• Tidak ada hasil yang ditemukan

ETHNOMATHEMATICS PADA GAWAI MAMANDUNG DALAM MASYARAKAT DAYAK TAMAN DI KABUPATEN KAPUAS HULU ARTIKEL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ETHNOMATHEMATICS PADA GAWAI MAMANDUNG DALAM MASYARAKAT DAYAK TAMAN DI KABUPATEN KAPUAS HULU ARTIKEL PENELITIAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ETHNOMATHEMATICS PADA GAWAI MAMANDUNG

DALAM MASYARAKAT DAYAK TAMAN

DI KABUPATEN KAPUAS HULU

ARTIKEL PENELITIAN

Oleh:

GARDIS DEBA DENARA

NIM F04112018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

(2)
(3)

ETHNOMATHEMATICS PADA GAWAI MAMANDUNG

DALAM MASYARAKAT DAYAK TAMAN

DI KABUPATEN KAPUAS HULU

Gardis Deba Denara, Agung Hartoyo, Bistari Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Pontianak

Email : gardis.deba@gmail.com

Abstract

Mathematics in the school and mathematics were found by student in daily life is very

different. That’s why, mathematics is often seen as difficult subject by student. Mathematics should build a bridges between mathematics in the real world with mathematics in the school. The purpose of this research were to identify elements of Gawai Mamandung tradition associated with mathematics in Dayak Taman tribe, Kabupaten Kapuas Hulu and to design a mathematics worksheet sourced the tradition for Junior High School. The research method is descriptive, the research form is Qualitative research, the research subject are Traditional Leaders and The Society of Dayak Taman Tribe who knows about Gawai Mamandung and the research object is Gawai Mamandung tradition. The element of Gawai Mamandung that has relation with mathematics are Sialaan Kuda, Kombong Salangko, Kombong Sakampungan, Pandanang Baras, Padeng Pandung, Marere’ Tana,

Bumbulan, Pasiap, Munoo’ Katioan and Mamasi. The student worksheet in this research is

sourced from Gawai Mamandung’s elements, Munoo’ Katioan. This worksheet will be used one times in Aljabar for Junior High School Student.

Keywords: Ethnomathematics, Gawai Mamandung, Dayak Taman

PENDAHULUAN

Matematika merupakan sebuah ilmu pasti yang berkenaan dengan penalaran dan juga merupakan salah satu ilmu yang mendasari kehidupan manusia dan akan terus dibutuhkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Fakta ini didukung oleh Ernest (1996: 809) yang menyatakan bahwa “The absolutist view is that

mathematics is specialist knowledge produced by mathematicians which is applied to real world problems by applied mathematicians and

scientists” yang memiliki makna yaitu “Para Pakar yang menganut paham absolut berpendapat bahwa matematika adalah pengetahuan yang khusus dibuat oleh matematikawan yang diterapkan untuk masalah dunia nyata oleh matematikawan dan ilmuwan”. Matematika yang dipelajari anak di sekolah dan matematika yang ditemukan anak

dalam kehidupan sehari-hari sangat berbeda (Hiebert & carpenter, 1992). Ini diduga menjadi masalah mengapa matematika sering dipandang sebagai mata pelajaran yang sulit oleh siswa. Oleh sebab itu, pembelajaran matematika sangat perlu memberikan muatan/menjembatani antara matematika dalam dunia nyata dengan matematika sekolah (Tandiling, 2008: 194).

(4)

Sub suku Dayak Taman adalah satu di antara sub suku Dayak yang bermukim di hulu Sungai Kapuas. Sub suku Dayak Taman memiliki keragaman budaya yang sampai saat ini masih dipertahankan hingga sekarang, satu diantaranya yaitu Gawai Mamandung.

Salah satu unsur dalam Gawai Mamandung yang dapat dikaitkan dalam pembelajaran matematika adalah upacara

Mamasi yaitu upacara pemberian mahkota sebagai bentuk penghargaan tertinggi kepada para tokoh suku Dayak Taman. Setelah upacara mamasi dilakukan, para peserta pelaksana upacara mamasi tersebut akan diberikan suwandung (bingkisan) berupa pakaian tradisional dan sejumlah makanan yang diletakkan di dalam capan dan kemudian dibungkus dengan kain khusus. Dengan mengetahui berapa jumlah orang-orang yang dimamasi tersebut maka kita dapat menghitung berapa banyak kain serta makanan yang akan dipersiapkan dengan menggunakan konsep matematika yaitu perbandingan senilai.

Untuk mengintegrasikan Gawai Mamandung tersebut ke dalam matematika dapat dilakukan melalui penelitian

Ethnomatematics, yaitu suatu kajian yang meneliti cara sekelompok masyarakat pada suku/etnis tertentu dalam memahami, mengekspresikan dan menggunakan konsep-konsep serta praktik-praktik kebudayaannya yang mengandung unsur matematika. Sebagaimana dikemukakan oleh Barton (1996) bahwa “Ethnomathematics is a field of study which examines the way people from other cultures understand, articulate and use concepts and practices which are from their culture and which the researcher describes as mathematical”. Ethnomathematics juga didefinisikan sebagai matematika yang diterapkan oleh kelompok budaya tertentu, kelompok buruh/petani, anak-anak dari masyarakat kelas tertentu, kelas-kelas profesional, dan lain sebagainya (Gerdes,1994).

Gagasan Ethnomathematics dapat memperkaya pengetahuan matematika yang telah ada. Oleh sebab itu, jika perkembangan

Ethnomathematics telah banyak dikaji maka bukan tidak mungkin matematika diajarkan secara bersahaja dengan mengambil budaya setempat.

Menurut Bishop (1994), matematika merupakan suatu bentuk budaya. Matematika sebagai bentuk budaya, sesungguhnya telah terintegrasi pada seluruh aspek kehidupan masyarakat dimanapun berada. Pada hakekatnya matematika merupakan teknologi simbolis yang tumbuh pada keterampilan atau aktivitas lingkungan yang bersifat budaya. Dengan demikian matematika seseorang dipengaruhi oleh latar budayanya, karena yang mereka lakukan berdasarkan apa yang mereka lihat dan rasakan. Budaya akan mempengaruhi perilaku individu dan mempunyai peran yang besar pada perkembangan pemahaman individual, termasuk pembelajaran matematika (Bishop, 1991).

Pendidikan matematika sesungguhnya telah menyatu dengan kehidupan masyarakat itu sendiri. Kenyataan tersebut bertentangan dengan aliran "konvensional" yang memandang matematika sebagai ilmu pengetahuan yang "bebas budaya" dan bebas nilai. Para pakar Ethnomathematics

(5)

tersebut guru memperkuat skema yang telah ada atau membentuk skema baru berdasarkan skema yang telah ada. Sebagai contoh ketika guru akan menjelaskan pembelajaran tentang pencerminan dan simetri, guru bisa membawa atau memperlihatkan benda-benda budaya seperti artifak, lukisan tato atau lukisan lain yang bermotif budaya lokal serta mempunyai nilai pencerminan. Setelah siswa dikenalkan dengan bentuk-bentuk tadi, barulah kemudian mengenalkan konsep pencerminan dan simetri yang formal.

Penelitian Ethnomathematics sebelumnya pernah dilakukan oleh Hartoyo (2012) pada budaya masyarakat dayak yang berdomisili di Perbatasan Indonesia-Malaysia Kabupaten Sanggau Kalbar, Hasil dari penelitiannya mengungkapkan bahwa dalam menjalani kehidupan sehari-hari maupun dalam pelaksanaan adat istiadat dan upacara, masyarakat subsuku Dayak yang tinggal di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia memiliki tata cara sendiri, yang unik dan khas lokal mereka. Perlengkapan-perlengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan upacara adat dan ritual meliputi berbagai jenis, dan masing-masing ditetapkan dalam jumlah tertentu. Itu menunjukkan bahwa di dalam aktivitas adat secara tidak sadar mereka menerapkan pengetahuan matematika ala masyarakat setempat dengan memberikan batasan sesuai kesepakatan mereka.

Hammond (2000: 22) mengungkapkan bahwa “Every culture appears to have counting, sorting, and other mathematical basics, which seem to imply something fundamental and powerful about the basics of

mathematics” yang memiliki makna yaitu setiap budaya tampaknya memiliki penghitungan, penyusunan, dan dasar-dasar matematika lainnya, yang menyiratkan sesuatu mendasar dan kuat tentang dasar-dasar matematika. Oleh karena itu, peneliti menduga bahwa pada salah satu tradisi upacara adat Dayak Taman yaitu Gawai Mamandung memiliki unsur-unsur matematika dan juga

konsep matematika yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran matematika sekolah sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Ethnomathematics pada Gawai Mamandung dalam Masyarakat Dayak Taman di Kabupaten Kapuas Hulu” (Upaya Pembuatan Bahan Ajar Matematika Berbasis Budaya).

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Nawawi (2012 : 67) metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan / melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan unsur-unsur Gawai Mamandung serta kaitan unsur-unsur tersebut dengan konsep matematika.

Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti (Arikunto, 2013:188). Subjek dalam penelitian ini adalah pemuka adat serta tokoh masyarakat Dayak Taman yang mengetahui tentang tradisi Gawai Mamandung yang masih dilakukan oleh masyarakat sub suku Dayak Taman di Kabupaten Kapuas Hulu. Menurut Arikunto (2009:20) objek penelitian adalah segala sesuatu yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah tradisi Gawai Mamandung yang dilakukan oleh subsuku Dayak Taman di Kabupaten Kapuas Hulu, khususnya unsur Gawai Mamandung yang mengandung konsep matematika.

(6)

Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan antara lain: (1) Menyiapkan instrumen penelitian berupa pedoman wawancara; (2) Memvalidasi instrumen penelitian; (3) Melakukan revisi instrumen penelitian berdasarkan hasil validasi; (4) Mengurus perizinan untuk melakukan penelitian.

Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain: (1) Melakukan observasi terhadap objek penelitian atau observasi terhadap dokumentasi Gawai Mamandung; (2) Melakukan wawancara kepada subjek penelitian yaitu Pemuka adat dan Tokoh masyarakat; (3) Menganalisis data unsur-unsur Gawai Mamandung serta memilahnya sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian; (4) Merancang desain LKPD berbantuan unsur Gawai Mamandung yang dapat dijadikan sumber belajar dalam pembelajaran matematika; (5) Menyimpulkan hasil dari penelitian; (6) Menyusun laporan penelitian.

Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan pemilahan data yang sejenis lalu selanjutnya dilakukan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Pemilihan data sejenis dilakukan menggunakan data dari hasil wawancara. Data-data tersebut dipilah menjadi 3 bagian, yaitu Tahap Persiapan, Tahap Pelaksanaan dan Acara Penutup. Hal ini dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam mereduksi data.

Reduksi data dilakukan dengan mendeskripsikan unsur Gawai Mamandung

yang diperoleh dari hasil pemilahan data. Kemudian dilakukan analisis data dengan cara memilah keterkaitan unsur Gawai Mamandung tersebut dengan konsep matematika.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Dalam mengeksplorasi Ethnomathematics

pada Gawai Mamandung diperlukan informasi mengenai definisi, alasan pelaksanaan serta tujuan dari ritual tersebut. Gawai Mamandung dalam penelitian ini adalah ritual upacara adat penombakan hewan berupa sapi, kerbau, kambing ataupun babi yang mana ritual tersebut dipersembahkan kepada orang atau keluarga yang dipilih dengan tujuan untuk menghormati para leluhur atau nenek moyang yang telah meninggal sebagai tanda terima kasih dan rasa syukur.

Ada tiga tahapan proses Gawai Mamandung, yang pertama adalah Tahap Persiapan, yang kedua adalah Tahap Pelaksanaan dan yang ketiga Acara Penutup yang peneliti cantumkan ke dalam tahap pelaksanaan.

Tahap Persiapan Gawai Mamandung Tahap persiapan Gawai Mamandung yang dimaksud adalah (1) Siala’an Kuda; (2)

Kombong Salangko; (3) Kombong Sakampungan; (4) Mantat Jarat Tangan atau Mamole’ Jarat Tangan; (4) Mantuk Ase;

(5)Mala Pandung; (6) Mantaat Buun; (7)

Pandanang Baras; (8) Padeng Pandung, yang terdiri dari Maban tana’, Marere’ Tana’,

Menyombaang, Pandeng pandung, Padeng

(7)

Tabel 1. Tahapan Persiapan Gawai Mamandung

No. Unsur-unsur Tahap Persiapan Gawai Mamandung 1 Siala’an Kuda (mufakat keluarga)

2 Kombong Salangko (musyawarah Serumah Betang) 3 Kombong Sakampungan (musyawarah Sekampung)

4 Mantaat Jarat Tangan atau Mamole’ Jarat Tangan (menentukan kepada siapa ritual akan ditujukan atau dipersembahkan)

5 Mantuk Ase (menumbuk padi)

6 Mala Pandung (mengambil kayu pandung) 7 Mantaat Buun (mengantar undangan) 8 Pandanang Baras (mengantar beras)

9

Padeng Pandung (mendirikan kandang hewan)

 Maban Tana’ (memukul-mukul tanah untuk lokasi didirikannya Pandung)  Marere Tana’ (membuat garis segi empat)

 Menyombaang (ritual meminta ijin untuk mendirikan pandung)  Padeng Pandung (membangun kandang hewan kurban)

 Padeng Tooras (mendirikan patung kayu di depan pandung)

 Mapis Katiyo’an (memasukkan hewan ke dalam kandang)

10 Bumbulan (berdo’a dengan nyanyian)

11 Mimber Kulambu (membersihkan kuburan para leluhur)

Siala’an Kuda, Kombong Salangko dan Kombong Sakampungan merupakan musyawarah atau mufakat yang dilakukan untuk merencanakan Gawai. Siala’an Kuda

adalah mufakat keluarga, Kombong Salangko

adalah musyawarah satu betang dan Kombong Sakampungan adalah musyawarah sekampung.

Mantat Jarat Tangan atauMamole’ Jarat

Tangan adalah menentukan kepada siapa ritual akan dipersembahkan. Mantuk Ase adalah Kegiatan menumbuk padi yang sudah tidak dilakukan lagi karena setiap desa sudah ada mesin penggiling padi. Persiapan selanjutnya adalah mengambil kayu Pandung atau Mala Pandung, artinya mengambil kayu untuk membuat kandang hewan kurban. Pengambilan kayu Pandung dilakukan secara bergotong royong. MantaatBuun adalah acara mengantar undangan kepada setiap desa suku Dayak Taman. Pandanang Baras adalah acara mengantar atau membagikan beras dari pihak

yang akan menyelenggarakan Gawai Mamandung kepada setiap warga Dayak Taman di desa yang terdekat. Padeng Pandung

artinya mendirikan kandang hewan yang akan dibunuh dengan cara ditombak sebagai kurban dalam upacara Gawai Mamandung. Bumbulan merupakan kegiatan berdoa selama 3 hari 3 malam. Menurut masyarakat suku Dayak Taman, bumbulan dilakukan dengan tujuan agar Sang Pencipta, arwah nenek moyang dan seluruh makhluk halus yang ada berkenan merestui dan memberkati pelaksanaan ritual.

Mimber kulambu yaitu membersihkan kuburan para leluhur terutama yang berada dalam desa tempat diselenggarakannya gawai.

(8)

Tabel 2. Tahapan Pelaksanaan dan Acara Penutup Gawai Mamandung

No. Unsur-Unsur Pelaksanaan & Penutup Gawai Mamandung

1 Tampir (menghadiri) 2 Manyialo (penyambutan) 3 MalilitiPandung (mengitari Pandung) 4 Manyapa’Umpang (memotong kayu palang) 5 Tambar (ucapan selamat datang) 6 Baris (menghidangkan minuman) 7 Pasiap (menghidangkan makanan)

8 Daria’ So’soak (tarian gembira)

9 Munoo’ Katio’an (penombakan hewan)

10 Manyapa’ Pandung (memotong kayu Pandung) 11 Upacara Mamasi (pemberian mahkota)

12 Ium Babari (acara minum penanda berakhirnya acara)

Tampir artinya menghadiri. Tamu undangan dari berbagai desa datang menghadiri Gawai dengan paruu tampe

(sampan hias) untuk menombak hewan kurban. Para tamu berpakaian adat diiringi dengan bunyi-bunyian tradisional sebelum merapat ke tepian (lanting), rombongan tersebut selanjutnya melakukan tembakan bedil.

Menyialo adalah menyambut tamu dengan menaburi beras kuning dimulai saat tamu turun ke lanting yang mana hal ini dilakukan untuk keselamatan para tamu dan tuan rumah yang melakukan gawai. Maliliti Pandung adalah mengitari kandang hewan kurban. Maliliti Pandung dilakukan dengan cara berjalan mengelilingi kandang hewan kurban (Pandung) dengan membawa Mandau untuk memantap setiap tiang penyangga

Pandung sambil menari dan berpekik.

Manyapa’ Umpang adalah memotong kayu pada pandung. Pemotongan Umpang

menandakan bahwa rombongan tamu telah diterima secara resmi. Tambar adalah ucapan selamat datang atau penyambutan tamu. Baris

adalah acara menghidangkan atau memberi minuman kepada para tamu yang dipandu oleh beberapa orang dewasa. Pasiap adalah acara menghidangkan atau memberikan penganan atau kue khas Dayak Taman kepada para tamu

dengan cara disuapi. Daria’ So’soak yaitu menari bergembira dengan seluruh undangan diiringi tabuhan musik khas.

Munoo’ Katioan yaitu Acara menombak hewan kurban. Manyapa’ pandung yaitu

memotong kayu pandung sambil melafalkan doa-doa. Petugas manyapa’ pandung (memotong kayu pandung) ini berjumlah 8 orang. Mamasi artinya memberi mahkota berwarna kuning keemasan kepada orang yang dihormati. Mamasi adalah acara penghormatan tertinggi dari seseorang kepada orang dari keluarga Tamu dalam Upacara Gawai Mamandung tersebut. Ium Babari ialah istilah untuk acara minum-minum yang menandai berakhirnya pelaksanaan upacara Gawai Mamandung.Ium babari juga dilakukan untuk melepas pantangan-pantangan yang tidak boleh dilakukan selama prosesi Gawai Mamandung.

Pembahasan Penelitian

(9)

sebuah Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dengan memanfaatkan salah satu unsur yang ada pada tradisi Gawai Mamandung. Berikut adalah pembahasan dari unsur Gawai Mamandung yang terkait konsep matematika:

Sialaan Kuda adalah mufakat keluarga. Dalam mufakat keluarga tentu saja orang-orang yang mengikuti mufakat ini hanyalah sebatas keluarga saja, yaitu keluarga dari penyelenggara Gawai Mamandung ini. Konsep matematika yang dapat dikaitkan dalam Sialaan Kuda ini adalah Konsep Himpunan, karena peserta yang boleh mengikuti Sialaan Kuda ini adalah Himpunan keluarga penyelenggara Gawai Mamandung.

Kombong Salangko adalah musyawarah satu betang, sedangkan Kombong Sakampungan adalah musyawarah satu desa. Konsep matematika yang dapat dikaitkan dalam Kombong Salangko dan Kombong Sakampungan ini adalah Konsep Himpunan, karena peserta yang boleh mengikuti Kombong Salangko ini adalah Himpunan warga betang yang menyelenggarakan Gawai Mamandung dan peserta yang boleh mengikuti Kombong Sakampungan adalah Himpunan warga desa dimana Gawai Mamandung diselenggarakan.

Penelitian yang relevan dengan konsep himpunan dalam tradisi budaya dilakukan oleh Septiadi (2017) yang berjudul “Potensi Adat Istiadat Robo-Robo pada Etnis Melayu Mempawah untuk Pembelajaran Matematika

Sekolah”. Dalam penelitiannya dipaparkan bahwa konsep dari benda pusaka pada aktivitas pembersihan pusaka mengandung muatan Matematika yaitu Himpunan

Pandanang Baras artinya mengantarkan beras, yaitu mengantarkan atau membagikan beras kepada setiap warga Dayak Taman di Desa terdekat. Banyaknya beras yang diantar pada setiap warga desa sama banyaknya. Misalnya ada 100 kg beras dan ada 100 kepala keluarga di seluruh desa yang akan diberikan beras maka 100 kg beras tersebut akan dibagi ke 100 kepala keluarga, sehingga setiap kepala keluarga akan mendapatkan 1 kg beras.

Dengan begitu, masyarakat suku Dayak Taman ini telah menggunakan Konsep matematika yaitu Operasi Hitung Pembagian.

Marere Tana’ adalah membuat garis segi empat persegi panjang dilokasi yang akan didirikan pandung. Besarnya garis segi empat tersebut dibuat menyesuaikan dari besar dan banyaknya hewan kurban yang akan di tombak. Konsep matematika yang berkaitan dalam melakukan Marere Tana’ ini adalah Pengukuran Panjang dan Bangun Datar.

Padeng Pandung yaitu membangun Pandung. Dalam pembuatan Pandung tentu perlu diketahui bagaimana Bentuk pandung di dalam prosesi Gawai Mamandung ini. Pandung tersebut adalah berbentuk kerangka balok. Kerangka balok terdapat kaitanya dengan matematika yaitu materi Bangun Ruang. Sedangkan untuk membuat pandung diperlukan kayu dimana kayu yang digunakan dalam pembuatan Pandung ini dinamakan Kayu Pandung. Kayu untuk pandung ini berbentuk bulat panjang berdiameter 10 hingga 15 cm dan kulitnya dibuang. Bentuk dari kayu pandung ini adalah tabung. Bentuk dari Kayu Pandung ini dapat kita kaitkan ke dalam materi matematika yaitu Bangun Ruang.

Penelitian yang relevan dengan Etnomatematika tentang operasi hitung, pengukuran panjang, bangun datar dan bangun ruang ini dilakukan oleh Tandiling (2013) yang melakukan penelitan terhadap suku dayak Kanayan yang berjudul “Pengembangan Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar dengan Pendekatan Etnomatematika Berbasis Budaya Lokal Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika di Sekolah”. Dalam penelitiannya

terdapat gambaran rinci kegiatan dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat Dayak Kanayan yang bernuansa matematika.

(10)

melakukan bumbulan ini hanyalah masyarakat suku Dayak Taman yang berjenis kelamin wanita sehingga himpunan peserta yang boleh melakukan ritual Bumbulan adalah Himpunan wanita suku Dayak Taman.

Pasiap adalah menyuapi makanan yang dilakukan oleh para wanita yaitu (ibu-ibu dan para gadis) suku Dayak Taman kepada para laki-laki yang hadir dalam acara Gawai Mamandung tersebut. Konsep matematika yang berkaitan dengan Pasiap ini adalah Himpunan, yaitu himpunan yang melakukan Pasiap adalah himpunan wanita dewasa (ibu-ibu dan para gadis) yang merupakan masyarakat suku Dayak Taman.

Munoo’ Katioan artinya menombak

hewan. Jumlah penombak yang harus dipersiapkan dalam Gawai Mamandung tergantung dari jumlah dan jenis hewan yang ditombak. Untuk 1 ekor Kerbau diperlukan 8 orang penombak, sedangkan 1 ekor Sapi diperlukan 4 orang penombak, 1 ekor Kambing untuk 2 orang penombak dan 1 ekor Babi memerlukan 2 orang penombak. Hal ini dapat kita kaitkan dengan konsep matematika, misalnya jika hewan yang ditombak berupa 1 ekor Kerbau dan 2 ekor Sapi maka dapat dicari jumlah penombaknya dengan mengembangkan permasalahan tersebut ke dalam Konsep Aljabar.

Penelitian yang relevan dengan konsep aljabar pada unsur Gawai Mamandung ini dilakukan oleh Matutina (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Lembar kerja peserta didik Mata Pelajaran Matematika Materi Bentuk Aljabar dengan Pendekatan Kontekstual untuk Siswa SMP

Kelas VII”. Dalam penelitiannya Matutina

mengembangkan LKPD materi bentuk aljabar dengan pendekatan kontekstual.

Upacara Mamasi yaitu upacara penghormatan. Orang yang dimamasi adalah para petinggi pria yang dianggap ksatria, bijaksana ataupun darmawan dari pihak keluarga yang dituju dalam gawai tersebut. Dalam menentukan orang-orang yang dimamasi secara tidak langsung masyarakat Dayak Taman telah menggunakan konsep Matematika, yaitu Himpunan. Dimana orang yang dimamasi adalah himpunan para petinggi pria yang dianggap ksatria bijaksana ataupun darmawan. Begitu juga dengan orang yang memamasi. Orang yang memamasi adalah beberapa wanita dari pihak keluarga tuan rumah yang melaksanakan Gawai Mamandung. Sehingga orang yang memamasi adalah himpunan beberapa wanita dari pihak keluarga tuan rumah penyelenggara Gawai Mamandung. Para peserta yang melakukan upacara mamasi diberikan suwandung

(bingkisan) berupa capan yang berisikan 1 buah nyiur (kelapa) untuk ditanam, kue-kue (jarete, dodol, sagon, doman/empen), minuman khusus dan pakaian adat. Terdapat unsur matematika dalam pemberian suwandung ini yaitu perbandingan senilai, dimana banyaknya

suwandung yang harus dipersiapkan bisa dengan mudah diketahui jika dengan konsep Operasi Perkalian.

(11)

Tabel 3. Unsur –Unsur Gawai Mamandung yang Mengandung Konsep Matematika

No. Kegiatan dan perlengkapan Konsep matematika

1 Sialaan Kuda Himpunan

2 Kombong Salangko dan Kombong Sakampungan

Himpunan

3 Pandanang Baras Operasi Hitung Pembagian.

4

Padeng pandung a. Marere’ Tana’ b. Padeng Pandung

a. Pengukuran Panjang dan Bangun Datar. b. Bangun Ruang.

5 Bumbulan Himpunan

6 Pasiap Himpunan

7 Munoo’ Katioan Bentuk Aljabar

8 Upacara Mamasi Himpunan dan

Operasi Perkalian

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa Unsur-unsur

Gawai Mamandung yang memiliki keterkaitan dengan konsep matematika adalah Sialaan Kuda, Kombong Salangko, Kombong Sakampungan, Pandanang Baras, Padeng

Pandung, Marere’ Tana’, Bumbulan, Pasiap, Munoo’ Katioan dan Upacara Mamasi.

Sialaan Kuda, Kombong Salangko dan

Kombong Sakampungan memuat konsep Himpunan, Pandanang Baras memuat konsep Operasi Hitung Pembagian, Padeng Pandung

memuat konsep Bangun Ruang, Marere’ Tana’ memuat konsep Pengukuran Panjang dan Bangun Datar, Bumbulan dan Pasiap memuat konsep Himpunan, Munoo’ Katioan memuat konsep Aljabar dan Upacara Mamasi memuat konsep Himpunan dan operasi perkalian.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas maka disarankan kepada peneliti lain, dapat meningkatkan eksplorasi secara mendalam tentang Etnomatematika yang dipraktekkan masyarakat atau etnis tertentu untuk menjembatani matematika yang dipraktikkan di masyarakat dengan matematika

yang dipelajari di sekolah. Mengingat masih banyak etnis lain yang juga bermukim di Kabupaten Kapuas Hulu sehingga mengeksplorasi Etnomatematika pada etnis lainnya perlu dilakukan.

Disarankan pula untuk peneliti lain dapat mencermati Etnomatematika sebagai materi alternatif atau sebagai jembatan ke Matematika formal sebagai perpaduan dalam pembelajaran Matematika, Guru sebagai mediator diharapkan mampu menciptakan jembatan antara Matematika formal dengan Matematika informal khususnya yang ada pada upacara adat Gawai Mamandung.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. Jakarta: CV Rineka Cipta

Barton. W.D. (1996). Ethnomathematics: Exploring Cultural Diversity in Mathematics. A Thesis for Doctor of Philosofy in Mathematics Education University of Auckland: Unpublished Bishop, J.A.(1994). Cultural Conflicts in

(12)

people. Clyton, Viktoria: Monash University.

Bishop,J.A.(1991). The Simbolic Technology Calet Mathematics its Role in Education.

Bullatin De La Societe Mathematique, De Belgique, T,XLIII.

Ernest, Paul. (1996). Popularization: Myths, Massmedia and Modernism. Dalam Bishop. Alan J et al. (eds.). International Handbook of Mathematics Education Volume 4: 785-817. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers

Gerdes, P. (1994). Reflection on ethnomathematics. For the learning of mathematics, 14(2), 19-22. British Columbia, Canada: FLM Publishing Association

Hammond, T. (2000). Ethnomathematics: Concept Definition and Research Perspectives. New York: Columbia University.

Hartoyo, Agung. (2012). Eksplorasi Etnomatematika Pada Budaya Masyarakat Dayak Perbatasan

Indonesia-Malaysia Kabupaten Sanggau Kalbar, Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 13 No. 1.

Hiebert, J. & Carpenter, T. P. (1992). Learning With Understanding. In Grouws D.A (ed).

Handbook of Research on Mathematics Teaching and Learning, A Project of NCTM. New York : Macmillan.

Mcmillan, J.H & Schumacher, S. (2001).

Research in Education : A Conceptual Introduction (5th ed.) New York : Longman

Nawawi, H. (2012) Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Tandililing, Edy. (2008). Pengembangan Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar Dengan Pendekatan Etnomatematika Berbasis Budaya Lokal Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika di Sekolah.

Gambar

Tabel 1. Tahapan Persiapan Gawai Mamandung
Tabel 2. Tahapan Pelaksanaan dan Acara Penutup Gawai Mamandung
Tabel 3. Unsur –Unsur Gawai Mamandung  yang Mengandung Konsep Matematika

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan menurut Sayyid Sabiq (2006) pembiayaaan murabahah adalah akad jual beli barang pada harga pokok dengan tambahan keuntungan yang disepakati anatara pihak bank

Untuk mempercepat proyek menjadi 21 hari, maka kegiatan C,D,E dipercepat 1 hari (pada hari yang sama) dengan biaya masing-masing Rp. Total biaya langsung naik

Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa suku bunga SBI, harga minyak dunia, indeks down jones, dan indeks Nikkei 225 berpengaruh positif signifikan terhadap IHSG,

variabel pelayanan memiliki distribusi data yang tidak normal. b) Berdasarkan variabel kepuasan : Nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,200 yang lebih besar dari 0,05,

* Hukum Publik / Hukum Negara adalah : “ Hukum yang mengatur hubungan antara Negara dengan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara Negara dengan.. Perseorangan ( Warga Negara

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat serta kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan salah satu syarat penyelesaian

Dalam analisa kebutuhan masukan (input) pada penelitian ini dibutuhkan data komoditi pangan yang akan melalui proses pelatihan dan pengujian menggunakan jaringan syaraf

Berdasarkan hasil yang telah diuraikan pada bab sebelumnya penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: Hasil diketahui bahwa Ho ditolak t hitung lebih besar dari t