commit to user
TUGAS AKHIR
DESAIN INTERIOR RUMAH RETRET KATHOLIK
DI KEMUNING DENGAN PENDEKATAN
ECO DESIGN
DALAM KONSEP KRISTIANI
Disusun Untuk Memenuh Syarat mendapatkan Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Unversitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun oleh :
FERONIKA NATALIA G.S C0807002
JURUSAN DESAIN INTERIOR
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
lebih dengan acuan petunjuk bimbingan retret dan kitab suci, dapat dilakukan
secara pribadi maupun berkelompok, serta membina kebersamaan melalui
diskusi kelompok. Retret dilaksanakan di suatu tempat dengan suasana sunyi,
sepi, dan hening serta jauh dari keramaian dan rutinitas sehari-hari. Kegiatan
retret sebagai sarana untuk penyegaran rohani bertujuan untuk
mengintrospeksi kembali hal-hal yang telah di lakukan di masa lampau guna
memperbaiki diri di masa depan. Untuk menyelenggarakan kegiatan retret
diperlukan suatu wadah berupa rumah retret, yang diharapkan dapat
memenuhi dan menampung tujuan kegiatan rohani Katholik tersebut.
Rumah retret di dalam keheningan, kesunyian dan kesendiriannya menjadi
misteri yang sangat menarik untuk diketahui dan dikembangkan,
permasalahan tersebut menggugah saya untuk merancang Rumah Retret Katholik yang didalamnya terdapat fasilitas – fasilitas untuk mengakomodasi, dengan tujuannya sebagai tempat penyegaran rohani, maka dalam
perancangan Rumah Retret Katholik juga harus mempertimbangkan aspek estetika yang bertujuan menarik minat masyarakat.
Pada perancangan kali ini dipilih lokasi yang terletak di Kemuning
(Karanganyar) dikarenakan Kabupaten Karanganyar merupakan tempat yang
sesuai dengan konsep rumah retret yang dihadirkan yaitu dengan suasana
sunyi, sepi, dan hening serta jauh dari keramaian kota. Hal ini mengispirasikan
perancang untuk memilih tema Eco Design dalam konsep Kristiani.
B. BATASAN MASALAH
Perancangan Rumah Retret Katholik ini memiliki fasilitas lobby, ruang seminar, aula, kapel, asrama, pondok pujian (shop), ruang makan, kantor pengelola, gua maria dan jalan salib. Batasan masalah pada perancangan kali
ini adalah merancang sebuah fasilitas untuk public dan comercial space, dengan keluasan interior area 1200m2 - 1500m2 (adalah ruang/bangunan yang berdiri sendiri tidak tergabung dalam mall/square). Perancangan Rumah Retret Katholik Rumah Retret Katholik ini dibatasi pada perancangan : 1. Lobby
commit to user 3. Ruang Seminar
4. Kapel
5. Gua Maria dan Jalan Salib 6. Asrama
C. RUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah dari mulai kebutuhan masyarakat sampai kehadiran
Rumah Retret Katholik untuk memberikan pelayanan yang terbaik akan ditekankan pada:
1. Bagaimana menciptakan Rumah Retret Katholik yang menarik pengunjung
dengan menghadirkan fasilitas-fasilitas yang lengkap dan nyaman ?
2. Bagaimana merancang interior Rumah Retret Katholik yang dapat dapat menghadirkan alam sekitar, sehingga kita dapat merasa lebih dekat dengan
Tuhan ?
3. Bagaimana menerapkan konsep Ecodesign pada interior Rumah Retret
Katholik kaitannya dalam penciptaan suasana ruang yang dramatis dengan pengaplikasian desain yang ramah lingkungan ?
D. TUJUAN
Berkaitan dengan latar belakang dan batsan masalah yang telah
dirumuskan di atas maka perancangan dan perencanaan Rumah Retret Katholik bertujuan untuk:
1. Memberikan suatu wadah bagi umat Katholik untuk menggali
permasalahan karakteristik fisik maupun non fisik Rumah Retret Katholik
yang representative dan dapat memenuhi kebutuhan penyegaran rohani.
2. Menciptakan interior yang dapat meningkatkan rohani dan kecintaan
pengunjung terhadap alam sekitar sebagai aksen pada perancangan Rumah
Retret Katholik ini.
3. Menciptakan suasana yang dramatis bagi para pengunjung dengan
commit to user
bangunan serta memaksimalkan potensi alam sehingga dapat memberikan
kepuasan batin bagi pengunjung dan pengelola.
E. SASARAN
1. Sasaran desain
a. Merancang interior dengan mempertimbangkan kebutuhan, aktivitas dan fasilitas pada “Rumah Retret Katholik”.
b. Merancang interior dengan mempertimbangkan faktor keamanan,
kenyamanan, serta nilai estetik sebagai ciri khas “Rumah Retret Katholik”.
2. Sasaran pengunjung
a. Masyarakat umum, khususnya umat Katholik
b. Lembaga-lembaga, intansi, sekolah dll.
F. MANFAAT
1. Bagi Penulis/ Desainer
a. Dapat mengembangkan ide dan gagasan untuk merencanakan dan
merancang suatu interior yang disesuaikan dengan kebutuhan
pengguna, pengunjung dan fungsi dari ruang – ruang yang ada di
dalam “Rumah Retret Katholik”.
b. Mendapatkan pengalaman dalam merencanakan, mengolah dan
memecahkan masalah yag ada di dalam proyek perencanaan dan
perancangan interior “Rumah Retret Katholik”. 2. Bagi Dunia Akademik
a. Mengetahui bentuk perkembangan interior sebuah “Rumah Retret Katholik”.
b. Memperkenalkan salah satu bentuk perkembangan interior baru dalam
dunia akademik.
3. Bagi Masyarakat
commit to user
b. Menjadi sebuah sarana hiburan baru yang mampu dijadikan sebagai
wadah untuk berkumpul, menjalin hubungan sesama komunitas,
berbagi informasi dan pengalaman di kalangan umat katholik.
4. Bagi Pemilik / investor
Dapat menambah pendapatan dengan memberikan fasilitas-fasilitas
yang memadai sehingga pengunjung nyaman berada di dalamnya serta
memberikan tempat bernaung bagi para umat katholik kususnya.
G. METODE DESAIN
1. Lokasi Survey
Demi mendapatkan suatu keakuratan data, perlu dilakukan
penelitian yang dilaksanakan pada Rumah Retret yang berada di Kota
Ambarawa dan Ungaran.
2. Bentuk Perancangan
Berdasarkan permasalahan yang telah diajukan dalam penelitian
yang memerlukan data-data kualitatif maka bentuk penelitian yang
digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif (uraian yang bersifat
informatif dan tidak berbentuk angka). Bentuk ini mampu menangkap
informasi kualitatif yang penuh nuansa daripada hanya sekedar angka atau frekuensi. “Deskriptif mempersyaratkan suatu usaha dengan keterbukaan pikiran yang menentukan objek yang sedang dipelajari.” (H.B Sutopo, 2002;110).
3. Sumber Data
Sumber-sumber data yang digunakan adalah:
a. Data Primer
Sejumlah keterangan yang diperoleh secara langsung dari lapangan
penelitian, melalui pihak-pihak yang terkait secara langsung.
b. Data Sekunder
Sejumlah data yang secara tidak langsung diperoleh dari lapangan
commit to user 4. Tehnik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif, maka sumber data diperoleh
melalui tehnik :
a. Wawancara
Metode ini untuk memperoleh data atau hal yang sifatnya tidak
terungkap secara fisik. Wawancara ini dilakukan dengan struktur yang lentur tetapi dengan “pertanyaan yang semakin memfokus sehingga informasi yang dikumpulkan cukup mendalam”. (H.B.Sutopo,1989;31)
b. Observasi
Observasi dalam penelitian kualitatif sering disebut sebagai observasi
berperan pasif. Observasi ini dilakukan secara formal dan informal
untuk mengamati berbagai kegiatan di lokasi penelitian yang sesuai
dengan daftar masalah. Observasi ini juga menggunakan alat Bantu
observasi seperti alat pencatat, alat perekam ( recorder ), kamera serta
alat pendukung lainnya.
c. Kontek Analisa ( Analisa Dokumen )
Tehnik ini akan dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber
commit to user
H. SKEMA POLA PIKIR PERANCANGAN
Bagan I. 1
(Skema Pola Pikir Perancangan)
Data Informasi Proyek
Desain Terpilih
Evaluasi Desain
DESAIN Alternatif Desain
Sketsa Desain Konsep Desain
Rumusan Masalah
Studi Lapangan Studi
Literatur
Proyek Perancangan
Human Faktor
Aspek Ekonomi
Interior System
Aspek Tema
Norma Desain Aspek Lingkungan
Aspek Budaya Aspek Politik
commit to user
I. SISTEMATIKA PENULISAN
Secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri atas latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan
masalah, tujuan, manfaat, dan metode desain, dan sistematika
penulisan.
BAB II KAJIAN LITERATUR
Uraian tentang kajian teori dan pendekatan desain yang dijadikan
untuk mencapai tujuan perancangan. Kajian teori meliputi
pengertian judul, tinjauan batik, tinjauan mode/ fashion, tinjauan
area penjualan, tinjauan area peragaan busana, tinjauan tropis
modern, dan tinjauan seni kontemporer. Pendekatan desain
meliputi hubungan antar ruang, organisasi ruang, pola sirkulasi,
furniture, warna, elemen pembentuk ruang,
BAB III STUDI LAPANGAN
Merupakan tinjauan umum meliputi pembahasan tentang lokasi.
serta tinjauan kusus berisi tentang data-data hasil survey lapangan
yang berhubungan dengan proyek interior yang akan dikerjakan.
BAB IV A. PROGRAMMING
Merupakan uraian tentang program kegiatan dan program ruang
yang akan melatar belakangi terciptanya karya desain interior yang
meliputi definisi proyek, asumsi lokasi, status kelembagaan,
struktur organisasi, program kegiatan, alur kegiatan, program
ruang, besaran ruang, pembentuk ruang, pengisi ruang, sistem
interior, sistem keamanan, sistem organisasi ruang, sistem
sirkulasi, pola hubungan antar ruang, zoning dan grouping.
B. KONSEP DESAIN
Merupakan uraian tentang ide atau gagasan beserta tema, suasana
ruang, pola penataan ruang, pembentuk ruang, pengisi ruang,
sistem interior, dan sistem keamanan yang akan melatar belakangi
commit to user BAB V A. KESIMPULAN
Meliputi kesimpulan evaluasi konsep perancangan dan keputusan
desain serta saran-saran penulis mengenai perancangan Interior
Solo Batik Fashion Center di Surakarta. B.SARAN
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Berisi tentang skema pola pikir, gambar-gambar terkait, dan tabel
commit to user
3) Mundur ke keheningan unyuk mengetahui
kehendak Tuhan agar selanjutnya melangkah
hidup kita sesuai dengan kehendak-Nya (Y.
Sumanti, SJ, 2002 : 11)
Katholik : Merupakan salah satu agama di dunia, Kata
Katholik berasal dari kata sifat bahasa Yunani, καθολικός (katholikos), artinya "universal". Kemuning : Salah satu daerah di Karangpandan, Karanganyar
Jawa Tengah.
Ecodesign : Bagian dalam dari bangunan yang dikreasi untuk
Menyokong lingkungan yang berkesinambungan
Dan memperhatikan kesehatan pemakainya
(Grazyna Pilatowicz, 1995: 49)
Kristiani : Kekristenan adalah system keagaamaan. Karena itu,
System itu sama seperti system keagamaan yang
lain. Mulai dari metodologis standar yang
digunakan sampai kepada perumusan pernyataan
teologis, hampir semua agama memakai kerangka
logika yang sama.
Jadi pengertian Desain Interior Rumah Retret Katholik di Kemuning dengan Pendekatan Ecodesign dalam Konsep Kristiani adalah rancangan suatu bentuk ruang dalam bangunan yang memiliki fasilitas untuk segala
aktivitas yang ada kaitannya tentang batik yang terletak di Kemuning dengan
pendekatan konsep interior yang menghadirkan suasana ecodesign keindahan alamnya namun tetap kekinian/mengikuti perkembangan.
B. Tinjauan Retret
1.
Pengertian RetretRetret berasal dari bahasa Inggris “retreat” yang berarti
mengundurkan diri atau mengasingkan diri. Mundur dari kesibukan
commit to user
perenungan dan studi tentang pengetahuan rohani di suatu tempat yang
tenang. Untuk bergaul lebih akrab dengan Tuhan, kita harus lebih dahulu
mengenal diri sendiri kemudian berusaha mengetahui penggilanNya
kepada kita.
Sama halnya dengan rekreasi, retret juga bertujuan untuk
melakukan penyegaran kembali jasmani (tubuh dan jiwa) yang letih
karena kesibukan sehari-hari. Baik retret maupun rekreasi sama-sama
memiliki kebutuhan akan pengalaman baru yang didapatkan di suatu
tempat yang tidak ditemukan di tempat kesibukannya dan tempat-tempat
tersebut dapat mengembalikan kesegaran jasmaninya. Hal yang yang
membedakan retret dengan kegiatan rekreasi adalah pemenuhan akan
kebutuhan rohani seseorang. Melalui kegiatan retret, seseorang selain
disegarkan jasmaninya, juga disegarkan rohaninya.
Pada intinya, kegiatan retret ini digunakan untuk pembinaan rohani
pribadi maupun kelompok agar diperoleh kualitas iman yang lebih baik.
Agar tidak terkesan kaku, acara retret dapat dilakukan lebih variatif antara
kegiatan rekreasi dengan pembinaan rohani. Bagian yang terpenting dalam
acara retret adalah saat-saat renungan pribadi dimana pertemuan dari hati
ke hati dengan Tuhan terjadi. Untuk itu diperlukan keheningan yaitu
keheningan batin yang dapat tercapai dengan cara melepaskan diri untuk
beberapa waktu dari persoalan pribadi, membuka diri dan membiarkan
kehadiran Tuhan masuk ke dalam hati. Selain itu dapat dilakukan dengan
cara melihat sisi kehidupan yang lain sehingga secara aplikasi, seseorang
tidak hanya terbelenggu dengan permasalahan pribadi saja, namun dapat
melihat permasalahan dari berbagai perspektif.
Hal ini dapat dilakukan dengan sharing antar pribadi/kelompok,
ambil bagian dalam kehidupan masyarakat sekitar (tanpa mengganggu
kehidupan orang yang lain).
2. Sejarah Retret
Sejarah retret yang ada saat ini, adalah sebuah retret yang bentuk
commit to user
Loyola. Santo Ignatius dari Loyola seula adalah seorang militer, yang lahir
dari sebuah keluarga bangsawan, ia lahir pada tahun 1491, dan bertobat
serta memasuki kehidupan religius setelah mengalami kecelakaan pada
saat peperangan pada tahun 1521,setelah mendapat anugrah dari ilahi dia
memutuskan untuk melayani tuhan dan ia ditabiskan menjadi imam pada
tahun 1537. Pada tanggal 27 September 1540 beliaumendirikan Ordo
Serikat Yesus (SJ) yang diakui Paus dan mengembangkan Spritualitas
Ignasian yang sangat militan. Ignasius dikenal sebagai pendiri dan
pengembang sistem/metode yang ditimbah dari unsure-unsur kehidupan
Kristiani, tradisi gereja, macam ragam ungkapan-ungkapan Alkitab,
penghayatan hidup para suci dan kehidupan kerahiman.
3. Retret Dalam Kegiatan Kekristenan a. Retret sebagai bagian ibadah katholik
Retret merupakan salah satu kegiatan rohani dari kegiatan-kegiatan
rohani lainnya yang diadakan gereja maupun keorganisasian Kristen.
Kegiatan retret ini didasari oleh kegiatan yang dilakukan oleh Tuhan
Yesus saat pelayananNya di dunia ini, antara lain terdapat dalam
beberapa ayat Alkitab :
1) Markus 1 : 35 (Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun
dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana).
2) Lukas 9 : 28 (Kira-kira delapan hari sesudah segala pengajaran itu,
Yesus membawa Petrus, Yohanes, dan Yakobus, lalu naik ke atas
gunung untuk berdoa).
b. Retret sebagai wadah kegiatan komunikasi vertikal
Menampung dan mengembangkan kegiatan ibadah serta persekutuan
umat Kristiani dengan Tuhan.
1) Imamat 11 : 44 (Sebab Akulah Tuhan, Allahmu, maka haruslah
kamumenguduskan dirimu dan haruslah kamu kudus, sebab Aku ini
kudus)
2) Yohanes 8 : 23 (kamu ini berasal dari bawah, Aku dari atas, kamu
commit to user 4. Sasaran Kegiatan Retret
Sasaran yang hendak dicapai dalam kegiatan retret antara lain :
a. Usaha pendalaman dan penghayatan iman kristiani.
b. Usaha-usaha mengenali jati diri dengan perspektif yang benar dalam
pola kehidupan yang baru di dalam Kristus.
c. Usaha mengadakan perubahan dalam pola kehidupan yang baru di
dalam Kristus.
d. Usaha mengembangkan ketahanan diri dalam menghadapi kesulitan
hidup.
e. Usaha mengembangkan kemampuan diri (kepemimpinan, sikap
mental, menjalin relasi sosial, serta semangat pengabdian)
f. Usaha agar selalu sadar akan tugas dan kewajiban hidup Kristen
dalam tiap ruang dan waktu.
5. Suasana Retret yang Diharapkan
Agar kegiatan retret dapat mengenai sasaran, maka perlu didukung dengan
suasana yang :
a. Sakral dan religius
Sifat sakral dan religius ini merupakan simbol adanya suasana yang
secara psikologis membuat seseorang dapat merasakan kehadiran
Tuhan dalam dirinya. Biasanya suasana seperti ini dijumpai pada acara
kebaktian, doa, maupun persekutuan.
b. Damai
Filosofi di dalam Alkitab yang mendasari adalah Matius 5 : 9
(Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan
disebut anak-anak Allah). Kedamaian dan ketenangan sangat
diperlukan agar jemaat dapat mendekatkan diri kepada Allah tanpa
adanya ikatan-ikatan belenggu kehidupannya sehingga dapat
memenuhi panggilanNya untuk tugas pelayanan kepada Tuhan sebagai
commit to user c. Akrab
Filosofi di dalam Alkitab yang mendasari antara lain :
1) Filipi 2 : 2 - 3 (Karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini :
hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,
dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia.
Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap
yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri).
2) Galatia 3 : 28 (Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang
Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau
perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus).
Suasana ini bertujuan untuk mengakrabkan antar pengunjung retret
agar satu sama lain dapat tercipta rasa saling sepenanggungan. Suasana
ini dapat ditemui dalam acara edukasi, penelaahan Alkitab, kebaktian
padang, permainan, maupun api unggun.
d. Rekreatif
Agar tidak monoton, suasana rekreatif juga diperlukan dalam kegiatan
retret. Acara tersebut dapat berupa jalan-jalan menikmati alam sekitar,
bercengkerama, istirahat, makan dan minum, maupun olahraga.
6. Berbagai Jenis Retret a. Menurut jenisnya :
1) Refreshing Cours (RC)
Merupakan bentuk retret yang berisikan penyegaran rohani.
Kegiatan dan acaranya lebih sederhana dan santai. Waktunya
biasanya 1-2 hari.
2) Retret umum
Merupakan retret praktis untuk para jemaat awam yang dibimbing
oleh panitia retret dengan waktu 3-5 hari. Mekanisme kegiatannya
antara lain : doa, ceramah, diskusi, sharing (membagi pengalaman
rohani dengan yang lain)
3) Retret khusus
Program retret khusus ini berlangsung 1-8 hari. Acaranya disamping
commit to user
dilaksanakan dalam kaitannya dengan acara-acara khusus dan
tujuan tertentu, antara lain :
a. Persiapan melaksanakan pelayanan penuh/full time bagi seluruh
rohaniawan/wati.
b. Program advance bagi rohaniawan/wati.
c. Program pembinaan dan peningkatan iman dan kehidupan
spiritualitas.
d. Kursus akademisi bagi para calon pemimpin rohani
b. Menurut pelaku kegiatan : 1) Retret umum
Peserta umum, berumur minimal 16 tahun. Tema dan liturgy dari
acara-acara ini juga bersifat umum.
2) Retret pemuda
Sesuai dengan namanya, retret ini pesertanya adalah pemuda, acara
dan liturginya adalah pembimbing yang khusus menangani
permasalahan pemuda.
3) Retret pasangan
Retret ini dilakukan oleh peserta dengan pasangannya
masing-masing. Biasanya datang berkelompok dari suatu organisasi Gereja
ataupun lembaga-lembaga pelayanan. Retret ini dilakukan oleh
pola pendekatan personal sesuai dengan pasangan tersebut.
Acara-acara yang bersifat peribadatan (formal) sangat mendominasi retret
ini, selain konseling yang memegang peranan penting.
4) Retret kelompok
Retret jenis ini dilakukan oleh kelompok tertentu dengan tujuan
tertentu pula. Misalnya : kelompok rohaniawan/wati, kelompok
Gereja, kelompok komisi-komisi pelayanan.
5) Retret profesi
Retret ini dilakukan oleh peserta yang seprofesi dan
acara-acaranyapun disesuaikan dengan profesinya. Profesi menjadi
ikatan yang kuat sehingga kadang profesi ini dijadikan tolok ukur
commit to user 6) Retret keluarga
Retret ini umumnya dilakukan oleh keluarga baik satu keluarga
maupun berkelompok dari suatu organisasi Gereja maupun
lembaga pelayanan. Dilakukan dengan pendekatan personal untuk
mempererat relasi antar anggota keluarga dan dibimbing oleh
konselor atau pembimbing rohani (pastor/pendeta, suster)
7. Macam Acara Pelaksanaan Retret a. Liturgi Kebaktian / Ibadah
Penekanan pada pewartaan isi Kitab Suci dan pelaksanaanya adalah :
1) Doa pembukaan
2) Puji-pujian
3) Pembacaan ayat-ayat Kitab Suci
4) Hening / meditasi, merenungkan isi bacaan
5) Nyanyian singkat “Responsorum” yang berisikan suatu
“tanggapan” terhadap isi bacaan.
6) Kadang kala dibuka dengan sharing “Responsorum”
7) Doa penutup
8) Lagu penutup
b. Kebaktian Pengampunan Dosa
Merupakan pengakuan atas iman yang masih lemah yang akan
memperoleh absolusi (permohonan pengampunan atas dosa) meliputi
1) Penyembahan
2) Pemeriksaan batin diri pribadi atas segala perbuatan dosa
3) Menyatakan bertobat dalam bentuk pernyataan-pernyataan
singkat yang dilanjutkan dengan mengucap doa pertobatan.
c. Saat Teduh
Merupakan suatu usaha memahami kebenaran Firman Tuhan dengan
cara mempelajari dan merenungkannya, baik secara pribadi maupun
kelompok, atau dengan bimbingan pribadi.
d. Berdoa
Dilakukan pada setiap acara, baik acara peribadatan maupun
commit to user
pembimbing atau Romo. Acara berdoa biasanya diadakan di ruang
doa khusus atau kapel. Berdoa adalah inti acara, kadang diiringi oleh
lagu-lagu penyembahan.
e. Ceramah atau Seminar Rohani
Dilakukan sesuai tema dari pokok acara retret itu sendiri dan
ibawakan oleh penceramah, yaitu pendeta, penginjil. atau
orang-orang yang dianggap lebih dewasa rohani. Pada bagian acara ini
terdapat tanya jawab, diskusi, dan pengakuan dosa. Acara ini juga
memberikan kesempatan untuk para saksi iman untuk membagikan
pengalaman imannya. Pada bagian akhir biasanya berisi tantangan
untuk mengakui kesalahannya, tentunya sesuai dengan tema yang
telahditentukan.
f. Konsultasi Pribadi atau Konseling
Konsultasi diberikan dengan tujuan untuk mengembangkan iman dan
mendorong pertumbuhan iman. Acara ini bersifat hubungan personal
antara pembimbing dengan pribadi yang dibimbing. Injil adalah
sumber dari kegiatan pembimbingan ini.
g. Pembagian Iman atau Sharing
Kegiatan ini dilaksanakan dengan pembentuk kelompok kecil dengan
satu pembimbing yang hadir di tengah-tengah peserta. Pembagian
iman ini dilakukan dengan maksud untuk mengerti secara lebih
mendalam tentang iman, saling menguatkan, menegur, dan
memperhatikan dengan dasar kasih Tuhan akan umatNya.
Masing-masing peserta dituntun untuk dapat membagi imannya sehingga
pada akhirnya nanti ia dapat menjadi saksi Kristus di dunia.
h. Rekreasi
Acara retret ini juga penting sebagai keseimbangan kegiatan retret
yaitu untuk menghindari kegiatan yang monoton. Acara rekreasi ini
dapat berupa jalan-jalan menikmati alam sekitar yang jarang ditemui
commit to user i. Jalan Salib
Jalan Salib merupakan upacara untuk mengenang penderitaan dan
kesengsaraan yesus sewaktu menjelang di Salib, melewati jalan yang
sekarang disebut Via Dolorosa. Jalan Salib dilakukan pada hari-hari biasa atau hari khusus. Berjalan melalui sebuah jalur jalan yang
dilengkapi tempat-tempat pemberitaan (stasi) berjumlah 14 buah dan
didalam tiap stasi ini dilengkapi dengan gambar atau relief yang
mengambarkan kembali tentang penderitaan sengsara Yesus.
Upacara terdiri dari :
a. Pembukaan
b. Berjalan dan berhenti pada tiap-tiap stasi dan berdoa.
8. Studi Pewadahan Kegiatan Retret
Pengelompokan kegiatan dan syarat-syaratnya dalam sebuah kompleks
fasilitas retret dapat dibagi berdasarkan pelaku dan kelompok
kegiatannya. Ada lima pelaku dalam pelaksanaan kegiatan retret ini.
Kelompok tersebut adalah peserta, tamu/penceramah, konselor, dan
pengelola.
a. Peserta
Peserta adalah unsur utama dalam kegiatan retret. Pada umumnya
peserta kegiatan retret adalah jemaat awam, baik secara pribadi
maupun kelompok yang diklasifikasikan berdasarkan kelompok
penelaahan Alkitab, persekutuan Gereja, komisi-komisi Gereja, dan
kelompok profesi seperti : kelompok akuntan, pelajar, mahasiswa, dsb.
b. Pembimbing
Pembimbing retret adalah pemimpin jemaat yang bertugas memimpin
jalannya retret serta membimbing peserta sesuai dengan tujuan dari
acara retret itu sendiri. Yang biasa menjadi pemimpin dan pembimbing
retret adalah Romo, frater dan jemaat biasa yang dianggap matang
kerohaniaanya.
c. Tamu / Penceramah
Tamu/penceramah adalah pendeta, penginjil, evangelis, yang
commit to user
Konselor terdiri dari beberapa orang yang tinggal di fasilitas retret dan
memiliki tugas yaitu memberikan pelayanan konseling bagi
pengunjung.
Para konselor biasanya merupakan rohaniawan/pendete/pastor yang
kerjanya dikoordinator lembaga yang memiliki fasilitas retret tersebut.
d. Pengelola
Pengelola fasilitas retret memiliki tugas utama yaitu melayani para
peserta retret, pembimbing retret dan tamu-tamu serta mengelola
secara keseluruhan proses kegiatan di dalam fasilitas retret.
9. Fasilitas Besaran Ruang
Ruangan-ruangan yang akan dipakai pada perencanaan ini adalah :
1. Lobby /Reception area
Reception adalah ruang untuk menerima tamu sebelum
dipersilahkan duduk di ruang tunggu. Reception berada di ruangan yang paling depan, setelah pintu masuk. Besaran meja untuk reception
mempunyai standar yaitu :
Gambar II.1 Pos penerima Tamu (Sumber : Human Dimention hal 189)
a. Fungsi lobby
Fungsi lobby dapat dibedakan atas fungsi umum dan khusus :
1) Fungsi umum
Sebagai suatu tempat atau wadah seluruh karyawan pada kantor
dalam melaksanakan tugas mengurus serta mengelola segala
macam yang berhubungan dengan management di perusahaan
commit to user 2) Fungsi khusus
Sebagai suatu wadah dari pihak perusahaan untuk penerimaan awal
pengunjung. Tempat memperoleh informasi dan melayani segala
macam keperluan dari pengunjung, tempat untuk bertemu janji.
b. Fasilitas lobby
Di dalam area lobby terdapat fasilitas sebagai berikut :
1) Area tempat duduk, yang berfungsi sebagai ruang duduk dan
ruang tunggu
2) Area komunikasi
3) Area resepsionis
Lokasi dari resepsionis harus dapat segera dilihat oleh tamu yang
masuk dan staf resepsionis harus dapat melihat dan mengontrol
arah masuk pengunjung.
2. Kapel
Kapel adalah sebuah gedung yang digunakan oleh orang kristen ,
anggota agama-agama lain, dan masyarakat kadang-kadang
antaragama, sebagai tempat persekutuan dan ibadah. Ini mungkin
bagian dari struktur yang lebih besar atau kompleks, seperti gereja,
kampus , rumah sakit , istana , penjara atau rumah pemakaman, yang
terletak di papan kapal militer atau komersial, atau mungkin sebuah
bangunan berdiri bebas sepenuhnya, kadang-kadang dengan yang
alasan sendiri. instalasi militer Banyak kapel untuk penggunaan
personel militer, biasanya di bawah kepemimpinan seorang pendeta
tentara. Sampai Reformasi Protestan , sebuah kapel dilambangkan
tempat ibadah yang baik di lokasi sekunder yang bukan tanggung
jawab utama dari lokal pastor paroki, atau milik seseorang atau
institusi. Kebanyakan gereja yang lebih besar memiliki satu atau lebih
sekunder altar, yang jika mereka menempati ruang yang berbeda,
sering disebut kapel.
Kapel Kata dalam penggunaan umum khususnya di Inggris, dan
commit to user
tempat ibadah, dan di Skotlandia dan Irlandia untuk gereja-gereja
Katolik Roma. Di Inggris, karena kenaikan popularitas kapel
independen atau non-konformis sepanjang abad kesembilan belas
kedelapan belas dan awal, pada saat sensus 1851, lebih banyak orang
menghadiri kapel independen, meskipun dengan biaya sendiri, dari
menghadiri gereja Anglikan negara . Kata, kapel, seperti pendeta, kata
yang berhubungan, awalnya memiliki akar Kristen , tetapi digunakan
dalam konteks yang lebih luas hari ini. Sementara banyak denominasi,
banyak yang non-denominasi. Yang terakhir sebagian besar ditemui
sebagai bagian dari institusi non-religius seperti instalasi rumah sakit,
penjara atau militer. Di Inggris, di mana Gereja Anglikan yang
ditetapkan oleh hukum, kapel nondenominasional atau antar-iman di
lembaga-lembaga tersebut tetap dapat ditahbiskan oleh uskup Anglikan
setempat.
Kapel yang dibangun sebagai bagian dari sebuah gereja yang lebih
besar adalah daerah suci disisihkan untuk beberapa penggunaan
tertentu atau tujuan: misalnya, banyak katedral dan gereja-gereja besar
memiliki "Kapel Lady" di apsis, didedikasikan untuk Perawan Maria ;
paroki gereja mungkin memiliki seperti "Lady Chapel" di gang samping atau "Kapel Reservasi" mana roti dan anggur Ekaristi disimpan dalam cadangan antara layanan, untuk tujuan mengambil
Komuni Kudus untuk tinggal di rumah sakit dan dan, dalam beberapa
Kristen tradisi, untuk tujuan kesalehan.
Dalam Katolik Roma Hukum Kanonik, sebuah kapel, secara teknis
disebut "pidato" adalah bangunan atau bagian darinya yang didedikasikan untuk perayaan layanan, khususnya Misa, yang bukan
gereja paroki. Ini mungkin sebuah kapel pribadi, untuk penggunaan
satu orang atau kelompok memilih (kapel pribadi uskup, atau kapel
biara, misalnya), sebuah pidato semi-publik, yang sebagian tersedia
untuk masyarakat umum (a seminari kapel yang menyambut
pengunjung ke layanan, misalnya), atau sebuah pidato publik
commit to user a. Sejarah Kapel
Kata "kapel" berasal dari peninggalan dari Saint Martin dari
Tours: cerita tradisional tentang Martin menceritakan bahwa ketika
ia masih seorang prajurit, ia memotong jubah militer dalam
setengah untuk memberikan bagian untuk seorang pengemis yang
membutuhkan. Sisi lain ia memakai di bahunya sebagai "tanjung
kecil" ( bahasa Latin : capella). Pengemis, klaim cerita, adalah
Kristus menyamar, dan Martin mengalami pertobatan hati, menjadi
yang pertama seorang biarawan, kemudian Abbas, kemudian
uskup. Ini jubah menjadi milik dari kaum Frank raja, dan mereka
terus peninggalan dengan mereka seperti yang mereka lakukan
pertempuran. Tenda yang terus jubah itu disebut capella dan imam
yang mengatakan setiap hari Misa di tenda itu dikenal sebagai
capellani. Dari kata-kata ini kita mendapatkan nama-nama "kapel"
dan " pendeta ".
Kata ini juga muncul dalam bahasa Irlandia pada Abad
Pertengahan, sebagai orang Welsh datang dengan Norman dan
Inggris Kuno penjajah ke pulau Irlandia. Sementara kata Irlandia
tradisional untuk gereja eaglais (berasal dari ecclesia), kata baru,
séipéal (dari acapela), datang ke dalam penggunaan.
Dalam sejarah Inggris, "kapel" atau " rumah pertemuan ",
dulunya adalah sebutan standar untuk gedung gereja milik
independen atau nonkonformis masyarakat agama dan anggota
mereka. Ini adalah kata yang sangat berhubungan dengan
keutamaan-praktik keagamaan yang independen di daerah
pedesaan Inggris dan Wales, kota industri utara abad kedelapan
belas dan kesembilan belas akhir, dan pusat-pusat populasi dekat
tetapi di luar Kota London. Akibatnya, "kapel" kadang-kadang
digunakan sebagai kata sifat di Inggris untuk menggambarkan
commit to user b. Kapel Terkemuka
Gambar II.2
Kapel Terkemuka di Swiss (kiri) di Padua (kanan)
(Sumber : www.google.com, Juli 2011)
Gambar II.3
Kapel Terkemuka di Guemsy (kiri) di Swiss (tengah) di Meksiko (kanan)
(Sumber : www.google.com, Juli 2011)
3. Ruang Seminar
Sebelum kita melihat bagaimana membuat sebuah seminar yang
baik, baiklah kita perjelas dahulu apa yang dimaksud dengan seminar
dalam tulisan ini. Yang pertama adalah apa tujuan seminar. Seminar di
sini adalah untuk mengeksplorasi sebuah ide. Dengan demikian
seminar berbeda dengan pelatihan, di mana di dalam pelatihan, ada
sebuah keahlian yang dibawakan oleh seorang yang menguasainya dan
commit to user
Yang kedua adalah bagaimana peran orang yang ikut di dalam
seminar. Seminar adalah satu pertemuan di mana semua para
pesertanya terlibat aktif. Di dalam seminar yang dimaksud ini, tidak
ada pembicara dan peserta, seperti yang dikenal dalam seminar pada
umumnya. Tidak ada perbedaan antara pembicara dan peserta. Dengan
demikian seminar dibedakan dari kuliah, di mana ada seorang lektor
membawakan suatu tema atau ide, dan peserta kuliah mendengarkan
dan bertanya. Lektor adalah seseorang yang menguasai tema tersebut,
sedangkan peserta adalah orang yang mempelajari tema tersebut.
Untuk berjalannya sebuah seminar dengan baik perlulah dipikirkan
beberapa syarat:
1) Ruang seminar
2) Peserta
3) Moderator
4) Jalannya seminar
a. Syarat Ruang Seminar
Ruang seminar yang memadai adalah sebuah ruang yang
memungkinkan interaksi aktif selurah peserta seminar. Sebuah meja
bundar besar adalah sebuah contoh yang baik. Atau kursi yang disusun
dengan melingkar. Ruangan tentu saja harus cukup tenang dan cukup
terang untuk memberikan iklim yang enak untuk berseminar. Adanya
sebuah papan tulis dapat membantu.
1) Peserta
Untuk berjalannya sebuah seminar dengan baik, semua
peserta adalah bukan kertas kosong yang menunggu diisi, seperti
halnya kuliah. Mereka harus sudah membaca tentang tema yang
akan diseminarkan. Mereka bisa membuat sebuah esei pendek
tentang tema yang diseminarkan. Bila yang diseminarkan adalah
sebuah teks, teks tersebut telah dibaca secara analitis, ditandai,
commit to user
Dengan terlebih dahulu membaca tentang tema yang akan
diseminarkan, mereka telah mengolahnya di dalam kepala mereka.
Mereka telah memiliki bayangan akan apa yang diseminarkan.
Kertas di tangan yang berisi ringkasan tema yang diseminarkan
menurut masing-masing peserta, akan memandu mereka nantinya
di dalam seminar.
2) Moderator
Seorang moderator di dalam seminar berbeda dengan
seorang lektor di dalam kuliah. Ia bukanlah seorang yang
memberikan pelajaran, melainkan orang yang mengarahkan
jalannya seminar.
Semestinyalah seorang moderator adalah orang yang paling
senior dalam tema yang akan diseminarkan. Ini bukan berarti
pendapatnyalah yang paling benar. Senioritas dalam penguasaan
materi semata-mata untuk mengarahkan seminar, karena ia
mestinya yang paling tahu tentang seluk beluk tema yang
diseminarkan.
Peran seorang moderator ada dua: mengarahkan (directing)
dan memoderasi (moderating). Dalam mengarahkan, ia menjaga
agar seminar tidak melenceng dari tema. Dengan memoderasi, ia
menjaga agar tidak ada satu orang atau satu ide tertentu yang
terlalu mendominasi seminar sehingga seluruh tema seminar tidak
tereksplorasi dengan baik.
Sebelum seminar, seorang moderator harus telah membaca
tema yang akan diseminarkan, menyiapkan catatan tentang tema
tersebut, menentukan kata-kata kunci, dan menyusun
pertanyaan-pertanyaan kunci yang nantinya akan ditanyakan di dalam seminar.
Di awal seminar ia dapat menuliskan terlebih dahulu poin-poin
yang akan didiskusikan atau menggambarkan sebuah diagram yang
commit to user
Seorang moderator yang baik haruslah seorang pendengar
dan pembicara yang baik. Ia mampu menangkap maksud sebuah
pembicaraan dan membuatnya lebih jelas. Ia mampu
memparafrasekan sebuah pertanyaan menjadi pertanyaan lain yang
lebih jelas.
Mengingat beratnya tugas seorang moderator, sebaiknya
seorang moderator tidak memimpin sebuah seminar lebih dari satu
kali dalam sehari.
b. Jalannya seminar
Seminar dimulai dengan pengantar singkat dari moderator, dan
langsung dilanjutkan dengan pertanyaan kunci yang dibahas oleh
semua peserta secara bergiliran.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan supaya seminar berjalan
baik:
1. Seminar adalah sebuah diskusi dua arah. Tidak ada seorang yang lebih mendominasi pembicaraan. Adalah tugas moderator untuk
memperhatikan ini.
2. Seminar bisa dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah jelas ada jawabannya, lalu mengarah ke pertanyaan-pertanyaan
lain yang lebih dalam dan tidak jelas jawabannya. Pertanyaan
jenis kedualah yang memberikan manfaat terbesar. Tidaklah
banyak pertanyaan yang seperti demikian.
3. Semua pertanyaan dan pernyataan dinyatakan dengan jelas tanpa ambiguitas. Jika sebuah pertanyaan atau pernyataan belum jelas,
moderator harus bisa menunjukkan itu dan meminta sang
pengujar untuk memperjelasnya.
4. Masih berhubungan dengan poin pertama, setiap pertanyaan haruslah jelas sebelum ditanggapi dengan jawaban. Penanggap
berhak meminta penjelasan lebih lanjut atas pertanyaan sebelum
ia menjawab. Tanggapan tentunya juga harus relevan dengan
commit to user
5. Sebuah pertanyaan bisa dilihat sebagai jembatan kepada pertanyaan lain yang lebih mendasar. Hanya dengan cara
demikian sebuah seminar dapat memberikan manfaat lebih.
6. Bila ada istilah yang sama, tetapi dipakai dengan arti yang berbeda oleh beberapa orang, moderator harus menunjukkan itu
dan membuat kesepakatan dalam arti apa istilah itu dipakai
sebelum melanjutkan seminar.
7. Etiket harus diperhatikan dalam sebuah seminar, seperti halnya di sebuah meja makan. Bahasa harus santun dan tidak
merendahkan.
8. Moderator terlebih harus memberikan contoh yang dapat diikuti oleh peserta yang lain. Bukan berarti seminar tidak bisa
dilakukan dengan ringan dan diiringi tawa, namun canda dan
tawa dilakukan dengan wajar dan memberi makna di dalam
seminar. Tidak ada yang lebih membantu untuk mengingat
ketimbang ide-ide kreatif yang kadang membangkitkan tawa.
9. Seminar adalah sebuah tempat untuk menggodok ide. Ia bukanlah tempat untuk membenarkan diri. Setiap orang harus
kritis namun menerima bila ada pendapat yang lebih baik. Di
dalam seminar semua orang memiliki posisi yang sama.
10.Sebuah seminar yang baik tidaklah harus menghasilkan sebuah kesimpulan tunggal. Setiap orang bisa pulang dengan
pendapatnya masing-masing. Yang terpenting adalah mata
mereka lebih terbuka, mereka telah melihat ide-ide baru yang
sebelumnya tidak terpikirkan oleh mereka.
11.Demikianlah sebuah seminar Sokratik sebaiknya dilaksanakan. Dengan seminar seperti ini, semua peserta dapat mengambil
manfaat. Sebuah seminar yang baik seperti ini dapat memberi
manfaat seumur hidup yang mengendap sebagai manfaat terbaik
commit to user 4. Art Shop
Shop adalah suatu tempat jual beli suatu barang dimana menjual barang-barang kusus untuk mendukung suatu bangunan dengan luas
area yang tidak terlalu besar. Oleh karena itu dengan keterbatasan
lahan biasanya retail shop memilki desain interior yang ergonomis
supaya para pengunjung lebih nyaman dan dapat melakukan aktifitas
belanja dengan mudah.
Gambar II.4 Besaran ruang sesuai ergonomi retail shop
(Sumber : Human dimention hal 205)
a. Sistem Pelayanan 1) Self Service
Adalah sistem pelayanan dimana pengunjung bebas memilih dan
mengambil produk yang mereka inginkan, kemudian membawanya
ke kasir untuk pembayaran.
2) Self Selection (Swa Seleksi)
Adalah jenis sitem pelayanan dimana pengunjung juga dapat
memilih dan mengambil produk yang mereka inginkan, kemudian
dengan dibantu oleh pramuniaga, produk dibawa ke bagian kasir
untuk pemabayaran.
3) Personal
Adalah jenis sitem pelayanan tertutup dimana segala bentuk
pembelian dilayani oleh pramuniaga, baik dalam pemilihan
maupun pengambilan produk. Dalam sistem ini, dari proses
pemilihan, pengambilan sampai dengan pembayaran semua
commit to user b. Sistem Display
1) Serambi Pamer
Untuk menarik perhatian, pada Area Penjualan biasanya dilengkapi
dengan serambi pamer. Pemilihan barang yang dipajang dengan
mempertimbangkan musim atau gaya. Suatu serambi pamer dapat
memberikan kesan yang efektif, kesan tersebut tentu saja
berhubungan dengan berbagai ide dan harga.
2) Display Interior
a. Merchandise Display, meliputi : 1. Open Display
Merupakan bentuk display yang memberikan kemungkinan pada pembeli untuk mengamati barang dagangan tanpa
bantuan pelayan took.
2. Closed Display
Berisi barang dagangan yang diperlihatkan dalam almari
dinding (wall case). Keuntungan utamnya adalah terjaganya
barang dagangan dari pencurian dan menjaga kondidi siap
jual.
3. Architectural Display
Display ini memerlukan ketepatan penyusunan guna menunjukkan bermacam-macam barang dagangan sesuai
dengan bangunan, seperti model bangunan perumahan,
dapur, kamar mandi secara menyeluruh. Keuntungan
utamanya adalah dapat memberikan gambaran yang utuh
dan nyata lewat peragaan dalam display ini.
b. Vendor Display
Terkenal sebagai bentuk display untuk pengiklanan tempat
commit to user c. Store Sign and Decorations
Istilah Store Sign meliputi tanda pembayaran, kartu hadiah/harga, hiasan tergantung, poster, bendera, spanduk dan
alat serupa. ( Delbert J. Duncan & Stanley D Hollander, 1977 :
468 ).
c. Perlengkapan Display
Dalam area penjualan sebagian besar pendisplayannya berupa
etalase dan showroom. Macam-macam Etalase : 1) Etalase Sistem Terbuka.
Etalase tanpa pembatas antara ruang display dengan ruang pemasaran sehingga dari luar akan terlihat keseluruhan interior
ruang dalamnya. Penataan display tidak ada penghalang kasat mata
dan arah pandangan kurang terfokus.
2) Etalase Sistem tertutup
Etalase mempunyai pembatas antara ruang display dengan ruang
pemasaran. Interior area penjualan tidak terlihat, dan mempunyai
pandangan visual lebih terfokus.
3) Etalase Khusus 4) Etalase Sudut
Etalase yang dimiliki bangunan yang terletak di persimpangan jalan dan posisinya tepat di sudut.
a. Etalase Atas
Etalase yang terletak diatas lantai dasar dari bangunan bertingkat. Etalase ini berfungsi sebagai papan reklame.
b. Benam
Merupakan Etalase yang memiliki lantai lebih rendah daripada
commit to user c. Etalase bertingkat
Etalase penggabungan antara etalase atas dan etalase benam dan lebih lagi dengan sistem etalase terbuka. Sudut pandang kurang sesuai dengan sudut pandang pengamat.
5) Etalase Arcade
Etalase menjorok ke dalam ruang akibat bangunan yang memanjang ke belakang dengan bagian muka yang sempit,
sehingga ada ruang yang kurang efisien.
d. Prinsip Desain Sarana Penjualan
Desain sarana penjualan harus disederhanakan dan tak
dipaksakan. Maksudnya adalah dalam mendisplay materi, jika
perlengkapannya lebih menarik perhatian ini akan mengurangi
daya tarik materi koleksi dan melemahkan penjualan. Sistem
display pada ruang pamer menyangkut beberapa hal, diantaranya:
1) Faktor Penglihatan
Penampilan materi selain dipengaruhi faktor teknis, juga
dipengaruhi faktor penglihatan yaitu mudah tidaknya materi dapat
dilihat/dinikmati. Hal ini dipengaruhi oleh :
a. Ukuran barang detail krisisnya
b. Kontras benda-benda dengan latar belakangnya dan kontras
sekitarnya
c. Penerangan dan kecerahan benda tersebut.
d. Warna cahaya yang menerangi benda tersebut
e. Waktu saat melihat. (Ahmad Natahamijaya, 1979:24)
e. Sistem Penyajian Materi Koleksi dan Penjualan
Pengelompokan benda-benda menurut jenis dan bentuknya
dapat mempermudah pemilihan sistem penyimpanan yang sesuai.
Kelompok yang ada misalnya : foto/lukisan, film/video kaset dan
lain-lain. Berapa banyak yang perlu untuk setiap kelompok
commit to user 5. Asrama
Asrama adalah suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk
anggota suatu kelompok, umumnya murid-murid sekolah. Asrama
biasanya merupakan sebuah bangunan dengan kamar-kamar yang
dapat ditempati oleh beberapa penghuni di setiap kamarnya. Para
penghuninya menginap di asrama untuk jangka waktu yang lebih lama
daripada di hotel atau losmen. Alasan untuk memilih menghuni sebuah
asrama bisa berupa tempat tinggal asal sang penghuni yang terlalu
jauh, maupun untuk biayanya yang terbilang lebih murah dibandingkan
bentuk penginapan lain, miaslnya apartemen. Selain untuk menampung
murid-murid, asrama juga sering ditempati peserta suatu pesta
olahraga.
Banyak sekolah dan universitas di Indonesia yang memiliki
asrama. Salah satunya adalah asrama Universitas Airlangga Surabaya.
Asrama itu bernama asrama Bhinneka Tunggal Ika. Contoh lainnya
adalah asrama ITS, asrama UI, asrama UGM, dan asrama mahasiswa
Jambi Jakarta.
6. Jalan Salib
Jalan Salib (Bahasa Latin: Via Crucis, dikenal juga sebagai Via
Dolorosa atau Jalan Penderitaan) merujuk pada penggambaran
masa-masa terakhir (atau Penderitaan) Yesus, dan devosi yang memperingati
Penderitaan tersebut. Tradisi sebagai devosi yang diadakan di gereja
dimulai oleh Santo Fransiskus Assisi dan menyebar ke seluruh Gereja
Katolik Roma di abad pertengahan. Hal ini kurang diperingati oleh
gereja-gereja Anglikan dan Lutheran. Devosi ini bisa dilakukan kapan
saja, tapi paling umum dilakukan di masa Pra-Paskah, terutama pada
commit to user
Gambar II.5 Peristiwa jalan salib
Pemberhentian ke- I (kiri) ke- II (tengah) ke- III (kanan)
(Sumber : www.google.com, Juli 201)
a. Sejarah Jalan Salib
Sejak abad pertama umat Kristiani telah mengadakan ziarah
ke tanah kelahiran Yesus. Santa Helena, ibunda Raja Konstantin,
melakukan ziarahnya yang terkenal itu pada abad ke-4 dalam
usahanya untuk mengenali dari dekat tempat Yesus dilahirkan,
wafat dan dimakamkan. Untuk jangka waktu yang pendek, yaitu
setelah tahun 1199 ketika tentara-tentara Perang Salib berhasil
menguasai Yerusalem dan wilayah sekitarnya, ziarah dapat
dilakukan tanpa kesulitan. Tetapi sejak tahun 1291 setelah mereka
kehilangan kekuasaan mereka atas daerah tersebut, ziarah menjadi
lebih berbahaya dan mahal. Ibadat Jalan Salib bertujuan untuk
menghadirkan Tanah Suci baik bagi mereka yang tidak dapat
berziarah ke sana maupun bagi mereka yang sudah berziarah ke
sana. Fransiskus dari Asisi mempunyai dua devosi yang amat
mendalam yaitu Inkarnasi Yesus dan Sengsara Yesus,
masing-masing dilambangkan dengan buaian dan salib. Para biarawan
Fransiskan mempopulerkan devosi Jalan Salib sejak abad ke-14.
Umat membuat perhentian-perhentian kecil di dalam gereja,
kadang-kadang dibangun juga perhentian-perhentian yang
besarnya seukuran manusia di luar gereja. Segera saja, hampir
commit to user
Para biarawan Fransiskan juga menuliskan lirik Stabat Mater, yang
biasanya dinyanyikan saat Ibadat Jalan Salib, baik dalam bahasa
aslinya, yaitu bahasa Latin, maupun dalam bahasa setempat.
Jumlah perhentian serta peristiwa-peristiwa Jalan Salib yang
dikenangkan bervariasi dari waktu ke waktu. Ke-14 peristiwa Jalan
Salib yang sekarang ditetapkan oleh Paus Clement XII
(1730-1740). Baik kita melakukan Ibadat Jalan Salib seorang diri atau
bersama-sama dengan umat lain, di dalam gereja atau pun di ke-14
perhentian di luar gereja, ibadat ini menjadikan kisah sengsara dan
wafat Yesus terasa nyata dan hidup.
7. Gua Maria
Gua Maria adalah tempat ziarah khas umat Katolik, biasanya
bangunan utamanya dibentuk seperti gua tetapi ada juga yang berada
pada gua alam asli. Disebut gua Maria karena ditempatkannya patung
Bunda Maria ibunda Yesus pada gua tersebut. Tempat itu kemudian
menjadi tempat ziarah umat Katolik untuk mendekatkan diri pada
Allah Pencipta yang Maha Kuasa dengan berdoa melalui perantaraan
Bunda Maria dan tentu saja Yesus Kristus. Dalam tradisi agama
Katolik keberadaan gua Maria punya sejarah panjang. Bunda Maria
beberapa kali menampakan diri pada orang-orang tertentu. Salah satu
penampakan yang paling terkenal adalah penampakan Bunda Maria
kepada Bernadette Soubirous di sebuah gua yang ada di kota Lourdes
Perancis pada tahun 1858. Tempat itu kemudian menjadi tempat ziarah
gua Maria paling populer. Tempat ziarah ini pulalah yang kemudian
menjadi inspirasi untuk membuat tempat ziarah serupa pada komunitas
Katolik setempat. Dari situ muncullah tempat ziarah gua Maria
dibanyak tempat didunia termasuk di Indonesia. Akan tetapi di
Indonesia gua Maria bukan hanya terdapat patung Bunda Maria, juga
biasanya sepanjang jalan menuju gua Maria terdapat
perhentian-perhentian untuk prosesi jalan salib, serta di beberapa lokasi gua
commit to user
GambarII.6 Gua Maria
Gua Maria Sendangsono (kiri) Gua Maria Sriningsih (kanan)
(Sumber : www.google.com, Juli 2011)
Di Indonesia gua Maria paling tua dan paling terkenal adalah gua
Maria Sendangsono di Jawa tengah yang usianya lebih dari seratus tahun.
Sedangkan salah satu gua Maria paling eksotis barangkali adalah gua
Maria Tritis di Wonosari, selatan Jogjakarta, Jawa Tengah yang berada di
gua alam sungguhan. Meskipun dibanyak lokasi gua Maria dikelilingi
tempat-tempat yang berpemandangan indah terutama di daerah-daerah
yang jauh dari kota besar, gua Maria bukan tempat rekreasi, melainkan
adalah tempat ziarah, ini yang sering dilupakan oleh orang yang
berkunjung sehingga makna ziarahnya menjadi tidak jelas.
Situs ini mencoba menampilkan informasi yang berhubungan dengan
gua Maria, lengkap dengan kisah ziarah, lokasi dan informasi yang relevan
karena banyak umat Katolik tidak punya informasi yang cukup tentang
keberadaan sebuah gua Maria yang dibanyak tempat merupakan tempat
yang penuh nilai religius dan disitu anda juga bisa merasakan kebesaran
karya Tuhan lewat keindahan alam Indonesia.
10.Elemen Pembentuk Ruang c. Lantai
Lantai adalah bagian bangunan yang penting, yang berhubungan
langsung dengan beban, baik beban mati maupun beban hidup atau
bergerak. Lantai harus kuat mendukung beban-beban yang datang dari
benda perabot, manusia yang ada didalam ruang dan sebagainya.
commit to user
bergetar. Contoh bahan lantai seperti: kayu, batu alam atau buatan,
logam, beton dan sebagainya. Dalam merencanakan lantai ruang pamer
perlu diperhatikan beberapa hal yaitu :
1) Fungsi Lantai
Lantai berfungsi sebagai bidang dasar yang digunakan untuk
aktifitas manusia dalam melakukan kegiatan diatasnya dan sebagai
alas dari suatu ruang.
2) Sifat Lantai
Lantai dapat membentuk sifat tertentu sesuai dengan fungsinya.
Dimana lantai dapat membentuk sifat/daerah dalam ruang, yaitu
dengan membuat penaikan atau penurunan dari sebagian lantai.
Lantai dapat bersifat permanen maupun semi permanen.
3) Karakter Lantai
Lantai dapat menentukan karakter ruang, yaitu dengan
menggunakan bentuk-bentuk pemilihan bahan, pola maupun warna
yang tepat atau sesuai dengan suasana ruang yang ingin dicapai,
sehingga karakter lantai dapat dicapai, karakter berat, ringan, luas,
sempit, dan sebagainya.
4) Konstruksi Lantai
Konstruksi lantai perlu diperhatikan bagaimana bahan lantai
dipasang. Bagaimana menempel pada dasaran lantai sehingga tidak
menimbulkan kelembaban atau menimbulkan panas yang
berlebihan,dan sebagainya.
5) Macam Letak Lantai a. Basement
Untuk menghindari pecahan akibat lantai melengkung, maka
digunakan tulangan tegak lurus arah pecah. Sisi bawah tulangan
commit to user b. Ground Floor
Jika lantai langsung di atas tanah, maka timbul kemungkinan lantai
akan bergelombang. Untuk menghindari hal tersebut, maka di
bawah lantai diberikan pengerasan. Biasanya digunakan pasir
untuk meratakan gaya yang tidak sama.
c. Upper Floor
Untuk lantai ini yang bagian tanah diberi tulangan. Beban lantai di
atasnya disalurkan melalui beban pokok. Semua beban lantai
disalurkan melalui kolom-kolom dan diteruskan pada struktur
bahannya.
Lantai dalam ruang pamer selain berfungsi menahan beban seperti
perabot, kursi penonton dan aktivitas audience, secara khusus lantai
mempunyai fungsi guna memberikan kondisi mendengar dan
melihat (visual) yang baik bagi audience.
Berdasarkan karakteristiknya lantai terbagi menjadi empat, yaitu :
a. Lantai lunak, terdiri dari semua tipe permadani dan karpet.
Pemberian karpet pada lantai dapat menunjang penyerapan
bunyi.
b. Jenis serat, praktis tidak mempunyai pengaruh pada
penyerapan bunyi.
c. Pada kondisi yang sama tumpukan potongan ( cut piles ) memberikan penyerapan yang lebih banyak di bandingkan
dengan tumpukan lembaran ( loop piles ).
d. Dengan bertambahnya berat dan tinggi tumpukan, dalam
tumpukan potongan kain, penyerapan bunyi akan bertambah.
e. Makin kedap lapisan penunjang ( backing ), makin tinggi penyerapan bunyi.
f. Lantai Semi Keras, terdiri dari pelapisan lantai seperti vinyl,
aspal dan cor.
g. Lantai Keras, terdiri dari semua jenis batuan dan logam yang
commit to user
h. Lantai Kayu (parquet), terdiri dari berbagai jenis dan motif
bahan lantai yang terbuat dari kayu.
Untuk mencapai suatu kenikmatan audio dan visual yang baik dalam ruang pamer, dimana suatu pandangan tidak mendapat
halangan yang ditimbulkan oleh orang-orang yang duduk
didepannya. Maka dalam perancangan ruang pamer, kemiringan
lantai dan trap perlu diperhatikan. Untuk ruang pamer kecil (sekitar
80 orang) lantai bisa datar, tetapi untuk ruang pamer yang besar
haruslah berlantai miring (kemiringan maksimum 1:10) atau
lantainya berjenjang, tergantung pada jarak pandang yang paling
memadai. Tiap jajaran kursi haruslah memiliki pertambahan tinggi
yang sama, minimum 60cm dan median 125cm.
d. Dinding
Dinding merupakan bidang nyata yang membatasi suatu ruang atau
pembatas kegiatan yang mempunyai jenis berbeda. Dinding adalah
penahan beban yang menyangga lantai dan atap, sehingga struktur
kekuatan dinding sebagai penahan beban harus diperhatikan
Dinding merupakan unsur penting dalam pembentukan ruang, baik
sebagai unsur penyekat/ pembagi ruang maupun sebagai unsur
dekoratif. Dalam proses perancangan suatu ”ruang dalam” dinding mempunyai peranan yang cukup dominan dan memerlukan perhatian
khusus, di samping unsur-unsur lain seperti tata letak, desain furniture
serta peralatan-peralatan lain yang akan disusun bersama dalam suatu
kesatuan dengan dinding.
Setelah fungsi dinding tercapai dan untuk menambah keindahan
ruang, dinding dipergunakan sebagai ”point of interest” dari ruang
dinding samping memberi atau menambah keindahan ruang. Dinding
juga dapat merusak suasana ruang, yaitu apabila dalam
perencanaannya sangat dipaksakan, terutama dikarenakan bahwa
dinding tersebut telah ada sebelumnya. Ini terjadi pada renovasi
rumah-rumah kuno, dimana dinding berfungsi struktural. (Pamudji
commit to user
Dinding pada suatu wadah kegiatan dapat sebagai struktur atau
hanya sebagai pembatas ruang saja, tergantung dari sistem struktur
yang dipakai dalam perencanaannya.
Fungsi dan bentuk dinding terbagi menjadi 2 bagian :
1) Struktur, misalnya :
a. Bearing wall : dinding yang dibangun untuk menahan tepi dari tumpukan/ urugan tanah.
b. Load bearing wals : dinding untuk menyokong/ menopang balok, lantai, atap dan sebagainya.
c. Foundation wall : dinding yang dipakai di bawah lantai, tingkat dan untuk menopang balok-balok lantai pertama.
2) Non struktural, misalnya :
a. Party wall : dinding pemisah antara dua bangunan yang
bersandar pada masing-masing bangunan.
b. Fire wall : dinding yang digunakan sebagai pelindung dari
pancaran kobaran api.
c. Certain or Panels wall : dinding yang digunakan sebagai pengisi pada suatu konstruksi rangka baja atau beton.
d. Partition wall : dinding yang digunakan sebagai pemisah dan pembentuk ruang yang lebih kecil didalam ruang yang besar. (
Pamudji Suptandar, 1999 : 145 )
e. Langit-langit (ceiling)
Pengertian istilah ceiling/langit-langit/plafond, berasal dari kata
”ceiling”, yang berarti melindungi dengan suatu bidang penyekat
sehingga terbentuk suatu ruang. Secara umum dapat dikatakan : ceiling
adalah sebuah bidang (permukaan) yang terletak di atas garis
pandangan normal manusia, berfungsi sebagai pelindung (penutup)
lantai atau atap dan sekaligus sebagai pembentuk ruang dengan bidang
yang ada di bawahnya. Dengan jarak ketinggian tertentu dalam
commit to user
Ceiling adalah pembentuk ruang yang merupakan penutup bagian atas. Kesan pertama adalah adanya tinggi rendah ruang, berfungsi
sebagai bidang penempatan lampu, penempatan AC, sprinkler head, audio loudspeaker dan sebagai peredam suara atau akustik. Dasar pertimbangan dalam perencanaan langit-langit adalah
1) Fungsi langit-langit
Fungsi dari langit-langit selain sebagai penutup ruang juga sebagai
pengatur udara dan ventilasi.
2) Penentuan ketinggian
Penentuan ketinggian didasari oleh pertimbangan fungsi, proporsi
ruang, kegiatan ruang, konstruksi dan permainan ceiling.
3) Bentuk penyelesaian
Bentuk dan penyelesaian dapat dilakukan berdasarkan fungsinya
seperti melengkung, berpola, polos, memperlihatkan struktur, dan
sebagainya.
Pada ruang rapat di mana diharapkan tercapainya suatu pendapat
yang membutuhkan konsentrasi, diusahakan agar ceilingnya
berbentuk sederhana, tidak menyolok karena akan mengganggu
konsentrasi. Pada ruang pamer, agar menarik pengunjung, dibuat
ceiling yang kontras, saling bersaing untuk dapat menonjolkan diri
dan kesan yang mewah. Dengan melajunya kemajuan teknologi,
dan penemuan-penemuan baru di bidang industri bahan bangunan
tercipta berbagai material ceiling yang memungkinkan untuk memenuhi segala macam jenis fungsi ruang antara lain :
a. Untuk mencapai kesan alamiah, kayu, anyaman bambu, rotan,
dan lain-lain
b. Untuk gaya klasikal, plat-plat gibs bermotif
c. Untuk mencapai kesan glamour, kaca (antique glass ceiling),
kain beludru
d. Pada rumah-rumah sederhana, eternit polos (bermotif), tripleks
commit to user
e. Pada bangunan-bangunan utilitas, beton exposed
f. Pada bangunan-bangunan umum, alumunium, fiber glass sebagai
skylight, kaca timah pada gereja-gereja. (Pamudji Suptandar, 1999 : 166).
11.Organisasi Ruang
Penyusunan ruang-ruang dapat menjelaskan tingkat kepentingan relatif
dan fungsi serta peran simbolis ruang-ruang tersebut di dalam suatu
organisasi bangunan. Keputusan mengenai jenis organisasi yang harus
digunakan dalam situasi khusus akan tergantung pada: kebutuhan atas
program bangunan, seperti pendekatan fungsional persyaratan ukuran,
klasifikasi hirarki ruang-ruang dan syarat-syarat pencapaian, pencahayaan
atau pemandangan. Kondisi-kondisi eksterior dari tapak yang mungkin
akan membatasi bentuk atau pertumbuhan organisasi atau yang mungkin
merangsang organisasi tersebut untuk mendapatkan gambaran-gambaran
tertentu tentang tapaknya dan terpisah dari bentuk-bentuk lainnya. (Ching,
1996, 188)
Berbagai macam pengorganisasian ruang menurut Francis.D.K. Ching
antara lain sebagai berikut :
a. Terpusat
Gambar II.7 Organisasi ruang terpusat
(Sumber : Ching, 1996, hal 189)
Suatu ruang dominant, dimana pengelompokan sejumlah ruang
sekunder dihadapkan. Organisasi terpusat merupakan komposisi
commit to user
dikelompokkan mengelilingi sebuah ruang pusat yang luas dan
dominan.
Gambar II.8
Ilustrasi 1 Organisasi ruang terpusat
(Sumber : Ching, 1996, hal 190)
Ruang pemersatu terpusat, dari suatu organisasi pada umumnya
berbentuk teratur dan ukurannya cukup besar untuk menggabungkan
sejumlah ruang sekunder di sekelilingya.
Gambar II.9
Ilustrasi 2 Organisasi ruang terpusat
(Sumber : Ching, 1996, hal 190)
Ruang-ruang sekunder dari suatu organisasi mungkin setara satu
sama lain dalam fungsi, bentuk dan ukuran, serta menciptakan suatu
konfigurasi keseluruhan yang secara geometri teratur dan simetris
terhadap dua sumbu atau lebih.
Gambar II.10 Ilustrasi 3 Organisasi ruang terpusat
commit to user
Ruang-ruang sekunder mungkin berbeda satu sama lain dalam hal
bentuk atau ukurannya sebagai tanggapan terhadap
kebutuhan-kebutuhan individu akan fungsi, menunjukkan kepentingan relatif, atau
lingkungan suasana sekitarnya. Perbedaan antara ruang-ruang sekunder
juga memungkinkan bentuk dari organisasi terpusat untuk menanggapi
kondisi lingkungan tapaknya.
Gambar II.11
Ilustrasi 4 Organisasi ruang terpusat
(Sumber : Ching, 1996, hal 190)
Apabila bentuk organisasi terpusat bersifat tidak berarah,
kondisi-kondisi pencapaian dan jalan masuk harus dikhususkan menurut tapak
dan ketegasan salah satu ruang sekunder sebagai gerbang masuk.
Gambar II.12 Ilustrasi 5 Organisasi ruang terpusat
(Sumber : Ching, 1996, hal 190)
Pola sirkulasi dan pergerakan dalam suatu organisasi terpusat mungkin
berbentuk radial, lup atau Spiral. Walaupun hampir dalam setiap kasus
pola tersebut akan berakhir di dalam atau di sekeliling ruang pusat.
Gambar II.13 Ilustrasi 6 Organisasi ruang terpusat