• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN PENGGUNA JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KABUPATEN SUKOHARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN PENGGUNA JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KABUPATEN SUKOHARJO"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN

PENGGUNA JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

(RSUD) KABUPATEN SUKOHARJO

Oleh :

VITA YUNI WIDYAWATI

D 0107101

Skripsi

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Ilmu Administrasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadapan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Dosen Pembimbing

(3)

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah Diuji dan Disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pada Hari : Tanggal : Panitia Penguji :

1. Dra. Hj. Lestariningsih, M.Si ( )

NIP. 19531009 198003 2 003

2. Faizatul Ansoriyah, M.Si ( )

NIP. 19820304 200812 2 003

3. Drs. Sudarto, M.Si ( )

NIP. 19550202 198503 1 006

Mengetahui, Dekan FISIP UNS

Prof. Drs. Pawito, Ph.D

NIP. 1954 0805 1985 031 002

(4)

commit to user

iv

Wahai orang-orang beriman! Mohonlah

pertolongan (kepada Allah) dengan

sabar dan shalat. Sungguh, Allah

beserta orang-orang yang sabar.”

(QS. Al Baqarah : 153)

“Sesungguhnya jiwa saya merasa

senang dengan ilmu, dengannya jiwa

saya semakin kuat.” (Ibnu Taimiyyah)

“...Sebaik-baik manusia adalah yang

paling bermanfaat bagi sesama

(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan untuk :

ü

Kedua orang tua tercinta Bapak, Ibu yang selalu mendo’akan,

memberikan dukungan moril maupun materiil dan memberikan semangat

selama penulisan skripsi.

ü

Keluarga tercinta Adi, mas Eko, dan semua keluarga besar terimakasih

untuk segala bentuk dukungan yang diberikaan.

ü

Nenek tersayang rahimahallah, yang selalu ada di dalam hati penulis.

ü

Dan untuk teman-temanku Nana, Atik, Metta, Gladys, Muharam, Mas

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi dengan judul “Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan

Pengguna Jamkesmas Terhadap Kualitas Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Kabupaten Sukoharjo” dengan baik.

Skripsi ini Penulis susun dan ajukan guna memenuhi salah satu syarat

akademis untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada program studi Administrasi

Negara di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Surakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan Skripsi ini

adalah atas bantuan dan pengarahan, bimbingan serta dorongan dari berbagai

pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Sudarto, M.Si selaku Pembimbing Skripsi yang senantiasa

memberikan pengarahan, bimbingan, serta nasehat selama penulisan skripsi.

2. Ibu Dra. Hj. Lestaringingsih, M.Si dan Ibu Faizatul Ansoriyah, S.Sos, M.Si

selaku dosen penguji.

3. Bapak dan Ibu Dosen pengajar beserta staf pada Fakultas Ilmu Sosial dan

Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Sri Sri Sunarti, SE. MM. selaku Kepala Sub Bagian Diklat Dan

Pengembangan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sukoharjo yang

selalu memberikan informasi, arahan, bimbingan, serta semangat kepada

penulis.

5. Orang tua, kakak, adik, serta pihak-pihak lain yang telah memberikan

dorongan dalam penyusunan Sripsi ini.

6. Serta semua pihak-pihak yang telah memberikan dorongan dalam penyusunan

(7)

commit to user

vii

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna sehingga Penulis akan menerima kritik dan saran yang membangun

untuk perbaikan skripsi ini ke depannya. Semoga skripsi ini berguna untuk

pengembangan dan penelitian selanjutnya, serta bermanfaat bagi para pembaca.

Surakarta, Oktober 2011

(8)

commit to user

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ….. ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAGTAR TABEL ... xii

ABSTRAK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9

A.Kajian Teori... 9

1. Definisi Kepuasan Pelanggan ... 8

a. Pentingnya Mengukur Kepuasan Pelanggan ... 16

b. Indikator Kepuasan Pelanggan ... 21

2. Definisi Jamkesmas ... 27

(9)

commit to user

ix

b. Kepesertaan ... 30

c. Sumber Dana ... 32

d. Ketentuan Umum ... 33

B. Kerangka Pemikiran ... 35

C.Definisi Konseptual ... 40

D.Definisi Operasional ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42

A.Lokasi Penelitian ... 42

B. Jenis Penelitian ... 42

C.Teknik Pengumpulan Data ... 43

D.Sumber Data ... 44

E. Populasi dan Sampel ... 45

1. Populasi... 45

2. Sampel... 46

F. Teknik Pengambilan Sampling ... 47

G.Uji Validitas dan Reliabilitas ... 48

1. Uji Validitas... 48

2. Uji Reliabilitas ... 51

H.Teknik Analisis Data ... 54

BAB IV PEMBAHASAN ... 58

A. Deskripsi Lokasi ... 58

1. Sejarah Umum RSUD Kabupaten Sukoharjo ... 58

(10)

commit to user

x

3. Tujuan, Sasaran, Tugas dan Fungsi ... 60

4. Kebijakan, Program Layanan, dan Jenis-jenis Pelayanan RSUD Sukoharjo ... 61 5. Struktur Organisasi ... 65

B. Pembahasan ... 66

1. Karakteristik Responden ... 67

2. Deskripsi Variabel Dependen ... 70

3. Analisis Diskriminan ... 71

BAB V PENUTUP ... 92

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA

(11)

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Model Kerangka Pemikiran ...

41

Gambar III.1 Struktur Organisasi RSUD Kabupaten Sukoharjo ...

66

(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Pengujian Validitas Indikator Reliability ...

49

Tabel I.2 Pengujian Validitas Indikator Responsiveness ...

49

Tabel I.3 Pengujian Validitas Indikator Assurance ...

50

Tabel I.4 Pengujian Validitas Indikator Empathy ...

50

Tabel I.5 Pengujian Validitas Indikator Tangibles ...

51

Tabel II.1 Pengujian Reliabilitas Indikator Reliability ...

52

Tabel II.2 Pengujian Reliabilitas Indikator Responsiveness ...

52

Tabel II.3 Pengujian Reliabilitas Indikator Assurance ...

53

Tabel II.4 Pengujian Reliabilitas Indikator Empathy ...

53

Tabel II.5 Pengujian Reliabilitas Indikator Tangibles ...

54

Tabel III.1 Krakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...

66

Tabel III.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...

67

Table III.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

...

67

(13)

commit to user

xiii ...

Tabel III.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Poliklinik yang dituju

...

69

Tabel IV.1 Penilaian Responden Terhadap Pelayanan RSUD Kabupaten Sukoharjo

...

70

Tabel VI.1 Interpretasi Model Diskriminan ...

77

(14)

commit to user

xiv

ABSTRAK

VITA YUNI WIDYAWATI, D0107101, ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN PENGGUNA JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KABUPATEN SUKOHARJO, JURUSAN ILMU ADMINISTRASI, FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK, UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA, 2011.

Dalam upaya meningkatkan kesehatan bagi masyarakat miskin, saat ini pemerintah sedang memantapkan penjaminan kesehatan melalui Jamkesmas sebagai awal dari pencapaian jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk.

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang komprehensif, maka diperlukan penelitian yang menganalisis tingkat kepuasan pasien berdasarkan 5 indikator pelayanan yaitu reliabilitas, responsivitas, asuransi, empati, dan tangibles. Penelitian ini berlokasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Sukoharjo. Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sumber data yang diolah adalah data primer dan data sekunder. Tehnik pengumpulan data atau informasi melalui penyebaran kuesioner, observasi, dan dokumentasi. Metode penarikan sampel yang digunakan ialah Accidental sampling atau convience. Uji validitas diolah menggunakan Pearson Corelation dan sedangkan uji reliabilitas menggunakan Cronbach’s Alpha, keduanya dioalah menggunakan SPSS Versi 13.

Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien rawat jalan pengguna Jamkesmas di RSUD Kabupaten Sukoharjo, digunakan metode analisis diskriminan. Hasil olah data menunjukkan bahwa 92,7% pasien merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh RSUD Kabupaten Sukoharjo. Dari hasil interpretasi diskriminan diketahui bahwa dari 20 aspek indikator variabel bebas, ada 6 aspek yang masuk dalam model diskriminan, dan 6 aspek tersebut merupakan faktor pembeda antara pasien yang merasa puas dengan pasien yang merasa tidak puas. Keenam aspek tersebut yaitu kenyamanan ruang tunggu, fasilitas fisik rumah sakit, penerimaan keluhan dari pasien, tarif sesuai kualitas, informasi yang jelas, penampilan petugas. Sehingga pihak manajemen RSUD Kabupaten Sukoharjo harus memperhatikan keenam aspek tersebut agar pasien yang semula tidak puas bisa merasa puas.

(15)

commit to user

xv

ABSTRACT

VITA YUNI WIDYAWATI, D0107101, AN ANALYSIS ON THE SATISFACTION LEVEL OF OUTPATIENT USING JAMKESMAS IN

SUKOHARJO REGENCY’S LOCAL GENERAL HOSPITAL,

ADMINISTRATION SCIENCE DEPARTMENT, SOCIAL AND

POLITICAL SCIENCES FACULTY, SURAKARTA SEBELAS MARET UNIVERSITY, 2011.

In the attempt of improving the poor people’s health, the government currently is establishing the health security through Jamkesmas (Public Health Security) as the beginning to achieve the health security for all populations.

In order to get a comprehensive result of research, there should be a research analyzing the patient’s satisfaction level based on 5 service indicators of reliability, responsiveness, assurance, empathy, and tangibles. This research was taken place in Sukoharjo Regency’s Local General Hospital. The research used a descriptive quantitative method. The data sources processed consisted f primary and secondary data. Techniques of collecting data or information used were questionnaire distribution, observation and documentation. The sampling method used was accidental or convenience sampling one. The validity test was processed using Pearson Correlation, while the reliability test using Cronbach’s Alpha, both of which were processed using version 13 of SPSS.

In order to find out the satisfaction level of outpatient using Jamkesmas in Sukoharjo Regency’s Local General Hospital, the discriminant analysis method was used. The result of data processing shows that 92.7% patients feel satisfied with the service given by the Sukoharjo Regency’s Local General Hospital. From the result of discriminant interpretation, it can be found that out of 20 aspects of independent variable indicator, 6 aspects are included into discriminant model, and those six aspects are the differentiating factors between the satisfied patient and the unsatisfied patient. Those six aspects are: waiting room comfort, hospital physical facility, patient’s grievance reception, tariff consistent with the quality, obvious information, officer appearance. Thus, the management of Sukoharjo Regency’s Local General Hospital should pay attention to those six aspects to change the unsatisfied patient into the satisfied one.

(16)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa Negara wajib

melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasarnya

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Seluruh kepentingan

publik harus dilaksanakan oleh pemerintah sebagai penyelenggara negara yaitu

dalam berbagai sektor pelayanan, terutama yang menyangkut pemenuhan hak-hak

sipil dan kebutuhan dasar masyarakat. Dengan kata lain seluruh kepentingan yang

menyangkut hajat hidup orang banyak itu harus atau perlu adanya suatu

pelayanan.

Pemerintah mengandung arti suatu kelembagaan atau organisasi yang

menjalankan kekuasaan pemerintahan, sedangkan pemerintahan adalah proses

berlangsungnya kegiatan atau perbuatan pemerintah dalam mengatur kekuasaan

suatu negara. Penguasa dalam hal ini pemerintah yang menyelenggarakan

pemerintahan, melaksanakan penyelenggaraan kepentingan umum, yang

dijalankan oleh penguasa administrasi negara yang harus mempunyai

wewenang. Seiring dengan perkembangan, fungsi pemerintahan ikut berkembang,

dahulu fungsi pemerintah hanya membuat dan mempertahankan hukum, akan

tetapi pemerintah tidak hanya melaksanakan undang-undang tetapi berfungsi juga

untuk merealisasikan kehendak negara dan menyelenggarakan kepentingan umum

(17)

commit to user

pelayanan, pada dasarnya pemerintah berkeinginan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan publik kepada masyarakat.

Pemerintah di dalam menyelenggarakan pelayanan publik masih banyak

dijumpai kekurangan sehingga jika dilihat dari segi kualitas masih jauh dari yang

diharapkan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan masih munculnya berbagai

keluhan masyarakat melalui media massa. Jika kondisi ini tidak direspon oleh

pemerintah maka akan dapat menimbulkan citra yang kurang baik terhadap

pemerintah sendiri. Mengingat fungsi utama pemerintah adalah melayani

masyarakat maka pemerintah perlu terus berupaya meningkatkan kualitas

pelayanan publik ( Men PAN, 2004 : 5 ). Pelayanan merupakan tugas utama yang

hakiki dari sosok aparatur, sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Tugas ini

telah jelas digariskan dalam pembukaan UUD 1945 alenia keempat.

Dalam rangka mencapai tujuan negara tersebut diselenggarakan

pembangunan nasional di semua bidang kehidupan yang berkesinambungan yang

merupakan salah satu rangkaian pembangunan yang menyeluruh, terpadu, dan

terarah. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional

diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup

sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang

optimal dan menyeluruh. Kebutuhan dasar manusia berupa kebutuhan fisik yaitu :

pangan, sandang dan papan yang memang sangat penting untuk menunjang

kehidupan masyarakat sebagai makhluk hidup.

Seiring perkembangan jaman, kebutuhan masyarakat pun terus

(18)

commit to user

baru sebagai kebutuhan dasar yaitu diantaranya adalah kebutuhan akan pelayanan

kesehatan. Sebab masyarakat mulai menyadari akan arti pentingnya kesehatan,

apalagi sekarang banyak bermunculan jenis penyakit baru yang mengancam

keselamatan nyawa manusia. Selain itu masyarakat juga mulai merasakan nilai

kesehatan karena mahalnya biaya perawatan kesehatan yang seringkali sulit

dijangkau oleh masyarakat terutama masyarakat miskin.

Kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga negara

berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin.

Konstitusi negara dan Undang-Undang No 40/2004 tentang sistem Jaminan Sosial

Nasional mengamanatkan untuk memberikan perlindungan bagi fakir miskin,

anak dan orang terlantar serta orang tidak mampu yang pembiayaan kesehatannya

dijamin oleh Pemerintah.

Saat ini pemerintah sedang memantapkan penjaminan kesehatan melalui

Jamkesmas sebagai awal dari pencapaian jaminan kesehatan bagi seluruh

penduduk. Berdasarkan pengalaman masa lalu dan belajar dari pengalaman

berbagai negara lain, sistem jaminan kesehatan sosial merupakan suatu pilihan

yang tepat untuk menata subsistem pelayanan kesehatan yang searah dengan

subsistem pembiayaan kesehatan. Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas)

akan menjadi pendorong perubahan-perubahan mendasar seperti penataan

standarisasi pelayanan, standarisasi tarif, penataan pengunaan obat yang rasional

dan meningkatkan kemampuan serta mendorong manajemen Rumah Sakit dan

fasilitas kesehatan lainnya untuk lebih efisien yang berdampak pada kendali mutu

(19)

commit to user

Melalui Jamkesmas diharapkan dapat memberikan kontribusi

meningkatkan umur harapan hidup bangsa Indonesia, menurunkan angka

kematian ibu melahirkan, menurunkan angka kematian bayi dan balita serta

penurunan angka kelahiran, disamping itu dapat terlayaninya kasus-kasus

kesehatan peserta pada umumnya.

Program jaminan kesehatan ini telah memberikan banyak manfaat bagi

peningkatan akses pelayanan kesehatan masyarakat peserta. Pelaksanaan

Jamkesmas 2011 merupakan kelanjutan pelaksanaan tahun 2010 dengan

perbaikan dan peningkatan yang mencakup aspek kepesertaan, pelayanan

kesehatan, pendanaan dan organisasi manajemen.

Sasaran kepesertaan Jamkesmas 2011 tetap mencakup 76,4 juta jiwa

dengan perluasan cakupan sasaran kepesertaan yaitu masyarakat miskin penghuni

panti-panti sosial, masyarakat miskin korban bencana pasca tanggap darurat serta

masyarakat miskin penghuni Rumah Tahanan Negara (Rutan) dan masyarakat

miskin Penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Namun demikian Pemda

tetap harus berkontribusi terhadap masyarakat miskin di luar kuota. Dalam rangka

kendali biaya dan kendali mutu pelayanan, pembayaran dan pertanggung jawaban

Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) menggunakan paket tarif INA-DRG yang

telah disempurnakan melalui versi 1,6 yang diterapkan pada seluruh PPK jaringan

Jamkesmas.

Tidak ada yang sempurna dari suatu sistem, namun kita mempunyai

pilihan-pilihan yang terbaik untuk selalu dilakukan penyempuraan dari

(20)

commit to user

pihak terkait, Puskesmas dan Jaringannya, Balai-balai kesehatan, Rumah Sakit,

dan organisasi kemasyarakatan termasuk Lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat,

Pemerintah Pusat dan Daerah diharapkan kontribusi dan perannya masing- masing

untuk dapat bersama-sama membantu kelancaran program Jamkesmas.

Dari jumlah peserta sebesar 76,4 juta jiwa tersebut, Provinsi Jawa Tengah

merupakan provinsi dengan jumlah peserta Jamkesmas terbesar bila dibandingkan

dengan provinsi lainnya dari seluruh Indonesia. Sebanyak 11.715.881 jiwa

penduduk tercatat sebagai peserta Jamkesmas, jumlah yang sangat besar dan

angka ini juga menggambarkan tingginya angka kemiskinan di Provinsi Jawa

Tengah.

Sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten

Sukoharjo sendiri mencatat ada 275.262 penduduk yang terdaftar sebagai peserta

Jamkesmas. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :

1145/menkes/sk/viii/2010 tentang penerima dana tahap ketiga penyelenggaraan

jaminan kesehatan masyarakat tahun 2010, ada tiga rumah sakit di Kabupaten

Sukoharjo yang melayani pasien pengguna Jamkesmas. Ketiga rumah sakit

tersebut adalah RSUD Sukoharjo, RS Ortopedi Sukoharjo/RS Ortopedi Prof Dr.

R. Soeharso, dan RSU Nirmala Suri Sukoharjo.

Namun diantara ketiga rumah sakit tersebut, nampaknya hanya RSUD

Sukoharjo yang menerima pasien Jamkesmas dengan jumlah terbesar, hal ini

dijelaskan oleh Kasie Jamkesmas DKK Sukoharjo Sri Wahyuni yang dimuat

(21)

commit to user

“Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo memperluas rumah sakit yang menjadi rujukan warga miskin melalui Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yaitu RS Moewardi Solo, RS Sardjito Yogyakarta, RSCM Jakarta dan RS Harapan Kita Jakarta. Kasie Jamkesmas DKK Sukoharjo Sri Wahyuni mengakui terobosan pelayanan karena selama ini hanya mengandalkan RSUD Sukoharjo dalam memberi layanan pengobatan gratis. Dan, bisa memenuhi pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.”

Dari artikel di atas dapat diketahui bahwa selama ini RSUD Sukoharjo

sangat diandalkan dalam memberi layanan pengobatan gratis untuk peserta

Jamkesmas dibanding rumah sakit lain yang ada di Kabupaten Sukoharjo.

Sebagai rumah sakit dengan tipe B, RSUD Sukoharjo adalah rumah sakit

umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis

sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan sub spesialistik terbatas.

Pasien Jamkesmas tidak dikenakan biaya dalam pengobatannya,

sehingga tidak jarang pihak rumah sakit memberikan pelayanan yang

berbeda kepada mereka bila dibandingkan dengan pasien

non-jamkesmas. Walaupun demikian, seharusnya rumah sakit harus tetap

memberikan pelayanan terbaik bagi pasien pemegang kartu

Jamkesmas. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui apakah RSUD

Sukoharjo sebagai salah satu dari 3 rumah sakit di Kabupaten Sukoharjo yang

menerima pengguna Jamkesmas memberikan pelayanan kesehatan yang

(22)

commit to user

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Seberapa besar tingkat kepuasan pasien rawat jalan pengguna

Jamkesmas di RSUD Kabupaten Sukoharjo?

2. Faktor-faktor apa saja yang membedakan tingkat kepuasan pasien

rawat jalan pengguna Jamkesmas di RSUD Kabupaten Sukoharjo?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain :

1. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien rawat jalan pengguna

Jamkesmas di RSUD Kabupaten Sukoharjo.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang membedakan tingkat

kepuasan pasien rawat jalan pengguna Jamkesmas di RSUD

Kabupaten Sukoharjo.

1.4 Manfaat Penelitian

1) Bagi peneliti sendiri menambah wawasan dan pengetahuan tentang

program Jamkesmas terhadap peningkatan kesehatan masyarakat.

2) Penelitian ini dapat memberikan kontribusi berupa pemikiran dan

masukan kepada pihak-pihak pelaksana program Jamkesmas dengan

mengetahui respon masyarakat penerima bantuan. Dengan demikian

para pelaksana program dapat membuat program yang lebih baik

dari sebelumnya.

3) Sebagai referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan

(23)

commit to user

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kepuasan Pelanggan

Dewasa ini banyak perusahaan yang menyatakan bahwa tujuan

perusahaan yang bersangkutan adalah untuk memuaskan pelanggan. Cara

pengungkapannya mungkin beragam. Ada yang merumuskannya “memberikan

segala sesuatu yang diharapkan setiap pelanggan”, “pelanggan adalah raja”,

“kepuasan pelanggan adalah tujuan kami”, dan lain sebagainya. Situasi ini

tidak hanya terjadi pada sektor swasta, tetapi juga melanda perusahaan atau

instansi pemerintah. Kini semakin disadari bahwa pelayanan dan kepuasan

pelanggan merupakan aspek vital dalam rangka bertahan dalam bisnis dan

memenangkan persaingan. Meskipun demikian tidaklah gampang untuk

mewujudkan kepuasan pelanggan secara menyeluruh. Pelanggan yang dihadapi

saat ini berbeda dengan pelanggan pada beberapa dasawarsa yang lalu. Kini

pelanggan semakin terdidik dan menyadari akan hak-haknya. Oleh karena itu

dapat dipahami bahwa tidak realistis bila suatu perusahaan mengharapkan tidak

ada pelanggan yang tidak puas. Namun tentu saja setiap perusahaan harus

berusaha meminimalkan ketidakpuasan pelanggan dengan memberikan

pelayanan yang semakin hari semakin baik. Dan pada saat bersamaan,

(24)

commit to user

Sebenarnya konsep kepuasan pelanggan masih bersifat abstrak.

Pencapaian kepuasan dapat merupakan proses yang sederhana, maupun

kompleks yang rumit. Lerbin R. Aritonang (2005 : 2-3) mendefinisikan

kepuasan pelanggan sebagai hasil penilaian pelanggan terhadap apa yang

diharapkannya dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Harapan itu

lantas dibandingkan dengan persepsinya terhadap kinerja yang diterimanya

dengan mengkonsumsi produk itu. Jika harapannya lebih tinggi daripada

kinerja produk, ia akan merasa tidak puas. Sebaliknya, jika harapannya sama

dengan atau lebih rendah daripada kinerja produk ia akan merasa puas.

Menurut definisi di atas, ada dua ukuran yang tercakup. Ukuran yang

pertama adalah harapan pelanggan yang berfungsi sebagai pembanding atas

ukuran yang kedua, yaitu kinerja produk.

Definisi lainnya hanya menggunakan satu ukuran berupa kepuasan

yang diperoleh pelanggan setelah membeli dan menggunakan suatu produk.

Dalam hal ini, skor kualitas produk dijadikan sebagai skor kepuasan pelanggan.

Pelanggan akan puas jika produk yang dibeli dan dikonsumsinya

berkualitas. Ukuran kualitas dapat bersifat objektif ataupun subjektif.

Akhir-akhir ini banyak orang yang menggunakan ukuran yang lebih subjektif yang

lebih berorientasi pada persepsi dan sikap daripada kriteria yang lebih objektif

dan konkret. Alasannya, indeks yang objektif tidak dapat diterapkan untuk

melihat kualitas jasa. Selain itu, perusahaan mestinya lebih tertarik untuk

memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif atas persepsi pelanggan

(25)

commit to user

kepuasan pelanggan untuk menentukan persepsi dan sikap pelanggan mengenai

kualitas produk yang dikonsumsinya.

Dari uraian di atas perlu diketahui bahwa kepuasan memiliki subjek,

yaitu pelanggan, dan objek yaitu produk. Produk itu dapat berupa barang atau

jasa. Produk juga dapat dipandang sebagai satu keseluruhan maupun dari segi

karakteristik-karakteristik produknya. Karakteristik sering juga disebut sebagai

sifat, atribut, atau dimensi. Jadi, segi yang terakhir itu bukan sebagai satu

keseluruhan tetapi terdiri dari berbagai atribut. Misalnya, kepuasan pelanggan

terhadap warnanya, daya tahannya, keramahan pekerja pemberi jasa,

kebersihan tempat pemberian pelayanan,dll.

Oliver (dalam J. Supranto, 2006:233) memaknai kepuasan sebagai

tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja/hasil yang

dirasakannya dengan harapannya. Jadi, tingkat kepuasan merupakan fungsi dari

perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan pelanggan. Apabila

kinerja di bawah harapan, maka pelanggan akan kecewa. Bila kinerja sesuai

harapan, maka pelanggan akan merasa puas. Sedangkan bila kinerja melebihi

apa yang diharapkan, pelanggan akan sangat puas. Harapan pelanggan

dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji

dan informasi pemasar dan saingannya. Pelanggan yang puas akan setia lebih

lama, kurang sensitif terhadap harga dan memberi komentar yang baik tentang

perusahaan.

Kepuasan pelanggan adalah sesuatu hal yang sangat penting dan harus

(26)

commit to user

pelayanan yang diterima. Seperti yang diungkapkan oleh Kim, Park and Jeong

:2004, dan Deng et al : 2009 (dalam Muzammil Hanif, 2010) berikut ini :

“customer satisfaction is customer’s reaction to the state of satisfaction, and customer’s judgment of satisfaction level. Customer satisfaction is very important in today’s business world as according to Deng et al., (2009) the ability of a service provider to create high degree of satisfaction is crucial for product differentiation and developing strong

relationship with customers.”

Definisi yamg sama juga dikemukakan oleh Hallowell, Heskett et al, Blanchard and Galloway, Bastos and Gallego, 2008 (dalam Jahanshahi , 2011) kepuasan pelanggan adalah hasil dari persepsi pelanggan dari nilai yang

diterima dengan kualitas pelayanan yang dirasakan relatif sama terhadap harga

atau biaya yang dilkeluarkan. Seperti yang tertulis berikut ini :

“Customer satisfaction has been defined in various ways, but the conceptualization, which appears to have achieved the widest acceptance, is that satisfaction is a post-choice evaluative judgment of a specific transaction (Bastos and Gallego, 2008). Customer satisfaction is the result of a customer’s perception of the value received in a transaction or relationship – where value equals perceived service quality relative to price and customer acquisition costs”

Untuk menciptakan kepuasan pelanggan, perusahaan harus

menciptakan dan mengelola suatu sistem untuk memperoleh pelanggan yang

lebih banyak dan kemampuan untuk mempertahankan.

Selain definisi di atas Tse dan Wilson menyatakan bahwa kepuasan

pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang

dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja

aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya. Wilkie

(27)

commit to user

pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa. Engel, et al. menyatakan bahwa

kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli di mana alternatif yang

dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan,

sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil (outcome) tidak memenuhi

harapan. Sedangkan Kotler menandaskan bahwa kepuasan pelanggan adalah

tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang ia

rasakan dibandingkan dengan harapannya. (Fandy Tjiptono 2003 : 102)

Ada kesamaan diantara beberapa definisi di atas yaitu menyangkut

komponen kepuasan pelanggan (harapan dan kinerja/hasil yang dirasakan).

Umumnya harapan pelanggan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan

tentang apa yang akan diterimanya bila ia membeli atau mengkonsumsi suatu

produk (barang/jasa). Sedangkan kinerja yang dirasakan adalah persespsi

pelanggan terhadap apa yang ia terima setelah menkonsumsi produk yang

dibeli.

Kepuasan pelanggan merupakan fungsi dari kualitas pelayanan

dikurangi harapan pelanggan (Parasuraman, et al : 41-50) dengan kata lain :

1. Service Quality < Expectation

Bila ini terjadi dapat dikatakan bahwa pelayanan yang diberikan

perusahaan buruk. Selain itu tidak memuaskan juga tidak sesuai dengan

(28)

commit to user 2. Service Quality = Expectation

Bila ini terjadi dapat dikatakan bahwa pelayanan yang diberikan cukup

memuaskan. Dimata pelanggan, pelayanan yang diberikan tidak ada

keistimewaannya dan memang seharusnya sudah seperti itu.

3. Servise Quality > Expectation

Bila ini terjadi dapat dikatakan bahwa pelanggan merasakan pelayanan

yang diberikan oleh perusahaan tidak hanya sesuai dengan kebutuhan,

namun sekaligus memuaskan dan menyenangkan. Pelayanan ini yang

disebut pelayanan Prima service (excelent service) yang selalu diharapkan

pelanggan.

Dari seluruh definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepuasan

pelanggan mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang

dirasakan oleh pelanggan.

Dalam menentukan tingkat kepuasan pelanggan, terdapat lima faktor

utama yang harus diperhatikan oleh perusahaan yaitu pertama, kualitas produk.

Pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa

produk yang mereka gunakan berkualitas. Kedua adalah kualitas pelayanan,

terutama untuk industri jasa. Pelanggan akan merasa puas bila mereka

mendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan yang diharapkan.

Ketiga adalah emosional, pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan

keyakinan bahwa orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan

produk dengan merk tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan

(29)

commit to user

tetapi nilai sosial atau self-esteern yang membuat pelanggan menjadi puas

terhadap merek tertentu. Faktor yang berikut adalah harga, produk yang

mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang relatif murah

akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada pelanggannya. Faktor yang

terakhir adalah biaya, pelanggan yang tidak perlu mengeluarkan biaya

tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk

atau jasa cenderung puas terhadap produk atau jasa itu. (Rambat Lupiyoadi

2008 : 158)

Agar kepuasan pelanggan dapat diperoleh melalui kualitas pelayanan,

Philip Kotler memberikan empat langkah yang harus ditempuh, yaitu :

a. Memperkecil kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara pihak

manajemen dan pelanggan

b. Perusahaan harus mampu membangun komitmen bersama untuk

menciptakan visi dalam perbaikan proses pelayanan, yaitu : cara berfikir,

perilaku, kemampuan, dan pengetahuan akan tugasnya.

c. Memberi kesempatan kepada pelanggan untuk menyampaikan keluhan

dengan membentuk komplain dan sistem sugesti

d. Mengembangkan dan menerapkan accountable, proactive, dan partnership

marketing sesuai dengan situasi pemasaran.

Kepuasan menjadi isu yang sangat penting karena produk dari institusi

pelayanan adalah jasa. Dalam industri jasa, pelanggan merupakan kunci

keberhasilan organisasi. Semakin organisasi tersebut berhasil memenuhi apa

(30)

commit to user

Saat berbicara tentang organisasi pemerintah, biasanya akan

menganggap pelayanan yang diberikan itu bersifat umum yaitu pelayanan yang

bertujuan untuk kepentingan publik, dimana publik disini dimaknai dengan

masyarakat umum atau rakyat. Akan tetapi apabila dikaitkan dengan

perusahaan, maka para pengguna akan disebut dengan konsumen yaitu mereka

orang yang mengkonsumsi atas produk yang dihasilkan oleh perusahaan

tersebut. Demikian halnya dalam instansi pemerintah yang produk-produknya

berupa jasa untuk masyarakat umum, maka konsumennya pun bersifat umum.

Berbeda dengan konsumen perusahaan, hanya mereka tertentu yang mau

ataupun hanya mereka yang mampu saja untuk mengkonsumsi produk

perusahaan tersebut.

Menurut Kotler pelayanan yang bermutu seharusnya tidak saja

dilakukan oleh karyawan lini depan namun juga seluruh jajaran manajer

dengan cara mengenali pribadi pelanggan. Para pelanggan seharusnya

ditempatkan di atas dan dilayani oleh pelayan petugas lini depan yang

didukung dan diperkuat oleh segenap jajaran manajer dibawahnya. Sehingga

sudah saatnya birokrat melaksanakan tugasnya yang sebenarnya yaitu melayani

masyarakat.

Pihak yang menjadi konsumen dari sebuah rumah sakit seperti yang

akan dibahas dalam penelitian ini adalah mereka para pasien yang sedang,

telah, dan akan mengalami masa perawatan di rumah sakit tersebut. Para pasien

itulah yang menerima pelayanan atas kondisi mereka, maka dari itu merekalah

(31)

commit to user

diberikan di rumah sakit. Dengan demikian pelanggan atau dalam hal ini pasien

menjadi bagian yang penting dalam menentukan penilaian atas kualitas

pelayanan yang diberikan di rumah sakit selain itu juga akan menjadi masukan

bagi pihak rmah sakit dalam memperbaiki kualitas pelayanan yang selanjutnya

akan dipersembahkan kepada masyarakat.

a. Pentingnya Pengukuran Kepuasan Pelanggan

Menurut Hill, Brierley & MacDugall (dalam Fandy Tjiptono,

2008:175-176), kepuasan pelanggan merupakan ukuran kinerja “produk total” sebuah

organisasi dibandingkan serangkaian keperluan pelanggan (customer

requirements). Kepuasan pelanggan bukanlah konsep absolut, melainkan relatif

atau tergantung pada apa yang diharpkan pelanggan. Operasionalisasi

pengukuran kepuasan pelanggan bisa menggunakan sejumlah faktor, seperti

ekspektasi, tingkat kepentingan (importance), kinerja, dan faktor ideal.

Pelanggan memang harus dipuaskan, sebab kalau mereka tidak puas

akan meninggalkan peusahaan dan menjadi pelanggan pesaing, hal ini akan

menyebabkan penurunan penjualan dan pada gilirannya akan menurunkan laba

bahkan kerugian. Maka dari itu, pimpinan perusahaan harus berusaha

melakukan pengukuran tingkat kepuasan pelanggan agar segera mengetahui

atribut apa dari suatu produk yang bisa membuat pelanggan tidak puas.

Tingkat kepuasan pelanggan sangat tergantung pada mutu suatu produk.

Dalam penelitian ini produk yang dimaksudkan adalah jasa. Menurut

Montgomery (dalam J. Supranto, 2006:2) mutu/kualitas adalah :

(32)

commit to user

Rambat Lupioadi berpendapat bahwa terdapat lima empat faktor yang

harus diperhatikan oleh perusahaan dalam menentukan tingkat kepuasan

pelanggan, antara lain :

1. Kualitas produk atau jasa. Kepuasan pelanggan akan tercapai jika kualias

produk atau pelayanan yang diberikan adalah baik.

2. Emosional. Kepuasan pelanggan juga diperoleh dari nilai sosial atau

self-esteem dari pelayanan jasa.

3. Harga. Pelanggan akan puas jika ia bisa mendapatkan kualitas yang sama

dengan harga yang lebih rendah atau kualias yang lebih baik dengan harga

yang sama.

4. Biaya Pelanggan akan puas jika ia tidak harus mengeluarkan biaya

tambahan atau membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau

jasa palayanan. (Rambat Lupiyoadi, 2008 : 158)

Pengukuran kepuasan pelanggan oleh sebuah organisasi pelayanan

merupakan langkah strategis dalam mempertahankan kelangsungan hidup

organisasi tersebut, mengingat bahwa dengan kepuasan pelanggan akan

diketahui unsur-unsur apa yang perlu diperbaiki, disamping itu kepuasan

pelanggan mampu menciptakan pelanggan yang loyal terhadap produk atau

jasa pelayanan organisasi tersebut.

Pelanggan haruslah merupakan prioritas utama organisasi. Ini berarti

bahwa kelangsungan hidup suatu organisasi tergantung pada pelanggan.

Pelanggan yang dapat diandalkan merupakan pelanggan yang paling penting.

(33)

commit to user

dari organisasi yang sama. Pelanggan yang puas dengan produk/pelayanan dari

suatu organisasi akan menjadi pelanggan yang dapat diandalkan. Oleh karena

itu, kepuasan pelanggan sangatlah penting.

Pengukuran kepuasan pelanggan dilakukan dengan berbagai macam

tujuan, diantaranya :

o Mengidentifikasi keperluan (requirement) pelanggan (importance ratings),

yakni aspek-aspek yang dinilai penting oleh pelanggan dan mempengaruhi

apakah ia puas atau tidak.

o Menentukan tingkat kepuasan pelanggan terhadap kinerja organisasi pada

aspek-aspek penting.

o Membandingkan tingkat kepuasan pelanggan terhadap perusahaan dengan

tingkat kepuasan pelanggan terhadap organisasi lain, baik pesaing langsung

maupun tidak langsung.

o Mengidentifikasi PFI (Priorities for Improvement) melalui analisis gap

antara skor tingkat kepentingan (importance) dan kepuasan.

o Mengukur indeks kepuasan pelanggan yang bisa menjadi indikator andal

dalam memantau kemajuan perkembangan dari waktu ke waktu.

Bagi organisasi atau perusahaan baik organisasi publik maupun swasta

yang bergerak dibidang jasa, memberikan kepuasan kepada pelanggan berarti

organisasi tersebut harus memberikan pelayanan yang berkualitas kepada

pelanggan. Dalam Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor

KEP/25/M.PAN/2/2004 disebutkan bahwa Indek Kepuasan Masyarakat (IKM)

(34)

commit to user

dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat

dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik

dengan membandingkan antara harapan dan kebutuhannya. Dalam Indek

Kepuasan Masyarakat terdapat 14 unsur yang terdiri dari :

1.Prosedur pelayanan

Kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat

dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.

2.Persyaratan pelayanan

Yaitu persyaratan teknis dan administratif yag diperlukan untuk

mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya.

3.Kejelasan petugas pelayanan

Keberadaan dan kepastian petugas yang memberikan pelayanan (nama,

jabatan serta kewenangan dan tanggungjawabnya).

4.Kedisiplinan petugas pelayanan

Kesungguhan petugas daam memberikan pelayanan terutama terhadap

konsistensi waktu kerja sesuai aturan yang berlaku.

5.Tanggung jawab petugas pelayanan

Kejelasan wewenang dan tanggungjawab petugas dalam

penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan kepada masyarakat.

6.Kemampuan petugas pelayanan

Tingkat keahlian dan ketrampilan yang dimiliki petugas dalam

(35)

commit to user 7.Kecepatan pelayanan

Target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah

ditentukan oleh unit pelayanan.

8.Keadilan mendapatkan pelayanan

Pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan masyarakat yang

golongan/status masyarakat yang dilayani.

9.Kesopanan dan keramahan petugas

Sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan

menghormati.

10.Kewajaran biaya pelayanan

Keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang ditetapkan

oleh unit pelayanan.

11.Kepastian biaya pelayanan

Kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah

ditetapkan oleh unit pelayanan.

12.Kepastian jadwal pelayanan

Pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan.

13.Kenyamanan lingkungan

Kondisi saran dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi dan teratur

sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan aman kepada penerima

(36)

commit to user

14.Keamanan pelayanan

Terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan

ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang

untuk mendapatkan layanan terhadap resiko-resiko yang diakibatkan dari

pelaksanaan pelayanan.

b. Indikator Kepuasan Pelanggan

Kegiatan pelayanan umum/publik diarahkan pada terselenggaranya

pelayanan untuk memenuhi kepentingan umum/kepentingan perorangan,

melalui cara-cara yang tepat dan memuaskan pihak yang dilayani. Supaya

pelayanan umum berhasil baik, menurut Keputusan MENPAN Nomor 63

Tahun 2003 disebutkan bahwa penyelenggaraan pelayanan publik harus

memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut :

a. Kesederhanaan

Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan

mudah dilaksanakan.

b. Kejelasan

Kejelasan ini mencakup kejelasan dalam hal :

i. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik;

ii. Unit kerja/pejabat yang berwenag dan bertanggungjawab dalam

memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa

dalam pelaksanaan pelayanan publik;

(37)

commit to user

c. Kepastian Waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikam dalam kurun waktu yang

telah ditentukan.

d. Akurasi

Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah.

e. Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian

hukum.

f. Tanggungjawab

Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk

bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian

keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

g. Kelengkapan sarana dan prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung

lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi

telekomunikasi dan informatika (telematika).

h. Kemudahan akses

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah

dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi

telekomunikasi dan informatika.

i. Kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan

Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta

(38)

commit to user

j. Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang

nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi

dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah

dan lain-lain. (Ratminto dan Atik S.W, 2005:21-23)

Pelayanan akan bisa berjalan dengan baik jika pemerintah selaku

penyelenggara pelayanan memiliki orientasi yang benar mengenai hakikat dari

kedudukannya sebagai abdi masyarakat dan menganggap masyarakat sebagai

klien yang harus selalu senantiasa dijaga kepuasan atas pelayanan yang telah

dan akan diberikan kepada mereka.

Menurut Moenir (2010:197) agar layanan dapat memuaskan kepada

orang atau sekelompok orang yang dilayani, maka pelaku dalam hal ini

petugas, harus dapat memenuhi empat persyaratan pokok. Persyaratan pokok

yang harus dimiliki oleh petugas tersebut diantaranya :

· Tingkah laku yang sopan,

· Cara menyampaikan sesuatu yang berkaitan dengan apa yang seharusnya

direima oleh orang yang bersangkutan,

· Waktu menyampaikan yang tepat, dan

· Keramahtamahan.

Unsur pelaku memang sangat penting dan sangat menentukan

berkualitas atau tidaknya pelayanan umum. Pelaku dapat berbentuk

(39)

commit to user

manusianya selaku pegawai baik secara kelompok sebagai korps maupun

secara individual.

Pelayanan atas jasa publik yang dimaksud dalam UU nomor 25

Tahun 2009 meliputi:

a. penyediaan jasa publik oleh instansi pemerintah yang sebagian atau

seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara

dan/ atau anggaran pendapatan dan belanja daerah;

b. penyediaan jasa publik oleh suatu badan usaha yang modal pendiriannya

sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau

kekayaan daerah yang dipisahkan; dan

c. penyediaan jasa publik yang pembiayaannya tidak bersumber dari

anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan

belanja daerah atau badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau

seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/ atau kekayaan daerah

yang dipisahkan, tetapi ketersediaannya menjadi misi negara yang

ditetapkan di dalam peraturan perundang-undangan.

Goetsch & Davis (dalam Fandy Tjiptono, 2008:82) mengungkapkan

definisi kualitas pelayanan sendiri sebagai suatu kondisi dinamis yang

berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang

memenuhi atau melebihi harapan. Oleh karenanya kualitas pelayanan akan

selalu berubah dan dinamis karena berhubungan dengan pemenuhan harapan

(40)

commit to user

Kenyataannya pelayanan publik masih banyak kekurangannya dan

bisa dikatakan buruk. Di dalam UU nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik disebutkan bahwa pelayanan publik bisa terselenggara dengan baik

apabila berasaskan :

a. kepentingan umum

b. kepastian hukum;

c. kesamaan hak;

d. keseimbangan hakdan kewajiban;

e. keprofesionalan;

f. partisipatif;

g. persarnaan perlakuan/ tidak diskriminatif;

h. keterbukaan;

i. akuntabilitas;

j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok

rentan;

k. ketepatan waktu; dan

l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Parasuraman menyebutkan ada lima indikator yang biasanya

digunakan oleh pelanggan untuk mengukur kualitas pelayanan (dalam Rambat

Lupiyoadi, 2008 : 148), yaitu :

1. Reliability, atau keandalan yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan

pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus

(41)

commit to user

yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik,

dan dengan akurasi yang tinggi.

2. Responsiveness, atau daya tanggap yaitu suatu kemauan untuk membantu

dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada

pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan

konsumen menunggu tanpa adanya suatu alasan yang jelas menyebabkan

persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan.

3. Assurance, atau jaminan yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan

kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya

para pelanggan kepada perusahaan. Terdiri dari beberapa komponen antara

lain komunikasi (communication), kredibilitas (credibility), keamanan

(security), kompetensi (competence), dan sopan santun (courtesy).

4. Empathy, yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual

atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya

memahami keinginan konsumen. Di mana suatu perusahaan diharapkan

memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami

kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian

yang nyaman bagi pelanggan.

5. Tangible, atau bukti langsung yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam

menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan

kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan

sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi

(42)

commit to user

perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi), serta

penampilan pegawainya.

Dari berbagai indikator yang telah dikemukakan di atas, maka indikator

yang akan digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan RSUD Kabupaten

Sukoharjo dalam mengukur tingkat kepuasan pasien rawat jalan pengguna

Jamkesmas terhadap kualitas pelayanan RSUD Kabupaten Sukoharjo yaitu:

1. Reliability (Keandalan): Kemampuan untuk melaksanakan jasa yang

dijanjikan dengan tepat dan terpercaya.

2. Responsiviness (Daya Tanggap): Kemampuan untuk membantu pelanggan

dan memberikan jasa dengan cepat atau ketanggapan.

3. Assurance (Jaminan): Pengetahuan atau kesopanan karyawan serta

kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan.

4. Emphaty (Empati): Syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi

pelanggan.

5. Tangibles (Bukti langsung): penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel

dan media komunikasi.

2. Jamkesmas

Kesadaran tentang pentingnya jaminan perlindungan sosial terus

berkembang sesuai amanat pada perubahan UUD 1945 Pasal 34 ayat 2, yaitu

menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia, dengan dimasukkannya Sisten Jaminan Sosial dalam perubahan

UUD 1945, dan terbitnya UU Nomor 40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

(43)

commit to user

kepentingan terkait memiliki komitmen yang besar untuk mewujudkan

kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya. Karena melaluui SJSN sebagai salah

satu bentuk perlindungan sosial pada hakekatnya bertujuan untuk menjamin

seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

Berdasarkan konstitusi dan Undang-Undang tersebut, Kementrian

Kesehatan sejak tahun 2005 telah melaksanakan program jaminan kesehatan

sosial, dimulai dengan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi

Masyarakat Miskin / JP-KMM (2005) atau lebih dikenal dengan program

Askeskin (2005-2007) yang kemudian berubah nama menjadi program

Jamkesmas sampai sekarang. Kesemuanya memiliki tujuan yang sama yaitu

melaksanakan penjaminan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dengan

prinsip asuransi kesehatan sosial. Penyelenggaraan program adalah PT.ASKES

yang ditugaskan menteri kesehatan berdasarkan Keputusan Menteri

NO.1241/Menkes/SK/XI/2004 tentang penugasan PT. ASKES dalam pengelolaan

pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin. Setelah dilakukan evaluasi

dalam rangka efisiensi dan efektifitas penyelenggaraannya maka pada tahun 2008

dilakukan perubahan dalam system penyelenggaraannya. Perubahan pengelolaan

program tersebut adalah dengan memisahkan fungsi pengelola dan fungsi

pembayaran yang didukung oleh tenaga verifikator di setiap Rumah Sakit (RS).

Pelaksanaan program Jamkesmas mengikuti prinsip-prinsip

penyelenggaraan sebagaimana yang diatur dalam UU SJSN, yaitu dikelola secara

nasional, nirlaba, portability, transparan, efisien dan efektif. Pelaksanaan program

(44)

commit to user

kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu yang merupakan masa

transisi sampai dengan diserahkannya kepada Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial sesuai UU SJSN.

Definisi dari Jamkesmas itu sendiri adalah bentuk belanja bantuan sosial

untuk pelayanan kesehatan bagi fakir miskin dan tidak mampu serta pesetta

lainnya yang iurannya dibayar oleh Pemerintah. Program ini diselenggarakan

secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan

kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. (Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia).

Pada hakekatnya pelayanan kesehatan terhadap peserta menjadi tanggung

jawab dan dilaksanakan bersama oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota berkewajiban memberikan kontribusi

sehingga menghasilkan pelayanan yang optimal. Penyelenggaraan pelayanan

kesehatan kepada peserta mengacu pada prinsip-prinsip:

· Dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan untuk semata-mata

peningkatan derajat kesehatan masyarakat miskin.

· Menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan standar pelayanan medik yang

cost effective dan rasional.

· Pelayanan terstruktur, berjenjang dengan portabilitas dan ekuitas.

(45)

commit to user

a. Tujuan

Tujuan penyelenggaraan Jamkesmas secara umum adalah meningkatnya

akses dan mutu pelayanan kesehatan sehingga tercapai derajat kesehatan yang

optimal secara efektif dan efisien bagi seluruh peserta Jamkesmas. Sedangkan

tujuan khususunya adalah :

Ø Memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan kepada peserta di

seluruh jaringan PPK Jamkesmas.

Ø Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar bagi peserta,

tidak berlebihan sehingga terkendali mutu dan biayanya.

Ø Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.

b. Kepesertaan

Peserta jaminan kesehatan adalah setiap orang yang membayar iuran atau

iurannya dibayar oleh Pemerintah. Peserta program Jamkesmas adalah fakir

miskin dan orang yang tidak mampu dan peserta lainnya yang iurannya dibayar

oleh pemerintah sejumlah 76,4 juta jiwa bersumber dari data makro Badan Pusat

Statistik (BPS) Tahun 2006. Peserta yang dijamin dalam program Jamkesmas

tersebut meliputi :

1) Masyarakat miskin dan tidak mampu yang telah ditetapkan oleh Surat

Keputusan (SK) Bupati/Walikota Tahun 2008 berdasarkan pada kuota

Kabupaten/Kota (BPS) yang dijadikan database nasional.

2) Gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, masyarakat miskin yang

(46)

commit to user

3) Semua peserta Program Keluarga Harapan (PKH) yang telah memiliki atau

mempunyai kartu Jamkesmas.

4) Masyarakat miskin yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 1185/Menkes/SK/XII/2009 tentang Peningkatan

Kepesertaan Jamkesmas bagi panti sosial, penghuni lembaga

pemasyarakatan dan rumah tahanan negara serta korban bencana. Tata

laksana pelayanan diatur dengan petunjuk tekins (juknis) tersendiri

sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1259/Menkes/SK/XII/2009 tentang Petunjuk Teknis Pelayanan Jamkesmas

Bagi Masyarakat Miskin Akibat Bencana, Masyarakat Miskin Penghuni

Panti Sosial, dan Masyarakat Miskin Penghuni Lembaga Pemasyarakatan

serta Rumah Tahanan Negara.

Apabila masih terdapat masyarakat miskin dan tidak mampu, tidak

termasuk dalam Surat Keputusan Bupati/Walikota maka Jaminan Kesehatannya

menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah (Pemda) setempat. Cara

penyelenggaraan jaminan kesehatan daerah seyogyanya mengikuti kaidah-kaidah

pelaksanaan Jamkesmas. Peserta Jamkesmas ada yang memiliki kartu identitas

peserta dan ada yang tidak memiliki kartu.

a. Peserta yang memiliki kartu, terdiri dari :

·Peserta sesuai SK Bupati/Walikota

·Penghuni panti-panti sosial

(47)

commit to user b. Peserta yang tidak memiliki kartu, terdiri dari :

·Gelandangan, pengemis, anak terlantar pada saat mengakses pelayanan

kesehatan dengan menunjukkan rekomendasi dari Dinas Sosial setempat.

·Penghuni lapas dan rutan pada saat mengakses pelayanan kesehatan

dengan menunjukkan rekomendasi dari Kepala Lapas/Rutan.

·Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) pada saat mengakses pelayanan

kesehatan dengan menunjukkan kartu PKH.

·Bayi san anak lahir dari pasangan peserta Jamkesmas, setelah terbitnya SK

Bupati/Walikota dapat mengakses pelayanan kesehatan dengan

menunjukkan akte kelahiran/surat kenal lahir/surat keterangan

lahir/pernyataan dari tenaga kesehatan, kartu jamkesmas orang tua, dan

kartu keluarga orang tua.

c. Sumber Dana

Sumber dana program Jamkesmas berasal dari APBN sektor Kesehatan

dan APBD. Pemerintah daerah melalui APBD berkontribusi dalam menunjang

dan melengkapi pembiayaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan

tudak mampu di daerah masing-masing meliputi antara lain :

1. Masyarakat miskin dan tidak mampu yang tidak masuk dalam

pertanggungan kepesertaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).

2. Biaya transportasi rujukan dari rumah sakit yang merujuk ke pelayanan

kesehatan lanjutan serta biaya pemulangan pasien menjadi tanggungjawab

(48)

commit to user

3. Biaya transportasi petugas pendamping pasien yang dirujuk.

4. Dukungan biaya operasional manajemen Tim Koordinasi dan Tim

Pengelola Jamkesmas Provinsi/Kabupaten/Kota

d. Ketentuan Umum

1. Setiap peserta mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan dasar

meliputi: pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP)

dan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP), pelayanan kesehatan Rawat

Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL)

dan pelayanan gawat darurat.

2. Manfaat jaminan yang diberikan kepada peserta dalam bentuk

pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh (komprehensif)

berdasarkan kebutuhan medik sesuai dengan standar pelayanan medik.

3. Pelayanan kesehatan dalam program ini menerapkan pelayanan

terstruktur dan pelayanan berjenjang berdasarkan rujukan.

4. Pelayanan kesehatan dasar (RJTP dan RITP) diberikan di Puskesmas

dan jaringannya. Khusus untuk persalinan normal dapat juga dilayani

oleh tenaga kesehatan yang berkompeten (praktek dokter dan bidan

swasta) dan biayanya diklaimkan ke Puskesmas setempat sebagaimana

diatur dalam juknis pelayanan dasar.

5. Pelayanan tingkat lanjut (RJTL dan RITL) diberikan di PPK lanjutan

jaringan Jamkesmas (Balkesmas, Rumah Sakit Pemerintah termasuk RS

(49)

commit to user

Balkesmas merupakan PPK untuk layanan RJTL dengan pemberian

layanan dalam gedung.

6. PPK lanjutan harus mempunyai kode PPK lanjutan agar dapat

mengoperasikan software INA-DRG versi 1.6. Apabila PPK lanjutan

belum mempunyai kode atau kode tersebut sudah tidak valid, maka

diharapkan segera melapor dan membuat permintaan kode kepada

Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik.

7. Pelayanan RITL diberikan ri ruang rawat inap kelas III (tiga). Apabila

karena sesuatu hal seperti tdak tersedianya tempat tidur, peserta

terpaksa dirawat di kelas yang lebih tinggi dari kelas III, biaya

pelayanannya tetap diklaimkan biaya kelas III.

8. Pada RS khusus (RS Jiwa, RS Kusta, RS Paru,dll) yang juga melayani

pasien umum, klaim pelayanan kesehatan dilaksanakan secara terpisah

antara pasien khusus sesuai dengan kekhususannya dan pasien umum

dengan menggunakan software INA-DRG yang berbeda sesuai

penetapan kelasnya.

9. Pada keadaan gawat darurat (emergency) seluruh PPK wajib

memberikan pelayanan penanganan pertama keadaan gawat darurat

kepada pasien Jamkesmas walaupun tidak sebagai PPK jaringan

Jamkesmas sebagai bagian dari fungsi sosial PPK. Setelah

kegawatdaruratannya selesai ditangani, selanjutnya PPK tersebut segera

merujuk ke PPK jaringan PPK Jamkesmas untuk penanganan lebih

(50)

commit to user

10.Status kepesertaan harus ditetapkan sejak awal untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan. Peserta Jamkesmas tidak boleh dikenakan iuran

dengan alasan apapun.

11.Pemberian palayanan kepada peserta pleh PPK lanjutan harus dilakukan

secara efisien dan efektif, dengan menerapkan prinsip kendali biaya dan

kendali mutu. Manajemen PPK lanjutan melakukan analisis pelayanan

dan memberi umpan balik secara internal kepada instalasi pemberi

layanan.

B. Kerangka Pemikiran

Dalam kerangka pemikiran ini akan dijelaskan proses berfikir peneliti

dalam rangka mengadakan penelitian tentang analisis kepuasan pasien rawat

jalan yang menggunakan Jamkesmas di RSUD Kabupaten Sukoharjo.

Kesehatan adalah salah satu hak mendasar bagi masyarakat di bidang

ekonomi, sosial, dan budaya. Hak ini menjadi salah satu kewajiban pemerintah

kepada warganya terutama bagi masyarakat miskin. Untuk memenuhi

kewajiban tersebut pemerintah meluncurkan program Jaminan Kesehatan

Masyarakat yang diharapkan mampu meringankan biaya pengobatan bagi

masyarakat miskin. Mengingat masyarakat miskin seringkali mendapat

perlakuan yang berbeda ketika mereka mendapatkan pelayanan kesehatan, dan

terkadang mereka harus kehilangan nyawa orang-orang tang mereka sayangi

karena ketidakmampuan mereka untuk memberikan pengobatan bagi

(51)

commit to user

RSUD sendiri sebagai salah satu instansi pemerintah yang berbentuk

BUMD lazimnya memiliki misi untuk memberikan pelayanan publik yang

optimal pada bidang yang langsung berhubungan dengan kesejahteraan rakyat.

Sebagai salah satu instansi yang berbentuk BUMD, disamping memiliki misi

melayani publik, RSUD juga diberi tugas sebagai salah satu komponen yang

menggerakkan perekonomian daerah, memberikan atau membuka lapangan

kerja, dan sekaligus diharapkan mampu berkontribusi dalam memberikan

pemasukan bagi kas daerah dari pendapatan yang diperolehnya.

RSUD juga merupakan rumah sakit yang dinilai memberikan kontribusi

paling besar dalam menerima pasien masyarakat miskin yang menggunakan

kartu Jamkesmas dibandingkan dengan rumah sakit swasta. RSUD mampu

menampung jumlah pasien pengguna Jamkesmas yang lebih banyak

dibandingkan dengan rumah sakit swasta karena proses administrasinya

dipandang jauh lebih mudah dibandingkan dengan rumah sakit swasta.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai salah satu rumah sakit yang

melayani pasien pengguna Jamkesmas, RSUD Kabupaten Sukoharjo juga

terkadang menemui kendala. Kendala tersebut dapat berupa kurangnya

partisipasi masyarakat, yang dimaksud disini adalah terkadang pasien kurang

mengetahui persyaratan apa saja yang harus dipenuhi dalam administrasi.

Selain itu, pihak RSUD Kabupaten Sukoharjo juga terkadang terbentur dalam

masalah dana. Setiap individu pemegang kartu Jamkesmas sudah ditetapkan

(52)

commit to user

menyerap dana yang melebihi kapasitasnya sebagai pengguna Jamkesmas.

Namun, hal itu masih dapat di atasi dari adanya surplus dana pasien lainnya.

Pelayanan publik yang selama ini kita ketahui masih memiliki banyak

kekurangan, terutama pelayanan untuk mereka masyarakat yang

termarjinalkan. Mereka sering mendapatkan diskriminasi dalam mendapatkan

pelayanan, dan hal itu akan menyebabkan ketimpangan sosial dalam

masyarakat. Hal tersebut mungkin saja terjadi bagi pasien miskin yang

menggunakan kartu Jamkesmas untuk memperoleh pelayanan dari rumah sakit.

Untuk melihat sejauh mana tingkat kepuasan pasien rawat jalan

pengguna Jamkesmas di RSUD Kabupaten Sukoharjo dengan melihat

indikasi-indikasi yang terkait dengan aktivitas pelayanan yang dilakukan oleh RSUD .

Dengan ini diharapkan mampu menjelaskan apakah RSUD Kabupaten

Sukoharjo mampu melaksanakan tugas dan fungsi yang diembannya secara

optimal didalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sebagai pengguna

jasa layanan khususnya bagi pasien miskin yang menggunakan kartu

Jamkesmas.

Tingkat kepuasan pelanggan merupakan tingkat perasaan seseorang

atau sekelompok orang yang membandingkan antara pelayanan yang dirasakan

dengan harapannya. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui bagaimana tingkat

kepuasan pasien rawat jalan di RSUD Kabupaten Sukoharjo. Indikator yang

digunakan didalam mengukur tingkat kepuasan pasien rawat jalan pengguna

Gambar

Gambar III.1 Struktur Organisasi RSUD Kabupaten Sukoharjo
Tabel VI.1 Interpretasi Model Diskriminan
Gambar II. 1
Tabel I.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan meningkatnya serapan gelombang radio HF yang disebabkan oleh peningkatan kerapatan lapisan D ionosfer selama flare sinar x, frekuensi HF yang pada kondisi

Berdasarkan rumusan masalah dan batasan masalah yang ada, maka dapat dideskripsikan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengaplikasikan Algoritma SCAM yang

Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada tahun 2010 dengan judul Gedung Pertunjukan Musik Sebagai Rancangan Alternatif di Kawasan

kontribusi wajib pajak kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan.. yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

 Save As, beri nama file baru, misal OPTIMASI Ke-6  Pastikan anda sekarang berada pada file OPTIMASI Ke-6  Pilih task yang akan ditambah jadwal kerjanya, misalnya task

[r]

[r]

bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Penyuluh Sosial, perlu diberikan4. tunjangan jabatan fungsional yang sesuai dengan