i
STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM MENINGKATKAN RELIGIUSITAS SISWA
DI SD KETAWANG 1 DAN SD BANARAN
KECAMATAN GRABAG KABUPATEN MAGELANG
TAHUN 2017
Disusun Oleh:
NURUL ISA 12010150030
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
meraih gelar Magister Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA
iv
ABSTRAK
“Strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Religiusitas Siswa di SDN Ketawang 1 dan SDN Banaran 1 Kecamatan Grabag
Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2017.” Tesis Program Studi
Pendidikan Agama Islam (PAI), Program Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri Salatiga, Pembimbing Dr. Budiyono Saputra M.Pd.
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan dimensi religius siswa menurut teori Glock dan Stark di SDN Ketawang 1 dan SDN Banaran 1 (1) mendeskripsikan strategi guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan religiusitas siswa, (3) mendeskripsikan solusi yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam menghadapi kendala yang dihadapinya.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, pengumpulan data dengan metode observasi, wawancara, atau penelaahan dokumen. Data yang disajikan dalam bentuk verbal bukan dalam bentuk angka.
v
ABSTRACT
“Strategies in Improving Student’s Religiosity at the SDN Ketawang1 adn SDN Banaran 1 Grabag Districk School Year 2017. Thesis Studies Islamic University of Salatiga, supervisor Dr. Budiyono Saputra, M.Pd.
The purpose of the study was to : (1)describe the dimension religius according to theory Glock and Strack at the students SDN Ketawang 1 and SDN Banaran 1, (2) describe of islamic education theacher strategies in increasing religiosity, (3) describe the solution islamic education teachers in over coming the obtacles that it faces.
This type of research is qualitative research, data collection by observation method, interview, or document review. The data presented in the form of verbal rather than in the form number.
Based on the result of research can be summarized as follows (1) according to Glock and Strack in SDN Ketawang 1 and SDN Banaran 1 has been achieved in elementery school. (2) the strategy of islamic religiousity are (a) to increase the quality learning of islamic education in the clasroom, (b) develop learning islamic throught the activities of islamic religius. (c) soution in dealing with those constraints do in optimizing the school fasilities as place of workship, maximizing spiritual guaidance, monitoring program and establish cooperation with the people who affect the education of students.
vi
PRAKATA
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah Swt, yang telah memberi rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis sebagai salah satu pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam. Sholawat serta salam semoga tercurahkan atas tauladan umat akhir zaman, Nabi Muhammad Saw. Penulis menyadari
dalam proses penulisan tesis ini tidak lepas dari hambatan, namun, berkat bimbingan, bantuan berbagai pihak, serta ridha dari Allah Swt, penulisan
tesis ini dapat selesai dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Direktur Program
Pascasarjana IAIN Salatiga.
3. Bapak Hammam, Ph. D selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Agama Islam IAIN Salatiga.
4. Bapak Dr. Budiyono Saputra M.Pd. yang telah memberikan bimbingan
dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Guru besar dan Dosen besserta Staff Pascasarjana IAIN Salatiga.
6. Ibu Budimah S.Pd. SD selaku kepala SDN Ketawang 1 Kecamatan
vii
7. Bapak Muh Ikhwan S.Pd. selaku kepala SDN Banaran 1 kecamatan
Grabag Kabupaten Magelang.
8. Rekan-rekan guru di SDN Ketawang 1 Kecamatan Grabag Kabupaten
Magelang.
9. Rekan-rekan guru di SDN Banaran 1 kecamatan Grabag Kabupaten
Magelang.
10.Ayah, Ibu dan Istriku tercinta, keluarga serta anakku atas doa restu dan
motivasinya.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari terdapat
kekurangan tesis ini, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.
Grabag, 23 September 2017
viii
DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PENGESAHAN ...ii
HALAMAN ...iii
ABSTRAK ...iv
PRAKATA ...vii
DAFTAR ISI ...ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Rumusan Masalah ...4
C. Signifikasi penelitian ...4
D. Kajian Pustaka ...5
E. Kerangka Teori...7
F. Metode penelitian ...9
G. Sistematika Penulisan ...13
BAB II PROFIL SEKOLAH DAN DIMENSI RELIGIUSITAS SISWA A. Profil Sekolah ...14
B. Dimensi Religiusitas Siswa ...16
ix
B. Pengembangan pembelajaran PAI ...26
BAB IV SOLUSI GURU PAI DALAM MENGHADAPI
HAMBATAN DALAM MENINGKATKAN RELIGIUSITAS SISWA
A. Kendala-kendala yang dihadapi guru PAI dalam
meningkatkan religiusitas siswa...31
B. Usaha guru PAI dalam menghadapi kendala-kendala yang
dihadapinya...35
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ...40
B. Saran ...43
DAFTAR PUSTAKA
1
STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM MENINGKATKAN RELIGIUSITAS SISWA
DI SD KETAWANG 1 DAN SD BANARAN
KECAMATAN GRABAG KABUPATEN MAGELANG
TAHUN 2017
Disusun Oleh:
NURUL ISA 12010150030
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
meraih gelar Magister Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi banyak memberikan dampak bagi kehidupan sosial, terutama di kalangan siswa. Banyak siswa yang merasakan dampak positif
globalisasi terutama dalam bidang teknologi. Salah satunya adalah adanya internet yang memberikan kemudahan untuk mengakses dan berbagi informasi maupun ilmu pengetahuan secara cepat dan luas. Sejalan hal
tersebut bagi remaja munculnya kemajuan globalisasi di bidang teknologi disamping memberikan kemudahan dalam segala aspek kehidupannya, juga
akan membuka peluang penyalahgunaan fungsi dari teknologi tersebut. Banyak media sosial yang memberitakan pelanggaran norma-norma yang seharusnya tidak dilakukan dia diantaranya pornografi, praktek perjudian
game, jual beli yang menipu konsumen dan lain sebagainya.
Lembaga pendidikan (sekolah) memberikan bimbingan kepada siswa
baik didalam kelas maupun diluar kelas terutama pada pendidikan agama. Pendidikan agama di lembaga pendidikan bagaimanapun akan memberikan
pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan pada anak.1 Pendidikan agama
biasanya diartikan pendidikan yang yang materi bahasanya berkaitan dengan
keimanan, ketakwaan, akhlak, dan ibadah kepada Tuhan.2 Dengan demikian
pendidikan agama berkaitan dengan pembinaan sikap mental spiritual yang
1
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta : Raja Grafindo, 2005, 232. 2
3
selanjutnya dapat mendasari tingkah laku manusia dalam berbagai bidang kehidupan.
Guru PAI dituntut untuk melakukan pendekatan-pendekatan pembelajaran yang menarik perhatian siswa sehingga mereka memiliki
semangat untuk mendalami agamanya. Salah satu pendekatan yang dilakukan oleh guru PAI diantaranya adalah menyusun dan memilih strategi kegiatan pemelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas. Strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa
agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien.3 Dengan
menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dan kondisi lingkungan, maka tujuan pembelajaran akan mudah dicapai oleh guru terutama dalam penanaman nilai-nilai religiusitas siswa terhadap agamanya.
Alasan pemilihan SD Ketawang 1 dan SD Banaran Kecamatan Grabag kabupaten Magelang sebagai objek penelitian karena kedua sekolah
tersebut dinilai oleh sebagian orang berhasil dalam membentuk perilaku religius terhadap para siswanya. Hal ini dibuktikan dengan kegiatan sholat dhuhur berjama’ah, pesantren kilat, kantin kejujuran dan kegiatan keagamaan
lainnya. Hal ini yang melatarbelakangi keinginan peneliti untuk mengetahui lebih jauh bagaimana strategi guru PAI dalam meningkatkan religiusitas para
siswanya sehingga para siswa menjalankan kegiatan ritual keagamaan yang didasari dengan kesadaran dan kemauan dari para siswanya, dan merupakan pembiasaan dari para gurunya. Berdasarkan latar belakang di atas maka
3
4
penelitian ini diberikan judul “Strategi Guru Agama Islam dalam
Meningkatkan Religiusitas Siswa di SD Ketawang 1 dan SD Banaran
Kecamatan Grabag kabupaten Magelang Tahun 2017.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dimensi religiusitas siswa menurut teori Glock dan Stark di SD
Ketawang 1 dan SD Banaran 1?
2. Bagaimana strategi guru PAI dalam meningkatkan religiusitas siswa di SD
Ketawang 1 dan SD Banaran 1?
3. Bagaimana solusi guru PAI dalam mengatasi hambatan yang dihadapinya
dalam meningkatkan religiusitas siswa di SD Ketawang 1 dan SD Banaran 1 ?
C. Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui dimensi religiusitas siswa menurut teori Glock dan
Stark di SD Ketawang 1 dan SD Banaran 1
b. Untuk mengetahui strategi guru PAI dalam meningkatkan religiusitas
siswa di SD Ketawang 1 dan SD Banaran 1
c. Untuk mengetahui solusi guru PAI dalam mengatasi hambatan yang
dihadapinya dalam meningkatkan religiusitas siswa di SD Ketawang 1 dan SD Banaran 1.
5
a. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi
pemikiran Pendidikan Agama Islam terutama tentang strategi guru PAI dalam meningkatkan religiusitas siswa di lingkungan sekolah.
b. Secara Praktis
1) Memudahkan siswa dalam meningkatkan religiusitasnya.
2) Menambah khazanah ilmiah bagi guru dalam meningkatkan
religiusitas siswa.
3) Memberikan bahan pertimbangan bagi sekolah untuk meningkatkan
religiusitas para siswa yang dibimbingnya.
4) Menambah khazanah ilmiah berkenaan dengan penelitian pendidikan
islam yang mampu menambah wawasan, pengetahuan serta
pengalaman peneliti.
D. Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Penelitian Evi Avivah memaparkan secara parsial, ditemukkan t
antara religiusitas dengan kenakalan remaja = 3,632, dan r parsial = -0,346, dengan p = 0,000 (pc 0,01). Hal ini menunjukkan ada hubungan
6
diri dengan kenakalan remaja. Sumbangan efektif variabel religiusitas
dan kontrol diri sebesar 27% (R square 0,270).4
Penelitian Miftah Aulia Andisti menunjukkan ada hubungan yang signifikansi antara religiusitas dengan perilaku sex bebas. Hasil koefisien
korelasi yang negatif sangat negatif menunjukkan arah korelasi kedua variabel adalah negatif, bahwa semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah perilaku sex bebasnya. Dan sebaliknya semakin rendah
religiusitasnya maka semakin tinggi perilaku sex bebasnya.5
Penelitian Irendho Fani Reza menunjukkan ada hubungan yang
sangat segnifikan antara religiusitas dengan moralitas remaja di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Kota Palembang. Dengan hasil penelitian ini diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,775 dengan
signifikasi (p) sebesar 0,000, dimana p < 0,01.6
Penelitian Paulson menunjukkan bahwa individu yang memiliki
tingkat tinggi religiusitasnya cenderung terlibat perilaku berisiko dibandingkan orang yang memiliki tingkat rendah religiusitasnya. Siswa yang terlibat dalam perilaku berisiko sering tidak memiliki tingkat yang
sama pada prestasi akademik siswa yang tidak terlibat dalam perilaku berisiko. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa ketika seorang siswa
terlibat dalam perilaku berisiko, seperti penggunan narkoba, hal ini dapat
4
Evi Afifah, “Religiousity Control Self, Juvenile Delinquency in SMA N 1 Jatirogo”, Jurnal Psikologi Indonesia, Volume 3, Number 2 (Mei 2014), 126-129.
5Miftah Aulia Andisti, “Religiousity and Premarital Sex Behavior in Young Adult”, Jurnal
Psikologi, Volume 1, Number 2 (Juni 2008), 170-177.
6Irendho Fani Reza, “Relationship between Religiousity and Morality Teen Madrasah Aliyah
7
mempengaruhi waktu dan konsentrasi mahasiswa untuk menyelesaikan
tugas-tugas akademiknya.7
Penelitian Jeynes menyatakan bahwa siswa sekolah menengah atas yang berbasis religiusitas yang ada di kota mempunyai hasil belajar
yang tinggi pada bidang pelajaran membaca dan tes matematika.8
Dari beberapa hasil penelitian yang dideskripsikan diatas, memang cukup banyak tulisan yang relevan dengan tema religiusitas
siswa, sehingga saling melengkapi satu sama lain. Peneliti berpandangan bahwa penelitian tentang Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam
meningkatkan Religiusitas siswa di SD Ketawang 1 dan SD Banaran Kecamatan Grabag kabupaten Magelang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaannya terletak pada fokus kajiannya dan lokasi yang
digunakan dalam penelitiannya.
2. Kerangka Teori
a. Strategi Pembelajaran
Menurut kamp, strategi adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efesien.9 Kemudian Abudin Nata
mendefinisikan strategi pembelajaran pada intinya adalah kegiatan
yang terencana secara sistematis yang ditunjukkan untuk
7Paulson, “Alcohol Consumption Stren
ght of Religious Beliefs, and Risk Sexual Behavior in
collage Students”, Journal of American Collage, Volume 46, Number 5 (Maret 1998), 277-232. 8Jeynes, “The Effects of Religious Commitment on the Academic Achievement of Urban
and Other Children”. Education and Urban Society, Volume 36, Number 1 (November 2000), 44-62.
9
8
mengerakkan peserta didik agar mau melakukan kegiatan belajar
dengan kemauan dan kemampuannya sendiri.10
b. Guru
Zakiyah Darajat memaknai guru sebagai seorang profesional,
karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul tanggung jawab pendidikan yang dipikulkan di pundak orang
tua.11 Sosok seorang guru adalah orang yang identik dengan pihak
yang memiliki tugas dan tanggung jawab membentuk karakter generasi bangsa. Di tangan para gurulah tunas-tunas bangsa ini
terbentuk sikap dan moralitasnya sehingga mampu memberikan yang
terbaik untuk anak negeri ini di masa datang.12
c. Religiusitas
Menurut Reyes, G.M., religiusitas berasal dari kata latin religere, yang berarti berhubungan kembali dengan sumber yang lebih
mendalam.13 Sedangkan menurut Fuad Anshori religiusitas ;
mengukur seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa banyak pelaksanaan ibadah dan aqidah, dan seberapa dalam
penghayatan atas agama yang dianutnya sehingga religiusitas dapat
diartikan sebagai kualitas keagamaan.14 Menurut Djamaluddin Ancok,
religiusitas adalah suatu kesatuan unsur-unsur yang komprehensif
10
Abudin Nata, Prespektif Islam tentang Strategi Pemelajaran, Jakarta: Kencana, 2009, 215. 11
Novan Ardy wiyani, Etika Profesi Keguruan, Yogyakarta: Gajah Mada, 2015.27. 12
Isjono, Guru Sebagai Motivator Perubahan, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 3.
13Reyes G.M., “Spirituallty and Religiousity; The Relation to Academic Achievement of Undergraduate Collage Student”, Dissertation, Northern Arizona University, 2006, 12.
14
9
yang menjadikan seseorang disebut sebagai orang beragama (being religious) dan bukan sekedar mengaku mempunyai agama, (having
religious).15 Perilaku religiusitas menurut Glock dan Stark dalam
Mulyani16 disebutkan ada 5 macam dimensi, yaitu :
1) Dimensi keyakinan (belief), berisi seperangkat keyakinan yang
terpusat adanya Allah.
2) Dimensi peribadatan atau praktek agama (pratical). Dimensi ini
merupakan refleksi langsung dari dimensi pertama.
3) Dimensi pengalaman dan penghayatan (the experiential
dimension/religious feeling) adalah bentuk respon kehadiran Tuhan yang dirasakan oleh seseorang atau komunitas keagamaan.
4) Dimensi pengamalan dan konsekuensi (the consequential
dimensions/religious effect) ini berupa pelaksanaan secara kongkrit dari ketiga dimensi diatas.
5) Dimensi pengetahuan agama (intellectual). Dimensi ini memuat
konsep-konsep yang terdapat dalam suatu agama.
3. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian lapangan (field
research). Jenis penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan
15
Djamaluddin Ancok, Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994, 77. 16
10
secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu objek tertentu
dengan mempelajarinya sebagai suatu kasus.17
b. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang pengumpulan datanya di lapangan, seperti di
lingkungan masyarakat dan pendidikan adalah merupakan penelitian
deskriptif kualitatif.18 Maka metode yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah studi deskriptif, yang mana disitu peneliti
membangun penelitiannya melewati fenomena-fenomena yang ada dan dikaitkan dengan teori yang berkaitan.
c. Lokasi Penelitian
Pemusatan penelitian yang dilakukan menunjuk sebuah sekolah yang mempunyai posisi geografis di SD Ketawang 1 dan SD Banaran
Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang.
d. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat mengenai obyek penelitian, maka penulis akan menggunakan ciri khas penelitian kualitatif, yaitu
melaui hasil wawancara, pengamatan, dan dokumentasi.19Wawancara
ditujukan kepada Guru PAI untuk memperoleh data tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang beliau lakukan dalam
meningkatkan religiusitas siswa meliputi metode, sumber dan media
17
Hamdan Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995,72.
18
Sarjono, dkk. Panduan Penulisan Skripsi, Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004,21.
19
11
pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas selama mengajar di
sekolah tersebut.
Wawancara juga ditujukan kepada kepala sekolah yang berfungsi untuk mengecek dan menguji keabsahan/kebenaran data yang diperoleh
dari hasil wawancara kepada guru PAI. Juga untuk mengetahui sejauh mana upaya-upaya yang dilakukan sekolah dalam hal ini keijakan kepala sekolah dalam meningkatkan religiusitas siswa.Wawancara kepada siswa
dilakukan untuk menguji sejauh mana tingkat keabsahan data yang diperoleh dari sumber-sumber di atas terutama mengenai strategi yang
dilakukan oleh guru PAI dalam meningkatkan religiusitas siswa, dalam hal ini akan diambil sample secara acak dari beberapa siswa yang berada di bangku kelas 5 dan 6.
Observasi yang dilakukan peneliti bersifat langsung dalam artian peneliti berada bersama objek yang diteliti. Pengamatan yang dilakukan
oleh peneliti di SD Ketawang 1 dan SD Banaran mencakup tentang bagaimana strategi guru PAI dalam mengajar siswa baik di dalam maupun di luar kelas, akan tetapi peneliti tidak ikut dalam kegiatan pembelajaran
tersebut. Tidak hanya fokus pada pendidikannya saja akan tetapi peneliti juga mengamati kegiatan dan pergaulan sosial siswa yang dilakukan siswa
di sekolah.
12
profil sekolah, visi misi, letak geografis, sejarah berdirinya sekolah,
struktur organisasi, kegiatan sekolah dan lain-lain.
e. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan prisip-prinsip deskriptif.20 Aktifitas dalam analisis data
pada penelitian ini terdiri dari empat komponen yang inheren, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan/verifikasi.
1) Pengumpulan data
Merupakan proses pencarian data yang dilakukan dengan jalan pengamatan/observasi, wawancara dan dokumentasi. Dari catatan tersebut peneliti perlu membuat catatan refleksi yang merupakan
catatan dari peneliti sendiri berisi komentar, kesan, pendapat dan penafsiran terhadap fenomena yang ditemukan.
2) Reduksi data
Merupakan proses pemilihan, perumusan dan perhatian pada penyederhanaan atau menyangkut data dalam bentuk uraian (laporan)
yang terinci sistematis pada pokok-pokok yang penting agar lebih mudah dikendalikan. Laporan kegiatan ini merupakan proses
seleksi/pemilihan, pemfokusan/pemusatan penelitian,
20
13
penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data kasar yang mucul dari catatan lapangan.
3) Penyajian data
Sajian data adalah mengorganisasikan data yang sudah
direduksi. Diberikan dalam bentuk narasi, kalimat yang disusun logis dan sistematis mengacu pada rumusan masalah.
4) Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir atas pola-pola
atau konfigurasi tertentu dalam penelitian ini, sehingga
menggambarkan secara utuh terhadap seluruh rangkaian kegiatan penelitian.
4. Sistematika Pembahasan
Tesis ini disusun dalam lima bab diantaranya : Bab I: Pendahuluan,
bab ini membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, signifikansi penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, dan metode penelitian. Bab II Profil dan Dimensi Riligiusitas siswa di SD Ketawang 1 dan SD Banaran
1. Bab III strategi pembelajaran guru PAI dalam meningkatkan religiusitas siswa di SD Ketawang 1 dan SD Banaran. Bab IV solusi guru
PAI dalam mengatasi hambatan yang dihadapinya dalam meningkatkan religiusitas siswa di SD Ketawang 1 dan SD Banaran. Bab V penutup,
14
BAB II
PROFIL SEKOLAH DAN DIMENSI RELIGIUSITAS SISWA DI
SD KETAWANG 1 DAN SD BANARAN
A. Profil Sekolah
1. SDN Ketawang 1
SDN Ketawang 1 didirikan pada tahun 1977. SD ini secara geografis terletak di Desa Ketawang Kecamatan Grabag Kabupaten
Magelang Provinsi Jawa Tengah Kode Pos 56196. SDN Ketawang 1 dibangun dengan dana menggunakan dana pemerintah dan berstatus
negeri.
Gedung SDN Ketawang 1 didirikan atas tanah dengan NPSN 20308106. Saat ini SD Ketawang 1 telah terakreditasi B. Jumlah siswa
SDN Ketawang 1 pada tahun ajaran 2016/2017 berjumlah 126, sedangkan jumlah guru dan karyawan 9 dengan status 6 PNS dan 3 wiyata dan 1
karyawan. Sehingga SDM di SDN Ketawang 1 sudah dalam katagori baik.21
Jumlah siswa di SDN Ketawang 1 mengalami peningkatan yaitu
dari 108 siswa pada tahun ajaran 2015/2016 menjadi 126 siswa pada tahun 2016/2017. Sarana prasarana SDN Ketawang 1 dalam katagori baik
buktinya telah memiliki fasilitas sarana/prasarana pendidikan : 6 Ruang kelas, masing-masing berukuran 7.5 x 8 m, 1 Ruang Guru jadi satu dengan ruang ruang kepala sekolah 1 Ruang UKS, 1 Mushola, 1 Ruang
21
15
Gudang, 2 WC Siswa, 1 WC Guru, serta halaman sekolah yang dimanfaatkan sebagai tempat upacara dan lapangan olahraga.
Visi SDN Ketawang 1 adalah “Berpretasi, terampil, berbudi pekerti
luhur berdasarkan iman dan taqwa, sedangkan misi SDN Ketawang 1
adalah sebagai berikut:
1) Mengembangkan proses belajar mengajar yang berkualitas dengan
pendekatan PAIKEM.
2) Menyelengarakan kegiatan ektrakurikuler yang intensif dibidang :
kepramukaan, keagamaan, olahraga dan kesenian.
3) Mengintegrasikan dengan optimal pendidikan budi pekerti kedalam
berbagai mata pelajaran yang sesuai.
4) Menciptakan suasana sekolah yang kondusif dan berbudaya.
2. SDN Banaran
SDN Banaran terletak di Jl. Raya Grabag Senden km. 3 Desa
Banaran Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang 56196. SDN Banaran 1 dibangun dengan dana menggunakan dana pemerintah dan berstatus negeri.
Gedung SDN Ketawang 1 didirikan atas tanah dengan NPSN 20307852. Saat ini SD Banaran 1 telah terakreditasi A. Jumlah siswa SDN
Ketawang 1 pada tahun ajaran 2016/2017 berjumlah 310, sedangkan jumlah guru dan karyawan 16 dengan status 8 PNS dan 8 wiyata dan 1
pegawai administrasi 1 pegawai perpustakaan dan 1 penjaga sekolah.22
22
16
SD Banaran 1 memiliki fasilitas sarana/prasarana pendidikan : 12 Ruang kelas, masing-masing berukuran 7 x 8 m, 1 ruang ruang kepala
sekolah 1 Ruang Guru 1 Ruang UKS, 1 Ruang Perpustakaan, 1 Ruang Gudang, 4 WC Siswa, 2 WC Guru, serta halaman sekolah yang
dimanfaatkan sebagai tempat upacara dan lapangan olahraga.
Visi SDN Banaran 1 adalah “Terwujudnya pendidikan yang
berwawasan global dan menghasilkan peserta didik yang bertaqwa, cerdas, terampil”, sedangkan misi SDN Banaran 1 adalah sebagai berikut:
1). Menanamkan keyakinan/aqidah melalui pengamalan ajaran agama.
2). Membiasakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
3). Mengembangkan pengetahuan di bidang IPTEK, Bahasa, Olahraga,
Seni Budaya sesuai bakat, minat dan potensi siswa.
4). Menjalin kerjasama yang harmonis antara warga sekolah dan
lingkungan sekitar.
B. Dimensi Religiusitas Siswa di SD Ketawang 1 dan SD Banaran
Setelah melakukan penelitian dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi secara langsung terhadap objek yang diteliti, pada
17
pendidikan agama islam dalam meningkatkan religiusitas siswa di SD ketawang 1 dan SD Banaran kecamatan Grabag Kabupaten Magelang.
Religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan. Aktivitas keberagaman bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual
keagamaan saja namun juga ketika melakukan aktivitas kehidupan lainya. Faulkner dan De Jong (1966) mengemukakan :
The Five Dimensions Scale of Religiousity (FDRS) measure the major
dimensons of religiousity first describcel bcy Glock (1962). They include the idiological (belief), intellectual (knowledge), ritualistic (religius behavior),
experiential (felling and emotion), and consequential (effect of religion in
everyday life) dimension.23
Lima skala dimensi keberagamaan mengukur dimensi-dimensi utama
dalam keberagamaan yang pertama kali dijelaskan oleh Glock (1962). Termasuk diantaranya idiologi (keyakinan), intelektual (pengetahuan), riual
(perilaku beragama), pengalaman (perasaan dan emosi), dan konsekuensi (akibat dari agama dalam kehidupan sehari-hari).
Seberapa jauh keberagamaan seseorang dapat dilihat dari bagaimana ia
melaksanakan dimensi-dimensi tersebut. Dimensi-dimensi tersebut adalah dimensi keyakinan, praktik ibadah, pengalaman, konsekuensi-konsekuemsi dan
pengetahahuan.24
23
Faulkner dan De Jong “Five Dimension Scale of Religiousity”, in Peter C. Hill and Ralp W.
Hood Jr. (eds.), Measure of Religiousity, Birmingham: Religious Education Press, 1999, 295.
24
R. Stark dan C. Y. Glock, “Dimensins of Religiosity, dalam Ronald Robcertson (eds.) Sosiologi of Religion, Terj. Achmad Fedyani Saifuddin, Agama: dalam Analisa dan Interprestasi
18
Berdasarkan teori Glock dan Stark mengenai dimensi religiusitas, peneliti menemukan beberapa karakteristik siswa yang menunjukkan religiusitas
mereka yaitu :
a. Dimensi idiologi. Dimensi ini dalam Islam menunjukkan pada seberapa
tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya,
terutama terhadap ajaran –ajaran yang fundamental dan dogmatik.25 Yang
dimaksudkan dalam hal ini adalah sejauh mana siswa menerima hal-hal
yang bersifat dogmatik atau ajaran yang bersifat kepercayaan terhadap agamanya. Hal ini ditemukan dalam diri siswa di SDN Ketawang 1 dan
SDN Banaran 1 bahwa mereka mempercayai adanya Allah SWT dengan mengetahui sifat-sifat-Nya, percaya adanya malaikat dan rasul Allah, surga dan neraka serta hari akhir nanti. Keseluruhan siswa mempunyai dimensi
idiologi ini
b. Dimensi ritual, yaitu tingkatan dimana seorang mau mengerjakan
kewajiban-kewajiban yang ada dalam agamanya. Dalam hal ini, peneliti mewawancarai siswa perihal sejauh mana mereka melaksanakan rukun Islam. Kebanyakan dari siswa mampu mengucapkan syahadat dengan baik
dan benar, akan tetapi ada beberapa siswa yang belum fasih mengutarakannya. Dari segi sholat, mereka mengakui belum sepenuhnya
melakukan sholat 5 waktu ini. Kemudian dari segi puasa, keseluruhan siswa menyatakan bahwa mereka berpuasa di bulan ramadhan. Tampak
25
19
dari uraian tersebut, bahwa dari segi dimensi ritual ini siswa di SD ketawang 1 dan SD Banaran sudah cukup kuat.
c. Dimensi pengalaman, merupakan perasaan, penghayatan atau pengalaman
keagamaan yang pernah dialami siswa. Beberapa siswa merasakan bahwa
mereka selalu dekat dengan Allah karena dengan sekolah disitu mereka merasa lebih mengenal Tuhan-Nya.
d. Dimensi konsekuensi/pengamalan. Dimensi ini mengacu pada identifikasi
akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan
pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Istilah “kerja” dalam pengertian
teologis digunakan di sini.26 merupakan dimensi yang mengukur sejauh
mana perilaku siswa didorong oleh ajaran agama Islam dalam kehidupannya. Tampak siswa SDN ketawang 1 dan SDN Banaran 1
mengamalkan dimensi ini yaitu ditinjau dari kedisiplinan mereka, ketaatan
dalam menjalankan ibadah meskipun masih belum terpenuhi
kesuluruhannya. Menghormati orang yang lebih tua dan saling menyayangi terhadap sesama nya.
e. Dimensi pengetahuan, yaitu seberapa jauh pengetahuan siswa tentang
ajaran agama Islam. Di SD Ketawang 1dan SDN Banaran 1 disediakan buku bacaan berkenaan dengan agama Islam. Berdasarkan observasi dan
wawancara beberapa siswa, mereka mengatakan sering memabaca buku agama Islam di sekolah tidak sekedar mencari materi ajar di kelas saja. Lebih dari itu mereka menambah wawasan keilmuaan mengenai ajaran
26R. Stark dan C. Y. Glock, “
20
agama Islam secara mandiri. Beberapa siswa juga mengikuti pendidikan Al-Qur’an diluar sekolah.
Kesalehan yang bersifat personal muncul dalam diri siswa dengan ciri-ciri diantaranya sabar, tawakkal, syukur, berani, bertanggung jawab, dll.
Sedangkan kesalehan yang bersifat bersifat sosial merupakan hubungan dengan Allah menjadi dasar baginya dalam berhubungan dengan sesama manusia. Sikap kesalehan sosial dalam diri siswa tercermin dalam bentuk kesediaannya
21
BAB III
STRATEGI GURU PAI DALAM MENINGKATKAN
RELIGIUSITAS SISWA DI SD KETAWANG 1DAN SD
BANARAN 1
Guru merupakan orang tua kedua tatkala siswa berada di lingkungan sekolah. Secara umum, guru dalam profesinya memiliki tugas utama, yaitu mendidik,
mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan; melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan untuk
hidup siswa.27 Pembelajaran agama memiliki karakterisitik yang berbeda dengan
pembelajaran pada umumnya. Hal ini dikarenakan pembelajaran agama lebih menekankan pada aspek pengamalan ajaran-ajaran agama yang telah dipelajari
sehingga tidak terhenti pada aspek pengetahuan saja.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti mengenai strategi guru PAI
dalam meningkatkan religiusitas siswa di SD Ketawang 1 dan SD Banaran, diperoleh data yang berhubungan dengan strategi guru PAI yaitu :
A. Peningkatan kualitas pembelajaran di dalam kelas
Gambaran pembelajaran yang dilakukan guru PAI adalah sebagai berikut28 :
1. Pendahuluan, kegiatan pendahuluan disini dilakukan seperti biasanya yaitu
meliputi kegiatan salam pembuka, dilanjutkan berdoa bersama. setelah
27
Suyanto & Asep, Bagaimana Menjadi Calon Guru Profesional, Yogyakarta:Multi Pressindo, 2012, 3.
28
22
berdoa bersama, kegiatan yang dilakukan di SD Ketawang 1 adalah
bimbingan membaca Al-Qur’an dan di SD Banaran adalah pembacaan
asma’ul khusna secara bersama-sama.
2. Kegiatan inti, disini penerapannya sama seperti biasanya yaitu mengenai
penyampaian materi pembelajaran sesuai KI-KD yang telah ditetapkan dan tidak ada perbedaan yang mencolok dengan pembelajaran biasanya.
3. Penutup, rangkaian pembelajaran yang terakhir adalah penutup. Dalam
kegiatan ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menanggapi atas apa yang telah disampaikan, guru memberikan tugas
tambahan sebagai pekerjaan rumah berkaitan dengan materi (bila ada), guru mengucap salam dan menutup pelajaran dengan berdoa bersama. Di SD Ketawang 1 dan SD Banaran, guru PAI membuat inovasi dalam
mengajar di kelas yang berbeda dengan biasanya yaitu dengan melaksanakan hafalan asma’ul khusna dan bimbingan membaca al-qur’an sebelum
pembelajaran dimulai. Dalam penyampaian pembelajaran guru PAI juga berinovasi dengan memadukan materi dengan kisah-kisah yang nyata pada saat itu siswa siswa mudah memahaminya.
Ibu Indra sebagai guru PAI, penyampaian materinya itu mas sangat sistematis bahasanya menarik dan mudah dimengerti oleh siswa. Beliau juga kadang menggunakan LCD untuk power point atau pemutaran film. W alaupun masih berstatus guru honorer dan rumahnya jauh kan mas, dari pakis ke grabag sangat bersemangat dalam mengajar dan sangat dermawan, seperti kemarin membeli mukena dan iqro untuk pembelajaran siswa yang masih kurang lancar membaca Al-Qur’annya.29
29
23
Bapak widodo dalam menyampaikan materi sudah bagus dan termasuk senior kan mas, karena sudah mendekati pensiun. Beliau kadang menggunakan metode ceramah, demonstrasi, pemberian tugas, dan kadang permainan.30
Hal tersebut sesuai dengan konsep pendidikan Islam yang menyatakan
bahwa pendidik agama Islam perlu memahami metode-metode instruksional yang
aktual yang ditujukan dalam Al-Qur’an, atau yang dideduksikan dari Al-Qur’an,
dan dapat memberi motivasi dan disiplin. Selain hal tersebut, pendidik harus mendorong peserta didiknya untuk mengamalkan ilmu pengetahuannya dan
mengaktualisasikan keimanan dan ketaqwaannya dalam kehidupan sehari-hari.31
Melalui kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas inilah guru dapat memiliki kedekatan dengan siswa sehingga guru dapat dengan mudah memerikan
nasihat-nasihat berkaitan dengan penanaman nilai-nilai religiusitas dalam diri siswa. Dalam rangka mewujudkan nilai-nilai religius siswa dapat dilakukan
dengan pendekatan pada saat pembelajaran yang tepat. Dalam ruang lingkup strategi yang harus diperhatikan adalah ketepatan memilih model, metode serta pendekatan pada proses pembelajaran yang mendasar pada karakteristik siswa,
dalam hal ini mengoptimalkan pembelajaran di kelas dengan menggunakan beberapa cara, yaitu :
a. Pendidikan dengan keteladanan
Keteladanan merupakan bagian dari sejumlah metode yang paling efektif dalam menyiapkan dan membentuk karakter siswa. Figur seorang
pendidik merupakan uswah bagi siswa, ditinjau dari tingkah laku serta
30
Wawancara dengan Bapak Kepala Sekolah SDN Banaran 1 pada hari Rabu 31 Mei 2017, pukul 09.00 WIB.
31
24
sopan santunya. Dalam Al-Qur’an keteladanan diibaratkan dengan kata
uswah yang kemudian dilanjutkan hasanah, sehingga menjadi uswatun
hasanah yang berarti keteladan yang baik. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Indra dan Bapak Widodo yaitu :
“Alhamdulillah mas, saya bisa mengajar di SD ini. Anaknya mudah diarahkan, teman-teman guru disini juga menyenangkan. Ketika saya berniat lngin mengamalkan ibadah sholat dhuha dan sholat dhuhur di SD ini diawali dengan saya mempraktekkan di mushola sekolah, para guru di sini langsung mengikuti dan para siswa pun sangat antusias ketika saya mewajibkan kegiatan tersebut. Di samping itu dari tutur kata saya selalu menggunakan bahasa jawa krama dengan para guru dan siswa, dengan tujuan memberi teladan yang baik dan tercipta suasana harmonis di lingkungan sekolah.”32
“Menjadi guru PAI minimal harus bisa memberikan contoh yang terbaik diantara guru-guru lainya, saya selalu berusaha menyempatkan datang lebih awal ke sekolah pada saat mengajar, mengucap salam, membiasakan tegur sapa kepada guru dan siswa. Di kelas pun demikian mas dari segi ucapan, perilaku saya selalu berhati-hati.”33
Pendidikan keteladan menjadi salah satu upaya memperbaiki serta
membimbing siswa agar memiliki akhlak yang mulia. Beberapa keteladanan yang ditemukan pada saat observasi pembelajaran PAI di SD Ketawang 1 dan SD Banaran adalah :
1) Guru PAI datang tepat waktu pada saat pembelajaran di kelas.
2) Berpenampilan rapi dan sopan sesuai dengan kode etik guru.
3) Membiasakan 3S (senyum, sapa, sapa).
32
Wawacara dengan Ibu Indrawati, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Ketawang 1, pada hari Kamis 8 juni 2017 pukul 11.00 WIB.
33
25
4) Tangggung jawab terhadap tugas keguruan (memakai RPP, Silabus,
serta persiapan materi pembelajaran.
5) Bertindak sopan terhadap siswa baik dari dari perkataan dan perbuatan.
6) Membuang sampah pada tempatnya.
7) Bersikap komunikatif terhadap siswa, tidak monotone teacher center.
8) Menciptakan lingkungan yang religius pada saat pembelajaran dengan
memulai pembelajaran dengan membaca asma’ul khusna dan hafalan
surat-surat pendek bersama.
9) Memberikan contoh-contoh kehidupan yang sesuai materi ajar.
Bentuk-bentuk keteladanan tercermin dalam proses kegiatan belajar-mengajar (KBM) Pendidikan Agama Islam di SD Banaran. Bentuk-bentuk keteladanan tersebut akan memberikan dampak positif terhadap siswa
sehingga perilaku guru dapat dicontoh oleh siswa.
b. Pendidikan dengan nasihat
Nasihat merupakan cara yang digunakan pendidik untuk
memberikan petunjuk, peringatan serta teguran kepada siswa. Cara ini sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai religius kepada siswa.
Nasihat yang tulus dari seorang guru akan memberikan beban dan pengaruh terhadap siswa, sehingga mereka akan menerima dengan hati
terbuka seperti yang diungkapkan ibu indrawati dan bapak widodo :
“Ketika siswa mempunyai problem dalam belajar atau keluarga
26
seorang wanita, naluri keibuan saya selalu muncul saat ada kejadian
tersebut sehingga saya sangat dengan para siswa di sini.”34
“ Dalam mendidik siswa, saya tidak terlalu dalam memberikan
hukuman mas. Saat. Siswa mempunyai masalah dalam pelajaran saya sering memberikan arahan mas, menanyakan dan membantu menyelesaikan masalah mereka. Nasihat akan membuat mereka sadar
dan berfikir.”35
Dalam proses pembelajaran, guru menyelipkan nasihat-nasihat yang
membangun kepada siswa, dengan memberikan nasihat tersebut siswa akan sadar akan dirinya. Nasihat yang yang sering diutarakan Bapak Widodo mengenai keimanan kepada Allah, serta bagaimana konsekuensi
atas keimanan tersebut. Beliau juga memberikan nasihat terhadap fenomena-fenomena yang sedang hangat dibicarakan, seperti kenakalan
remaja, dll. Dengan begitu, siswa akan termotivasi untuk meningkatkan religiusitasnya.
c. Pendidikan dengan hukuman (sangsi)
Hukuman adalah salh satu metode yang digunakan guru untuk mengarahkan tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang
diharapkan dan menghentikan tingkah laku yang tidak diharapkan. Hukuman merupakan alat yang sengaja digunakan untuk memberikan efek
jera agar siswa berfikir atas tngkah laku yang dilakukan. Berdasrkan observasi dilakukan, tidak jarang siswa mendapt hukuman. Diantara sebabnya, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, ramai dikelas, tidak
34
Wawacara dengan Ibu Indrawati, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Ketawang 1, pada hari Kamis 8 juni 2017 pukul 11.00 WIB.
35
27
membawa buku pelajaran PAI, membuang sampah sembarangan, dll. Hukuman yang diberikan bersifat membangun dan edukatif terhadap
siswa.
d. Pendidikan dengan pembiasaan
Pembiasaan perilaku positif di dalam kelas dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar setiap waktunya. Pembiasaan perilaku religiusitas
diterapkan di dalam kelas agar siswa mampu memiasakan diri dengan kegiatan tersebut. Diantara kegiatan pembiasaan yang dilakukan guru PAI
di dalam kelas adalah :
1) Membiasakan bersalaman kepada guru saat memulai dan selesai
kegiatan KBM.
2) Memabaca doa sebelum memulai pelajaran.
3) Bertutur kata yang sopan.
4) Sholat dhuha dan sholat dhuhur di sekolah.
5) Membaca asma’ul khusna secara bersama-sama sebelum pelajaran dimulai.
6) Duduk sesuai tempat masing-masing dan diatur laki-laki sendiri dan
perempuan sendiri.
B. Pengembangan pembelajaran PAI melalui kegiatan keagaman
1. Sholat dhuhur dan dhuha berjama’ah
Berdasarkan pengamatan dan wawancara terhadap kegiatan keagaman
28
yang dilakukan di mushola sekolah. Sholat dhuha ini bertujuan agar
membiasakan siswa disiplin dalam beribadah.
Alhamdulillah mas, di SD ini sudah ada bangunan mushola yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan keagamaan. Saya selaku kepala sekkolah mengajak para guru untuk memberi teladan kepada para siswa disini dengan mengerjakan sholat dhuha, karena guru itu harus bisa di gugu dan ditiru kan mas. Sehingga ketika istirahat pertama njenengan melihat sendiri para siswa dengan membawa mukena dan sarung tertib mengerjakan sholat dhuha. Setelah pelajaran usai kami para guru dan siswa sholat dhuhur secara
berjama’ah.36
Kebetulan di SD ini mas belum ada bangunan mushola tapi samping ruang perpustakaan ada ruang kosong. Atas ijin dari kepala sekolah saya gunakan untuk kegiatan keagamaan terutama untuk sholat dhuha saat istirahat dan sholat dhuhur setelah pelajaran terakhir.37
Dengan rutin melaksanakan sholat dhuha ini membuat siswa lebih
menghargai waktu dan teratur dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Lebih dari itu, sholat merupakan ibadah yang utama di dalam ajaran agama
islam. Dari sekian banyak ibadah mahdhah, sholat memiliki kedudukan yang utama diantara lainya. Sehingga akan memberikan dampak pada
religiusitas siswa tersebut apabila menjalankan sholat dengan baik dan sempurna.
Wawacara dengan Ibu Indrawati, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Ketawang 1, pada hari Kamis 8 juni 2017 pukul 11.00 WIB.
37
29
3. Infaq
Kegiatan ini merupakan kegiatan infaq mingguan yang dilaksanakan pada hari jum’at yang bersifat lunak dan dalam memberikan
infaq tidak ditentukan nominalnya, yang mana setelah dana terkumpul
kemudian dialokasikan untuk kepentingan siswa seperti : siswa sakit, kematian baik dari siswa maupun wali siswa, dll.
Tanggapan siswa mengenai pembiasaan ini seperti diutarakan oleh Ida
Rahayu siswa SD Ketawang 1 kelas 4:
Saya selalu beramal ketika hari jum’at di sekolah pak, ya seperti nabung
gitu. Orang tua sudah tahu tiap hari jum’at ada infaq, uang sakunya
dilebihkan sedikit biar digunakan untuk infaq.38
Muhammad Rizal siswa SD Banaran 1 kelas 4, bahwa :
Saya selalu beramal ketika ada kegiatan amal jum’at di sekolah pak, dengan kesadaran diri saya mengurangi uang jajan kan cuma sekali dalam satu minggu pak.39
4. Pesantren kilat
Kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada bulan Ramadhan.
Kegiatan ini diadakan oleh sekolah selama 3 hari di hari efektif di sekolah, meskipun berpakaian muslim, absensi berjalan seperti biasanya. Dalam
kegiatan pondok pondok Ramadhan ini, diisi materi-materi keagamaan.
Adapun kegiatan yang dilaksanakan berupa tadarus Al-Qur’an, shalat
berjama’ah dan mendengarkan ceramah.
38
Wawacara dengan Ida Rahayu siswa kelas IV SDN Ketawang 1, pada hari kamis 8 juni 2017 pukul 11.00 WIB.
39
30
Tanggapan kepala SD Ketawang 1 tentang kegiatan pesantren kilat ini adalah :
“Pesantren kilat merupakan untuk siswa di bulan ramadhan mas, kami mendatangkan bapak Sutar selaku ustad di kampung ini untuk mengisi materi bagi siswa kelas 4 dan 5. Kemudian untuk kelas 1 sampai kelas 3 diisi oleh bapak Sunaryo selaku kepala dusun di kampung ini. Hal dilakukan agar tercipta kerjasama antara pihak sekolah dan pemuka agama di kampung ini dalam rangka meningkatkan religiusitas siswa mas.”40
Tanggapan kepala sekolah SD Banaran tentang kegiatan pesantren kilat
adalah:
“Kegiatan untuk siswa di bulan ramadhan adalah pesantren kilat mas, kegiatan ini selalu kami selenggarakan untuk menambah keimanan dan kecintaan mereka terhadap agamanya. Kebetulan guru PAI di SD ini ada 2, jadi untuk yang kelas 1 sampai kelas 3 diisi oleh pak Widodo dan untuk kelas 4 dan 5 diisi oleh bu Retni.”41
5. Kantin Kejujuran
Kantin kejujuran di SDN Ketawang 1 dan SDN Banaran 1 merupakan salah satu bukti keseriusan sekolah untuk berkomitmen menanamkan
kebiasaan jujur siswa. Di sisi lain, sebagai salah satu upaya untuk mengantisipasi sisiwa membeli jajanan di luar sekolah yang seringkali kurang sehat. Sekolah juga memberi kesempatan kepada wali murid yang
ingin menitipkan makanannya di sekolah, sekaligus bekerjasama dengan wali murid dalam menanamkan kebiasaan jujur dan mengontrol kesehatan
siswa.
40
Wawacara dengan Ibu Budimah kepala SDN Banaran 1, pada hari Sabtu 27 Mei 2017 pukul 08.30 WIB.
41
31
6. Mujahadah
Kegiatan ini biasanya dilakukan menjelang ujian untuk siswa. Biasanya
kegiatan berlangsung 2 minggu sebelum ujian di laksanakan. Seperti yang diutarakan oleh guru PAI SD Ketawang 1 dan SD Banaran 1:
“Untuk menambah rasa percaya diri siswa menghadapi ujian nasional kami adakan mujahadah mas. Dalam mujahadah ini kami mengundang semua wali murid kelas 6 agar turut serta mengikuti mujahadah bersama di sekolah dengan tujuan agar siswa kelas 6 dapat lulus semua dan dapat melanjutkan ke jenjang selanjutnya”.42
“Menjelang ujian selain pendalaman materi yang cukup untuk siswa kami juga mengadakan kegiatan mujahadah bersama di sekolah agar para siswa diberi kelancaran dalam menghadapi Ujian Nasional mas. Seperti biasa kegiatan ini di lakukan sekitar jam 2 sampai selesai selama 2 minggu menjelang ujian.”43
42
Wawacara dengan Bapak Widodo, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Banaran 1, pada hari kamis 8 juni 2017 pukul 10.00 WIB.
43
32
Bab IV
SOLUSI YANG DILAKUKAN GURU PAI
MENGHADAPI HAMBATAN DALAM MENINGKATKAN
RELIGIUSITAS SISWA
A.Kendala-kendala yang dihadapi Guru PAI dalam Meningkatkan
Religiusitas Siswa
Diantara kendala-kendala yang dihadapi oleh guru PAI di SD Ketawang 1 dan SD Banaran oleh peneliti dibagi menjadi dua pokok bahasan, yaitu :
1. Faktor Intern
Faktor intern merupakan masalah-masalah yang muncul dari dalam
sekolah sendiri. Terkadang lembaga sudah berusaha memberikan dan melakukan yang terbaik akan tetapi mungkin kendala masih ada yang menghalangi dalam pencapaian tujuan tersebut. Tentunya, dengan adanya
kendala tersebut harus dianalisa satu persatu nya.
Kendala yang sering terjadi dilembaga pendidikan dari segi intern sekolah
diantaranya :
a. Minimnya fasilitas ibadah
Dalam menunjang kegiatan keagamaan memang perlu fasilitas
ibadah. Fasilitas belajar baik yang berupa sarana maupun pra sarana akan memberikan dampak pada pendidikan siswa. Demi menunjang
33
yang berhubungan dengan ibadah. Hal ini sejalan dengan konsep bahwa dalam suatu pendidikan harus mempenuhi beberapa komponen, salah
satunya adalah ketersediaan sarana dan pra sarana sekolah yang menunjang kegiatan siswa dalam pembelajaran. Seperti yang
diungkapkan oleh Ibu Indra dan Bapak Widodo
Alhamdulillah di SD ini sudah ada mushola mas, tapi yang menjadi masalah adalah air. Saat kemarau air di sini asat (tidak mengalir) mas, padahal syarat utama ibadah adalah suci tempat dan anggota badan. Ya terpaksa kalau mau wudhu harus harus ke masjid kampung mas.44
Di SDN Banaran ini belum ada mushola mas, jadi saya agak bingung kalo ingin mengadakan kegiatan keagamaan untuk siswa. Ya terpaksa mengunakan gudang samping perpus itu mas untuk kegiatan keagamaan itu pun agak sempit tempatnya, biasanya para siswa bergiliran untuk melakukan sholat dhuhur biar tidak terlalu sumpek mas.45
b. Terbatasnya waktu pembelajaran PAI
Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh pengamat pendidikan adalah minimnya jam pelajaran dalam pegajaran agama Islam. Masalah inilah yang dianggap menjadi penyebab utama timbulnya kekurangan
para pelajar dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.’ Akibat dari minimnya waktu pembelajaran PAI
tersebut mengakibatkan interaksi guru dengan murid berkurang yang berdampak pada sedikitnya bekal yang ia miliki untuk membentengi diri menghadapi globalisasi yang begitu maju dalam kehidupan.
44
Wawacara dengan Ibu Indrawati, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Ketawang 1, pada hari Kamis 8 Juni 2017 pukul 11.00 WIB.
45
34
Alokasi waktu pembelajaran PAI setingkat SD hanya di berikan hanya 4 jam pelajaran dengan rincian 2 jam pelajaran untuk PAI dan 2
jam pelajaran untuk BTQ. Waktu itu sangat kurangan sekali mengingat materi yang harus disampaikan begitu banyak. Ketidaksesuaian waktu
dan dan kuantitas materi yang tidak seimbang menjadikan guru PAI mengejar sistem pengajaran yang cepat dan tersampaikan secara menyeluruh.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstrn di sini adalah faktor yang muncul atau bersumber dari
luar sekolah, yaitu :
a. Latar belakang keluarga
Keluarga merupakan tempat pendidikan utama seorang anak.
Dalam suatu hadis disebutkan bahwa agama seorang ditentukan oleh kedua orang tuanya, entah itu masuk Islam, Yahudi, Nasrani ataupun
Majusi. Berdasarkan dalil tersebut, memang religiusitas seseorang banyak dipengaruhi oleh keluarga itu sendiri. Fenomena ketidak haarmonisan keluarga dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga
mempengaruhi tingkat religiusitas siswa.
Tidak semua keluarga dari siswa yang sekolah di SD Ketawang 1
35
keluarga yang demikian bisa memberi pemahaman kepada siswa siswi untuk menjalankan agamanya dengan ala kadarnya.
b. Pengaruh lingkungan bermain
Tempat bermain siswa memberikan pengaruh terhadap religiusitas
yang ada dalam dirinya. Berdasarkan observasi dan wawancara beberapa siswa ditemukan bahwa ada siswa yang tinggal dilingkungan tidak agamis sehingga mereka terpengaruh oleh budaya modern.
Diantaranya bisa dilihat dari gaya mereka berpakaian mereka yang mengeluarkan bajunya, gaya rambut yang mengikuti trend masa kini,
dan kesopanan mereka terhadap guru yang kurang baik.46
c. Pengaruh negatif perkembangan kemajuan teknologi dan informasi
Ciri khas dari zaman modern ini adalah berkembangnya teknologi
dan informasi yang menjalar di semua lapisan masyarakat. Dengan semakin maju nya teknologi memiliki tujuan agar mempermudah
manusia. teknologi sebagai ilmu pengetahuan terapan (tecnology is an applied sciene) adalah hasil dari kemajuan budaya manusia yang
banyak bergantung pada manusia yang menggunakanya.47
Hal tersebut juga memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan religiusitas siswa. Siswa yang menggunakan secara
positif dengan menambah ilmu keagamaan dan memanfaatkan teknologi, maka ia akan kaya akan pengetahuan agama sehingga religiusitasnya akan terbangun sengan sendirinya dalam diri mereka.
46
Hasil observasi dan wawancara beberapa siswa di SD Ketawang 1 dan SD Banaran 1 pada hari Rabu, 7 juni 2017, pukul 09.00 WIB.
47
36
Sebaliknya, jika disalah gunakan maka yang terjadi adalah menurunnya religiusitas siswa tersebut. Karena banyak ditemukan siswa yang lalai
waktu sholat hanya karena main game, chatting dengan teman sejawatnya.
Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Indra dan Bapak Widodo mengenai hal ini ;
Era modern seperti ini membuat siswa dilema dengan banyaknya teknologi mas. Di samping dapat memudahkan juga akan mengakibatkan hal-halyang tidak diinginkan. Contohnya siswa banya yang bermain dengan gedget. Terkadang tidak dimanfaatkan dengan baik, akan tetapi disalah gunakan. Nah hal ini mas yang akan berakibat negatif terhadap siswa.48
Saya selalu mewanti-wanti para siswa mas, akan dampak buruk dari kemajuan teknologi seperti internet agar siswa dapat menggunakan dengan semestinya. saya takut gara-gara main internet lupa akan sholat dan belajarnya mas, maka dari itu saya tidak bosan untuk mengingatkan para siswa mas49.
Dalam hal ini siswa perlu adanya bimbingan dalam mengunakan teknologi informasi agar tidak salah dalam menggunakannya ke hal-hal yang bersifat negatif.
B. Usaha Guru PAI dalam Menghadapi Kendala-Kendala yang
dihadapinya
Dalam menghadapi kendala-kendala yang dihadapi tentu harus ada upaya pemecahan suatu masalah tersebut agar dapat diselesaikan dengan baik
48
Wawacara dengan Ibu Indrawati, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Ketawang 1, pada hari Kamis 8 Juni 2017 pukul 11.00 WIB.
49
37
sehingga tujuan pendidikan agama mudah dicapai oleh guru itu sendiri. Berdasarkan hasil penelitian mengenai kendala-kendala yang dihadapi guru
PAI dalam meningkatkan religiusitas siswa di SD Ketawang 1 dan SD Banaran 1, ditemukan beberapa kendala yang dihadapi oleh guru PAI.
Kemudian peneliti mengembangkan penelitian pada kajian bagaimana solusi guru PAI dalam menghadapi kendala tersebut. Berikut solusi yang dilakukan oleh guru PAI dalam menghadapi kendala-kendala yang ada di SD Ketawang
1 dan SD Banaran 1 :
a. Memanfaatkan fasilitas sekolah sebagai sarana ibadah
Optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah dalam meningkatkan religiusitas siswa memang penting. Memanfaatkan segala apa yang ada di sekolah sebagai sarana pembinaan keagamaan siswa
memang sangat penting sekali. Berawal konsep Islam yang mengatakan bahwa semua permukaan bumi yang sudah suci dapat digunakan sebagai
tempat sholat.
Tidak adanya air saat musim kemarau di SDN Ketawang 1 dan tidak adanya mushola di SDN Banaran 1 tidak menyurutkan niat Ibu Indra dan
Bapak Widodo untuk tetap menjalankan kegiatan keagamaan di sekolah.
Saya mengajak para siswa untuk berwudhu di masjid mas secara bergiliran, kemudian sholat dhuhur berjama’ahnya tetap di mushola sekolah biar musholanya tetap bermanfaat. Ya semoga aja di sokolah ini di mudahkan soal air saat musim kemarau agar para siswa tidak kejauhan saat mau berwudhu.50
50
38
Kami memanfaatkan gedung samping perpus sebagai sarana ibadah kami di sini mas, memang di sekolah tidak diberikan fasilitas ibadah. Ya sekadarnya saja, pokonya suci yang kami tempati. Sekolah memberikan ijin untuk hal ini, dan para siswa mengikuti arahan kami sehingga aktifitas keagamaan dapat berjalan dengan lancar mas51.
b. Pelaksanaan program monitoring keagamaan
Masa remaja yang rentan akan pengaruh negatif yang ada di luar. Pengaruh-pengaruh yang muncul di luar siswa tentunya akan mempengaruhi perkembangan religiusitas mereka. Oleh karena itulah
perlu adanya kegiatan monitoring.
Monitoring disini merupakan tindakan preventif atau pencegahan
yang dilakukan oleh guru agar siswa dapat mempertahankan religiusitas
mereka dengan adanya banyak godaan –godaan yang ada di luar.
Monitoring dilaksanakan oleh guru PAI dalam rangka memantau siswa
tidak hanya sebagai tindakan preventif akan tetapi sebagai pembiasaan baik kepada mereka dengan melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan
selama berada dilingkungan sekolah.
Program monitoring ini dilakukan untuk mengontrol sejauh mana mereka melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. Dalam hal ini yang
dikontrol adalah bagaimana sholatnya, bagaimana akhlaknya kepada orang tua dibuktikan dengan telah membantu apa mereka kepada orang tuanya.
Seperti yang diutarakan Ibu Indra dan Bapak Widodo mengenai program ini:
51
39
Saya bekerjasama dengan wali kelas membuat buku monitoring untuk siswa, yang setiap kegiatannya ada tanda tangan siswa dan orang tua mas, jadi para siswa tidak bohong dapat mengisi buku monitoring. Setelah diisi kemudian dikumpulkan saat saya ada jam mengajar di kelas tersebut. Kemudian hasilnya saya diskusikan dengan wali kelas.52
Saya masih belum bisa merealisasikan program monitoring ini secara tertulis menjadi sebuah buku monitoring siswa, akan tetapi saya mengontrol mereka dengan menanyakan secara spontan pada saat pembelajaran. Ini buku mornitoring masih saya rancang agar cepat selesai, dengan buku monitoring diharapkan dapat mengontrol mereka. Karena buku monitoring ini tidak hanya dilakukan pengontrolan oleh guru saja, tetapi orang tua juga ikut andil di dalamnya. Sehingga saya percaya hal ini bisa mengatasi problem-problem siswa, khususnya peningkatan religiusitasnya.53
c. Membangun kerja sama dengan wali kelas dan orang tua
Pada hakikatnya guru dan orang tua memiliki tujuan yang sama, yaitu
mendidik, membimbing dan mengarahkan anaknya agar tumbuh dewasa sesuai dengan tatanan sosial yang ada sehingga mendapatkan kebahagiaan
di dunia dan akherat.
Pendidikan tidak hanya menjadi kewajiban guru, akan tetapi juga menjadi kewajiban siswa itu sendiri, orang tua dan pemerintah. Interaksi
diantara beberapa faktor pendukung haruslah mutualisme sehingga dapat menciptakan lingkungan belajar yang sehat.
Dengan menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan siswa, maka tujuan pembelajaran akan mudah tercapai.
52
Wawacara dengan Ibu Indrawati, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Ketawang 1, pada hari Kamis 8 Juni 2017 pukul 11.00 WIB.
53
Wawacara dengan Bapak Widodo, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Banaran 1, pada hari Sabtu 10 Juni 2017 pukul 11.00 WIB.
40
Hubungan guru dengan orang tua akan memberikan informasi terkait situasi dan kondisi setiap siswa sehingga akan melahirkan bentuk kerjasama yang
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa baik di sekolah maupun di rumah. Oleh karena itulah, dalam rangka mengatasi kendala yang dihadapi
oleh guru PAI adalah salah satunya melakukan kerjasama dengan beberapa pihak tersebut. Seperti yang diutarakan oleh Ibu Indra dan Bapak Widodo mengenai kerjasama ini :
Dalam menghadapi kendala yang saya hadapi salah satunya dengan menjalin kerjasama. Maksud kerjasama disini adalah agar dapat meringankan beban saya. Karena pendidikan religiusitas tidak hanya dilakukan oleh guru agama saja, akan tetapi harus semua komponen pendidikan berperan di dalamnya. Benar begitu kan mas ? jadi saya berusaha mendekati guru dan wali murid untuk selalu memberi pesan kepada para wali murid agar putra-putrinya selalu dikontrol dalam religiusitasnya, seperti sholat dan mengaji agar menjadi anak yang sholeh dan sholehah.55
Bekerjasama dengan guru agar selalu meningatkan siswa untuk taat kepada agamanya. Hal tersebut juga demi mewujudkan visi-misi skolah
yang mengusulkan agar siswanya menjadi siswa yang unggul dalam iman dan taqwa sesuai dngan ajaran islam. Kemudian kerjasama dengan siswa
agar selalu saling mengingatkan teman dalam meningkatkan religiusitasnya.
54
Wawacara dengan Ibu Indrawati, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Ketawang 1, pada hari Kamis 8 Juni 2017 pukul 11.00 WIB.
55
41
42
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Uraian diatas merupakan penjabaran hasil penelitian yang peneliti
lakukan di SD Ketawang 1 dan SD Banaran 1 terkait dengan strategi guru PAI dalam meningkatkan religiusitas siswa. Berdasarkan data yang yang dikumpulkan dan hasil analisis yang dikemukakan pada bab sebelumnya
maka ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dimensi religiusitas siswa pada SD tersebut adalah :
a. Dimensi idiologi, hal ini ditemukan dalam siswa bahwa mereka
mempercayai adanya Allah SWT dengan mengetahui sifat-sifatNya, percaya adanya malaikat dan rasul Allah, Surga dan
neraka serta hari akhir nanti.
b. Dimensi ritual, kebanyakan siswa mampu mengucapkan syahadat
dengan baik dan benar. Dari segi sholat mereka mengakui belum sepenuhnya menjalakan sholat 5 waktu, kemudian dari segi puasa keseluruhan siswa menyatakan bahwa mereka berpuasa di bulan
Ramadhan.
c. Dimensi pengalaman, beberapa siswa merasakan lebih dekat
dengan Allah karena sekolah di SDN tersebut dan lebih mengenal Allah.
d. Dimensi konsekunsi/pengamalan, dapat dilihat dari kedisiplinan
43
belum terpenuhi secara keseluruhan, menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi terhadap sesamanya.
e. Dimensi pengetahuan, berdasarkan observasi dan wawancara
beberapa siswa mengatakan sering membaca buku agama Islam
tidak hanya sekedar materi bahan ajar saja, lebih dari itu mereka menambah pengetahuan ajaran Islam karena setiap sore mereka
mengaji di TPA di samping mengaji Al-Qur’an juga diselingi
kajian kitab-kitab fiqih
2. Strategi guru PAI dalam meningkatkan religiusitas siswa adalah :
a. Meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Karateristik
pendidikan agama islam adalah tidak hanya pada pengajaran yang
terhenti pada aspek kognitif (transfer of knowledge) saja, akan
tetapi dalam kegiatan pendidikan agama islam harus menanamkan nilai-nilai Islam yang mengarah pada aspek efektif dan psikomotor
siswa. Penanaman nilai-nilai keagamaan tersebut dapat tercermin dalamkegiatan yang ada di dalam kelas, seperti mengucapkan
salam, berdoa, dan membaca Al-Qur’an. Dengan menggunakan
metode yang tepat di dalam kelas, guru dapat dengan mudah mengarahkan siswa menjadi pribadi yang religius. Pengoptimalan
pembelajaran di kelas yang dilakukan dengan metode yang sesuai dapat diwujudkan dengan cara pendidikan dengan keteladanan, pendidikan dengan pemberian hukuman, serta pendidikan dengan
44
b. Mengembangkan pembelajaran PAI melalui kegiatan –kegiatan
keagamaan Islam seperti sholat dhuha dan sholat dhuhur
berjama’ah, kegiatan infaq, kantin kejujuran, dan mujahadah.
3. Kendala-kendala yang dihadapi guru PAI dalam meningkatkan
religiusitas siswa di SD Ketawang 1 dan SD Banaran 1 dibagi menjadi 2 faktor utama yaitu :
a. Faktor Intern, merupakan faktor yang bersumber dari dalam
sekolah itu sendiri, diantaranya adalah minimnya fasilitas ibadah, terbatasnya waktu dinas guru PAI, terbatasnya alokasi waktu
pembelajaran PAI di kelas (sekolah umum).
b. Faktor Eksrern, merupakan faktor yang muncul di luar sekolah
dalam hal ini adalah latar belakang keluarga yang acuh terhadap
pendidikan agama siswa, pengaruh lingkungan bermain, dan adanya pengaruh negatif perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi –informasi.
4. Solusi yang dilakukan oleh guru PAI adalah : dengan mengoptimalkan
fasilitas yang ada di sekolah untuk kegiatan keagamaan Islam,
pelaksanaan program monitoring kegiatan keagamaan yang dilakukan di rumah, serta membangun kerja sama dengan wali kelas dan orang
45
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan, ada beberapa saran dari
peneliti berkenaan dengan strategi guru PAI dalam meningkatkan religiusitasnya :
a. Guru PAI merupakan pemuka agama di sekolah yang memberikan
santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia serta menunjukkan jalan yang lurus menuju ridha Allah SWT. Oleh karena
itu, guru PAI harus mampu memberikan dan menjadi tauladan bagi guru dan siswa.
b. Sekolah hendanya mengankat guru PAI sebagai guru tetap agar waktu
dinas guru lebih banyak dihabiskan di sekolah sehingga dapat mengontrol religiusitas siswa secara berkelanjutan.
c. Kepada para pembaca diharapkan dapat mengambil manfaat dari
diadakannya penelitian ini sebagai rujukan dan dapat mengembangkan
strategi di sekolah masing-masing.
d. Kepada siswa hendaknya mau menambah ilmu pengetahuan Islam di