya-upaya yang dilakukan sekolah dalam hal ini keijakan kepala sekolah dalam meningkatkan religiusitas siswa.Wawancara kepada siswa

dilakukan untuk menguji sejauh mana tingkat keabsahan data yang diperoleh dari sumber-sumber di atas terutama mengenai strategi yang

dilakukan oleh guru PAI dalam meningkatkan religiusitas siswa, dalam hal ini akan diambil sample secara acak dari beberapa siswa yang berada di bangku kelas 5 dan 6.

Observasi yang dilakukan peneliti bersifat langsung dalam artian peneliti berada bersama objek yang diteliti. Pengamatan yang dilakukan

oleh peneliti di SD Ketawang 1 dan SD Banaran mencakup tentang bagaimana strategi guru PAI dalam mengajar siswa baik di dalam maupun di luar kelas, akan tetapi peneliti tidak ikut dalam kegiatan pembelajaran

tersebut. Tidak hanya fokus pada pendidikannya saja akan tetapi peneliti juga mengamati kegiatan dan pergaulan sosial siswa yang dilakukan siswa

di sekolah.

(22)

12

profil sekolah, visi misi, letak geografis, sejarah berdirinya sekolah,

struktur organisasi, kegiatan sekolah dan lain-lain.

e. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan prisip-prinsip deskriptif.20 Aktifitas dalam analisis data

pada penelitian ini terdiri dari empat komponen yang inheren, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan/verifikasi.

1) Pengumpulan data

Merupakan proses pencarian data yang dilakukan dengan jalan pengamatan/observasi, wawancara dan dokumentasi. Dari catatan tersebut peneliti perlu membuat catatan refleksi yang merupakan

catatan dari peneliti sendiri berisi komentar, kesan, pendapat dan penafsiran terhadap fenomena yang ditemukan.

2) Reduksi data

Merupakan proses pemilihan, perumusan dan perhatian pada penyederhanaan atau menyangkut data dalam bentuk uraian (laporan)

yang terinci sistematis pada pokok-pokok yang penting agar lebih mudah dikendalikan. Laporan kegiatan ini merupakan proses

seleksi/pemilihan, pemfokusan/pemusatan penelitian,

20

(23)

13

penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data kasar yang mucul dari catatan lapangan.

3) Penyajian data

Sajian data adalah mengorganisasikan data yang sudah

direduksi. Diberikan dalam bentuk narasi, kalimat yang disusun logis dan sistematis mengacu pada rumusan masalah.

4) Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir atas pola-pola

atau konfigurasi tertentu dalam penelitian ini, sehingga

menggambarkan secara utuh terhadap seluruh rangkaian kegiatan penelitian.

4. Sistematika Pembahasan

Tesis ini disusun dalam lima bab diantaranya : Bab I: Pendahuluan,

bab ini membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, signifikansi penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, dan metode penelitian. Bab II Profil dan Dimensi Riligiusitas siswa di SD Ketawang 1 dan SD Banaran

1. Bab III strategi pembelajaran guru PAI dalam meningkatkan religiusitas siswa di SD Ketawang 1 dan SD Banaran. Bab IV solusi guru

PAI dalam mengatasi hambatan yang dihadapinya dalam meningkatkan religiusitas siswa di SD Ketawang 1 dan SD Banaran. Bab V penutup,

(24)

14

BAB II

PROFIL SEKOLAH DAN DIMENSI RELIGIUSITAS SISWA DI

SD KETAWANG 1 DAN SD BANARAN

A. Profil Sekolah

1. SDN Ketawang 1

SDN Ketawang 1 didirikan pada tahun 1977. SD ini secara geografis terletak di Desa Ketawang Kecamatan Grabag Kabupaten

Magelang Provinsi Jawa Tengah Kode Pos 56196. SDN Ketawang 1 dibangun dengan dana menggunakan dana pemerintah dan berstatus

negeri.

Gedung SDN Ketawang 1 didirikan atas tanah dengan NPSN 20308106. Saat ini SD Ketawang 1 telah terakreditasi B. Jumlah siswa

SDN Ketawang 1 pada tahun ajaran 2016/2017 berjumlah 126, sedangkan jumlah guru dan karyawan 9 dengan status 6 PNS dan 3 wiyata dan 1

karyawan. Sehingga SDM di SDN Ketawang 1 sudah dalam katagori baik.21

Jumlah siswa di SDN Ketawang 1 mengalami peningkatan yaitu

dari 108 siswa pada tahun ajaran 2015/2016 menjadi 126 siswa pada tahun 2016/2017. Sarana prasarana SDN Ketawang 1 dalam katagori baik

buktinya telah memiliki fasilitas sarana/prasarana pendidikan : 6 Ruang kelas, masing-masing berukuran 7.5 x 8 m, 1 Ruang Guru jadi satu dengan ruang ruang kepala sekolah 1 Ruang UKS, 1 Mushola, 1 Ruang

21

(25)

15

Gudang, 2 WC Siswa, 1 WC Guru, serta halaman sekolah yang dimanfaatkan sebagai tempat upacara dan lapangan olahraga.

Visi SDN Ketawang 1 adalah “Berpretasi, terampil, berbudi pekerti

luhur berdasarkan iman dan taqwa, sedangkan misi SDN Ketawang 1

adalah sebagai berikut:

1) Mengembangkan proses belajar mengajar yang berkualitas dengan

pendekatan PAIKEM.

2) Menyelengarakan kegiatan ektrakurikuler yang intensif dibidang :

kepramukaan, keagamaan, olahraga dan kesenian.

3) Mengintegrasikan dengan optimal pendidikan budi pekerti kedalam

berbagai mata pelajaran yang sesuai.

4) Menciptakan suasana sekolah yang kondusif dan berbudaya.

2. SDN Banaran

SDN Banaran terletak di Jl. Raya Grabag Senden km. 3 Desa

Banaran Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang 56196. SDN Banaran 1 dibangun dengan dana menggunakan dana pemerintah dan berstatus negeri.

Gedung SDN Ketawang 1 didirikan atas tanah dengan NPSN 20307852. Saat ini SD Banaran 1 telah terakreditasi A. Jumlah siswa SDN

Ketawang 1 pada tahun ajaran 2016/2017 berjumlah 310, sedangkan jumlah guru dan karyawan 16 dengan status 8 PNS dan 8 wiyata dan 1

pegawai administrasi 1 pegawai perpustakaan dan 1 penjaga sekolah.22

22

(26)

16

SD Banaran 1 memiliki fasilitas sarana/prasarana pendidikan : 12 Ruang kelas, masing-masing berukuran 7 x 8 m, 1 ruang ruang kepala

sekolah 1 Ruang Guru 1 Ruang UKS, 1 Ruang Perpustakaan, 1 Ruang Gudang, 4 WC Siswa, 2 WC Guru, serta halaman sekolah yang

dimanfaatkan sebagai tempat upacara dan lapangan olahraga.

Visi SDN Banaran 1 adalah “Terwujudnya pendidikan yang

berwawasan global dan menghasilkan peserta didik yang bertaqwa, cerdas, terampil”, sedangkan misi SDN Banaran 1 adalah sebagai berikut:

1). Menanamkan keyakinan/aqidah melalui pengamalan ajaran agama.

2). Membiasakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

3). Mengembangkan pengetahuan di bidang IPTEK, Bahasa, Olahraga,

Seni Budaya sesuai bakat, minat dan potensi siswa.

4). Menjalin kerjasama yang harmonis antara warga sekolah dan

lingkungan sekitar.

B. Dimensi Religiusitas Siswa di SD Ketawang 1 dan SD Banaran

Setelah melakukan penelitian dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi secara langsung terhadap objek yang diteliti, pada

(27)

17

pendidikan agama islam dalam meningkatkan religiusitas siswa di SD ketawang 1 dan SD Banaran kecamatan Grabag Kabupaten Magelang.

Religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan. Aktivitas keberagaman bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual

keagamaan saja namun juga ketika melakukan aktivitas kehidupan lainya. Faulkner dan De Jong (1966) mengemukakan :

The Five Dimensions Scale of Religiousity (FDRS) measure the major

dimensons of religiousity first describcel bcy Glock (1962). They include the idiological (belief), intellectual (knowledge), ritualistic (religius behavior),

experiential (felling and emotion), and consequential (effect of religion in

everyday life) dimension.23

Lima skala dimensi keberagamaan mengukur dimensi-dimensi utama

dalam keberagamaan yang pertama kali dijelaskan oleh Glock (1962). Termasuk diantaranya idiologi (keyakinan), intelektual (pengetahuan), riual

(perilaku beragama), pengalaman (perasaan dan emosi), dan konsekuensi (akibat dari agama dalam kehidupan sehari-hari).

Seberapa jauh keberagamaan seseorang dapat dilihat dari bagaimana ia

melaksanakan dimensi-dimensi tersebut. Dimensi-dimensi tersebut adalah dimensi keyakinan, praktik ibadah, pengalaman, konsekuensi-konsekuemsi dan

pengetahahuan.24

23

Faulkner dan De Jong “Five Dimension Scale of Religiousity”, in Peter C. Hill and Ralp W.

Hood Jr. (eds.), Measure of Religiousity, Birmingham: Religious Education Press, 1999, 295.

24

R. Stark dan C. Y. Glock, “Dimensins of Religiosity, dalam Ronald Robcertson (eds.) Sosiologi of Religion, Terj. Achmad Fedyani Saifuddin, Agama: dalam Analisa dan Interprestasi

(28)

18

Berdasarkan teori Glock dan Stark mengenai dimensi religiusitas, peneliti menemukan beberapa karakteristik siswa yang menunjukkan religiusitas

mereka yaitu :

a. Dimensi idiologi. Dimensi ini dalam Islam menunjukkan pada seberapa

tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya,

terutama terhadap ajaran –ajaran yang fundamental dan dogmatik.25 Yang

dimaksudkan dalam hal ini adalah sejauh mana siswa menerima hal-hal

yang bersifat dogmatik atau ajaran yang bersifat kepercayaan terhadap agamanya. Hal ini ditemukan dalam diri siswa di SDN Ketawang 1 dan

SDN Banaran 1 bahwa mereka mempercayai adanya Allah SWT dengan mengetahui sifat-sifat-Nya, percaya adanya malaikat dan rasul Allah, surga dan neraka serta hari akhir nanti. Keseluruhan siswa mempunyai dimensi

idiologi ini

b. Dimensi ritual, yaitu tingkatan dimana seorang mau mengerjakan

kewajiban-kewajiban yang ada dalam agamanya. Dalam hal ini, peneliti mewawancarai siswa perihal sejauh mana mereka melaksanakan rukun Islam. Kebanyakan dari siswa mampu mengucapkan syahadat dengan baik

dan benar, akan tetapi ada beberapa siswa yang belum fasih mengutarakannya. Dari segi sholat, mereka mengakui belum sepenuhnya

melakukan sholat 5 waktu ini. Kemudian dari segi puasa, keseluruhan siswa menyatakan bahwa mereka berpuasa di bulan ramadhan. Tampak

25

(29)

19

dari uraian tersebut, bahwa dari segi dimensi ritual ini siswa di SD ketawang 1 dan SD Banaran sudah cukup kuat.

c. Dimensi pengalaman, merupakan perasaan, penghayatan atau pengalaman

keagamaan yang pernah dialami siswa. Beberapa siswa merasakan bahwa

mereka selalu dekat dengan Allah karena dengan sekolah disitu mereka merasa lebih mengenal Tuhan-Nya.

d. Dimensi konsekuensi/pengamalan. Dimensi ini mengacu pada identifikasi

akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan

pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Istilah “kerja” dalam pengertian

teologis digunakan di sini.26 merupakan dimensi yang mengukur sejauh

mana perilaku siswa didorong oleh ajaran agama Islam dalam kehidupannya. Tampak siswa SDN ketawang 1 dan SDN Banaran 1

mengamalkan dimensi ini yaitu ditinjau dari kedisiplinan mereka, ketaatan

dalam menjalankan ibadah meskipun masih belum terpenuhi

kesuluruhannya. Menghormati orang yang lebih tua dan saling menyayangi terhadap sesama nya.

e. Dimensi pengetahuan, yaitu seberapa jauh pengetahuan siswa tentang

ajaran agama Islam. Di SD Ketawang 1dan SDN Banaran 1 disediakan buku bacaan berkenaan dengan agama Islam. Berdasarkan observasi dan

wawancara beberapa siswa, mereka mengatakan sering memabaca buku agama Islam di sekolah tidak sekedar mencari materi ajar di kelas saja. Lebih dari itu mereka menambah wawasan keilmuaan mengenai ajaran

26R. Stark dan C. Y. Glock, “

(30)

20

agama Islam secara mandiri. Beberapa siswa juga mengikuti pendidikan Al-Qur’an diluar sekolah.

Kesalehan yang bersifat personal muncul dalam diri siswa dengan ciri-ciri diantaranya sabar, tawakkal, syukur, berani, bertanggung jawab, dll.

Sedangkan kesalehan yang bersifat bersifat sosial merupakan hubungan dengan Allah menjadi dasar baginya dalam berhubungan dengan sesama manusia. Sikap kesalehan sosial dalam diri siswa tercermin dalam bentuk kesediaannya

(31)

21

BAB III

STRATEGI GURU PAI DALAM MENINGKATKAN

RELIGIUSITAS SISWA DI SD KETAWANG 1DAN SD

BANARAN 1

Guru merupakan orang tua kedua tatkala siswa berada di lingkungan sekolah. Secara umum, guru dalam profesinya memiliki tugas utama, yaitu mendidik,

mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan; melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan untuk

hidup siswa.27 Pembelajaran agama memiliki karakterisitik yang berbeda dengan

pembelajaran pada umumnya. Hal ini dikarenakan pembelajaran agama lebih menekankan pada aspek pengamalan ajaran-ajaran agama yang telah dipelajari

sehingga tidak terhenti pada aspek pengetahuan saja.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti mengenai strategi guru PAI

dalam meningkatkan religiusitas siswa di SD Ketawang 1 dan SD Banaran, diperoleh data yang berhubungan dengan strategi guru PAI yaitu :

A. Peningkatan kualitas pembelajaran di dalam kelas

Gambaran pembelajaran yang dilakukan guru PAI adalah sebagai berikut28 :

1. Pendahuluan, kegiatan pendahuluan disini dilakukan seperti biasanya yaitu

meliputi kegiatan salam pembuka, dilanjutkan berdoa bersama. setelah

27

Suyanto & Asep, Bagaimana Menjadi Calon Guru Profesional, Yogyakarta:Multi Pressindo, 2012, 3.

28

(32)

22

berdoa bersama, kegiatan yang dilakukan di SD Ketawang 1 adalah

bimbingan membaca Al-Qur’an dan di SD Banaran adalah pembacaan

asma’ul khusna secara bersama-sama.

2. Kegiatan inti, disini penerapannya sama seperti biasanya yaitu mengenai

penyampaian materi pembelajaran sesuai KI-KD yang telah ditetapkan dan tidak ada perbedaan yang mencolok dengan pembelajaran biasanya.

3. Penutup, rangkaian pembelajaran yang terakhir adalah penutup. Dalam

kegiatan ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menanggapi atas apa yang telah disampaikan, guru memberikan tugas

tambahan sebagai pekerjaan rumah berkaitan dengan materi (bila ada), guru mengucap salam dan menutup pelajaran dengan berdoa bersama. Di SD Ketawang 1 dan SD Banaran, guru PAI membuat inovasi dalam

mengajar di kelas yang berbeda dengan biasanya yaitu dengan melaksanakan hafalan asma’ul khusna dan bimbingan membaca al-qur’an sebelum

pembelajaran dimulai. Dalam penyampaian pembelajaran guru PAI juga berinovasi dengan memadukan materi dengan kisah-kisah yang nyata pada saat itu siswa siswa mudah memahaminya.

Ibu Indra sebagai guru PAI, penyampaian materinya itu mas sangat sistematis bahasanya menarik dan mudah dimengerti oleh siswa. Beliau juga kadang menggunakan LCD untuk power point atau pemutaran film. W alaupun masih berstatus guru honorer dan rumahnya jauh kan mas, dari pakis ke grabag sangat bersemangat dalam mengajar dan sangat dermawan, seperti kemarin membeli mukena dan iqro untuk pembelajaran siswa yang masih kurang lancar membaca Al-Qur’annya.29

29

(33)

23

Bapak widodo dalam menyampaikan materi sudah bagus dan termasuk senior kan mas, karena sudah mendekati pensiun. Beliau kadang menggunakan metode ceramah, demonstrasi, pemberian tugas, dan kadang permainan.30

Hal tersebut sesuai dengan konsep pendidikan Islam yang menyatakan

bahwa pendidik agama Islam perlu memahami metode-metode instruksional yang

aktual yang ditujukan dalam Al-Qur’an, atau yang dideduksikan dari Al-Qur’an,

dan dapat memberi motivasi dan disiplin. Selain hal tersebut, pendidik harus mendorong peserta didiknya untuk mengamalkan ilmu pengetahuannya dan

mengaktualisasikan keimanan dan ketaqwaannya dalam kehidupan sehari-hari.31

Melalui kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas inilah guru dapat memiliki kedekatan dengan siswa sehingga guru dapat dengan mudah memerikan

nasihat-nasihat berkaitan dengan penanaman nilai-nilai religiusitas dalam diri siswa. Dalam rangka mewujudkan nilai-nilai religius siswa dapat dilakukan

dengan pendekatan pada saat pembelajaran yang tepat. Dalam ruang lingkup strategi yang harus diperhatikan adalah ketepatan memilih model, metode serta pendekatan pada proses pembelajaran yang mendasar pada karakteristik siswa,

dalam hal ini mengoptimalkan pembelajaran di kelas dengan menggunakan beberapa cara, yaitu :

a. Pendidikan dengan keteladanan

Keteladanan merupakan bagian dari sejumlah metode yang paling efektif dalam menyiapkan dan membentuk karakter siswa. Figur seorang

pendidik merupakan uswah bagi siswa, ditinjau dari tingkah laku serta

30

Wawancara dengan Bapak Kepala Sekolah SDN Banaran 1 pada hari Rabu 31 Mei 2017, pukul 09.00 WIB.

31

(34)

24

sopan santunya. Dalam Al-Qur’an keteladanan diibaratkan dengan kata

uswah yang kemudian dilanjutkan hasanah, sehingga menjadi uswatun

hasanah yang berarti keteladan yang baik. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Indra dan Bapak Widodo yaitu :

“Alhamdulillah mas, saya bisa mengajar di SD ini. Anaknya mudah diarahkan, teman-teman guru disini juga menyenangkan. Ketika saya berniat lngin mengamalkan ibadah sholat dhuha dan sholat dhuhur di SD ini diawali dengan saya mempraktekkan di mushola sekolah, para guru di sini langsung mengikuti dan para siswa pun sangat antusias ketika saya mewajibkan kegiatan tersebut. Di samping itu dari tutur kata saya selalu menggunakan bahasa jawa krama dengan para guru dan siswa, dengan tujuan memberi teladan yang baik dan tercipta suasana harmonis di lingkungan sekolah.”32

Menjadi guru PAI minimal harus bisa memberikan contoh yang terbaik diantara guru-guru lainya, saya selalu berusaha menyempatkan datang lebih awal ke sekolah pada saat mengajar, mengucap salam, membiasakan tegur sapa kepada guru dan siswa. Di kelas pun demikian mas dari segi ucapan, perilaku saya selalu berhati-hati.”33

Pendidikan keteladan menjadi salah satu upaya memperbaiki serta

membimbing siswa agar memiliki akhlak yang mulia. Beberapa keteladanan yang ditemukan pada saat observasi pembelajaran PAI di SD Ketawang 1 dan SD Banaran adalah :

1) Guru PAI datang tepat waktu pada saat pembelajaran di kelas.

2) Berpenampilan rapi dan sopan sesuai dengan kode etik guru.

3) Membiasakan 3S (senyum, sapa, sapa).

32

Wawacara dengan Ibu Indrawati, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Ketawang 1, pada hari Kamis 8 juni 2017 pukul 11.00 WIB.

33

(35)

25

4) Tangggung jawab terhadap tugas keguruan (memakai RPP, Silabus,

serta persiapan materi pembelajaran.

5) Bertindak sopan terhadap siswa baik dari dari perkataan dan perbuatan.

6) Membuang sampah pada tempatnya.

7) Bersikap komunikatif terhadap siswa, tidak monotone teacher center.

8) Menciptakan lingkungan yang religius pada saat pembelajaran dengan

memulai pembelajaran dengan membaca asma’ul khusna dan hafalan

surat-surat pendek bersama.

9) Memberikan contoh-contoh kehidupan yang sesuai materi ajar.

Bentuk-bentuk keteladanan tercermin dalam proses kegiatan belajar-mengajar (KBM) Pendidikan Agama Islam di SD Banaran. Bentuk-bentuk keteladanan tersebut akan memberikan dampak positif terhadap siswa

sehingga perilaku guru dapat dicontoh oleh siswa.

b. Pendidikan dengan nasihat

Nasihat merupakan cara yang digunakan pendidik untuk

memberikan petunjuk, peringatan serta teguran kepada siswa. Cara ini sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai religius kepada siswa.

Nasihat yang tulus dari seorang guru akan memberikan beban dan pengaruh terhadap siswa, sehingga mereka akan menerima dengan hati

terbuka seperti yang diungkapkan ibu indrawati dan bapak widodo :

“Ketika siswa mempunyai problem dalam belajar atau keluarga

(36)

26

seorang wanita, naluri keibuan saya selalu muncul saat ada kejadian

tersebut sehingga saya sangat dengan para siswa di sini.”34

“ Dalam mendidik siswa, saya tidak terlalu dalam memberikan

hukuman mas. Saat. Siswa mempunyai masalah dalam pelajaran saya sering memberikan arahan mas, menanyakan dan membantu menyelesaikan masalah mereka. Nasihat akan membuat mereka sadar

dan berfikir.”35

Dalam proses pembelajaran, guru menyelipkan nasihat-nasihat yang

membangun kepada siswa, dengan memberikan nasihat tersebut siswa akan sadar akan dirinya. Nasihat yang yang sering diutarakan Bapak Widodo mengenai keimanan kepada Allah, serta bagaimana konsekuensi

atas keimanan tersebut. Beliau juga memberikan nasihat terhadap fenomena-fenomena yang sedang hangat dibicarakan, seperti kenakalan

remaja, dll. Dengan begitu, siswa akan termotivasi untuk meningkatkan religiusitasnya.

c. Pendidikan dengan hukuman (sangsi)

Hukuman adalah salh satu metode yang digunakan guru untuk mengarahkan tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang

diharapkan dan menghentikan tingkah laku yang tidak diharapkan. Hukuman merupakan alat yang sengaja digunakan untuk memberikan efek

jera agar siswa berfikir atas tngkah laku yang dilakukan. Berdasrkan observasi dilakukan, tidak jarang siswa mendapt hukuman. Diantara sebabnya, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, ramai dikelas, tidak

34

Wawacara dengan Ibu Indrawati, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Ketawang 1, pada hari Kamis 8 juni 2017 pukul 11.00 WIB.

35

(37)

27

membawa buku pelajaran PAI, membuang sampah sembarangan, dll. Hukuman yang diberikan bersifat membangun dan edukatif terhadap

siswa.

d. Pendidikan dengan pembiasaan

Pembiasaan perilaku positif di dalam kelas dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar setiap waktunya. Pembiasaan perilaku religiusitas

diterapkan di dalam kelas agar siswa mampu memiasakan diri dengan kegiatan tersebut. Diantara kegiatan pembiasaan yang dilakukan guru PAI

di dalam kelas adalah :

1) Membiasakan bersalaman kepada guru saat memulai dan selesai

kegiatan KBM.

2) Memabaca doa sebelum memulai pelajaran.

3) Bertutur kata yang sopan.

4) Sholat dhuha dan sholat dhuhur di sekolah.

5) Membaca asma’ul khusna secara bersama-sama sebelum pelajaran dimulai.

6) Duduk sesuai tempat masing-masing dan diatur laki-laki sendiri dan

perempuan sendiri.

B. Pengembangan pembelajaran PAI melalui kegiatan keagaman

1. Sholat dhuhur dan dhuha berjama’ah

Berdasarkan pengamatan dan wawancara terhadap kegiatan keagaman

(38)

28

yang dilakukan di mushola sekolah. Sholat dhuha ini bertujuan agar

membiasakan siswa disiplin dalam beribadah.

Alhamdulillah mas, di SD ini sudah ada bangunan mushola yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan keagamaan. Saya selaku kepala sekkolah mengajak para guru untuk memberi teladan kepada para siswa disini dengan mengerjakan sholat dhuha, karena guru itu harus bisa di gugu dan ditiru kan mas. Sehingga ketika istirahat pertama njenengan melihat sendiri para siswa dengan membawa mukena dan sarung tertib mengerjakan sholat dhuha. Setelah pelajaran usai kami para guru dan siswa sholat dhuhur secara

berjama’ah.36

Kebetulan di SD ini mas belum ada bangunan mushola tapi samping ruang perpustakaan ada ruang kosong. Atas ijin dari kepala sekolah saya gunakan untuk kegiatan keagamaan terutama untuk sholat dhuha saat istirahat dan sholat dhuhur setelah pelajaran terakhir.37

Dengan rutin melaksanakan sholat dhuha ini membuat siswa lebih

menghargai waktu dan teratur dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Lebih dari itu, sholat merupakan ibadah yang utama di dalam ajaran agama

islam. Dari sekian banyak ibadah mahdhah, sholat memiliki kedudukan yang utama diantara lainya. Sehingga akan memberikan dampak pada

religiusitas siswa tersebut apabila menjalankan sholat dengan baik dan sempurna.

Wawacara dengan Ibu Indrawati, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Ketawang 1, pada hari Kamis 8 juni 2017 pukul 11.00 WIB.

37

(39)

29

3. Infaq

Kegiatan ini merupakan kegiatan infaq mingguan yang dilaksanakan pada hari jum’at yang bersifat lunak dan dalam memberikan

infaq tidak ditentukan nominalnya, yang mana setelah dana terkumpul

kemudian dialokasikan untuk kepentingan siswa seperti : siswa sakit, kematian baik dari siswa maupun wali siswa, dll.

Tanggapan siswa mengenai pembiasaan ini seperti diutarakan oleh Ida

Rahayu siswa SD Ketawang 1 kelas 4:

Saya selalu beramal ketika hari jum’at di sekolah pak, ya seperti nabung

gitu. Orang tua sudah tahu tiap hari jum’at ada infaq, uang sakunya

dilebihkan sedikit biar digunakan untuk infaq.38

Muhammad Rizal siswa SD Banaran 1 kelas 4, bahwa :

Saya selalu beramal ketika ada kegiatan amal jum’at di sekolah pak, dengan kesadaran diri saya mengurangi uang jajan kan cuma sekali dalam satu minggu pak.39

4. Pesantren kilat

Kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada bulan Ramadhan.

Kegiatan ini diadakan oleh sekolah selama 3 hari di hari efektif di sekolah, meskipun berpakaian muslim, absensi berjalan seperti biasanya. Dalam

kegiatan pondok pondok Ramadhan ini, diisi materi-materi keagamaan.

Adapun kegiatan yang dilaksanakan berupa tadarus Al-Qur’an, shalat

berjama’ah dan mendengarkan ceramah.

38

Wawacara dengan Ida Rahayu siswa kelas IV SDN Ketawang 1, pada hari kamis 8 juni 2017 pukul 11.00 WIB.

39

(40)

30

Tanggapan kepala SD Ketawang 1 tentang kegiatan pesantren kilat ini adalah :

“Pesantren kilat merupakan untuk siswa di bulan ramadhan mas, kami mendatangkan bapak Sutar selaku ustad di kampung ini untuk mengisi materi bagi siswa kelas 4 dan 5. Kemudian untuk kelas 1 sampai kelas 3 diisi oleh bapak Sunaryo selaku kepala dusun di kampung ini. Hal dilakukan agar tercipta kerjasama antara pihak sekolah dan pemuka agama di kampung ini dalam rangka meningkatkan religiusitas siswa mas.”40

Tanggapan kepala sekolah SD Banaran tentang kegiatan pesantren kilat

adalah:

“Kegiatan untuk siswa di bulan ramadhan adalah pesantren kilat mas, kegiatan ini selalu kami selenggarakan untuk menambah keimanan dan kecintaan mereka terhadap agamanya. Kebetulan guru PAI di SD ini ada 2, jadi untuk yang kelas 1 sampai kelas 3 diisi oleh pak Widodo dan untuk kelas 4 dan 5 diisi oleh bu Retni.”41

5. Kantin Kejujuran

Kantin kejujuran di SDN Ketawang 1 dan SDN Banaran 1 merupakan salah satu bukti keseriusan sekolah untuk berkomitmen menanamkan

kebiasaan jujur siswa. Di sisi lain, sebagai salah satu upaya untuk mengantisipasi sisiwa membeli jajanan di luar sekolah yang seringkali kurang sehat. Sekolah juga memberi kesempatan kepada wali murid yang

ingin menitipkan makanannya di sekolah, sekaligus bekerjasama dengan wali murid dalam menanamkan kebiasaan jujur dan mengontrol kesehatan

siswa.

40

Wawacara dengan Ibu Budimah kepala SDN Banaran 1, pada hari Sabtu 27 Mei 2017 pukul 08.30 WIB.

41

(41)

31

6. Mujahadah

Kegiatan ini biasanya dilakukan menjelang ujian untuk siswa. Biasanya

kegiatan berlangsung 2 minggu sebelum ujian di laksanakan. Seperti yang diutarakan oleh guru PAI SD Ketawang 1 dan SD Banaran 1:

“Untuk menambah rasa percaya diri siswa menghadapi ujian nasional kami adakan mujahadah mas. Dalam mujahadah ini kami mengundang semua wali murid kelas 6 agar turut serta mengikuti mujahadah bersama di sekolah dengan tujuan agar siswa kelas 6 dapat lulus semua dan dapat melanjutkan ke jenjang selanjutnya”.42

“Menjelang ujian selain pendalaman materi yang cukup untuk siswa kami juga mengadakan kegiatan mujahadah bersama di sekolah agar para siswa diberi kelancaran dalam menghadapi Ujian Nasional mas. Seperti biasa kegiatan ini di lakukan sekitar jam 2 sampai selesai selama 2 minggu menjelang ujian.”43

42

Wawacara dengan Bapak Widodo, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Banaran 1, pada hari kamis 8 juni 2017 pukul 10.00 WIB.

43

(42)

32

Bab IV

SOLUSI YANG DILAKUKAN GURU PAI

MENGHADAPI HAMBATAN DALAM MENINGKATKAN

RELIGIUSITAS SISWA

A.Kendala-kendala yang dihadapi Guru PAI dalam Meningkatkan

Religiusitas Siswa

Diantara kendala-kendala yang dihadapi oleh guru PAI di SD Ketawang 1 dan SD Banaran oleh peneliti dibagi menjadi dua pokok bahasan, yaitu :

1. Faktor Intern

Faktor intern merupakan masalah-masalah yang muncul dari dalam

sekolah sendiri. Terkadang lembaga sudah berusaha memberikan dan melakukan yang terbaik akan tetapi mungkin kendala masih ada yang menghalangi dalam pencapaian tujuan tersebut. Tentunya, dengan adanya

kendala tersebut harus dianalisa satu persatu nya.

Kendala yang sering terjadi dilembaga pendidikan dari segi intern sekolah

diantaranya :

a. Minimnya fasilitas ibadah

Dalam menunjang kegiatan keagamaan memang perlu fasilitas

ibadah. Fasilitas belajar baik yang berupa sarana maupun pra sarana akan memberikan dampak pada pendidikan siswa. Demi menunjang

(43)

33

yang berhubungan dengan ibadah. Hal ini sejalan dengan konsep bahwa dalam suatu pendidikan harus mempenuhi beberapa komponen, salah

satunya adalah ketersediaan sarana dan pra sarana sekolah yang menunjang kegiatan siswa dalam pembelajaran. Seperti yang

diungkapkan oleh Ibu Indra dan Bapak Widodo

Alhamdulillah di SD ini sudah ada mushola mas, tapi yang menjadi masalah adalah air. Saat kemarau air di sini asat (tidak mengalir) mas, padahal syarat utama ibadah adalah suci tempat dan anggota badan. Ya terpaksa kalau mau wudhu harus harus ke masjid kampung mas.44

Di SDN Banaran ini belum ada mushola mas, jadi saya agak bingung kalo ingin mengadakan kegiatan keagamaan untuk siswa. Ya terpaksa mengunakan gudang samping perpus itu mas untuk kegiatan keagamaan itu pun agak sempit tempatnya, biasanya para siswa bergiliran untuk melakukan sholat dhuhur biar tidak terlalu sumpek mas.45

b. Terbatasnya waktu pembelajaran PAI

Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh pengamat pendidikan adalah minimnya jam pelajaran dalam pegajaran agama Islam. Masalah inilah yang dianggap menjadi penyebab utama timbulnya kekurangan

para pelajar dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.’ Akibat dari minimnya waktu pembelajaran PAI

tersebut mengakibatkan interaksi guru dengan murid berkurang yang berdampak pada sedikitnya bekal yang ia miliki untuk membentengi diri menghadapi globalisasi yang begitu maju dalam kehidupan.

44

Wawacara dengan Ibu Indrawati, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Ketawang 1, pada hari Kamis 8 Juni 2017 pukul 11.00 WIB.

45

(44)

34

Alokasi waktu pembelajaran PAI setingkat SD hanya di berikan hanya 4 jam pelajaran dengan rincian 2 jam pelajaran untuk PAI dan 2

jam pelajaran untuk BTQ. Waktu itu sangat kurangan sekali mengingat materi yang harus disampaikan begitu banyak. Ketidaksesuaian waktu

dan dan kuantitas materi yang tidak seimbang menjadikan guru PAI mengejar sistem pengajaran yang cepat dan tersampaikan secara menyeluruh.

2. Faktor Ekstern

Faktor ekstrn di sini adalah faktor yang muncul atau bersumber dari

luar sekolah, yaitu :

a. Latar belakang keluarga

Keluarga merupakan tempat pendidikan utama seorang anak.

Dalam suatu hadis disebutkan bahwa agama seorang ditentukan oleh kedua orang tuanya, entah itu masuk Islam, Yahudi, Nasrani ataupun

Majusi. Berdasarkan dalil tersebut, memang religiusitas seseorang banyak dipengaruhi oleh keluarga itu sendiri. Fenomena ketidak haarmonisan keluarga dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga

mempengaruhi tingkat religiusitas siswa.

Tidak semua keluarga dari siswa yang sekolah di SD Ketawang 1

(45)

35

keluarga yang demikian bisa memberi pemahaman kepada siswa siswi untuk menjalankan agamanya dengan ala kadarnya.

b. Pengaruh lingkungan bermain

Tempat bermain siswa memberikan pengaruh terhadap religiusitas

yang ada dalam dirinya. Berdasarkan observasi dan wawancara beberapa siswa ditemukan bahwa ada siswa yang tinggal dilingkungan tidak agamis sehingga mereka terpengaruh oleh budaya modern.

Diantaranya bisa dilihat dari gaya mereka berpakaian mereka yang mengeluarkan bajunya, gaya rambut yang mengikuti trend masa kini,

dan kesopanan mereka terhadap guru yang kurang baik.46

c. Pengaruh negatif perkembangan kemajuan teknologi dan informasi

Ciri khas dari zaman modern ini adalah berkembangnya teknologi

dan informasi yang menjalar di semua lapisan masyarakat. Dengan semakin maju nya teknologi memiliki tujuan agar mempermudah

manusia. teknologi sebagai ilmu pengetahuan terapan (tecnology is an applied sciene) adalah hasil dari kemajuan budaya manusia yang

banyak bergantung pada manusia yang menggunakanya.47

Hal tersebut juga memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan religiusitas siswa. Siswa yang menggunakan secara

positif dengan menambah ilmu keagamaan dan memanfaatkan teknologi, maka ia akan kaya akan pengetahuan agama sehingga religiusitasnya akan terbangun sengan sendirinya dalam diri mereka.

46

Hasil observasi dan wawancara beberapa siswa di SD Ketawang 1 dan SD Banaran 1 pada hari Rabu, 7 juni 2017, pukul 09.00 WIB.

47

(46)

36

Sebaliknya, jika disalah gunakan maka yang terjadi adalah menurunnya religiusitas siswa tersebut. Karena banyak ditemukan siswa yang lalai

waktu sholat hanya karena main game, chatting dengan teman sejawatnya.

Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Indra dan Bapak Widodo mengenai hal ini ;

Era modern seperti ini membuat siswa dilema dengan banyaknya teknologi mas. Di samping dapat memudahkan juga akan mengakibatkan hal-halyang tidak diinginkan. Contohnya siswa banya yang bermain dengan gedget. Terkadang tidak dimanfaatkan dengan baik, akan tetapi disalah gunakan. Nah hal ini mas yang akan berakibat negatif terhadap siswa.48

Saya selalu mewanti-wanti para siswa mas, akan dampak buruk dari kemajuan teknologi seperti internet agar siswa dapat menggunakan dengan semestinya. saya takut gara-gara main internet lupa akan sholat dan belajarnya mas, maka dari itu saya tidak bosan untuk mengingatkan para siswa mas49.

Dalam hal ini siswa perlu adanya bimbingan dalam mengunakan teknologi informasi agar tidak salah dalam menggunakannya ke hal-hal yang bersifat negatif.

B. Usaha Guru PAI dalam Menghadapi Kendala-Kendala yang

dihadapinya

Dalam menghadapi kendala-kendala yang dihadapi tentu harus ada upaya pemecahan suatu masalah tersebut agar dapat diselesaikan dengan baik

48

Wawacara dengan Ibu Indrawati, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Ketawang 1, pada hari Kamis 8 Juni 2017 pukul 11.00 WIB.

49

(47)

37

sehingga tujuan pendidikan agama mudah dicapai oleh guru itu sendiri. Berdasarkan hasil penelitian mengenai kendala-kendala yang dihadapi guru

PAI dalam meningkatkan religiusitas siswa di SD Ketawang 1 dan SD Banaran 1, ditemukan beberapa kendala yang dihadapi oleh guru PAI.

Kemudian peneliti mengembangkan penelitian pada kajian bagaimana solusi guru PAI dalam menghadapi kendala tersebut. Berikut solusi yang dilakukan oleh guru PAI dalam menghadapi kendala-kendala yang ada di SD Ketawang

1 dan SD Banaran 1 :

a. Memanfaatkan fasilitas sekolah sebagai sarana ibadah

Optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah dalam meningkatkan religiusitas siswa memang penting. Memanfaatkan segala apa yang ada di sekolah sebagai sarana pembinaan keagamaan siswa

memang sangat penting sekali. Berawal konsep Islam yang mengatakan bahwa semua permukaan bumi yang sudah suci dapat digunakan sebagai

tempat sholat.

Tidak adanya air saat musim kemarau di SDN Ketawang 1 dan tidak adanya mushola di SDN Banaran 1 tidak menyurutkan niat Ibu Indra dan

Bapak Widodo untuk tetap menjalankan kegiatan keagamaan di sekolah.

Saya mengajak para siswa untuk berwudhu di masjid mas secara bergiliran, kemudian sholat dhuhur berjama’ahnya tetap di mushola sekolah biar musholanya tetap bermanfaat. Ya semoga aja di sokolah ini di mudahkan soal air saat musim kemarau agar para siswa tidak kejauhan saat mau berwudhu.50

50

(48)

38

Kami memanfaatkan gedung samping perpus sebagai sarana ibadah kami di sini mas, memang di sekolah tidak diberikan fasilitas ibadah. Ya sekadarnya saja, pokonya suci yang kami tempati. Sekolah memberikan ijin untuk hal ini, dan para siswa mengikuti arahan kami sehingga aktifitas keagamaan dapat berjalan dengan lancar mas51.

b. Pelaksanaan program monitoring keagamaan

Masa remaja yang rentan akan pengaruh negatif yang ada di luar. Pengaruh-pengaruh yang muncul di luar siswa tentunya akan mempengaruhi perkembangan religiusitas mereka. Oleh karena itulah

perlu adanya kegiatan monitoring.

Monitoring disini merupakan tindakan preventif atau pencegahan

yang dilakukan oleh guru agar siswa dapat mempertahankan religiusitas

mereka dengan adanya banyak godaan –godaan yang ada di luar.

Monitoring dilaksanakan oleh guru PAI dalam rangka memantau siswa

tidak hanya sebagai tindakan preventif akan tetapi sebagai pembiasaan baik kepada mereka dengan melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan

selama berada dilingkungan sekolah.

Program monitoring ini dilakukan untuk mengontrol sejauh mana mereka melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. Dalam hal ini yang

dikontrol adalah bagaimana sholatnya, bagaimana akhlaknya kepada orang tua dibuktikan dengan telah membantu apa mereka kepada orang tuanya.

Seperti yang diutarakan Ibu Indra dan Bapak Widodo mengenai program ini:

51

(49)

39

Saya bekerjasama dengan wali kelas membuat buku monitoring untuk siswa, yang setiap kegiatannya ada tanda tangan siswa dan orang tua mas, jadi para siswa tidak bohong dapat mengisi buku monitoring. Setelah diisi kemudian dikumpulkan saat saya ada jam mengajar di kelas tersebut. Kemudian hasilnya saya diskusikan dengan wali kelas.52

Saya masih belum bisa merealisasikan program monitoring ini secara tertulis menjadi sebuah buku monitoring siswa, akan tetapi saya mengontrol mereka dengan menanyakan secara spontan pada saat pembelajaran. Ini buku mornitoring masih saya rancang agar cepat selesai, dengan buku monitoring diharapkan dapat mengontrol mereka. Karena buku monitoring ini tidak hanya dilakukan pengontrolan oleh guru saja, tetapi orang tua juga ikut andil di dalamnya. Sehingga saya percaya hal ini bisa mengatasi problem-problem siswa, khususnya peningkatan religiusitasnya.53

c. Membangun kerja sama dengan wali kelas dan orang tua

Pada hakikatnya guru dan orang tua memiliki tujuan yang sama, yaitu

mendidik, membimbing dan mengarahkan anaknya agar tumbuh dewasa sesuai dengan tatanan sosial yang ada sehingga mendapatkan kebahagiaan

di dunia dan akherat.

Pendidikan tidak hanya menjadi kewajiban guru, akan tetapi juga menjadi kewajiban siswa itu sendiri, orang tua dan pemerintah. Interaksi

diantara beberapa faktor pendukung haruslah mutualisme sehingga dapat menciptakan lingkungan belajar yang sehat.

Dengan menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan siswa, maka tujuan pembelajaran akan mudah tercapai.

52

Wawacara dengan Ibu Indrawati, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Ketawang 1, pada hari Kamis 8 Juni 2017 pukul 11.00 WIB.

53

Wawacara dengan Bapak Widodo, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Banaran 1, pada hari Sabtu 10 Juni 2017 pukul 11.00 WIB.

(50)

40

Hubungan guru dengan orang tua akan memberikan informasi terkait situasi dan kondisi setiap siswa sehingga akan melahirkan bentuk kerjasama yang

dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa baik di sekolah maupun di rumah. Oleh karena itulah, dalam rangka mengatasi kendala yang dihadapi

oleh guru PAI adalah salah satunya melakukan kerjasama dengan beberapa pihak tersebut. Seperti yang diutarakan oleh Ibu Indra dan Bapak Widodo mengenai kerjasama ini :

Dalam menghadapi kendala yang saya hadapi salah satunya dengan menjalin kerjasama. Maksud kerjasama disini adalah agar dapat meringankan beban saya. Karena pendidikan religiusitas tidak hanya dilakukan oleh guru agama saja, akan tetapi harus semua komponen pendidikan berperan di dalamnya. Benar begitu kan mas ? jadi saya berusaha mendekati guru dan wali murid untuk selalu memberi pesan kepada para wali murid agar putra-putrinya selalu dikontrol dalam religiusitasnya, seperti sholat dan mengaji agar menjadi anak yang sholeh dan sholehah.55

Bekerjasama dengan guru agar selalu meningatkan siswa untuk taat kepada agamanya. Hal tersebut juga demi mewujudkan visi-misi skolah

yang mengusulkan agar siswanya menjadi siswa yang unggul dalam iman dan taqwa sesuai dngan ajaran islam. Kemudian kerjasama dengan siswa

agar selalu saling mengingatkan teman dalam meningkatkan religiusitasnya.

54

Wawacara dengan Ibu Indrawati, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Ketawang 1, pada hari Kamis 8 Juni 2017 pukul 11.00 WIB.

55

(51)

41

(52)

42

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Uraian diatas merupakan penjabaran hasil penelitian yang peneliti

lakukan di SD Ketawang 1 dan SD Banaran 1 terkait dengan strategi guru PAI dalam meningkatkan religiusitas siswa. Berdasarkan data yang yang dikumpulkan dan hasil analisis yang dikemukakan pada bab sebelumnya

maka ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dimensi religiusitas siswa pada SD tersebut adalah :

a. Dimensi idiologi, hal ini ditemukan dalam siswa bahwa mereka

mempercayai adanya Allah SWT dengan mengetahui sifat-sifatNya, percaya adanya malaikat dan rasul Allah, Surga dan

neraka serta hari akhir nanti.

b. Dimensi ritual, kebanyakan siswa mampu mengucapkan syahadat

dengan baik dan benar. Dari segi sholat mereka mengakui belum sepenuhnya menjalakan sholat 5 waktu, kemudian dari segi puasa keseluruhan siswa menyatakan bahwa mereka berpuasa di bulan

Ramadhan.

c. Dimensi pengalaman, beberapa siswa merasakan lebih dekat

dengan Allah karena sekolah di SDN tersebut dan lebih mengenal Allah.

d. Dimensi konsekunsi/pengamalan, dapat dilihat dari kedisiplinan

(53)

43

belum terpenuhi secara keseluruhan, menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi terhadap sesamanya.

e. Dimensi pengetahuan, berdasarkan observasi dan wawancara

beberapa siswa mengatakan sering membaca buku agama Islam

tidak hanya sekedar materi bahan ajar saja, lebih dari itu mereka menambah pengetahuan ajaran Islam karena setiap sore mereka

mengaji di TPA di samping mengaji Al-Qur’an juga diselingi

kajian kitab-kitab fiqih

2. Strategi guru PAI dalam meningkatkan religiusitas siswa adalah :

a. Meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Karateristik

pendidikan agama islam adalah tidak hanya pada pengajaran yang

terhenti pada aspek kognitif (transfer of knowledge) saja, akan

tetapi dalam kegiatan pendidikan agama islam harus menanamkan nilai-nilai Islam yang mengarah pada aspek efektif dan psikomotor

siswa. Penanaman nilai-nilai keagamaan tersebut dapat tercermin dalamkegiatan yang ada di dalam kelas, seperti mengucapkan

salam, berdoa, dan membaca Al-Qur’an. Dengan menggunakan

metode yang tepat di dalam kelas, guru dapat dengan mudah mengarahkan siswa menjadi pribadi yang religius. Pengoptimalan

pembelajaran di kelas yang dilakukan dengan metode yang sesuai dapat diwujudkan dengan cara pendidikan dengan keteladanan, pendidikan dengan pemberian hukuman, serta pendidikan dengan

(54)

44

b. Mengembangkan pembelajaran PAI melalui kegiatan –kegiatan

keagamaan Islam seperti sholat dhuha dan sholat dhuhur

berjama’ah, kegiatan infaq, kantin kejujuran, dan mujahadah.

3. Kendala-kendala yang dihadapi guru PAI dalam meningkatkan

religiusitas siswa di SD Ketawang 1 dan SD Banaran 1 dibagi menjadi 2 faktor utama yaitu :

a. Faktor Intern, merupakan faktor yang bersumber dari dalam

sekolah itu sendiri, diantaranya adalah minimnya fasilitas ibadah, terbatasnya waktu dinas guru PAI, terbatasnya alokasi waktu

pembelajaran PAI di kelas (sekolah umum).

b. Faktor Eksrern, merupakan faktor yang muncul di luar sekolah

dalam hal ini adalah latar belakang keluarga yang acuh terhadap

pendidikan agama siswa, pengaruh lingkungan bermain, dan adanya pengaruh negatif perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi –informasi.

4. Solusi yang dilakukan oleh guru PAI adalah : dengan mengoptimalkan

fasilitas yang ada di sekolah untuk kegiatan keagamaan Islam,

pelaksanaan program monitoring kegiatan keagamaan yang dilakukan di rumah, serta membangun kerja sama dengan wali kelas dan orang

(55)

45

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan, ada beberapa saran dari

peneliti berkenaan dengan strategi guru PAI dalam meningkatkan religiusitasnya :

a. Guru PAI merupakan pemuka agama di sekolah yang memberikan

santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia serta menunjukkan jalan yang lurus menuju ridha Allah SWT. Oleh karena

itu, guru PAI harus mampu memberikan dan menjadi tauladan bagi guru dan siswa.

b. Sekolah hendanya mengankat guru PAI sebagai guru tetap agar waktu

dinas guru lebih banyak dihabiskan di sekolah sehingga dapat mengontrol religiusitas siswa secara berkelanjutan.

c. Kepada para pembaca diharapkan dapat mengambil manfaat dari

diadakannya penelitian ini sebagai rujukan dan dapat mengembangkan

strategi di sekolah masing-masing.

d. Kepada siswa hendaknya mau menambah ilmu pengetahuan Islam di

Referensi

Dokumen terkait

The aim of this study was to determine the role of the ethanol extract of Andrographis paniculata in slowing the inflammatory reaction by increasing the ratio of Treg / Th17 cells

Pada penelitian ini, pada musim puncak (bulan September) kondisi ikan teri di Sungsang masih aman dari tekanan aktivitas penangkapan bagan tancap karena modus ukuran

diinfelrsi P.berghei lebih baik dibandinglcan dengan ekstrak etanol P.niruri 5 dan 100 mg/kgBB/hari' Tinglrat parasitemia kelompok mencit dengan pemberian ekstrak

WHO:n Koululaistutkimuksen (2016) mukaan keskeisintä lasten ja nuorten tapaturmien ehkäisyssä ovat lainsäädännön sekä tuote- ja ympäristöturvallisuuden kehittäminen, tervey-

HAMBAT PERASAN DAUN SUKUN (Artocarpus altilis) TERHADAP MORTALITAS LARVA Aedes aegypti “ , Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga kritik

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pengelola pajak bumi dan bangunan sebagai bahan pertimbangan maupun masukan dalam pembuatan

Maharani menyarankan untuk melakukan penelitian pada subjek dengan status kepegawaian atau jenis pekerjaan yang berbeda untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas mengenai hubungan

Penelitian ini telah mampu membuat aplikasi dengan menggunakan Shiny App untuk mengetahui tingkat kemandirian lansia dari berbagai faktor seperti faktor