• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Nilai - Pengertian Nilai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Nilai - Pengertian Nilai"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Nilai

Nilai merupakan realita abstrak. Nilai kita rasakan dalam diri kita masing-masing

sebagai daya pendorong atau prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam hidup.

Oleh sebab itu, nilai menduduki tempat penting dan strategis dalam kehidupan

seseorang, sampai pada suatu tingkat di mana orang lebih siap untuk

mengorbankan hidup mereka daripada mengorbankan nilai (Fitri, 2012: 89).

Nilai adalah hal yang terkandung dalam diri (hati nurani) manusia yang lebih

memberi dasar pada prinsip akhlak yang merupakan dasar dari keindahan dan

efisiensi atau keutuhan kata hati (Sumantri dalam Gunawan, 2012: 31).

Selanjutnya (Richard Eyre dan Linda dalam Gunawan, 2012: 31) menyebutkan

bahwa nilai yang benar dan diterima secara universal adalah nilai yang

menghasilkan suatu prilaku dan prilaku itu berdampak positif, baik bagi yang

menjalankan maupun bagi orang lain.

Berdasarkan beberapa definisi di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa nilai

adalah hal yang terkandung dalam diri (hati nurani) manusia, menghasilkan suatu

(2)

2.2 Pengertian Karakter

Pengertian karakter dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi kebahasaan dan sisi

istilah. Menurut bahasa (etimologis) istilah karakter berasal dari bahasa Latin

kharakter, kharassaein, dan kharax, dalam bahasa Yunani character dari kata charassein, yang berarti membuat tajam dan membuat dalam (Gunawan, 2012: 1). Dalam kamus psikologi, arti karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak

etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang. Ada istilah yang pengertiannya

hampir sama dengan karakter, yaitu personaliti, yang sama konsisten diperagakan

oleh seseorang, termasuk pola-pola prilaku, sifat-sifat fisik, dan ciri-ciri

kepribadian (Fitri, 2012: 20).

Sementara menurut istilah (terminologis), karakter diartikan sebagai sifat manusia

pada umumnya yang bergantung pada faktor kehidupannya sendiri. Karakter

adalah sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang menjadi cirri khas seseorang

atau sekelompok orang (Fitri, 2012: 20). Karakter merupakan nilai-nilai perilaku

manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama

manusia, lingkungan, dan kebahasaan, yang terwujud dalam pikiran, sikap,

perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata

karma, budaya, dan adat istiadat. Karakter juga diartikan sama dengan akhlak

bangsa dan budi pekerti. Sebaliknya, bangsa yang tidak berkarakter adalah bangsa

yang tidak berakhlak atau tidak memiliki standar norma dan perilaku yang baik.

Menurut Hermawan Kertajaya (dalam Gunawan, 2012: 2), mendefinisikan

karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu (manusia).

(3)

tersebut dan merupakan mesin pendorong bagaimana seseorang bertindak,

berisikap, berujar, serta merespons sesuatu.

Imam Ghozali (dalam Gunawan, 2012: 3) menganggap bahwa karakter lebih

dekat dengan aqhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau melakukan perbuatanyang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak

perlu dipikirkan lagi.

Adanya kesamaan diantara karakter dan watak (kepribadian) memang karena

kedua-duanya adalah merupakan sifat (asli) yang ada dalam diri individu

seseorang. Atau hal-hal yang sangat abstrak dalam diri seseorang. Dimana

seseorang lebih menyebut tabiat atau perangai. Karakter memang merupakan sifat

batin manusia yang mempengaruhi segenap pemikiran dan perbuatannya.

Karakter dapat ditemukan dalam sikap-sikap seseorang terhadap dirinya, terhadap

orang lain, terhadap tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya dan dalam situasi

atau keadaan yang lainnya (Gunawan, 2012: 3).

2.3 Pendidikan Karakter

Asosiasi Supervisi dan Pengembangan Kurikulum di Amerika Serikat, mendefinisikan pendidikan karakter adalah sebuah proses pengajaran kepada

anak-anak tentang nilai-nilai kemanusiaan dasar, termasuk di dalamnya kejujuran,

keramahtamahan, kemurahan hati, keberanian, kebebasan, persamaan, dan rasa

hormat. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan diri siswa sebagai warga Negara

yang dapat bertanggung jawab secara moral dan memiliki disiplin diri (Koesoma

(4)

Pendidikan karakter adalah usaha aktif untuk membentuk kebiasaan (habit)

sehingga sifat anak akan terukir sejak dini, agar dapat mengambil keputusan

dengan baik dan bijak serta mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari

(Fitri, 2012: 21)

Menurut Ramli (dalam Gunawan, 2012: 24) pendidikan karakter memiliki esensi

dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak.

Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik,

warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang

baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau

bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi

oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan

karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni

pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri,

dalam rangka membina kepribadian generasi muda.

Muara dari berbagai pengertian yang mengemuka dalam pendidikan karakter

menyiratkan pesan bahwa pendidikan karakter tidak hanya dijadikan sebagai salah

satu pilar pedoman berprilaku umat manusia secara keseluruhan (way of life),

tetapi juga mampu mendorong segenap manusia untuk konsisten melaksanakan

nilai-nilai pendidikan karakter (agent of change) di mana pun ia berada (Sahlan

dan Prasetyo, 2012: 15). Pendidikan karakter mengantarkan siswa untuk belajar

memaknai kearifan. Meski secara fisiologis dan psikologis siswa belum mengerti

tentang hal itu, tetapi bila melihat bahwa esensi pendidikan pada hakikatnya

(5)

2.3.1 Fungsi Pendidikan Karakter

Menurut Mahmud (2012: 30), fungsi pendidikan karakter adalah sebagai berikut.

1. Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan

berprilaku baik.

2. Memperkuat dan membangun prilaku bangsa yang multikultur.

3. Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam peradaban dunia.

2.3.2 Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter bertujuan membentuk dan membangun pola pikir, sikap, dan

prilaku peserta didik agar menjadi pribadi yang positif, berakhlak kharimah,

berjiwa luhur, dan bertanggung jawab (Fitri, 2012: 22). Dalam konteks

pendidikan, pendidikan karakter adalah usaha sadar yang dilakukan untuk

membentuk peserta didik menjadi pribadi positif dan berakhlak kharimah sesuai

dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sehingga dapat diimplementasikan

dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Kemendiknas (dalam Fitri, 2012: 24) tujuan pendidikan karakter adalah.

1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia

dan warga Negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.

2. Mengembangkan kebiasaan dan prilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan

dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.

3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai

generasi penerus bangsa.

4. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi manusia yang

(6)

5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar

yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan.

2.4 Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah sebuah proses pengajaran berkenaan dengan nilai-nilai

tertentu mengakibatkan bahwa dalam praktiknya, para pendidik lebih cenderung

mewujudkan pendidikan karakter itu dalam wujud mata pelajaran terpisah,

Misalnya, melalui mata pelajaran lain, entah itu dengan judul Pendidikan

Karakter, Pendidikan Budi Pekerti atau Etika, Pendidikan Moral Pancasila, dan

lain-lain (Koesoema A., 2012:16).

Kehidupan menyimpan nilai-nilai pendidikan karakter yang begitu kaya. Begitu

pula dengan agama, kebudayaan, dan adat istiadat yang memberi pesan untuk

menjadikan manusia bermartabat merupakan sumber-sumber pembelajaran

pendidikan karakter. Pendidikan karakter menjadi wadah dalam menghimpun

nilai-nilai keluhuran umat manusia yang terhimpun dari agama, budaya, adat

istiadat, kearifan lokal, dan sebagainya (Sahlan dan Prasetyo, 2012: 35).

Menurut Sahlan dan Prasetyo ( 2012: 39-40) Kemendikbud merilis beberapa

nilai-nilai pendidikan karakter terbagi menjadi 18 nilai-nilai sebagai berikut.

1. Religius

Religius merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran

agama yang dianutnya. Tujuan adanya penanaman nilai-nilai religius adalah untuk

(7)

maupun sosial diantara seluruh warga sekolah/madrasah (Sahlan dan Prasetyo,

2012: 38). Cotoh nilai karakter religius di dalam sebuah novel sebagai berikut.

Seorang muazin pasti sedang memanggil umat islam untuk shalat magrib sore ini, gumamku dalam hati. Hanya saja suaranya dikalahkan lonceng gereja di jagad Wina yang berdengung-dengung.

Sanubariku tiba-tiba tergerak, lalu kupejamkan mata.

Konsentrasiku kupusatkan pada suatu kata, seolah aku mendengarnya dengan jelas, dan mengikutinya. Allahhu Akbar…Allahu Akbar… Begitulah rasanya. Lalu kuresapi hafalan doa seusai penggilan shalat. Sebersit perasaan rindu kampung halaman karena rindu suara azan tiba-tiba menerpaku. Sudah beberapa minggu telingaku tak dihampiri suara kebesaran Tuhan di Eropa ini (Rais dan Rangga, 2013: 33).

Suara azan memanggil umat Islam untuk melaksanakan solat magrib kala itu,

hanya saja suaranya terkalahkan oleh bunyi lonceng gereja yang

berdengung-dengung di jagad Wina. Nilai religius dalam kutipan novel terlihat tatkala

lantunan suara azan membuat sanubari tergerak dan dengan konsentrasi yang

penuh mengikuti suara azan tersebut. Sikap religius dapat dijadikan siswa sebagai

contoh agar siswa memiliki perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran

agama yang dianutnya.

“Kau sudah bisa membaca Al-Qur‟an,kan?” Tiba-tiba Ezra yang tambun menanyaiku. Aku mengangguk. “Oh, kalau belum, kita di sini juga belajar membaca Al-Qur’an. Aku juga baru belajar. Mereka ini bergantian menjadi guruku,” terang Ezra menunjuk Latife, Oznur, dan Fatma sebagai mentornya (Rais dan Rangga, 2013: 89).

Pertemanan antara Ezra, Latife, Oznur, dan Fatma bukan hanya sekedar

pertemanan biasa yang hanya berkumpul untuk berbincang sebagai sesama ibu

rumah tangga atau lainnya, mereka selalu menyempatkan waktu untuk belajar

bersama membaca Al-Qur‟an sebagai seorang muslimah. Melalui kutipan novel

diatas, dapat membuka pengetahuan siswa bahwa sifat religius bukan hanya dapat

(8)

beribadah. Memiliki sifat religius akan membuat kita menjadi pribadi yang taat

beribadah dan selalu dekat dengan Tuhan.

2. Jujur

Jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai

orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

Kejujuran dan kebajikan selalu terkait dengan kesan terpercaya. Terpercaya selalu

terkait dengan kesan tidak berdusta, menipu, atau memperdaya. Hal ini terwujud

dalam tindak dan perkataan. Semua pihak percaya bahwa hakim dapat

mempertahankan integritasnya dengan membuat keputusan yang fair. Ia percaya karena keputusannya mencerminkan kejujuran (Fitri, 2012: 112). Contoh nilai

karakter jujur di dalam sebuah novel sebagai berikut.

Selain menebar senyum ikhlasnya itu, Latife juga tidak pernah berbohong pada pelanggannya. Jika ada barang yang tidak segar atau hampir melewati tanggal kadaluwarsa, dia tidak segan-segan

mengatakannya pada pelanggan,” kata Oznur membuka satu lagi rahasia

keberhasilan Latife padaku (Rais dan Rangga, 2013: 92).

Sebuah nilai kejujuran tergambar dalam kutipan novel di atas. Latife berani

mengatakan dengan jujur jika ada barang dagangannya yang tidak segar atau

hampir melewati tanggal kadaluwarsa, padahal hal itu tentu akan membuat

dagangannya tidak laku. Sikap jujur Latife merupakan contoh teladan nilai jujur

yang dapat dicontoh oleh siswa, dimana kejujuran merupakan hal yang penting

untuk membangun sebuah kepercayaan. Melalui contoh di atas, diharapkan siswa

selalu dapat menerapkan nilai jujur di dalam diri mereka, karena kejujuran

merupakan hal yang terpenting di dalam hidup kita.

(9)

dahi. Sungguh anaeh seorang Fatma tak bangga dengan peninggalan sejarah bangsanya sendiri (Rais dan Rangga, 2013: 348).

Begitu jujurnya Fatma mengatakan bahawa istana itu merupakan istana yang

paling jelek dibandingkan dengan istana-istana yang pernah dilihatnya di Austria

dulu. Kejujuran Fatma itu membuat Hanum dan Rangga bingung, bisa-bisanya ia

mengatakan peninggalan sejarah bangsanya sendiri sangat jelek, namun itulah

kenyataan yang harus diungkapkan Fatma. Pada kutipan novel di atas, siswa dapat

mengambil pelajaran bahwa bersikap jujur adalah hal yang paling terbaik walau

terkadang kejujuran kita membuat orang disekeliling kita bingung dengan

perkataan yang kita ungkapkan.

3. Toleransi

Toleransi merupakan sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,

suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

Contoh nilai karakter toleransi di dalam sebuah novel sebagai berikut.

“Mari saya antar putar-putar masjid. Apakah Anda membawa kerudung?”

aku mengangguk. Kukeluarkan jilbab pinjaman dari Fatma saat menonton pertandingan Turki tempo hari.

“Sebetulnya tidak apa-apa jika tidak memakai kerudung, tapi sebaiknya pakai. Akan sangat bagus dengan busana Anda yang sudah terhormat,” Imam Hashim terlihat kikuk berbicara. Agaknya dia tak biasa mengantar perempuan yang tak berhijab (Rais dan Rangga, 2013: 115).

Kutipan novel di atas menggambarkan sikap toleransi yang dimiliki Hanum

tatkala ia akan berputar mengelilingi masjid dengan ditemani penjaga masjid

tersebut. Dengan jilbab yang ia bawa lalu dikenakannya saat itu, akan membuat

dirinya jauh lebih terhormat dengan pakaiannya, melihat keadaan bahwa ia sedang

(10)

Melalui kutipan novel di atas, akan memberikan contoh kepada siswa bahwa kita

harus memiliki nilai toleransi dimanapun kita berada.

4. Disiplin

Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan. Contoh nilai karakter disiplin di dalam sebuah

novel sebagai berikut.

Senin itu seperti biasa aku masuk kelas Jerman. Hari ini kami diminta untuk membawa koran lokal berbahasa Jerman. Akan ada diskusi dan prsentasi tentang topik berita di koran. Satu koran untuk dua murid, tidak boleh topik yang sama.

Tentu saja aku berduo dengan Fatma. Kami sepakat akan mencari koran lokal, Oesterreich, untuk tugas ini (Rais dan Rangga, 2013: 52).

Mengerjakan tugas dengan baik merupakan suatu sikap yang mencerminkan

kedisiplinan. Kedisiplinan Hanum dan Fatma akan tugas bahasa Jerman untuk

mencari koran lokal patut dijadikan contoh sikap disiplin bagi siswa. Sikap

disiplin akan melatih siswa untuk membentuk sikap mental tertib dan taat akan

peraturan yang berlaku.

5. Kerja Keras

Kerja keras merupakan perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh

dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas

dengan sebaik-baiknya.

Contoh nilai karakter kerja keras di dalam sebuah novel sebagai berikut.

(11)

Berusaha menyerap arti kata perkata pada bahasa Jerman yang tertera pada kertas

tersebut, merupakan sikap kerja keras. Melalui kutipan novel di atas, diharapkan

siswa dapat selalu kerja keras dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan

tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

Kakiku semakin susah melangkah. Aku berusaha mengitari Kakbah sedekat mungkin. Kupandang lekat-lekat bangunan ini. Lalu kupandangi kakiku yang berjalan tersaruk-saruk di lantai Kakbah. Injakan kaki-kaki besar manusia nan kuat saling bertubrukan di kakiku. Terkadang kakiku yang berganti menginjak kaki-kaki mereka tanpa sengaja. Aura ribuan bahkan puluhan ribu tahun yang lalu tiba-tiba menerpa diri. Ketika kuamati lantai marmer putih sejuk yang kupijak, aku seperti melihat tapak-tapak Adam dan Hawa yang menandai altar ibdah pertama manusia yang dipersembahkan untuk Tuhannya (Rais dan Rangga, 2013: 385).

Hanum selalu berusaha mengitari Kakbah sedekat mungkin walaupun kakinya

semakin susah melangkah. Injakan kaki-kaki besar manusia nan kuat saling

bertubrukan di kakinya. Itu lah sikap kerja keras yang dilakukan Hanum, ia rela

berdesak-desakan bahkan kakinya selalu terinjak-rinjak oleh kaki-kaki manusia

yang berduyun-duyun ingin mendekati Kakbah sedekat mungkin. Sikap kerja

keras yang diperlihatkan Hanum dalam kutipan novel di atas dapat dijadikan

contoh bagi siswa bahwa sebesar apapun cobaan yang sedang dihadapi, dengan

kerja keras yang kita lakukan, kita akan menikmati hasil yang baik dari usaha kita

tersebut.

6. Kreatif

Kreatif merupakan berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau

hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Contoh nilai karakter kreatif di dalam

sebuah novel sebagai berikut.

SYIAR MUSLIM DI AUSTRIA

1. TEBARKAN SENYUM INDAHMU

(12)

3. SELALU JUJUR DALAM BERDAGANG

Aku bertanya-tanya apa sebenarnya maksud tulisan ini?

Tak kusadari Oznur mendekatiku. “Ini semua inisiatif Fatma. Awalnya kita hanya bertemu untuk bersenda gurau tanpa tujuan. Bicara tentang anak, masalah pribadi, hingga curhat keluh kesah sebagai pendatang di Austria, kurang bergunalah,” kata Oznur membuka perbincangan.

Aku mengangguk pelan mencoba memahami situasi mereka.

“Lalu Fatma meluncurkan ide untuk mengkaji Al-Qur‟an bersama. Kebetulan aku, Latife, dan Fatma sama-sama dating dari Istanbul. Lalu karena aku dan Fatma kurang bisa bahasa Jerman, kami meminta Latife mengajari kami,” ungkap Oznur menjawab rasa penasaranku tentang awal pertemanan mereka (Rais dan Rangga, 2013: 90).

Inisiatif Fatma untuk bersyiar muslim di Austria dengan selalu menebarkan

senyum indah, menguasai bahasa Jerman dan bahasa Inggris, dan selalu jujur

dalam berdagang merupakan sikap yang memunculkan ide kreatif. Melalui

kutipan novel di atas, diharapkan siswa dapat lebih mengembangkan kreatifitas

yang ada pada dirinya. Dengan daya kreatifitas yang kita miliki, akan

menciptakan sesuatu hal yang baru dan juga bermanfaat bagi orang banyak.

7. Mandiri

Mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang

lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Contoh nilai karakter mandiri di dalam

sebuah novel sebagai berikut.

Keputusan ini sudah disampaikan kepada Mubarakan dan Tengku Hamzah, dua kawannya di kapal Karimata pada satu hari ketika mereka bertemu lagi di masjidil haram, di dekat pintu Babus Salam, Pintu Perdamaian. Saat itu, keduanya sudah bersiap-siap pulang ke tanah air. “Jadi kau tidak pulang sekarang?” Tanya Mubarakan memastikan.

Malik menggeleng. “Aku ingin belajar lebih dalam dan mencari

pengalaman dulu disini. Apalagi umurku baru 19 tahun. Nanti kalau sudah beberapa tahun mendapat pengalaman, baru aku kembali” (Basral, 2013: 242).

Keputusan Malik untuk tetap tinggal dan belajar di tanah suci merupakan sikap

(13)

menjadi lebih dewasa dalam menjalani hidup ini, tanpa mudah bergantung kepada

orang lain.

8. Demokratis

Demokratis merupakan cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama

hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Contoh nilai karakter demokratis di

dalam sebuah novel sebagai berikut.

Berdekatan dengan Fatma menimbulkan rasa, seharusnya aku lebih bisa memaknai agamaku, ajaran-ajarannya, filosofinya, sejarahnya, dan lain sebagainya. Fatma membukakan mata bahwa lima pilar inti ajaran Islam juga harus tersuguh dengan akhlaqul kharimah dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya dimaknai sebagai tata cara ibadah (Rais dan Rangga, 2013: 62).

Hanum kini mengerti bahwa lima pilar inti ajaran Islam juga harus tersuguh

dengan akhlaqul kharimah dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya dimaknai

sebagai tata cara ibadah. Hal ini menunjukkan sikap demokratis Hanum terhadap

ajaran-ajaran agamanya. Melalui contoh di atas, diharapkan dapat menumbuhkan

sikap demokratis siswa.

9. Rasa Ingin Tahu

Rasa ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat,

dan didengar. Contoh nilai karakter rasa ingin tahu di dalam sebuah novel sebagai

berikut.

Cara seperti apa yang biasanya dialami para mualaf ini, Imam? Maksud saya…mmm…apakah semua orang bisa menerima hidayah?”Tanya Rangga.

(14)

dan keyakinan kita semua. Lalu, bagaimana Islam memandang orang-orang non muslim? (Rais dan Rangga, 2013: 118).

Rasa ingin tahu Rangga akan ajaran Islam tentang hidayah maupun pandangan

terhadap oaring-orang non muslim merupakan rasa ingin tahu yang juga dimiliki

Hanum. Dengan sikap rasa ingin tahu yang dimiliki, siswa dapat menjawab

penasaran yang selalu terbayang dipikirannya. Selain itu, rasa ingin tahu akan

membuat wawasan siswa semakin bertambah dengan mengetahui hal yang belum

ia ketahui sebelumnya.

“Siapa orang ini? Aku belum pernah mendengar namanya,” gumam Rangga. Aku sebenarnya juga penasaran dengan patung tersebut. Tapi rasa kantukku dan lelah menjalar tiba-tiba. Badan terlalu rapuh setelah 3 jam naik kereta dari Madrid dan guncangan mobil Gomez yang cukup menyiksa (Rais dan Rangga, 2013: 241).

Rasa ingin tahu Rangga dan Hanum pada patung yang mereka lihat begitu

membuat mereka penasaran. Mereka ingin tahu siapakah nama orang yang

dibuatkan patungnya tersebut, namun sayang rasa kantuk dan lelah yang mereka

rasakan membuat mereka belum bisa mengetahui tentang rasa keingintahuan

mereka terhadap patung tersebut. Setiap manusia pasti memiliki rasa ingin tahu

yang kuat. Dengan rasa ingin tahu yang kita miliki, akan membuat rasa penasaran

kita terhadap sesuatu yang kita pikirkan akan terjawab.

10.Semangat Kebangsaan

Semangat kebangsaan merupakan cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang

menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas diri dan kelompoknya.

Contoh nilai karakter semangat kebangsaan di dalam sebuah novel sebagai

berikut.

(15)

Aku tercenung cukup lama menyadari semua analisisku tadi. Lagi-lagi semuanya menjadi masuk akal. Suatu hal yang wajar jika suatu bangsa yang tertinggal cendrung meniru-niru kebudayaan bangsa lain yang dianggap lebih maju (Rais dan Rangga, 2013: 171).

Sejarah memang begitu banyak menyimpan teka-teki. Semangat kebangsaan

tampak terlihat dalam diri Hanum ketika menyimpulkan bahwa bangsa yang

tertinggal cendrung meniru-niru kebudayaan bangsa lain yang dianggap lebih

maju. Melalui kutipan novel diatas, dapat memberikan contoh serta

menumbuhakan semangat siswa akan pentingnya semangat kebangsaan yang

harus dimiliki di dalam dirinya.

11.Cinta Tanah Air

Cinta tanah air merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan

fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.

Contoh nilai karakter cinta tanah air di dalam sebuah novel sebagai berikut.

Pikiranku terbang melayang ke Indonesia. Budaya populerisme mendewakan budaya barat yang sedang menjangkiti generasi muda saat ini ternyata juga dialami orang-orang Eropa pada masa lalu terhadap peradaban Islam. Kalau toh tulisan yang kubaca dalam lukisan Ugolino itu bukan lafal „La ilaa ha Illallah‟, setidaknya ada satu fakta yang tak terbantahkan: peradaban Islam pernah menancapkan pengaruhnya di benua ini (Rais dan Rangga, 2013: 172).

Budaya populerisme mendewakan budaya barat yang sedang menjangkiti

generasi muda saat ini ternyata juga dialami orang-orang Eropa pada masa lalu

terhadap peradaban Islam. Kutipan di atas menceritakan sikap cinta tanah air yang

dimiliki Hanum terhadap Bangsa Indonesia. Melalui contoh diatas diharapkan

dapat membangkitkan sikap cinta tanah air siswa terhadap bangsanya.

(16)

Menghargai prestasi merupakan sikap dan tindakan yang mendorong dirinya

untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta

menghormati keberhasilan orang lain. Contoh nilai karakter menghargai prestasi

di dalam sebuah novel sebagai berikut.

Aku begitu terpesona dengan koleksi di Sully Wing ini. Bongkahan batu-batu bertuliskan Kufic hampir mendominasi koleksi di galeri Islam. Tulisan Arab kuno itu takkan terdeteksi tanpa memelototkan kedua mata. Dan tanpa juru penjelasan seperti Marion, tulisan-tulisan itu seperti rangkaian ornament tak berart. (Rais dan Rangga, 2013: 158)

Begitu terpesonanya Hanum melihat bongkahan batu-batu yang bertuliskan huruf

Kufic. Tanpa bantuan Marion, tulisan-tulisan itu mungkin tidak pernah bisa

dimengertinya. Kutipan novel di atas menunjukan sikap menghargai prestasi yang

ditunjukkan oleh Hanum terhadap Marion dengan keahliannya membaca tulisan

Kufic yang hanya sedikit orang bisa mengerti tulisan Arab kuno tersebut. Sikap

menghargai prestasi yang dilakukan oleh Hanum, patut dicontoh oleh siswa. Agar

siswa menjadi pribadi yang selalu menghargai prestasi orang lain, serta

mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat.

13.Bersahabat/Komunikatif

Bersahabat/komunikatif merupakan tindakan yang memperlihatkan rasa senang

berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Contoh nilai karakter

bersahabat/ komunikatif di dalam sebuah novel sebagai berikut.

Aura kekeluargaan tiba-tiba kurasakan di sana. Keempat perempuan muda itu seperti menjalin hubungan kakak-beradik yang erat. Buktinya, duplikat kunci rumah Fatma dititipkan kepada ketiga kawannya. Saat kami datang, ketiga perempuan itu sudah berada dalam rumah Fatma (Rais dan Rangga, 2013: 87).

Persahabatan yang erat begitu dirasakan oleh Hanun ketika melihat ketiga teman

(17)

oleh Fatma kepada teman-temannya. Kutipan novel diatas diharapkan dapat

membangkitkan semangat siswa dalam bergaul dengan orang-orang

disekelilingnya. Melalui sikap bersahabat/komunikatif yang dimiliki oleh siswa,

dapat membuat dirinya semakin memiliki banyak teman.

14.Cinta Damai

Cinta damai merupakan sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang

lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Contoh nilai karakter cinta

damai di dalam sebuah novel sebagai berikut.

Aku berusaha mengalah dan menerima kenyataan sejarah ini. Dan aku yakin, sikap mengalahku ini akan lebih baik di mata Tuhan dibanding

pemaksaan kehendak untuk “sekadar” shalat dua rakaat, namun

mengakibatkan ketegangan (Rais dan Rangga, 2013: 264).

Sikap mengalah yang ditunjukkan oleh Rangga diyakininya untuk menghindari

ketegangan, cinta damai jelas terlihat pada kutipan novel diatas. Sikap cinta damai

patut ditanamkan di dalam diri siswa sejak dini, agar siswa menjadi pribadi yang

baik, menghindari dirinya dari pertengkaran, dan selalu senantiasa mencintai

perdamaian.

Kritik makanan hanyalah bagian kecil dari tantangan yang harus dihadapi kami para pendatang. Aku dan Rangga yakin, ini bukan masalah ketegangan antaragama atau keyakinan. Ini hanyalah masalah perbedaan budaya dan sistem nilai. Masing-masing pihak punya alasan untuk mendukung tindakan mereka (Rais dan Rangga, 2013: 208).

15.Gemar Membaca

Gemar membaca merupakan kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca

berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. Contoh nilai karakter

(18)

Aku pernah membaca buku-buku wisata yang bercerita tentang Harem di Topkapi ini sebelumnya. Ekspos yang paling sering dilakukan adalah Harem merupakan bangunan yang begitu terkenal karena nilai seksualitasnya. Setiap orang yang mendengar Harem langsung mengasosiasikannya dengan tempat legal bagi para sultan untuk berasyik-masyuk (Rais dan Rangga, 2013: 354).

Kutipan novel di atas begitu jelas melihatkan sikap gemar membaca. Seperti

pepatah yang sering kita dengar “membaca adalah jendela pengetahuan”. Dengan

gemar membaca siswa akan mengetahui segala apapun yang belum ia ketahui

sebelumnya. Membaca akan membuka wawasan siswa menjadi lebih luas dan

memperdalam pengetahuannya.

16.Peduli Lingkungan

Peduli lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah

kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya

untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Contoh nilai karakter

peduli lingkungan di dalam sebuah novel sebagai berikut.

“Mamang sekarang tahu kenapa harus menggunting rumput ini setiap minggu… Dulu Pak Guru kan pernah bilang, „Percuma kau memotong rumput ini! hanya untuk menunggunya tumbuh lagi, kemudian memotongnya lagi‟…” Suara itu semakin bergetar.

Karang menolehkan kepalanya. Menatap wajah Mang Jeje, lelaki setengah baya dengan raut muka sederhana. Terlihat haru.

Tiga tahun lamanya buat apa coba Mamang memotong rumput ini, membuatnya indah setiap hari. Hari ini mamang bisa melihat Melati berlarian di atasnya. Rasanya bahagia sekali. Bahkan mamang tidak peduli kalau harus memotong rumput ini tanpa henti, sepanjang Melati bisa

bermain senang di atasnya…” Mang Jeje menyeka ujung-ujung matanya

(Liye, 2006:285).

Sikap peduli lingkungan yang dimiliki Mang Jeje terlihat dalam kutipan novel di

atas. Pekerjaan Mang Jeje hamper setiap hari memotong rumput, ia tak kenal lelah

(19)

dilakukan agar ruput di taman dapat terlihat indah, dan siapa pun yang berada di

sana akan merasa senang dan nyaman melihatnya. Sikap peduli lingkungan yang

dicontohkan dalam kutipan novel di atas, merupakan teladan sikap yang baik bagi

siswa. Melalui sikap peduli lingkungan yang dimilikinya, siswa senantiasa akan

menjaga lingkungan sekitarnya dan berupaya mencegah kerusakan yang akan

terjadi.

17.Peduli sosial

Peduli sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan

pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Ibid (dalam Sahlan dan

prasetyo, 2012: 38) menyatakan kepedulian sosial dapat diwujudkan dengan

mengajak siswa untuk mengikuti kegiatan bakti sosial. Kegiatan ini diharapkan

untuk membentuk mental dan karakter siswa sehingga memiliki kepedulian dan

solidaritas sosial yang tinggi serta siap berkorban demi kepentingan orang lain.

Contoh nilai karakter peduli sosial di dalam sebuah novel sebagai berikut.

Lebih baik kita langsung ke dalam bangunan saja, Fatma. Lihat Eyse., sepertinya dia tak kuat menahan hawa dingin ini,” kataku tak tega melihat hidung Eyse mulai basah karena ingus. Satu-satunya bangunan yang kumaksud tak lain adalah gereja Saint Joseph, gereja berwarna kuning keemasan. Selain sebuah kafetaria, gereja itu menjadi satu-satunya tempat berlindung dari hawa dingin yang menusuk. Aku berlari menggendong Eyse menuju gereja tanpa menghiraukan ibunya (Rais dan Rangga, 2013: 34).

Peduli akan keadaan sesama itulah sikap yang dicontohkan dalam kutipan novel

di atas. Hanum berlari menggendong Eyse yang hidungnya mulai basah karena

ingus akibat hawa dingin. Tanpa menghiraukan ibunya, ia bergegas ke dalam

(20)

kutipan novel di atas patut dicontoh oleh siswa, agar siswa menjadi pribadi yang

suka menolong terhadap siapapun yang sedang membutuhkan pertolongan.

18.Tanggung Jawab

Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan

tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), Negara dan Tuhan Yang

Maha Esa. Fitri (2012: 112) menyatakan bahwa tanggung jawab merupakan nilai

moral penting dalam kehidupan bermasyarakat. Tanggung jawab adalah

pertanggungan perbuatan sendiri. Seorang siswa harus bertanggung jawab kepada

guru, orang tua, dan diri sendiri. Contoh nilai karakter tanggung jawab di dalam

sebuah novel sebagai berikut.

Lima belas menit lagi kelas akan segera dimulai. Akhirnya aku putuskan untuk mengambil koran di tiang tanpa membayar. Kulirik kiri dan kanan sambil mengambil satu Oesterreich. Begitu koran di tangan, melesatlah aku menuju ruang kelas. Aku berjanji dalam hati, hari ini selesai kursus aku harus kembali lagi melunasi utang (Rais dan Rangga, 2013: 52). Hanum mendapat tugas untuk membawa satu koran pada saat kursus bahasa

Jerman. Ketika akan membeli koran, ternyata Hanum lupa membawa dompetnya.

Lima belas menit lagi kelas akan segera dimulai, diambilah satu koran

Oesterreich lalu menuju ruang kelas. Hanum berjanji akan kembali dan melunasi hutangnya selasai kursus hari itu. Sosok Hanum dalam kutipan novel di atas,

merupakan sosok yang bertanggung jawab terhadap prilaku yang telah ia perbuat.

Meskipun perbuatannya tidak baik, dengan mengambil koran tanpa membayar,

namun ia berjanji seselesainya kursus hari itu akan melunasi hutangnya. Sikap

tanggung jawab yang dilakukan oleh Hanum dapat dijadikan contoh bagi siswa.

(21)

sejak dini, dengan bertanggung jawab siswa akan tumbuh menjadi pribadi yang

bersungguh-sungguh dalam menjalankan aktivitasnya.

2.5 Novel

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) novel adalah karangan prosa

yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang

disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Kata novel

berasal dari kata Latin novellus yang diturunkan pula dari kata novies yang berarti

„baru”. Dikatakan baru karena bila dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya

seperti puisi, drama, dan lain-lain, maka novel ini muncul kemudian (Tarigan,

2001: 167). Novel merupakan bentuk lain cerita rekaan selain cerita pendek.

Namun, di dalam novel penggambaran watak tokoh lebih rinci daripada cerita

pendek.

Dalam glosarium bahasa dan Sastra dikemukakan bahwa novel adalah hasil

kesusastraan yang berbentuk prosa yang menceritakan suatu kejadian yang luar

biasa dari kejadian itu lahirlah satu konflik suatu pertikaian yang merubah nasib

mereka (Lubis, 1994: 161).

Novel adalah cerita mengenai salah satu episode dalam kehidupan manusia, suatu

kejadian yang luar biasa dalam kehidupan itu, sebuah krisis yang memungkinkan

terjadinya perubahan nasib pada manusia (H.B Jasin dalam Purba, 2010: 63).

Dalam kamus istilah sastra, novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur

(22)

pandang pengarang, dan mengandung nilai hidup, diolah dengan teknik kisahan

dan ragaan yang menjadi dasar konvensi penulisan (Purba, 2010:63).

Novel umumnya terdiri dari sejumlah bab, yang masing-masing bab berisi cerita

yang berbeda namun kelanjutan dari cerita pada bab sebelumnya. Hubungan antar

bab, terkadang merupakan hubungan sebab akibat, ataupun hubungan kronologis

biasa saja. Jika membaca satu bab saja secara acak akan sulit untuk mendapatkan

cerita yang utuh. Keutuhan cerita sebuah novel meliputi keseluruhan bab pada

novel.

Novel lebih mencerminkan gambaran tokoh nyata, tokoh yang berangkat dari

relaitas sosial dan mencoba mengangkat nilai-nilai yang ada di masyarakat

sehingga novel memungkinkan adanya penyajian panjang lebar tentang tempat

atau ruang. Dari beberapa definisi tentang novel tersebut, penulis dapat

menyimpulkan bahwa novel adalah karangan prosa berupa karya imajinatif yang

mengisahkan sisi utuh atas problematika seseorang atau beberapa orang tokoh.

2.5.1 Manfaat Novel

Membaca merupakan jendela pengetahuan. Membaca adalah pengalihan perhatian

dari dunia nyata menuju dunia fantasi atau imajinasi. Membaca novel dapat

memberikan manfaat bagi pembacanya yaitu memberikan kesadaran manfaat bagi

pembacanya yaitu memberi kesadaran kepada pembaca tentang

kebenaran-kebenaran hidup ini. Selain itu dapat memberikan kegembiraan dan kepuasan

batin, serta memberikan penghayatan yang mendalam terhadap apa yang kita

ketahui, serta dapat menolong pembaca menjadi manusia yang berbudaya. Hasil

(23)

hidupnya, baik hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan

lingkungannya, maupun manusia dengan pencipta-Nya.

Dengan membaca novel kita merasakan kenikmatan estetika. Kita sebagai

pembaca dihadapkan pada dunia rekaan yang mempesona, antara lain berupa

tokoh-tokoh yang menakjubkan, rentetan peristiwa yang mencekam dan

menegangkan, atau kata-kata puitis yang indah dan sarat makna. Karya sastra

yang baik selalu menggugah emosi pembacanya.

Membaca karya sastra memang tidak hanya untuk kesenangan. Sebabnya, karya

sastra sesungguhnya juga merupakan miniatur kehidupan dengan berbagai

persoalan. Dari karya sastra itulah kita dapat pula menjadikannya sebagai cermin

kehidupan serta memperoleh pelajaran, karena karya sastra itu pun mengandung

ajaran moral (didaktis), estetika, dan berbagai hal yang menyangkut tata pergaulan

sesama umat manusia (Kosasih, 2012: 2).

2.5.2 Unsur-unsur Pembangun Novel

Mengapresiasi suatu karya sastra pada hakikatnya adalah menghargai, memahami,

dan menghayati karya sastra. Untuk dapat berbuat demikian, kita harus

mengetahui terlebih dahulu unsur apa saja yang terkandung dan membangun suatu

karya sastra. Sebuah novel merupakan sebuah totalitas, suatu keseluruhan yang

bersifat artistik. Sebagai sebuah totalitas, novel memiliki bagian-bahian,

unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling

menggantungkan. Unsur-unsur tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua bagian,

(24)

a. Unsur intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.

Unsur ini dapat mewujudkan sebuah totalitas yang memunyai nilai estetik antar

unsurnya dan berkaitan satu sama lain.unsur intrinsik juga yang menyebabkan

karya sastra hadir sebagai karya sastra secara faktual akan dijumpai jika orang

membaca karya sastra. Kepaduan unsur inilah yang menyebabkan sebuah novel

terwujud (Nurgiantoro, 2010: 22) .

Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra itu hadir sebagai karya satra,

unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra.

Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta

membangun cerita. Unsur-unsur intrinsik terdiri atas tema, alur, latar, penokohan,

sudut pandang, amanat, dan gaya bahasa.

b. Unsur ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu sendiri,

tetapi secara tidak langsung mempengaruhi karya sastra. Secara lebih khusus

unsur ini mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra dan cukup

berpengaruh terhadap bangun cerita yang dihasilkan.

Unsur-unsur ekstrinsik teseperti latar belakang pengarang, kondisi sosial budaya,

tempat atau kondisi alam, keadaan politik, sosial, ekonomi, agama, dan nilai-nilai

pendidikan yang terkandung di dalam karya sastra tersebut. Unsur-unsur tersebut

saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling menggantungkan

(25)

2.6 Tokoh Novel

Tokoh adalah salah satu unsur yang penting dalam suatu novel atau cerita rekaan.

Pelaku yang mengamban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu

mampu menjalin suatu cerita adalah tokoh (Aminudin, 2011: 79). Menurut

Abrams (dalam Nurgiyantoro 2007: 165) tokoh cerita merupakan orang-orang

yang ditampilkandalam suatu karya naratif (novel) yang oleh pembaca ditafsirkan

memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan

dalam ucapan dan dilakukan dalam tindakan.

Tokoh dalam cerita berperan sebagai pribadi yang utuh, lengkap dengan keadaan

lahiran dan batiniah. Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalan cerita

fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Seluruh pengalaman

yang diungkapkan dalam cerita, kita ikuti berdasarkan tingkah laku dan

pengalaman yang dijalani oleh pelakunya. Tokoh yang berperan penting dalam

sebuah cerita disebut tokoh inti atau tokoh utama. Tokoh yang memiliki peran

yang tidak penting karena fungsinya hanya melengkapi, melayani dan mendukung

pelaku utama disebut tokoh pembantu (Aminudin, 2011: 79). Walaupun tokoh

cerita hanya merupakan tokoh ciptaan pengarang, tokoh haruslah hidup secara

wajar sebagaimana kehidupan manusia yang memiliki pikiran dan perasaan.

Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis

penamaan berdasarkan sudut mana penamaan itu dilakukan. Berdasarkan

perbedaan sudut pandang dan tinjauan, tokoh dapat dibagi menjadi beberapa

penamaan. Tokoh biasa terdapat dalam karya prosa dan drama, mereka muncul

untuk membangun suatu objek dan secara psikologis merupakan wakil sastrawan.

(26)

penelitian biasanya tokoh utama, sedangkan tokoh bawahan, walaupun tidak

terlalu dominan tetapi mereka memiliki peran penting dalam mendukung dan

memperjelas watak tokoh utama.

2.6.1 Pengertian Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan

Tokoh yang memiliki peranan penting dalam satu cerita disebut tokoh utama

(Aminuddin, 2013: 79). Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan dalam novel

yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik

sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian (Nurgiyantoro, 2010:

176). Adapun tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena pemunculannya

hanya melengkapi, melayani, mendukung pelaku utama disebut tokoh tambahan

(Aminuddin, 2013: 79). Tokoh tambahan hanya dimunculkan sekali atau beberapa

kali dalam cerita, dalam porsi penceritaan yang relatif pendek (Nurgiyantoro,

2010: 176). Tokoh utama dalam sebuah novel mungkin saja lebih dari seorang

meskipun kadar keutamaannya tak (selalu) sama. Keutamaan mereka ditentukan

oleh dominasi, banyaknya penceritaan, dan pengaruhnya terhadap perkembangan

plot secara keseluruhan.

2.6.2 Ciri-ciri Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan

Tokoh utama dan tokoh tambahan merupakan tokoh yang dilihat dari segi

pentingnya peran tokoh. Tokoh utama adalah tokoh yang tergolong penting dan

ditampilkan terus menerus sehingga tersa mendominasi. Tokoh tambahan adalah

tokoh yang hanya dimunculkan sekali-kali dalam cerita dalam porsi penceritaan

(27)

Tokoh utama paling banyak diceritkan dan selalu berhubungan dengan

tokoh-tokoh lain, ia sangat menentuka perkembangan plot secara keseluruhan. Ia selalu

hadir sebagai pelaku, atau yang dikenai kejadian dan konflik, penting yang

mempengaruhi perkembangan plot. Sedangkan pemunculan tokoh tambahan

dalam keseluruhan cerita hanya sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya

hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama secara langsung ataupun tak

langsung (Nurgiyantoro, 1998: 177).

2.7 Pembelajaran Sastra (Novel) di SMA

Pembelajaran sastra di sekolah merupakan bagian dari mata pelajaran bahasa

Indonesia. Tujuan penyajian sastra dalam dunia pendidikan adalah untuk

memeroleh pengalaman dan pengetahuan tentang sastra, sehingga peserta didik

memiliki apresiasi terhadap karya sastra.

Salah satu upaya untuk meningkatkan daya apresiasi siswa terhadap karya sastra

adalah dengan menghadapkan siswa secara langsung pada bentuk-bentuk karya

sastra, misalnya novel. Novel merupakan salah satu bagian dari pembelajaran

sastra dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya di sekolah menengah

atas (SMA).

Karya sastra yang dijadikan sebagai bahan materi pelajaran diharapkan

mengandung nilai-nilai yang dapat mengembangkan kepribadian siswa dan

meningkatkan kemampuan siswa. Dalam karya sastra (novel) terdapat banyak

pelajaran dan nilai-nilai positif yang dapat diterapkan dalam kehidupan

bermasyarakat. Apabila pembaca menghayati dan mempelajari isi novel, pembaca

(28)

Pada prinsipnya tujuan pembelajaran sastra yang disajikan kepada para siswa

harus sesuai dengan kemampuannya pada suatu tahapan pembelajaran tertentu.

Tujuan pembelajaran itu sendiri adalah menuntut anak didik agar dapat

memahami, menangkap makna, dan mengambil nilai-nilai positif pada suatu

karya sastra yang diajarkan.

Tujuan pembelajaran sastra di sekolah bisa tercapai dengan baik apabila siswa

mampu mengapresiasikan karya sastra dengan baik pula. Untuk dapat mencapai

tujuan tersebut, maka harus dilakukan pendekatan yang baik kepada para siswa.

Siswa tidak hanya diberikan teori-teori atau hal-hal yang bersifat hafalan, tetapi

mereka diajak langsung menggauli karya sastra. Hal ini hendaknya dilakukan oleh

guru yang bersangkutan. Jadi, seorang guru Bahasa dan Sastra Indonesia

hendaknya memahami benar dan tahu dengan baik materi yang diberikan.

Bahan ajar sastra harus disesuaikan dengan kurikulum. Kurikulum yang berlaku

saat ini adalah kurikulum 2013. Di dalam silabus kurikulum 2013, terdapat

kompetensi inti dan kompetensi dasar. Kompetensi inti merupakan gambaran

secara kategorial mengenai kompetensi yang harus dipelajari peserta didik untuk

suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran. Kompetensi dasar merupakan

kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu mata pelajaran di kelas

tertentu. Kompetensi inti mata pelajaran akan dirinci lebih lanjut ke dalam

kompetensi dasar.

Di dalam silabus kurikulum 2013, mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

kelas XII terdapat Kompetensi Inti menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,

disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),

(29)

atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan

sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam

pergaulan dunia. Kompetensi dasar yang berkenaan dengan kompetensi inti

tersebut yaitu menunjukkan perilaku jujur, peduli, santun, dan tanggung jawab

dalam penggunaan bahasa Indonesia untuk memahami dan menyajikan novel.

Novel Tadarus Cinta Buya Pujangga karya Akmal Nasery Basral diharapkan dapat membantu kepekaan siswa terhadap nilai-nilai pendidikan karakter. Novel

Tadarus Cinta Buya Pujangga karya Akmal Nasery Basral ini dianalisis secara mendetail untuk mengetahui cocok atau tidak untuk digunakan sebagai alternatif

bahan pengajaran sastra di SMA. Novel ini diharapkan dapat menggugah

semangat dan memotivasi siswa melalui nilai-nilai pendidikan karakter yang

terdapat di dalamnya, sehingga siswa dapat menanamkan nilai-nilai pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

Citra batik yang dimasukkan merupakan citra jenis sido, dalam proses modeling macam citra batik yang sesuai pada data koleksi terdapat 7 citra batik dan data yang dianggap

Hasil yang didapatkan dari penelitian in adalah daging dengan penambahan angkak memberikan warna merah yang lebih stabil daripada daging yang diberi pengawet nitrit..

Penelitian dengan topik “Pengaruh Produk Domestik Bruto, Kurs, Cadangan Devisa, Tingkat Suku Bunga Riil, Dan Volatilitas Kurs Terhadap Permintaan Impor di Indonesia tahun 1990-2008

Oleh karena itu untuk meningkatkan persepsi petani terhadap kegiatan pembangunan hutan rakyat perlu dilakukan dengan peningkatan kualitas dan kuantitas penyuluhan, sehingga

Tes IQ dalam penentuan dan pertimbangan pemilihan jurusan pada sekolah biasanya dilakukan secara manual dan membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk mengetahui hasil IQ

Untuk orang-orang yang saat ini sedang duduk dan kesakitan di luar sana, jika saya ingin meringkas hidup saya dan meringkas apa yang dapat mereka lakukan dalam

Berbeda dari rendemen, ekstrak polifenol paling tinggi dijumpai pada produk dari daun sedang yang dihasilkan de- ngan proses pengolahan basah demikian juga dengan total fenolnya,

Peraturan diakhir tahun 2013 yang dikeluarkan oleh bank indonesia tentang kredit memberikan dampak penjualan disektor properti, hal ini membuktikan bahwa PT