Abstract: The purpose of this study is to explore the idea of Islamization of counter accounting principles. Such an Islamization is necessary because counter accounting princip-les are formulated by using the philosophy of punk from the western society which has different beliefs. In addition, the idea of Islamization in this study shows that Islamic knowledge can indeed be developed continuously. Therefore, the claim that there is no development inside this knowledge, and that it cannot be categorized as science, willl no longer exist. This study reveals the findings that the wisdom from argumentation which constructs the principles of counter accounting is parallel with the wisdom from Islamic values as interpreted by experts of Islamic accounting. The Islamiza-tion of counter accounting principles confirms the truth of belief in the existence of Allah and His revelation.
Keywords: Islamization, Islamic values; counter accounting principles.
Pendahuluan
Dalam salah satu upaya perumusan prinsip counter accounting
(akuntansi perlawanan) terdapat pemanfaatan nilai-nilai Islam untuk
memperkuat salah satu rumusan prinsip counter accounting, yaitu prinsip
kreativitas tanpa batas dalam berbagai keterbatasan dan pembatasan
berdasarkan pemanfaatan prinsip straight edge serta do it yourself punk.1
Prinsip tersebut merupakan penggabungan dua hal yang bertentangan yang disebut sebagai sinergi oposisi biner, yaitu meletakkan sesuatu yang bertentangan dalam posisi yang sinergis. Sinergi oposisi biner ini terdapat dalam kearifan tradisi nilai-nilai Islam, yaitu koeksistensi
khalîfat Allâh fî al-ard}-‘Abd Allâh, di mana sebagai khalîfat Allâh fî al-ard},
manusia merupakan wakil Tuhan di bumi dengan misi menyebarkan
1 Dayno Utama, “Upaya Perumusan Prinsip Counter Accounting dengan
rahmat bagi alam semesta melalui kreativitasnya, sedangkan ‘Abd Allâh merupakan konsep kepatuhan dan ketundukan manusia kepada Tuhan melalui kewajiban manusia untuk mematuhi segala perintah Tuhan dan meninggalkan segala larangan-Nya. Konsep ini telah
dimanfaatkan juga dalam membangun Akuntansi Syariah.2
Upaya perumusan tersebut membuka peluang untuk dilakukannya
upaya islamisasi prinsip counter accounting. Islamisasi tersebut sangat
diperlukan karena prinsip counter accounting tersebut dirumuskan
dengan memanfaatkan “filosofi punk” yang memiliki reputasi buruk.
Penyebabnya adalah banyaknya kasus kekerasan yang melibatkan
punk, penyalahgunaan obat terlarang dan kasus kriminal lain. Reputasi
buruk punk ini semakin diperparah oleh media massa. Walaupun punk
memiliki filosofi perlawanan, pembangkangan dan pemberontakan
yang dapat memicu kreativitas tanpa batas, terdapat suatu filosofi punk
yang sangat kontradiktif dan radikal dengan karakteristik
pembangkangan punk, di mana filosofi ini oleh komunitas punk sendiri
sering diabaikan. Filosofi tersebut adalah “bertanggungjawab terhadap
segala sesuatu yang dilakukan”. Bentuk tindakan bertanggungjawab ini
adalah berpikir sebelum berbuat, menghargai orang lain, tidak menilai orang lain hanya dari penampilan luarnya saja dan yang paling penting adalah berkontribusi positif dalam perubahan dunia yang lebih baik. Filosofi tersebut dapat terlihat jelas ketika pada tahun 1981 Minor
Threat, sebuah band punk yang berasal dari Washington DC, merilis
lagu berjudul straight edge yang menandakan dimulainya sebuah
pergerakan di dalam komunitas punk. Pesan yang disampaikan oleh
gerakan straight edge ini adalah “Anda tidak harus meminum alkohol,
merokok, atau terlibat dalam penggunaan obat terlarang demi untuk
bersenang-senang”. Straight edge merupakan suatu cara menyelamatkan
musik rock dari mitos rock and roll, yaitu membuat musik relevan untuk
tiap orang, di mana jika menjalankan gaya hidup rock and roll akan
membuat seseorang tidak akan bisa menjalani hidup dengan normal
seperti bangun pagi untuk pergi sekolah atau bekerja.3 Berdasarkan
2 Iwan Triyuwono, Akuntansi Syariah: Perspektif, Metodologi, dan Teori (Jakarta: Rajawali
Pers, 2012), 339, 342, 357; Aji D. Mulawarman, Menyibak Akuntansi Syariah: Rekonstruksi Teknologi Akuntansi Syariah dari Wacana ke Aksi (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2006), 66; Aji D. Mulawarman, Akuntansi Syariah: Teori, Konsep, dan Laporan Keuangan (Jakarta: E Publishing Company, 2009), 8.
3 Lihat Craig O’Hara, The Philosophy of Punk: More Than Noise! (San Francisco: AK
uraian di atas dapat diketahui bahwa di dalam filosofi punk pun terdapat nilai-nilai Islam sinergi oposisi biner berupa prinsip perlawanan, pembangkangan dan pemberontakan untuk memicu kreativitas yang berdampingan dengan pembatasan dalam bentuk pertanggungjawaban terhadap segala sesuatu yang dilakukan. Dengan
islamisasi, maka prinsip counter accounting diharapkan tidak memiliki
reputasi buruk karena berperilaku merusak sehingga benar-benar dapat berkontribusi positif untuk perubahan dunia yang lebih baik.
Bagi ilmu agama terutama ilmu agama Islam, islamisasi ilmu pengetahuan sangat diperlukan karena di masa lalu ilmu-ilmu agama pernah digugat eksistensinya akibat adanya klaim bahwa di dalamnya tidak terjadi pengembangan sehingga tidak dapat disebut sebagai ilmu
sebagaimana diklaim oleh Harun Nasution.4 Hal tersebut dapat dilihat
dari ilmu-ilmu agama di perguruan-perguruan Islam yang diklaim
tidak berkembang berupa tafsir lama yang diajarkan itu-itu juga, H{adîth
sudah tidak bertambah lagi sejak Nabi wafat, demikian pula tauhid yang dibahas dari tahun ke tahun adalah sifat-sifat Allah yang tak bertambah dan tak berkurang, begitu juga fiqh yang dibahas tiap tahun adalah hukum-hukum dari ijtihad ulama masa lampau. Akibatnya pembidangan ilmu agama yang disusun oleh Departemen Agama sempat diragukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) ketika itu.5 Hal tersebut terjadi karena salah satu tugas pokok
LIPI adalah memberikan saran kepada pemerintah tentang kebijaksanaan nasional di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.6 Kepada
LIPI dijelaskan bahwa ilmu-ilmu yang diajarkan di IAIN bukan tidak berkembang, tetapi hanya tidak jelas kelihatan, tidak sama halnya dengan ilmu-ilmu umum. Perkembagan ilmu-ilmu agama terlihat jelas dalam mata kuliah Perkembangan Modern di Dunia Islam, karena
dalam mata kuliah ini dibahas tafsiran-tafsiran baru yang dihasilkan penafsir-penafsir abad XIX dan XX serta ada pemikiran-pemikiran baru yang ditimbulkan oleh ulama-ulama. Demikian pula ilmu Tauhid. Namun sayangnya perkembangan ini tidak ditonjolkan dalam kurikulum IAIN. Setelah mendengar penjelasan ini, LIPI akhirnya dapat menyetujui pembidangan ilmu yang disusun Departemen Agama dengan catatan supaya mata kuliah Perkembangan Modern di Dunia Islam dijadikan mata kuliah pokok atau wajib pada semua fakultas. Berdasarkan atas persetujuan LIPI ini keluarlah keputusan Menteri Agama No. 1 Tahun 1982 tentang Pembidangan Ilmu Agama Islam. Berdasarkan uraian ini Syahrin Harahap memperlihatkan betapa pentingnya pengembangan ilmu-ilmu agama melalui penelitian, dialog dan perenungan agar klaim seperti disebut di atas tidak terjadi
kembali pada ilmu-ilmu agama.7 Hal yang sama juga dilakukan dalam
penelitian ini dengan fokus pada upaya islamisasi prinsip counter
accounting.
Islamisasi prinsip counter accounting dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara mencari hikmah untuk dapat mengambil pelajaran berdasarkan Q.S. al-Baqarah [2]: 269 berikut:
Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendakiNya. Dan barang siapa yang diberi ilmu hikmah, maka sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran melainkan orang-orang yang berakal.8
Dalam Tafsîr Ibn Kathîr terdapat berbagai pendapat mengenai apa
yang dimaksud dengan “hikmah” dalam ayat ini, salah satunya adalah
Ibrâhîm al-Nakhâ‘î yang mengemukakan bahwa “hikmah berarti
pemahaman”, sedangkan Mâlik mengatakan: “Sesungguhnya terbetik
di hatiku bahwa hikmah itu adalah pemahaman tentang agama Allah dan sesuatu yang dimasukkan Allah ke dalam hati yang berasal dari rahmat dan karunia-Nya. Yang dapat memperjelas hal itu adalah bahwa anda mungkin mendapatkan seseorang yang ahli dalam urusan dunianya, jika ia berbicara tentangnya. Dan anda mendapatkan orang lain yang lemah dalam urusan dunianya tetapi ia sangat ahli dan luas pandangannya dalam bidang agama, ini merupakan karunia yang
diberikan kepadanya dan dihalangi dari orang pertama.” Jadi hikmah
7 Harahap, Metodologi Studi dan Penelitian, 6.
8 Jaka Isgiyarta, Teori Akuntansi dan Laporan Keuangan Islami (Semarang: Badan
berarti pemahaman dalam agama Allah.9 Penelitian ini menggunakan kedua pendapat ini karena relevan dengan fokus penelitian berupa
upaya islamisasi prinsip counter accounting.
Selain itu islamisasi prinsip counter accounting dalam penelitian ini
dilakukan berdasarkan kutipan sabda-sabda Nabi Muhammad yang oleh Iwan Triyuwono diyakini dikutip dari karya Nurcholish Madjid:
“Pungutlah olehmu hikmah (ilmu pengetahuan atau wisdom) dan tidak
akan membahayakan bagi kamu dari bejana apa pun hikmah itu
keluar.” “Hikmah adalah barang yang hilangnya orang beriman,
karena hendaknya ia memungutnya di mana pun ditemukan.”10
Berdasarkan kutipan-kutipan di atas diketahui bahwa dalam proses islamisasi ilmu pengetahuan, tidak semua apa yang telah diketahui manusia terutama yang telah diketahui oleh masyarakat Barat bertentangan dengan nilai Islam, karena masih terdapat yang dapat dipertahankan meskipun tentu banyak juga yang bertentangan
sehingga harus digantikan oleh nilai yang islami.11 Hal ini terlihat
dalam beberapa penelitian akuntansi yang telah dilakukan seperti Iwan
Triyuwono yang dalam penelitiannya menggunakan Simbolik
Interaksionisme diperluas sebagai alat untuk melihat realitas empiris dan
memahami maknanya. Diperluasnya Simbolik Interaksionisme ini karena
konsep tersebut tidak bebas nilai tetapi terikat dengan nilai-nilai Barat sesuai penggagasnya di mana konsep tersebut berasal, seperti pandangan liberal dan tidak mengakui ketuhanan sementara masyarakat yang akan dipahami adalah masyarakat yang secara sosial dibentuk oleh perspektif Islam secara dominan dengan karakteristik
mengakui ketuhanan dan nilai-nilai Islam, sehingga konsep Simbolik
Interaksionisme tersebut perlu diperluas atau disesuaikan dengan
nilai-nilai yang melekat dengan konsep dasar Islam yaitu Keimanan Islam,
Pengetahuan dan Tindakan agar tidak gagal dalam memahami realitas
empiris dan maknanya.12 Selain itu terdapat M. Akhyar Adnan yang
dalam penelitiannya menggunakan pendekatan kritis dimodifikasi
karena penelitiannya tidak sepenuhnya mengadopsi Teori Kritis
9‘Abd Allâh b. Muh}ammad b. ‘Abd al-Rah}mân b. Ish}âq, Tafsîr Ibn Kathîr, Vol. 1,
terj. M. Abdul Ghoffar E.M (Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2004), 537-538.
10 Triyuwono, Akuntansi Syariah, 64.
11 Sofyan S. Harahap, Kerangka Teori dan Tujuan Akuntansi Syariah (Jakarta: Pustaka
Quantum, 2008), 50.
12 Iwan Triyuwono, “Shari’ate Organisation and Accounting: The Reflections of
sebagaimana adanya tetapi menyesuaikannya dengan sudut pandang
Islam yaitu nilai-nilai Tauhid. Artikel ini menggunakan Teori Kritis
karena dapat digunakan untuk pencerahan dan perubahan emansipasi
akan tetapi dalam artikel ini Teori Kritis yang digunakan disesuaikan
dengan sudut pandang Islam karena ada yang tidak sesuai seperti
emansipasi total tanpa batas. Oleh karena itu penggunaan Teori Kritis
dalam artikel ini dibatasi oleh pandangan Islam, yaitu keyakinan
bahwa sumber kebenaran hanya berasal dari Allah melalui al-Qur’ân
dan H{adîth Nabi sehingga nilai-nilai yang berasal dari keyakinan tersebut tidak perlu dipertanyakan lagi. Berdasarkan sumber ajaran Islam ini, konsep dan praktik akuntansi dalam artikel tersebut akan
diinvestigasi.13
Islamisasi ilmu pengetahuan dimaksudkan untuk mengembalikan ilmu pengetahuan pada tauhid sehingga pengetahuan melekat dengan iman. Berbagai inisiatif dilakukan untuk mengidentifikasi pengetahuan
yang sejalan dengan ajaran Islam14 seperti penelitian-penelitian yang
telah disebutkan pada uraian sebelumnya dan juga penelitian ini. Islamisasi ilmu pengetahuan menekankan perlunya menggunakan
al-Qur’ân dan alam semesta sebagai sumber untuk membangun ilmu
pengetahuan Islam. Penggunaan dua sumber ilmu pengetahuan ini
diturunkan dari konsep dasar ilmu pengetahuan Islam, yaitu tauhid.15
Ke-Esaan Tuhan (tauhid) adalah prinsip dasar bagi seluruh aspek kehidupan. Konsep tersebut adalah konsep yang memahami Allah
sebagai “Penyebab Pertama dan Tertinggi serta Akhir dari segala
sesuatu. Keberadaan dan aktivitas-Nya merupakan prinsip dasar dari
semua ilmu pengetahuan.” Oleh karena itu islamisasi ilmu
pengetahuan harus diarahkan pada suatu kondisi analisis dan sintesis tentang hubungan realitas yang sedang dipelajari dengan hukum
Tuhan.16 Dengan memberikan salah satu contoh pengembangan
akuntansi dengan metode sintesis, Iwan Triyuwono mengatakan sintesis sebagai kebalikan dari istilah analisis merupakan sebuah proses berpikir yang berusaha menyatukan bagian-bagian yang
13 M. Akhyar Adnan, “An Investigation of Accounting Concepts and Practices in
Islamic Banks: The Case of Bank Islam Malaysia Berhad and Bank Muamalat Indonesia” (Doctor of Philosophy Thesis--Department of Accounting and Finance, University of Wollongong, 1996).
14 Sony Warsono, Al-Qur’an dan Akuntansi: Menggugah Pikiran Mengetuk Relung Kalbu
(Yogyakarta: AB Publisher, 2012), 139.
terpisah agar diperoleh suatu pemahaman yang atuh.17 Dengan demikian keterkaitan antara wahyu dan realitas akan ditemukan yang akan menambah keyakinan atau keimanan keberadaan Tuhan dan
kebenaran yang tersebar melalui wahyu-Nya.18 Berdasarkan uraian ini
maka dapat diketahui bahwa sumber pengetahuan dalam Islam adalah wahyu dan realitas dunia yang pada dasarnya akan menambah
keyakinan/keimanan akan keberadaan Tuhan.19 Berdasarkan uraian ini
pula dapat diketahui bahwa sesungguhnya Islam adalah agama yang
lengkap (Q.S. al-An‘âm [6]: 38) dan sempurna (Q.S. al-Mâ’idah [5]: 3),
sehingga bila seseorang sudah memilih Islam sebagai agamanya, maka kepadanya dituntut sikap totalitas atau menyeluruh (Q.S. al-Baqarah
[2]: 208).20
Secara utuh hal ini mengandung pengertian bahwa semua tingkah laku hidup manusia yang Islami harus diterapkan pada seluruh bidang
kehidupan termasuk akuntansi.21 Oleh karena itu al-Qur’ân diyakini
mencakup semua fenomena kehidupan dan juga mencakup dasar-dasar, aturan-aturan serta semua hukum yang berkaitan dengan akidah, ibadah dan muamalah. Hal ini tercermin pada terjemahan firman Allah dalam Q.S. al-Nah}l [16]: 89:
“…Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (al-Qur’ân) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan merupakan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”.
Islam mengombinasikan antara agama dan dunia, masjid dan negara (ketatanegaraan), materiil dan spirituil, dalam suatu siklus atau jaringan yang seimbang untuk kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Islam merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sebagaimana tidak boleh mengambil satu bagiannya saja dan meninggalkan bagian yang lain. Jadi kurang tepat jika terdapat pemahaman yang mengatakan bahwa Islam itu hanya agama ibadah terbatas di sekitar masjid dan rumah saja. Kurang tepat pula jika
17 Ibid., 371. 18 Ibid., 306.
19 Mulawarman, Menyibak Akuntansi Syariah, 81.
20 M. Akhyar Adnan, Akuntansi Syariah: Arah, Prospek, dan Tantangannya (Yogyakarta:
UII Press, 2005), 3.
21 Muhamad, Prinsip-prinsip Akuntansi dalam Alquran (Yogyakarta: UII Press, 2000),
terdapat pemahaman yang mengatakan bahwa boleh menjalankan
sebagian dari Islam dan meninggalkan sebagian yang lain.22
Oleh karena itu sebagai kitab suci umat Islam, al-Qur’ân banyak
memuat hal-hal (ajaran) yang perlu dipikirkan, digali, ditafsirkan dan dilaksanakan dalam seluruh aspek kehidupan, maka tidak heran apabila terdapat berbagai tulisan yang berusaha menggali ayat-ayat
al-Qur’ân yang terus bermunculan.23 Hal tersebut telah banyak dilakukan
oleh para ahli akuntansi syariah (akuntansi Islam). Oleh karena itu dalam penelitian ini setelah menemukan hikmah berupa pembelajaran
dari argumentasi pembentuk prinsip counter accounting yang sejalan
dengan hikmah berupa pembelajaran dari nilai-nilai Islam sebagaimana telah digali oleh para ahli akuntansi syariah (akuntansi Islam) tersebut, maka penelitian ini akan melakukan sintesis terhadap
kedua hikmah yang telah ditemukan sehingga diperoleh prinsip counter
accounting yang telah diislamisasi. Dengan kata lain, artikel ini memiliki keyakinan bahwa tanda-tanda kekuasaan Allah tersebar dimanapun, bahkan pengetahuan akuntansi juga memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan Allah yang hadir untuk menjadi pelajaran bagi manusia
berpikir.24
Islamisasi Prinsip Kreativitas Tanpa Batas
Berdasarkan pemahaman terhadap bahan bacaan yang menjadi
dasar pembentuk argumentasi prinsip counter accounting, diperoleh
“prinsip kreativitas tanpa batas dalam berbagai keterbatasan dan
pembatasan” berdasarkan pemanfaatan prinsip straight edge serta do it
yourself punk.25 Pemahaman terhadap bahan bacaan yang menjadi
dasar pembentuk argumentasi prinsip counter accounting tersebut adalah
punk yang tidak terkait dengan fashion, cara berpenampilan tertentu,
suatu tren anak muda ataupun suatu aliran musik tertentu, tetapi punk
dimaksud adalah suatu ide yang memandu dan memotivasi kehidupan.
Filosofi punk hadir untuk mendukung dan mewujudkan ide tersebut
melalui musik, karya seni, fanzine dan media lain untuk
mengekspresikan suatu kreativitas. Untuk mewujudkan ide tersebut
maka diperlukan prinsip dasar yaitu “berpikir untuk diri sendiri,
22 Husein Syahatah, Pokok-pokok Pikiran Akuntansi Islam, terj. Khusnul Fatarib
(Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2001), 2 & 13; lihat juga, Muhamad, Prinsip-prinsip Akuntansi, ix.
23 Muhamad, Prinsip-prinsip Akuntansi, vii. 24 Warsono, Al-Qur’an dan Akuntansi, 209.
menjadi diri sendiri, jangan menyerah dan hanya menerima apa yang
telah lazim ada, tapi wujudkan ide dalam kehidupan nyata”. Dengan
filosofi tersebut, punk sering dianggap sebagai pembangkang yang
hanya ingin terlihat beda dari yang lain. Namun jika punk hanya ingin
terlihat beda dari yang lain, maka hal tersebut tidaklah terlalu bermanfaat. Hal yang lebih penting adalah kesadaran untuk menjadi diri sendiri. Karena jika seseorang menyadari siapa dirinya maka ia memiki kebebasan untuk menjadi berbeda dari yang lain karena setiap
individu tidak selalu sama dengan yang lain.26
Filosofi kreativitas dengan menjadi diri sendiri dari punk tersebut
merupakan faktor fundamental agar menjadi kreatif, yaitu berani tampil beda atau tampil dengan identitas sendiri karena tidak suka meniru orang lain. Berdasarkan faktor fundamental ini, dapat diketahui bahwa karakter orang kreatif dicirikan oleh pandangan dan sikapnya yang berlawanan dengan sebagian besar orang lain, tidak menutup berbagai kemungkinan dan selalu bersifat independen, sehingga salah satu kaidah meraih sukses dalam ekonomi kreatif adalah kesuksesan ditentukan oleh kegiatan berpikir anda sendiri,
bukan oleh orang lain.27
Filosofi punk tersebut memiliki pasangan yang sangat kontradiktif
dan radikal dari karakteristik pembangkangan punk, yaitu
bertanggungjawab terhadap segala sesuatu yang dilakukan agar punk
tidak memiliki reputasi buruk yang disebabkan oleh banyaknya kasus
kekerasan yang melibatkan punk, seperti penyalahgunaan obat
terlarang dan kasus kriminal lain. Bentuk aktual filosofi ini terlihat pada sebuah pergerakan di dalam komunitas punk, yaitu gerakan
straight edge yang menyebarkan pesan bahwa untuk bersenang-senang seseorang tidak harus meminum alkohol, merokok, atau terlibat dalam
penggunaan obat terlarang. Para penganut straight edge mengritik drunk
punk, yaitu “dengan meminum alkohol, anda berarti memberikan uang
anda kepada perusahaan yang membunuh orang, mencemari dunia,
menghancurkan banyak keluarga, menyebabkan munculnya
pengemudi mabuk, kecanduan alkohol dan bertanggungjawab terhadap munculnya berbagai kejahatan yang ditimbulkan oleh orang
yang berada dalam pengaruh alkohol”. Bagaimana bisa punk
bermanfaat bagi orang lain atau punk bisa mengubah dunia?
26 Lihat O’Hara, The Philosophy of Punk.
27 Suryana, Ekonomi Kreatif: Ekonomi Baru Mengubah Ide dan Menciptakan Peluang
Selain straight edge, bentuk aktual dari filosofi pembangkang namun
bertanggungjawab ini adalah dalam bentuk prinsip punk “do it
yourself”. Prinsip punk ini merupakan bentuk perlawanan yang
mensyaratkan adanya tanggungjawab agar dapat mewujudkan karya
yang produktif, kreatif dan menyenangkan. Ide utama dari do it yourself
ini adalah tidak bergantung kepada pihak lain dalam berkarya.28
Dengan do it yourself ini, band punk tidak membutuhkan perusahaan
raksasa untuk mendanai aktivitas mereka atau menilai musik yang mereka mainkan tetapi mereka melihat apa yang dinilai oleh
kebanyakan orang sebagai keterbatasan sebagai sesuatu kebaikan (a
virtue what most saw as a limitation),29 walaupun sebenarnya bagi punk
hampir tidak mungkin mereka mandiri secara keseluruhan karena mereka tetap harus memperhatikan beberapa ketentuan yang berlaku
dalam mempertahankan keberadaannya.30
Filosofi punk memiliki dua sisi yaitu, penghancuran, pengrusakan,
dan anarkis pada satu sisi, kemandirian, kreativitas dan ekspresi opini kritis pada sisi lain, sejalan dengan teori manajemen konflik yang juga memiliki dua sisi bersebrangan, yaitu, jika tidak terdapat konflik akan menimbulkan situasi stagnasi dan tidak berkembang, sedangkan sisi lainnya jika terdapat konflik yang berlebih akan menimbulkan
kekacauan dan kerusakan, sehingga filosofi punk tidak hanya berkaitan
dengan berpenampilan beda tetapi dapat dimanfaatkan sebagai
perangkat inovatif bagi organisasi dan individu karena filosofi punk
dapat memicu ide kreatif di luar kebiasaan dan mendorong pemecahan masalah dengan mengubah perspektif. Namun filosofi
punk tersebut tetap memerlukan pengendalian agar tidak terjadi
kekacauan dan konflik yang tidak terkendali, sehingga diperlukan keseimbangan yang harmonis di antara inisiatif untuk memicu konflik yang akan memecah kebuntuan dan memulai perubahan yang kreatif, tetapi pada saat yang sama diperlukan upaya pencegahan dan perlindungan agar konflik tidak menjadi ekstrem dan malah merusak
sistem organisasi secara keseluruhan.31 Dengan kata lain, untuk
mendorong pengembangan kreativitas dalam organisasi sangat penting suatu budaya yang menyeimbangkan pengendalian dan
28O’Hara, The Philosophy of Punk. 29 Azerrad, Our Band Could be Your Life.
30 Alan O’Connor, Punk Record Labels and the Struggle for Autonomy: The Emergence of
DIY (Lanham: Lexington Books, 2008).
31 Rainer Zeichhardt, “Management and Punk: Business Outside the Box”, Gestalt
kebebasan bertindak, yaitu jika satu sisi ada pengendalian maka sebaiknya di sisi lain ada kebebasan untuk bertindak, khususnya kebebasan untuk menggali, untuk mengambil risiko atau untuk mengadakan eksperimen tanpa takut gagal atau rugi dengan tidak
mengabaikan sistem pengendalian.32
Filosofi punk yang memiliki dua sisi berseberangan namun saling
melengkapi ini sejalan pula dengan ajaran Islam yang tidak menerima
dualisme, tetapi sebaliknya mengakui adanya prinsip “berpasangan”
atau saling melengkapi berdasarkan hikmah dari ayat-ayat al-Qur’ân,
seperti ayat 36 surah Yâsîn [36] dan ayat 49 surah al-Dhâriyât [51].33
Berdasarkan ayat-ayat tersebut diketahui bahwa segala sesuatu, kecuali
Tuhan, diciptakan berpasang-pasangan.34 Hal ini merupakan esensi
Islam berupa tauhid atau pengeesaan Tuhan,35 di mana Islam
mengakui Tuhan sebagai Penguasa alam semesta, maka dengan itu
manusia hanya abdi-Nya (‘Abd Allâh/konsep kepatuhan dan
ketundukan manusia kepada Allah), sementara penguasaan alam
semesta hanyalah sebagai wakil Tuhan di bumi (Khalîfat Allâh fî
al-ard}).36 Dengan demikian manusia diciptakan Allah di muka bumi
memiliki fungsi dan peran ganda, yaitu hamba dan fungsi wakil.37
Dengan kata lain, tauhid mewujud dalam sinergi oposisi biner hamba
dan wakil,38 atau dapat disebut juga sebagai koeksistensi ‘Abd Allâh-Khalîfat Allâh fî al-ard}. Koeksistensi ini adalah substansi dari nilai-nilai
Islam.39
Peran manusia sebagai wakil Allah di bumi didasarkan pada
ayat-ayat al-Qur’ân, seperti ayat 30 surah al-Baqarah [2], ayat 39 surah Fât}ir
[35], ayat 165 surah al-An‘âm [6], dan ayat 107 surah al-Anbiyâ’ [21].
32 Suryana, Ekonomi Kreatif, 147. 33 Triyuwono, Akuntansi Syariah, 275.
34 Mulawarman, Menyibak Akuntansi Syariah, 81. Pembahasan ini sejalan dengan
Tafsîr Ibn Kathîr yang menyatakan seluruh makhluk itu berpasang-pasangan; langit dan bumi, siang dan malam, matahari dan bulan, daratan dan lautan, terang dan gelap, iman dan kufur, kematian dan kehidupan, kesengsaraan dan kebahagiaan, surga dan neraka, bahkan sampai pada hewan dan juga tumbuh-tumbuhan, agar manusia mengetahui bahwa Sang Pencipta itu Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Lihat Ibn Ish}âq, Tafsîr Ibn Kathîr, Vol. 7, 544.
35 Mulawarman, Akuntansi Syariah, 103; lihat juga, Mulawarman, Menyibak Akuntansi
Syariah, 70.
36 Mulawarman, Menyibak Akuntansi Syariah, 241.
37 Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah (Jakarta: Salemba Empat, 2005), 169. 38 Mulawarman, Menyibak Akuntansi Syariah, 296.
Berdasarkan ayat-ayat tersebut dapat diketahui bahwa dalam ajaran
Islam, manusia sebagai Khalîfat Allâh fî al-ard} memiliki misi khusus
untuk menyebarkan rahmat bagi alam semesta,40 dengan cara
menjalankan seluruh aktivitasnya secara kreatif.41 Adapun peran
manusia sebagai hamba Allah didasarkan pada ayat-ayat al-Qur’ân,
seperti ayat 56 surah al-Dhâriyât [51] dan ayat 61 surah Yâsîn [36]. Ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa sebagai hamba Allah manusia harus menunjukkan ketundukan yang berkenaan dengan kewajiban melaksanakan aturan-aturan Allah baik berupa perintah maupun
larangan.42
Pembahasan koeksistensi ‘Abd Allâh-Khalîfat Allâh fî al-ard} di atas
menegaskan bahwa Islam menolak adanya dikotomi dua hal yang bersifat berlawan, tetapi sebaliknya Islam menerima bahwa dua hal berlawanan atau berbeda yang saling melengkapi. Seperti, jasad tidak dapat meniadakan ruh dan ruh tidak dapat meniadakan jasad. Akal tidak dapat meniadakan kalbu dan kalbu tidak dapat meniadakan akal, karena keduanya adalah pasangan yang saling melengkapi. Hal ini akan selalu ada dalam ajaran Islam. Begitu pula agama dan ilmu pengetahuan juga merupakan unsur-unsur yang saling melengkapi dalam pengembangan ilmu pengetahuan itu sendiri dan pemahaman
terhadap agama.43 Dengan landasan ini, Iwan Triyuwono telah
memanfaatkannya untuk memformulasikan tujuan dasar laporan
keuangan akuntansi syariah yang bersifat “materi” adalah untuk
pemberian informasi akuntansi, sedangkan yang bersifat “spirit”
40 Mulawarman, Akuntansi Syariah Teori, 115. Dalam Tafsîr Ibn Kathîr, ketiga ayat di
atas, yaitu Q.S. al-Baqarah [2]: 30, Q.S. Fât}ir [35]: 39 dan Q.S. al-An‘âm [6]: 165, memiliki substansi pembahasan yang hampir sama, yaitu bahwa Allah telah menjadikan manusia sebagai pemakmur bumi dari generasi ke generasi, dari satu masa ke masa lain, generasi berikutnya setelah generasi sebelumnya. Lihat Ibn Ish}âq,
Tafsîr Ibn Kathîr, Vol. 3, 344. Sedangkan ayat 107 surah al-Anbiyâ’ menjelaskan bahwa Allah telah menjadikan Nabi Muhammad sebagai rahmat bagi semesta alam. Allah mengutusnya sebagai rahmat untuk manusia. Barangsiapa yang menerima rahmat dan mensyukuri nikmat ini, niscaya dia akan berbahagia di dunia dan di akhirat. Sedangkan barangsiapa yang menolak dan menentangnya, niscaya dia akan merugi di dunia dan akhirat. Ibn ‘Abbâs berkata: “Barangsiapa yang mengikutinya, niscaya hal itu menjadi rahmat di dunia dan di akhirat. Dan barangsiapa yang tidak mengikutinya, niscaya dia akan ditimpa suatu ujian yang mengenai seluruh umat berupa bencana alam, perubahan bentuk dan fitnah”. Ibid., Vol. 5, 490.
41 Mulawarman, Akuntansi Syariah, 114. 42 Ibid., 109.
adalah untuk akuntabilitas. Salah satu dari kedua tujuan ini tidak dapat meniadakan yang lain karena keduanya berada dalam kesatuan sebagaimana bersatunya badan dan ruh manusia. Pemberian informasi
seolah-olah merupakan “badan”, sedangkan akuntabilitas adalah
“ruh”. “Badan” tidak akan eksis tanpa “ruh”. Demikian juga
sebaliknya, “ruh” tidak dapat membumi tanpa “badan”.44
Dalam ajaran Islam selain terdapat dua hal yang berlawanan atau bertentangan yang saling melengkapi sehingga menghasilkan ekuilibrium seperti badan dengan ruh, lahir dengan batin, dunia dengan akhirat, laki-laki dengan perempuan, orang kaya dengan fakir-miskin, terdapat pula pertentangan yang menghasilkan konflik, sehingga harus dipilih salah satu seperti mukmin dengan musyrik,
ma‘rûf dengan munkar, syukur dengan kufur, surga dengan neraka,
halal dengan haram, dan sebagainya.45 Pertentangan yang
menghasilkan konflik, sehingga harus dipilih salah satu ini terdapat pada prinsip umum akuntansi dalam Islam yang menjadi inti dari surah al-Baqarah ayat 282, yaitu keadilan, kebenaran dan
pertanggung-jawaban dalam pencatatan.46
Sebagai legitimasi utama akuntansi syariah ayat 282 surah
al-Baqarah47 menunjukkan kewajiban bagi umat beriman untuk menulis
setiap transaksi yang dilakukan dan masih belum tuntas. Tujuan perintah ayat tersebut adalah untuk menjaga keadilan dan kebenaran.
Artinya, perintah tersebut ditekankan pada kepentingan
pertanggungjawaban agar pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi itu tidak dirugikan sehingga menimbulkan konflik. Oleh karena itu jika terjadi pertentangan antara tujuan informasi akuntansi untuk pengambilan keputusan dengan informasi akuntansi untuk pertanggungjawaban, maka akuntansi dalam Islam lebih menekankan
pada pertanggungjawaban48 sehingga keragu-raguan dan ketakpastian
dapat dihilangkan dari muamalah.49 Kata “dengan adil” atau
“keadilan” dalam ayat tersebut menurut Departemen Agama
diterjemahkan sebagai “dengan benar”; dalam pengertian “keadilan
44 Triyuwono, Akuntansi Syariah, 341-342.
45 Kuntowijoyo, Islam sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi, dan Etika (Yogyakarta:
Tiara Wacana, 2006), 34.
46 Muhamad, Prinsip-prinsip Akuntansi, 42; lihat juga, Sofyan S. Harahap, Akuntansi
Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), 125.
Ilahi”. Keadilan dalam arti keyakinan bahwa segala perbuatan manusia
kelak akan dinilai oleh Allah.50 Selain itu dengan memperhatikan ayat
tersebut dapat diketahui bahwa Allah memerintahkan umat Islam untuk menuliskan transaksi baik yang kecil maupun yang besar. Yang
perlu juga mendapat perhatian adalah kata “kecil” disebutkan terlebih dahulu diikuti dengan kata “besar”. Selain itu Allah mengingatkan
pula bahwa setiap kebaikan maupun keburukan sebesar dharrah
sekalipun akan mendapat balasan, seperti tercantum dalam ayat 7-8 surah al-Zalzalah [99], sehingga mengajarkan manusia untuk
mempedulikan hal-hal yang kecil sekalipun, bukan justru sebaliknya.51
Dengan demikian berdasarkan ayat 282 surah al-Baqarah ini dapat diketahui bahwa pencatatan (akuntansi) digunakan sebagai alat untuk bermuamalah seperti utang-piutang dan jual beli. Pencatatan berfungsi untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, sebagai bukti dan meminimalkan ketidakjelasan, dan pencatatan berfungsi untuk
meningkatkan ketakwaan manusia kepada Allah.52
Berdasarkan uraian di atas dapat diperoleh prinsip counter accounting
yang telah diislamisasi dengan cara sintesis antara hikmah berupa pemahaman terhadap bahan bacaan yang menjadi dasar pembentuk
argumentasi prinsip counter accounting dengan hikmah berupa
pembelajaran dari nilai-nilai Islam untuk akuntansi, yaitu “prinsip
kreativitas tanpa batas dalam berbagai keterbatasan dan pembatasan”
berdasarkan pemanfaatan prinsip straight edge serta do it yourself punk
dengan keyakinan bahwa segala perbuatan manusia diketahui dan akan diberikan balasannya oleh Allah. Oleh karena itulah penegakkan nilai-nilai keadilan, kebenaran dan pertanggungjawaban merupakan keniscayaan dalam akuntansi.
Islamisasi Prinsip Dedikasi untuk Pemberdayaan Berdasarkan Pemanfaatan Prinsip Do It Yourself Punk
Prinsip counter accounting selanjutnya adalah prinsip “dedikasi untuk
pemberdayaan melalui pengurangan bahkan penghilangan
keterasingan atau keterpinggiran” (a dedication to empowerment via
disalienation) berdasarkan pemanfaatan prinsip do it yourself punk.53
Prinsip ini dibentuk berdasarkan argumentasi dari prinsip do it yourself
50 Triyuwono, Akuntansi Syariah, 188. 51 Warsono, Al-Qur’an dan Akuntansi, 153.
52 Ibid., 189. Substansi pembahasan penelitian ini sejalan dengan pembahasan dalam
Tafsîr Ibn Kathîr terkait ayat ini. Lihat Ibn Ish}âq, Tafsîr Ibn Kathîr, Vol. 1, 560-569.
punk yang merupakan prinsip punk untuk pemberdayaan agar
keterasingan atau keterpinggiran dapat dikurangi bahkan
dihilangkan.54 Bentuk pemberdayaan agar keterasingan atau
keterpinggiran ini hilang adalah tidak dapat diterimanya keberadaan
“rock star” dalam komunitas punk, karena anggota band-band punk
tidak jauh berbeda dari para penggemarnya, baik dari penampilan dan
maupun dari keahlian bermain musik. Komunitas punk sangat
mendorong setiap orang dalam komunitasnya untuk membentuk
band sendiri sebagai upaya untuk mendobrak batasan antara superstar
dan penggemarnya dengan menyatakan “siapapun bisa menjadi
superstar atau tidak ada sama sekali yang bisa”. Setiap orang hanya memerlukan keinginan dan alat untuk bermain musik. Pergelaran
musik punk sangat berbeda dari konser pada umumnya, di mana
pemisahan antara penonton dan musisi yang sedang tampil
dihilangkan. Selain itu, band-band punk dengan prinsip do it yourself-nya
juga sering saling membantu di antara mereka dalam melakukan tour,
membuat rekaman, merilis album dan lain-lain. Selain saling membantu di antara mereka, mereka juga saling meminjamkan alat dan melakukan pembagian uang yang diperoleh secara adil. Hal ini
sangat berbeda dari budaya rock and roll, sehingga mereka sangat
membenci rock star.55
Pemanfaatan prinsip ini untuk akuntansi, terutama untuk penelitian akuntansi, yaitu prinsip dedikasi untuk pemberdayaan yang berdampak pada praktik, sehingga praktisi atau sasaran dari hasil penelitian dapat memperoleh manfaat langsung dari suatu kegiatan penelitian akuntansi. Bentuk penelitian yang sesuai dengan prinsip
tersebut adalah penelitian tindakan (action research) dengan mengacu
pada kata-kata bijak yaitu “actions speak louder than words” yang
secara kongkret dapat diterapkan untuk penelitian akuntansi, yaitu
penelitian yang melakukan tindakan nyata (action research) lebih
memiliki dampak pemberdayaan dan membawa perubahan yang berarti dari pada penelitian yang hanya menghasilkan teori berupa
susunan kata-kata dan/atau rumus-rumus matematika.56
Prinsip dalam uraian di atas sejalan dengan ajaran Islam
berdasarkan hikmah dari ayat 2-3 surah al-S{aff [61], yaitu: Hai
54 Kevin C. Dunn, “Never Mind the Bollocks: the Punk Rock Politics of Global
Communication”, Review of International Studies, 34 (2008), 193-210.
55O’Hara, The Philosophy of Punk.
orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.57 Melaksanakan sesuatu yang dikatakan berdasarkan ayat ini tampaknya merupakan sesuatu yang agak sulit untuk dilakukan. Hal ini terlihat dari kritik yang diberikan oleh Aji Dedi Mulawarman kepada bank syariah dan lembaga keuangan Islam lainnya, yaitu jika dilihat dari laporan laba rugi yang dibuat, bisa jadi tidak salah kalau memasukkan berbagai bank syariah dan lembaga
keuangan Islam lainnya dalam kategori “turunan dari ideologi dan
sistem kapitalisme”.
Berbagai konsep perekonomian Islam yang banyak dipromosikan sebagai suatu sistem alternatif, pada kenyataanya hanya merupakan salah satu bentuk lain dari sistem perekonomian kapitalistik. Hal itu terlihat dalam praktik akuntansi syariah di mana tidak sedikit pakar akuntansi syariah pragmatis yang pada dasarnya hanya menjustifikasi teori-teori akuntansi konvensional (kapitalistik) dengan berbagai
ayat-ayat al-Qur’ân dan kemudian merangkainya sebagai teori akuntansi
syariah tanpa sedikitpun menyentuh landasan filosofisnya. Oleh karena itu, laporan keuangan syariah seharusnya bukan hanya
melakukan “foto kopi akuntansi konvensional” dan melakukan “tip
-ex sana-sini” dan kemudian “menempel tulisan yang bernuansa
syariah”, tetapi laporan keuangan syariah seharusnya memang
diturunkan dari nilai-nilai Islam.58 Pada kesempatan lain, Mulawarman
menyatakan berakuntansi atau berekonomi pada lembaga keuangan Islam saat ini hanya ditempeli simbol syariah atau Islam, padahal nilai yang ada masih bersumber dari nilai-nilai Barat; diperlukan upaya yang bukan hanya melakukan pekerjaan tambal sulam ekonomi Barat
menggunakan nilai-nilai Islam.59
Kritik yang sama juga diberikan oleh Rania Kamla kepada
AAOIFI (Accounting and Auditing Organisation for Islamic Financial
Institutions) sebagai badan penyusun standar akuntansi lembaga
57 Triyuwono, Akuntansi Syariah, 49. Pembahasan dalam Tafsir Ibn Kathîr terkait
ayat QS. al-Shaff [61]: 2-3 ini adalah berupa “Ini merupakan pengingkaran Allah terhadap orang yang menetapkan suatu janji atau mengatakan suatu ucapan tetapi ia tidak memenuhinya. Oleh karena itu, ayat ini dijadikan sebagai landasan bagi ulama Salaf yang berpendapat mengharuskan pemenuhan janji itu secara mutlak, baik janji tersebut adalah sesuatu yang harus dilaksanakan ataupun tidak”. Lihat Ibn Ish}âq,
Tafsîr Ibn Kathîr, Vol. 8, , 159.
keuangan Islam, yaitu meski AAOIFI mengklaim menyusun standar akuntansi berdasarkan syariah, akan tetapi standar yang disusun ternyata tidak berbeda jauh dari standar akuntansi yang telah ada yaitu standar akuntansi kapitalis. Hal ini terlihat dari tujuan laporan keuangan yang ditujukan untuk pengambilan keputusan para investor dalam upaya mereka untuk memaksimalkan laba, di mana hal tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan tujuan laporan keuangan kapitalis, sehingga dapat dikatakan bahwa AAOIFI gagal dalam memberikan standar akuntansi alternatif yang bersumber dari nilai-nilai Islam, sebaliknya AAOIFI malah mendukung dan
memperkuat keberadaan ideologi pasar dan kapitalisme.60
Kritik kepada AAOFI juga diberikan oleh Mulawarman, yaitu regulasi mengenai bentuk laporan keuangan yang dikeluarkan AAOIFI hanya bentuk laporan keuangan yang tidak berbeda dari akuntansi konvensional. Ketentuan AAOIFI lebih diutamakan untuk kepentingan ekonomi, sedangkan ketentuan syariah, sosial dan lingkungan merupakan ketentuan tambahan. Dampak dari ketentuan AAOFI tersebut adalah membuka peluang perbankan syariah mementingkan aspek ekonomi daripada aspek syariah, sosial maupun lingkungan. Dugaan ini terbukti dari beberapa penelitian empiris yang
diyakininya.61 Kritik-kritik di atas menunjukkan tidak mudahnya
melaksanakan sesuatu yang telah dikatakan, akan tetapi dengan mengingat terjemahan ayat sebelumnya menyadarkan orang beriman bahwa kebencian Allah sangat besar jika tidak melaksanakan sesuatu yang telah dikatakan.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diperoleh prinsip counter
accounting yang telah diislamisasi dengan cara sintesis antara hikmah
berupa pembelajaran dari argumentasi pembentuk prinsip counter
accounting yang dapat dimanfaatkan untuk penelitian akuntansi berupa
action research dengan hikmah berupa pembelajaran dari ayat 2-3 surah al-S}aff dan kritik terhadap lembaga keuangan Islam, yaitu berupa prinsip dedikasi untuk pemberdayaan melalui pengurangan bahkan
penghilangan keterasingan atau keterpinggiran (a dedication to
empower-ment via disalienation) berdasarkan pemanfaatan prinsip do it yourselfpunk
dengan keyakinan bahwa kebencian Allah sangat besar jika tidak melaksanakan sesuatu yang telah dikatakan.
60 Rania Kamla, “Critical Insights into Contemporary Islamic Accounting”, Critical
Perspectives on Accounting, Vol. 20 (2009), 921-932.
Islamisasi Prinsip Tidak Menggulingkan tetapi Selalu Menjadi Alternatif Berdasarkan Pemanfaatan
Prinsip counter accounting yang terakhir adalah prinsip “tidak
menggulingkan” atau menggantikan prinsip mainstream yang berlaku
umum tetapi tetap selalu menjadi alternatif berdasarkan pemanfaatan
prinsip do it yourself punk dan anti-kemapanan (anti-status quo disposition
or anti-establishment disposition).62 Prinsip ini dibentuk berdasarkan
argumentasi dari prinsip do it yourself punk yang membuat mereka
memiliki kebebasan dan anti-kemapanan melalui penolakan mereka terhadap kontrak besar dari perusahaan rekaman musik raksasa, karena mereka menolak untuk berkompromi. Mereka menolak bisnis yang memanfaatkan pemberontakan/pembangkangan mereka untuk
konsumsi massa (menjadi musik mainstream). Band-band punk
menyadari dapat melakukan rekaman sendiri dengan baik. Dengan cara ini maka mereka dapat menetapkan harga sendiri harga jual album, menulis sendiri lirik yang mereka inginkan, memainkan musik yang mereka suka tanpa ada ancaman untuk melakukan kompromi.
Band-band punk menjual album mereka di bawah harga rata-rata
dan keuntungan dari penjualan album tersebut malah mereka gunakan untuk membantu band lain dalam melakukan rekaman album. Mereka melakukan seluruhnya secara mandiri, karena yang mereka perlukan hanya uang secukupnya untuk kebutuhan hidup, bukan untuk
memperoleh top 40 hits atau pertunjukkan yang dilihat oleh banyak
orang.63 Band-band yang bergabung dengan perusahaan rekaman
musik raksasa berusaha untuk sukses dengan menjadi terkenal dan
hidup mewah, sedangkan band undergroud (dalam hal ini band-band
punk) berusaha untuk selalu realistis dan memiliki kebanggaan
terhadap hal tersebut. Band punk tidak memerlukan anggaran jutaan
dolar untuk mempromosikan bandnya atau pertunjukan megah dengan berkali-kali berganti kostum, yang mereka perlukan hanya keyakinan terhadap diri sendiri. Mereka tidak membutuhkan perusahaan raksasa untuk mendanai aktivitas mereka atau menilai musik yang mereka mainkan. Meski mereka tetap independen dan
undeground, mereka tetap dapat menjual album mereka sama seperti band yang bekerja sama dengan perusahaan rekaman musik raksasa.
Mereka membuktikan dengan tetap menjadi independen dan tanpa
kompromi, mereka tetap dapat menikmati apresiasi dan kesuksesan.64
Prinsip anti kemapanan dan menolak untuk berkompromi dengan perusahaan rekaman musik raksasa dalam uraian di atas sejalan dengan keyakinan dalam Islam mengenai kekayaan berdasarkan
hikmah dari ayat-ayat al-Qur’ân, seperti ayat 48 surah al-Najm [53],65
ayat 27 surah al-Shûrâ [42], dan ayat 3 surah al-T{alâq [65].66
Berdasarkan ayat-ayat tersebut dapat diketahui bahwa Allah memberikan kekayaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia karena Allah menurunkan rejeki dengan ukuran dan ketentuan tertentu. Keyakinan Islam tersebut sejalan dengan prinsip
anti-kemapanan punk sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.
Pembatasan dalam pengelola kekayaan (sumber daya) agar tidak boros, tidak berlebihan sehingga melewati batas dan tidak pula kikir
tetapi pertengahan di antara keduanya67 sejalan pula dengan ajaran
Islam berdasarkan hikmah dari ayat-ayat al-Qur’ân, seperti ayat 81 dan
127 surah T{âhâ [20],68 ayat 31 surah al-A‘râf [7], ayat 190 surah
64 Azerrad, Our Band Could be Your Life.
65 Isgiyarta, Teori Akuntansi, 10. Tafsir ayat 48 surah al-Najm ini adalah bahwa
Tuhan menyerahkan kepemilikan harta kepada hamba-hamba-Nya dan menjadikan harta itu sebagai hak milik yang sangat berharga bagi mereka. Lihat Ibn Ish}âq, Tafsîr Ibn Kathîr, Vol. 7, 593.
66 Isgiyarta, Teori Akuntansi, 12. Tafsir ayat 27 surah al-Shûrâ ini adalah bahwa
seandainya Allah memberikan kepada mereka rejeki di atas kebutuhan mereka, niscaya hal itu akan membawa mereka berlaku sewenang-wenang dan saling menzalimi satu dengan yang lainnya karena angkuh dan sombong. Akan tetapi Dia memberikan rejeki kepada mereka sesuatu yang dipilih-Nya untuk kemaslahatan mereka. Dia mengetahui tentang hal tersebut. Dia menjadikan kaya orang yang berhak menerima kekayaan dan menjadikan fakir kepada orang yang berhak menerima kefakiran. Lihat Ibn Ish}âq, Tafsîr Ibn Kathîr, Vol. 7, 253. Sedangkan pembahasan terkait ayat 3 surah al-T{alâq ini adalah bahwa barangsiapa bertakwa kepada Allah dalam seluruh perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya, maka Dia akan membuatkan baginya jalan keluar dan memberinya rejeki dari arah yang tidak diduga, yakni, dari arah yang tidak pernah terbersit dalam hatinya. Dia-lah yang menerapkan seluruh ketetapan dan hukum-Nya yang diberlakukan terhadap semua makhluk-Nya sesuai dengan kehendak dan keinginannya. Ibid., Vol. 8, 212-214.
67 Isgiyarta, Teori Akuntansi, 14-16, 50-51.
68 Tafsir ayat 81 surah T{âhâ adalah perintah untuk makan dari rejeki yang telah
Baqarah [2],69 ayat 67 surah al-Furqân [25],70 dan ayat 26-27 surah al-Isrâ’ [17].
Berdasarkan uraian di atas diperoleh prinsip counter accounting yang
telah diislamisasi dengan cara sintesis antara hikmah berupa
pembelajaran dari argumentasi pembentuk prinsip counter accounting
dengan hikmah berupa pembelajaran dari nilai-nilai Islam dalam pengelolaan kekayaan, yaitu berupa prinsip tidak menggulingkan atau
menggantikan prinsip mainstream yang berlaku umum tetapi tetap
selalu menjadi alternatif berdasarkan pemanfaatan prinsip do it yourself
punk dan anti-kemapanan dengan keyakinan bahwa Allah memberikan
kekayaan dan kecukupan dengan ukuran serta ketentuan tertentu sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya sehingga tidak perlu berlebihan dan melampaui batas.
Penutup
Hasil penelitian sebagaimana telah dibahas di atas berupa prinsip
counter accounting yang telah diislamisasi menunjukkan bahwa tidak
semua ilmu pengetahuan dari masyarakat Barat—yang memiliki
keyakinan berbeda dari Islam—bertentangan dengan nilai-nilai Islam,
karena masih terdapat pengetahuan yang dapat sejalan, meskipun tentu saja terdapat banyak pengetahuan yang bertentangan sehingga
harus disintesiskan dengan nilai-nilai Islam. Selain itu hasil penelitian
ini juga menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan agama Islam dapat terus dikembangkan sehingga klaim yang menyatakan di dalamnya tidak terjadi pengembangan dan tidak dapat disebut sebagai ilmu di
masa lalu tidak perlu terjadi kembali. Pada akhirnya,hasil penelitian ini
juga menunjukkan tanda-tanda kekuasaan Allah yang akan menambah keyakinan atau keimanan terhadap keberadaan Allah dan kebenaran
yang terdapat dalam wahyu-Nya, yaitu al-Qur’ân yang diyakini
69 Tafsir ayat 190 surah al-Baqarah ini adalah perintah berperang di jalan Allah tetapi
tidak berlebih-lebihan dalam melakukannya. Termasuk dalam hal ini adalah melakukan berbagai macam larangan, sebagaimana dikatakan Hasan al-Bishri, seperti menyiksa, menipu, membunuh para wanita, anak-anak dan orang-orang lanjut usia yang sudah lemah pikirannya dan tidak mampu berperang, para pendeta, penghuni rumah ibadah, membakar pepohonan, membunuh hewan tanpa ada maslahat”. Ibid., Vol. 1, 365.
70 Pembahasan terkait ayat 67 surah al-Furqân ini adalah supaya manusia tidak
mencakup semua fenomena kehidupan, sehingga memperkuat keyakinan terhadap Islam sebagai agama yang lengkap dan sempurna.
Dengan telah dirumuskannya prinsip counter accounting yang telah
diislamisasi dalam artikel ini, maka selanjutnya diperlukan upaya untuk mengaktualisir atau implementasinya. Hal ini karena sebagaimana
telah disintesiskan ke dalam salah satu prinsip counter accounting dalam
penelitian ini, yaitu keyakinan bahwa kebencian Allah sangat besar jika tidak melaksanakan sesuatu yang telah dikatakan, sehingga diharapkan hal ini tidak terjadi.
Daftar Rujukan
‘Abd Allâh b. Muh}ammad b. ‘Abd al-Rah}mân b. Ish}âq, Tafsîr Ibn
Kathîr, Vol. 3, terj. M. Abdul Ghoffar E.M. Bogor: Pustaka Imam
Asy-Syafi’i, 2003.
Adnan, M. Akhyar. “An Investigation of Accounting Concepts and
Practices in Islamic Banks: The Case of Bank Islam Malaysia
Berhad and Bank Muamalat Indonesia”. Doctor of Philosophy
Thesis--Department of Accounting and Finance, University of Wollongong, 1996.
---. Akuntansi Syariah: Arah, Prospek, dan Tantangannya. Yogyakarta:
UII Press, 2005.
Azerrad, Michael. Our Band Could be Your Life: Scenes from the American
Underground 1981-1991. Boston: Little Brown, 2001.
Dunn, Kevin C. “Never Mind the Bollocks: the Punk Rock Politics of
Global Communication”, Review of International Studies, 34, 2008.
Harahap, Sofyan S. Akuntansi Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
---. Kerangka Teori dan Tujuan Akuntansi Syariah. Jakarta: Pustaka
Quantum, 2008.
Harahap, Syahrin. Metodologi Studi dan Penelitian Ilmu-ilmu Ushuludin.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000.
Isgiyarta, Jaka. Teori Akuntansi dan Laporan Keuangan Islami. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2009.
Ish}âq, ‘Abd Allâh b. Muh}ammad b. ‘Abd al-Rah}mân b. Tafsîr Ibn
Kathîr, Vol. 1, terj. M. Abdul Ghoffar E.M. Bogor: Pustaka Imam
Asy-Syafi’i, 2004.
Kamla, Rania. “Critical Insights into Contemporary Islamic
Accounting”, Critical Perspectives on Accounting, Vol. 20, 2009.
Kuntowijoyo. Islam sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi, dan Etika.
Muhamad. Prinsip-prinsip Akuntansi dalam Alquran. Yogyakarta: UII Press, 2000.
Muhammad. Pengantar Akuntansi Syariah. Jakarta: Salemba Empat,
2005.
Mulawarman, Aji D. Akuntansi Syariah: Teori, Konsep, dan Laporan
Keuangan. Jakarta: E Publishing Company, 2009.
Mulawarman, Aji D. Menyibak Akuntansi Syariah: Rekonstruksi Teknologi
Akuntansi Syariah dari Wacana ke Aksi. Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2006.
O’Connor, Alan. Punk Record Labels and the Struggle for Autonomy: The
Emergence of DIY. Lanham: Lexington Books, 2008.
O’Hara, Craig. The Philosophy of Punk: More Than Noise!. San Francisco:
AK Press, 1999.
Suryana. Ekonomi Kreatif: Ekonomi Baru Mengubah Ide dan Menciptakan
Peluang. Jakarta: Salemba Empat, 2013.
Syahatah, Husein. Pokok-pokok Pikiran Akuntansi Islam, terj. Khusnul
Fatarib. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2001.
Triyuwono, Iwan. “Shari’ate Organisation and Accounting: The
Reflections of Self’s Faith and Knowledge” (Doctor of
Philosophy Thesis--Departement of Accounting and Finance, University of Wollongong, 1995.
---. Akuntansi Syariah: Perspektif, Metodologi, dan Teori. Jakarta: Rajawali
Pers, 2012.
Utama, Dayno. “Upaya Perumusan Prinsip Counter Accounting
dengan Memanfaatkan Filosofi Punk Sebagai Counter Culture”, Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Vol. 6, No. 3, 2015.
Warsono, Sony. Al-Qur’an dan Akuntansi: Menggugah Pikiran Mengetuk
Relung Kalbu. Yogyakarta: AB Publisher, 2012.
Zeichhardt, Rainer. “Management and Punk: Business Outside the